Dokumen tersebut membahas tentang impaksi serumen, yaitu gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan serumen di liang telinga. Dokumen menjelaskan pengertian, etiologi, patofisiologi, gejala klinis, pemeriksaan fisik dan penunjang, serta penatalaksanaan impaksi serumen. Dokumen juga membahas konsep dasar asuhan keperawatan untuk pasien dengan gangguan tersebut, meliputi pengkajian, diagnosa
1. 1. Konsep Dasar Penyakit
2. a. Pengertian
Impaksi serumen adalah gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan serumen di liang
telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu (Mansjoer, Arif :1999).
1. b. Etiologi
Adapun faktor penyebab dari impaksi serumen, antara lain:
-
Dermatitis kronik pada telinga luar,
-
Liang telinga sempit,
-
Produksi serumen terlalu banyak dan kental,
-
Terdorongnya serumen ke lubang lebih dalam (karena kebiasaan mengorek telinga).
5. 1. d. Gejala Klinis
Gejala klinis yang umumnya dirasakan oleh penderita penyakit impaksi serumen, antara lain :
-
Pendengaran berkurang.
-
Nyeri di telinga karena serumen yang mengeras
merasakan lingkungan di sekitarnya berputar (vertigo)
-
Telinga berdengung (tinutitis)
1. e. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Telinga .Telinga luar diperiksa dengan inspeksi dan palpasi lang-sung sementara
membrana timpani diinspeksi, seperti telinga tengah dengan otoskop dan palpasi tak langsung
dengan menggunakan otoskop pneumatic Pengkajian Fisik.
Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat. Aurikulus dan
jaringan sekitarnya diinspeksi adanya
deformitas, lesi,
cairan begitu pula ukuran,
simetris dan sudut penempelan ke kepala.
Gerakan aurikulus normalnya tak menimbulkan nyeri. Bila manuver ini terasa nyeri, harus dicurigai
adanya otitis eksterna akut. Nyeri tekan pada saat palpasi di daerah mastoid dapat menunjukkan
mastoiditis akut atau inflamasi nodus auri-kula posterior. Terkadang, kista sebaseus dan tofus (deposit mineral subkutan) terdapat pada pinna. Kulit bersisik pada atau di belakang aurikulus biasanya
menunjuk¬kan adanya dermatitis sebore dan dapat terdapat pula di kulit kepala dan struktur wajah.
Untuk memeriksa kanalis auditorius eksternus dan membrana timpani, kepala pasien sedikit
dijauhkan dari pemeriksa.
1. f. Pemeriksaan Penunjang
6. Ketajaman Auditorius.
Perkiraan umum pendengaran pasien dapat disaring secara efektif dengan mengkaji kemampuan
pasien mendengarkan bisikan kata atau detakan jam tangan. Bisikan lembut dilakukan oleh
pemeriksa, yang sebelumnya telah§ melakukan ekshalasi penuh. Masing-masing telinga diperiksa
bergantian. Agar telinga yang satunya tak mendengar,
Penggunaan uji Weber dan Rinne
memungkinkan kita membedakan kehilangan akibat konduktif dengan kehi-langan sensorineura
Uji Weber
Memanfaatkan konduksi tulang untuk menguji adanya lateralisasi suara. Sebuah garpu tala
dipegang erat pada gagangnya dan pukulkan pada lutut atau pergelangan tangan pemeriksa.
Kemudian diletakkan pada dahi atau gigi pasien. Pasien ditanya apakah suara terdengar di tengah
kepala, di telinga kanan atau telinga kiri. Individu dengan pendengaran normal akan mende¬ngar
suara seimbang pada kedua telinga atau menjelaskan bahwa suara terpusat di tengah kepala. Bila
ada kehilang¬an pendengaran konduktif (otosklerosis, otitis media), suara akan lebih jelas terdengar
pada sisi yang sakit. Ini disebabkan karena obstruksi akan menghambat ruang suara, sehingga
akan terjadi peningkatan konduksi tulang. Bila terjadi kehilangan sensorineural, suara akan mengalami lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik. Uji Weber berguna untuk kasus
kehilangan pende¬ngaran unilateral.
Uji Rinne
Gagang garpu tala yang bergetar ditempatkan di belakang aurikula pada tulang mastoid (kon¬duksi
tulang) sampai pasien tak mampu lagi mendengar suara. Kemudian garpu tala dipindahkan pada
jarak 1 inci dari meatus kanalis auditorius eksternus (konduksi uda-ra). Pada keadaan normal pasien
dapat terus mendengar¬kan suara, menunjukkan bahwa konduksi udara berlang-sung lebih lama
dari konduksi tulang. Pada kehilangan pendengaran konduktif, konduksi tulang akan melebihi
konduksi udara begitu konduksi tulang melalui tulang temporal telah menghilang, pasien sudah tak
mampu lagi mendengar garpu tala melalui mekanisme konduktif yang biasa. Sebaliknya kehilangan
pendengaran sensorineural memungkinkan suara yang dihantarkan melalui udara lebih baik dari
tulang, meskipun keduanya merupakan konduktor, yang buruk dan segala suara diterima seperti
sangat jauh dan lemah.
Prosedur Diagnostik Auditorius dan Vestibuler
7. Dalam mendeteksi kehilangan pendengaran, audiome¬ter adalah satu-satunya instrumen diagnostik
yang paling penting.
Uji audiometri ada dua macam:
(1) audiometri nada-murni, di mana stimulus suara terdiri atas nada murni atau musik (semakin
keras nada sebelum pasien bisa mendengar berarti semakin besar kehilangan pende¬ngarannya),
dan
(2) audiometri wicara
di mana kata yang diucapkan digunakan untuk menentukan kemampuan mendengar dan
membedakan suara.
Ahli audiologi melakukan uji dan pasien mengenakan earphone dan sinyal mengenai nada yang
didengarkan. Ketika nada dipakai secara langsung pada meatus kanalis auditorius eksiernus, kita
mengukur konduksi udara. Bila stimulus diberikan pada tulang mastoid, melintas mekanisme
konduksi (osikulus), langsung menguji konduksi saraf. Agar hasilnya akurat, evaluasi audiometri
dilakukan di ruangan yang kedap suara. Respons yang dihasil-kan diplot pada grafik yang
dinamakan audiogram.
1. g. Penatalaksanaan
Kotoran telinga (serumen) bisa menyumbat saluran telinga dan menyebabkan gatal-gatal, nyeri
serta tuli yang bersifat sementara dan dokter akan membuang serumen tersebut dengan cara
menyemburnya secara perlahan dengan menggunakan air hangat (irigasi). Tetapi jika dari telinga
keluar nanah, terjadi perforasi gendang telinga atau terdapat infeksi telinga yang berulang, maka
irigasi tidak dapat dilakukan karena air bisa masuk ke telinga tengah dan kemungkinan akan
memperburuk infeksi. Pada keadaan ini, serumen dibuang dengan menggunakan alat yang tumpul
atau dengan alat penghisap. Biasanya tidak digunakan pelarut serumen karena bisa menimbulkan
iritasi atau reaksi alergi pada kulit saluran telinga dan tidak mampu melarutkan serumen secara
adekuat.
Adapun cara-cara untuk mengeluarkan serumen yang menumpuk di liang telinga, antara lain:
1. Serumen yang lembek dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada aplikator (pelilit).
2. Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret.
8. 3. Serumen yang sangat keras (membatu), dilembekkan terlebih dahulu dengan karbogliserin 10%, 3 x
5 tetes sehari, selama 3 – 5 hari, setelah itu dikeluarkan dengan pengait atau kuret dan bila perlu
dilakukan irigasi telinga dengan air yang suhunya sesuai dengan suhu tubuh.
