SlideShare a Scribd company logo
ANEMIA
dr. Salman Paris Harahap Sp.PD
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL CIPTOMANGUNKUSUMO
DEFINISI ANEMIA
Populasi Non anemia Anemia
Ringan Sedang Berat
Anak usia 6-59 bulan ≥ 11.0 10.0-10.9 7.0-9.9 < 7.0
Anak usia 5-11 tahun ≥11.5 11.0-11.4 8.0-10.9 <8.0
Anak usia 12-14 tahun ≥12.0 11.0-11.4 8.0-10.9 <8.0
Wanita usia ≥ 15 tahun
(tidak hamil)
≥12.0 11.0-11.9 8.0-10.9 <8.0
Wanita hamil ≥11.0 10.0-10.9 7.0-9.9 <7.0
Laki-laki uisa ≥ 15 tahun ≥13.0 11.0-12.9 8.0-10.9 <8.0
Secara fungsional, anemia diartikan sebagai penurunan jumlah eritrosit sehingga
eritrosit tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah
yang cukup ke jaringan
Tabel 1.1 Kadar Hemoglobin untuk diagnosis anemia (mg/l)
EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan data WHO sejak tahun 1993 hingga 2005,
anemia diderita oleh 1,62 milyar orang di dunia. Prevalensi
tertinggi terjadi pada anak usia belum sekolah, dan
prevalensi terendah pada laki-laki dewasa.
EPIDEMIOLOGI ANEMIA
WANITA HAMIL 41,6%
WANITA DEWASA TIDAK
HAMIL 33 %
ANEMIA PADA
WANITA
Indonesia, sekitar 44,5% populasi diperkirakan mengalami anemia dengan kadar Hb <11,0 g/dl,
sehingga Indonesia masuk ke dalam kategori berat dalam prevalensi anemia
47,7%
ANAK USIA
BELUM SEKOLAH
58% WARGA ASIA
ANEMIA
FISIOLOGI ERITROSIT
• 1 mililiter darah = 5 milyar eritrosit
(secara klinis ± 5 juta/mm3)
• Bentuk bikonkaf
• Hemoglobin
• Heme (mengandung besi
dan mengikat oksigen )
• Globin (4 rantai polipeptida)
Kapiler darah
Selama perkembangan intra uterus, eritrosit mula-mula dibentuk oleh yolk sac dan
kemudian oleh hati dan limpa, sampai sumsum tulang terbentuk dan mengambil
alih produksi eritrosit secara eksklusif. Pada anak-anak, sebagian besar tulang
terisi oleh sumsum tulang merah yang mampu memproduksi sel darah
FISIOLOGI ERITROSIT
FISIOLOGI ERITROSIT
Regulasi pembentukan eritrosit oleh EPO
yang disintesis oleh ginjal
Pada saat kehilangan
eritrosit berlebihan
(perdarahan/ hemolisis)
laju eritropoiesis dapat
meningkat 6 kali lipat
FISIOLOGI ERITROSIT
• Eritrosit akan bertahan selama ± 120 hari
• Sebagian besar eritrosist dihancurkan di
limpa
• Heme akan dipecah menjadi bilirubin dan
besi yang akan digunakan kembali
FISIOLOGI ERITROSIT
FISIOLOGI ERITROSIT
MANIFESTASI KLINIS ANEMIA
GEJALA UMUM :
• lemah, lesu, cepat
lelah
• Telinga mendenging
(tinnitus)
• Mata berkunang –
kunang,
• Kaki terasa dingin
• Sesak napas
GEJALA KHAS :
• Def.Fe :
disfagia, atrotrofi
papil lidah, stomatitis
angularis, koilonicia
• Mengaloblastik :
glositis, gg neurologi
pada def.b12
• Hemolisis :
Ikterus, splenomegaly,
hepatomegaly
• Aplastik :
Perdarahan dan tanda-ta
nda infeksi
GEJALA PENYAKIT
DASAR :
Gejala yang timbul akibat
penyakit dasar, contoh :
• anemia akibat infeksi
cacing tambang: keluh
an sakit perut,
pembengkakan parotis
dan warna kuning pada
telapak tangan.
ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI
ANEMIA BERDASARKAN ETIOPATOGENESIS
ANEMIA “ETIOPATOGENESIS”
KLASIFIKASI ANEMIA
BERDASARKAN MORFOLOGI DAN ETIOLOGI
• NOTE :
• Anemia hipokromik mikrositer
bila MCV<80fl dan MCH <27pg
• Anemia normokromik normositer
bila MCV 80-95 fl dan MCH 27-34 pg
• Anemia makrositer bila MVC > 95 fl
PATOFISIOLOGI ANEMIA
ANEMIA DEFISIENSI BESI ANEMIA
DEFISIENSI
BESI
KEKURANGAN
ASUPAN BESI
KEHILANGAN
BESI
KEBUTUHAN
BESI
MENINGKAT
• Diet tidak adekuat
• Gangguan
penyerapan besi
• Perdarahan saluran cerna
• Perdarahan saluran kemih
• Hemogobinuria
• Infeksi cacing tambang
• Gg. Hemostasis
• Bayi premature
• Anak dalam
pertumbuhan
• Ibu hamil dan
menyusui
TAHAPAN
ANEMIA DEFISIENSI BESI
ANEMIA
DEFISIENSI
BESI
DEPLESI
BESI
DEFISIENSI
BESI
ANEMIA
DEFISIENSI
BESI
Penurunan
cadangan besi,
tapi eritropoiesis
tidak terganggu
Cadangan besi dalam
tubuh kosong, tapi
belum terjadi anemia
Hemoglobin menurun
diikuti penurunan jumlah
eritrosit
PATOFISIOLOGI ANEMIA
ANEMIA PENYAKIT KRONIS
