1. 2A Keperawatan
Kelompok 7
1. Nyi Imas Masitoh
2. Raka Marfian Maulana
3. Ramita Anugrah. P
4. Rima Ayu Lestari
TUMOR ORBITA
2. A. Definisi
Tumor adalah pertumbuhan jaringan tubuh yang abnormal dimana proses apoptosis terganggu,
sehingga proliferasi menjadi tidak terkontrol. Tumor mata dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Tumor Eksternal : Tumor palpebral (tumor yang tumbuh pada kelopak mata), tumor konjungtiva
(tumor yang tumbuh pada lapisan konjungtiva yang melapisi mata bagian depan)
2. Tumor Intraokuler : Tumor yang tumbuh di dalam bola mata
3. Tumor Retrobubulber/Orbita : Tumor yang tumbuh dibelakang bola mata
Tumor orbita mata adalah tumor yang menyerang rongga orbita (tempat bola mata) sehingga
merusak jaringan lunak mata, seperti otot mata, syaraf mata dan kelenjar air mata. Rongga orbital dibatasi
sebelah medial oleh tulang yang membentuk dinding luar sinus ethmoid dan sfenoid. Sebelah superior oleh
lantai fossa anterior, dan sebelah lateral oleh zigoma, tulang frontal dan sayap sfenoid besar. Sebelah
inferior oleh atap sinus maksilaris. (Dr. Syaiful Saanin, Neurosurgeon).
4. B. Anatomi Fisiologi Mata
Mata memiliki reseptor penglihatan dan sistem pembiasan yang memfokuskan sinar pada reseptor yang terdapat
di retina.
Kelopak Mata Dan Aparatus Lakrimalis
Kelopak mata memiliki otot rangka yang memungkinkan kelopak mata menutup dan melindungi bagian depan
bola mata. Bulu mata disepanjang tepi setiap kelopak mata membantu mencegah debu masuk ke mata. Kelopak
mata dilapisi oleh membrane tipis yang disebut konjungtiva,yang juga melipat ke bagian putih mata. Inflamasi
pada membrane ini disebut konjungtivitis dan sering disebabkan oleh alergi sehingga membuat mata merah,
gatal, dan berair.
Bola Mata
Sebagian besar bola mata terdapat didalam dan dilindungi oleh orbit, yang disusun oleh osmaksila, zigomatikum,
frontale, sfeinodale, dan etmoidale. Keenam oto intrinsik mata melekat pada saat tulang ini dan pada permukaan
bola mata. Ada empat otot rektrus yang menggerakkan bola mata keatas dan kebawah atau kesamping kiri dan
kanan, dan dua otot oblik yang memutar bola mata. Saraf kranial yang mempersarafi otot-otot ini adalah nervus
okulomotoris, troklearis, dan abdusen (saraf kranial ke 3, 4, dan 6). Koordinasi kompleks otot-otot ini pada
kedua mata, untungnya tidak perlu kita pikirkan dan ini sangat penting untuk mencegah penglihatan ganda.
5. Lapisan Bola Mata
Pada didindingnya, bola mata memiliki 3 lapisan : yaitu yang paling luar sklera, yang tengah koroid, dan
yang paling dalam retina.
Sklrea adalah lapisan yang tersusun atas jaringan ikat fibrosa yang tampak sebagai bagian putih pada mata.
Bagian yang paling depan adalah kornea, yang berbeda dari sklera karena bagian ini tembus pandang dan
tidak memiliki pembuluh darah. Kornea adalah bagian pertama mata yang membiaskan atau membelokkan
cahaya.
Lapisan koroid mengandung pembuluh darah dan pigmen biru tua yang mengabsorbsi cahaya yang
memasuki mata sehingga mencegah silau. Bagian depan koroid dimodifikasi menjadi struktur yang lebih
spesifik yaitu korpus silialis dan iris.
Rongga pada bola mata
Ada 2 rongga pada bola mata yaitu kamera okuli anterior dan kamera okuli posterior yang memiliki ukuran
terbesar adalah kamera okuli posterior. Ia terletak di antara lensa dan retina dan berisi humor vitreus. Jika
bola mata ditusuk dan kehilangan humor vitreus, retina akan menjauh dari koroid ini merupakan salah satu
kemungkinan penyebab ablasi retina.
