SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
2A Keperawatan
Kelompok 7
1. Nyi Imas Masitoh
2. Raka Marfian Maulana
3. Ramita Anugrah. P
4. Rima Ayu Lestari
TUMOR ORBITA
A. Definisi
Tumor adalah pertumbuhan jaringan tubuh yang abnormal dimana proses apoptosis terganggu,
sehingga proliferasi menjadi tidak terkontrol. Tumor mata dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Tumor Eksternal : Tumor palpebral (tumor yang tumbuh pada kelopak mata), tumor konjungtiva
(tumor yang tumbuh pada lapisan konjungtiva yang melapisi mata bagian depan)
2. Tumor Intraokuler : Tumor yang tumbuh di dalam bola mata
3. Tumor Retrobubulber/Orbita : Tumor yang tumbuh dibelakang bola mata
Tumor orbita mata adalah tumor yang menyerang rongga orbita (tempat bola mata) sehingga
merusak jaringan lunak mata, seperti otot mata, syaraf mata dan kelenjar air mata. Rongga orbital dibatasi
sebelah medial oleh tulang yang membentuk dinding luar sinus ethmoid dan sfenoid. Sebelah superior oleh
lantai fossa anterior, dan sebelah lateral oleh zigoma, tulang frontal dan sayap sfenoid besar. Sebelah
inferior oleh atap sinus maksilaris. (Dr. Syaiful Saanin, Neurosurgeon).
Tumor palpebral
Tumor Intraokuler
Tumor Retrobubulber/Orbita
B. Anatomi Fisiologi Mata
Mata memiliki reseptor penglihatan dan sistem pembiasan yang memfokuskan sinar pada reseptor yang terdapat
di retina.
Kelopak Mata Dan Aparatus Lakrimalis
Kelopak mata memiliki otot rangka yang memungkinkan kelopak mata menutup dan melindungi bagian depan
bola mata. Bulu mata disepanjang tepi setiap kelopak mata membantu mencegah debu masuk ke mata. Kelopak
mata dilapisi oleh membrane tipis yang disebut konjungtiva,yang juga melipat ke bagian putih mata. Inflamasi
pada membrane ini disebut konjungtivitis dan sering disebabkan oleh alergi sehingga membuat mata merah,
gatal, dan berair.
Bola Mata
Sebagian besar bola mata terdapat didalam dan dilindungi oleh orbit, yang disusun oleh osmaksila, zigomatikum,
frontale, sfeinodale, dan etmoidale. Keenam oto intrinsik mata melekat pada saat tulang ini dan pada permukaan
bola mata. Ada empat otot rektrus yang menggerakkan bola mata keatas dan kebawah atau kesamping kiri dan
kanan, dan dua otot oblik yang memutar bola mata. Saraf kranial yang mempersarafi otot-otot ini adalah nervus
okulomotoris, troklearis, dan abdusen (saraf kranial ke 3, 4, dan 6). Koordinasi kompleks otot-otot ini pada
kedua mata, untungnya tidak perlu kita pikirkan dan ini sangat penting untuk mencegah penglihatan ganda.
Lapisan Bola Mata
Pada didindingnya, bola mata memiliki 3 lapisan : yaitu yang paling luar sklera, yang tengah koroid, dan
yang paling dalam retina.
Sklrea adalah lapisan yang tersusun atas jaringan ikat fibrosa yang tampak sebagai bagian putih pada mata.
Bagian yang paling depan adalah kornea, yang berbeda dari sklera karena bagian ini tembus pandang dan
tidak memiliki pembuluh darah. Kornea adalah bagian pertama mata yang membiaskan atau membelokkan
cahaya.
Lapisan koroid mengandung pembuluh darah dan pigmen biru tua yang mengabsorbsi cahaya yang
memasuki mata sehingga mencegah silau. Bagian depan koroid dimodifikasi menjadi struktur yang lebih
spesifik yaitu korpus silialis dan iris.
Rongga pada bola mata
Ada 2 rongga pada bola mata yaitu kamera okuli anterior dan kamera okuli posterior yang memiliki ukuran
terbesar adalah kamera okuli posterior. Ia terletak di antara lensa dan retina dan berisi humor vitreus. Jika
bola mata ditusuk dan kehilangan humor vitreus, retina akan menjauh dari koroid ini merupakan salah satu
kemungkinan penyebab ablasi retina.
Kamera okuli anterior terletak di antara bagian depan lensa dan kornea, ruang ini diisi oleh humor aquosus
yaitru cairan jaringan bola mata.
C. Etiologi Tumor Mata
1. Mutasi gen pengendali pertumbuhan (kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel dominan
