SlideShare a Scribd company logo
ASKEP KLIEN DENGAN
MORBUS HANSEN
PRESENTED BY:
SALIMAH
PENGERTIAN
• Morbus hansen ( Penyakit kusta/ lepra )
adalah penyakit infeksi kronis yang
disebabkan oleh mycobacterium leprae
yang menyerang syaraf tepi ( primer ),
kulit dan jaringan tubuh lainnya, kecuali
susunan syaraf pusat.
ANFIS
• Lapisan kulit (dermis, epidermis, sub
kutan)
ETIOLOGI
• Micobacterium Leprae atau kuman Hanse
• Kuman ini bersifat tahan asam berbentuk
batang
• Hidup dalam sel terutama jaringan yang
bersuhu dingin dan tidak dapat di kultur
dalam media buatan.
• Kuman ini dapat mengakibatkan infeksi
sistemik pada binatang Armadillo
PATOFISIOLOGI
• Kuman M.leprae masuk ke dalam tubuh dapat melalui
beberapa cara, diantaranya melalui kulit yang tidak
utuh, saluran nafas, atau saluran pencernaan. Setelah
masuk ke dalam tubuh, kuman menuju ke tempat
predileksinya, yaitu sel schwan pada saraf tepi. Di
dalam sel inilah kuman berkembang biak. Sel tersebut
pecah dan kemudian menginfeksi sel schwan yang
lain atau ke kulit. Perkembangan penyakit kusta ini
bergantung pada kerentanan seseorang. Respons
tubuh setelah masa tunas bergantung pada derajat
system imunitas seluler (cellular mediated immune)
pasien. Kalau system imunitas seluler tinggi, penyakit
brkembang kea rah tipe tuberkuloid; dan bila rendah,
berkembang ke arah tipe lepramatosa. M.leprae
berpredileksi di daerah yang relative lebih dingin, yaitu
daerah akral dengan vaskularisasi yang sedikit
Patofisiologi
KLASIFIKASI
• Ridley dan Joplin membagi klasifikasi kusta
berdasarkan gambaran klinis, bakteriologik,
histo patologik, dan status imun penderita
a. TT (tuberkuloid) : Lesi berupa makula hipo
pigmantasi/eutematosa dengan permukaan
kering dan kadang dengan skuama di
atasnya. Jumlah biasanya yang satu dengaN
yang besar bervariasi. Gejala berupa
gangguan sensasibilitas, pertumbuhan
langsung dan sekresi kelenjar keringat. BTA (
- ) dan uji lepramin ( + ) kuat.
• b. BT (borderline tuberkuloid): Lesi berupa
makula/infiltrat eritematosa dengan permukaan
kering bengan jumlah 1-4 buah, gangguan
sensibilitas ( + ). Lesi berupa makula/infiltrat
eritematosa permukaan agak mengkilat.
Gambaran khas lesi ”punched out” dengan infiltrat
eritematosa batas tegas pada tepi sebelah dalam
dan tidak begitu jelas pada tepi luarnya.
• Gangguan sensibilitas sedikit, BTA ( + ) pada
sediaan apus kerokan jaringan kulit dan uji
lepperawatan lukain ( - ).
c. BL (borderline lepromatous) : Lesi infiltrat
eritematosa dalam jumlah banyak, ukuran
bervariasi, bilateral tapi asimetris, gangguan
sensibilitas sedikit/(-), BTA (+) banyak, uji
Lepperawatan lukain (-).
d. LL (lepromatosa) : Lesi infiltrat eritematosa
dengan permukaan mengkilat, ukuran kecil,
jumlah sangat banyak dan simetris. BTA (+)
sangat banyak pada kerokan jaringan kulit
dan mukosa hidung, uji Lepperawatan lukain
( - ).
WHO membagi menjadi dua kelompok,
yaitu:
• Pause Basiler (PB) : TT, BT
• Multi Basiler (MB) : BB, BL, LL
MANIFESTASI KLINIK
• Mata : iritis, iridosiklitis, gangguan visus sampai
kebutaan
• Tulang rawan : epistaksis, hidung pelana
• Tulang & sendi : absorbsi, mutilasi, artritis
• Lidah : ulkus, nodus
• Larings : suara parau
• Testis : ginekomastia, epididimitis akut, orkitis,
atrofi
• Kelenjar limfe : limfadenitis
• Rambut : alopesia, madarosis
• Ginjal : glomerulonefritis, amilodosis ginjal,