4. Serumen yang terlalu dalam dan mendekati membran timpani dikeluarkan dengan cara mengirigasi
liang telinga dengan menggunakan air hangat bersuhu 37 oC agar tidak menimbulkan vertigo karena
terangsangnya vestibuler.
1. II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. a. Pengkajian
1. Biodata pasien dan penanggung jawab
2. Riwayat kesehatan
-
Keluhan utama saat MRS
Penderita biasanya mengeluhkan pendengarannya mulai menurun, nyeri, telinga berdengung, dan
pusing dimana pasien merasakan lingkungan di sekitarnya berputar (vertigo).
-
Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehtan masa lalu yang berhubungan dengan penyakit impaksi serumen adalah
kebiasaan membersihkan telinga yang tidak benar, penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan
dermatitis pada kulit, seperti herpes zooster,
1. Pola kebutuhan dasar manusia
Pola kebutuhan dasar manusia meliputi :
-
Pola napas
-
Pola makan dan minum
9. -
Pola eliminasi (BAB dan BAK)
-
Pola istirahat dan tidur
-
Pola berpakaian
-
Pola rasa nyaman
-
Pola kebersihan diri
-
Pola rasa aman
-
Pola komunikasi
-
Pola beribadah
-
Pola produktivitas
-
Pola rekreasi
-
Pola kebutuhan belajar
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Telinga .Telinga luar diperiksa dengan inspeksi dan palpasi lang-sung sementara
membrana timpani diinspeksi, seperti telinga tengah dengan otoskop dan palpasi tak langsung
dengan menggunakan otoskop pneumatic Pengkajian Fisik.
Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat. Aurikulus dan
jaringan sekitarnya diinspeksi adanya
§ deformitas, lesi,
§ cairan begitu pula ukuran,
§ simetris dan sudut penempelan ke kepala.
Gerakan aurikulus normalnya tak menimbulkan nyeri. Bila manuver ini terasa nyeri, harus dicurigai
adanya otitis eksterna akut. Nyeri tekan pada saat palpasi di daerah mastoid dapat menunjukkan
mastoiditis akut atau inflamasi nodus auri-kula posterior. Terkadang, kista sebaseus dan tofus (de-
10. posit mineral subkutan) terdapat pada pinna. Kulit bersisik pada atau di belakang aurikulus biasanya
menunjuk¬kan adanya dermatitis sebore dan dapat terdapat pula di kulit kepala dan struktur wajah.
Untuk memeriksa kanalis auditorius eksternus dan membrana timpani, kepala pasien sedikit
dijauhkan dari pemeriksa.
1. b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d. agen cedera biologi, ditandai dengan:
-
Pasien mengeluh nyeri
-
Wajah pasien tampak meringis
-
Pasien terus menerus memegangi daerah yang nyeri
1. Gangguan persepsi dan sensori (auditori) b.d. perubahan sensori persepsi, ditandai dengan:
-
Pasien mengeluh pendengarannya mulai berkurang
-
Pasien tampak bingung ketika akan menjawab pertanyaan
-
Pasien terus meminta mengulangi pertanyaan yang diajukan kepadanya
1. Gangguan harga diri b.d. stigma berkenaan dengan kondisi, ditandai dengan:
-
Kurang mengikuti program terapi yang diberikan
-
Pasien tampak menarik diri dari pergaulan
-
Kurangnya kontak mata pasien saat berkomunikasi dengan orang lain
1. Ansietas b.d. kurang pengetahuan, ditandai dengan:
-
Pasien terus menerus menanyakan tentang penyakitnya
11. -
Wajah pasien tampak cemas
-
Pasien tampak gelisah
1. c. Intervensi
-
Dx. 1
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan nyeri pasien hilang atau
terkontrol, dengan kriteria hasil :
-
Skala nyeri 0-3
-
Wajah pasien tidak meringis
-
Pasien tidak memegang daerah yang nyeri
Intervensi :
1. Kaji skala nyeri pasien menggunakan PQRST
R : untuk mengetahui skala nyeri pasien dan untuk mempermudah dalam menentukan intervensi
yang akan dilakukan selanjutnya
1. Ajarkan pasien teknik relaksasi dan distraksi
R : teknik relaksasi dan distrakasi yang diajarkan kepada pasien, dapat membantu mengurangi
persepsi pasien terhadap nyeri yang dideritanya
1. Delegatif dalam pemberian obat analgetik
R : obat analgetik dapat mengurangi atau menghilangkan nyeri yang diderita oleh pasien
12. -
Dx. 2
Tujuan : setelah diberikan askep 3 x 24 jam, diharapkan ketajaman pendengaran pasien meningkat,
dengan kriteria hasil :
-
Pasien dapat mendengar dengan baik
-
Pasien tidak meminta mengulang setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya
Intervensi :
1. Kaji ketajaman pendengaran, catat apakah kedua telinga terlibat
Rasional : untuk mengetahui tingkat ketajaman pendengaran pasien dan untuk menentukan
intervensi selanjutnya.
1. Ciptakan komunikasi alternatif non-verbal pasien dan orang-orang terdekat, seperti menganjurkan
pembicara menulis atau menggunakan bahasa tubuh untuk menyampaikan apa yang ingin
disampaikan kepada pasien
Rasional : untuk mempertahankan komunikasi dan hubungan yang baik antara pasien dengan
orang-orang terdekat
1. Anjurkan keluarga untuk tinggal dengan pasien
Rasional : untuk menghindari perasaan terisolasi dari pasien
1. Anjurkan pasien dan keluarganya untuk mematuhi program terapi yang diberikan
Rasional : mematuhi program terapi akan mempercepat proses penyembuhan
-
Dx. 3
13. Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan 3 x 24 jam, diharapkan harga diri rendah pasien
dapat diminimalisir, dengan kriteria hasil:
-
Pasien tidak menraik diri dari pergaulan
-
Mengikuti program terapi yang diberikan
-
Pasien bisa mulai bersosialisasi dengan orang lain
Intervensi :
1. Kontrak waktu dengan pasien untuk mendengar keluhan-keluhan pasien dan mengungkapkan
perasaannya
Rasional : untuk mengetahui apakah pasien menerima dirinya saat situasi tersebut
1. Anjurkan pasien untuk tidak merahasiakan masalahnya
Rasional : Merahasiakan sesuatu bersifat destruktif (merusak) terhadap harga diri.
1. Anjurkan keluarga pasien untuk memperlakukan pasien senormal mungkin
Rasional : melibatkan pasien dalam keluarga dapat mengurangi perasaan terisolasi dari lingkungan
sosial dan dapat pula memberikan kesempatan pada orang terdekat untuk meningkatkan
kesejahteraan pasien
1. Anjurkan pasien untuk ikut serta dalam setaip tindakan keperawatan atau tindakan pengobatan dan
sesuaikan dengan kemampuan pasien.
Rasional : partisipasi sebanyak mungkin dalam pengalaman dapat mengurang depresi tentang
keterbatasan
1. Berikan respon positif terhadap segala tindakan yang dapat dilakukan oleh pasien secara mandiri
dan kemajuan perkembangan kesehatannya
14. Rasional : Respon yang positif dapat membantu pasien untuk menghilangkan perasaan dari
kegagalan dan membentuk pasien muai menerima penanganan terhadap penyakitnya.
