SlideShare a Scribd company logo
1 of 42
1. Konsep Dasar Penyakit
2. a. Pengertian
Impaksi serumen adalah gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan serumen di liang
telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu (Mansjoer, Arif :1999).
1. b. Etiologi
Adapun faktor penyebab dari impaksi serumen, antara lain:
- Dermatitis kronik pada telinga luar,
- Liang telinga sempit,
- Produksi serumen terlalu banyak dan kental,
- Terdorongnya serumen ke lubang lebih dalam (karena kebiasaan mengorek telinga).
1. c. Patofisiologi
1. d. Gejala Klinis
Gejala klinis yang umumnya dirasakan oleh penderita penyakit impaksi serumen, antara lain :
- Pendengaran berkurang.
- Nyeri di telinga karena serumen yang mengeras
merasakan lingkungan di sekitarnya berputar (vertigo)
- Telinga berdengung (tinutitis)
1. e. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Telinga .Telinga luar diperiksa dengan inspeksi dan palpasi lang-sung sementara
membrana timpani diinspeksi, seperti telinga tengah dengan otoskop dan palpasi tak langsung
dengan menggunakan otoskop pneumatic Pengkajian Fisik.
Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat. Aurikulus dan
jaringan sekitarnya diinspeksi adanya
deformitas, lesi,
cairan begitu pula ukuran,
simetris dan sudut penempelan ke kepala.
Gerakan aurikulus normalnya tak menimbulkan nyeri. Bila manuver ini terasa nyeri, harus dicurigai
adanya otitis eksterna akut. Nyeri tekan pada saat palpasi di daerah mastoid dapat menunjukkan
mastoiditis akut atau inflamasi nodus auri-kula posterior. Terkadang, kista sebaseus dan tofus (de-
posit mineral subkutan) terdapat pada pinna. Kulit bersisik pada atau di belakang aurikulus biasanya
menunjuk¬kan adanya dermatitis sebore dan dapat terdapat pula di kulit kepala dan struktur wajah.
Untuk memeriksa kanalis auditorius eksternus dan membrana timpani, kepala pasien sedikit
dijauhkan dari pemeriksa.
1. f. Pemeriksaan Penunjang
Ketajaman Auditorius.
Perkiraan umum pendengaran pasien dapat disaring secara efektif dengan mengkaji kemampuan
pasien mendengarkan bisikan kata atau detakan jam tangan. Bisikan lembut dilakukan oleh
pemeriksa, yang sebelumnya telah§ melakukan ekshalasi penuh. Masing-masing telinga diperiksa
bergantian. Agar telinga yang satunya tak mendengar,
Penggunaan uji Weber dan Rinne
memungkinkan kita membedakan kehilangan akibat konduktif dengan kehi-langan sensorineura
Uji Weber
Memanfaatkan konduksi tulang untuk menguji adanya lateralisasi suara. Sebuah garpu tala
dipegang erat pada gagangnya dan pukulkan pada lutut atau pergelangan tangan pemeriksa.
Kemudian diletakkan pada dahi atau gigi pasien. Pasien ditanya apakah suara terdengar di tengah
kepala, di telinga kanan atau telinga kiri. Individu dengan pendengaran normal akan mende¬ngar
suara seimbang pada kedua telinga atau menjelaskan bahwa suara terpusat di tengah kepala. Bila
ada kehilang¬an pendengaran konduktif (otosklerosis, otitis media), suara akan lebih jelas terdengar
pada sisi yang sakit. Ini disebabkan karena obstruksi akan menghambat ruang suara, sehingga
akan terjadi peningkatan konduksi tulang. Bila terjadi kehilangan sensorineural, suara akan meng-
alami lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik. Uji Weber berguna untuk kasus
kehilangan pende¬ngaran unilateral.
Uji Rinne
Gagang garpu tala yang bergetar ditempatkan di belakang aurikula pada tulang mastoid (kon¬duksi
tulang) sampai pasien tak mampu lagi mendengar suara. Kemudian garpu tala dipindahkan pada
jarak 1 inci dari meatus kanalis auditorius eksternus (konduksi uda-ra). Pada keadaan normal pasien
dapat terus mendengar¬kan suara, menunjukkan bahwa konduksi udara berlang-sung lebih lama
dari konduksi tulang. Pada kehilangan pendengaran konduktif, konduksi tulang akan melebihi
konduksi udara begitu konduksi tulang melalui tulang temporal telah menghilang, pasien sudah tak
mampu lagi mendengar garpu tala melalui mekanisme konduktif yang biasa. Sebaliknya kehilangan
pendengaran sensorineural memungkinkan suara yang dihantarkan melalui udara lebih baik dari
tulang, meskipun keduanya merupakan konduktor, yang buruk dan segala suara diterima seperti
sangat jauh dan lemah.
Prosedur Diagnostik Auditorius dan Vestibuler
Dalam mendeteksi kehilangan pendengaran, audiome¬ter adalah satu-satunya instrumen diagnostik
yang paling penting.
Uji audiometri ada dua macam:
(1) audiometri nada-murni, di mana stimulus suara terdiri atas nada murni atau musik (semakin
keras nada sebelum pasien bisa mendengar berarti semakin besar kehilangan pende¬ngarannya),
dan
(2) audiometri wicara
di mana kata yang diucapkan digunakan untuk menentukan kemampuan mendengar dan
membedakan suara.
Ahli audiologi melakukan uji dan pasien mengenakan earphone dan sinyal mengenai nada yang
didengarkan. Ketika nada dipakai secara langsung pada meatus kanalis auditorius eksiernus, kita
mengukur konduksi udara. Bila stimulus diberikan pada tulang mastoid, melintas mekanisme
konduksi (osikulus), langsung menguji konduksi saraf. Agar hasilnya akurat, evaluasi audiometri
dilakukan di ruangan yang kedap suara. Respons yang dihasil-kan diplot pada grafik yang
dinamakan audiogram.
1. g. Penatalaksanaan
Kotoran telinga (serumen) bisa menyumbat saluran telinga dan menyebabkan gatal-gatal, nyeri
serta tuli yang bersifat sementara dan dokter akan membuang serumen tersebut dengan cara
menyemburnya secara perlahan dengan menggunakan air hangat (irigasi). Tetapi jika dari telinga
keluar nanah, terjadi perforasi gendang telinga atau terdapat infeksi telinga yang berulang, maka
irigasi tidak dapat dilakukan karena air bisa masuk ke telinga tengah dan kemungkinan akan
memperburuk infeksi. Pada keadaan ini, serumen dibuang dengan menggunakan alat yang tumpul
atau dengan alat penghisap. Biasanya tidak digunakan pelarut serumen karena bisa menimbulkan
iritasi atau reaksi alergi pada kulit saluran telinga dan tidak mampu melarutkan serumen secara
adekuat.
Adapun cara-cara untuk mengeluarkan serumen yang menumpuk di liang telinga, antara lain:
1. Serumen yang lembek dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada aplikator (pelilit).
2. Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret.
3. Serumen yang sangat keras (membatu), dilembekkan terlebih dahulu dengan karbogliserin 10%, 3 x
5 tetes sehari, selama 3 – 5 hari, setelah itu dikeluarkan dengan pengait atau kuret dan bila perlu
dilakukan irigasi telinga dengan air yang suhunya sesuai dengan suhu tubuh.
4. Serumen yang terlalu dalam dan mendekati membran timpani dikeluarkan dengan cara mengirigasi
liang telinga dengan menggunakan air hangat bersuhu 37 o
C agar tidak menimbulkan vertigo karena
terangsangnya vestibuler.
1. II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. a. Pengkajian
1. Biodata pasien dan penanggung jawab
2. Riwayat kesehatan
- Keluhan utama saat MRS
Penderita biasanya mengeluhkan pendengarannya mulai menurun, nyeri, telinga berdengung, dan
pusing dimana pasien merasakan lingkungan di sekitarnya berputar (vertigo).
- Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehtan masa lalu yang berhubungan dengan penyakit impaksi serumen adalah
kebiasaan membersihkan telinga yang tidak benar, penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan
dermatitis pada kulit, seperti herpes zooster,
1. Pola kebutuhan dasar manusia
Pola kebutuhan dasar manusia meliputi :
- Pola napas
- Pola makan dan minum
- Pola eliminasi (BAB dan BAK)
- Pola istirahat dan tidur
- Pola berpakaian
- Pola rasa nyaman
- Pola kebersihan diri
- Pola rasa aman
- Pola komunikasi
- Pola beribadah
- Pola produktivitas
- Pola rekreasi
- Pola kebutuhan belajar
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Telinga .Telinga luar diperiksa dengan inspeksi dan palpasi lang-sung sementara
membrana timpani diinspeksi, seperti telinga tengah dengan otoskop dan palpasi tak langsung
dengan menggunakan otoskop pneumatic Pengkajian Fisik.
Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat. Aurikulus dan
jaringan sekitarnya diinspeksi adanya
§ deformitas, lesi,
§ cairan begitu pula ukuran,
§ simetris dan sudut penempelan ke kepala.
Gerakan aurikulus normalnya tak menimbulkan nyeri. Bila manuver ini terasa nyeri, harus dicurigai
adanya otitis eksterna akut. Nyeri tekan pada saat palpasi di daerah mastoid dapat menunjukkan
mastoiditis akut atau inflamasi nodus auri-kula posterior. Terkadang, kista sebaseus dan tofus (de-
posit mineral subkutan) terdapat pada pinna. Kulit bersisik pada atau di belakang aurikulus biasanya
menunjuk¬kan adanya dermatitis sebore dan dapat terdapat pula di kulit kepala dan struktur wajah.
Untuk memeriksa kanalis auditorius eksternus dan membrana timpani, kepala pasien sedikit
dijauhkan dari pemeriksa.
1. b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d. agen cedera biologi, ditandai dengan:
- Pasien mengeluh nyeri
- Wajah pasien tampak meringis
- Pasien terus menerus memegangi daerah yang nyeri
1. Gangguan persepsi dan sensori (auditori) b.d. perubahan sensori persepsi, ditandai dengan:
- Pasien mengeluh pendengarannya mulai berkurang
- Pasien tampak bingung ketika akan menjawab pertanyaan
- Pasien terus meminta mengulangi pertanyaan yang diajukan kepadanya
1. Gangguan harga diri b.d. stigma berkenaan dengan kondisi, ditandai dengan:
- Kurang mengikuti program terapi yang diberikan
- Pasien tampak menarik diri dari pergaulan
- Kurangnya kontak mata pasien saat berkomunikasi dengan orang lain
1. Ansietas b.d. kurang pengetahuan, ditandai dengan:
- Pasien terus menerus menanyakan tentang penyakitnya
- Wajah pasien tampak cemas
- Pasien tampak gelisah
1. c. Intervensi
- Dx. 1
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan nyeri pasien hilang atau
terkontrol, dengan kriteria hasil :
- Skala nyeri 0-3
- Wajah pasien tidak meringis
- Pasien tidak memegang daerah yang nyeri
Intervensi :
1. Kaji skala nyeri pasien menggunakan PQRST
R : untuk mengetahui skala nyeri pasien dan untuk mempermudah dalam menentukan intervensi
yang akan dilakukan selanjutnya
1. Ajarkan pasien teknik relaksasi dan distraksi
R : teknik relaksasi dan distrakasi yang diajarkan kepada pasien, dapat membantu mengurangi
persepsi pasien terhadap nyeri yang dideritanya
1. Delegatif dalam pemberian obat analgetik
R : obat analgetik dapat mengurangi atau menghilangkan nyeri yang diderita oleh pasien
- Dx. 2
Tujuan : setelah diberikan askep 3 x 24 jam, diharapkan ketajaman pendengaran pasien meningkat,
dengan kriteria hasil :
- Pasien dapat mendengar dengan baik
- Pasien tidak meminta mengulang setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya
Intervensi :
1. Kaji ketajaman pendengaran, catat apakah kedua telinga terlibat
Rasional : untuk mengetahui tingkat ketajaman pendengaran pasien dan untuk menentukan
intervensi selanjutnya.
1. Ciptakan komunikasi alternatif non-verbal pasien dan orang-orang terdekat, seperti menganjurkan
pembicara menulis atau menggunakan bahasa tubuh untuk menyampaikan apa yang ingin
disampaikan kepada pasien
Rasional : untuk mempertahankan komunikasi dan hubungan yang baik antara pasien dengan
orang-orang terdekat
1. Anjurkan keluarga untuk tinggal dengan pasien
Rasional : untuk menghindari perasaan terisolasi dari pasien
1. Anjurkan pasien dan keluarganya untuk mematuhi program terapi yang diberikan
Rasional : mematuhi program terapi akan mempercepat proses penyembuhan
- Dx. 3
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan 3 x 24 jam, diharapkan harga diri rendah pasien
dapat diminimalisir, dengan kriteria hasil:
- Pasien tidak menraik diri dari pergaulan
- Mengikuti program terapi yang diberikan
- Pasien bisa mulai bersosialisasi dengan orang lain
Intervensi :
1. Kontrak waktu dengan pasien untuk mendengar keluhan-keluhan pasien dan mengungkapkan
perasaannya
Rasional : untuk mengetahui apakah pasien menerima dirinya saat situasi tersebut
1. Anjurkan pasien untuk tidak merahasiakan masalahnya
Rasional : Merahasiakan sesuatu bersifat destruktif (merusak) terhadap harga diri.
1. Anjurkan keluarga pasien untuk memperlakukan pasien senormal mungkin
Rasional : melibatkan pasien dalam keluarga dapat mengurangi perasaan terisolasi dari lingkungan
sosial dan dapat pula memberikan kesempatan pada orang terdekat untuk meningkatkan
kesejahteraan pasien
1. Anjurkan pasien untuk ikut serta dalam setaip tindakan keperawatan atau tindakan pengobatan dan
sesuaikan dengan kemampuan pasien.
Rasional : partisipasi sebanyak mungkin dalam pengalaman dapat mengurang depresi tentang
keterbatasan
1. Berikan respon positif terhadap segala tindakan yang dapat dilakukan oleh pasien secara mandiri
dan kemajuan perkembangan kesehatannya
Rasional : Respon yang positif dapat membantu pasien untuk menghilangkan perasaan dari
kegagalan dan membentuk pasien muai menerima penanganan terhadap penyakitnya.
- Dx. 4
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam, diharapkan rasa cemas pasien
dan keluarganya berkurang atau hilang, dengan kriteria hasil :
- Pasien dan keluarganya tidak terus menerus menanyakan tentang penyakit yang diderita
oleh pasien
- Pasien dan keluarganya memahami tentang penyakit dan proses penyakit yang diderita oleh
pasien
- Pasien tampak rileks
Intervensi :
1. Evaluasi tingkat ansietas pasien dan keluarganya, catat respon verbal dan non-verbal.
R : untuk mengetahui tingkat ansietas pasien dan keluarganya
1. Berikan informasi kepada pasien dan keluarganya mengenai penyakit dan proses penyakit yang
diderita oleh pasien
R : informasi yang diberikan dapat mengurangi ansietas yang dirasakan oleh pasien dan
keluraganya, dan dapat pula meningkatkan kepahaman pasien dan keluarganya tentang penyakit
yang diderita oleh pasien
1. Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya mengenai setiap tindakan keperawatan yang
akan diberikan
R : dapat mengurangi ansietas pasien dan keluarganya, serta dapat menciptakan rasa saling
percaya
1. d. Evaluasi
1. Dx. 1
Nyeri pasien hilang atau terkontrol.
1. Dx. 2
Pasien dapat m
1. . Evaluasi
1. Dx. 1
Nyeri pasien hilang atau terkontrol.
1. Dx. 2
Pasien dapat mendengar dengan baik.
1. Dx. 3
Harga diri rendah pasien dapat diminimalisir
1. Dx. 4
Kecemasan pasien dan keluarganya berkurang atau hilang.
Like this:
Suka
Be the first to like this post.
ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN IMPAKSI
SERUMEN
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN IMPAKSI SERUMEN
I.Konsep Dasar Penyakit
a. Pengertian
Impaksi serumen adalah gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan serumen di
liang telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu (Mansjoer, Arif :1999).
b. Etiologi
Adapun faktor penyebab dari impaksi serumen, antara lain:
-Dermatitis kronik pada telinga luar,
-Liang telinga sempit,
-Produksi serumen terlalu banyak dan kental,
-Terdorongnya serumen ke lubang lebih dalam (karena kebiasaan mengorek telinga).
c.Patofisiologi
Kadang-kadang pada kanalis dapat terjadi impaksi, yang dapat menyebabkan otalgia, rasa penuh
dalam telinga dan atau kehilangan pendengaran. Penumpukan serumen terutama bermakna
pada populasi geriatrik sebagai penyebab defisit pendengaran . usaha membersihkan kanalis
auditorius dengan batang korek api, jepit rambut, atau alat lain bisa berbahaya karena
trauma terhadap kulit bisa menyebabkan infeksi.
Anak-anak sering memasukkan benda-benda kecil ke dalam saluran telinganya, terutama
manik-manik, penghapus karet atau kacang-kacangan.
d. Pathway
Dermatitis kronik pada telinga luar
Produksi serumen banyak dan kental
Liang telinga sempit
Kebiasaan membersihkan telinga yang salah
Impaksi Serumen (Penumpukan serumen)
Menekan dinding liang telinga
Menekan membrane timpani
Telinga tersumbat
Vertigo dan tinitus
Pendengaran terganggu
Agen cedera biologi
usaha membersihkan kanalis auditorius dengan batang korek api, jepit rambut, atau alat lain
Trauma kulit
Kurang pengetahuan
Resiko Infeksi
Perubahan sensori
dan persepsi
Nyeri akut
Gangguan sensori persepsi (auditori)
Stigma berkenaan dengan kondisi
Gangguan harga diri
e.Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang umumnya dirasakan oleh penderita penyakit impaksi serumen, antara lain
:
-Pendengaran berkurang.
-Nyeri di telinga karena serumen yang keras membatu menekan dinding liang telinga.
-Telinga berdengung (tinitus).
-Pusing dimana pasien merasakan lingkungan di sekitarnya berputar (vertigo)
f. Pemeriksaan Fisik
Telinga luar diperiksa dengan
inspeksi dan palpasi langsung sementara membrana timpani diinspeksi, seperti telinga tengah
dengan otoskop dan palpasi tak langsung dengan menggunakan otoskop pneumatic
Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat.
Aurikulus dan jaringan sekitarnya diinspeksi adanya
 deformitas, lesi,
 cairan begitu pula ukuran,
 simetris dan sudut penempelan ke kepala..
 Setiap adanya cairan, inflamasi, atau benda asing; dalam kanalis auditorius eksternus
dicatat.
 Membrana, timpani sehat berwarna mutiara keabuan
pada dasar kanalis.
Gerakan memutar lambat spekulum memungkinkan penglihat lebih jauh pada lipatan
malleus dan daerah perifer. dan warna membran begitu juga tanda yang tak biasa dicatat dan
deviasi kerucut cahaya dicatat. Adanya cairan, gelembung udara, atau masa di telinga tengah
harus dicatat.
 Pemeriksaan otoskop kanalis auditorius eksternus membrana timpani yang baik hanya
dapat dilakukan bila kanalis tidak terisi serumen yang besar. Serumen terdapat di kanalis
eksternus, dan bila jumla sedikit tidak akan mengganggu pemeriksaan otoskop.
h. Pemeriksaan Penunjang
a.CT-Scan tulang tengkorak, mastoid terlihat kabur, ada kerusakan tulang
b.Scan Galium-67, terlihat focus inf akut yg akan kembali normal dgn resolusi inf.