protektif yang berada dalam pita kromosom 13q14).
2. Malformasi congenital
3. Kelainan metabolism
4. Penyakit vaskuler
5. Inflamasi intraokuler
6. Neoplasma. dapat bersifat ganas atau jinak Neoplasma jinak tumbuh dengan batas tegas dan tidak
menyusup, tidak merusak tetapi menekan jaringan disekitarnya dan biasanya tidak mengalami
metastasis
7. Trauma
C. Patofisiologi
Tumor Orbita meningkatkan volume intraokular dan mempengaruhi masa. Meskipun masa secara histologis
jinak, itu dapat mengganggu pada struktur orbital atau yang berdekatan dengan mata. Dan bisa juga
dianggap ganas apabila mengenai struktur anatomis. Ketajaman visual atau kompromi lapangan, diplopia,
gangguan motilitas luar mata, atau kelainan pupil dapat terjadi dari invasi atau kompresi isi intraorbital
sekunder untuk tumor padat atau perdarahan. Tidak berfungsinya katup mata atau disfungsi kelenjar
lakrimal dapat menyebabkan keratopati eksposur, keratitis, dan penipisan kornea. Pertumbuhan tumor ini
dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui nervus optikus ke otak, melalui sklera ke
jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada
fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke dalam badan kaca. Di permukaan terdapat
neovaskularisasi dan pendarahan. Warna iris tidak normal.
Penurunan ketajaman
penglihatan
Tindakan OP pada mata
Nyeri
Resiko cedera
kornea
Resiko infeksi
D. MANIFESTASI KLINIS
a) Nyeri orbital: jelas pada tumor ganas yang tumbuh cepat, namun juga merupakan gambaran khas
'pseudotumor' jinak dan fistula karotid-kavernosa
b) Proptosis: pergeseran bola mata kedepan adalah gambaran yang sering dijumpai, berjalan bertahap dan
tak nyeri dalam beberapa bulan atau tahun (tumor jinak) atau cepat (lesi ganas).
c) Pembengkakan kelopak: mungkin jelas pada pseudotumor, eksoftalmos endokrin atau fistula karotid-
kavernosa
d) Palpasi: bisa menunjukkan massa yang menyebabkan distorsi kelopak atau bola mata, terutama
dengan tumor kelenjar lakrimal atau dengan mukosel.
e) Gerak mata: sering terbatas oleh sebab mekanis, namun bila nyata, mungkin akibat oftalmoplegia
endokrin atau dari lesi saraf III, IV, dan VI pada fisura orbital (misalnya sindroma Tolosa Hunt) atau
sinus kavernosus
f) Ketajaman penglihatan: mungkin terganggu langsung akibat terkenanya saraf optik atau retina, atau tak
langsung akibat kerusakan vaskuler.
E. KOMPLIKASI
a. Glaukoma, adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal atau lebih tinggi dari pada
normal yang mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan.
b. Keratitis ulseratif, yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu terdapatnya destruksi (kerusakan)
pada bagian epitel kornea.
c. Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea yang akan
mengakibatkan kornea menjadi keruh.
– E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
– 1. pemeriksaan radiologic (melihat ukuran rongga orbita, kerusakan tulang)
– 2. pemeriksan ultrasonografi (mengetahui bentuk tumor, konsistensi)
– 3. CT-Scan (menentukan ganas atau jinaknya tumor)
– 4. arteriografi (melihat besarnya tumor)
– Pemeriksaan diagnostic pada mata secara umum sebagai berikut :
– a. Kartu mata Snellen/ mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) ;
mungkin terganggu dengan kerusaakan kornea, lensa, aqueus atau vitreus Humour, kesalahan refraksi
atau penyakit system saraf atau penglihatan ke retina atau jalan optic.
– b. Lapang penglihatan ; penurunanan yang disebabkan oleh CSV, massa tumor pada hipofisis/ otak,
karotis atau patologis arteri serebral atau Glaukoma.
– c. Tonografi ; mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
– d. Gonioskopi ; membantu membedakan sudut terbuka dan sudut tertutup pada glaukoma.
– e. Oftalmoskopi ; mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optic, papiledema,