-
Dx. 4
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam, diharapkan rasa cemas pasien
dan keluarganya berkurang atau hilang, dengan kriteria hasil :
-
Pasien dan keluarganya tidak terus menerus menanyakan tentang penyakit yang diderita
oleh pasien
-
Pasien dan keluarganya memahami tentang penyakit dan proses penyakit yang diderita oleh
pasien
-
Pasien tampak rileks
Intervensi :
1. Evaluasi tingkat ansietas pasien dan keluarganya, catat respon verbal dan non-verbal.
R : untuk mengetahui tingkat ansietas pasien dan keluarganya
1. Berikan informasi kepada pasien dan keluarganya mengenai penyakit dan proses penyakit yang
diderita oleh pasien
R : informasi yang diberikan dapat mengurangi ansietas yang dirasakan oleh pasien dan
keluraganya, dan dapat pula meningkatkan kepahaman pasien dan keluarganya tentang penyakit
yang diderita oleh pasien
1. Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya mengenai setiap tindakan keperawatan yang
akan diberikan
15. R : dapat mengurangi ansietas pasien dan keluarganya, serta dapat menciptakan rasa saling
percaya
1. d. Evaluasi
1. Dx. 1
Nyeri pasien hilang atau terkontrol.
1. Dx. 2
Pasien dapat m
1. . Evaluasi
1. Dx. 1
Nyeri pasien hilang atau terkontrol.
1. Dx. 2
Pasien dapat mendengar dengan baik.
1. Dx. 3
Harga diri rendah pasien dapat diminimalisir
1. Dx. 4
Kecemasan pasien dan keluarganya berkurang atau hilang.
Like this:
17. ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN IMPAKSI
SERUMEN
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN IMPAKSI SERUMEN
I. Konsep Dasar Penyakit
a. Pengertian
Impaksi serumen adalah gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan serumen di
liang telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu (Mansjoer, Arif :1999).
b. Etiologi
Adapun faktor penyebab dari impaksi serumen, antara lain:
- Dermatitis kronik pada telinga luar,
- Liang telinga sempit,
- Produksi serumen terlalu banyak dan kental,
- Terdorongnya serumen ke lubang lebih dalam (karena kebiasaan mengorek telinga).
c. Patofisiologi
Kadang-kadang pada kanalis dapat terjadi impaksi, yang dapat menyebabkan otalgia, rasa penuh
dalam telinga dan atau kehilangan pendengaran. Penumpukan serumen terutama bermakna
pada populasi geriatrik sebagai penyebab defisit pendengaran . usaha membersihkan kanalis
auditorius dengan batang korek api, jepit rambut, atau alat lain bisa berbahaya karena
trauma
terhadap
kulit
bisa
menyebabkan
infeksi.
Anak-anak sering memasukkan benda-benda kecil ke dalam saluran telinganya, terutama
manik-manik, penghapus karet atau kacang-kacangan.
d. Pathway
Dermatitis kronik pada telinga luar
Produksi serumen banyak dan kental
Liang telinga sempit
Kebiasaan membersihkan telinga yang salah
Impaksi Serumen (Penumpukan serumen)
Menekan dinding liang telinga
Menekan membrane timpani
Telinga tersumbat
Vertigo dan tinitus
18. Pendengaran terganggu
Agen cedera biologi
usaha membersihkan kanalis auditorius dengan batang korek api, jepit rambut, atau alat lain
Trauma kulit
19. Kurang pengetahuan
Resiko Infeksi
Perubahan sensori
dan persepsi
Nyeri akut
Gangguan sensori persepsi (auditori)
Stigma berkenaan dengan kondisi
Gangguan harga diri
e. Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang umumnya dirasakan oleh penderita penyakit impaksi serumen, antara lain
:
- Pendengaran berkurang.
- Nyeri di telinga karena serumen yang keras membatu menekan dinding liang telinga.
- Telinga berdengung (tinitus).
- Pusing dimana pasien merasakan lingkungan di sekitarnya berputar (vertigo)
20. f. Pemeriksaan Fisik
Telinga luar diperiksa dengan
inspeksi dan palpasi langsung sementara membrana timpani diinspeksi, seperti telinga tengah
dengan otoskop dan palpasi tak langsung dengan menggunakan otoskop pneumatic
Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat.
Aurikulus dan jaringan sekitarnya diinspeksi adanya
deformitas, lesi,
cairan begitu pula ukuran,
simetris dan sudut penempelan ke kepala..
Setiap adanya cairan, inflamasi, atau benda asing; dalam kanalis auditorius eksternus
dicatat.
Membrana, timpani sehat berwarna mutiara keabuan
pada dasar kanalis.
Gerakan memutar lambat spekulum memungkinkan penglihat lebih jauh pada lipatan
malleus dan daerah perifer. dan warna membran begitu juga tanda yang tak biasa dicatat dan
deviasi kerucut cahaya dicatat. Adanya cairan, gelembung udara, atau masa di telinga tengah
harus dicatat.
Pemeriksaan otoskop kanalis auditorius eksternus membrana timpani yang baik hanya
dapat dilakukan bila kanalis tidak terisi serumen yang besar. Serumen terdapat di kanalis
eksternus, dan bila jumla sedikit tidak akan mengganggu pemeriksaan otoskop.
h. Pemeriksaan Penunjang
a.CT-Scan tulang tengkorak, mastoid terlihat kabur, ada kerusakan tulang
b.Scan Galium-67, terlihat focus inf akut yg akan kembali normal dgn resolusi inf.
c.Scan Tekhnetium-99, terlihat aktifitas osteoblastik yg akan kembali normal beberapa bulan
setelah resolusi klinik
d.MRI, monitor serebral, pembuluh darah yang terkait
e.Tes Laboratorium,sample nanah untuk kultur dan tes sensitivitas antibiotik
f.Ketajaman Auditorius.
Perkiraan umum pendengaran pasien dapat disaring secara efektif dengan mengkaji
kemampuan pasien mendengarkan
21. Bisikan kata atau detakan jam tangan.
Bisikan lembut dilakukan oleh pemeriksa, yang sebelumnya telah melakukan ekshalasi
penuh. Masing-masing telinga diperiksa bergantian. Agar telinga yang satunya tak
mendengar,
pemeriksa menutup telinga yang tak diperiksa dengan telapak tangan.Dari jarak 1 sampai 2
kaki dari telinga yang tak tertutup dan di luar batas penglihatan, pasien dengan ketajaman
normal dapat menirukan dengan tepat apa yang dibisikkan. Bila yang digunakan detak jam
tangan, pemeriksa memegang jam tangan sejauh 3 inci dari telinganya sendiri (dengan
asumsi pemeriksa mempunyai pendengaran normal) dan kemudian memegang jam tangan
pada jarak yang sama dari aurikulus pasien. Karena jam tangan menghasilkan suara dengan
nada yang lebih tinggi daripada suara bisikan, maka kurang dapat dipercaya dan tidak dapat
dipakai sebagai satu-satunya cara mengkaji ketajaman auditorius.
g. Uji Weber
memanfaatkan konduksi tulang untuk menguji adanya lateralisasi suara. Sebuah garpu tala
dipegang erat pada gagangnya dan pukulkan pada lutut atau pergelangan tangan pemeriksa.