pielonefritis, nefritis interstitial.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
• Inspeksi. Pasien diminta memejamkan
mata, menggerakkan mulut, bersiul dan
tertawa untuk mengetahui fungsi saraf
wajah. Semua kelainan kulit diseluruh
tubuh diperhatikan. Seperti adanya
makula, nodul, jaringan parut kulit yang
keriput penebalan kulit dan kehilangan
rambut tubuh (alopesia dan madarosis)
• Pemeriksaan Bakteriologis dilakukan dengan
pewarnaan tahan asam, yaitu zeihl neelsen atau
kinyoun gabett
• Uji kulit dengan jarum, kapas atau air panas dan
dingin
• Uji keringat ditemukan anhidrosis karena rusaknya
kelenjar keringat. Uji ini dilakukan dengan cara
menggores lesi dengan pensil tinta mulai dari
beberapa cm diluar lesi melewati permukaan lesi
dan keluar batas lesi. Hasilnya, pada luar goresan
pensil akan mengembang berwarna ungu,
sedangkan didaerah lesi tidak.
• Uji lepromin
Ini dilakukan untuk menentukan diagnosis
dan klasifikasi penyakit kusta. Tipe I, T,
dan BT: uji lepperawatan lukain positif.
Tipe BB, BL, LL: uji lepperawatan lukain
negative
PENATALAKSANAAN
• Tujuan utama pemberantasan Morbus
Hansen adalah menyembuhkan pasien
Mobus Hansen dan mencegah timbulnya
cacat serta memutuskan mata rantai
penularan
Tipe PB, Jenis obat dan dosis untuk orang
dewasa adalah sebagai berikut :
• Rifampisin 600 mg/bulan diminum di depan
petugas
• DDS tablet 100 mg/hari diminum di rumah
• Pengobatan 6 dosis diselesaikan dalam 6-9
bulan, dan setelah selesai minum tidak lagi
dinyatakan RFT tetapi menggunakan istilah
Completion Treatment Cure dan Pasien tidak
lagi dalam pengawasan.
Tipe MB
• Jenis obat dan dosis untuk orang dewasa :
• Rifampisin 600 mg/bulan diminum di depan petugas
• Klofazimun 300 mg/bulan diminum di depan petugas
dilanjutkan dengan Klofazimun 50 mg/hari diminum di
rumah
• Pengobatan 24 dosis diselesaikan dalam waktu
maksimal 36 bulan. Sesudah selesai minum 24 dosis
dinyatakan RFT meskipun secara klinis lesinya masih
aktif dan pemeriksaan bakteri positif. Menurut WHO
(1995) pengobatan MB dberkan untuk dua belas dosis
yang diselesaikan dalam 12-18 bulan dan pasien
langsung dinyatakan RFT
KOMPLIKASI
• Cacat merupakan komplikasi yang dapat
terjadi pada pasien Morbus Hansen baik
akibat kerusakan fungsi saraf tepi maupun
karena neuritis sewaktu terjadi reaksi
Morbus Hansen.
PROGNOSIS
• Bila seseorang terinfeksi M. Lepra,
sebagian besar (95%) akan sembuh
sendiri dan 5% akan menjadi
indeterminate. Dari 5% indeterminate,
30% bermanifestsi klinis menjadi
determinate dan 70% sembuh.
PENCEGAHAN
– Menjaga daya tahan tubuh
– Menhindari kontak langsung dengan
penderita kusta
– Menjaga hygiene dan sanitasi lingkungan
EPIDEMIOLOGI
• Penyakit ini menyerang semua usia, jenis kelamin
rasio pria:wanita 2.3:1.0. paling sering terjadi pada
daerah sosek yang rendah dan insidensinya
meningkat pada daerah tropis dan sub tropis.
• tahun 2000 WHO menyatakan 92 negara
merupaka negara endemik penyakit kusta, di
Indonesia penyakit kusta hampir di seluruh
wilayah tetapi penyebarannya tidak merata. Angka
kejadian tertinggi di Indonesia bagain timur. 90%
penderita tinggal diantara keluarga mereka dan
hanya beberapa saja yang tinggal di rumah sakit
kusta, kononi penapungan, atau pertampungan
kusta (Depkes, Dit.jen PPM dan PL, 2002).
• ASKEP
• ASPEK LEGAL ETIK
• SAP
Morbus hansen ppt