Kamera okuli anterior terletak di antara bagian depan lensa dan kornea, ruang ini diisi oleh humor aquosus
yaitru cairan jaringan bola mata.
6.
7. C. Etiologi Tumor Mata
1. Mutasi gen pengendali pertumbuhan (kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel dominan
protektif yang berada dalam pita kromosom 13q14).
2. Malformasi congenital
3. Kelainan metabolism
4. Penyakit vaskuler
5. Inflamasi intraokuler
6. Neoplasma. dapat bersifat ganas atau jinak Neoplasma jinak tumbuh dengan batas tegas dan tidak
menyusup, tidak merusak tetapi menekan jaringan disekitarnya dan biasanya tidak mengalami
metastasis
7. Trauma
8. C. Patofisiologi
Tumor Orbita meningkatkan volume intraokular dan mempengaruhi masa. Meskipun masa secara histologis
jinak, itu dapat mengganggu pada struktur orbital atau yang berdekatan dengan mata. Dan bisa juga
dianggap ganas apabila mengenai struktur anatomis. Ketajaman visual atau kompromi lapangan, diplopia,
gangguan motilitas luar mata, atau kelainan pupil dapat terjadi dari invasi atau kompresi isi intraorbital
sekunder untuk tumor padat atau perdarahan. Tidak berfungsinya katup mata atau disfungsi kelenjar
lakrimal dapat menyebabkan keratopati eksposur, keratitis, dan penipisan kornea. Pertumbuhan tumor ini
dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui nervus optikus ke otak, melalui sklera ke
jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada
fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke dalam badan kaca. Di permukaan terdapat
neovaskularisasi dan pendarahan. Warna iris tidak normal.
10. D. MANIFESTASI KLINIS
a) Nyeri orbital: jelas pada tumor ganas yang tumbuh cepat, namun juga merupakan gambaran khas
'pseudotumor' jinak dan fistula karotid-kavernosa
b) Proptosis: pergeseran bola mata kedepan adalah gambaran yang sering dijumpai, berjalan bertahap dan
tak nyeri dalam beberapa bulan atau tahun (tumor jinak) atau cepat (lesi ganas).
c) Pembengkakan kelopak: mungkin jelas pada pseudotumor, eksoftalmos endokrin atau fistula karotid-
kavernosa
d) Palpasi: bisa menunjukkan massa yang menyebabkan distorsi kelopak atau bola mata, terutama
dengan tumor kelenjar lakrimal atau dengan mukosel.
e) Gerak mata: sering terbatas oleh sebab mekanis, namun bila nyata, mungkin akibat oftalmoplegia
endokrin atau dari lesi saraf III, IV, dan VI pada fisura orbital (misalnya sindroma Tolosa Hunt) atau
sinus kavernosus
f) Ketajaman penglihatan: mungkin terganggu langsung akibat terkenanya saraf optik atau retina, atau tak
langsung akibat kerusakan vaskuler.
11. E. KOMPLIKASI
a. Glaukoma, adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal atau lebih tinggi dari pada
normal yang mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan.
b. Keratitis ulseratif, yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu terdapatnya destruksi (kerusakan)
pada bagian epitel kornea.
c. Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea yang akan
mengakibatkan kornea menjadi keruh.
12. – E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
– 1. pemeriksaan radiologic (melihat ukuran rongga orbita, kerusakan tulang)
– 2. pemeriksan ultrasonografi (mengetahui bentuk tumor, konsistensi)
– 3. CT-Scan (menentukan ganas atau jinaknya tumor)
– 4. arteriografi (melihat besarnya tumor)
13. – Pemeriksaan diagnostic pada mata secara umum sebagai berikut :
– a. Kartu mata Snellen/ mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) ;
mungkin terganggu dengan kerusaakan kornea, lensa, aqueus atau vitreus Humour, kesalahan refraksi
atau penyakit system saraf atau penglihatan ke retina atau jalan optic.
– b. Lapang penglihatan ; penurunanan yang disebabkan oleh CSV, massa tumor pada hipofisis/ otak,
karotis atau patologis arteri serebral atau Glaukoma.
– c. Tonografi ; mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
– d. Gonioskopi ; membantu membedakan sudut terbuka dan sudut tertutup pada glaukoma.