Kemudian diletakkan pada dahi atau gigi pasien. Pasien ditanya apakah suara terdengar di
tengah kepala, di telinga kanan atau telinga kiri. Individu dengan pendengaran normal akan
mende¬ngar suara seimbang pada kedua telinga atau menjelaskan bahwa suara terpusat di
tengah kepala. Bila ada kehilang¬an pendengaran konduktif (otosklerosis, otitis media),
suara akan lebih jelas terdengar pada sisi yang sakit. Ini disebabkan karena obstruksi akan
menghambat ruang suara, sehingga akan terjadi peningkatan konduksi tulang. Bila terjadi
kehilangan sensorineural, suara akan meng-alami lateralisasi ke telinga yang
pendengarannya lebih baik. Uji Weber berguna untuk kasus kehilangan pende¬ngaran
unilateral.
h.Uji Rinne
gagang garpu tala yang bergetar ditempatkan di belakang aurikula pada tulang mastoid
(kon¬duksi tulang) sampai pasien tak mampu lagi mendengar suara. Kemudian garpu tala
dipindahkan pada jarak 1 inci dari meatus kanalis auditorius eksternus (konduksi uda-ra).
Pada keadaan normal pasien dapat terus mendengar¬kan suara, menunjukkan bahwa
konduksi udara berlang-sung lebih lama dari konduksi tulang. Pada kehilangan pendengaran
22. konduktif, konduksi tulang akan melebihi konduksi udara begitu konduksi tulang melalui
tulang temporal telah menghilang, pasien sudah tak mampu lagi mendengar garpu tala
melalui mekanisme konduktif yang biasa. Sebaliknya kehilangan pendengaran sensorineural
memungkinkan suara yang dihantarkan melalui udara lebih baik dari tulang, meskipun
keduanya merupakan konduktor, yang buruk dan segala suara diterima seperti sangat jauh
dan lemah.
i. Penatalaksanaan
Kotoran telinga (serumen) bisa menyumbat saluran telinga dan menyebabkan gatal-gatal,
nyeri serta tuli yang bersifat sementara dan dokter akan membuang serumen tersebut dengan
cara menyemburnya secara perlahan dengan menggunakan air hangat (irigasi). Tetapi jika
dari telinga keluar nanah, terjadi perforasi gendang telinga atau terdapat infeksi telinga yang
berulang, maka irigasi tidak dapat dilakukan karena air bisa masuk ke telinga tengah dan
kemungkinan akan memperburuk infeksi. Pada keadaan ini, serumen dibuang dengan
menggunakan alat yang tumpul atau dengan alat penghisap. Biasanya tidak digunakan
pelarut serumen karena bisa menimbulkan iritasi atau reaksi alergi pada kulit saluran telinga
dan tidak mampu melarutkan serumen secara adekuat.
Adapun cara-cara untuk mengeluarkan serumen yang menumpuk di liang telinga, antara
lain:
1. Serumen yang lembek dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada aplikator (pelilit).
2. Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret.
3. Serumen yang sangat keras (membatu), dilembekkan terlebih dahulu dengan karbogliserin
10%, 3 x 5 tetes sehari, selama 3 – 5 hari, setelah itu dikeluarkan dengan pengait atau kuret
dan bila perlu dilakukan irigasi telinga dengan air yang suhunya sesuai dengan suhu tubuh.
4. Serumen yang terlalu dalam dan mendekati membran timpani dikeluarkan dengan
o
cara mengirigasi liang telinga dengan menggunakan air hangat bersuhu 37 C agar tidak
menimbulkan vertigo karena terangsangnya vestibuler.
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Biodata pasien dan penanggung jawab
2. Riwayat kesehatan
23. - Keluhan utama saat MRS
Penderita
biasanya mengeluhkan
pendengarannya mulai
menurun,
nyeri,
telinga
berdengung, dan pusing dimana pasien merasakan lingkungan di sekitarnya berputar
(vertigo).
- Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehtan masa lalu yang berhubungan dengan penyakit impaksi serumen adalah
kebiasaan membersihkan telinga yang tidak benar.
3. Pola kebutuhan dasar manusia
Pola kebutuhan dasar manusia meliputi :
- Pola napas
- Pola makan dan minum
- Pola eliminasi (BAB dan BAK)
- Pola istirahat dan tidur
- Pola berpakaian
- Pola rasa nyaman
- Pola kebersihan diri
- Pola rasa aman
- Pola komunikasi
- Pola beribadah
- Pola produktivitas
- Pola rekreasi
- Pola kebutuhan belajar
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d. agen cedera biologi
2. Gangguan persepsi dan sensori (auditori) b.d. perubahan persepsi sensori
3. Gangguan harga diri b.d. stigma berkenaan dengan kondisi
4. Kurang pengetahuan b.d kurang terpapar informasi mengenai penyakit
5. Resiko infeksi b.d trauma pada kulit
24. Dx Tujuan
1
1
2
2
3
3
Intervensi
Rasional
setelah diberikan asuhan
Kaji ulang keluhan nyeri, Memberikan informasi
keperawatan diharapkan rasa perhatikan lokasi atau
untuk membantu
nyeri pasien berkurang
karakter dan intensitas.
dalam menentukan
dengan KH:
pilihan atau
Berikan posisi yang nyaman
- Pasien tampak rileks,
keefektifan
pada pasien.
- skala nyeri (1-3)
intervensi.
Tingkatkan periode tidur
Untuk meningkatkan
tanpa gangguan
Dorong menggunakan teknik relaksasi.
manajemen nyeri, seperti Dapat mengurangi rasa
nyeri pasien
nafas dalam
Kolaborasi pemberian obat Meningkatkan
relaksasi dan
sesuai indikasi (analgesik).
mengurangi nyeri
Diberikan untuk
menghilangkan nyeri
dan memberikan
relaksasi mental dan
fisik.
setelah diberikan asuhan
Memandang ketika sedang
Menunjukkan
keperawatan selama 3x24
berbicara
perhatian dan
jam diharapkan Gangguan Kaji ketajaman pendengaran
penghargaan
persepsi sensori berkurang /
pasien
Untuk mengetahui
hilang dengan KH :
tingkat ketajaman
Menggunakan tanda – tanda
- Pasien dapat mendengar dengan nonverbal (mis. Ekspresi
pendengaran pasien
baik
dan untuk
wajah, menunjuk, atau
- Pasien tidak meminta untuk
menentukan
gerakan tubuh) dan bentuk
mengulang setiap pertanyaan komunikasi lainnya.
intervensi
yang diajukan kepadanya
Membantu klien
Anjurkan kepada keluarga atau
untuk
orang terdekat klien untuk
mempersepsikan
tinggal bersama klien
informasi
Anjurkan kepada pasien dan
Untuk menghindari
keluarga untuk mematuhi
perasaan terisolasi
program teraphy
pasien
Mematuhi program
therapy akan
mempercepat proses
penyembuhan
Setelah diberikan asuhan
Kaji luasnya gangguan
Penentuan faktorkeperawatan selama 3x24
persepsi dan hubungkan
faktor secara
jam diharapakan gangguan
derajat ketidakmampuannya
individual membantu
harga diri pasien teratasi
dalam
Dorong klien untuk
dengan KH :
mengembangkan
mengeksplorasi perasaan
- Bicara/berkomunikasi dengan
perencanaan
tentang kritikan orang
25. 4
4
orang terdekat tentang situasi lain.Diskusikan cara koping
asuhan/intervensi
dan perubahan yang telah
perasaan ini dan bagaimana Mungkin memiliki
terjadi
menerima ketidaksetujuan
perasaan tidak
- Mengungkapkan penerimaan
orang lain tanpa mengalami
realistik saat dikritik
pada diri sendiri dalam
perasaan gagal
dan perlu
situasi
mempelajari
Identifikasi arti dari
- Mengenali dan menggabungkan kehilangan/disfungsi/perubah bagaimana
perubahan dalam konsep diri an pada pasien
menerapkan kriktik
dalam cara yang akurat tanpa Anjurkan pasien untuk
konstruktif untuk
menimbulkan harga diri yang mengekspresikan
pertumbuhan pribadi
negatif.