PATOGENESIS ANEMIA PENYAKIT KRONIS :
• Ketahanan hidup eritrosit yang memendek akibat terjadinya lisis eritrosit
• Adanya respon sumsum tulang akibat respon eritropoetin yang terganggu
atau menurun
• Gangguan metabolisme berupa gangguan reutilisasi besi
PATOFISIOLOGI ANEMIA
ANEMIA PENYAKIT KRONIS
INFLAMASI
Sitokin pro-inflamasi
(Tumor Necrotizing F
actor (TNF)-α, Interle
ukin (IL)-1, IL- 6 dan
IL-8.)
IL 1 :
Absorbsi besi
Berkurang dan
menekan eritropoesis
IL 6 :
Menghambat pembebasan cadangan
besi jaringan ke darah  hipoferemia
TNF-α :
Menekan eritropoesis den
gan menghambat EPO
PATOFISIOLOGI ANEMIA
ANEMIA MEGALOBLASTIK
DEFISIENSI KOBALAMIN
Defisiensi metionin intrasel
Menghambat pembentukan
folat tereduksi
Berkurangnya precursor timidilat
Terganggunya sintesis DNA
Terganggunya perubahan
propionate menjadi suksinil CoA
Gangguan sintesis myelin
Gejala neurologis (+)
PATOFISIOLOGI ANEMIA
ANEMIA MEGALOBLASTIK
DEFISIENSI FOLAT
Penurunan tetrahidrofolat
(koenzim aktif)
Sintesis tidmidilat terganggu
Gangguan sintesis DNA
Produksi hemoglobin
sitoplasmik dll berlebih
Berkurangnya sintesis DNA
tidak menghalangi
sintesis RNA
DNA sedikit, RNA berlebih
Sel menjadi besar
PATOFISIOLOGI ANEMIA
ANEMIA HEMOLITIK
Peningkatan destruksi eritrosit yang melebihi kemampuan
kompensasi eritropoiesis sumsum tulang
ANEMIA
HEMOLITIK
HEREDITER/
INTRINSIK
DIDAPAT/
EKSTRINSIK
• Enzimopati
• Hemoglobinopati
• Membranopati
• Anemia hemolitik imun
• Mikroangiopati
• Infeksi
PATOFISIOLOGI ANEMIA
ANEMIA HEMOLITIK
Hemolisis ekstravaskular
Hemolisis intravascular
Eritrosit dihancurkan dalam
system retikuloendotelial
Eritrosit dihancurkan dalam
sirkulasi darah  hb bebas
di plasma
Berikatan dengan haptoglobin
Filtrasi ginjal
Sebagian direabsorbsi dan dalam
tubulus ginjal hb pecah dan terdeposit
sebagai hemosiderin
PATOFISIOLOGI ANEMIA
ANEMIA APLASTIK Pansitopenia disertai hipoplasia / aplasia sumsum tulang tanpa adanya
penyakit primer yang mensupresi atau menginfiltrasi jaringan
hematopoietik.
ANEMIA
APLASTIK
DIDAPAT HEREDITER
• Zat fisika atau kimia
• Infeksi virus
• Infeksi mycobacteri
um
• Idiopatik
• Sindrom fanconi
PATOFISIOLOGI ANEMIA
ANEMIA APLASTIK
Aktivasi T sitotoksik . Sel T tersebut akan menghasilkan interferon gamma (IFN-γ) dan tumor
necrosis factor (TNF) yang bersifat menginhibisi langsung sel-sel hematopoietik
Supresi hematopoietik oleh IFN-γ dan TNF juga merangsang reseptor Fas pada sel hematopoietik CD34
sehingga menghasilkan 3 proses :
• Perangsangan reseptor Fas akan menginduksi terjadinya apoptosis.
• Terjadi induksi produksi nitric oxide synthetase dan nitrit oksida oleh sumsum tulang sehingga terjadi sitoto
ksisitas yang diperantarai system imun.
• Perangsang reseptor Fas akan mengaktivasi jalur intraseluler yang menyebabkan penghentian siklus sel.
DIAGNOSIS
ANEMIA
DIAGNOSIS ANEMIA
DIAGNOSIS
ANEMIA
DIAGNOSIS
ANEMIA
TATALAKSANA ANEMIA
ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI
• Terapi kausal
• Terapi preparat besi oral :
• Untuk mendapatkan respon pengobatan dosis besi yang dipakai 4 -6
mg/KgBB/hari
• Preparat pilihan ferrous sulfat 3 x 200 mg
• Terapi besi parenteral :
• Preparat yang sering digunakan adalah dekstran besi. Larutan ini
mengandung 50 mg besi/ml. Dosis berdasarkan :
Kebutuhan besi (mg) = (15-Hb sekarang) x BB(Kg) x 3
TATALAKSANA ANEMIA
ANEMIA PENYAKIT KRONIS
• Jika penyakit dasar dapat diobati dengan baik, anemia akan sembuh
dengan sendirinya.
• Anemia tidak memberi respons pada pemberian besi, asam folat, atau
vitamin B 12.
• Transfusi jarang diperlukan karena derajat annemia ringan.
• Sekarang pemberian eritropoetin terbukti dapat menaikkan hemoglobin
tetapi harus diberikan terus menerus.
TATALAKSANA ANEMIA
ANEMIA SIDEROBLASTIK
• Terapi untuk anemia sideroblastik herediter bersifat simtomatik dengan
transfusi darah
• Pemberian vitamin B 6 dapat dicoba karena sebagian kecil penderita re
sponsif terhadap peridoksin.
TATALAKSANA ANEMIA