c.Scan Tekhnetium-99, terlihat aktifitas osteoblastik yg akan kembali normal beberapa bulan
setelah resolusi klinik
d.MRI, monitor serebral, pembuluh darah yang terkait
e.Tes Laboratorium,sample nanah untuk kultur dan tes sensitivitas antibiotik
f.Ketajaman Auditorius.
 Perkiraan umum pendengaran pasien dapat disaring secara efektif dengan mengkaji
kemampuan pasien mendengarkan
 Bisikan kata atau detakan jam tangan.
Bisikan lembut dilakukan oleh pemeriksa, yang sebelumnya telah melakukan ekshalasi
penuh. Masing-masing telinga diperiksa bergantian. Agar telinga yang satunya tak
mendengar,
pemeriksa menutup telinga yang tak diperiksa dengan telapak tangan.Dari jarak 1 sampai 2
kaki dari telinga yang tak tertutup dan di luar batas penglihatan, pasien dengan ketajaman
normal dapat menirukan dengan tepat apa yang dibisikkan. Bila yang digunakan detak jam
tangan, pemeriksa memegang jam tangan sejauh 3 inci dari telinganya sendiri (dengan
asumsi pemeriksa mempunyai pendengaran normal) dan kemudian memegang jam tangan
pada jarak yang sama dari aurikulus pasien. Karena jam tangan menghasilkan suara dengan
nada yang lebih tinggi daripada suara bisikan, maka kurang dapat dipercaya dan tidak dapat
dipakai sebagai satu-satunya cara mengkaji ketajaman auditorius.
g. Uji Weber
memanfaatkan konduksi tulang untuk menguji adanya lateralisasi suara. Sebuah garpu tala
dipegang erat pada gagangnya dan pukulkan pada lutut atau pergelangan tangan pemeriksa.
Kemudian diletakkan pada dahi atau gigi pasien. Pasien ditanya apakah suara terdengar di
tengah kepala, di telinga kanan atau telinga kiri. Individu dengan pendengaran normal akan
mende¬ngar suara seimbang pada kedua telinga atau menjelaskan bahwa suara terpusat di
tengah kepala. Bila ada kehilang¬an pendengaran konduktif (otosklerosis, otitis media),
suara akan lebih jelas terdengar pada sisi yang sakit. Ini disebabkan karena obstruksi akan
menghambat ruang suara, sehingga akan terjadi peningkatan konduksi tulang. Bila terjadi
kehilangan sensorineural, suara akan meng-alami lateralisasi ke telinga yang
pendengarannya lebih baik. Uji Weber berguna untuk kasus kehilangan pende¬ngaran
unilateral.
h.Uji Rinne
gagang garpu tala yang bergetar ditempatkan di belakang aurikula pada tulang mastoid
(kon¬duksi tulang) sampai pasien tak mampu lagi mendengar suara. Kemudian garpu tala
dipindahkan pada jarak 1 inci dari meatus kanalis auditorius eksternus (konduksi uda-ra).
Pada keadaan normal pasien dapat terus mendengar¬kan suara, menunjukkan bahwa
konduksi udara berlang-sung lebih lama dari konduksi tulang. Pada kehilangan pendengaran
konduktif, konduksi tulang akan melebihi konduksi udara begitu konduksi tulang melalui
tulang temporal telah menghilang, pasien sudah tak mampu lagi mendengar garpu tala
melalui mekanisme konduktif yang biasa. Sebaliknya kehilangan pendengaran sensorineural
memungkinkan suara yang dihantarkan melalui udara lebih baik dari tulang, meskipun
keduanya merupakan konduktor, yang buruk dan segala suara diterima seperti sangat jauh
dan lemah.
i. Penatalaksanaan
Kotoran telinga (serumen) bisa menyumbat saluran telinga dan menyebabkan gatal-gatal,
nyeri serta tuli yang bersifat sementara dan dokter akan membuang serumen tersebut dengan
cara menyemburnya secara perlahan dengan menggunakan air hangat (irigasi). Tetapi jika
dari telinga keluar nanah, terjadi perforasi gendang telinga atau terdapat infeksi telinga yang
berulang, maka irigasi tidak dapat dilakukan karena air bisa masuk ke telinga tengah dan
kemungkinan akan memperburuk infeksi. Pada keadaan ini, serumen dibuang dengan
menggunakan alat yang tumpul atau dengan alat penghisap. Biasanya tidak digunakan
pelarut serumen karena bisa menimbulkan iritasi atau reaksi alergi pada kulit saluran telinga
dan tidak mampu melarutkan serumen secara adekuat.
Adapun cara-cara untuk mengeluarkan serumen yang menumpuk di liang telinga, antara
lain:
1. Serumen yang lembek dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada aplikator (pelilit).
2. Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret.
3. Serumen yang sangat keras (membatu), dilembekkan terlebih dahulu dengan karbogliserin
10%, 3 x 5 tetes sehari, selama 3 – 5 hari, setelah itu dikeluarkan dengan pengait atau kuret
dan bila perlu dilakukan irigasi telinga dengan air yang suhunya sesuai dengan suhu tubuh.
4. Serumen yang terlalu dalam dan mendekati membran timpani dikeluarkan dengan
cara mengirigasi liang telinga dengan menggunakan air hangat bersuhu 37
o
C agar tidak
menimbulkan vertigo karena terangsangnya vestibuler.
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Biodata pasien dan penanggung jawab
2. Riwayat kesehatan
-Keluhan utama saat MRS
Penderita biasanya mengeluhkan pendengarannya mulai menurun, nyeri, telinga
berdengung, dan pusing dimana pasien merasakan lingkungan di sekitarnya berputar
(vertigo).
-Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehtan masa lalu yang berhubungan dengan penyakit impaksi serumen adalah
kebiasaan membersihkan telinga yang tidak benar.
3. Pola kebutuhan dasar manusia
Pola kebutuhan dasar manusia meliputi :
-Pola napas
-Pola makan dan minum
-Pola eliminasi (BAB dan BAK)
-Pola istirahat dan tidur
-Pola berpakaian
-Pola rasa nyaman
-Pola kebersihan diri
-Pola rasa aman
-Pola komunikasi
-Pola beribadah
-Pola produktivitas
-Pola rekreasi
- Pola kebutuhan belajar
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d. agen cedera biologi
2. Gangguan persepsi dan sensori (auditori) b.d. perubahan persepsi sensori
3. Gangguan harga diri b.d. stigma berkenaan dengan kondisi
4. Kurang pengetahuan b.d kurang terpapar informasi mengenai penyakit
5. Resiko infeksi b.d trauma pada kulit
Dx Tujuan Intervensi Rasional
1 1 setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan rasa
nyeri pasien berkurang
dengan KH:
-Pasien tampak rileks,
-skala nyeri (1-3)
Kaji ulang keluhan nyeri,
perhatikan lokasi atau
karakter dan intensitas.
Berikan posisi yang nyaman
pada pasien.
Tingkatkan periode tidur
tanpa gangguan
Dorong menggunakan teknik
manajemen nyeri, seperti
nafas dalam
Kolaborasi pemberian obat
sesuai indikasi (analgesik).
Memberikan informasi
untuk membantu
dalam menentukan
pilihan atau
keefektifan
intervensi.
Untuk meningkatkan
relaksasi.
Dapat mengurangi rasa
nyeri pasien
Meningkatkan
relaksasi dan
mengurangi nyeri
Diberikan untuk
menghilangkan nyeri
dan memberikan
relaksasi mental dan
fisik.
2 2 setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3x24
jam diharapkan Gangguan
persepsi sensori berkurang /
hilang dengan KH :
-Pasien dapat mendengar dengan
baik
-Pasien tidak meminta untuk
mengulang setiap pertanyaan
yang diajukan kepadanya
Memandang ketika sedang
berbicara
Kaji ketajaman pendengaran
pasien
Menggunakan tanda – tanda
nonverbal (mis. Ekspresi
wajah, menunjuk, atau
gerakan tubuh) dan bentuk
komunikasi lainnya.
Anjurkan kepada keluarga atau
orang terdekat klien untuk
tinggal bersama klien
Anjurkan kepada pasien dan
keluarga untuk mematuhi
program teraphy
Menunjukkan
perhatian dan
penghargaan
Untuk mengetahui
tingkat ketajaman
pendengaran pasien
dan untuk
menentukan
intervensi
Membantu klien
untuk
mempersepsikan
informasi
Untuk menghindari
perasaan terisolasi
pasien
Mematuhi program
therapy akan
mempercepat proses
penyembuhan
3 3 Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3x24
jam diharapakan gangguan
harga diri pasien teratasi
dengan KH :
-Bicara/berkomunikasi dengan
Kaji luasnya gangguan
persepsi dan hubungkan
derajat ketidakmampuannya
Dorong klien untuk
mengeksplorasi perasaan
tentang kritikan orang
Penentuan faktor-
faktor secara
individual membantu
dalam
mengembangkan
perencanaan
orang terdekat tentang situasi
dan perubahan yang telah
terjadi
-Mengungkapkan penerimaan
pada diri sendiri dalam
situasi
-Mengenali dan menggabungkan
perubahan dalam konsep diri
dalam cara yang akurat tanpa
menimbulkan harga diri yang
negatif.
lain.Diskusikan cara koping
perasaan ini dan bagaimana
menerima ketidaksetujuan
orang lain tanpa mengalami
perasaan gagal
 Identifikasi arti dari
kehilangan/disfungsi/perubah
an pada pasien
Anjurkan pasien untuk
mengekspresikan
perasaannya termasuk rasa
bermusuhan dan perasaan
marah
asuhan/intervensi
Mungkin memiliki
perasaan tidak
realistik saat dikritik
dan perlu
mempelajari
bagaimana
menerapkan kriktik
konstruktif untuk
pertumbuhan pribadi
bukan merusak diri
sendiri.Membantu
mengembangkan
percaya pada
kemampuan dan
penilaian sendiri
disamping apa yang
dipikirkan orang lain
Kadang-kadang
pasien menerima dan
mengatasi gangguan
fungsi secara efektif
dengan sedikit
penanganan, dilain
pihak ada juga orang
yang mengalami
kesulitan dalam
menerima dan
mengatasi
kekurangannya
Mendemontrasikan
penerimaan/memban
tu pasien untuk
mengenal dan mulai
memahami perasaan
ini
4 4 Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 1x24
jam kebutuhan akan
informasi terpenuhi
dengan KH :
-pasien menyatakan
pemahaman kondisi,
prognosis, dan
pengobatan.
Tentukan persepsi pasien
tentang proses penyakit.
Tinjau proses penyakit dan
harapan masa depan
Berikan informasi mengenai
penanganan dan pengobatan,
interaksi,efek samping dan
pentingnya ketaatan pada
program
Berikan HE pada pasien
Membuat
pengetahuan dasar
dan memberikan
kesadaran kebutuhan
belajar individu
Memberikan
pengetahuan dasar
dimana pasien dapat
membuat pilihan
Meningkatkan
-Mengidentifikasi hubungan
antar gejala/tanda dengan
proses penyakit
-Melakukan prosedur dengan
benar dan menjelaskan alasan
tindakan.
pemahaman dan
meningkatkan kerja
sama dalam proses
penyembuhan
Diharapkan pasien
memahami kondisi
dan penanganan
penyakit yang
dialami
5 5 Setelah diberikan tindakan
keperawatan 3X24 jam
diharapkan tidak terjadi
tanda-tanda infeksi.
Kriteria Hasil:
-Tidak terdapat tanda tanda
infeksi seperti:
Kalor,dubor,tumor,dolor,dan
fungsionalasia.
-TTV dalam batas normal
Kaji tanda – tanda infeksi
Pantau TTV,terutama suhu
tubuh.
Ajarkan teknik aseptik pada
pasien
Cuci tangan sebelum memberi
asuhan keperawatan ke
pasien.
Untuk mengetahui
apakah pasian
mengalami infeksi.
Dan untuk
menentukan
tindakan
keperawatan
berikutnya.
Tanda vital merupakan
acuan untuk
mengetahuikeadaan
umum pasien.
Perubahan suhu
menjadi tinggi
merupakan salah
satu tanda – tanda
infeksi.
Meminimalisasi
terjadinya infeksi
Mencegah terjadinya
infeksi nosokomial.
d. Evaluasi
1.Dx 1 : - pasien tampak rileks
- skala nyeri 1-3
2.Dx 2 : - pasien dapat mendengar dengan baik
- pasien tidak mengulang untuk meminta untuk mengulang
setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya
3. Dx 3 : - Bicara/berkomunikasi dengan orang terdekat tentang
situasi dan perubahan yang telah terjadi
- Mengungkapkan penerimaan pada diri sendiri dalam
situasi
- Mengenali dan menggabungkan perubahan dalam konsep
diri dalam cara yang akurat tanpa menimbulkan harga diri
yang negatif
4. Dx 4 : - pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan
pengobatan
engidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan
ses penyakit
Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.
5. Dx 5 : - Tidak terdapat tanda tanda infeksi seperti:
Kalor,dubor,tumor,dolor,dan fungsionalasia.
- TTV dalam batas normal
DAFTAR PUSTAKA
Adams,George L.dkk.1997.Boies:Buku Ajar Penyakit THT.Ed 6 : Jakarta.EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 3. Ed 8 : Jakarta. EGC
Doungoes, marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan
Dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed 3 : Jakarta. EGC
Mansjoer,Arief,dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3: Jakarta.Mediaaesculapius
www. iranichi.multiply.com
www.blogdokter.net/2008/.../untung-ruginya-kotoran-telinga
1. d. Gejala Klinis
Gejala klinis yang umumnya dirasakan oleh penderita penyakit impaksi serumen, antara lain
:
- Pendengaran berkurang.
- Nyeri di telinga karena serumen yang mengeras
merasakan lingkungan di sekitarnya berputar (vertigo)
- Telinga berdengung (tinutitis)
1. e. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Telinga .Telinga luar diperiksa dengan inspeksi dan palpasi lang-sung
sementara membrana timpani diinspeksi, seperti telinga tengah dengan otoskop dan palpasi
tak langsung dengan menggunakan otoskop pneumatic Pengkajian Fisik.
Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat.
Aurikulus dan jaringan sekitarnya diinspeksi adanya
deformitas, lesi,
cairan begitu pula ukuran,
simetris dan sudut penempelan ke kepala.
Gerakan aurikulus normalnya tak menimbulkan nyeri. Bila manuver ini terasa nyeri, harus
dicurigai adanya otitis eksterna akut. Nyeri tekan pada saat palpasi di daerah mastoid dapat
menunjukkan mastoiditis akut atau inflamasi nodus auri-kula posterior. Terkadang, kista
sebaseus dan tofus (de-posit mineral subkutan) terdapat pada pinna. Kulit bersisik pada atau
di belakang aurikulus biasanya menunjuk¬kan adanya dermatitis sebore dan dapat terdapat
pula di kulit kepala dan struktur wajah. Untuk memeriksa kanalis auditorius eksternus dan
membrana timpani, kepala pasien sedikit dijauhkan dari pemeriksa.
1. f. Pemeriksaan Penunjang
Ketajaman Auditorius.
Perkiraan umum pendengaran pasien dapat disaring secara efektif dengan mengkaji
kemampuan pasien mendengarkan bisikan kata atau detakan jam tangan. Bisikan lembut
dilakukan oleh pemeriksa, yang sebelumnya telah§ melakukan ekshalasi penuh. Masing-
masing telinga diperiksa bergantian. Agar telinga yang satunya tak mendengar,
Penggunaan uji Weber dan Rinne
memungkinkan kita membedakan kehilangan akibat konduktif dengan kehi-langan
sensorineura
Uji Weber
Memanfaatkan konduksi tulang untuk menguji adanya lateralisasi suara. Sebuah garpu tala
dipegang erat pada gagangnya dan pukulkan pada lutut atau pergelangan tangan pemeriksa.
Kemudian diletakkan pada dahi atau gigi pasien. Pasien ditanya apakah suara terdengar di
tengah kepala, di telinga kanan atau telinga kiri. Individu dengan pendengaran normal akan
mende¬ngar suara seimbang pada kedua telinga atau menjelaskan bahwa suara terpusat di
tengah kepala. Bila ada kehilang¬an pendengaran konduktif (otosklerosis, otitis media),
suara akan lebih jelas terdengar pada sisi yang sakit. Ini disebabkan karena obstruksi akan
menghambat ruang suara, sehingga akan terjadi peningkatan konduksi tulang. Bila terjadi
kehilangan sensorineural, suara akan meng-alami lateralisasi ke telinga yang
pendengarannya lebih baik. Uji Weber berguna untuk kasus kehilangan pende¬ngaran
unilateral.
Uji Rinne
Gagang garpu tala yang bergetar ditempatkan di belakang aurikula pada tulang mastoid
(kon¬duksi tulang) sampai pasien tak mampu lagi mendengar suara. Kemudian garpu tala
dipindahkan pada jarak 1 inci dari meatus kanalis auditorius eksternus (konduksi uda-ra).
Pada keadaan normal pasien dapat terus mendengar¬kan suara, menunjukkan bahwa
konduksi udara berlang-sung lebih lama dari konduksi tulang. Pada kehilangan pendengaran
konduktif, konduksi tulang akan melebihi konduksi udara begitu konduksi tulang melalui
tulang temporal telah menghilang, pasien sudah tak mampu lagi mendengar garpu tala
melalui mekanisme konduktif yang biasa. Sebaliknya kehilangan pendengaran sensorineural
memungkinkan suara yang dihantarkan melalui udara lebih baik dari tulang, meskipun
keduanya merupakan konduktor, yang buruk dan segala suara diterima seperti sangat jauh
dan lemah.
Prosedur Diagnostik Auditorius dan Vestibuler
Dalam mendeteksi kehilangan pendengaran, audiome¬ter adalah satu-satunya instrumen
diagnostik yang paling penting.
Uji audiometri ada dua macam:
(1) audiometri nada-murni, di mana stimulus suara terdiri atas nada murni atau musik
(semakin keras nada sebelum pasien bisa mendengar berarti semakin besar kehilangan
pende¬ngarannya), dan
(2) audiometri wicara
di mana kata yang diucapkan digunakan untuk menentukan kemampuan mendengar dan
membedakan suara.
Ahli audiologi melakukan uji dan pasien mengenakan earphone dan sinyal mengenai nada
yang didengarkan. Ketika nada dipakai secara langsung pada meatus kanalis auditorius
eksiernus, kita mengukur konduksi udara. Bila stimulus diberikan pada tulang mastoid,
melintas mekanisme konduksi (osikulus), langsung menguji konduksi saraf. Agar hasilnya
akurat, evaluasi audiometri dilakukan di ruangan yang kedap suara. Respons yang dihasil-
kan diplot pada grafik yang dinamakan audiogram.
1. g. Penatalaksanaan
Kotoran telinga (serumen) bisa menyumbat saluran telinga dan menyebabkan gatal-gatal,
nyeri serta tuli yang bersifat sementara dan dokter akan membuang serumen tersebut dengan
cara menyemburnya secara perlahan dengan menggunakan air hangat (irigasi). Tetapi jika
dari telinga keluar nanah, terjadi perforasi gendang telinga atau terdapat infeksi telinga yang
berulang, maka irigasi tidak dapat dilakukan karena air bisa masuk ke telinga tengah dan
kemungkinan akan memperburuk infeksi. Pada keadaan ini, serumen dibuang dengan
menggunakan alat yang tumpul atau dengan alat penghisap. Biasanya tidak digunakan
pelarut serumen karena bisa menimbulkan iritasi atau reaksi alergi pada kulit saluran telinga
dan tidak mampu melarutkan serumen secara adekuat.
Adapun cara-cara untuk mengeluarkan serumen yang menumpuk di liang telinga, antara
lain:
1. Serumen yang lembek dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada aplikator
(pelilit).
2. Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret.
3. Serumen yang sangat keras (membatu), dilembekkan terlebih dahulu dengan
karbogliserin 10%, 3 x 5 tetes sehari, selama 3 – 5 hari, setelah itu dikeluarkan dengan
pengait atau kuret dan bila perlu dilakukan irigasi telinga dengan air yang suhunya
sesuai dengan suhu tubuh.