bukan merusak diri
perasaannya termasuk rasa
sendiri.Membantu
bermusuhan dan perasaan
mengembangkan
marah
percaya pada
kemampuan dan
penilaian sendiri
disamping apa yang
dipikirkan orang lain
Kadang-kadang
pasien menerima dan
mengatasi gangguan
fungsi secara efektif
dengan sedikit
penanganan, dilain
pihak ada juga orang
yang mengalami
kesulitan dalam
menerima dan
mengatasi
kekurangannya
Mendemontrasikan
penerimaan/memban
tu pasien untuk
mengenal dan mulai
memahami perasaan
ini
Setelah diberikan asuhan
Tentukan persepsi pasien Membuat
keperawatan selama 1x24
tentang proses penyakit.
pengetahuan dasar
jam kebutuhan akan
Tinjau proses penyakit dan dan memberikan
informasi terpenuhi
kesadaran kebutuhan
harapan masa depan
dengan KH :
Berikan informasi mengenai belajar individu
- pasien menyatakan
penanganan dan pengobatan, Memberikan
interaksi,efek samping dan pengetahuan dasar
pemahaman kondisi,
pentingnya ketaatan pada dimana pasien dapat
prognosis, dan
membuat pilihan
program
pengobatan.
Meningkatkan
Berikan HE pada pasien
26. pemahaman dan
meningkatkan kerja
sama dalam proses
antar gejala/tanda dengan
penyembuhan
proses penyakit
Diharapkan pasien
memahami kondisi
- Melakukan prosedur dengan
dan penanganan
benar dan menjelaskan alasan
penyakit yang
dialami
tindakan.
Setelah diberikan tindakan Kaji tanda – tanda infeksi
Untuk mengetahui
keperawatan 3X24 jam
apakah pasian
Pantau TTV,terutama suhu
diharapkan tidak terjadi
mengalami infeksi.
tubuh.
tanda-tanda infeksi.
Dan untuk
Ajarkan teknik aseptik pada
Kriteria Hasil:
menentukan
pasien
- Tidak terdapat tanda tanda
tindakan
Cuci tangan sebelum memberi
infeksi seperti:
keperawatan
asuhan keperawatan ke
Kalor,dubor,tumor,dolor,dan pasien.
berikutnya.
fungsionalasia.
Tanda vital merupakan
- TTV dalam batas normal
acuan untuk
mengetahuikeadaan
umum pasien.
Perubahan suhu
menjadi tinggi
merupakan salah
satu tanda – tanda
infeksi.
Meminimalisasi
terjadinya infeksi
Mencegah terjadinya
infeksi nosokomial.
- Mengidentifikasi
5
5
hubungan
d. Evaluasi
1. Dx 1 : - pasien tampak rileks
- skala nyeri 1-3
2. Dx 2 : - pasien dapat mendengar dengan baik
- pasien tidak mengulang untuk meminta untuk mengulang
setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya
3. Dx 3 : - Bicara/berkomunikasi dengan orang terdekat tentang
situasi dan perubahan yang telah terjadi
- Mengungkapkan penerimaan pada diri sendiri dalam
situasi
- Mengenali dan menggabungkan perubahan dalam konsep
diri dalam cara yang akurat tanpa menimbulkan harga diri
yang negatif
4. Dx 4 : - pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan
27. pengobatan
engidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan
ses penyakit
Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.
5. Dx 5 : - Tidak terdapat tanda tanda infeksi seperti:
Kalor,dubor,tumor,dolor,dan fungsionalasia.
- TTV dalam batas normal
DAFTAR PUSTAKA
Adams,George L.dkk.1997.Boies:Buku Ajar Penyakit THT.Ed 6 : Jakarta.EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 3. Ed 8 : Jakarta. EGC
Doungoes, marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan
Dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed 3 : Jakarta. EGC
Mansjoer,Arief,dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3: Jakarta.Mediaaesculapius
www. iranichi.multiply.com
www.blogdokter.net/2008/.../untung-ruginya-kotoran-telinga
1.
d. Gejala Klinis
Gejala klinis yang umumnya dirasakan oleh penderita penyakit impaksi serumen, antara lain
:
Pendengaran berkurang.
Nyeri di telinga karena serumen yang mengeras
merasakan lingkungan di sekitarnya berputar (vertigo)
Telinga berdengung (tinutitis)
1.
e. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Telinga .Telinga luar diperiksa dengan inspeksi dan palpasi lang-sung
sementara membrana timpani diinspeksi, seperti telinga tengah dengan otoskop dan palpasi
tak langsung dengan menggunakan otoskop pneumatic Pengkajian Fisik.
Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat.
Aurikulus dan jaringan sekitarnya diinspeksi adanya
deformitas, lesi,
cairan begitu pula ukuran,
simetris dan sudut penempelan ke kepala.
Gerakan aurikulus normalnya tak menimbulkan nyeri. Bila manuver ini terasa nyeri, harus
dicurigai adanya otitis eksterna akut. Nyeri tekan pada saat palpasi di daerah mastoid dapat
menunjukkan mastoiditis akut atau inflamasi nodus auri-kula posterior. Terkadang, kista
sebaseus dan tofus (de-posit mineral subkutan) terdapat pada pinna. Kulit bersisik pada atau
di belakang aurikulus biasanya menunjuk¬kan adanya dermatitis sebore dan dapat terdapat
28. pula di kulit kepala dan struktur wajah. Untuk memeriksa kanalis auditorius eksternus dan
membrana timpani, kepala pasien sedikit dijauhkan dari pemeriksa.
1.
f. Pemeriksaan Penunjang
Ketajaman Auditorius.
Perkiraan umum pendengaran pasien dapat disaring secara efektif dengan mengkaji
kemampuan pasien mendengarkan bisikan kata atau detakan jam tangan. Bisikan lembut
dilakukan oleh pemeriksa, yang sebelumnya telah§ melakukan ekshalasi penuh. Masingmasing telinga diperiksa bergantian. Agar telinga yang satunya tak mendengar,
Penggunaan uji Weber dan Rinne
memungkinkan kita membedakan kehilangan akibat konduktif dengan kehi-langan
sensorineura
Uji Weber
Memanfaatkan konduksi tulang untuk menguji adanya lateralisasi suara. Sebuah garpu tala
dipegang erat pada gagangnya dan pukulkan pada lutut atau pergelangan tangan pemeriksa.
Kemudian diletakkan pada dahi atau gigi pasien. Pasien ditanya apakah suara terdengar di
tengah kepala, di telinga kanan atau telinga kiri. Individu dengan pendengaran normal akan
mende¬ngar suara seimbang pada kedua telinga atau menjelaskan bahwa suara terpusat di
tengah kepala. Bila ada kehilang¬an pendengaran konduktif (otosklerosis, otitis media),
suara akan lebih jelas terdengar pada sisi yang sakit. Ini disebabkan karena obstruksi akan
menghambat ruang suara, sehingga akan terjadi peningkatan konduksi tulang. Bila terjadi
kehilangan sensorineural, suara akan meng-alami lateralisasi ke telinga yang
pendengarannya lebih baik. Uji Weber berguna untuk kasus kehilangan pende¬ngaran
unilateral.
Uji Rinne
Gagang garpu tala yang bergetar ditempatkan di belakang aurikula pada tulang mastoid
(kon¬duksi tulang) sampai pasien tak mampu lagi mendengar suara. Kemudian garpu tala
dipindahkan pada jarak 1 inci dari meatus kanalis auditorius eksternus (konduksi uda-ra).