ANEMIA MEGALOBLASTIK
• Asam folat, diberikan 5 mg/hari per oral selama 4 bulan atau parenteral dan
vitamin C 200 mg/hari.
• Vitamin B12 (bila pemberian terapi asam folat gagal) 15-30 µgi, diberikan
3 -5 kali/minggu sampai Hb normal, ppada anak besar dapat diberikan
100 µg. Bila perlu diteruskan pemberian vitamin B12 tiap bulan.
TATALAKSANA ANEMIA
• Transfusi darah bila terdapat indikasi: gagal jantung yang mengancam,
menghadapi tindakan operatif  darah lengkap dosis 10-20 ml/KgBB/hari
PRC pada penderita tanpa perdarahan, whole blood bila ada kehilangan
volume darah, dosis disesuaikan banyaknya darah yang hilang.
• Respons terhadap terapi: retikulosit mulai naik hari 2 -3 dengan puncak pad
a hari 7 – 8. Hb harus naik 2 – 3 g/dL tiap minggu.
ANEMIA MEGALOBLASTIK
TATALAKSANA ANEMIA
ANEMIA HEMOLITIK AUTOIMUN
• Glukokortikoid : prednison 40 mg/m2 luuas permukaan tubuh (LPT)/hari.
• Splenektomi,jika tidak berespon dengan pemberian glukokortikoid.
• Imunosupresif : pada kasus gagal steroid dan tidak memungkinkan splenektomi. Obat imunosupresif di
berikan selama 6 bulan, kemudian tappering off, biasanya dikombinasi dengan Prednison 40 mg/m2 .
dosis prednison diturunkan bertahap dalam waktu 3 bulan.
• Azatioprin : 80mg/m2/hari
• Siklofosfamid : 60 – 75 mg/m2/hari
• Obati penyakit dasar : SLE, infeksi, malaria, keganasan.
• Stop obat-obatan yang diduga menjadi penyebab
TATALAKSANA ANEMIA
ANEMIA HEMOLITIK AUTOIMUN
• Transfusi berkala, pertahankan Hb 10 gr%
• Desferal untuk mencegah penumpukan besi. Diberikan bila serum Feritin
mencapai 1000 µg/dL/ setelah transfusi ke 12. Dosis inisial 20 mg/KgBB,
diberikan 8 – 12 jam infus SC di anterior abddomen, selama 5 hari/minggu.
Diberkan bersamaan dengan vitamin C oral 100 – 200 mg untuk meningkatkan
ekskresi Fe. Pada keadaan penumpukan Fe berat terutama disertai dengan ko
mplikasi jantung dan endokrin, deferoxamine diberikan 50 mg/KgBB secara infu
se kontinue IV.
TATALAKSANA ANEMIA
ANEMIA HEMOLITIK AUTOIMUN
• Terapi kausal
• Terapi suportif
• Terapi perbaikan sumsum tulang :
• Oksimetolon diberikan dlam dosis 2 -3 mg/KgBB/hari. Efek terapi tampak setelah 6 –
12 minggu
• Rh GM-CSF (rekombinan Human Granulocyte-Macrophage Colony Stimulating Fact
or)
• Kortikosteroid : prednison 1 -2 mg/KgBB/hari diberikan maksimum 3 bulan. Atau ada
yang memberikan 60 – 100 mg/hari,
TATALAKSANA ANEMIA
ANEMIA HEMOLITIK AUTOIMUN
Terapi definitif :
• ATG (anti Thymocyte Globulin)
Dosis 10 – 20 mg /KgBB/hari, diberikan selama 4 – 6 jam dalam larutan NaCl
dengan filter selama 8 – 14 hari. Untuk mencegah serum sickness, diberikkan
Prednison 40mg/m2/hari selama 2 minggu, kemudian dilakukan tappering off
• Cyclosporin A
Dosis 3 – 7 mg/KgBB/hari dalam 2 dosis, penyesuaian dosis dilakukan setiap
mingggu untuk mempertahankan kadar dalam darah 400-800 mg/ml.
• Transplantasi sumsum tulang
PROGNOSIS
• Prognosis baik bila penyebab anemianya hanya karena kekurangan besi saja
dan diketahui penyebabnya serta kemudian dilakukan penanganan yang
adekuat.
• Pada anemia aplastik, prognosis tergantung pada tingkatan hipoplasia, makin
berat prognosis semakin jelek, pada umumnya penderita meninggal karena
infeksi, perdaraham atau akibat dari komplikasi transfusi.
KESIMPULAN
• Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di klinik di seluruh dunia
• Secara fungsional, anemia diartikan sebagai penurunan jumlah eritrosit sehingga eritrosit
tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup
ke jaringan.
• Anemia dapat diklasifikasikan berberdasarkan etiologi ataupun ukuran dari eritrosit.
• Pendekatan diagnosis anemia sangat penting, karena tatalaksana yang diberikan pada
anemia akan sangat bergantung dengan diagnosis yang telah ditegakkan.
• Prognosis baik bila penyebab anemianya hanya karena kekurangan besi saja dan
diketahui penyebabnya serta kemudian dilakukan penanganan yang adekuat
Thank you
-dr. Salman Paris Harahap Sp.PD-