perdarahan retina dan mikroanurisme.
– f. Pemeriksaan darah lengkah, laju sedimentasi (LED) ; menunjukkan anemia sistemik / infeksi.
G. PENATALAKSANAAN
a. Medis
1. Tumor jinak memerlukan eksisi, namun bila kehilangan penglihatan merupakan hasil yang tak
dapat dihindarkan, dipikirkan pendekatan konservatif
2. Tumor ganas: memerlukan biopsi dan radioterapi. Limfoma juga bereaksi baik dengan kemoterapi.
Terkadang lesi terbatas (misal karsinoma kelenjar lakrimal) memerlukan reseksi radikal.
b. Keperawatan
1. Tirah baring dan aktivitas dibatasi agar pasien tidak mengalami komplikasi pada bagian tubuh lain.
tirah baring dilaksanakan kurang lebih 5 hari setelah operasi atau tergantung pada kebutuhan klien.
2. Bila kedua mata dibalut, perlu bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya untuk mencegah
cidera.
3. Jika terdapat gelombang udara di dalam mata, posisi yang dianjurkan harus dipertahannkan sehingga
gas mampu memberikan tamponade yang efektif pada robekan retina.
4. Pasien tidak boleh terbaring telungkup.
5. Dilatasi pupil harus dipertahankan untuk mempermudah pemeriksaan paska operasi
Diagnosa Intervensi Rasional
a. Gangguan persepsi penglihatan  Catat reaksi pasien terhadap rusaknya penglihatan (misal,
depresi, menarik diri, dan menolak kenyataan)
 Gambarkan lingkungan kepada pasien
 Jangan memindahkan benda-benda di kamar pasien
tanpa memberitahu pasien
 Ciptakan lingkungan yang aman untuk klien
 Tempatkan benda-benda yang sering digunakan dekat
dengan jangkauan
 Ijinkan keluarga/orang tertentu lainnya untuk tetap
bersama klien
 Didik k;lien dan pengunjung mengenai
perubahan/tindakan pencegahan, sehingga mereka tidak
akan dengan segaja mengganggu lingkungan yang
direncanakan
 Beri keluarga/orang penting lainnya informasi tentang
menciptakan lingkungan rumah yang aman bagi pasien
 Mengetahui reaksi psikologis klien
 Agar klien mengenal lingkunganya
 Agar tidak menyusahkan klien jika
membutuhkan sesuatu
 Menghindari KTD
 Memudahkan klien jika menginginkanya
 Memberikan kenyamanan dan keamanan bagi
klien
 Agar pasien dan pengunjung tidak
mengganggu lingkungan yang telah
direncanakan untuk klien
 Memberikan keamanan bagi klien
Pre op
Pre op
a. Ganggguan rasa nyaman
nyeri berhubungan dengan
adanya massa dalam mata
 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, dan factor presipitasi
 Observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan
 Gunakan teknik komunikasi terapeutik
 Berikan analgetik
 Tingkatkan istirahat
 Mengetahui skala nyeri klien
 Mengetahui tingkat ketidaknyamanan
 untuk mengetahui pengalaman nyeri
klien
 untuk mengurangi nyeri
 mengurangi rasa nyeri
Post op
Diagnosa Intervensi Rasional
a. Resiko infeksi  Bersihkan area sekitar yang
dioperasi
 Beritahu pasien agar tidak
membuka perban
 Anjurkan pasien makan makanan
penuh dengan nutrisi
 Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat anti inflamasi non
steroid (OAINS)
 Menjaga kebersihan luka
 Mengurangi resiko infeksi
 Mempercepat penyembuhan luka
 Mengurangi resiko infeksi dan
mempercepat penyembuhan luka
Pre op
a. Ganggguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan adanya
massa dalam mata
 Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, dan factor
presipitasi
 Observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan
 Gunakan teknik komunikasi terapeutik
untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien
 Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Mengetahui skala nyeri klien
 Mengetahui tingkat ketidaknyamanan
 untuk mengetahui pengalaman nyeri klien
 untuk mengurangi nyeri
 mengurangi rasa nyeri
THANKYOU
FOR
YOUR
ATTENTION
DAFTAR PUSTAKA
1. Carpenito, Lynda juall.2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed 10.Jakarta:EGC
2. sidarta,Ilyas.2002.ilmu penyakit mata edisi ke 2 hal.88-89. jakarta:EGC

