SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
OMA & OMSK
Kelompok 8
Dian dwi lestari
Evi alfiyah
Nuraeni
OMA
Otitis Media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa
telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid
Otitis media akut(OMA) adalah infeksi akut telinga tengah.
Etiologi
1. masuknya bakteri atau virus patogenik ke dalam telinga tengah. (bakteri penyebab OM
adalah Streptococcus pneumoniae , Haemophilus influenzae , Moraxella catarhalis dll
2. disfungsi tuba euistachii seperti obstruksi yang diakibatkan oleh infeksi saluran
pernapasan atas, inflamasi jaringan di sekitarnya
Manifestasi klinis.
gejala klinis OMA tergantung pada stadium penyakit dan umur pasien. Stadium OMA
berdasarkan perubahan mukosa telinga tengah
Pathogenesis
OMA pada sebagian besar anak-anak dimulai oleh infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)
atau alergi, sehingga terjadi kongesti dan edema pada mukosa saluran napas atas,
termasuk nasofaring dan tuba Eustachius.
Patofisiologi
Mukosa yang melapisi tuba eustachius, telinga tengah, dan sel-sel mastoid mengalami
peradangan akut. Mukopus terkumpul di dalam telinga tengah dan sel-sel udara.
Tekanan dalam telinga tengah makin meningkat, gendang telinga meradang, menonjol,
dan kemudin pecah pada bagian tengah yang disebabkan oleh nekrosis iskemik.
Mukopus kemudian keluar ke telinga luar. Gendang telinga menyembuh dan tuba
eustacheus terbuka lagi
Stadium OMA
1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Sumbatan tuba Eustachius yang ditandai oleh retraksi membran timpani akibat terjadinya
tekanan intratimpani negatif di dalam telinga tengah, kadang berwarna normal atau keruh
pucat.. Tidak terjadi demam pada stadium ini.
2. Stadium Hiperemis atau Stadium Pre-supurasi
terjadi pelebaran pembuluh darah di membran timpani, yang ditandai oleh membran timpani
mengalami hiperemis, edema mukosa dan adanya sekret eksudat serosa yang sulit terlihat.
3. Stadium Supurasi
ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat purulen atau bernanah di telinga tengah dan juga
di sel-sel mastoid.
4. Stadium Perforasi
ditandai oleh ruptur membran timpani sehingga sekret berupa nanah yang jumlahnya banyak akan
mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar.
5. Stadium Resolusi
diawali dengan berkurangnya dan berhentinya otore. Stadium resolusi ditandai oleh membran
timpani berangsur normal hingga perforasi membran timpani menutup kembali dan sekret purulen
akan berkurang dan akhirnya kering. Pendengaran kembali normal
Penatalaksanaan
1. Stadium oklusi
Ditujukan untuk membuka kembali tuba euctachius sehingga tekanan
negatif dalam teling hilang. Diberikan obat tetes hidung HCL Efedrin 0,5%
untuk anak < 12 tahun atau HCL efedrin 1% dalam larutan fisiologik untuk
anak > 12 tahun dan dewasa. Sumber infeksi llokal harus diobati.
2. Stadium presupurasi
Diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan analgesik. Bila membran timpani
sudah terlihat hiperemesis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi.
3. Stadium supurasi
Selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk dilakukan
miringotomi bila membran timpani masih utuh sehingga
gejala cepat hilang dan tidak terjadi ruptur
4. Stadium perforasi
Terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut
diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta
antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu biasanya sekret
akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri dalam 7-
10 hari.
5. Stadium resolusi
Membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak
adalagi dan perforasi menutup bila tidak, antibiotik bisa
dilanjut sampai 3 minggu
OMSK (otitis media supuratif kronis)
OMSK adalah infeksi kronik telinga tengah dengan perforasi
membran timpani dan keluarnya sekret dari telinga tengah
secara terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin
encer atau kental, bening atau nanah biasanya disertai dengan
gangguan pendengaran. Istilah kronik digunakan apabila
penyakit ini hilang timbul atau menetap selama 2 bulan atau
lebih. (Djaafar, 1997).
Etiologi
Beberapa faktor penyebab adalah terapi yang terlambat,
terapi tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh
rendah dan kebersihan diri buruk. Bila kurang dari 2 bulan
disebut sub akut. Sebagian kecil perforasi membran timpani
terjadi akibat trauma telinga tengah kumam penyebab
biasanya gram positif aerob , gram negatif dan anaerob.
Gejala Klinis
Telinga berair (otorrhoe),Gangguan pendengaran,
Otalgia (nyeri telinga), Vertigo, rasa penuh ditelinga,
tinitus.
Klasifikasi OMSK
1. benigna/tipe mukosa