Pada keadaan normal pasien dapat terus mendengar¬kan suara, menunjukkan bahwa
konduksi udara berlang-sung lebih lama dari konduksi tulang. Pada kehilangan pendengaran
konduktif, konduksi tulang akan melebihi konduksi udara begitu konduksi tulang melalui
tulang temporal telah menghilang, pasien sudah tak mampu lagi mendengar garpu tala
melalui mekanisme konduktif yang biasa. Sebaliknya kehilangan pendengaran sensorineural
memungkinkan suara yang dihantarkan melalui udara lebih baik dari tulang, meskipun
keduanya merupakan konduktor, yang buruk dan segala suara diterima seperti sangat jauh
dan lemah.
Prosedur Diagnostik Auditorius dan Vestibuler
Dalam mendeteksi kehilangan pendengaran, audiome¬ter adalah satu-satunya instrumen
diagnostik yang paling penting.
Uji audiometri ada dua macam:
(1) audiometri nada-murni, di mana stimulus suara terdiri atas nada murni atau musik
(semakin keras nada sebelum pasien bisa mendengar berarti semakin besar kehilangan
pende¬ngarannya), dan
(2) audiometri wicara
di mana kata yang diucapkan digunakan untuk menentukan kemampuan mendengar dan
membedakan suara.
Ahli audiologi melakukan uji dan pasien mengenakan earphone dan sinyal mengenai nada
29. yang didengarkan. Ketika nada dipakai secara langsung pada meatus kanalis auditorius
eksiernus, kita mengukur konduksi udara. Bila stimulus diberikan pada tulang mastoid,
melintas mekanisme konduksi (osikulus), langsung menguji konduksi saraf. Agar hasilnya
akurat, evaluasi audiometri dilakukan di ruangan yang kedap suara. Respons yang dihasilkan diplot pada grafik yang dinamakan audiogram.
1.
g. Penatalaksanaan
Kotoran telinga (serumen) bisa menyumbat saluran telinga dan menyebabkan gatal-gatal,
nyeri serta tuli yang bersifat sementara dan dokter akan membuang serumen tersebut dengan
cara menyemburnya secara perlahan dengan menggunakan air hangat (irigasi). Tetapi jika
dari telinga keluar nanah, terjadi perforasi gendang telinga atau terdapat infeksi telinga yang
berulang, maka irigasi tidak dapat dilakukan karena air bisa masuk ke telinga tengah dan
kemungkinan akan memperburuk infeksi. Pada keadaan ini, serumen dibuang dengan
menggunakan alat yang tumpul atau dengan alat penghisap. Biasanya tidak digunakan
pelarut serumen karena bisa menimbulkan iritasi atau reaksi alergi pada kulit saluran telinga
dan tidak mampu melarutkan serumen secara adekuat.
Adapun cara-cara untuk mengeluarkan serumen yang menumpuk di liang telinga, antara
lain:
1.
Serumen yang lembek dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada aplikator
(pelilit).
2.
3.
Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret.
Serumen yang sangat keras (membatu), dilembekkan terlebih dahulu dengan
karbogliserin 10%, 3 x 5 tetes sehari, selama 3 – 5 hari, setelah itu dikeluarkan dengan
pengait atau kuret dan bila perlu dilakukan irigasi telinga dengan air yang suhunya
sesuai dengan suhu tubuh.
4.
Serumen yang terlalu dalam dan mendekati membran timpani dikeluarkan
dengan cara mengirigasi liang telinga dengan menggunakan air hangat bersuhu 37 oC
agar tidak menimbulkan vertigo karena terangsangnya vestibuler.
1.
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1.
a. Pengkajian
1.
2.
Biodata pasien dan penanggung jawab
Riwayat kesehatan
Keluhan utama saat MRS
Penderita biasanya mengeluhkan pendengarannya mulai menurun, nyeri, telinga
berdengung, dan pusing dimana pasien merasakan lingkungan di sekitarnya berputar
(vertigo).
Riwayat kesehatan masa lalu
30. Riwayat kesehtan masa lalu yang berhubungan dengan penyakit impaksi serumen adalah
kebiasaan membersihkan telinga yang tidak benar, penyakit-penyakit yang dapat
menimbulkan dermatitis pada kulit, seperti herpes zooster,
1.
Pola kebutuhan dasar manusia
Pola kebutuhan dasar manusia meliputi :
Pola napas
Pola makan dan minum
Pola eliminasi (BAB dan BAK)
Pola istirahat dan tidur
Pola berpakaian
Pola rasa nyaman
Pola kebersihan diri
Pola rasa aman
Pola komunikasi
Pola beribadah
Pola produktivitas
Pola rekreasi
Pola kebutuhan belajar
1.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Telinga .Telinga luar diperiksa dengan inspeksi dan palpasi lang-sung
sementara membrana timpani diinspeksi, seperti telinga tengah dengan otoskop dan palpasi
tak langsung dengan menggunakan otoskop pneumatic Pengkajian Fisik.
Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat.
Aurikulus dan jaringan sekitarnya diinspeksi adanya
§ deformitas, lesi,
§ cairan begitu pula ukuran,
§ simetris dan sudut penempelan ke kepala.
Gerakan aurikulus normalnya tak menimbulkan nyeri. Bila manuver ini terasa nyeri, harus
dicurigai adanya otitis eksterna akut. Nyeri tekan pada saat palpasi di daerah mastoid dapat
menunjukkan mastoiditis akut atau inflamasi nodus auri-kula posterior. Terkadang, kista
sebaseus dan tofus (de-posit mineral subkutan) terdapat pada pinna. Kulit bersisik pada atau
di belakang aurikulus biasanya menunjuk¬kan adanya dermatitis sebore dan dapat terdapat
pula di kulit kepala dan struktur wajah. Untuk memeriksa kanalis auditorius eksternus dan
membrana timpani, kepala pasien sedikit dijauhkan dari pemeriksa.
1.
b. Diagnosa Keperawatan
1.
-
Nyeri akut b.d. agen cedera biologi, ditandai dengan:
Pasien mengeluh nyeri
Wajah pasien tampak meringis
Pasien terus menerus memegangi daerah yang nyeri
31. 1.
-
Gangguan persepsi dan sensori (auditori) b.d. perubahan sensori persepsi,
ditandai dengan:
Pasien mengeluh pendengarannya mulai berkurang
Pasien tampak bingung ketika akan menjawab pertanyaan
Pasien terus meminta mengulangi pertanyaan yang diajukan kepadanya
-
Gangguan harga diri b.d. stigma berkenaan dengan kondisi, ditandai dengan:
Kurang mengikuti program terapi yang diberikan
Pasien tampak menarik diri dari pergaulan
Kurangnya kontak mata pasien saat berkomunikasi dengan orang lain
-
Ansietas b.d. kurang pengetahuan, ditandai dengan:
Pasien terus menerus menanyakan tentang penyakitnya
Wajah pasien tampak cemas
Pasien tampak gelisah
1.
1.
1.
c. Intervensi
Dx. 1
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan nyeri pasien hilang
atau terkontrol, dengan kriteria hasil :
Skala nyeri 0-3
Wajah pasien tidak meringis
Pasien tidak memegang daerah yang nyeri
Intervensi :
1.
Kaji skala nyeri pasien menggunakan PQRST
R : untuk mengetahui skala nyeri pasien dan untuk mempermudah dalam menentukan
intervensi yang akan dilakukan selanjutnya
1.
Ajarkan pasien teknik relaksasi dan distraksi
R : teknik relaksasi dan distrakasi yang diajarkan kepada pasien, dapat membantu
mengurangi persepsi pasien terhadap nyeri yang dideritanya
1.