More Related Content

What's hot

Nefrotik vs nefritik
Nefrotik vs nefritikNefrotik vs nefritik
Nefrotik vs nefritik
Gilang Rizki Al Farizi
 
Abses hati
Abses hatiAbses hati
Abses hati
Phil Adit R
 
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter IndonesiaStandar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
Dayu Agung Dewi Sawitri
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisyudhasetya01
 
Demam tifoid
Demam tifoidDemam tifoid
Demam tifoid
Muhammad Munandar
 
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusOrkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Aris Rahmanda
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Syscha Lumempouw
 
Peradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengahPeradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengahYohanita Tengku
 
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosisSkenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Syscha Lumempouw
 
Metabolisme bilirubin
Metabolisme bilirubinMetabolisme bilirubin
Metabolisme bilirubin
Sahrial Mantovanie
 
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAIPenatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Seascape Surveys
 
Buku saku tatalaksana kasus Malaria
Buku saku tatalaksana kasus MalariaBuku saku tatalaksana kasus Malaria
Buku saku tatalaksana kasus Malaria
hersu12345
 
Artritis reumatoid
Artritis reumatoidArtritis reumatoid
Artritis reumatoid
fikri asyura
 
Case OMSK
Case OMSKCase OMSK
Case OMSK
Teo Wijaya
 
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorLaporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
azmiarraga
 
PPT ANEMIA
PPT ANEMIAPPT ANEMIA
PPT ANEMIA
andalizah
 
Anemia Defisiensi Besi
Anemia Defisiensi BesiAnemia Defisiensi Besi
Anemia Defisiensi BesiImron Rosyadi
 
Overview syok
Overview syokOverview syok

What's hot (20)

Nefrotik vs nefritik
Nefrotik vs nefritikNefrotik vs nefritik
Nefrotik vs nefritik
 
Abses hati
Abses hatiAbses hati
Abses hati
 
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter IndonesiaStandar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
 
Demam tifoid
Demam tifoidDemam tifoid
Demam tifoid
 
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusOrkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
 
Peradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengahPeradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengah
 
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosisSkenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
 
Metabolisme bilirubin
Metabolisme bilirubinMetabolisme bilirubin
Metabolisme bilirubin
 
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAIPenatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
 
Buku saku tatalaksana kasus Malaria
Buku saku tatalaksana kasus MalariaBuku saku tatalaksana kasus Malaria
Buku saku tatalaksana kasus Malaria
 
Aki
AkiAki
Aki
 
Artritis reumatoid
Artritis reumatoidArtritis reumatoid
Artritis reumatoid
 
Case OMSK
Case OMSKCase OMSK
Case OMSK
 
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorLaporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
 
PPT ANEMIA
PPT ANEMIAPPT ANEMIA
PPT ANEMIA
 
Rhinitis alergi
Rhinitis alergi Rhinitis alergi
Rhinitis alergi
 
Anemia Defisiensi Besi
Anemia Defisiensi BesiAnemia Defisiensi Besi
Anemia Defisiensi Besi
 
Overview syok
Overview syokOverview syok
Overview syok
 

Similar to ANEMIA-INTRODUCTION.pptx

anemia.pptx
anemia.pptxanemia.pptx
anemia.pptx
VergaKusumananda
 
4. anemia
4. anemia4. anemia
4. anemia
Igit1
 
ANEMIA KELOMPOK 4 (1).pptx
ANEMIA KELOMPOK 4 (1).pptxANEMIA KELOMPOK 4 (1).pptx
ANEMIA KELOMPOK 4 (1).pptx
SitiNurAsiahmuminin
 
kasusanemia-170326130659 (1).pptx
kasusanemia-170326130659 (1).pptxkasusanemia-170326130659 (1).pptx
kasusanemia-170326130659 (1).pptx
PutriAzzahra47
 
askep anemia.pptx
askep anemia.pptxaskep anemia.pptx
askep anemia.pptx
PutriRezkia2
 
Hematopoiesis & Klasifikasi Anemia
Hematopoiesis & Klasifikasi AnemiaHematopoiesis & Klasifikasi Anemia
Hematopoiesis & Klasifikasi Anemia
Mauli Ardhiya
 