2. Maligna/tipe tulang
Berdasarkan sekret yang keluar dari kavum timpani secara
aktif juga dikenal Tipe aktif dan tipe tenang
OMSK Benigna, peradangan terbatas pada mukosa saja, tidak
mengenai tulang perforasi terletak disentral.
OMSK Maligna disertai dengan kolesteatom. Perforasi terletak
marginal. Subtotal atau di atik. Abses atau fistel
retroaurikuler, polip atau jaringan granulasi diiang telinga
luar yang berasal dari telinga tengah. Sekret berbentuk
nanah dan berbau khas. Sering menimbulkan komplikasi
berbahaya
Komplikasi
Paralisis nervus fasialis, fistula labirin, labirintitis, labirintitis supuratif,
petrositis, tromboflebitis sinus lateral, abses ekstradural, abses subdural,
meningitis, abses otak dan hidrosefalus otitis.
Penatalaksanaan
Terapinya sering lama dan harus berulang ulang
• Prinsip terapi OMSK benigna adalah konservatif atau
medikamentosa bila sekret keluar terus diberikan obat cuci
telinga, yaitu larutan H2O2 3% selama 3-5 hari setelah sekret
berkurang atau bila sudah tenang, dilanjutkan obat tetes telinga
yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid, tidak lebih dari 1-
2 minggu karena bersifat ototoksik. Pasien dianjurkan tidak
berenang menghindari masuknya air kedalam telinga.
• Bila sekret telah kering namun perforasi tetap ada setelah
diobservasi selama 2 bulan, maka harus dirujuk untuk
miringoplasti atau timpanoplasti. Sumber infeksi harus diobati
terlebih dahulu kalau perlu dengan pembedahan.
• Prinsip terapi maligna adalah dengan pembedahan yaitu
mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi
medikamentosa hanya bersifat sementara sebelum pembedahan.
Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, maka dilakukan
insisi abses tersendiri sebelum mastoidektomi.
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
Identitas Pasien : Nama pasien, umur, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat dll
b. Riwayat Penyakit Sekarang.
Riwayat adanya kelainan nyeri pada telinga, penggunaan minyak, kapas lidi, peniti untuk
membersihkan telinga
c. Riwayat Penyakit Dahulu.
Riwayat infeksi saluran atas yang berulang, riwayat alergi, riwayat OMA berkurang, riwayat
penggunaan obat( sterptomisin, salisilat, kuirin, gentamisin ), riwayat operasi
d. Riwayat penyakit keluarga.
Apakah keluarga klien pernah mengalami penyakit telinga, sebab dimungkinkan OMK
berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik
2. Pengkajian Persistem
Tanda-tanda vital : Suhu meningkat, keluarnya otore
B2 ( Blood ) : Nadi meningkat
B3 (Brain) : Nyeri telinga, perasaan penuh dan pendengaran menurun, vertigo, pusing, refleks
kejut
B5 (Bowel) : Nausea vomiting
B6 (Bone) : Malaise, alergi
3. Pemeriksaan diagnostik
a. tes audiometri : pendengaran menurun
b. Xray : terhadap kondisi patologi, misal kolestetoma, kekaburan
mastoid
4. Pemeriksaan pendengaran
Tes suara bisikan, tes garputala
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan.
b. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan
pendengaran
c. Perubahan persepsi / sensori berhubungan dengan obstruksi,
infeksi di telinga atau kerusakan di saraf pendengaran
d. Ansietas berhubungan dengan prosedur operasi, diagnosis,
prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi, kemungkinan
penurunan pendengaran lebih besar setelah operasi
3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan
Tujuan : Nyeri yang dirasakan klien berkurang rasa
Kriteria hasil : Klien mengungkapkan bahwa nyeri berkurang, klien mampu
melakukan metode pengalihan suasana
Intervensi Keperawatan:
1. Ajarkan klien untuk mengalihkan suasana dengan melakukan metode
relaksasi saat nyeri yang teramat sangat muncul, relaksasi seperti menarik
napas panjang
Rasional : Metode pengalihan suasana dengan melakukan relaksasi bisa
mengurangi nyeri yang diderita klien
2. Kompres dingin di sekitar area telinga
Rasional : Kompres dingin bertujuan mengurangi nyeri karena rasa nyeri
teralihkan oleh rasa dingin di sekitar area telinga
3. Atur posisi klien
Rasional : Posisi yang sesuai akan membuat klien merasa nyaman
4. kolaborasi, beri aspirin/analgesik sesuai instruksi, beri sedatif sesuai
indikasi
Rasional : Analgesik merupakan pereda nyeri yang efektif pada pasien
untuk mengurangi sensasi nyeri dari dalam
b. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran
Tujuan : Gangguan komunikasi berkurang / hilang.
Kriteria hasil :
1) Klien akan memakkia alat bantu dengar (jika sesuai)
2) Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasi tulisan, bahas
lambang, bebicara dengan jelas pada telinga yang baik)
Intervensi keperawatan :