– e. Oftalmoskopi ; mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optic, papiledema,
perdarahan retina dan mikroanurisme.
– f. Pemeriksaan darah lengkah, laju sedimentasi (LED) ; menunjukkan anemia sistemik / infeksi.
14. G. PENATALAKSANAAN
a. Medis
1. Tumor jinak memerlukan eksisi, namun bila kehilangan penglihatan merupakan hasil yang tak
dapat dihindarkan, dipikirkan pendekatan konservatif
2. Tumor ganas: memerlukan biopsi dan radioterapi. Limfoma juga bereaksi baik dengan kemoterapi.
Terkadang lesi terbatas (misal karsinoma kelenjar lakrimal) memerlukan reseksi radikal.
b. Keperawatan
1. Tirah baring dan aktivitas dibatasi agar pasien tidak mengalami komplikasi pada bagian tubuh lain.
tirah baring dilaksanakan kurang lebih 5 hari setelah operasi atau tergantung pada kebutuhan klien.
2. Bila kedua mata dibalut, perlu bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya untuk mencegah
cidera.
3. Jika terdapat gelombang udara di dalam mata, posisi yang dianjurkan harus dipertahannkan sehingga
gas mampu memberikan tamponade yang efektif pada robekan retina.
4. Pasien tidak boleh terbaring telungkup.
5. Dilatasi pupil harus dipertahankan untuk mempermudah pemeriksaan paska operasi
15. Diagnosa Intervensi Rasional
a. Gangguan persepsi penglihatan Catat reaksi pasien terhadap rusaknya penglihatan (misal,
depresi, menarik diri, dan menolak kenyataan)
Gambarkan lingkungan kepada pasien
Jangan memindahkan benda-benda di kamar pasien
tanpa memberitahu pasien
Ciptakan lingkungan yang aman untuk klien
Tempatkan benda-benda yang sering digunakan dekat
dengan jangkauan
Ijinkan keluarga/orang tertentu lainnya untuk tetap
bersama klien
Didik k;lien dan pengunjung mengenai
perubahan/tindakan pencegahan, sehingga mereka tidak
akan dengan segaja mengganggu lingkungan yang
direncanakan
Beri keluarga/orang penting lainnya informasi tentang
menciptakan lingkungan rumah yang aman bagi pasien
Mengetahui reaksi psikologis klien
Agar klien mengenal lingkunganya
Agar tidak menyusahkan klien jika
membutuhkan sesuatu
Menghindari KTD
Memudahkan klien jika menginginkanya
Memberikan kenyamanan dan keamanan bagi
klien
Agar pasien dan pengunjung tidak
mengganggu lingkungan yang telah
direncanakan untuk klien
Memberikan keamanan bagi klien
Pre op
16. Pre op
a. Ganggguan rasa nyaman
nyeri berhubungan dengan
adanya massa dalam mata
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, dan factor presipitasi
Observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi terapeutik
Berikan analgetik
Tingkatkan istirahat
Mengetahui skala nyeri klien
Mengetahui tingkat ketidaknyamanan
untuk mengetahui pengalaman nyeri
klien
untuk mengurangi nyeri
mengurangi rasa nyeri
17. Post op
Diagnosa Intervensi Rasional
a. Resiko infeksi Bersihkan area sekitar yang
dioperasi
Beritahu pasien agar tidak
membuka perban
Anjurkan pasien makan makanan
penuh dengan nutrisi
Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat anti inflamasi non
steroid (OAINS)
Menjaga kebersihan luka
Mengurangi resiko infeksi
Mempercepat penyembuhan luka
Mengurangi resiko infeksi dan
mempercepat penyembuhan luka
18. Pre op
a. Ganggguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan adanya
massa dalam mata
Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, dan factor
presipitasi
Observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi terapeutik
untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Tingkatkan istirahat
Mengetahui skala nyeri klien
Mengetahui tingkat ketidaknyamanan
untuk mengetahui pengalaman nyeri klien
untuk mengurangi nyeri
mengurangi rasa nyeri
20. DAFTAR PUSTAKA
1. Carpenito, Lynda juall.2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed 10.Jakarta:EGC
2. sidarta,Ilyas.2002.ilmu penyakit mata edisi ke 2 hal.88-89. jakarta:EGC