4. Serumen yang terlalu dalam dan mendekati membran timpani dikeluarkan
dengan cara mengirigasi liang telinga dengan menggunakan air hangat bersuhu 37 o
C
agar tidak menimbulkan vertigo karena terangsangnya vestibuler.
1. II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. a. Pengkajian
1. Biodata pasien dan penanggung jawab
2. Riwayat kesehatan
- Keluhan utama saat MRS
Penderita biasanya mengeluhkan pendengarannya mulai menurun, nyeri, telinga
berdengung, dan pusing dimana pasien merasakan lingkungan di sekitarnya berputar
(vertigo).
- Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehtan masa lalu yang berhubungan dengan penyakit impaksi serumen adalah
kebiasaan membersihkan telinga yang tidak benar, penyakit-penyakit yang dapat
menimbulkan dermatitis pada kulit, seperti herpes zooster,
1. Pola kebutuhan dasar manusia
Pola kebutuhan dasar manusia meliputi :
- Pola napas
- Pola makan dan minum
- Pola eliminasi (BAB dan BAK)
- Pola istirahat dan tidur
- Pola berpakaian
- Pola rasa nyaman
- Pola kebersihan diri
- Pola rasa aman
- Pola komunikasi
- Pola beribadah
- Pola produktivitas
- Pola rekreasi
- Pola kebutuhan belajar
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Telinga .Telinga luar diperiksa dengan inspeksi dan palpasi lang-sung
sementara membrana timpani diinspeksi, seperti telinga tengah dengan otoskop dan palpasi
tak langsung dengan menggunakan otoskop pneumatic Pengkajian Fisik.
Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat.
Aurikulus dan jaringan sekitarnya diinspeksi adanya
§ deformitas, lesi,
§ cairan begitu pula ukuran,
§ simetris dan sudut penempelan ke kepala.
Gerakan aurikulus normalnya tak menimbulkan nyeri. Bila manuver ini terasa nyeri, harus
dicurigai adanya otitis eksterna akut. Nyeri tekan pada saat palpasi di daerah mastoid dapat
menunjukkan mastoiditis akut atau inflamasi nodus auri-kula posterior. Terkadang, kista
sebaseus dan tofus (de-posit mineral subkutan) terdapat pada pinna. Kulit bersisik pada atau
di belakang aurikulus biasanya menunjuk¬kan adanya dermatitis sebore dan dapat terdapat
pula di kulit kepala dan struktur wajah. Untuk memeriksa kanalis auditorius eksternus dan
membrana timpani, kepala pasien sedikit dijauhkan dari pemeriksa.
1. b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d. agen cedera biologi, ditandai dengan:
- Pasien mengeluh nyeri
- Wajah pasien tampak meringis
- Pasien terus menerus memegangi daerah yang nyeri
1. Gangguan persepsi dan sensori (auditori) b.d. perubahan sensori persepsi,
ditandai dengan:
- Pasien mengeluh pendengarannya mulai berkurang
- Pasien tampak bingung ketika akan menjawab pertanyaan
- Pasien terus meminta mengulangi pertanyaan yang diajukan kepadanya
1. Gangguan harga diri b.d. stigma berkenaan dengan kondisi, ditandai dengan:
- Kurang mengikuti program terapi yang diberikan
- Pasien tampak menarik diri dari pergaulan
- Kurangnya kontak mata pasien saat berkomunikasi dengan orang lain
1. Ansietas b.d. kurang pengetahuan, ditandai dengan:
- Pasien terus menerus menanyakan tentang penyakitnya
- Wajah pasien tampak cemas
- Pasien tampak gelisah
1. c. Intervensi
- Dx. 1
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan nyeri pasien hilang
atau terkontrol, dengan kriteria hasil :
- Skala nyeri 0-3
- Wajah pasien tidak meringis
- Pasien tidak memegang daerah yang nyeri
Intervensi :
1. Kaji skala nyeri pasien menggunakan PQRST
R : untuk mengetahui skala nyeri pasien dan untuk mempermudah dalam menentukan
intervensi yang akan dilakukan selanjutnya
1. Ajarkan pasien teknik relaksasi dan distraksi
R : teknik relaksasi dan distrakasi yang diajarkan kepada pasien, dapat membantu
mengurangi persepsi pasien terhadap nyeri yang dideritanya
1. Delegatif dalam pemberian obat analgetik
R : obat analgetik dapat mengurangi atau menghilangkan nyeri yang diderita oleh pasien
- Dx. 2
Tujuan : setelah diberikan askep 3 x 24 jam, diharapkan ketajaman pendengaran pasien
meningkat, dengan kriteria hasil :
- Pasien dapat mendengar dengan baik
- Pasien tidak meminta mengulang setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya
Intervensi :
1. Kaji ketajaman pendengaran, catat apakah kedua telinga terlibat
Rasional : untuk mengetahui tingkat ketajaman pendengaran pasien dan untuk menentukan
intervensi selanjutnya.
1. Ciptakan komunikasi alternatif non-verbal pasien dan orang-orang terdekat,
seperti menganjurkan pembicara menulis atau menggunakan bahasa tubuh untuk
menyampaikan apa yang ingin disampaikan kepada pasien
Rasional : untuk mempertahankan komunikasi dan hubungan yang baik antara pasien
dengan orang-orang terdekat
1. Anjurkan keluarga untuk tinggal dengan pasien
Rasional : untuk menghindari perasaan terisolasi dari pasien
1. Anjurkan pasien dan keluarganya untuk mematuhi program terapi yang
diberikan
Rasional : mematuhi program terapi akan mempercepat proses penyembuhan
- Dx. 3
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan 3 x 24 jam, diharapkan harga diri rendah
pasien dapat diminimalisir, dengan kriteria hasil:
- Pasien tidak menraik diri dari pergaulan
- Mengikuti program terapi yang diberikan
- Pasien bisa mulai bersosialisasi dengan orang lain
Intervensi :
1. Kontrak waktu dengan pasien untuk mendengar keluhan-keluhan pasien dan
mengungkapkan perasaannya
Rasional : untuk mengetahui apakah pasien menerima dirinya saat situasi tersebut
1. Anjurkan pasien untuk tidak merahasiakan masalahnya
Rasional : Merahasiakan sesuatu bersifat destruktif (merusak) terhadap harga diri.
1. Anjurkan keluarga pasien untuk memperlakukan pasien senormal mungkin
Rasional : melibatkan pasien dalam keluarga dapat mengurangi perasaan terisolasi dari
lingkungan sosial dan dapat pula memberikan kesempatan pada orang terdekat untuk
meningkatkan kesejahteraan pasien
1. Anjurkan pasien untuk ikut serta dalam setaip tindakan keperawatan atau
tindakan pengobatan dan sesuaikan dengan kemampuan pasien.
Rasional : partisipasi sebanyak mungkin dalam pengalaman dapat mengurang depresi
tentang keterbatasan
1. Berikan respon positif terhadap segala tindakan yang dapat dilakukan oleh
pasien secara mandiri dan kemajuan perkembangan kesehatannya
Rasional : Respon yang positif dapat membantu pasien untuk menghilangkan perasaan dari
kegagalan dan membentuk pasien muai menerima penanganan terhadap penyakitnya.
- Dx. 4
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam, diharapkan rasa cemas
pasien dan keluarganya berkurang atau hilang, dengan kriteria hasil :
- Pasien dan keluarganya tidak terus menerus menanyakan tentang penyakit yang
diderita oleh pasien
- Pasien dan keluarganya memahami tentang penyakit dan proses penyakit yang diderita
oleh pasien
- Pasien tampak rileks
Intervensi :
1. Evaluasi tingkat ansietas pasien dan keluarganya, catat respon verbal dan non-
verbal.
R : untuk mengetahui tingkat ansietas pasien dan keluarganya
1. Berikan informasi kepada pasien dan keluarganya mengenai penyakit dan
proses penyakit yang diderita oleh pasien
R : informasi yang diberikan dapat mengurangi ansietas yang dirasakan oleh pasien dan
keluraganya, dan dapat pula meningkatkan kepahaman pasien dan keluarganya tentang
penyakit yang diderita oleh pasien
1. Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya mengenai setiap tindakan
keperawatan yang akan diberikan
R : dapat mengurangi ansietas pasien dan keluarganya, serta dapat menciptakan rasa saling
percaya
1. d. Evaluasi
1. Dx. 1
Nyeri pasien hilang atau terkontrol.
1. Dx. 2
Pasien dapat mendengar dengan baik.
1. Dx. 3
Harga diri rendah pasien dapat diminimalisir
1. Dx. 4
AB I
A. LATAR BELAKANG
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan oleh bakteri
dapat terlokalisir atau difus, telinga rasa sakit. Faktor penyebab timbulnya otitis eksterna ini,
kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma lokal dan alergi. Faktor ini menyebabkan
berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini
menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, inflasi dan
menimbulkan eksudat.
Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah pseudomonas (41 %), strepokokus
(22%), stafilokokus.aureus (15%) dan bakteroides (11%). Otitis eksterna ini merupakan suatu
infeksi liang telinga bagian luar yang dapat menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang
temporal. Biasanya seluruh liang telinga terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga luar dapat
dianggap pembentukan lokal otitis eksterna. Otitis eksterna difusa merupakan tipe infeksi bakteri
patogen yang paling umum disebabkan oleh pseudomonas, stafilokokus dan proteus, atau jamur.
Penyakit ini merupakan penyakit telinga bagian luar yang sering dijumpai, disamping
penyakit telinga lainnya. Berdasarkan data yang dikumpulkan mulai tanggal Januari 2000 s/d
Desember 2000 di Poliklinik THT RS H.Adam Malik Medan didapati 10746 kunjungan baru
dimana, dijumpai 867 kasus (8,07 %) otitis eksterna, 282 kasus (2,62 %) otitis eksterna difusa
dan 585 kasus (5,44 %) otitis eksterna sirkumskripta. Penyakit ini sering diumpai pada daerah-
daerah yang panas dan lembab dan jarang pada iklim- iklim sejuk dan kering.
B. TUJUAN
I. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM
Setelah dilaksanakan diskusi, pembuatan makalah dan dipresentasikannyaAsuhan keperawatan
klien dengan Otitis Eksterna, diharapkan mahasiswa mampu dan mengerti tentang asuhan
keperawatan klien dengan Otitis Eksterna.
II. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah dilaksanakan diskusi, pembuatan makalah dan dipresentasikannyaasuhan keperawatan
klien dengan Otitis Eksterna, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan pengertian dari Otitis Eksterna
2. Menjelaskan tanda dan gejala yang dirasakan akibat penyakit otitis eksterna
3. Mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien otitis eksterna
BAB II
PEMBAHASAN
A. ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi telinga terdiri dari :
Telinga bagian luar
1. Aurikula
Terdiri dari kartilago elasin yang ditutupi kulit. Tidak ada kartilago pada lobus, yang hanya
tersusun dari lemak dan jaringan ikat. Aurikula dapat digerakkan sedikit oleh tiga otot kecil yang
berjalan menuju aurikula dari aponeurosis cranial dan tengkorak.
2. Meatus Akustikus Eksterna
Batas antara telinga luar dan telinga tengah adalah membran timpani. 2/3 bagian dalam tersusun
oleh tulang, dan 1/3 luar tersusun oleh tulang rawanyang bersambungan dengan daun telinga.
Meatus berbentuk oval pada potongan melintang pada ujung lateral, bulat pada ujunga medial.
Telinga bagian tengah
1. Kavum Timpany ( telinga tengah )
Merupakan rongga kecil, agak memanjang di dalam pars petrosa os temporal.
2. Antrum Timpany
3. Tuba Auditiva Eustaki
Telinga bagian dalam
1. Labirintus Osseus
Rangkaian rongga yang saling berhubungan
- Labirintus Membranosus
Kantong tertutup di dalam labirin oseosa dan kurang lebih memiliki bentuk yang sama.
A. DEFINISI
Otitis eksterna adalah radang telinga bagian luar yang di sebabkan oleh jamur parasitic,
ditandai dengan pengerasan struktur telinga. (Dongoes, 1998)
Otitis eksterna ialah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan oleh
bakteri, sulit dibedakan dengan radang yang disebabkan oleh jamur, alergi atau virus.
(file:///E:/Laporan-Kasus-Otitis-Eksterna.htm)
Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang dapat menyebar
ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya seluruh liang telinga terlibat, tetapi
pada furunkel liang telinga luar dapat dianggap pembentukan lokal otitis eksterna.
Otitis eksterna dibagi 3 jenis :
a. Otitis eksterna sirkumsripta
b. Otitis eksterna difus
c. Otomikosis
B. ETIOLOGI
Staphylococus aureus, staphylococus albus.
Faktor predisposisi
1. PH (PH yang basa akan menurunkan proteksi terhadap infeksi).
2. Udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh.
3. Trauma ringan (ketika mengorek telinga) atau karena berenang yang menyebabkan perubahan
kulit karena kena air.
C. PATOFISIOLOGI
Saluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang sel-
sel kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga. Membersihkan saluran
telinga dengan cotton bud (kapas pembersih) bisa mengganggu mekanisme pembersihan
ini dan bisamendorong sel-sel kulit yang mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran
menumpuk disana.
Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan penimbunan
air yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah dan lembut
pada saluran telinga lebih mudah terinfeksi oleh bakteri atau jamur.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Rasa sakit pada telinga ( rasa tidak enak, rasa penuh pada telinga,perasaan seperti terbakar
hingga rasa sakit yang hebat, serta berdenyut ).
2. Nyeri yang hebat bila daun telinga disentuh,
3. Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu rasa sakit
4. Gangguan pendengaran bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga,edema pada kulit
telinga
Tanda-tanda Klinis
Menurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi menjadi 4:
a. Otitis Eksterna Ringan : kulit liang telinga hiperemis dan eksudat, liang telinga menyempit.
b. Otitis Eksterna Sedang : liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan eksudat positif
c. Otitis Eksterna Komplikas : Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak
d. Otitis Eksterna Kronik : kulit liang telinga/pina menebal, keriput, eritema positif
E. PENATALAKSANAAN
1. Antibiotik dalam bentuk salep (neomisin, Polimiksin B atau Basitrasin).
2. Antiseptik (asam asestat 2-5% dalam alkohol 2%) atau tampon iktiol dalam liang telinga selama
2 hari.
3. Bila furunkel menjadi abses, diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya.
4. Insisi bila dinding furunkel tebal, kemudian kemudian dipasang drain untuk mengalirkan nanah.
5. Obat simptomatik : analgetik, obat penenang.
F. KOMPLIKASI
Osteomielitis tulang temporal dan basis kranii kelumpuhan syaraf fasial serta syaraf
otak lain kematian.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Seorang pasien wanita bernama Nn, X usia 21 tahun, datang ke poli THT Cendekia Utama pada
hari 1 Juni 2011 dengan keluhan nyeri pada telinga kanan sejak 1 minggu yang lalu. Pasien
mengatakan sebelumnya telinga pasien terasa gatal dan tidak enak, terasa penuh sehingga pasien
membersihkannya dengan cutton buds. ada cairan yang ditemukan dalam liang telinganya,yang
berbau busuk, daun telinga sakit bila di sentuh. pendengaran telinga pasien agak berkurang dan
tidak berdenging. Pasien mengaku sebelumnya tidak pernah kemasukan air atopun memakai obat
tetes telinga. Pasien mengatakan pasien belum pernah melakukan pengobatan untuk penyakitnya.
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Biodata Pasien Biodata Penanggung Jawab
Nama : Nn. X Nama : Ny. K
Umur : 21 tahun Umur : 45 tahun
Jenis kel. : Perempuan Jenis kel. : Perempuan
Alamat : Ds. Jepang Alamat : Ds. Jepang
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama: nyeri pada telinga kanan, perasaan tidak enak pada telinga, pendengaran
berkurang, ketika membersihkan telinga keluar cairan berbau busuk
b. Riwayat penyakit sekarang: pasien mengatakan sudah merasakan nyeri pada telinga kanannya
sejak 1 minggu yang lalu, pasien mengatakan sebelumnya dia merasakan telinganya gatal dan
tidak enak sehingga pasien membersihkannya dengan cutton buds.tidak ada cairan yang
ditemukan dalam liang telinganya, pendengaran telinga pasien agak berkurang dan tidak
berdenging.
c. Riwayat penyakit dahulu: -
d. Riwayat penyakit keluarga: -
3. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Telinga tampak sempit, Pembengkakan pada Meatus acusticus eksternus, terjadi penumpukan
serumen membentuk furunkel, kulit telinga berwana keputih-putihan akibat filamen( serabut
) jamur, keluar cairan berbau busuk, suhu tubuh pasien meningkat
b. palpasi
pasien merasakan nyeri pada daun telinga ketika di lakukan penekanan pada daun telinga.
4. Analisa Data
No. Data Fokus Etiologi Problem
1. Ds: pasien mengatakan
daun telinga sakit bila
di sentuh
Do: Pembentukan
furunkel
Penumpukan
serumen yang
membentuk
furunkel (Bisul),
infeksi, demam
Nyeri
2. Ds: Pasien mengatakan
pendengaran telinga
agak berkurang dan
berdenging.
Do: ada pembengkakan
pd MAE, pembentukan
furunkel
Terdapat
pembengkakan
MAE, furunkel
Gangguan
komunikasi verval
3. Ds: pasien mengatakan
telinganya terasa tidak
enak dan penuh
Do: edema, telinga
tampak sempit
Penyumbatan liang
telinga
(Pembesaran
furunkel)
Gangguan
pendengaran
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan penumpukan serumen yang membentuk furunkel ( Bisul ), infeksi,
demam ditandai dengan daun telinga sakit bila disentuh, terdapat pembengkakan pad MAE
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan pembengkakan MAE, furunkel ditandai
dengan pendengaran telinga agak berkurang dan berdenging, furunkel
3. Gangguan pendengaran berhubungan dengan Penyumbatan liang telinga (Pembesaran furunkel)
ditandai dengan telinga terasa tidak enak, penuh, edema, dan telinga tampak sempit
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Dx. Tujuan/ KH Intervensi Rasional
1. I Nyeri pasien a. Kaji tingkat nyeri
dapat teratasi klien
b. Lakukan
pembersihan telinga
secara teratur dan
hati-hati.
c. Beri penyuluhan
kepada klien tentang
penyebab nyeri dan
penyakit yang
dideritanya
d. Lakukan aspirasi
secara steril (bila
terjadi abses) untuk
mengeluarkan
nanahnya, jika
dinding furunkelnya
tebal, dilakukan
insisi kemudian
dipasang drainage
untuk mengalirkan
nanah.
Berikan kompres
dingin bila demam.
Kolaborasi dalam
pemberian obat
analgetik dan
antibiotik dosis
tinggi (pada
OEM).