1. Dapatkan apa metode komunikasi yang diinginkan dan catat pada rencana
perawatan metode yang digunakan oleh staf dan klien, (seperti: tulisan,
berbicara, bahasa isyarat).
Rasional : Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klien
maka metode yang akan digunakan dapat disesuaikan dengan kemampuan
dan keterbatasan klien.
2. Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal.
2.1 Jika ia dapat mendegar pada satu telinga, berbicara dengan perlahan dan
dengan jelas langsung ke telinga yang baik (hal ini lebih baik daripada
berbicara dengan keras).
2.2 tempatkan klien dengan telinga yang baik berhadapan dengan pintu.
2.3 Dekati klien dari sisi telinga yang baik.
2.3.1. Jika klien dapat membaca ucapan :
1. Lihat langsung pada klien dan bicaralah lambat dan jelas.
2. Hindari berdiri di depan cahaya karena dapat menyebabkan klien tidak dapat
membaca bibir anda.
2.3.2. Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien.
1. Minimalkan percakapan jika klien kelelahan atau gunakan komunikasi tertulis.
2. Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya.
2.3.3.Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan penerjemah. Alamatkan semua
komunikasi pada klien, tidak kepada penerjemah. Jadi seolah-olah perawat sendiri
yang langsung berbicara kepada klien dnegan mengabaikan keberadaan penerjemah.
Rasional : Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapat diterima
dengan baik oleh klien.
3. Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran dan pemahaman.
4. Bicara dengan jelas, menghadap individu
5. Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan
6. Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi.
7. Validasi pemahaman individu dengan mengajukan pertanyaan yang memerlukan
jawaban lebih dari ya dan tidak.
Rasional : Memungkinkan komunikasi dua arah anatara perawat dengan klien dapat
berjalan dnegan baik dan klien dapat menerima pesan perawat secara tepat.
c. Perubahan persepsi / sensori berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga atau
kerusakan di saraf pendengaran
Tujuan : Persepsi / sensoris baik.
Kriteria hasil :
Klien akan mengalami peningkatan persepsi / sensoris pendengaran sampai pada
tingkat fungsional.
Intervensi keperawatan :
1. Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran secara tepat.
Rasional : Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipe gangguan /
ketulian, serta perawatannya yang tepat.
2. Instruksikan klien untuk menggunakan teknik – teknik yang aman sehingga dapat
mencegah terjadinya ketulian lebih jauh.
Rasional : Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka pendengaran
yang tersisa sensitif terhadap trauma dan infeksi, sehingga harus dilindungi.
3. Observasi tanda – tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.
Rasional : Diagnosa dini terhadap keadaan telinga atau terhadap masalah –
masalah pendengaran rusak secara permanen.
4. instruksikan klien untukmenghabiskan seluruh antibiotik yang diresepkan (baik
itu antibiotik sistemik maupun lokal).
Rasional : Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapat menyebabkan
organisme sisa berkembang biak sehingga infeksi akan berlanjut.
d. Ansietas berhubungan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri,
hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah operasi
Tujuan : Ansietas berkurang / hilang.
Kriteria hasil :
1) Klien mampu mengungkapkan ketakutan / kekuatirannya.
2) Respon klien tampak tersenyum.
Intervensi keperawatan :
1. Jujur kepada klien ketika mendiskusikan mengenai kemungkinan kemajuan dari
fungsi pendengarannya untuk mempertahankan harapan klien dalam berkomunikasi.
Rasional : Menunjukan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan efektif
tanpa menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangi rasa cemasnya.
2. Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernah mengalami gangguan seperti
yang dialami klien untuk memberikan dukungan kepada klien.
Rasional :Harapan – harapan yang tidak reaslistik tidak dapat mengurangi kecemasan,
justru malah menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat.
3. Berikan informasi mengenai sumber – sumber dan alat – alat yang tesedia yang dapat
membantu klien.
Rasional : Memungkinkan klien untukmemilih metode komunikasi yang paling tepat
untuk kehidupannyasehari – hari disesuaikan dengan tingkat ketrampilannya sehinga
dapat mengurangi rasa cemas dan frustasinya.
Referensi
• Brunner & Sudart. 2001. Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 12. jakarta: EGC
• Kapita selekta kedokteran. 2001. Jakarta:
Media aesculaplus FK UI.
http://debbynataliakeperawatan.blogspot.co.id/