More Related Content

What's hot (20)

Dm
DmDm
Dm
 
Trauma mata
Trauma mataTrauma mata
Trauma mata
 
Ppt apendisitis ppt
Ppt apendisitis pptPpt apendisitis ppt
Ppt apendisitis ppt
 
Katarak
KatarakKatarak
Katarak
 
Ppt glaukoma
Ppt glaukomaPpt glaukoma
Ppt glaukoma
 
HNP (Hernia Nukleus Pulposus) atau Saraf Kejepit
HNP (Hernia Nukleus Pulposus) atau Saraf KejepitHNP (Hernia Nukleus Pulposus) atau Saraf Kejepit
HNP (Hernia Nukleus Pulposus) atau Saraf Kejepit
 
Dry Eye Syndrome
Dry Eye SyndromeDry Eye Syndrome
Dry Eye Syndrome
 
Atresia ani
Atresia aniAtresia ani
Atresia ani
 
Referat mioma uteri
Referat mioma uteriReferat mioma uteri
Referat mioma uteri
 
Makalah anatomi dan fisiologi indra penglihatan
Makalah anatomi dan fisiologi indra  penglihatanMakalah anatomi dan fisiologi indra  penglihatan
Makalah anatomi dan fisiologi indra penglihatan
 
Askep glukoma
Askep glukomaAskep glukoma
Askep glukoma
 
Perawatan luka bersih dan kotor
Perawatan luka bersih dan kotorPerawatan luka bersih dan kotor
Perawatan luka bersih dan kotor
 
Askep oma omk
Askep oma omkAskep oma omk
Askep oma omk
 
Lp askep otitis media kronik
Lp askep otitis media kronikLp askep otitis media kronik
Lp askep otitis media kronik
 
Modul-Benda-Asing-di-Konjunctiva.pdf
Modul-Benda-Asing-di-Konjunctiva.pdfModul-Benda-Asing-di-Konjunctiva.pdf
Modul-Benda-Asing-di-Konjunctiva.pdf
 
Askep polio mielitis
Askep polio mielitisAskep polio mielitis
Askep polio mielitis
 
Anatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi A
Anatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi AAnatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi A
Anatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi A
 
Ca mammae
Ca mammaeCa mammae
Ca mammae
 
Kanker Payudara
Kanker PayudaraKanker Payudara
Kanker Payudara
 
Trauma mata
Trauma mataTrauma mata
Trauma mata
 

Viewers also liked (20)

OMA & OMSK
OMA & OMSKOMA & OMSK
OMA & OMSK
 
Glukoma
GlukomaGlukoma
Glukoma
 
Diabetes Militus
Diabetes MilitusDiabetes Militus
Diabetes Militus
 
Kelainan Refraksi
Kelainan RefraksiKelainan Refraksi
Kelainan Refraksi
 
Asuhan Keperawatan Wanita Hamil HIV-AIDS
Asuhan Keperawatan Wanita Hamil HIV-AIDSAsuhan Keperawatan Wanita Hamil HIV-AIDS
Asuhan Keperawatan Wanita Hamil HIV-AIDS
 
Anatomi Panggul
Anatomi PanggulAnatomi Panggul
Anatomi Panggul
 
Anfis Payudara
Anfis PayudaraAnfis Payudara
Anfis Payudara
 
Perspektif Keperawatan Maternitas
Perspektif Keperawatan MaternitasPerspektif Keperawatan Maternitas
Perspektif Keperawatan Maternitas
 
Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Partum Normal atas Indikasi Ketuban Pecah...
Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Partum Normal atas Indikasi Ketuban Pecah...Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Partum Normal atas Indikasi Ketuban Pecah...
Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Partum Normal atas Indikasi Ketuban Pecah...
 
Konsep Dasar Sectio Caesarea
Konsep Dasar Sectio CaesareaKonsep Dasar Sectio Caesarea
Konsep Dasar Sectio Caesarea
 
Anatomi Perkemihan
Anatomi Perkemihan Anatomi Perkemihan
Anatomi Perkemihan
 
Anatomi Sistem Reproduksi Pria
Anatomi Sistem Reproduksi PriaAnatomi Sistem Reproduksi Pria
Anatomi Sistem Reproduksi Pria
 
Konjungtivitis
KonjungtivitisKonjungtivitis
Konjungtivitis
 
Katarak
KatarakKatarak
Katarak
 
Luka Bakar
Luka BakarLuka Bakar
Luka Bakar
 
Dermatitis
Dermatitis Dermatitis
Dermatitis
 
Konsep Dasar Postpartum
Konsep Dasar PostpartumKonsep Dasar Postpartum
Konsep Dasar Postpartum
 
Kesehatan Reproduksi Remaja
Kesehatan Reproduksi RemajaKesehatan Reproduksi Remaja
Kesehatan Reproduksi Remaja
 
Kesehatan Ibu dan Anak
Kesehatan Ibu dan AnakKesehatan Ibu dan Anak
Kesehatan Ibu dan Anak
 
Program KIA di Indonesia 2017
Program KIA di Indonesia 2017Program KIA di Indonesia 2017
Program KIA di Indonesia 2017
 

Similar to Tumor Orbita

Similar to Tumor Orbita (20)

Askep tumor mata
Askep tumor mataAskep tumor mata
Askep tumor mata
 
asuhan keperawatan ablasio retina
asuhan keperawatan ablasio retinaasuhan keperawatan ablasio retina
asuhan keperawatan ablasio retina
 
Anatomi fisiologi retina
Anatomi fisiologi retinaAnatomi fisiologi retina
Anatomi fisiologi retina
 