More Related Content

What's hot

Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialis
fikri asyura
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
Fais PPT
 
Meningoensefalitis: minireview
Meningoensefalitis: minireviewMeningoensefalitis: minireview
Meningoensefalitis: minireview
Ersifa Fatimah
 
Case Report Meningitis
Case Report MeningitisCase Report Meningitis
Case Report Meningitis
Kharima SD
 
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusOrkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Aris Rahmanda
 
Impetigo Bullosa
Impetigo BullosaImpetigo Bullosa
Impetigo Bullosa
Phil Adit R
 
CBD otitis eksterna
CBD otitis eksternaCBD otitis eksterna
CBD otitis eksterna
CoassTHT
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Syscha Lumempouw
 
Inflamasi akut
Inflamasi akutInflamasi akut
Inflamasi akut
Kampus-Sakinah
 
Otitis Media Akut
Otitis Media AkutOtitis Media Akut
Otitis Media Akut
Sri Handawati
 
SINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKSINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIK
Phil Adit R
 
Dermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergiDermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergi
Usqi Krizdiana
 
peningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranialpeningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranialNoorahmah Adiany
 
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter IndonesiaStandar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
Dayu Agung Dewi Sawitri
 
Pendekatan diagnosis limfadenopati
Pendekatan diagnosis limfadenopatiPendekatan diagnosis limfadenopati
Pendekatan diagnosis limfadenopati
Merdy Prianda
 
Presentasi Kasus - Campak / Morbili
Presentasi Kasus - Campak / MorbiliPresentasi Kasus - Campak / Morbili
Presentasi Kasus - Campak / Morbili
Aris Rahmanda
 
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
fikri asyura
 

What's hot (20)

Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialis
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Meningoensefalitis: minireview
Meningoensefalitis: minireviewMeningoensefalitis: minireview
Meningoensefalitis: minireview
 
Case Report Meningitis
Case Report MeningitisCase Report Meningitis
Case Report Meningitis
 
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusOrkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
 
Impetigo Bullosa
Impetigo BullosaImpetigo Bullosa
Impetigo Bullosa
 
CBD otitis eksterna
CBD otitis eksternaCBD otitis eksterna
CBD otitis eksterna
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
 
Inflamasi akut
Inflamasi akutInflamasi akut
Inflamasi akut
 
Otitis Media Akut
Otitis Media AkutOtitis Media Akut
Otitis Media Akut
 
12 nervus cranial
12 nervus cranial 12 nervus cranial
12 nervus cranial
 
SINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKSINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIK
 
Dermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergiDermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergi
 
peningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranialpeningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranial
 
Stroke
StrokeStroke
Stroke
 
Lepra
LepraLepra
Lepra
 
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter IndonesiaStandar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
 
Pendekatan diagnosis limfadenopati
Pendekatan diagnosis limfadenopatiPendekatan diagnosis limfadenopati
Pendekatan diagnosis limfadenopati
 
Presentasi Kasus - Campak / Morbili
Presentasi Kasus - Campak / MorbiliPresentasi Kasus - Campak / Morbili
Presentasi Kasus - Campak / Morbili
 
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
 

Viewers also liked

Materi kusta
Materi kusta Materi kusta
Materi kusta
Aras infodesanews
 
Ayo cegah kusta
Ayo cegah kustaAyo cegah kusta
Ayo cegah kusta
ari panggulu
 
Presentasi morbus hansen
Presentasi morbus hansenPresentasi morbus hansen
Presentasi morbus hansen
Noveldy Pitna
 
PENYAKIT KUSTA (LEPROSY)
PENYAKIT KUSTA (LEPROSY)PENYAKIT KUSTA (LEPROSY)
PENYAKIT KUSTA (LEPROSY)
Muhammad Nasrullah
 
Leaflet penyakit kusta
Leaflet penyakit kustaLeaflet penyakit kusta
Leaflet penyakit kustaMJM Networks
 