More Related Content

What's hot

Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptSyscha Lumempouw
 
Mekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilMekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilAgus Gunardi
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akutPhil Adit R
 
Referat Ruptur Ginjal
Referat Ruptur GinjalReferat Ruptur Ginjal
Referat Ruptur GinjalKharima SD
 
Peradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengahPeradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengahYohanita Tengku
 
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAIPenatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAISeascape Surveys
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisyudhasetya01
 
Refrat THT EPISTAKSIS
Refrat THT EPISTAKSISRefrat THT EPISTAKSIS
Refrat THT EPISTAKSISKharima SD
 
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorLaporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorazmiarraga
 
uveitis-anterior-referat
uveitis-anterior-referatuveitis-anterior-referat
uveitis-anterior-referatNovi Vie Opie
 

What's hot (20)

Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
 
Syok pada anak
Syok pada anak Syok pada anak
Syok pada anak
 
Mekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilMekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektil
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
Referat Ruptur Ginjal
Referat Ruptur GinjalReferat Ruptur Ginjal
Referat Ruptur Ginjal
 
Peradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengahPeradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengah
 
Nefrotik vs nefritik
Nefrotik vs nefritikNefrotik vs nefritik
Nefrotik vs nefritik
 
Glaukoma
Glaukoma Glaukoma
Glaukoma
 
Abses peritonsilar
Abses peritonsilarAbses peritonsilar
Abses peritonsilar
 
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAIPenatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
 
Pemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thoraxPemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thorax
 
Refrat THT EPISTAKSIS
Refrat THT EPISTAKSISRefrat THT EPISTAKSIS
Refrat THT EPISTAKSIS
 
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorLaporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
 
Keratitis mata
Keratitis mataKeratitis mata
Keratitis mata
 
Tenggelam
TenggelamTenggelam
Tenggelam
 
Kontusio paru
Kontusio paruKontusio paru
Kontusio paru
 
Polip nasal
Polip nasalPolip nasal
Polip nasal
 
kejang-demam-terbaru-presentasi-ppt
kejang-demam-terbaru-presentasi-pptkejang-demam-terbaru-presentasi-ppt
kejang-demam-terbaru-presentasi-ppt
 
uveitis-anterior-referat
uveitis-anterior-referatuveitis-anterior-referat
uveitis-anterior-referat
 

Viewers also liked (20)

LH-T1B series street light
LH-T1B series street lightLH-T1B series street light
LH-T1B series street light
 
Cxc revision
Cxc revision Cxc revision
Cxc revision
 
Python Dictionaries and Sets
Python Dictionaries and SetsPython Dictionaries and Sets
Python Dictionaries and Sets
 
Dermatitis
DermatitisDermatitis
Dermatitis
 
Glaukoma
GlaukomaGlaukoma
Glaukoma
 
Carib studies religion and the justice system ppt
Carib studies religion and the justice system pptCarib studies religion and the justice system ppt
Carib studies religion and the justice system ppt
 
Luka Bakar
Luka BakarLuka Bakar
Luka Bakar
 
Plano de aula DISCIPLINA/AULAS DE HISTÓRIA E ATUAÇÃO DO PIBID.
Plano de aula DISCIPLINA/AULAS DE HISTÓRIA E ATUAÇÃO DO PIBID.Plano de aula DISCIPLINA/AULAS DE HISTÓRIA E ATUAÇÃO DO PIBID.
Plano de aula DISCIPLINA/AULAS DE HISTÓRIA E ATUAÇÃO DO PIBID.
 
カープとビジネスと今後の展開と
カープとビジネスと今後の展開とカープとビジネスと今後の展開と
カープとビジネスと今後の展開と
 
Konjungtivitis
KonjungtivitisKonjungtivitis
Konjungtivitis
 
Katarak
KatarakKatarak
Katarak
 
Katarak
KatarakKatarak
Katarak
 
Konjungtivitis
KonjungtivitisKonjungtivitis
Konjungtivitis
 
Kelainan Refraksi
Kelainan RefraksiKelainan Refraksi
Kelainan Refraksi
 
Pendelegasian Dalam Keperawatan
Pendelegasian Dalam KeperawatanPendelegasian Dalam Keperawatan
Pendelegasian Dalam Keperawatan
 
Kolaborasi Dalam Keperawatan
Kolaborasi Dalam KeperawatanKolaborasi Dalam Keperawatan
Kolaborasi Dalam Keperawatan
 
Asuhan Keperawatan pada Perdarahan Kehamilan Muda
Asuhan Keperawatan pada Perdarahan Kehamilan MudaAsuhan Keperawatan pada Perdarahan Kehamilan Muda
Asuhan Keperawatan pada Perdarahan Kehamilan Muda
 
Negosiaisi Dalam Keperawatan
Negosiaisi Dalam KeperawatanNegosiaisi Dalam Keperawatan
Negosiaisi Dalam Keperawatan
 
Persalinan Normal
Persalinan NormalPersalinan Normal
Persalinan Normal
 
Konflik Management Keperawatan
Konflik Management KeperawatanKonflik Management Keperawatan
Konflik Management Keperawatan
 

Similar to OMA DAN OMSK

Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUNAskep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUNOperator Warnet Vast Raha
 
Askep indera pendengaran
Askep indera pendengaranAskep indera pendengaran
Askep indera pendengaranadrianto2013001
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel  AKPER PEMKAB MUNA Askep pada otitis eksterna atau furunkel  AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Asuhan keperawatan gg. pendengaran&amp;wicara
Asuhan keperawatan gg. pendengaran&amp;wicaraAsuhan keperawatan gg. pendengaran&amp;wicara
Asuhan keperawatan gg. pendengaran&amp;wicaraGina Nd
 
Otitis_Eksterna_Maligna_Cecilia_b23_ppt.pptx
Otitis_Eksterna_Maligna_Cecilia_b23_ppt.pptxOtitis_Eksterna_Maligna_Cecilia_b23_ppt.pptx
Otitis_Eksterna_Maligna_Cecilia_b23_ppt.pptxjonathan9410
 
oma (otitis media akut)
oma (otitis media akut)oma (otitis media akut)
oma (otitis media akut)Riedha Poenya
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA) pjj_kemenkes
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)pjj_kemenkes
 