Anatomi fisiologi retina AKPER MUNA
Anatomi fisiologi retina AKPER MUNA Anatomi fisiologi retina AKPER MUNA
Anatomi fisiologi retina AKPER MUNA
 
Tugas 2 tuti
Tugas 2 tutiTugas 2 tuti
Tugas 2 tuti
 
Makalah retina blastoma
Makalah retina blastomaMakalah retina blastoma
Makalah retina blastoma
 
Tinjauan pustaka macular hole 1
Tinjauan pustaka macular hole 1Tinjauan pustaka macular hole 1
Tinjauan pustaka macular hole 1
 
Makalah alat indra
Makalah alat indraMakalah alat indra
Makalah alat indra
 
Makalah alat indra
Makalah alat indraMakalah alat indra
Makalah alat indra
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
 
Makalah alat indra
Makalah alat indraMakalah alat indra
Makalah alat indra
 
Makalah alat indra
Makalah alat indraMakalah alat indra
Makalah alat indra
 
Askep rentina blostama AKPER PEMKAB MUNA
Askep rentina blostama AKPER PEMKAB MUNA Askep rentina blostama AKPER PEMKAB MUNA
Askep rentina blostama AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep rentina blostama
Askep rentina blostamaAskep rentina blostama
Askep rentina blostama
 
Penyakit mata anak
Penyakit mata anakPenyakit mata anak
Penyakit mata anak
 
Hipertensi okuli
Hipertensi okuliHipertensi okuli
Hipertensi okuli
 
trauma pada mata
trauma pada matatrauma pada mata
trauma pada mata
 
Sap katarak
Sap katarakSap katarak
Sap katarak
 
RETINOBLASTOMA.pptx
RETINOBLASTOMA.pptxRETINOBLASTOMA.pptx
RETINOBLASTOMA.pptx
 

More from Fransiska Oktafiani

Satuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anak
Satuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anakSatuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anak
Satuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anakFransiska Oktafiani
 
Format asuhan keperawatan anak 2018
Format asuhan keperawatan anak 2018Format asuhan keperawatan anak 2018
Format asuhan keperawatan anak 2018Fransiska Oktafiani
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE Fransiska Oktafiani
 
Proposal Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Anak Todler dengan Diare
Proposal Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Anak Todler dengan DiareProposal Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Anak Todler dengan Diare
Proposal Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Anak Todler dengan DiareFransiska Oktafiani
 
Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah Berbasis Studi Kasus 2018
Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah Berbasis Studi Kasus 2018Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah Berbasis Studi Kasus 2018
Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah Berbasis Studi Kasus 2018Fransiska Oktafiani
 
DIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAH
DIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAHDIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAH
DIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAHFransiska Oktafiani
 
Defibrillation || DC (Dirrect Current) Shock
Defibrillation || DC (Dirrect Current) ShockDefibrillation || DC (Dirrect Current) Shock
Defibrillation || DC (Dirrect Current) ShockFransiska Oktafiani
 
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru-paru
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru-paruCardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru-paru
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru-paruFransiska Oktafiani
 
Konsep keperawatan keluarga 2017
Konsep keperawatan keluarga 2017Konsep keperawatan keluarga 2017
Konsep keperawatan keluarga 2017Fransiska Oktafiani
 
penyajian data hasil karya tulis ilmiah
 penyajian data hasil karya tulis ilmiah  penyajian data hasil karya tulis ilmiah
penyajian data hasil karya tulis ilmiah Fransiska Oktafiani
 

More from Fransiska Oktafiani (20)

Satuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anak
Satuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anakSatuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anak
Satuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anak
 
Format asuhan keperawatan anak 2018
Format asuhan keperawatan anak 2018Format asuhan keperawatan anak 2018
Format asuhan keperawatan anak 2018
 
Patofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anakPatofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anak
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
 
Proposal Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Anak Todler dengan Diare
Proposal Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Anak Todler dengan DiareProposal Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Anak Todler dengan Diare
Proposal Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Anak Todler dengan Diare
 
Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah Berbasis Studi Kasus 2018
Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah Berbasis Studi Kasus 2018Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah Berbasis Studi Kasus 2018
Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah Berbasis Studi Kasus 2018
 
Sejarah Obat Herbal Indonesia
Sejarah Obat Herbal IndonesiaSejarah Obat Herbal Indonesia
Sejarah Obat Herbal Indonesia
 
DIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAH
DIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAHDIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAH
DIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAH
 
Drugs And Defibrillation
Drugs And DefibrillationDrugs And Defibrillation
Drugs And Defibrillation
 
Sindroma Koroner Akut
Sindroma Koroner AkutSindroma Koroner Akut
Sindroma Koroner Akut
 