Apa itu kusta (1)
Apa itu kusta (1)Apa itu kusta (1)
Apa itu kusta (1)
ShiBing Soo
 
Makalah kusta
Makalah kustaMakalah kusta
Makalah kusta
nliyanaramli
 
LEPROSY
LEPROSYLEPROSY
Melawan kusta
Melawan kustaMelawan kusta
Melawan kusta
Aras infodesanews
 
40 Contoh Desain Brosur Inspiratif
40 Contoh Desain Brosur Inspiratif40 Contoh Desain Brosur Inspiratif
40 Contoh Desain Brosur Inspiratif
badar masbadar
 
Kolesterol
KolesterolKolesterol
Gaky
GakyGaky
Gaky
materi-x2
 
Leaflet etika merokok
Leaflet etika merokokLeaflet etika merokok
Leaflet etika merokokFerli Samara
 
Leaflet pms
Leaflet pmsLeaflet pms
Leaflet pms
askep33
 

Viewers also liked (20)

Kusta
KustaKusta
Kusta
 
Materi kusta
Materi kusta Materi kusta
Materi kusta
 
Ayo cegah kusta
Ayo cegah kustaAyo cegah kusta
Ayo cegah kusta
 
Presentasi morbus hansen
Presentasi morbus hansenPresentasi morbus hansen
Presentasi morbus hansen
 
PENYAKIT KUSTA (LEPROSY)
PENYAKIT KUSTA (LEPROSY)PENYAKIT KUSTA (LEPROSY)
PENYAKIT KUSTA (LEPROSY)
 
Leaflet penyakit kusta
Leaflet penyakit kustaLeaflet penyakit kusta
Leaflet penyakit kusta
 
Apa itu kusta (1)
Apa itu kusta (1)Apa itu kusta (1)
Apa itu kusta (1)
 
Leaflet stroke
Leaflet strokeLeaflet stroke
Leaflet stroke
 
Kusta 2 AKPER PEMKAB MUNA
Kusta 2  AKPER PEMKAB MUNA Kusta 2  AKPER PEMKAB MUNA
Kusta 2 AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep kusta
Askep kustaAskep kusta
Askep kusta
 
Makalah kusta
Makalah kustaMakalah kusta
Makalah kusta
 
LEPROSY
LEPROSYLEPROSY
LEPROSY
 
Melawan kusta
Melawan kustaMelawan kusta
Melawan kusta
 
Leaflet psoriasis
Leaflet psoriasisLeaflet psoriasis
Leaflet psoriasis
 
70028288 leaflet-hiv
70028288 leaflet-hiv70028288 leaflet-hiv
70028288 leaflet-hiv
 
40 Contoh Desain Brosur Inspiratif
40 Contoh Desain Brosur Inspiratif40 Contoh Desain Brosur Inspiratif
40 Contoh Desain Brosur Inspiratif
 
Kolesterol
KolesterolKolesterol
Kolesterol
 
Gaky
GakyGaky
Gaky
 
Leaflet etika merokok
Leaflet etika merokokLeaflet etika merokok
Leaflet etika merokok
 
Leaflet pms
Leaflet pmsLeaflet pms
Leaflet pms
 

Similar to Morbus hansen ppt

Penyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.pptPenyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.ppt
TeguhPanca1
 
Penyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.pptPenyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.ppt
AloisiaDysi2
 
LEPRA.pptx
LEPRA.pptxLEPRA.pptx
LEPRA.pptx
bila900349
 
Sekilas mengenal penyakit kusta
Sekilas mengenal penyakit kustaSekilas mengenal penyakit kusta
Sekilas mengenal penyakit kusta
fitriamfk
 
asuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kusta
asuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kustaasuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kusta
asuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kusta
KEPKNHM
 
CC vita mbak zozo agung.pptx
CC vita mbak zozo agung.pptxCC vita mbak zozo agung.pptx
CC vita mbak zozo agung.pptx
AgungBudiLaksono7
 
Refreshing
RefreshingRefreshing
Refreshing
fannydestiara
 
Atopic dermatitis
Atopic dermatitisAtopic dermatitis
Atopic dermatitis
Dimas Setiaji
 