OTITIS_MEDIA_AKUT_OMA.pptx
OTITIS_MEDIA_AKUT_OMA.pptxOTITIS_MEDIA_AKUT_OMA.pptx
OTITIS_MEDIA_AKUT_OMA.pptxZulAme
 

Similar to OMA DAN OMSK (20)

Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUNAskep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
 
Askep indera pendengaran
Askep indera pendengaranAskep indera pendengaran
Askep indera pendengaran
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkelAskep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel  AKPER PEMKAB MUNA Askep pada otitis eksterna atau furunkel  AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
 
Penumpukan serumen AKPER PEMKAB MUNA
Penumpukan serumen AKPER PEMKAB MUNAPenumpukan serumen AKPER PEMKAB MUNA
Penumpukan serumen AKPER PEMKAB MUNA
 
Penumpukan serumen AKPER PEMKAB MUNA
Penumpukan serumen AKPER PEMKAB MUNA Penumpukan serumen AKPER PEMKAB MUNA
Penumpukan serumen AKPER PEMKAB MUNA
 
IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)
IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)
IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkelAskep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
 
Asuhan keperawatan gg. pendengaran&amp;wicara
Asuhan keperawatan gg. pendengaran&amp;wicaraAsuhan keperawatan gg. pendengaran&amp;wicara
Asuhan keperawatan gg. pendengaran&amp;wicara
 
Otitis_Eksterna_Maligna_Cecilia_b23_ppt.pptx
Otitis_Eksterna_Maligna_Cecilia_b23_ppt.pptxOtitis_Eksterna_Maligna_Cecilia_b23_ppt.pptx
Otitis_Eksterna_Maligna_Cecilia_b23_ppt.pptx
 
oma (otitis media akut)
oma (otitis media akut)oma (otitis media akut)
oma (otitis media akut)
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
 
otitis Media Akut.pptx
otitis Media Akut.pptxotitis Media Akut.pptx
otitis Media Akut.pptx
 
Klp cerdas
Klp cerdasKlp cerdas
Klp cerdas
 
OTITIS_MEDIA_AKUT_OMA.pptx
OTITIS_MEDIA_AKUT_OMA.pptxOTITIS_MEDIA_AKUT_OMA.pptx
OTITIS_MEDIA_AKUT_OMA.pptx
 
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep serumen
Askep serumenAskep serumen
Askep serumen
 

More from Fransiska Oktafiani

Satuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anak
Satuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anakSatuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anak
Satuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anakFransiska Oktafiani
 
Format asuhan keperawatan anak 2018
Format asuhan keperawatan anak 2018Format asuhan keperawatan anak 2018
Format asuhan keperawatan anak 2018Fransiska Oktafiani
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE Fransiska Oktafiani
 
Proposal Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Anak Todler dengan Diare
Proposal Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Anak Todler dengan DiareProposal Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Anak Todler dengan Diare
Proposal Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Anak Todler dengan DiareFransiska Oktafiani
 
Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah Berbasis Studi Kasus 2018
Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah Berbasis Studi Kasus 2018Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah Berbasis Studi Kasus 2018
Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah Berbasis Studi Kasus 2018Fransiska Oktafiani
 
DIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAH
DIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAHDIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAH
DIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAHFransiska Oktafiani
 
Defibrillation || DC (Dirrect Current) Shock
Defibrillation || DC (Dirrect Current) ShockDefibrillation || DC (Dirrect Current) Shock
Defibrillation || DC (Dirrect Current) ShockFransiska Oktafiani
 
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru-paru
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru-paruCardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru-paru
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru-paruFransiska Oktafiani
 
Konsep keperawatan keluarga 2017
Konsep keperawatan keluarga 2017Konsep keperawatan keluarga 2017
Konsep keperawatan keluarga 2017Fransiska Oktafiani
 
penyajian data hasil karya tulis ilmiah
 penyajian data hasil karya tulis ilmiah  penyajian data hasil karya tulis ilmiah
penyajian data hasil karya tulis ilmiah Fransiska Oktafiani
 

More from Fransiska Oktafiani (20)

Satuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anak
Satuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anakSatuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anak
Satuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anak
 
Format asuhan keperawatan anak 2018
Format asuhan keperawatan anak 2018Format asuhan keperawatan anak 2018
Format asuhan keperawatan anak 2018
 
Patofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anakPatofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anak
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
 
Proposal Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Anak Todler dengan Diare
Proposal Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Anak Todler dengan DiareProposal Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Anak Todler dengan Diare
Proposal Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Anak Todler dengan Diare
 
Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah Berbasis Studi Kasus 2018
Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah Berbasis Studi Kasus 2018Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah Berbasis Studi Kasus 2018
Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah Berbasis Studi Kasus 2018
 
Sejarah Obat Herbal Indonesia
Sejarah Obat Herbal IndonesiaSejarah Obat Herbal Indonesia
Sejarah Obat Herbal Indonesia
 
DIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAH
DIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAHDIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAH
DIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAH
 