Defibrillation || DC (Dirrect Current) Shock
Defibrillation || DC (Dirrect Current) ShockDefibrillation || DC (Dirrect Current) Shock
Defibrillation || DC (Dirrect Current) Shock
 
Ambulans Keperawatan
Ambulans KeperawatanAmbulans Keperawatan
Ambulans Keperawatan
 
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru-paru
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru-paruCardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru-paru
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru-paru
 
Diagnosis & Penanganan Syok
Diagnosis & Penanganan SyokDiagnosis & Penanganan Syok
Diagnosis & Penanganan Syok
 
proses keperawatan jiwa 2017
proses keperawatan jiwa 2017proses keperawatan jiwa 2017
proses keperawatan jiwa 2017
 
konsep dasar karya tulis ilmiah
konsep dasar karya tulis ilmiahkonsep dasar karya tulis ilmiah
konsep dasar karya tulis ilmiah
 
Konsep keperawatan keluarga 2017
Konsep keperawatan keluarga 2017Konsep keperawatan keluarga 2017
Konsep keperawatan keluarga 2017
 
penyajian data hasil karya tulis ilmiah
 penyajian data hasil karya tulis ilmiah  penyajian data hasil karya tulis ilmiah
penyajian data hasil karya tulis ilmiah
 
Skenario penyegaran kader
Skenario penyegaran kaderSkenario penyegaran kader
Skenario penyegaran kader
 
Bagian inti BABI KTI
Bagian inti BABI KTIBagian inti BABI KTI
Bagian inti BABI KTI
 

Recently uploaded

3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 

Recently uploaded (20)