210751075-Liken-Simpleks-Kronis.pptx
210751075-Liken-Simpleks-Kronis.pptx210751075-Liken-Simpleks-Kronis.pptx
210751075-Liken-Simpleks-Kronis.pptx
WinendyDeo1
 
Micobacterium leprosy
Micobacterium leprosyMicobacterium leprosy
Micobacterium leprosy
Awe Wardani
 
PPT Fitz.pptx
PPT Fitz.pptxPPT Fitz.pptx
PPT Fitz.pptx
NidhaSavitri1
 
DERMATOVENEROLOGI.pdf
DERMATOVENEROLOGI.pdfDERMATOVENEROLOGI.pdf
DERMATOVENEROLOGI.pdf
ZaidHidayah
 
Infeksi kulit dan jaringan lunak
Infeksi kulit dan jaringan lunakInfeksi kulit dan jaringan lunak
Infeksi kulit dan jaringan lunak
Mustika Sari Hutabarat
 
DERMATITIS.pptx
DERMATITIS.pptxDERMATITIS.pptx
DERMATITIS.pptx
AhmadRifqiRizal1
 

Similar to Morbus hansen ppt (20)

Penyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.pptPenyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.ppt
 
Penyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.pptPenyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.ppt
 
Ada kusta diantara kita 2
Ada kusta diantara kita 2Ada kusta diantara kita 2
Ada kusta diantara kita 2
 
LEPRA.pptx
LEPRA.pptxLEPRA.pptx
LEPRA.pptx
 
Sekilas mengenal penyakit kusta
Sekilas mengenal penyakit kustaSekilas mengenal penyakit kusta
Sekilas mengenal penyakit kusta
 
asuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kusta
asuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kustaasuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kusta
asuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kusta
 
CC vita mbak zozo agung.pptx
CC vita mbak zozo agung.pptxCC vita mbak zozo agung.pptx
CC vita mbak zozo agung.pptx
 
Refreshing
RefreshingRefreshing
Refreshing
 
Lepra
LepraLepra
Lepra
 
Atopic dermatitis
Atopic dermatitisAtopic dermatitis
Atopic dermatitis
 
210751075-Liken-Simpleks-Kronis.pptx
210751075-Liken-Simpleks-Kronis.pptx210751075-Liken-Simpleks-Kronis.pptx
210751075-Liken-Simpleks-Kronis.pptx
 
Tbc
TbcTbc
Tbc
 
Micobacterium leprosy
Micobacterium leprosyMicobacterium leprosy
Micobacterium leprosy
 
PPT Fitz.pptx
PPT Fitz.pptxPPT Fitz.pptx
PPT Fitz.pptx
 
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
 
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
 
Tbc AKPER PEMKAB MUNA
Tbc AKPER PEMKAB MUNATbc AKPER PEMKAB MUNA
Tbc AKPER PEMKAB MUNA
 
DERMATOVENEROLOGI.pdf
DERMATOVENEROLOGI.pdfDERMATOVENEROLOGI.pdf
DERMATOVENEROLOGI.pdf
 
Infeksi kulit dan jaringan lunak
Infeksi kulit dan jaringan lunakInfeksi kulit dan jaringan lunak
Infeksi kulit dan jaringan lunak
 
DERMATITIS.pptx
DERMATITIS.pptxDERMATITIS.pptx
DERMATITIS.pptx
 

Recently uploaded

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIAKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
Winda Qowiyatus
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
hannanbmq1
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
helixyap92
 
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasiNURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
hanifatunfajria
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
jualobat34
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
rifdahatikah1
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
gerald rundengan
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
ssuser9f2868
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
jualobat34
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
YernimaDaeli1
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEKKOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
AshriNurIstiqomah1
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
iskandar186656
 
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologiDesain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
nadyahermawan
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
lansiapola
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
HanifaYR
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
nadyahermawan
 

Recently uploaded (20)

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIAKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
 
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasiNURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
 
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEKKOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
 
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologiDesain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
 