Drugs And Defibrillation
Drugs And DefibrillationDrugs And Defibrillation
Drugs And Defibrillation
 
Sindroma Koroner Akut
Sindroma Koroner AkutSindroma Koroner Akut
Sindroma Koroner Akut
 
Defibrillation || DC (Dirrect Current) Shock
Defibrillation || DC (Dirrect Current) ShockDefibrillation || DC (Dirrect Current) Shock
Defibrillation || DC (Dirrect Current) Shock
 
Ambulans Keperawatan
Ambulans KeperawatanAmbulans Keperawatan
Ambulans Keperawatan
 
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru-paru
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru-paruCardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru-paru
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru-paru
 
Diagnosis & Penanganan Syok
Diagnosis & Penanganan SyokDiagnosis & Penanganan Syok
Diagnosis & Penanganan Syok
 
proses keperawatan jiwa 2017
proses keperawatan jiwa 2017proses keperawatan jiwa 2017
proses keperawatan jiwa 2017
 
konsep dasar karya tulis ilmiah
konsep dasar karya tulis ilmiahkonsep dasar karya tulis ilmiah
konsep dasar karya tulis ilmiah
 
Konsep keperawatan keluarga 2017
Konsep keperawatan keluarga 2017Konsep keperawatan keluarga 2017
Konsep keperawatan keluarga 2017
 
penyajian data hasil karya tulis ilmiah
 penyajian data hasil karya tulis ilmiah  penyajian data hasil karya tulis ilmiah
penyajian data hasil karya tulis ilmiah
 
Skenario penyegaran kader
Skenario penyegaran kaderSkenario penyegaran kader
Skenario penyegaran kader
 
Bagian inti BABI KTI
Bagian inti BABI KTIBagian inti BABI KTI
Bagian inti BABI KTI
 

Recently uploaded

456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 

Recently uploaded (18)