More Related Content

What's hot

Askep indera pendengaran
Askep indera pendengaranAskep indera pendengaran
Askep indera pendengaranadrianto2013001
 
CBD otitis eksterna
CBD otitis eksternaCBD otitis eksterna
CBD otitis eksternaCoassTHT
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Pengkajian pendengaran dalam Keperawatan by Indah Maharani Nasution
Pengkajian pendengaran dalam Keperawatan by Indah Maharani NasutionPengkajian pendengaran dalam Keperawatan by Indah Maharani Nasution
Pengkajian pendengaran dalam Keperawatan by Indah Maharani NasutionIndah Maharani
 
Kuliah otologi (1)
Kuliah otologi (1)Kuliah otologi (1)
Kuliah otologi (1)fikri asyura
 
177722298 case-omsk-thtotitis-media
177722298 case-omsk-thtotitis-media177722298 case-omsk-thtotitis-media
177722298 case-omsk-thtotitis-mediahomeworkping10
 
TRAUMA TELINGA (Ear Trauma)
TRAUMA TELINGA (Ear Trauma)TRAUMA TELINGA (Ear Trauma)
TRAUMA TELINGA (Ear Trauma)Yolly Finolla
 
Otitis media akut & kronik
Otitis media akut & kronikOtitis media akut & kronik
Otitis media akut & kronikAtikah Fatmawati
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)pjj_kemenkes
 
Peradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengahPeradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengahYohanita Tengku
 

What's hot (17)

Otalgia kita
Otalgia kitaOtalgia kita
Otalgia kita
 
Askep indera pendengaran
Askep indera pendengaranAskep indera pendengaran
Askep indera pendengaran
 
Penyakit meniere
Penyakit menierePenyakit meniere
Penyakit meniere
 
CBD otitis eksterna
CBD otitis eksternaCBD otitis eksterna
CBD otitis eksterna
 
IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)
IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)
IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)
 
Tinitus AKPER PEMKAB MUNA
Tinitus AKPER PEMKAB MUNA Tinitus AKPER PEMKAB MUNA
Tinitus AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
 
Tinitus
TinitusTinitus
Tinitus
 
Askep miniare AKPER PEMKAB MUNA
Askep miniare AKPER PEMKAB MUNA Askep miniare AKPER PEMKAB MUNA
Askep miniare AKPER PEMKAB MUNA
 
Pengkajian pendengaran dalam Keperawatan by Indah Maharani Nasution
Pengkajian pendengaran dalam Keperawatan by Indah Maharani NasutionPengkajian pendengaran dalam Keperawatan by Indah Maharani Nasution
Pengkajian pendengaran dalam Keperawatan by Indah Maharani Nasution
 
Askep meniere dan libirintis
Askep meniere dan libirintisAskep meniere dan libirintis
Askep meniere dan libirintis
 
Kuliah otologi (1)
Kuliah otologi (1)Kuliah otologi (1)
Kuliah otologi (1)
 
177722298 case-omsk-thtotitis-media
177722298 case-omsk-thtotitis-media177722298 case-omsk-thtotitis-media
177722298 case-omsk-thtotitis-media
 
TRAUMA TELINGA (Ear Trauma)
TRAUMA TELINGA (Ear Trauma)TRAUMA TELINGA (Ear Trauma)
TRAUMA TELINGA (Ear Trauma)
 