Diagnpsis dan penanggulangan GGK_ISK_Urolitiasi.pptx
Diagnpsis dan penanggulangan GGK_ISK_Urolitiasi.pptxDiagnpsis dan penanggulangan GGK_ISK_Urolitiasi.pptx
Diagnpsis dan penanggulangan GGK_ISK_Urolitiasi.pptx
IrfanNersMaulana
 
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
retno915824
 
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
Ayu Rahayu
 
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT
eric214073
 
GANGGUAN HAEMOPOIETIK
GANGGUAN HAEMOPOIETIKGANGGUAN HAEMOPOIETIK
GANGGUAN HAEMOPOIETIK
Muhammad Nasrullah
 
Anemia dan transfusi darah sementara.pdf
Anemia dan transfusi darah sementara.pdfAnemia dan transfusi darah sementara.pdf
Anemia dan transfusi darah sementara.pdf
Syafira66
 
anemia-hemolitik-nonimun-revisi.pptx
anemia-hemolitik-nonimun-revisi.pptxanemia-hemolitik-nonimun-revisi.pptx
anemia-hemolitik-nonimun-revisi.pptx
SyahrulAdzim
 
Askep anemia
Askep anemiaAskep anemia
Askep anemia
Irfrans D' Rayyan
 
Askep anemia.doc
Askep anemia.docAskep anemia.doc
Askep anemia.doc
Sumadin1112
 
Askep anemia (repaired)
Askep anemia (repaired)Askep anemia (repaired)
Askep anemia (repaired)Sumadin1112
 
Askep anemia
Askep anemiaAskep anemia
Askep anemia
Sumadin1112
 
farmakoterapi pada pasien gangguan hati
farmakoterapi pada pasien gangguan hatifarmakoterapi pada pasien gangguan hati
farmakoterapi pada pasien gangguan hati
witanurma
 
Askep anak anemia
Askep anak anemiaAskep anak anemia
Askep anak anemiadejavu_21
 

Similar to ANEMIA-INTRODUCTION.pptx (20)

anemia.pptx
anemia.pptxanemia.pptx
anemia.pptx
 
4. anemia
4. anemia4. anemia
4. anemia
 
ANEMIA KELOMPOK 4 (1).pptx
ANEMIA KELOMPOK 4 (1).pptxANEMIA KELOMPOK 4 (1).pptx
ANEMIA KELOMPOK 4 (1).pptx
 
kasusanemia-170326130659 (1).pptx
kasusanemia-170326130659 (1).pptxkasusanemia-170326130659 (1).pptx
kasusanemia-170326130659 (1).pptx
 
askep anemia.pptx
askep anemia.pptxaskep anemia.pptx
askep anemia.pptx
 
Hematopoiesis & Klasifikasi Anemia
Hematopoiesis & Klasifikasi AnemiaHematopoiesis & Klasifikasi Anemia
Hematopoiesis & Klasifikasi Anemia
 
Diagnpsis dan penanggulangan GGK_ISK_Urolitiasi.pptx
Diagnpsis dan penanggulangan GGK_ISK_Urolitiasi.pptxDiagnpsis dan penanggulangan GGK_ISK_Urolitiasi.pptx
Diagnpsis dan penanggulangan GGK_ISK_Urolitiasi.pptx
 
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
 
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
 
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT
 
GANGGUAN HAEMOPOIETIK
GANGGUAN HAEMOPOIETIKGANGGUAN HAEMOPOIETIK
GANGGUAN HAEMOPOIETIK
 
Anemia dan transfusi darah sementara.pdf
Anemia dan transfusi darah sementara.pdfAnemia dan transfusi darah sementara.pdf
Anemia dan transfusi darah sementara.pdf
 
anemia-hemolitik-nonimun-revisi.pptx
anemia-hemolitik-nonimun-revisi.pptxanemia-hemolitik-nonimun-revisi.pptx
anemia-hemolitik-nonimun-revisi.pptx
 
Askep anemia
Askep anemiaAskep anemia
Askep anemia
 
Askep anemia.doc
Askep anemia.docAskep anemia.doc
Askep anemia.doc
 
Askep anemia (repaired)
Askep anemia (repaired)Askep anemia (repaired)
Askep anemia (repaired)
 
Askep anemia
Askep anemiaAskep anemia
Askep anemia
 
farmakoterapi pada pasien gangguan hati
farmakoterapi pada pasien gangguan hatifarmakoterapi pada pasien gangguan hati
farmakoterapi pada pasien gangguan hati
 
Askep anak anemia
Askep anak anemiaAskep anak anemia
Askep anak anemia
 
Askep anak anemia
Askep anak anemiaAskep anak anemia
Askep anak anemia
 

Recently uploaded

813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
RinawatiRinawati10
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
heridawesty4
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
muhammadyudiyanto55
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
johan199969
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
AgusRahmat39
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
TarkaTarka
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 

Recently uploaded (20)