456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 

OMA DAN OMSK

  • 1. OMA & OMSK Kelompok 8 Dian dwi lestari Evi alfiyah Nuraeni
  • 2. OMA Otitis Media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid Otitis media akut(OMA) adalah infeksi akut telinga tengah.
  • 3. Etiologi 1. masuknya bakteri atau virus patogenik ke dalam telinga tengah. (bakteri penyebab OM adalah Streptococcus pneumoniae , Haemophilus influenzae , Moraxella catarhalis dll 2. disfungsi tuba euistachii seperti obstruksi yang diakibatkan oleh infeksi saluran pernapasan atas, inflamasi jaringan di sekitarnya Manifestasi klinis. gejala klinis OMA tergantung pada stadium penyakit dan umur pasien. Stadium OMA berdasarkan perubahan mukosa telinga tengah Pathogenesis OMA pada sebagian besar anak-anak dimulai oleh infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) atau alergi, sehingga terjadi kongesti dan edema pada mukosa saluran napas atas, termasuk nasofaring dan tuba Eustachius. Patofisiologi Mukosa yang melapisi tuba eustachius, telinga tengah, dan sel-sel mastoid mengalami peradangan akut. Mukopus terkumpul di dalam telinga tengah dan sel-sel udara. Tekanan dalam telinga tengah makin meningkat, gendang telinga meradang, menonjol, dan kemudin pecah pada bagian tengah yang disebabkan oleh nekrosis iskemik. Mukopus kemudian keluar ke telinga luar. Gendang telinga menyembuh dan tuba eustacheus terbuka lagi
  • 4. Stadium OMA 1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius Sumbatan tuba Eustachius yang ditandai oleh retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan intratimpani negatif di dalam telinga tengah, kadang berwarna normal atau keruh pucat.. Tidak terjadi demam pada stadium ini. 2. Stadium Hiperemis atau Stadium Pre-supurasi terjadi pelebaran pembuluh darah di membran timpani, yang ditandai oleh membran timpani mengalami hiperemis, edema mukosa dan adanya sekret eksudat serosa yang sulit terlihat. 3. Stadium Supurasi ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat purulen atau bernanah di telinga tengah dan juga di sel-sel mastoid. 4. Stadium Perforasi ditandai oleh ruptur membran timpani sehingga sekret berupa nanah yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. 5. Stadium Resolusi diawali dengan berkurangnya dan berhentinya otore. Stadium resolusi ditandai oleh membran timpani berangsur normal hingga perforasi membran timpani menutup kembali dan sekret purulen akan berkurang dan akhirnya kering. Pendengaran kembali normal
  • 5.
  • 6.
  • 7. Penatalaksanaan 1. Stadium oklusi Ditujukan untuk membuka kembali tuba euctachius sehingga tekanan negatif dalam teling hilang. Diberikan obat tetes hidung HCL Efedrin 0,5% untuk anak < 12 tahun atau HCL efedrin 1% dalam larutan fisiologik untuk anak > 12 tahun dan dewasa. Sumber infeksi llokal harus diobati. 2. Stadium presupurasi Diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan analgesik. Bila membran timpani sudah terlihat hiperemesis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi.
  • 8. 3. Stadium supurasi Selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk dilakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi ruptur 4. Stadium perforasi Terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri dalam 7- 10 hari. 5. Stadium resolusi Membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak adalagi dan perforasi menutup bila tidak, antibiotik bisa dilanjut sampai 3 minggu
  • 9. OMSK (otitis media supuratif kronis) OMSK adalah infeksi kronik telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan keluarnya sekret dari telinga tengah secara terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau nanah biasanya disertai dengan gangguan pendengaran. Istilah kronik digunakan apabila penyakit ini hilang timbul atau menetap selama 2 bulan atau lebih. (Djaafar, 1997). Etiologi Beberapa faktor penyebab adalah terapi yang terlambat, terapi tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh rendah dan kebersihan diri buruk. Bila kurang dari 2 bulan disebut sub akut. Sebagian kecil perforasi membran timpani terjadi akibat trauma telinga tengah kumam penyebab biasanya gram positif aerob , gram negatif dan anaerob.
  • 10. Gejala Klinis Telinga berair (otorrhoe),Gangguan pendengaran, Otalgia (nyeri telinga), Vertigo, rasa penuh ditelinga, tinitus. Klasifikasi OMSK 1. benigna/tipe mukosa 2. Maligna/tipe tulang Berdasarkan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif juga dikenal Tipe aktif dan tipe tenang OMSK Benigna, peradangan terbatas pada mukosa saja, tidak mengenai tulang perforasi terletak disentral. OMSK Maligna disertai dengan kolesteatom. Perforasi terletak marginal. Subtotal atau di atik. Abses atau fistel retroaurikuler, polip atau jaringan granulasi diiang telinga luar yang berasal dari telinga tengah. Sekret berbentuk nanah dan berbau khas. Sering menimbulkan komplikasi berbahaya
  • 11. Komplikasi Paralisis nervus fasialis, fistula labirin, labirintitis, labirintitis supuratif, petrositis, tromboflebitis sinus lateral, abses ekstradural, abses subdural, meningitis, abses otak dan hidrosefalus otitis. Penatalaksanaan Terapinya sering lama dan harus berulang ulang
  • 12. • Prinsip terapi OMSK benigna adalah konservatif atau medikamentosa bila sekret keluar terus diberikan obat cuci telinga, yaitu larutan H2O2 3% selama 3-5 hari setelah sekret berkurang atau bila sudah tenang, dilanjutkan obat tetes telinga yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid, tidak lebih dari 1- 2 minggu karena bersifat ototoksik. Pasien dianjurkan tidak berenang menghindari masuknya air kedalam telinga. • Bila sekret telah kering namun perforasi tetap ada setelah diobservasi selama 2 bulan, maka harus dirujuk untuk miringoplasti atau timpanoplasti. Sumber infeksi harus diobati terlebih dahulu kalau perlu dengan pembedahan. • Prinsip terapi maligna adalah dengan pembedahan yaitu mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi medikamentosa hanya bersifat sementara sebelum pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, maka dilakukan insisi abses tersendiri sebelum mastoidektomi.
  • 13. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Pengumpulan Data Identitas Pasien : Nama pasien, umur, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat dll b. Riwayat Penyakit Sekarang. Riwayat adanya kelainan nyeri pada telinga, penggunaan minyak, kapas lidi, peniti untuk membersihkan telinga c. Riwayat Penyakit Dahulu. Riwayat infeksi saluran atas yang berulang, riwayat alergi, riwayat OMA berkurang, riwayat penggunaan obat( sterptomisin, salisilat, kuirin, gentamisin ), riwayat operasi d. Riwayat penyakit keluarga. Apakah keluarga klien pernah mengalami penyakit telinga, sebab dimungkinkan OMK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik 2. Pengkajian Persistem Tanda-tanda vital : Suhu meningkat, keluarnya otore B2 ( Blood ) : Nadi meningkat B3 (Brain) : Nyeri telinga, perasaan penuh dan pendengaran menurun, vertigo, pusing, refleks kejut B5 (Bowel) : Nausea vomiting B6 (Bone) : Malaise, alergi