Morbus hansen ppt

  • 1. ASKEP KLIEN DENGAN MORBUS HANSEN PRESENTED BY: SALIMAH
  • 2. PENGERTIAN • Morbus hansen ( Penyakit kusta/ lepra ) adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh mycobacterium leprae yang menyerang syaraf tepi ( primer ), kulit dan jaringan tubuh lainnya, kecuali susunan syaraf pusat.
  • 3.
  • 4.
  • 6. • Lapisan kulit (dermis, epidermis, sub kutan)
  • 7. ETIOLOGI • Micobacterium Leprae atau kuman Hanse • Kuman ini bersifat tahan asam berbentuk batang • Hidup dalam sel terutama jaringan yang bersuhu dingin dan tidak dapat di kultur dalam media buatan. • Kuman ini dapat mengakibatkan infeksi sistemik pada binatang Armadillo
  • 8. PATOFISIOLOGI • Kuman M.leprae masuk ke dalam tubuh dapat melalui beberapa cara, diantaranya melalui kulit yang tidak utuh, saluran nafas, atau saluran pencernaan. Setelah masuk ke dalam tubuh, kuman menuju ke tempat predileksinya, yaitu sel schwan pada saraf tepi. Di dalam sel inilah kuman berkembang biak. Sel tersebut pecah dan kemudian menginfeksi sel schwan yang lain atau ke kulit. Perkembangan penyakit kusta ini bergantung pada kerentanan seseorang. Respons tubuh setelah masa tunas bergantung pada derajat system imunitas seluler (cellular mediated immune) pasien. Kalau system imunitas seluler tinggi, penyakit brkembang kea rah tipe tuberkuloid; dan bila rendah, berkembang ke arah tipe lepramatosa. M.leprae berpredileksi di daerah yang relative lebih dingin, yaitu daerah akral dengan vaskularisasi yang sedikit
  • 10. KLASIFIKASI • Ridley dan Joplin membagi klasifikasi kusta berdasarkan gambaran klinis, bakteriologik, histo patologik, dan status imun penderita a. TT (tuberkuloid) : Lesi berupa makula hipo pigmantasi/eutematosa dengan permukaan kering dan kadang dengan skuama di atasnya. Jumlah biasanya yang satu dengaN yang besar bervariasi. Gejala berupa gangguan sensasibilitas, pertumbuhan langsung dan sekresi kelenjar keringat. BTA ( - ) dan uji lepramin ( + ) kuat.
  • 11. • b. BT (borderline tuberkuloid): Lesi berupa makula/infiltrat eritematosa dengan permukaan kering bengan jumlah 1-4 buah, gangguan sensibilitas ( + ). Lesi berupa makula/infiltrat eritematosa permukaan agak mengkilat. Gambaran khas lesi ”punched out” dengan infiltrat eritematosa batas tegas pada tepi sebelah dalam dan tidak begitu jelas pada tepi luarnya. • Gangguan sensibilitas sedikit, BTA ( + ) pada sediaan apus kerokan jaringan kulit dan uji lepperawatan lukain ( - ).
  • 12. c. BL (borderline lepromatous) : Lesi infiltrat eritematosa dalam jumlah banyak, ukuran bervariasi, bilateral tapi asimetris, gangguan sensibilitas sedikit/(-), BTA (+) banyak, uji Lepperawatan lukain (-). d. LL (lepromatosa) : Lesi infiltrat eritematosa dengan permukaan mengkilat, ukuran kecil, jumlah sangat banyak dan simetris. BTA (+) sangat banyak pada kerokan jaringan kulit dan mukosa hidung, uji Lepperawatan lukain ( - ).
  • 13. WHO membagi menjadi dua kelompok, yaitu: • Pause Basiler (PB) : TT, BT • Multi Basiler (MB) : BB, BL, LL
  • 14. MANIFESTASI KLINIK • Mata : iritis, iridosiklitis, gangguan visus sampai kebutaan • Tulang rawan : epistaksis, hidung pelana • Tulang & sendi : absorbsi, mutilasi, artritis • Lidah : ulkus, nodus • Larings : suara parau • Testis : ginekomastia, epididimitis akut, orkitis, atrofi • Kelenjar limfe : limfadenitis • Rambut : alopesia, madarosis • Ginjal : glomerulonefritis, amilodosis ginjal, pielonefritis, nefritis interstitial.