Otitis media akut & kronik
Otitis media akut & kronikOtitis media akut & kronik
Otitis media akut & kronik
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
 
Peradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengahPeradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengah
 

Similar to Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA

Asuhan keperawatan gg. pendengaran&wicara
Asuhan keperawatan gg. pendengaran&wicaraAsuhan keperawatan gg. pendengaran&wicara
Asuhan keperawatan gg. pendengaran&wicaraGina Nd
 
BLOK Ilmu THT-KL TERBARU LENGKAP NEW.pdf
BLOK Ilmu THT-KL TERBARU LENGKAP NEW.pdfBLOK Ilmu THT-KL TERBARU LENGKAP NEW.pdf
BLOK Ilmu THT-KL TERBARU LENGKAP NEW.pdfIzazFishalShafa
 
Kuliah 8 kanak kanak bermasalah pendengaran
Kuliah 8 kanak kanak bermasalah pendengaranKuliah 8 kanak kanak bermasalah pendengaran
Kuliah 8 kanak kanak bermasalah pendengaranKimimaru Chan
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel  AKPER PEMKAB MUNA Askep pada otitis eksterna atau furunkel  AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUNAskep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUNOperator Warnet Vast Raha
 
5. laporan praktikum biologi perambatan bunyi melalui tulang tengkorak
5. laporan praktikum biologi perambatan bunyi melalui tulang tengkorak5. laporan praktikum biologi perambatan bunyi melalui tulang tengkorak
5. laporan praktikum biologi perambatan bunyi melalui tulang tengkorakSofyan Dwi Nugroho
 
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUARmater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUARGregoryStevanusGulto
 
GANGGUAN PENDENGARAN.ppt
GANGGUAN PENDENGARAN.pptGANGGUAN PENDENGARAN.ppt
GANGGUAN PENDENGARAN.pptPrazhCzar
 
Otitis_Eksterna_Maligna_Cecilia_b23_ppt.pptx
Otitis_Eksterna_Maligna_Cecilia_b23_ppt.pptxOtitis_Eksterna_Maligna_Cecilia_b23_ppt.pptx
Otitis_Eksterna_Maligna_Cecilia_b23_ppt.pptxjonathan9410
 
Laporan Praktikum Kesehatan Kerja Audiometri.pdf
Laporan Praktikum Kesehatan Kerja Audiometri.pdfLaporan Praktikum Kesehatan Kerja Audiometri.pdf
Laporan Praktikum Kesehatan Kerja Audiometri.pdf2440018015FIRMANSYAH
 

Similar to Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA (20)

Asuhan keperawatan gg. pendengaran&wicara
Asuhan keperawatan gg. pendengaran&wicaraAsuhan keperawatan gg. pendengaran&wicara
Asuhan keperawatan gg. pendengaran&wicara
 
BLOK Ilmu THT-KL TERBARU LENGKAP NEW.pdf
BLOK Ilmu THT-KL TERBARU LENGKAP NEW.pdfBLOK Ilmu THT-KL TERBARU LENGKAP NEW.pdf
BLOK Ilmu THT-KL TERBARU LENGKAP NEW.pdf
 
Kuliah 8 kanak kanak bermasalah pendengaran
Kuliah 8 kanak kanak bermasalah pendengaranKuliah 8 kanak kanak bermasalah pendengaran
Kuliah 8 kanak kanak bermasalah pendengaran
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkelAskep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel  AKPER PEMKAB MUNA Askep pada otitis eksterna atau furunkel  AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
 
Kelompok sindrom AKPER PEMKAB MUNA
Kelompok sindrom AKPER PEMKAB MUNA Kelompok sindrom AKPER PEMKAB MUNA
Kelompok sindrom AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep miniare
Askep miniareAskep miniare
Askep miniare
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkelAskep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
 
Askep meniere dan libirintis
Askep meniere dan libirintisAskep meniere dan libirintis
Askep meniere dan libirintis
 
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUNAskep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
 
Penumpukan serumen AKPER PEMKAB MUNA
Penumpukan serumen AKPER PEMKAB MUNAPenumpukan serumen AKPER PEMKAB MUNA
Penumpukan serumen AKPER PEMKAB MUNA
 
5. laporan praktikum biologi perambatan bunyi melalui tulang tengkorak
5. laporan praktikum biologi perambatan bunyi melalui tulang tengkorak5. laporan praktikum biologi perambatan bunyi melalui tulang tengkorak
5. laporan praktikum biologi perambatan bunyi melalui tulang tengkorak
 
OMSK
OMSKOMSK
OMSK
 
Asuhan keperawatan neuromaakustik
Asuhan keperawatan neuromaakustikAsuhan keperawatan neuromaakustik
Asuhan keperawatan neuromaakustik
 
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUARmater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
 
GANGGUAN PENDENGARAN.ppt
GANGGUAN PENDENGARAN.pptGANGGUAN PENDENGARAN.ppt
GANGGUAN PENDENGARAN.ppt
 
Otitis_Eksterna_Maligna_Cecilia_b23_ppt.pptx
Otitis_Eksterna_Maligna_Cecilia_b23_ppt.pptxOtitis_Eksterna_Maligna_Cecilia_b23_ppt.pptx
Otitis_Eksterna_Maligna_Cecilia_b23_ppt.pptx
 
PPT Referat.pptx
PPT Referat.pptxPPT Referat.pptx
PPT Referat.pptx
 
Belajar THT.pdf
Belajar THT.pdfBelajar THT.pdf
Belajar THT.pdf
 
Laporan Praktikum Kesehatan Kerja Audiometri.pdf
Laporan Praktikum Kesehatan Kerja Audiometri.pdfLaporan Praktikum Kesehatan Kerja Audiometri.pdf
Laporan Praktikum Kesehatan Kerja Audiometri.pdf
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA

  • 1. 1. Konsep Dasar Penyakit 2. a. Pengertian Impaksi serumen adalah gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan serumen di liang telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu (Mansjoer, Arif :1999). 1. b. Etiologi Adapun faktor penyebab dari impaksi serumen, antara lain: - Dermatitis kronik pada telinga luar, - Liang telinga sempit, - Produksi serumen terlalu banyak dan kental, - Terdorongnya serumen ke lubang lebih dalam (karena kebiasaan mengorek telinga).
  • 3.
  • 4.
  • 5. 1. d. Gejala Klinis Gejala klinis yang umumnya dirasakan oleh penderita penyakit impaksi serumen, antara lain : - Pendengaran berkurang. - Nyeri di telinga karena serumen yang mengeras merasakan lingkungan di sekitarnya berputar (vertigo) - Telinga berdengung (tinutitis) 1. e. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Telinga .Telinga luar diperiksa dengan inspeksi dan palpasi lang-sung sementara membrana timpani diinspeksi, seperti telinga tengah dengan otoskop dan palpasi tak langsung dengan menggunakan otoskop pneumatic Pengkajian Fisik. Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat. Aurikulus dan jaringan sekitarnya diinspeksi adanya deformitas, lesi, cairan begitu pula ukuran, simetris dan sudut penempelan ke kepala. Gerakan aurikulus normalnya tak menimbulkan nyeri. Bila manuver ini terasa nyeri, harus dicurigai adanya otitis eksterna akut. Nyeri tekan pada saat palpasi di daerah mastoid dapat menunjukkan mastoiditis akut atau inflamasi nodus auri-kula posterior. Terkadang, kista sebaseus dan tofus (de- posit mineral subkutan) terdapat pada pinna. Kulit bersisik pada atau di belakang aurikulus biasanya menunjuk¬kan adanya dermatitis sebore dan dapat terdapat pula di kulit kepala dan struktur wajah. Untuk memeriksa kanalis auditorius eksternus dan membrana timpani, kepala pasien sedikit dijauhkan dari pemeriksa. 1. f. Pemeriksaan Penunjang
  • 6. Ketajaman Auditorius. Perkiraan umum pendengaran pasien dapat disaring secara efektif dengan mengkaji kemampuan pasien mendengarkan bisikan kata atau detakan jam tangan. Bisikan lembut dilakukan oleh pemeriksa, yang sebelumnya telah§ melakukan ekshalasi penuh. Masing-masing telinga diperiksa bergantian. Agar telinga yang satunya tak mendengar, Penggunaan uji Weber dan Rinne memungkinkan kita membedakan kehilangan akibat konduktif dengan kehi-langan sensorineura Uji Weber Memanfaatkan konduksi tulang untuk menguji adanya lateralisasi suara. Sebuah garpu tala dipegang erat pada gagangnya dan pukulkan pada lutut atau pergelangan tangan pemeriksa. Kemudian diletakkan pada dahi atau gigi pasien. Pasien ditanya apakah suara terdengar di tengah kepala, di telinga kanan atau telinga kiri. Individu dengan pendengaran normal akan mende¬ngar suara seimbang pada kedua telinga atau menjelaskan bahwa suara terpusat di tengah kepala. Bila ada kehilang¬an pendengaran konduktif (otosklerosis, otitis media), suara akan lebih jelas terdengar pada sisi yang sakit. Ini disebabkan karena obstruksi akan menghambat ruang suara, sehingga akan terjadi peningkatan konduksi tulang. Bila terjadi kehilangan sensorineural, suara akan meng- alami lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik. Uji Weber berguna untuk kasus kehilangan pende¬ngaran unilateral. Uji Rinne Gagang garpu tala yang bergetar ditempatkan di belakang aurikula pada tulang mastoid (kon¬duksi tulang) sampai pasien tak mampu lagi mendengar suara. Kemudian garpu tala dipindahkan pada jarak 1 inci dari meatus kanalis auditorius eksternus (konduksi uda-ra). Pada keadaan normal pasien dapat terus mendengar¬kan suara, menunjukkan bahwa konduksi udara berlang-sung lebih lama dari konduksi tulang. Pada kehilangan pendengaran konduktif, konduksi tulang akan melebihi konduksi udara begitu konduksi tulang melalui tulang temporal telah menghilang, pasien sudah tak mampu lagi mendengar garpu tala melalui mekanisme konduktif yang biasa. Sebaliknya kehilangan pendengaran sensorineural memungkinkan suara yang dihantarkan melalui udara lebih baik dari tulang, meskipun keduanya merupakan konduktor, yang buruk dan segala suara diterima seperti sangat jauh dan lemah. Prosedur Diagnostik Auditorius dan Vestibuler
  • 7. Dalam mendeteksi kehilangan pendengaran, audiome¬ter adalah satu-satunya instrumen diagnostik yang paling penting. Uji audiometri ada dua macam: (1) audiometri nada-murni, di mana stimulus suara terdiri atas nada murni atau musik (semakin keras nada sebelum pasien bisa mendengar berarti semakin besar kehilangan pende¬ngarannya), dan (2) audiometri wicara di mana kata yang diucapkan digunakan untuk menentukan kemampuan mendengar dan membedakan suara. Ahli audiologi melakukan uji dan pasien mengenakan earphone dan sinyal mengenai nada yang didengarkan. Ketika nada dipakai secara langsung pada meatus kanalis auditorius eksiernus, kita mengukur konduksi udara. Bila stimulus diberikan pada tulang mastoid, melintas mekanisme konduksi (osikulus), langsung menguji konduksi saraf. Agar hasilnya akurat, evaluasi audiometri dilakukan di ruangan yang kedap suara. Respons yang dihasil-kan diplot pada grafik yang dinamakan audiogram. 1. g. Penatalaksanaan Kotoran telinga (serumen) bisa menyumbat saluran telinga dan menyebabkan gatal-gatal, nyeri serta tuli yang bersifat sementara dan dokter akan membuang serumen tersebut dengan cara menyemburnya secara perlahan dengan menggunakan air hangat (irigasi). Tetapi jika dari telinga keluar nanah, terjadi perforasi gendang telinga atau terdapat infeksi telinga yang berulang, maka irigasi tidak dapat dilakukan karena air bisa masuk ke telinga tengah dan kemungkinan akan memperburuk infeksi. Pada keadaan ini, serumen dibuang dengan menggunakan alat yang tumpul atau dengan alat penghisap. Biasanya tidak digunakan pelarut serumen karena bisa menimbulkan iritasi atau reaksi alergi pada kulit saluran telinga dan tidak mampu melarutkan serumen secara adekuat. Adapun cara-cara untuk mengeluarkan serumen yang menumpuk di liang telinga, antara lain: 1. Serumen yang lembek dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada aplikator (pelilit). 2. Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret.
  • 8. 3. Serumen yang sangat keras (membatu), dilembekkan terlebih dahulu dengan karbogliserin 10%, 3 x 5 tetes sehari, selama 3 – 5 hari, setelah itu dikeluarkan dengan pengait atau kuret dan bila perlu dilakukan irigasi telinga dengan air yang suhunya sesuai dengan suhu tubuh. 4. Serumen yang terlalu dalam dan mendekati membran timpani dikeluarkan dengan cara mengirigasi liang telinga dengan menggunakan air hangat bersuhu 37 o C agar tidak menimbulkan vertigo karena terangsangnya vestibuler. 1. II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. a. Pengkajian 1. Biodata pasien dan penanggung jawab 2. Riwayat kesehatan - Keluhan utama saat MRS Penderita biasanya mengeluhkan pendengarannya mulai menurun, nyeri, telinga berdengung, dan pusing dimana pasien merasakan lingkungan di sekitarnya berputar (vertigo). - Riwayat kesehatan masa lalu Riwayat kesehtan masa lalu yang berhubungan dengan penyakit impaksi serumen adalah kebiasaan membersihkan telinga yang tidak benar, penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan dermatitis pada kulit, seperti herpes zooster, 1. Pola kebutuhan dasar manusia Pola kebutuhan dasar manusia meliputi : - Pola napas - Pola makan dan minum
  • 9. - Pola eliminasi (BAB dan BAK) - Pola istirahat dan tidur - Pola berpakaian - Pola rasa nyaman - Pola kebersihan diri - Pola rasa aman - Pola komunikasi - Pola beribadah - Pola produktivitas - Pola rekreasi - Pola kebutuhan belajar 1. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan Telinga .Telinga luar diperiksa dengan inspeksi dan palpasi lang-sung sementara membrana timpani diinspeksi, seperti telinga tengah dengan otoskop dan palpasi tak langsung dengan menggunakan otoskop pneumatic Pengkajian Fisik. Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat. Aurikulus dan jaringan sekitarnya diinspeksi adanya § deformitas, lesi, § cairan begitu pula ukuran, § simetris dan sudut penempelan ke kepala. Gerakan aurikulus normalnya tak menimbulkan nyeri. Bila manuver ini terasa nyeri, harus dicurigai adanya otitis eksterna akut. Nyeri tekan pada saat palpasi di daerah mastoid dapat menunjukkan mastoiditis akut atau inflamasi nodus auri-kula posterior. Terkadang, kista sebaseus dan tofus (de-
  • 10. posit mineral subkutan) terdapat pada pinna. Kulit bersisik pada atau di belakang aurikulus biasanya menunjuk¬kan adanya dermatitis sebore dan dapat terdapat pula di kulit kepala dan struktur wajah. Untuk memeriksa kanalis auditorius eksternus dan membrana timpani, kepala pasien sedikit dijauhkan dari pemeriksa. 1. b. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut b.d. agen cedera biologi, ditandai dengan: - Pasien mengeluh nyeri - Wajah pasien tampak meringis - Pasien terus menerus memegangi daerah yang nyeri 1. Gangguan persepsi dan sensori (auditori) b.d. perubahan sensori persepsi, ditandai dengan: - Pasien mengeluh pendengarannya mulai berkurang - Pasien tampak bingung ketika akan menjawab pertanyaan - Pasien terus meminta mengulangi pertanyaan yang diajukan kepadanya 1. Gangguan harga diri b.d. stigma berkenaan dengan kondisi, ditandai dengan: - Kurang mengikuti program terapi yang diberikan - Pasien tampak menarik diri dari pergaulan - Kurangnya kontak mata pasien saat berkomunikasi dengan orang lain 1. Ansietas b.d. kurang pengetahuan, ditandai dengan: - Pasien terus menerus menanyakan tentang penyakitnya
  • 11. - Wajah pasien tampak cemas - Pasien tampak gelisah 1. c. Intervensi - Dx. 1 Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan nyeri pasien hilang atau terkontrol, dengan kriteria hasil : - Skala nyeri 0-3 - Wajah pasien tidak meringis - Pasien tidak memegang daerah yang nyeri Intervensi : 1. Kaji skala nyeri pasien menggunakan PQRST R : untuk mengetahui skala nyeri pasien dan untuk mempermudah dalam menentukan intervensi yang akan dilakukan selanjutnya 1. Ajarkan pasien teknik relaksasi dan distraksi R : teknik relaksasi dan distrakasi yang diajarkan kepada pasien, dapat membantu mengurangi persepsi pasien terhadap nyeri yang dideritanya 1. Delegatif dalam pemberian obat analgetik R : obat analgetik dapat mengurangi atau menghilangkan nyeri yang diderita oleh pasien
  • 12. - Dx. 2 Tujuan : setelah diberikan askep 3 x 24 jam, diharapkan ketajaman pendengaran pasien meningkat, dengan kriteria hasil : - Pasien dapat mendengar dengan baik - Pasien tidak meminta mengulang setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya Intervensi : 1. Kaji ketajaman pendengaran, catat apakah kedua telinga terlibat Rasional : untuk mengetahui tingkat ketajaman pendengaran pasien dan untuk menentukan intervensi selanjutnya. 1. Ciptakan komunikasi alternatif non-verbal pasien dan orang-orang terdekat, seperti menganjurkan pembicara menulis atau menggunakan bahasa tubuh untuk menyampaikan apa yang ingin disampaikan kepada pasien Rasional : untuk mempertahankan komunikasi dan hubungan yang baik antara pasien dengan orang-orang terdekat 1. Anjurkan keluarga untuk tinggal dengan pasien Rasional : untuk menghindari perasaan terisolasi dari pasien 1. Anjurkan pasien dan keluarganya untuk mematuhi program terapi yang diberikan Rasional : mematuhi program terapi akan mempercepat proses penyembuhan - Dx. 3
  • 13. Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan 3 x 24 jam, diharapkan harga diri rendah pasien dapat diminimalisir, dengan kriteria hasil: - Pasien tidak menraik diri dari pergaulan - Mengikuti program terapi yang diberikan - Pasien bisa mulai bersosialisasi dengan orang lain Intervensi : 1. Kontrak waktu dengan pasien untuk mendengar keluhan-keluhan pasien dan mengungkapkan perasaannya Rasional : untuk mengetahui apakah pasien menerima dirinya saat situasi tersebut 1. Anjurkan pasien untuk tidak merahasiakan masalahnya Rasional : Merahasiakan sesuatu bersifat destruktif (merusak) terhadap harga diri. 1. Anjurkan keluarga pasien untuk memperlakukan pasien senormal mungkin Rasional : melibatkan pasien dalam keluarga dapat mengurangi perasaan terisolasi dari lingkungan sosial dan dapat pula memberikan kesempatan pada orang terdekat untuk meningkatkan kesejahteraan pasien 1. Anjurkan pasien untuk ikut serta dalam setaip tindakan keperawatan atau tindakan pengobatan dan sesuaikan dengan kemampuan pasien. Rasional : partisipasi sebanyak mungkin dalam pengalaman dapat mengurang depresi tentang keterbatasan 1. Berikan respon positif terhadap segala tindakan yang dapat dilakukan oleh pasien secara mandiri dan kemajuan perkembangan kesehatannya
  • 14. Rasional : Respon yang positif dapat membantu pasien untuk menghilangkan perasaan dari kegagalan dan membentuk pasien muai menerima penanganan terhadap penyakitnya. - Dx. 4 Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam, diharapkan rasa cemas pasien dan keluarganya berkurang atau hilang, dengan kriteria hasil : - Pasien dan keluarganya tidak terus menerus menanyakan tentang penyakit yang diderita oleh pasien - Pasien dan keluarganya memahami tentang penyakit dan proses penyakit yang diderita oleh pasien - Pasien tampak rileks Intervensi : 1. Evaluasi tingkat ansietas pasien dan keluarganya, catat respon verbal dan non-verbal. R : untuk mengetahui tingkat ansietas pasien dan keluarganya 1. Berikan informasi kepada pasien dan keluarganya mengenai penyakit dan proses penyakit yang diderita oleh pasien R : informasi yang diberikan dapat mengurangi ansietas yang dirasakan oleh pasien dan keluraganya, dan dapat pula meningkatkan kepahaman pasien dan keluarganya tentang penyakit yang diderita oleh pasien 1. Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya mengenai setiap tindakan keperawatan yang akan diberikan
  • 15. R : dapat mengurangi ansietas pasien dan keluarganya, serta dapat menciptakan rasa saling percaya 1. d. Evaluasi 1. Dx. 1 Nyeri pasien hilang atau terkontrol. 1. Dx. 2 Pasien dapat m 1. . Evaluasi 1. Dx. 1 Nyeri pasien hilang atau terkontrol. 1. Dx. 2 Pasien dapat mendengar dengan baik. 1. Dx. 3 Harga diri rendah pasien dapat diminimalisir 1. Dx. 4 Kecemasan pasien dan keluarganya berkurang atau hilang. Like this:
  • 16. Suka Be the first to like this post.
  • 17. ASUHAN KEPERAWATAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN IMPAKSI SERUMEN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN IMPAKSI SERUMEN I.Konsep Dasar Penyakit a. Pengertian Impaksi serumen adalah gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan serumen di liang telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu (Mansjoer, Arif :1999). b. Etiologi Adapun faktor penyebab dari impaksi serumen, antara lain: -Dermatitis kronik pada telinga luar, -Liang telinga sempit, -Produksi serumen terlalu banyak dan kental, -Terdorongnya serumen ke lubang lebih dalam (karena kebiasaan mengorek telinga). c.Patofisiologi Kadang-kadang pada kanalis dapat terjadi impaksi, yang dapat menyebabkan otalgia, rasa penuh dalam telinga dan atau kehilangan pendengaran. Penumpukan serumen terutama bermakna pada populasi geriatrik sebagai penyebab defisit pendengaran . usaha membersihkan kanalis auditorius dengan batang korek api, jepit rambut, atau alat lain bisa berbahaya karena trauma terhadap kulit bisa menyebabkan infeksi. Anak-anak sering memasukkan benda-benda kecil ke dalam saluran telinganya, terutama manik-manik, penghapus karet atau kacang-kacangan. d. Pathway Dermatitis kronik pada telinga luar Produksi serumen banyak dan kental Liang telinga sempit Kebiasaan membersihkan telinga yang salah Impaksi Serumen (Penumpukan serumen) Menekan dinding liang telinga Menekan membrane timpani Telinga tersumbat Vertigo dan tinitus
  • 18. Pendengaran terganggu Agen cedera biologi usaha membersihkan kanalis auditorius dengan batang korek api, jepit rambut, atau alat lain Trauma kulit
  • 19. Kurang pengetahuan Resiko Infeksi Perubahan sensori dan persepsi Nyeri akut Gangguan sensori persepsi (auditori) Stigma berkenaan dengan kondisi Gangguan harga diri e.Manifestasi Klinis Gejala klinis yang umumnya dirasakan oleh penderita penyakit impaksi serumen, antara lain : -Pendengaran berkurang. -Nyeri di telinga karena serumen yang keras membatu menekan dinding liang telinga. -Telinga berdengung (tinitus). -Pusing dimana pasien merasakan lingkungan di sekitarnya berputar (vertigo)
  • 20. f. Pemeriksaan Fisik Telinga luar diperiksa dengan inspeksi dan palpasi langsung sementara membrana timpani diinspeksi, seperti telinga tengah dengan otoskop dan palpasi tak langsung dengan menggunakan otoskop pneumatic Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat. Aurikulus dan jaringan sekitarnya diinspeksi adanya  deformitas, lesi,  cairan begitu pula ukuran,  simetris dan sudut penempelan ke kepala..  Setiap adanya cairan, inflamasi, atau benda asing; dalam kanalis auditorius eksternus dicatat.  Membrana, timpani sehat berwarna mutiara keabuan pada dasar kanalis. Gerakan memutar lambat spekulum memungkinkan penglihat lebih jauh pada lipatan malleus dan daerah perifer. dan warna membran begitu juga tanda yang tak biasa dicatat dan deviasi kerucut cahaya dicatat. Adanya cairan, gelembung udara, atau masa di telinga tengah harus dicatat.  Pemeriksaan otoskop kanalis auditorius eksternus membrana timpani yang baik hanya dapat dilakukan bila kanalis tidak terisi serumen yang besar. Serumen terdapat di kanalis eksternus, dan bila jumla sedikit tidak akan mengganggu pemeriksaan otoskop. h. Pemeriksaan Penunjang a.CT-Scan tulang tengkorak, mastoid terlihat kabur, ada kerusakan tulang b.Scan Galium-67, terlihat focus inf akut yg akan kembali normal dgn resolusi inf. c.Scan Tekhnetium-99, terlihat aktifitas osteoblastik yg akan kembali normal beberapa bulan setelah resolusi klinik d.MRI, monitor serebral, pembuluh darah yang terkait e.Tes Laboratorium,sample nanah untuk kultur dan tes sensitivitas antibiotik f.Ketajaman Auditorius.  Perkiraan umum pendengaran pasien dapat disaring secara efektif dengan mengkaji kemampuan pasien mendengarkan