  • 14. 3. Pemeriksaan diagnostik a. tes audiometri : pendengaran menurun b. Xray : terhadap kondisi patologi, misal kolestetoma, kekaburan mastoid 4. Pemeriksaan pendengaran Tes suara bisikan, tes garputala 2. Diagnosa keperawatan a. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan. b. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran c. Perubahan persepsi / sensori berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga atau kerusakan di saraf pendengaran d. Ansietas berhubungan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah operasi
  • 15. 3. Intervensi Keperawatan a. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan Tujuan : Nyeri yang dirasakan klien berkurang rasa Kriteria hasil : Klien mengungkapkan bahwa nyeri berkurang, klien mampu melakukan metode pengalihan suasana Intervensi Keperawatan: 1. Ajarkan klien untuk mengalihkan suasana dengan melakukan metode relaksasi saat nyeri yang teramat sangat muncul, relaksasi seperti menarik napas panjang Rasional : Metode pengalihan suasana dengan melakukan relaksasi bisa mengurangi nyeri yang diderita klien 2. Kompres dingin di sekitar area telinga Rasional : Kompres dingin bertujuan mengurangi nyeri karena rasa nyeri teralihkan oleh rasa dingin di sekitar area telinga 3. Atur posisi klien Rasional : Posisi yang sesuai akan membuat klien merasa nyaman 4. kolaborasi, beri aspirin/analgesik sesuai instruksi, beri sedatif sesuai indikasi Rasional : Analgesik merupakan pereda nyeri yang efektif pada pasien untuk mengurangi sensasi nyeri dari dalam
  • 16. b. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran Tujuan : Gangguan komunikasi berkurang / hilang. Kriteria hasil : 1) Klien akan memakkia alat bantu dengar (jika sesuai) 2) Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasi tulisan, bahas lambang, bebicara dengan jelas pada telinga yang baik) Intervensi keperawatan : 1. Dapatkan apa metode komunikasi yang diinginkan dan catat pada rencana perawatan metode yang digunakan oleh staf dan klien, (seperti: tulisan, berbicara, bahasa isyarat). Rasional : Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klien maka metode yang akan digunakan dapat disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan klien. 2. Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal. 2.1 Jika ia dapat mendegar pada satu telinga, berbicara dengan perlahan dan dengan jelas langsung ke telinga yang baik (hal ini lebih baik daripada berbicara dengan keras). 2.2 tempatkan klien dengan telinga yang baik berhadapan dengan pintu. 2.3 Dekati klien dari sisi telinga yang baik.
  • 17. 2.3.1. Jika klien dapat membaca ucapan : 1. Lihat langsung pada klien dan bicaralah lambat dan jelas. 2. Hindari berdiri di depan cahaya karena dapat menyebabkan klien tidak dapat membaca bibir anda. 2.3.2. Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien. 1. Minimalkan percakapan jika klien kelelahan atau gunakan komunikasi tertulis. 2. Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya. 2.3.3.Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan penerjemah. Alamatkan semua komunikasi pada klien, tidak kepada penerjemah. Jadi seolah-olah perawat sendiri yang langsung berbicara kepada klien dnegan mengabaikan keberadaan penerjemah. Rasional : Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapat diterima dengan baik oleh klien. 3. Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran dan pemahaman. 4. Bicara dengan jelas, menghadap individu 5. Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan 6. Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi. 7. Validasi pemahaman individu dengan mengajukan pertanyaan yang memerlukan jawaban lebih dari ya dan tidak. Rasional : Memungkinkan komunikasi dua arah anatara perawat dengan klien dapat berjalan dnegan baik dan klien dapat menerima pesan perawat secara tepat.
  • 18. c. Perubahan persepsi / sensori berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga atau kerusakan di saraf pendengaran Tujuan : Persepsi / sensoris baik. Kriteria hasil : Klien akan mengalami peningkatan persepsi / sensoris pendengaran sampai pada tingkat fungsional. Intervensi keperawatan : 1. Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran secara tepat. Rasional : Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipe gangguan / ketulian, serta perawatannya yang tepat. 2. Instruksikan klien untuk menggunakan teknik – teknik yang aman sehingga dapat mencegah terjadinya ketulian lebih jauh. Rasional : Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka pendengaran yang tersisa sensitif terhadap trauma dan infeksi, sehingga harus dilindungi. 3. Observasi tanda – tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut. Rasional : Diagnosa dini terhadap keadaan telinga atau terhadap masalah – masalah pendengaran rusak secara permanen. 4. instruksikan klien untukmenghabiskan seluruh antibiotik yang diresepkan (baik itu antibiotik sistemik maupun lokal). Rasional : Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapat menyebabkan organisme sisa berkembang biak sehingga infeksi akan berlanjut.
  • 19. d. Ansietas berhubungan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah operasi Tujuan : Ansietas berkurang / hilang. Kriteria hasil : 1) Klien mampu mengungkapkan ketakutan / kekuatirannya. 2) Respon klien tampak tersenyum. Intervensi keperawatan : 1. Jujur kepada klien ketika mendiskusikan mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi pendengarannya untuk mempertahankan harapan klien dalam berkomunikasi. Rasional : Menunjukan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan efektif tanpa menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangi rasa cemasnya. 2. Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernah mengalami gangguan seperti yang dialami klien untuk memberikan dukungan kepada klien. Rasional :Harapan – harapan yang tidak reaslistik tidak dapat mengurangi kecemasan, justru malah menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat. 3. Berikan informasi mengenai sumber – sumber dan alat – alat yang tesedia yang dapat membantu klien. Rasional : Memungkinkan klien untukmemilih metode komunikasi yang paling tepat untuk kehidupannyasehari – hari disesuaikan dengan tingkat ketrampilannya sehinga dapat mengurangi rasa cemas dan frustasinya.
  • 20. Referensi • Brunner & Sudart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. jakarta: EGC • Kapita selekta kedokteran. 2001. Jakarta: Media aesculaplus FK UI. http://debbynataliakeperawatan.blogspot.co.id/