3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 

Tumor Orbita

  • 1. 2A Keperawatan Kelompok 7 1. Nyi Imas Masitoh 2. Raka Marfian Maulana 3. Ramita Anugrah. P 4. Rima Ayu Lestari TUMOR ORBITA
  • 2. A. Definisi Tumor adalah pertumbuhan jaringan tubuh yang abnormal dimana proses apoptosis terganggu, sehingga proliferasi menjadi tidak terkontrol. Tumor mata dibagi menjadi 3, yaitu : 1. Tumor Eksternal : Tumor palpebral (tumor yang tumbuh pada kelopak mata), tumor konjungtiva (tumor yang tumbuh pada lapisan konjungtiva yang melapisi mata bagian depan) 2. Tumor Intraokuler : Tumor yang tumbuh di dalam bola mata 3. Tumor Retrobubulber/Orbita : Tumor yang tumbuh dibelakang bola mata Tumor orbita mata adalah tumor yang menyerang rongga orbita (tempat bola mata) sehingga merusak jaringan lunak mata, seperti otot mata, syaraf mata dan kelenjar air mata. Rongga orbital dibatasi sebelah medial oleh tulang yang membentuk dinding luar sinus ethmoid dan sfenoid. Sebelah superior oleh lantai fossa anterior, dan sebelah lateral oleh zigoma, tulang frontal dan sayap sfenoid besar. Sebelah inferior oleh atap sinus maksilaris. (Dr. Syaiful Saanin, Neurosurgeon).
  • 4. B. Anatomi Fisiologi Mata Mata memiliki reseptor penglihatan dan sistem pembiasan yang memfokuskan sinar pada reseptor yang terdapat di retina. Kelopak Mata Dan Aparatus Lakrimalis Kelopak mata memiliki otot rangka yang memungkinkan kelopak mata menutup dan melindungi bagian depan bola mata. Bulu mata disepanjang tepi setiap kelopak mata membantu mencegah debu masuk ke mata. Kelopak mata dilapisi oleh membrane tipis yang disebut konjungtiva,yang juga melipat ke bagian putih mata. Inflamasi pada membrane ini disebut konjungtivitis dan sering disebabkan oleh alergi sehingga membuat mata merah, gatal, dan berair. Bola Mata Sebagian besar bola mata terdapat didalam dan dilindungi oleh orbit, yang disusun oleh osmaksila, zigomatikum, frontale, sfeinodale, dan etmoidale. Keenam oto intrinsik mata melekat pada saat tulang ini dan pada permukaan bola mata. Ada empat otot rektrus yang menggerakkan bola mata keatas dan kebawah atau kesamping kiri dan kanan, dan dua otot oblik yang memutar bola mata. Saraf kranial yang mempersarafi otot-otot ini adalah nervus okulomotoris, troklearis, dan abdusen (saraf kranial ke 3, 4, dan 6). Koordinasi kompleks otot-otot ini pada kedua mata, untungnya tidak perlu kita pikirkan dan ini sangat penting untuk mencegah penglihatan ganda.
  • 5. Lapisan Bola Mata Pada didindingnya, bola mata memiliki 3 lapisan : yaitu yang paling luar sklera, yang tengah koroid, dan yang paling dalam retina. Sklrea adalah lapisan yang tersusun atas jaringan ikat fibrosa yang tampak sebagai bagian putih pada mata. Bagian yang paling depan adalah kornea, yang berbeda dari sklera karena bagian ini tembus pandang dan tidak memiliki pembuluh darah. Kornea adalah bagian pertama mata yang membiaskan atau membelokkan cahaya. Lapisan koroid mengandung pembuluh darah dan pigmen biru tua yang mengabsorbsi cahaya yang memasuki mata sehingga mencegah silau. Bagian depan koroid dimodifikasi menjadi struktur yang lebih spesifik yaitu korpus silialis dan iris. Rongga pada bola mata Ada 2 rongga pada bola mata yaitu kamera okuli anterior dan kamera okuli posterior yang memiliki ukuran terbesar adalah kamera okuli posterior. Ia terletak di antara lensa dan retina dan berisi humor vitreus. Jika bola mata ditusuk dan kehilangan humor vitreus, retina akan menjauh dari koroid ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab ablasi retina. Kamera okuli anterior terletak di antara bagian depan lensa dan kornea, ruang ini diisi oleh humor aquosus yaitru cairan jaringan bola mata.
  • 6.
  • 7. C. Etiologi Tumor Mata 1. Mutasi gen pengendali pertumbuhan (kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel dominan protektif yang berada dalam pita kromosom 13q14). 2. Malformasi congenital 3. Kelainan metabolism 4. Penyakit vaskuler 5. Inflamasi intraokuler 6. Neoplasma. dapat bersifat ganas atau jinak Neoplasma jinak tumbuh dengan batas tegas dan tidak menyusup, tidak merusak tetapi menekan jaringan disekitarnya dan biasanya tidak mengalami metastasis 7. Trauma
  • 8. C. Patofisiologi Tumor Orbita meningkatkan volume intraokular dan mempengaruhi masa. Meskipun masa secara histologis jinak, itu dapat mengganggu pada struktur orbital atau yang berdekatan dengan mata. Dan bisa juga dianggap ganas apabila mengenai struktur anatomis. Ketajaman visual atau kompromi lapangan, diplopia, gangguan motilitas luar mata, atau kelainan pupil dapat terjadi dari invasi atau kompresi isi intraorbital sekunder untuk tumor padat atau perdarahan. Tidak berfungsinya katup mata atau disfungsi kelenjar lakrimal dapat menyebabkan keratopati eksposur, keratitis, dan penipisan kornea. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui nervus optikus ke otak, melalui sklera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke dalam badan kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan pendarahan. Warna iris tidak normal.
  • 9. Penurunan ketajaman penglihatan Tindakan OP pada mata Nyeri Resiko cedera kornea Resiko infeksi