  • 21.  Bisikan kata atau detakan jam tangan. Bisikan lembut dilakukan oleh pemeriksa, yang sebelumnya telah melakukan ekshalasi penuh. Masing-masing telinga diperiksa bergantian. Agar telinga yang satunya tak mendengar, pemeriksa menutup telinga yang tak diperiksa dengan telapak tangan.Dari jarak 1 sampai 2 kaki dari telinga yang tak tertutup dan di luar batas penglihatan, pasien dengan ketajaman normal dapat menirukan dengan tepat apa yang dibisikkan. Bila yang digunakan detak jam tangan, pemeriksa memegang jam tangan sejauh 3 inci dari telinganya sendiri (dengan asumsi pemeriksa mempunyai pendengaran normal) dan kemudian memegang jam tangan pada jarak yang sama dari aurikulus pasien. Karena jam tangan menghasilkan suara dengan nada yang lebih tinggi daripada suara bisikan, maka kurang dapat dipercaya dan tidak dapat dipakai sebagai satu-satunya cara mengkaji ketajaman auditorius. g. Uji Weber memanfaatkan konduksi tulang untuk menguji adanya lateralisasi suara. Sebuah garpu tala dipegang erat pada gagangnya dan pukulkan pada lutut atau pergelangan tangan pemeriksa. Kemudian diletakkan pada dahi atau gigi pasien. Pasien ditanya apakah suara terdengar di tengah kepala, di telinga kanan atau telinga kiri. Individu dengan pendengaran normal akan mende¬ngar suara seimbang pada kedua telinga atau menjelaskan bahwa suara terpusat di tengah kepala. Bila ada kehilang¬an pendengaran konduktif (otosklerosis, otitis media), suara akan lebih jelas terdengar pada sisi yang sakit. Ini disebabkan karena obstruksi akan menghambat ruang suara, sehingga akan terjadi peningkatan konduksi tulang. Bila terjadi kehilangan sensorineural, suara akan meng-alami lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik. Uji Weber berguna untuk kasus kehilangan pende¬ngaran unilateral. h.Uji Rinne gagang garpu tala yang bergetar ditempatkan di belakang aurikula pada tulang mastoid (kon¬duksi tulang) sampai pasien tak mampu lagi mendengar suara. Kemudian garpu tala dipindahkan pada jarak 1 inci dari meatus kanalis auditorius eksternus (konduksi uda-ra). Pada keadaan normal pasien dapat terus mendengar¬kan suara, menunjukkan bahwa konduksi udara berlang-sung lebih lama dari konduksi tulang. Pada kehilangan pendengaran
  • 22. konduktif, konduksi tulang akan melebihi konduksi udara begitu konduksi tulang melalui tulang temporal telah menghilang, pasien sudah tak mampu lagi mendengar garpu tala melalui mekanisme konduktif yang biasa. Sebaliknya kehilangan pendengaran sensorineural memungkinkan suara yang dihantarkan melalui udara lebih baik dari tulang, meskipun keduanya merupakan konduktor, yang buruk dan segala suara diterima seperti sangat jauh dan lemah. i. Penatalaksanaan Kotoran telinga (serumen) bisa menyumbat saluran telinga dan menyebabkan gatal-gatal, nyeri serta tuli yang bersifat sementara dan dokter akan membuang serumen tersebut dengan cara menyemburnya secara perlahan dengan menggunakan air hangat (irigasi). Tetapi jika dari telinga keluar nanah, terjadi perforasi gendang telinga atau terdapat infeksi telinga yang berulang, maka irigasi tidak dapat dilakukan karena air bisa masuk ke telinga tengah dan kemungkinan akan memperburuk infeksi. Pada keadaan ini, serumen dibuang dengan menggunakan alat yang tumpul atau dengan alat penghisap. Biasanya tidak digunakan pelarut serumen karena bisa menimbulkan iritasi atau reaksi alergi pada kulit saluran telinga dan tidak mampu melarutkan serumen secara adekuat. Adapun cara-cara untuk mengeluarkan serumen yang menumpuk di liang telinga, antara lain: 1. Serumen yang lembek dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada aplikator (pelilit). 2. Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret. 3. Serumen yang sangat keras (membatu), dilembekkan terlebih dahulu dengan karbogliserin 10%, 3 x 5 tetes sehari, selama 3 – 5 hari, setelah itu dikeluarkan dengan pengait atau kuret dan bila perlu dilakukan irigasi telinga dengan air yang suhunya sesuai dengan suhu tubuh. 4. Serumen yang terlalu dalam dan mendekati membran timpani dikeluarkan dengan cara mengirigasi liang telinga dengan menggunakan air hangat bersuhu 37 o C agar tidak menimbulkan vertigo karena terangsangnya vestibuler. II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan a. Pengkajian 1. Biodata pasien dan penanggung jawab 2. Riwayat kesehatan
  • 23. -Keluhan utama saat MRS Penderita biasanya mengeluhkan pendengarannya mulai menurun, nyeri, telinga berdengung, dan pusing dimana pasien merasakan lingkungan di sekitarnya berputar (vertigo). -Riwayat kesehatan masa lalu Riwayat kesehtan masa lalu yang berhubungan dengan penyakit impaksi serumen adalah kebiasaan membersihkan telinga yang tidak benar. 3. Pola kebutuhan dasar manusia Pola kebutuhan dasar manusia meliputi : -Pola napas -Pola makan dan minum -Pola eliminasi (BAB dan BAK) -Pola istirahat dan tidur -Pola berpakaian -Pola rasa nyaman -Pola kebersihan diri -Pola rasa aman -Pola komunikasi -Pola beribadah -Pola produktivitas -Pola rekreasi - Pola kebutuhan belajar b. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut b.d. agen cedera biologi 2. Gangguan persepsi dan sensori (auditori) b.d. perubahan persepsi sensori 3. Gangguan harga diri b.d. stigma berkenaan dengan kondisi 4. Kurang pengetahuan b.d kurang terpapar informasi mengenai penyakit 5. Resiko infeksi b.d trauma pada kulit
  • 24. Dx Tujuan Intervensi Rasional 1 1 setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan rasa nyeri pasien berkurang dengan KH: -Pasien tampak rileks, -skala nyeri (1-3) Kaji ulang keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan intensitas. Berikan posisi yang nyaman pada pasien. Tingkatkan periode tidur tanpa gangguan Dorong menggunakan teknik manajemen nyeri, seperti nafas dalam Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi (analgesik). Memberikan informasi untuk membantu dalam menentukan pilihan atau keefektifan intervensi. Untuk meningkatkan relaksasi. Dapat mengurangi rasa nyeri pasien Meningkatkan relaksasi dan mengurangi nyeri Diberikan untuk menghilangkan nyeri dan memberikan relaksasi mental dan fisik. 2 2 setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan Gangguan persepsi sensori berkurang / hilang dengan KH : -Pasien dapat mendengar dengan baik -Pasien tidak meminta untuk mengulang setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya Memandang ketika sedang berbicara Kaji ketajaman pendengaran pasien Menggunakan tanda – tanda nonverbal (mis. Ekspresi wajah, menunjuk, atau gerakan tubuh) dan bentuk komunikasi lainnya. Anjurkan kepada keluarga atau orang terdekat klien untuk tinggal bersama klien Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk mematuhi program teraphy Menunjukkan perhatian dan penghargaan Untuk mengetahui tingkat ketajaman pendengaran pasien dan untuk menentukan intervensi Membantu klien untuk mempersepsikan informasi Untuk menghindari perasaan terisolasi pasien Mematuhi program therapy akan mempercepat proses penyembuhan 3 3 Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapakan gangguan harga diri pasien teratasi dengan KH : -Bicara/berkomunikasi dengan Kaji luasnya gangguan persepsi dan hubungkan derajat ketidakmampuannya Dorong klien untuk mengeksplorasi perasaan tentang kritikan orang Penentuan faktor- faktor secara individual membantu dalam mengembangkan perencanaan
  • 25. orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang telah terjadi -Mengungkapkan penerimaan pada diri sendiri dalam situasi -Mengenali dan menggabungkan perubahan dalam konsep diri dalam cara yang akurat tanpa menimbulkan harga diri yang negatif. lain.Diskusikan cara koping perasaan ini dan bagaimana menerima ketidaksetujuan orang lain tanpa mengalami perasaan gagal  Identifikasi arti dari kehilangan/disfungsi/perubah an pada pasien Anjurkan pasien untuk mengekspresikan perasaannya termasuk rasa bermusuhan dan perasaan marah asuhan/intervensi Mungkin memiliki perasaan tidak realistik saat dikritik dan perlu mempelajari bagaimana menerapkan kriktik konstruktif untuk pertumbuhan pribadi bukan merusak diri sendiri.Membantu mengembangkan percaya pada kemampuan dan penilaian sendiri disamping apa yang dipikirkan orang lain Kadang-kadang pasien menerima dan mengatasi gangguan fungsi secara efektif dengan sedikit penanganan, dilain pihak ada juga orang yang mengalami kesulitan dalam menerima dan mengatasi kekurangannya Mendemontrasikan penerimaan/memban tu pasien untuk mengenal dan mulai memahami perasaan ini 4 4 Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam kebutuhan akan informasi terpenuhi dengan KH : -pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan. Tentukan persepsi pasien tentang proses penyakit. Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan Berikan informasi mengenai penanganan dan pengobatan, interaksi,efek samping dan pentingnya ketaatan pada program Berikan HE pada pasien Membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran kebutuhan belajar individu Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan Meningkatkan
  • 26. -Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit -Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan. pemahaman dan meningkatkan kerja sama dalam proses penyembuhan Diharapkan pasien memahami kondisi dan penanganan penyakit yang dialami 5 5 Setelah diberikan tindakan keperawatan 3X24 jam diharapkan tidak terjadi tanda-tanda infeksi. Kriteria Hasil: -Tidak terdapat tanda tanda infeksi seperti: Kalor,dubor,tumor,dolor,dan fungsionalasia. -TTV dalam batas normal Kaji tanda – tanda infeksi Pantau TTV,terutama suhu tubuh. Ajarkan teknik aseptik pada pasien Cuci tangan sebelum memberi asuhan keperawatan ke pasien. Untuk mengetahui apakah pasian mengalami infeksi. Dan untuk menentukan tindakan keperawatan berikutnya. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahuikeadaan umum pasien. Perubahan suhu menjadi tinggi merupakan salah satu tanda – tanda infeksi. Meminimalisasi terjadinya infeksi Mencegah terjadinya infeksi nosokomial. d. Evaluasi 1.Dx 1 : - pasien tampak rileks - skala nyeri 1-3 2.Dx 2 : - pasien dapat mendengar dengan baik - pasien tidak mengulang untuk meminta untuk mengulang setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya 3. Dx 3 : - Bicara/berkomunikasi dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang telah terjadi - Mengungkapkan penerimaan pada diri sendiri dalam situasi - Mengenali dan menggabungkan perubahan dalam konsep diri dalam cara yang akurat tanpa menimbulkan harga diri yang negatif 4. Dx 4 : - pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan
  • 27. pengobatan engidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan ses penyakit Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan. 5. Dx 5 : - Tidak terdapat tanda tanda infeksi seperti: Kalor,dubor,tumor,dolor,dan fungsionalasia. - TTV dalam batas normal DAFTAR PUSTAKA Adams,George L.dkk.1997.Boies:Buku Ajar Penyakit THT.Ed 6 : Jakarta.EGC Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 3. Ed 8 : Jakarta. EGC Doungoes, marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed 3 : Jakarta. EGC Mansjoer,Arief,dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3: Jakarta.Mediaaesculapius www. iranichi.multiply.com www.blogdokter.net/2008/.../untung-ruginya-kotoran-telinga 1. d. Gejala Klinis Gejala klinis yang umumnya dirasakan oleh penderita penyakit impaksi serumen, antara lain : - Pendengaran berkurang. - Nyeri di telinga karena serumen yang mengeras merasakan lingkungan di sekitarnya berputar (vertigo) - Telinga berdengung (tinutitis) 1. e. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Telinga .Telinga luar diperiksa dengan inspeksi dan palpasi lang-sung sementara membrana timpani diinspeksi, seperti telinga tengah dengan otoskop dan palpasi tak langsung dengan menggunakan otoskop pneumatic Pengkajian Fisik. Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat. Aurikulus dan jaringan sekitarnya diinspeksi adanya deformitas, lesi, cairan begitu pula ukuran, simetris dan sudut penempelan ke kepala. Gerakan aurikulus normalnya tak menimbulkan nyeri. Bila manuver ini terasa nyeri, harus dicurigai adanya otitis eksterna akut. Nyeri tekan pada saat palpasi di daerah mastoid dapat menunjukkan mastoiditis akut atau inflamasi nodus auri-kula posterior. Terkadang, kista sebaseus dan tofus (de-posit mineral subkutan) terdapat pada pinna. Kulit bersisik pada atau di belakang aurikulus biasanya menunjuk¬kan adanya dermatitis sebore dan dapat terdapat
  • 28. pula di kulit kepala dan struktur wajah. Untuk memeriksa kanalis auditorius eksternus dan membrana timpani, kepala pasien sedikit dijauhkan dari pemeriksa. 1. f. Pemeriksaan Penunjang Ketajaman Auditorius. Perkiraan umum pendengaran pasien dapat disaring secara efektif dengan mengkaji kemampuan pasien mendengarkan bisikan kata atau detakan jam tangan. Bisikan lembut dilakukan oleh pemeriksa, yang sebelumnya telah§ melakukan ekshalasi penuh. Masing- masing telinga diperiksa bergantian. Agar telinga yang satunya tak mendengar, Penggunaan uji Weber dan Rinne memungkinkan kita membedakan kehilangan akibat konduktif dengan kehi-langan sensorineura Uji Weber Memanfaatkan konduksi tulang untuk menguji adanya lateralisasi suara. Sebuah garpu tala dipegang erat pada gagangnya dan pukulkan pada lutut atau pergelangan tangan pemeriksa. Kemudian diletakkan pada dahi atau gigi pasien. Pasien ditanya apakah suara terdengar di tengah kepala, di telinga kanan atau telinga kiri. Individu dengan pendengaran normal akan mende¬ngar suara seimbang pada kedua telinga atau menjelaskan bahwa suara terpusat di tengah kepala. Bila ada kehilang¬an pendengaran konduktif (otosklerosis, otitis media), suara akan lebih jelas terdengar pada sisi yang sakit. Ini disebabkan karena obstruksi akan menghambat ruang suara, sehingga akan terjadi peningkatan konduksi tulang. Bila terjadi kehilangan sensorineural, suara akan meng-alami lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik. Uji Weber berguna untuk kasus kehilangan pende¬ngaran unilateral. Uji Rinne Gagang garpu tala yang bergetar ditempatkan di belakang aurikula pada tulang mastoid (kon¬duksi tulang) sampai pasien tak mampu lagi mendengar suara. Kemudian garpu tala dipindahkan pada jarak 1 inci dari meatus kanalis auditorius eksternus (konduksi uda-ra). Pada keadaan normal pasien dapat terus mendengar¬kan suara, menunjukkan bahwa konduksi udara berlang-sung lebih lama dari konduksi tulang. Pada kehilangan pendengaran konduktif, konduksi tulang akan melebihi konduksi udara begitu konduksi tulang melalui tulang temporal telah menghilang, pasien sudah tak mampu lagi mendengar garpu tala melalui mekanisme konduktif yang biasa. Sebaliknya kehilangan pendengaran sensorineural memungkinkan suara yang dihantarkan melalui udara lebih baik dari tulang, meskipun keduanya merupakan konduktor, yang buruk dan segala suara diterima seperti sangat jauh dan lemah. Prosedur Diagnostik Auditorius dan Vestibuler Dalam mendeteksi kehilangan pendengaran, audiome¬ter adalah satu-satunya instrumen diagnostik yang paling penting. Uji audiometri ada dua macam: (1) audiometri nada-murni, di mana stimulus suara terdiri atas nada murni atau musik (semakin keras nada sebelum pasien bisa mendengar berarti semakin besar kehilangan pende¬ngarannya), dan (2) audiometri wicara di mana kata yang diucapkan digunakan untuk menentukan kemampuan mendengar dan membedakan suara. Ahli audiologi melakukan uji dan pasien mengenakan earphone dan sinyal mengenai nada
  • 29. yang didengarkan. Ketika nada dipakai secara langsung pada meatus kanalis auditorius eksiernus, kita mengukur konduksi udara. Bila stimulus diberikan pada tulang mastoid, melintas mekanisme konduksi (osikulus), langsung menguji konduksi saraf. Agar hasilnya akurat, evaluasi audiometri dilakukan di ruangan yang kedap suara. Respons yang dihasil- kan diplot pada grafik yang dinamakan audiogram. 1. g. Penatalaksanaan Kotoran telinga (serumen) bisa menyumbat saluran telinga dan menyebabkan gatal-gatal, nyeri serta tuli yang bersifat sementara dan dokter akan membuang serumen tersebut dengan cara menyemburnya secara perlahan dengan menggunakan air hangat (irigasi). Tetapi jika dari telinga keluar nanah, terjadi perforasi gendang telinga atau terdapat infeksi telinga yang berulang, maka irigasi tidak dapat dilakukan karena air bisa masuk ke telinga tengah dan kemungkinan akan memperburuk infeksi. Pada keadaan ini, serumen dibuang dengan menggunakan alat yang tumpul atau dengan alat penghisap. Biasanya tidak digunakan pelarut serumen karena bisa menimbulkan iritasi atau reaksi alergi pada kulit saluran telinga dan tidak mampu melarutkan serumen secara adekuat. Adapun cara-cara untuk mengeluarkan serumen yang menumpuk di liang telinga, antara lain: 1. Serumen yang lembek dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada aplikator (pelilit). 2. Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret. 3. Serumen yang sangat keras (membatu), dilembekkan terlebih dahulu dengan karbogliserin 10%, 3 x 5 tetes sehari, selama 3 – 5 hari, setelah itu dikeluarkan dengan pengait atau kuret dan bila perlu dilakukan irigasi telinga dengan air yang suhunya sesuai dengan suhu tubuh. 4. Serumen yang terlalu dalam dan mendekati membran timpani dikeluarkan dengan cara mengirigasi liang telinga dengan menggunakan air hangat bersuhu 37 o C agar tidak menimbulkan vertigo karena terangsangnya vestibuler. 1. II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. a. Pengkajian 1. Biodata pasien dan penanggung jawab 2. Riwayat kesehatan - Keluhan utama saat MRS Penderita biasanya mengeluhkan pendengarannya mulai menurun, nyeri, telinga berdengung, dan pusing dimana pasien merasakan lingkungan di sekitarnya berputar (vertigo). - Riwayat kesehatan masa lalu