813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 

ANEMIA-INTRODUCTION.pptx

  • 1. ANEMIA dr. Salman Paris Harahap Sp.PD DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL CIPTOMANGUNKUSUMO
  • 2. DEFINISI ANEMIA Populasi Non anemia Anemia Ringan Sedang Berat Anak usia 6-59 bulan ≥ 11.0 10.0-10.9 7.0-9.9 < 7.0 Anak usia 5-11 tahun ≥11.5 11.0-11.4 8.0-10.9 <8.0 Anak usia 12-14 tahun ≥12.0 11.0-11.4 8.0-10.9 <8.0 Wanita usia ≥ 15 tahun (tidak hamil) ≥12.0 11.0-11.9 8.0-10.9 <8.0 Wanita hamil ≥11.0 10.0-10.9 7.0-9.9 <7.0 Laki-laki uisa ≥ 15 tahun ≥13.0 11.0-12.9 8.0-10.9 <8.0 Secara fungsional, anemia diartikan sebagai penurunan jumlah eritrosit sehingga eritrosit tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan Tabel 1.1 Kadar Hemoglobin untuk diagnosis anemia (mg/l)
  • 3. EPIDEMIOLOGI Berdasarkan data WHO sejak tahun 1993 hingga 2005, anemia diderita oleh 1,62 milyar orang di dunia. Prevalensi tertinggi terjadi pada anak usia belum sekolah, dan prevalensi terendah pada laki-laki dewasa.
  • 4. EPIDEMIOLOGI ANEMIA WANITA HAMIL 41,6% WANITA DEWASA TIDAK HAMIL 33 % ANEMIA PADA WANITA Indonesia, sekitar 44,5% populasi diperkirakan mengalami anemia dengan kadar Hb <11,0 g/dl, sehingga Indonesia masuk ke dalam kategori berat dalam prevalensi anemia 47,7% ANAK USIA BELUM SEKOLAH 58% WARGA ASIA ANEMIA
  • 5. FISIOLOGI ERITROSIT • 1 mililiter darah = 5 milyar eritrosit (secara klinis ± 5 juta/mm3) • Bentuk bikonkaf • Hemoglobin • Heme (mengandung besi dan mengikat oksigen ) • Globin (4 rantai polipeptida)
  • 6. Kapiler darah Selama perkembangan intra uterus, eritrosit mula-mula dibentuk oleh yolk sac dan kemudian oleh hati dan limpa, sampai sumsum tulang terbentuk dan mengambil alih produksi eritrosit secara eksklusif. Pada anak-anak, sebagian besar tulang terisi oleh sumsum tulang merah yang mampu memproduksi sel darah FISIOLOGI ERITROSIT
  • 7. FISIOLOGI ERITROSIT Regulasi pembentukan eritrosit oleh EPO yang disintesis oleh ginjal Pada saat kehilangan eritrosit berlebihan (perdarahan/ hemolisis) laju eritropoiesis dapat meningkat 6 kali lipat
  • 8. FISIOLOGI ERITROSIT • Eritrosit akan bertahan selama ± 120 hari • Sebagian besar eritrosist dihancurkan di limpa • Heme akan dipecah menjadi bilirubin dan besi yang akan digunakan kembali
  • 11. MANIFESTASI KLINIS ANEMIA GEJALA UMUM : • lemah, lesu, cepat lelah • Telinga mendenging (tinnitus) • Mata berkunang – kunang, • Kaki terasa dingin • Sesak napas GEJALA KHAS : • Def.Fe : disfagia, atrotrofi papil lidah, stomatitis angularis, koilonicia • Mengaloblastik : glositis, gg neurologi pada def.b12 • Hemolisis : Ikterus, splenomegaly, hepatomegaly • Aplastik : Perdarahan dan tanda-ta nda infeksi GEJALA PENYAKIT DASAR : Gejala yang timbul akibat penyakit dasar, contoh : • anemia akibat infeksi cacing tambang: keluh an sakit perut, pembengkakan parotis dan warna kuning pada telapak tangan.
  • 12. ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI ANEMIA BERDASARKAN ETIOPATOGENESIS
  • 14. KLASIFIKASI ANEMIA BERDASARKAN MORFOLOGI DAN ETIOLOGI • NOTE : • Anemia hipokromik mikrositer bila MCV<80fl dan MCH <27pg • Anemia normokromik normositer bila MCV 80-95 fl dan MCH 27-34 pg • Anemia makrositer bila MVC > 95 fl
  • 15. PATOFISIOLOGI ANEMIA ANEMIA DEFISIENSI BESI ANEMIA DEFISIENSI BESI KEKURANGAN ASUPAN BESI KEHILANGAN BESI KEBUTUHAN BESI MENINGKAT • Diet tidak adekuat • Gangguan penyerapan besi • Perdarahan saluran cerna • Perdarahan saluran kemih • Hemogobinuria • Infeksi cacing tambang • Gg. Hemostasis • Bayi premature • Anak dalam pertumbuhan • Ibu hamil dan menyusui
  • 16. TAHAPAN ANEMIA DEFISIENSI BESI ANEMIA DEFISIENSI BESI DEPLESI BESI DEFISIENSI BESI ANEMIA DEFISIENSI BESI Penurunan cadangan besi, tapi eritropoiesis tidak terganggu Cadangan besi dalam tubuh kosong, tapi belum terjadi anemia Hemoglobin menurun diikuti penurunan jumlah eritrosit