Delegatif dalam pemberian obat analgetik
R : obat analgetik dapat mengurangi atau menghilangkan nyeri yang diderita oleh pasien
Dx. 2
Tujuan : setelah diberikan askep 3 x 24 jam, diharapkan ketajaman pendengaran pasien
meningkat, dengan kriteria hasil :
Pasien dapat mendengar dengan baik
Pasien tidak meminta mengulang setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya
Intervensi :
1.
Kaji ketajaman pendengaran, catat apakah kedua telinga terlibat
Rasional : untuk mengetahui tingkat ketajaman pendengaran pasien dan untuk menentukan
intervensi selanjutnya.
32. 1.
Ciptakan komunikasi alternatif non-verbal pasien dan orang-orang terdekat,
seperti menganjurkan pembicara menulis atau menggunakan bahasa tubuh untuk
menyampaikan apa yang ingin disampaikan kepada pasien
Rasional : untuk mempertahankan komunikasi dan hubungan yang baik antara pasien
dengan orang-orang terdekat
1.
Anjurkan keluarga untuk tinggal dengan pasien
Rasional : untuk menghindari perasaan terisolasi dari pasien
1.
Anjurkan pasien dan keluarganya untuk mematuhi program terapi yang
diberikan
Rasional : mematuhi program terapi akan mempercepat proses penyembuhan
Dx. 3
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan 3 x 24 jam, diharapkan harga diri rendah
pasien dapat diminimalisir, dengan kriteria hasil:
Pasien tidak menraik diri dari pergaulan
Mengikuti program terapi yang diberikan
Pasien bisa mulai bersosialisasi dengan orang lain
Intervensi :
1.
Kontrak waktu dengan pasien untuk mendengar keluhan-keluhan pasien dan
mengungkapkan perasaannya
Rasional : untuk mengetahui apakah pasien menerima dirinya saat situasi tersebut
1.
Anjurkan pasien untuk tidak merahasiakan masalahnya
Rasional : Merahasiakan sesuatu bersifat destruktif (merusak) terhadap harga diri.
1.
Anjurkan keluarga pasien untuk memperlakukan pasien senormal mungkin
Rasional : melibatkan pasien dalam keluarga dapat mengurangi perasaan terisolasi dari
lingkungan sosial dan dapat pula memberikan kesempatan pada orang terdekat untuk
meningkatkan kesejahteraan pasien
1.
Anjurkan pasien untuk ikut serta dalam setaip tindakan keperawatan atau
tindakan pengobatan dan sesuaikan dengan kemampuan pasien.
Rasional : partisipasi sebanyak mungkin dalam pengalaman dapat mengurang depresi
tentang keterbatasan
1.
Berikan respon positif terhadap segala tindakan yang dapat dilakukan oleh
pasien secara mandiri dan kemajuan perkembangan kesehatannya
Rasional : Respon yang positif dapat membantu pasien untuk menghilangkan perasaan dari
kegagalan dan membentuk pasien muai menerima penanganan terhadap penyakitnya.
Dx. 4
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam, diharapkan rasa cemas
pasien dan keluarganya berkurang atau hilang, dengan kriteria hasil :
Pasien dan keluarganya tidak terus menerus menanyakan tentang penyakit yang
diderita oleh pasien
33. Pasien dan keluarganya memahami tentang penyakit dan proses penyakit yang diderita
oleh pasien
Pasien tampak rileks
Intervensi :
1.
Evaluasi tingkat ansietas pasien dan keluarganya, catat respon verbal dan non-
verbal.
R : untuk mengetahui tingkat ansietas pasien dan keluarganya
1.
Berikan informasi kepada pasien dan keluarganya mengenai penyakit dan
proses penyakit yang diderita oleh pasien
R : informasi yang diberikan dapat mengurangi ansietas yang dirasakan oleh pasien dan
keluraganya, dan dapat pula meningkatkan kepahaman pasien dan keluarganya tentang
penyakit yang diderita oleh pasien
1.
Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya mengenai setiap tindakan
keperawatan yang akan diberikan
R : dapat mengurangi ansietas pasien dan keluarganya, serta dapat menciptakan rasa saling
percaya
1.
d. Evaluasi
1.
Dx. 1
Nyeri pasien hilang atau terkontrol.
1.
Dx. 2
Pasien dapat mendengar dengan baik.
1.
Dx. 3
Harga diri rendah pasien dapat diminimalisir
1.
Dx. 4
AB I
A. LATAR BELAKANG
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan oleh bakteri
dapat terlokalisir atau difus, telinga rasa sakit. Faktor penyebab timbulnya otitis eksterna ini,
kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma lokal dan alergi. Faktor ini menyebabkan
34. berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini
menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, inflasi dan
menimbulkan eksudat.
Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah pseudomonas (41 %), strepokokus
(22%), stafilokokus.aureus (15%) dan bakteroides (11%). Otitis eksterna ini merupakan suatu
infeksi liang telinga bagian luar yang dapat menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang
temporal. Biasanya seluruh liang telinga terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga luar dapat
dianggap pembentukan lokal otitis eksterna. Otitis eksterna difusa merupakan tipe infeksi bakteri
patogen yang paling umum disebabkan oleh pseudomonas, stafilokokus dan proteus, atau jamur.
Penyakit ini merupakan penyakit telinga bagian luar yang sering dijumpai, disamping
penyakit telinga lainnya. Berdasarkan data yang dikumpulkan mulai tanggal Januari 2000 s/d
Desember 2000 di Poliklinik THT RS H.Adam Malik Medan didapati 10746 kunjungan baru
dimana, dijumpai 867 kasus (8,07 %) otitis eksterna, 282 kasus (2,62 %) otitis eksterna difusa
dan 585 kasus (5,44 %) otitis eksterna sirkumskripta. Penyakit ini sering diumpai pada daerahdaerah yang panas dan lembab dan jarang pada iklim- iklim sejuk dan kering.
35. B. TUJUAN
I. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM
Setelah dilaksanakan diskusi, pembuatan makalah dan dipresentasikannyaAsuhan keperawatan
klien dengan Otitis Eksterna, diharapkan mahasiswa mampu dan mengerti tentang asuhan
keperawatan klien dengan Otitis Eksterna.
II.
1.
2.
3.
TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah dilaksanakan diskusi, pembuatan makalah dan dipresentasikannyaasuhan keperawatan
klien dengan Otitis Eksterna, diharapkan mahasiswa mampu:
Menjelaskan pengertian dari Otitis Eksterna
Menjelaskan tanda dan gejala yang dirasakan akibat penyakit otitis eksterna
Mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien otitis eksterna
36. BAB II
PEMBAHASAN
A.
ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi telinga terdiri dari :
Telinga bagian luar
1. Aurikula
Terdiri dari kartilago elasin yang ditutupi kulit. Tidak ada kartilago pada lobus, yang hanya
tersusun dari lemak dan jaringan ikat. Aurikula dapat digerakkan sedikit oleh tiga otot kecil yang
berjalan menuju aurikula dari aponeurosis cranial dan tengkorak.
2. Meatus Akustikus Eksterna
Batas antara telinga luar dan telinga tengah adalah membran timpani. 2/3 bagian dalam tersusun
oleh tulang, dan 1/3 luar tersusun oleh tulang rawanyang bersambungan dengan daun telinga.
Meatus berbentuk oval pada potongan melintang pada ujung lateral, bulat pada ujunga medial.
Telinga bagian tengah
1. Kavum Timpany ( telinga tengah )
Merupakan rongga kecil, agak memanjang di dalam pars petrosa os temporal.