  • 15. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK • Inspeksi. Pasien diminta memejamkan mata, menggerakkan mulut, bersiul dan tertawa untuk mengetahui fungsi saraf wajah. Semua kelainan kulit diseluruh tubuh diperhatikan. Seperti adanya makula, nodul, jaringan parut kulit yang keriput penebalan kulit dan kehilangan rambut tubuh (alopesia dan madarosis)
  • 16. • Pemeriksaan Bakteriologis dilakukan dengan pewarnaan tahan asam, yaitu zeihl neelsen atau kinyoun gabett • Uji kulit dengan jarum, kapas atau air panas dan dingin • Uji keringat ditemukan anhidrosis karena rusaknya kelenjar keringat. Uji ini dilakukan dengan cara menggores lesi dengan pensil tinta mulai dari beberapa cm diluar lesi melewati permukaan lesi dan keluar batas lesi. Hasilnya, pada luar goresan pensil akan mengembang berwarna ungu, sedangkan didaerah lesi tidak.
  • 17. • Uji lepromin Ini dilakukan untuk menentukan diagnosis dan klasifikasi penyakit kusta. Tipe I, T, dan BT: uji lepperawatan lukain positif. Tipe BB, BL, LL: uji lepperawatan lukain negative
  • 18. PENATALAKSANAAN • Tujuan utama pemberantasan Morbus Hansen adalah menyembuhkan pasien Mobus Hansen dan mencegah timbulnya cacat serta memutuskan mata rantai penularan
  • 19. Tipe PB, Jenis obat dan dosis untuk orang dewasa adalah sebagai berikut : • Rifampisin 600 mg/bulan diminum di depan petugas • DDS tablet 100 mg/hari diminum di rumah • Pengobatan 6 dosis diselesaikan dalam 6-9 bulan, dan setelah selesai minum tidak lagi dinyatakan RFT tetapi menggunakan istilah Completion Treatment Cure dan Pasien tidak lagi dalam pengawasan.
  • 20. Tipe MB • Jenis obat dan dosis untuk orang dewasa : • Rifampisin 600 mg/bulan diminum di depan petugas • Klofazimun 300 mg/bulan diminum di depan petugas dilanjutkan dengan Klofazimun 50 mg/hari diminum di rumah • Pengobatan 24 dosis diselesaikan dalam waktu maksimal 36 bulan. Sesudah selesai minum 24 dosis dinyatakan RFT meskipun secara klinis lesinya masih aktif dan pemeriksaan bakteri positif. Menurut WHO (1995) pengobatan MB dberkan untuk dua belas dosis yang diselesaikan dalam 12-18 bulan dan pasien langsung dinyatakan RFT
  • 21. KOMPLIKASI • Cacat merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada pasien Morbus Hansen baik akibat kerusakan fungsi saraf tepi maupun karena neuritis sewaktu terjadi reaksi Morbus Hansen.
  • 22. PROGNOSIS • Bila seseorang terinfeksi M. Lepra, sebagian besar (95%) akan sembuh sendiri dan 5% akan menjadi indeterminate. Dari 5% indeterminate, 30% bermanifestsi klinis menjadi determinate dan 70% sembuh.
  • 23. PENCEGAHAN – Menjaga daya tahan tubuh – Menhindari kontak langsung dengan penderita kusta – Menjaga hygiene dan sanitasi lingkungan
  • 24. EPIDEMIOLOGI • Penyakit ini menyerang semua usia, jenis kelamin rasio pria:wanita 2.3:1.0. paling sering terjadi pada daerah sosek yang rendah dan insidensinya meningkat pada daerah tropis dan sub tropis. • tahun 2000 WHO menyatakan 92 negara merupaka negara endemik penyakit kusta, di Indonesia penyakit kusta hampir di seluruh wilayah tetapi penyebarannya tidak merata. Angka kejadian tertinggi di Indonesia bagain timur. 90% penderita tinggal diantara keluarga mereka dan hanya beberapa saja yang tinggal di rumah sakit kusta, kononi penapungan, atau pertampungan kusta (Depkes, Dit.jen PPM dan PL, 2002).
  • 25. • ASKEP • ASPEK LEGAL ETIK • SAP