  • 17. PATOFISIOLOGI ANEMIA ANEMIA PENYAKIT KRONIS PATOGENESIS ANEMIA PENYAKIT KRONIS : • Ketahanan hidup eritrosit yang memendek akibat terjadinya lisis eritrosit • Adanya respon sumsum tulang akibat respon eritropoetin yang terganggu atau menurun • Gangguan metabolisme berupa gangguan reutilisasi besi
  • 18. PATOFISIOLOGI ANEMIA ANEMIA PENYAKIT KRONIS INFLAMASI Sitokin pro-inflamasi (Tumor Necrotizing F actor (TNF)-α, Interle ukin (IL)-1, IL- 6 dan IL-8.) IL 1 : Absorbsi besi Berkurang dan menekan eritropoesis IL 6 : Menghambat pembebasan cadangan besi jaringan ke darah  hipoferemia TNF-α : Menekan eritropoesis den gan menghambat EPO
  • 19. PATOFISIOLOGI ANEMIA ANEMIA MEGALOBLASTIK DEFISIENSI KOBALAMIN Defisiensi metionin intrasel Menghambat pembentukan folat tereduksi Berkurangnya precursor timidilat Terganggunya sintesis DNA Terganggunya perubahan propionate menjadi suksinil CoA Gangguan sintesis myelin Gejala neurologis (+)
  • 20. PATOFISIOLOGI ANEMIA ANEMIA MEGALOBLASTIK DEFISIENSI FOLAT Penurunan tetrahidrofolat (koenzim aktif) Sintesis tidmidilat terganggu Gangguan sintesis DNA Produksi hemoglobin sitoplasmik dll berlebih Berkurangnya sintesis DNA tidak menghalangi sintesis RNA DNA sedikit, RNA berlebih Sel menjadi besar
  • 21. PATOFISIOLOGI ANEMIA ANEMIA HEMOLITIK Peningkatan destruksi eritrosit yang melebihi kemampuan kompensasi eritropoiesis sumsum tulang ANEMIA HEMOLITIK HEREDITER/ INTRINSIK DIDAPAT/ EKSTRINSIK • Enzimopati • Hemoglobinopati • Membranopati • Anemia hemolitik imun • Mikroangiopati • Infeksi
  • 22. PATOFISIOLOGI ANEMIA ANEMIA HEMOLITIK Hemolisis ekstravaskular Hemolisis intravascular Eritrosit dihancurkan dalam system retikuloendotelial Eritrosit dihancurkan dalam sirkulasi darah  hb bebas di plasma Berikatan dengan haptoglobin Filtrasi ginjal Sebagian direabsorbsi dan dalam tubulus ginjal hb pecah dan terdeposit sebagai hemosiderin
  • 23. PATOFISIOLOGI ANEMIA ANEMIA APLASTIK Pansitopenia disertai hipoplasia / aplasia sumsum tulang tanpa adanya penyakit primer yang mensupresi atau menginfiltrasi jaringan hematopoietik. ANEMIA APLASTIK DIDAPAT HEREDITER • Zat fisika atau kimia • Infeksi virus • Infeksi mycobacteri um • Idiopatik • Sindrom fanconi
  • 24. PATOFISIOLOGI ANEMIA ANEMIA APLASTIK Aktivasi T sitotoksik . Sel T tersebut akan menghasilkan interferon gamma (IFN-γ) dan tumor necrosis factor (TNF) yang bersifat menginhibisi langsung sel-sel hematopoietik Supresi hematopoietik oleh IFN-γ dan TNF juga merangsang reseptor Fas pada sel hematopoietik CD34 sehingga menghasilkan 3 proses : • Perangsangan reseptor Fas akan menginduksi terjadinya apoptosis. • Terjadi induksi produksi nitric oxide synthetase dan nitrit oksida oleh sumsum tulang sehingga terjadi sitoto ksisitas yang diperantarai system imun. • Perangsang reseptor Fas akan mengaktivasi jalur intraseluler yang menyebabkan penghentian siklus sel.
  • 29. TATALAKSANA ANEMIA ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI • Terapi kausal • Terapi preparat besi oral : • Untuk mendapatkan respon pengobatan dosis besi yang dipakai 4 -6 mg/KgBB/hari • Preparat pilihan ferrous sulfat 3 x 200 mg • Terapi besi parenteral : • Preparat yang sering digunakan adalah dekstran besi. Larutan ini mengandung 50 mg besi/ml. Dosis berdasarkan : Kebutuhan besi (mg) = (15-Hb sekarang) x BB(Kg) x 3
  • 30. TATALAKSANA ANEMIA ANEMIA PENYAKIT KRONIS • Jika penyakit dasar dapat diobati dengan baik, anemia akan sembuh dengan sendirinya. • Anemia tidak memberi respons pada pemberian besi, asam folat, atau vitamin B 12. • Transfusi jarang diperlukan karena derajat annemia ringan. • Sekarang pemberian eritropoetin terbukti dapat menaikkan hemoglobin tetapi harus diberikan terus menerus.
  • 31. TATALAKSANA ANEMIA ANEMIA SIDEROBLASTIK • Terapi untuk anemia sideroblastik herediter bersifat simtomatik dengan transfusi darah • Pemberian vitamin B 6 dapat dicoba karena sebagian kecil penderita re sponsif terhadap peridoksin.
