Stase Kepaniteraan Departemen Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi)
Universitas Kristen Indonesia
Hanya untuk referensi bukan untuk dicopy paste
Hak cipta penulis langsung
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Referat Meningitis
1. DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
Jl. Mayjen Sutoyo No. 2 Cawang Jakarta 13650
MENINGITIS
Disusun oleh : FRANSISKA LUMEMPOUW/KOEDOEBOEN
1261050302
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf
Periode 13 JUNI 2016 – 23 JULI 2016
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
Jakarta
REFERAT
4. Definisi Meningitis
Peradangan atau inflamasi pada selaput
otak (meninges) termasuk duramater,
arachnoid dan piamater yang melapisi otak
dan medulla spinalis
8. Etiologi
• Meningitis bakterial akut
selalu bersifat purulenta.
Meningitis purulenta
dapat menjadi komplikasi
dari otitis media
• Enterovirus
merupakan
penyebab utama
meningitis viral.
9.
10. Akibat dari
penyebaran virus ,
bakteri, jamur
Secara hematogen,
akibat trauma
Pembuluh darah
meningeal hiperemi
Penyebaran PMN ke dalam ruang
subarakhnoid Eksudat
Eksudat yang terbentuk
terdiri dari dua lapisan
Luar polimorfonuklear
dan fibrin
Dalam makrofag
Patofisiologi Meningitis
11. Lanjutan
Radang arteri dan vena pada korteks
Trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi
neuron- neuron
Pada Meningitis yang disebabkan oleh virus, cairan
serebrospinal tampak jernih dibandingkan
Meningitis yang disebabkan oleh bakteri.
17. Terapi meningitis bacterial
Terapi antibiotik yang
digunakan harus dapat
menembus sawar darah
otak, contohnya rifampicin,
chloramphenicol, dan
quinolones (konsentrasi
serum sekitar 30%-50%)
Terapi antibiotik diberikan
secepatnya setelah
didapatkan hasil kultur.
Pada orang dewasa, Benzyl
penicillin G dengan dosis 1-2
IU diberikan secara
intravena setiap 2 jam.
Pada anak dengan berat badan
10-20 kg. Diberikan 8
IU/hari, anak dengan berat
badan kurang dari 10 kg
diberikan 4 IU/hari.
Ampicillin dapat ditambahkan
dengan dosis 300-400
mg/KgBB/hari untuk dewasa
dan 100-200 mg/KgBB/
untuk anak-anak.
Untuk pasien yang alergi
terhadap penicillin, dapat
diberikan sampai 5 hari
bebas panas.
18. Terapi meningitis TB
Diberikan prednison 1-2 mg/kgBB/hari selama
4 minggu kemudian penurunan dosis
(tapering-off) selama 8 minggu sehingga
pemberian prednison keseluruhan tidak lebih
dari 2 bulan.
19. Terapi meningitis viral
Diberi anti emetik seperti ondansetron dosis
dewasa 4-8 mg IV tiap 8jam, dosis pediatrik 0,1
mg/kg IV lambat max 4 mg/dosis dan dapat
diulang tiap 12 jam
Diberi antiviral seperti acyclovir, diberikan
secepatnya ketika didiagnosis herpetic
meningoencephalitis, dosis dewasa 30 mg/kg
IV tiap 8 jam
20. Terapi meningitis jamur
• Meningitis kriptokokus diobati dengan obat
antijamur. Dapat digunakan :
• Flukonazol, obat ini tersedia dengan bentuk pil
atau infus
• Jika pasien intoleran dengan flukonazol dapat
digunakan dengan amfoterisin B dan kapsul
flusitosin. Mempunyai efek samping besar pada
amfoterisin B, dapat diatasi dengan pemberian
ibuprofen setengah jam sebelum amfoterisin B
dipakai.
21. Terapi suportive
Memelihara status hidrasi dengan larutan infuse elektrolit dan
oksigenasi
Direkomendasikan pemberian heparin 5000-10.000 unit diberikan
dengan pemberian cepat secara intravena dan dipertahankan
pada dosis yang cukup untuk memperpanjang clotting time dan
partial thromboplastin time menjadi 2 atau 3 kali harga normal.
Untuk mengontrol kejang diberikan antikonvulsan, contohnya
Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.
Jika demam diberikan Antipiretika : parasetamol atau salisilat 10
mg/kg/dosis
Pada udem cerebri dapat diberikan osmotik diuretik atau
corticosteroid, tetapi hanya bila didapatkan tanda awal dari
impending herniasi.
22. Daftar Pustaka
1. Centers For Disease Control and Prevention. https://www.cdc.gov/meningitis/ diakses 15 Juni 2016
2. Meningitis is an infection of the protective membranes that surround the brain and spinal cord
(meninges). Available from http://www.nhs.uk/Conditions/Meningitis/Pages/Introduction.aspx
diakses tanggal 15 Juni 2016
3. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23705/4/Chapter%20II.pdf, diunduh pada tanggal
16 Juni 2016
3. Japardi, Iskandar. 2002. Meningitis Meningococcus.Universitas Sumatera Utara.USU digital. Diakses
tanggal 16 Juni 2016.
4. Baehr dan Frothscher. Diagnosis Topik Neurologis DUUS Edisi 4. Jakarta:EGC.2012:365-368.
5. Meningitis. Centers for Disease Control and Prevention. Available from :
http://www.cdc.gov/meningitis/about/causes.html.
6. Mardjono,Mahar. Sidharta,Priguna. Neurologis Klinis Dasar.Jakarta:Dian.Rakyat.
7. New Jersey Departement of Health and Senior Services. Di akses tanggal 15 Juni 2016. Available from
http://www.nj.gov/health/
8. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,. Meningitis:http://www.depkes.go.id.
9. WHO, 2005. Meningococcal Disease in India. Available in
http://www.who.int/emc/diseases/meningitis
10. Lumbantobing SM.2013. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta:Balai Penerbit FK
UI.Hlm. 8–84.
11. Dewanto G, Suwono WJ, Riyanto B, Turana Y. Panduan praktis diagnosis dan tata laksana penyakit
saraf. Cetakan Ke-1. Jakarta: EGC; 2009.h.43-8.
12. http://www.news-medical.net/health/Meningitis-Symptoms-(Indonesian).aspx, diunduh pada
tanggal 18 Juni 2016
13. Meningitis Tuberkulosa. http://www.tbindonesia.or.id/2014/04/21/meningitis-tuberkulosa/.
Diakses pada tanggal 18 Juni 2016.
23. Prognosis
Penderita meningitis dapat sembuh , baik sembuh
dengan cacat motorik atau mental atau
meninggal tergantung :
a. Umur penderita
b. Jenis kuman penyebab
c. Berat ringan infeksi
d. Lama sakit sebelum mendapat pengobatan
e. Kepekaan kuman terhadap antibiotik yang
diberikan
f. Adanya dan penanganan penyakit.