  • 10. D. MANIFESTASI KLINIS a) Nyeri orbital: jelas pada tumor ganas yang tumbuh cepat, namun juga merupakan gambaran khas 'pseudotumor' jinak dan fistula karotid-kavernosa b) Proptosis: pergeseran bola mata kedepan adalah gambaran yang sering dijumpai, berjalan bertahap dan tak nyeri dalam beberapa bulan atau tahun (tumor jinak) atau cepat (lesi ganas). c) Pembengkakan kelopak: mungkin jelas pada pseudotumor, eksoftalmos endokrin atau fistula karotid- kavernosa d) Palpasi: bisa menunjukkan massa yang menyebabkan distorsi kelopak atau bola mata, terutama dengan tumor kelenjar lakrimal atau dengan mukosel. e) Gerak mata: sering terbatas oleh sebab mekanis, namun bila nyata, mungkin akibat oftalmoplegia endokrin atau dari lesi saraf III, IV, dan VI pada fisura orbital (misalnya sindroma Tolosa Hunt) atau sinus kavernosus f) Ketajaman penglihatan: mungkin terganggu langsung akibat terkenanya saraf optik atau retina, atau tak langsung akibat kerusakan vaskuler.
  • 11. E. KOMPLIKASI a. Glaukoma, adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal atau lebih tinggi dari pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan. b. Keratitis ulseratif, yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu terdapatnya destruksi (kerusakan) pada bagian epitel kornea. c. Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh.
  • 12. – E. PEMERIKSAAN PENUNJANG – 1. pemeriksaan radiologic (melihat ukuran rongga orbita, kerusakan tulang) – 2. pemeriksan ultrasonografi (mengetahui bentuk tumor, konsistensi) – 3. CT-Scan (menentukan ganas atau jinaknya tumor) – 4. arteriografi (melihat besarnya tumor)
  • 13. – Pemeriksaan diagnostic pada mata secara umum sebagai berikut : – a. Kartu mata Snellen/ mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) ; mungkin terganggu dengan kerusaakan kornea, lensa, aqueus atau vitreus Humour, kesalahan refraksi atau penyakit system saraf atau penglihatan ke retina atau jalan optic. – b. Lapang penglihatan ; penurunanan yang disebabkan oleh CSV, massa tumor pada hipofisis/ otak, karotis atau patologis arteri serebral atau Glaukoma. – c. Tonografi ; mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg) – d. Gonioskopi ; membantu membedakan sudut terbuka dan sudut tertutup pada glaukoma. – e. Oftalmoskopi ; mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optic, papiledema, perdarahan retina dan mikroanurisme. – f. Pemeriksaan darah lengkah, laju sedimentasi (LED) ; menunjukkan anemia sistemik / infeksi.
  • 14. G. PENATALAKSANAAN a. Medis 1. Tumor jinak memerlukan eksisi, namun bila kehilangan penglihatan merupakan hasil yang tak dapat dihindarkan, dipikirkan pendekatan konservatif 2. Tumor ganas: memerlukan biopsi dan radioterapi. Limfoma juga bereaksi baik dengan kemoterapi. Terkadang lesi terbatas (misal karsinoma kelenjar lakrimal) memerlukan reseksi radikal. b. Keperawatan 1. Tirah baring dan aktivitas dibatasi agar pasien tidak mengalami komplikasi pada bagian tubuh lain. tirah baring dilaksanakan kurang lebih 5 hari setelah operasi atau tergantung pada kebutuhan klien. 2. Bila kedua mata dibalut, perlu bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya untuk mencegah cidera. 3. Jika terdapat gelombang udara di dalam mata, posisi yang dianjurkan harus dipertahannkan sehingga gas mampu memberikan tamponade yang efektif pada robekan retina. 4. Pasien tidak boleh terbaring telungkup. 5. Dilatasi pupil harus dipertahankan untuk mempermudah pemeriksaan paska operasi
  • 15. Diagnosa Intervensi Rasional a. Gangguan persepsi penglihatan  Catat reaksi pasien terhadap rusaknya penglihatan (misal, depresi, menarik diri, dan menolak kenyataan)  Gambarkan lingkungan kepada pasien  Jangan memindahkan benda-benda di kamar pasien tanpa memberitahu pasien  Ciptakan lingkungan yang aman untuk klien  Tempatkan benda-benda yang sering digunakan dekat dengan jangkauan  Ijinkan keluarga/orang tertentu lainnya untuk tetap bersama klien  Didik k;lien dan pengunjung mengenai perubahan/tindakan pencegahan, sehingga mereka tidak akan dengan segaja mengganggu lingkungan yang direncanakan  Beri keluarga/orang penting lainnya informasi tentang menciptakan lingkungan rumah yang aman bagi pasien  Mengetahui reaksi psikologis klien  Agar klien mengenal lingkunganya  Agar tidak menyusahkan klien jika membutuhkan sesuatu  Menghindari KTD  Memudahkan klien jika menginginkanya  Memberikan kenyamanan dan keamanan bagi klien  Agar pasien dan pengunjung tidak mengganggu lingkungan yang telah direncanakan untuk klien  Memberikan keamanan bagi klien Pre op
  • 16. Pre op a. Ganggguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya massa dalam mata  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan factor presipitasi  Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan  Gunakan teknik komunikasi terapeutik  Berikan analgetik  Tingkatkan istirahat  Mengetahui skala nyeri klien  Mengetahui tingkat ketidaknyamanan  untuk mengetahui pengalaman nyeri klien  untuk mengurangi nyeri  mengurangi rasa nyeri
  • 17. Post op Diagnosa Intervensi Rasional a. Resiko infeksi  Bersihkan area sekitar yang dioperasi  Beritahu pasien agar tidak membuka perban  Anjurkan pasien makan makanan penuh dengan nutrisi  Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti inflamasi non steroid (OAINS)  Menjaga kebersihan luka  Mengurangi resiko infeksi  Mempercepat penyembuhan luka  Mengurangi resiko infeksi dan mempercepat penyembuhan luka
  • 18. Pre op a. Ganggguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya massa dalam mata  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan factor presipitasi  Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri  Tingkatkan istirahat  Mengetahui skala nyeri klien  Mengetahui tingkat ketidaknyamanan  untuk mengetahui pengalaman nyeri klien  untuk mengurangi nyeri  mengurangi rasa nyeri
  • 20. DAFTAR PUSTAKA 1. Carpenito, Lynda juall.2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed 10.Jakarta:EGC 2. sidarta,Ilyas.2002.ilmu penyakit mata edisi ke 2 hal.88-89. jakarta:EGC