  • 32. TATALAKSANA ANEMIA ANEMIA MEGALOBLASTIK • Asam folat, diberikan 5 mg/hari per oral selama 4 bulan atau parenteral dan vitamin C 200 mg/hari. • Vitamin B12 (bila pemberian terapi asam folat gagal) 15-30 µgi, diberikan 3 -5 kali/minggu sampai Hb normal, ppada anak besar dapat diberikan 100 µg. Bila perlu diteruskan pemberian vitamin B12 tiap bulan.
  • 33. TATALAKSANA ANEMIA • Transfusi darah bila terdapat indikasi: gagal jantung yang mengancam, menghadapi tindakan operatif  darah lengkap dosis 10-20 ml/KgBB/hari PRC pada penderita tanpa perdarahan, whole blood bila ada kehilangan volume darah, dosis disesuaikan banyaknya darah yang hilang. • Respons terhadap terapi: retikulosit mulai naik hari 2 -3 dengan puncak pad a hari 7 – 8. Hb harus naik 2 – 3 g/dL tiap minggu. ANEMIA MEGALOBLASTIK
  • 34. TATALAKSANA ANEMIA ANEMIA HEMOLITIK AUTOIMUN • Glukokortikoid : prednison 40 mg/m2 luuas permukaan tubuh (LPT)/hari. • Splenektomi,jika tidak berespon dengan pemberian glukokortikoid. • Imunosupresif : pada kasus gagal steroid dan tidak memungkinkan splenektomi. Obat imunosupresif di berikan selama 6 bulan, kemudian tappering off, biasanya dikombinasi dengan Prednison 40 mg/m2 . dosis prednison diturunkan bertahap dalam waktu 3 bulan. • Azatioprin : 80mg/m2/hari • Siklofosfamid : 60 – 75 mg/m2/hari • Obati penyakit dasar : SLE, infeksi, malaria, keganasan. • Stop obat-obatan yang diduga menjadi penyebab
  • 35. TATALAKSANA ANEMIA ANEMIA HEMOLITIK AUTOIMUN • Transfusi berkala, pertahankan Hb 10 gr% • Desferal untuk mencegah penumpukan besi. Diberikan bila serum Feritin mencapai 1000 µg/dL/ setelah transfusi ke 12. Dosis inisial 20 mg/KgBB, diberikan 8 – 12 jam infus SC di anterior abddomen, selama 5 hari/minggu. Diberkan bersamaan dengan vitamin C oral 100 – 200 mg untuk meningkatkan ekskresi Fe. Pada keadaan penumpukan Fe berat terutama disertai dengan ko mplikasi jantung dan endokrin, deferoxamine diberikan 50 mg/KgBB secara infu se kontinue IV.
  • 36. TATALAKSANA ANEMIA ANEMIA HEMOLITIK AUTOIMUN • Terapi kausal • Terapi suportif • Terapi perbaikan sumsum tulang : • Oksimetolon diberikan dlam dosis 2 -3 mg/KgBB/hari. Efek terapi tampak setelah 6 – 12 minggu • Rh GM-CSF (rekombinan Human Granulocyte-Macrophage Colony Stimulating Fact or) • Kortikosteroid : prednison 1 -2 mg/KgBB/hari diberikan maksimum 3 bulan. Atau ada yang memberikan 60 – 100 mg/hari,
  • 37. TATALAKSANA ANEMIA ANEMIA HEMOLITIK AUTOIMUN Terapi definitif : • ATG (anti Thymocyte Globulin) Dosis 10 – 20 mg /KgBB/hari, diberikan selama 4 – 6 jam dalam larutan NaCl dengan filter selama 8 – 14 hari. Untuk mencegah serum sickness, diberikkan Prednison 40mg/m2/hari selama 2 minggu, kemudian dilakukan tappering off • Cyclosporin A Dosis 3 – 7 mg/KgBB/hari dalam 2 dosis, penyesuaian dosis dilakukan setiap mingggu untuk mempertahankan kadar dalam darah 400-800 mg/ml. • Transplantasi sumsum tulang
  • 38. PROGNOSIS • Prognosis baik bila penyebab anemianya hanya karena kekurangan besi saja dan diketahui penyebabnya serta kemudian dilakukan penanganan yang adekuat. • Pada anemia aplastik, prognosis tergantung pada tingkatan hipoplasia, makin berat prognosis semakin jelek, pada umumnya penderita meninggal karena infeksi, perdaraham atau akibat dari komplikasi transfusi.
  • 39. KESIMPULAN • Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di klinik di seluruh dunia • Secara fungsional, anemia diartikan sebagai penurunan jumlah eritrosit sehingga eritrosit tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan. • Anemia dapat diklasifikasikan berberdasarkan etiologi ataupun ukuran dari eritrosit. • Pendekatan diagnosis anemia sangat penting, karena tatalaksana yang diberikan pada anemia akan sangat bergantung dengan diagnosis yang telah ditegakkan. • Prognosis baik bila penyebab anemianya hanya karena kekurangan besi saja dan diketahui penyebabnya serta kemudian dilakukan penanganan yang adekuat
  • 40. Thank you -dr. Salman Paris Harahap Sp.PD-