  • 30. Riwayat kesehtan masa lalu yang berhubungan dengan penyakit impaksi serumen adalah kebiasaan membersihkan telinga yang tidak benar, penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan dermatitis pada kulit, seperti herpes zooster, 1. Pola kebutuhan dasar manusia Pola kebutuhan dasar manusia meliputi : - Pola napas - Pola makan dan minum - Pola eliminasi (BAB dan BAK) - Pola istirahat dan tidur - Pola berpakaian - Pola rasa nyaman - Pola kebersihan diri - Pola rasa aman - Pola komunikasi - Pola beribadah - Pola produktivitas - Pola rekreasi - Pola kebutuhan belajar 1. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan Telinga .Telinga luar diperiksa dengan inspeksi dan palpasi lang-sung sementara membrana timpani diinspeksi, seperti telinga tengah dengan otoskop dan palpasi tak langsung dengan menggunakan otoskop pneumatic Pengkajian Fisik. Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat. Aurikulus dan jaringan sekitarnya diinspeksi adanya § deformitas, lesi, § cairan begitu pula ukuran, § simetris dan sudut penempelan ke kepala. Gerakan aurikulus normalnya tak menimbulkan nyeri. Bila manuver ini terasa nyeri, harus dicurigai adanya otitis eksterna akut. Nyeri tekan pada saat palpasi di daerah mastoid dapat menunjukkan mastoiditis akut atau inflamasi nodus auri-kula posterior. Terkadang, kista sebaseus dan tofus (de-posit mineral subkutan) terdapat pada pinna. Kulit bersisik pada atau di belakang aurikulus biasanya menunjuk¬kan adanya dermatitis sebore dan dapat terdapat pula di kulit kepala dan struktur wajah. Untuk memeriksa kanalis auditorius eksternus dan membrana timpani, kepala pasien sedikit dijauhkan dari pemeriksa. 1. b. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut b.d. agen cedera biologi, ditandai dengan: - Pasien mengeluh nyeri - Wajah pasien tampak meringis - Pasien terus menerus memegangi daerah yang nyeri
  • 31. 1. Gangguan persepsi dan sensori (auditori) b.d. perubahan sensori persepsi, ditandai dengan: - Pasien mengeluh pendengarannya mulai berkurang - Pasien tampak bingung ketika akan menjawab pertanyaan - Pasien terus meminta mengulangi pertanyaan yang diajukan kepadanya 1. Gangguan harga diri b.d. stigma berkenaan dengan kondisi, ditandai dengan: - Kurang mengikuti program terapi yang diberikan - Pasien tampak menarik diri dari pergaulan - Kurangnya kontak mata pasien saat berkomunikasi dengan orang lain 1. Ansietas b.d. kurang pengetahuan, ditandai dengan: - Pasien terus menerus menanyakan tentang penyakitnya - Wajah pasien tampak cemas - Pasien tampak gelisah 1. c. Intervensi - Dx. 1 Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan nyeri pasien hilang atau terkontrol, dengan kriteria hasil : - Skala nyeri 0-3 - Wajah pasien tidak meringis - Pasien tidak memegang daerah yang nyeri Intervensi : 1. Kaji skala nyeri pasien menggunakan PQRST R : untuk mengetahui skala nyeri pasien dan untuk mempermudah dalam menentukan intervensi yang akan dilakukan selanjutnya 1. Ajarkan pasien teknik relaksasi dan distraksi R : teknik relaksasi dan distrakasi yang diajarkan kepada pasien, dapat membantu mengurangi persepsi pasien terhadap nyeri yang dideritanya 1. Delegatif dalam pemberian obat analgetik R : obat analgetik dapat mengurangi atau menghilangkan nyeri yang diderita oleh pasien - Dx. 2 Tujuan : setelah diberikan askep 3 x 24 jam, diharapkan ketajaman pendengaran pasien meningkat, dengan kriteria hasil : - Pasien dapat mendengar dengan baik - Pasien tidak meminta mengulang setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya Intervensi : 1. Kaji ketajaman pendengaran, catat apakah kedua telinga terlibat Rasional : untuk mengetahui tingkat ketajaman pendengaran pasien dan untuk menentukan intervensi selanjutnya.
  • 32. 1. Ciptakan komunikasi alternatif non-verbal pasien dan orang-orang terdekat, seperti menganjurkan pembicara menulis atau menggunakan bahasa tubuh untuk menyampaikan apa yang ingin disampaikan kepada pasien Rasional : untuk mempertahankan komunikasi dan hubungan yang baik antara pasien dengan orang-orang terdekat 1. Anjurkan keluarga untuk tinggal dengan pasien Rasional : untuk menghindari perasaan terisolasi dari pasien 1. Anjurkan pasien dan keluarganya untuk mematuhi program terapi yang diberikan Rasional : mematuhi program terapi akan mempercepat proses penyembuhan - Dx. 3 Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan 3 x 24 jam, diharapkan harga diri rendah pasien dapat diminimalisir, dengan kriteria hasil: - Pasien tidak menraik diri dari pergaulan - Mengikuti program terapi yang diberikan - Pasien bisa mulai bersosialisasi dengan orang lain Intervensi : 1. Kontrak waktu dengan pasien untuk mendengar keluhan-keluhan pasien dan mengungkapkan perasaannya Rasional : untuk mengetahui apakah pasien menerima dirinya saat situasi tersebut 1. Anjurkan pasien untuk tidak merahasiakan masalahnya Rasional : Merahasiakan sesuatu bersifat destruktif (merusak) terhadap harga diri. 1. Anjurkan keluarga pasien untuk memperlakukan pasien senormal mungkin Rasional : melibatkan pasien dalam keluarga dapat mengurangi perasaan terisolasi dari lingkungan sosial dan dapat pula memberikan kesempatan pada orang terdekat untuk meningkatkan kesejahteraan pasien 1. Anjurkan pasien untuk ikut serta dalam setaip tindakan keperawatan atau tindakan pengobatan dan sesuaikan dengan kemampuan pasien. Rasional : partisipasi sebanyak mungkin dalam pengalaman dapat mengurang depresi tentang keterbatasan 1. Berikan respon positif terhadap segala tindakan yang dapat dilakukan oleh pasien secara mandiri dan kemajuan perkembangan kesehatannya Rasional : Respon yang positif dapat membantu pasien untuk menghilangkan perasaan dari kegagalan dan membentuk pasien muai menerima penanganan terhadap penyakitnya. - Dx. 4 Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam, diharapkan rasa cemas pasien dan keluarganya berkurang atau hilang, dengan kriteria hasil : - Pasien dan keluarganya tidak terus menerus menanyakan tentang penyakit yang diderita oleh pasien
  • 33. - Pasien dan keluarganya memahami tentang penyakit dan proses penyakit yang diderita oleh pasien - Pasien tampak rileks Intervensi : 1. Evaluasi tingkat ansietas pasien dan keluarganya, catat respon verbal dan non- verbal. R : untuk mengetahui tingkat ansietas pasien dan keluarganya 1. Berikan informasi kepada pasien dan keluarganya mengenai penyakit dan proses penyakit yang diderita oleh pasien R : informasi yang diberikan dapat mengurangi ansietas yang dirasakan oleh pasien dan keluraganya, dan dapat pula meningkatkan kepahaman pasien dan keluarganya tentang penyakit yang diderita oleh pasien 1. Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya mengenai setiap tindakan keperawatan yang akan diberikan R : dapat mengurangi ansietas pasien dan keluarganya, serta dapat menciptakan rasa saling percaya 1. d. Evaluasi 1. Dx. 1 Nyeri pasien hilang atau terkontrol. 1. Dx. 2 Pasien dapat mendengar dengan baik. 1. Dx. 3 Harga diri rendah pasien dapat diminimalisir 1. Dx. 4 AB I A. LATAR BELAKANG Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan oleh bakteri dapat terlokalisir atau difus, telinga rasa sakit. Faktor penyebab timbulnya otitis eksterna ini, kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma lokal dan alergi. Faktor ini menyebabkan
  • 34. berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, inflasi dan menimbulkan eksudat. Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah pseudomonas (41 %), strepokokus (22%), stafilokokus.aureus (15%) dan bakteroides (11%). Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang dapat menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya seluruh liang telinga terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga luar dapat dianggap pembentukan lokal otitis eksterna. Otitis eksterna difusa merupakan tipe infeksi bakteri patogen yang paling umum disebabkan oleh pseudomonas, stafilokokus dan proteus, atau jamur. Penyakit ini merupakan penyakit telinga bagian luar yang sering dijumpai, disamping penyakit telinga lainnya. Berdasarkan data yang dikumpulkan mulai tanggal Januari 2000 s/d Desember 2000 di Poliklinik THT RS H.Adam Malik Medan didapati 10746 kunjungan baru dimana, dijumpai 867 kasus (8,07 %) otitis eksterna, 282 kasus (2,62 %) otitis eksterna difusa dan 585 kasus (5,44 %) otitis eksterna sirkumskripta. Penyakit ini sering diumpai pada daerah- daerah yang panas dan lembab dan jarang pada iklim- iklim sejuk dan kering.
  • 35. B. TUJUAN I. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM Setelah dilaksanakan diskusi, pembuatan makalah dan dipresentasikannyaAsuhan keperawatan klien dengan Otitis Eksterna, diharapkan mahasiswa mampu dan mengerti tentang asuhan keperawatan klien dengan Otitis Eksterna. II. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS Setelah dilaksanakan diskusi, pembuatan makalah dan dipresentasikannyaasuhan keperawatan klien dengan Otitis Eksterna, diharapkan mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan pengertian dari Otitis Eksterna 2. Menjelaskan tanda dan gejala yang dirasakan akibat penyakit otitis eksterna 3. Mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien otitis eksterna
  • 36. BAB II PEMBAHASAN A. ANATOMI FISIOLOGI Anatomi telinga terdiri dari : Telinga bagian luar 1. Aurikula Terdiri dari kartilago elasin yang ditutupi kulit. Tidak ada kartilago pada lobus, yang hanya tersusun dari lemak dan jaringan ikat. Aurikula dapat digerakkan sedikit oleh tiga otot kecil yang berjalan menuju aurikula dari aponeurosis cranial dan tengkorak. 2. Meatus Akustikus Eksterna Batas antara telinga luar dan telinga tengah adalah membran timpani. 2/3 bagian dalam tersusun oleh tulang, dan 1/3 luar tersusun oleh tulang rawanyang bersambungan dengan daun telinga. Meatus berbentuk oval pada potongan melintang pada ujung lateral, bulat pada ujunga medial. Telinga bagian tengah 1. Kavum Timpany ( telinga tengah ) Merupakan rongga kecil, agak memanjang di dalam pars petrosa os temporal. 2. Antrum Timpany 3. Tuba Auditiva Eustaki Telinga bagian dalam 1. Labirintus Osseus Rangkaian rongga yang saling berhubungan - Labirintus Membranosus Kantong tertutup di dalam labirin oseosa dan kurang lebih memiliki bentuk yang sama.
  • 37. A. DEFINISI Otitis eksterna adalah radang telinga bagian luar yang di sebabkan oleh jamur parasitic, ditandai dengan pengerasan struktur telinga. (Dongoes, 1998) Otitis eksterna ialah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan oleh bakteri, sulit dibedakan dengan radang yang disebabkan oleh jamur, alergi atau virus. (file:///E:/Laporan-Kasus-Otitis-Eksterna.htm) Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang dapat menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya seluruh liang telinga terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga luar dapat dianggap pembentukan lokal otitis eksterna. Otitis eksterna dibagi 3 jenis : a. Otitis eksterna sirkumsripta b. Otitis eksterna difus c. Otomikosis B. ETIOLOGI Staphylococus aureus, staphylococus albus. Faktor predisposisi 1. PH (PH yang basa akan menurunkan proteksi terhadap infeksi). 2. Udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh. 3. Trauma ringan (ketika mengorek telinga) atau karena berenang yang menyebabkan perubahan kulit karena kena air.
  • 38. C. PATOFISIOLOGI Saluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang sel- sel kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga. Membersihkan saluran telinga dengan cotton bud (kapas pembersih) bisa mengganggu mekanisme pembersihan ini dan bisamendorong sel-sel kulit yang mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana. Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan penimbunan air yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah dan lembut pada saluran telinga lebih mudah terinfeksi oleh bakteri atau jamur. D. MANIFESTASI KLINIS 1. Rasa sakit pada telinga ( rasa tidak enak, rasa penuh pada telinga,perasaan seperti terbakar hingga rasa sakit yang hebat, serta berdenyut ). 2. Nyeri yang hebat bila daun telinga disentuh, 3. Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu rasa sakit 4. Gangguan pendengaran bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga,edema pada kulit telinga Tanda-tanda Klinis Menurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi menjadi 4: a. Otitis Eksterna Ringan : kulit liang telinga hiperemis dan eksudat, liang telinga menyempit. b. Otitis Eksterna Sedang : liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan eksudat positif c. Otitis Eksterna Komplikas : Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak d. Otitis Eksterna Kronik : kulit liang telinga/pina menebal, keriput, eritema positif
  • 39. E. PENATALAKSANAAN 1. Antibiotik dalam bentuk salep (neomisin, Polimiksin B atau Basitrasin). 2. Antiseptik (asam asestat 2-5% dalam alkohol 2%) atau tampon iktiol dalam liang telinga selama 2 hari. 3. Bila furunkel menjadi abses, diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. 4. Insisi bila dinding furunkel tebal, kemudian kemudian dipasang drain untuk mengalirkan nanah. 5. Obat simptomatik : analgetik, obat penenang. F. KOMPLIKASI Osteomielitis tulang temporal dan basis kranii kelumpuhan syaraf fasial serta syaraf otak lain kematian.
  • 40. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS Seorang pasien wanita bernama Nn, X usia 21 tahun, datang ke poli THT Cendekia Utama pada hari 1 Juni 2011 dengan keluhan nyeri pada telinga kanan sejak 1 minggu yang lalu. Pasien mengatakan sebelumnya telinga pasien terasa gatal dan tidak enak, terasa penuh sehingga pasien membersihkannya dengan cutton buds. ada cairan yang ditemukan dalam liang telinganya,yang berbau busuk, daun telinga sakit bila di sentuh. pendengaran telinga pasien agak berkurang dan tidak berdenging. Pasien mengaku sebelumnya tidak pernah kemasukan air atopun memakai obat tetes telinga. Pasien mengatakan pasien belum pernah melakukan pengobatan untuk penyakitnya. A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN 1. Biodata Pasien Biodata Penanggung Jawab Nama : Nn. X Nama : Ny. K Umur : 21 tahun Umur : 45 tahun Jenis kel. : Perempuan Jenis kel. : Perempuan Alamat : Ds. Jepang Alamat : Ds. Jepang 2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama: nyeri pada telinga kanan, perasaan tidak enak pada telinga, pendengaran berkurang, ketika membersihkan telinga keluar cairan berbau busuk b. Riwayat penyakit sekarang: pasien mengatakan sudah merasakan nyeri pada telinga kanannya sejak 1 minggu yang lalu, pasien mengatakan sebelumnya dia merasakan telinganya gatal dan tidak enak sehingga pasien membersihkannya dengan cutton buds.tidak ada cairan yang ditemukan dalam liang telinganya, pendengaran telinga pasien agak berkurang dan tidak berdenging. c. Riwayat penyakit dahulu: - d. Riwayat penyakit keluarga: -
  • 41. 3. Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi Telinga tampak sempit, Pembengkakan pada Meatus acusticus eksternus, terjadi penumpukan serumen membentuk furunkel, kulit telinga berwana keputih-putihan akibat filamen( serabut ) jamur, keluar cairan berbau busuk, suhu tubuh pasien meningkat b. palpasi pasien merasakan nyeri pada daun telinga ketika di lakukan penekanan pada daun telinga. 4. Analisa Data No. Data Fokus Etiologi Problem 1. Ds: pasien mengatakan daun telinga sakit bila di sentuh Do: Pembentukan furunkel Penumpukan serumen yang membentuk furunkel (Bisul), infeksi, demam Nyeri 2. Ds: Pasien mengatakan pendengaran telinga agak berkurang dan berdenging. Do: ada pembengkakan pd MAE, pembentukan furunkel Terdapat pembengkakan MAE, furunkel Gangguan komunikasi verval 3. Ds: pasien mengatakan telinganya terasa tidak enak dan penuh Do: edema, telinga tampak sempit Penyumbatan liang telinga (Pembesaran furunkel) Gangguan pendengaran B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri berhubungan dengan penumpukan serumen yang membentuk furunkel ( Bisul ), infeksi, demam ditandai dengan daun telinga sakit bila disentuh, terdapat pembengkakan pad MAE 2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan pembengkakan MAE, furunkel ditandai dengan pendengaran telinga agak berkurang dan berdenging, furunkel 3. Gangguan pendengaran berhubungan dengan Penyumbatan liang telinga (Pembesaran furunkel) ditandai dengan telinga terasa tidak enak, penuh, edema, dan telinga tampak sempit C. INTERVENSI KEPERAWATAN No. Dx. Tujuan/ KH Intervensi Rasional 1. I Nyeri pasien a. Kaji tingkat nyeri
  • 42. dapat teratasi klien b. Lakukan pembersihan telinga secara teratur dan hati-hati. c. Beri penyuluhan kepada klien tentang penyebab nyeri dan penyakit yang dideritanya d. Lakukan aspirasi secara steril (bila terjadi abses) untuk mengeluarkan nanahnya, jika dinding furunkelnya tebal, dilakukan insisi kemudian dipasang drainage untuk mengalirkan nanah. Berikan kompres dingin bila demam. Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik dan antibiotik dosis tinggi (pada OEM).