2. Antrum Timpany
3. Tuba Auditiva Eustaki
Telinga bagian dalam
1. Labirintus Osseus
Rangkaian rongga yang saling berhubungan
- Labirintus Membranosus
Kantong tertutup di dalam labirin oseosa dan kurang lebih memiliki bentuk yang sama.
37. A.
a.
b.
c.
DEFINISI
Otitis eksterna adalah radang telinga bagian luar yang di sebabkan oleh jamur parasitic,
ditandai dengan pengerasan struktur telinga. (Dongoes, 1998)
Otitis eksterna ialah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan oleh
bakteri, sulit dibedakan dengan radang yang disebabkan oleh jamur, alergi atau virus.
(file:///E:/Laporan-Kasus-Otitis-Eksterna.htm)
Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang dapat menyebar
ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya seluruh liang telinga terlibat, tetapi
pada furunkel liang telinga luar dapat dianggap pembentukan lokal otitis eksterna.
Otitis eksterna dibagi 3 jenis :
Otitis eksterna sirkumsripta
Otitis eksterna difus
Otomikosis
B.
ETIOLOGI
Staphylococus aureus, staphylococus albus.
Faktor predisposisi
1. PH (PH yang basa akan menurunkan proteksi terhadap infeksi).
2. Udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh.
3. Trauma ringan (ketika mengorek telinga) atau karena berenang yang menyebabkan perubahan
kulit karena kena air.
38. C.
PATOFISIOLOGI
1.
2.
3.
4.
a.
b.
c.
d.
Saluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang selsel kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga. Membersihkan saluran
telinga dengan cotton bud (kapas pembersih) bisa mengganggu mekanisme pembersihan
ini dan bisamendorong sel-sel kulit yang mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran
menumpuk disana.
Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan penimbunan
air yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah dan lembut
pada saluran telinga lebih mudah terinfeksi oleh bakteri atau jamur.
D.
MANIFESTASI KLINIS
Rasa sakit pada telinga ( rasa tidak enak, rasa penuh pada telinga,perasaan seperti terbakar
hingga rasa sakit yang hebat, serta berdenyut ).
Nyeri yang hebat bila daun telinga disentuh,
Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu rasa sakit
Gangguan pendengaran bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga,edema pada kulit
telinga
Tanda-tanda Klinis
Menurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi menjadi 4:
Otitis Eksterna Ringan : kulit liang telinga hiperemis dan eksudat, liang telinga menyempit.
Otitis Eksterna Sedang : liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan eksudat positif
Otitis Eksterna Komplikas : Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak
Otitis Eksterna Kronik : kulit liang telinga/pina menebal, keriput, eritema positif
39. 1.
2.
3.
4.
5.
F.
E.
PENATALAKSANAAN
Antibiotik dalam bentuk salep (neomisin, Polimiksin B atau Basitrasin).
Antiseptik (asam asestat 2-5% dalam alkohol 2%) atau tampon iktiol dalam liang telinga selama
2 hari.
Bila furunkel menjadi abses, diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya.
Insisi bila dinding furunkel tebal, kemudian kemudian dipasang drain untuk mengalirkan nanah.
Obat simptomatik : analgetik, obat penenang.
KOMPLIKASI
Osteomielitis tulang temporal dan basis kranii
otak lain
kematian.
kelumpuhan syaraf fasial serta syaraf
40. BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Seorang pasien wanita bernama Nn, X usia 21 tahun, datang ke poli THT Cendekia Utama pada
hari 1 Juni 2011 dengan keluhan nyeri pada telinga kanan sejak 1 minggu yang lalu. Pasien
mengatakan sebelumnya telinga pasien terasa gatal dan tidak enak, terasa penuh sehingga pasien
membersihkannya dengan cutton buds. ada cairan yang ditemukan dalam liang telinganya,yang
berbau busuk, daun telinga sakit bila di sentuh. pendengaran telinga pasien agak berkurang dan
tidak berdenging. Pasien mengaku sebelumnya tidak pernah kemasukan air atopun memakai obat
tetes telinga. Pasien mengatakan pasien belum pernah melakukan pengobatan untuk penyakitnya.
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Biodata Pasien
Biodata Penanggung Jawab
Nama
: Nn. X
Nama
: Ny. K
Umur
: 21 tahun
Umur
: 45 tahun
Jenis kel. : Perempuan
Jenis kel. : Perempuan
Alamat : Ds. Jepang
Alamat
: Ds. Jepang
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama: nyeri pada telinga kanan, perasaan tidak enak pada telinga, pendengaran
berkurang, ketika membersihkan telinga keluar cairan berbau busuk
b. Riwayat penyakit sekarang: pasien mengatakan sudah merasakan nyeri pada telinga kanannya
sejak 1 minggu yang lalu, pasien mengatakan sebelumnya dia merasakan telinganya gatal dan
tidak enak sehingga pasien membersihkannya dengan cutton buds.tidak ada cairan yang
ditemukan dalam liang telinganya, pendengaran telinga pasien agak berkurang dan tidak
berdenging.
c. Riwayat penyakit dahulu: d. Riwayat penyakit keluarga: -
41. 3. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Telinga tampak sempit, Pembengkakan pada Meatus acusticus eksternus, terjadi penumpukan
serumen membentuk furunkel, kulit telinga berwana keputih-putihan akibat filamen( serabut
) jamur, keluar cairan berbau busuk, suhu tubuh pasien meningkat
b. palpasi
pasien merasakan nyeri pada daun telinga ketika di lakukan penekanan pada daun telinga.
4. Analisa Data
No.
Data Fokus
Etiologi
Problem
1.
Ds: pasien mengatakan Penumpukan
Nyeri
daun telinga sakit bila
serumen yang
di sentuh
membentuk
Do: Pembentukan
furunkel (Bisul),
furunkel
infeksi, demam
2.
Ds: Pasien mengatakan Terdapat
Gangguan
pendengaran telinga
pembengkakan
komunikasi verval
agak berkurang dan
MAE, furunkel
berdenging.
Do: ada pembengkakan
pd MAE, pembentukan
furunkel
3.
Ds: pasien mengatakan Penyumbatan liang Gangguan
telinganya terasa tidak
telinga
pendengaran
enak dan penuh
(Pembesaran
Do: edema, telinga
furunkel)
tampak sempit
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan penumpukan serumen yang membentuk furunkel ( Bisul ), infeksi,
demam ditandai dengan daun telinga sakit bila disentuh, terdapat pembengkakan pad MAE
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan pembengkakan MAE, furunkel ditandai
dengan pendengaran telinga agak berkurang dan berdenging, furunkel
3. Gangguan pendengaran berhubungan dengan Penyumbatan liang telinga (Pembesaran furunkel)
ditandai dengan telinga terasa tidak enak, penuh, edema, dan telinga tampak sempit
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No.
Dx.
Tujuan/ KH
Intervensi
a. Kaji tingkat nyeri
1.
I
Nyeri pasien
Rasional
42. dapat teratasi
klien
b. Lakukan
pembersihan telinga
secara teratur dan
hati-hati.
c. Beri penyuluhan
kepada klien tentang
penyebab nyeri dan
penyakit yang
dideritanya
d. Lakukan aspirasi
secara steril (bila
terjadi abses) untuk
mengeluarkan
nanahnya, jika
dinding furunkelnya
tebal, dilakukan
insisi kemudian
dipasang drainage
untuk mengalirkan
nanah.
Berikan kompres
dingin bila demam.
Kolaborasi dalam
pemberian obat
analgetik dan
antibiotik dosis
tinggi (pada
OEM).