SlideShare a Scribd company logo
1 of 60
KERATITIS
DEFINISI
Keratitis adalah peradangan pada kornea mata.
Termasukpenyakit Mata merah, Penglihatan
turun mendadak.
EPIDEMIOLOGI
Menurut Murillo-Lopez (2006), Sekitar 25.000
orang Amerika terkena keratitis bakteri per
tahun. Kejadian keratitis bakteri bervariasi,
dengan lebih sedikit pada negara-negara
industri yang secara signifikan lebih sedikit
memiliki jumlah pengguna lensa kontak, dan
karena itu, secara signifikan lebih sedikit yang
berkaitan dengan infeksi lensa kontak.
ETIOLOGI
- Virus
- Bakteri
- Jamur
- paparan sinar ultraviolet seperti sinar matahari
atau sunlam ps . Hubungan ke sumber cahaya yang
kuat lainnya seperti pengelasan busur
- Iritasi dari penggunaan berlebihan lensa kontak.
- Mata kering yang disebabkan oleh kelopak mata
robek atau tidak cukupnya pembentukan air mata
- Adanya benda asing di mata
- Reaksi terhadap obat tetes mata, kosmetik, polusi,
atau partikel udara seperti debu, serbuk sari,
jamur, atau ragi
- Efek samping obat tertentu
KLASIFIKASI B’DSRKAN
LAPISAN
KLASIFIKASI B’DSRKAN
PENYEBAB
KLASIFIKASI YG LAIN
PEMBAHASAN
1. KERATITIS PUNGTATA
Keratitis yang terkumpul di daerah Bowman,
dengan infiltrat berbentuk bercak-bercak
halus.
a. Keratitis pungtata superfisial memberikan
gambaran seperti infiltrat halus bertitik-titik
pada permukaan kornea. Merupakan cacat
halus kornea superfisial dan hijau bila diwarnai
fluoresein.
Keratitis pungtata. . .
b. Keratitis pungtata subepitel
Keratitis yang terkumpul di daerah membran
Bowman.
KERATITIS PUNGTATA
KERATITIS PUNGTATA
KERATITIS PUNGTATA
2.KERATITIS MARGINAL
 Keratitis marginal merupakan infiltrat yang
tertimbun pada tepi kornea sejajar dengan
limbus.
 Penyakit infeksi lokal konjungtiva dapat
menyebabkan keratitis kataral atau keratitis
marginal ini. Keratitis marginal kataral
biasanya terdapat pada pasien setengah umur
dengan adanya blefarokonjungtivitis.
KERATITIS MARGINAL
KERATITIS MARGINAL
KERATITIS INTERSTITIAL
 Keratitis interstitial(KI) adalah kondisi serius
dimana masuknya pembuluh darah ke dalam
kornea dan dapat menyebabkan hilangnya
transparansi kornea. KI dapat berlanjut
menjadi kebutaan.
 Sifilis adalah penyebab paling sering dari KI
(Health Central, 2009). Sehingga disebutkan
juga oleh Majmudar (2007), bahwa KI adalah
sinonim dari penyakit sifilis.
KERATITIS INTERTITIAL
KERATITIS INTERTITIAL
KLASIFIKASI B’DSRKAN
PENYEBAB
KERATITIS BAKTERI
Setiap faktor atau agen yang menciptakan kerusakan pada
epitel kornea adalah potensi penyebab atau faktor risiko
bakteri keratitis.
 Penggunaan lensa kontak, terutama perpanjangan memakai
lensa kontak.
 Penurunan kekebalan pertahanan sekunder untuk malnutrisi,
alkoholisme, dan diabetes (Moraxella).
 Kekurangan air mata.
 Penyakit baru kornea (termasuk keratitis herpes dan
sekunder neurotrophic keratopathy).
 Perubahan struktural atau malposition dari kelopak mata
(termasuk entropion dengan trichiasis dan lagophthalmos).
 Kronis Dakriosistitis.
 Penggunaan kortikosteroid topikal (Murillo-Lopez, 2006).
Pengaktifan
komplemen
↑permeabilitas
vaskular+faktor
kemotaktic neutrofil
Nautrofil msk ke
kornea melepaskan
enzim
proteolitik&kolagenoliti
k, metabolit 02 dan zat
pro inflamasi(PAF,
leukotrins,prostalglandi
n)
Limbus
konjungtiva
meradang
menghasilakn
kolagenase
Degradasi Stroma Kornea &
disolusi
Bakteri,virus,f
ungi,parasit
MANIFESTASI KLINIS
 Pasien dengan bakteri keratitis biasanya
mengeluh onset cepat sakit, ketakutan
dipotret, dan penurunan penglihatan. Sangat
penting untuk mendokumentasikan sistemik
dan sejarah okular yang lengkap pada pasien
tersebut untuk mengidentifikasi faktor-faktor
risiko potensial yang akan membuat mereka
rentan untuk mengembangkan infeksi ini
(Murillo-Lopez, 2006).
Px KERATITIS BAKTERI
1. Usapan dari ulkus kornea, cat gram, giemsa
2. Di budayakan pada agar Sabouraud
TX KERATITIS BAKTERI
 Gram (-)
 Tobramisin 14 mg/ml, 1 tts/jam dlm24 jm1st
 Gentamisin
 Polimiksin
 Gram (+)
 Cefazolin 50 mg/ml, 1 tts/jam dlm24 jm1st
 Vancomyxin
 Basitrasin
Tx KERATITIS BAKTERI
Kortikosteroid :
-stlh antimikroba mengontrol proliferasi mikroba
atw menunjukkan perbaikan
-penghentian bertahap
Prednisolone asetat 1% 1tts awal
KERATITIS HERPES SIMPLEK
 Virus herpes simpleks menempati manusia sebagai
host, merupakan parasit intraselular obligat, dapat
ditemukan pada mukosa, rongga hidung, rongga
mulut, vagina dan mata.
 Penularan dapat terjadi melalui kontak dengan
cairan dan jaringan mata, rongga hidung, mulut, alat
kelamin yang mengandung virus. Selain dengan
tangan penderita, tangan dokter dapat memindahkan
virus ini dari pasien yang satu ke pasien yang lain.
 Keratitis herpes simpleks dapat terjadi sepanjang
tahun. Kasus pada laki-laki kurang lebih dua kali
perempuan, (laki-laki:perempuan, 2:1) masa inkubasi
2 hari hingga 2 minggu (llyas e t. al. ,2002).
Patofisiologi
 Keratitis herpes simpleks dibagi dalam 2 bentuk :
 Pada Epitelial, kerusakan terjadi akibat pembiakan
virus intraepitelial, mengakibatkan kerusakan sel
epitel dan membentuk tukak kornea superfisial.
 Pada Stromal, terjadi reaksi imunologik tubuh
terhadap virus yang menyerang yaitu reaksi antigen-
antibodi yang menarik sel radang ke dalam stroma.
Sel radang ini mengeluarkan bahan proteolitik untuk
merusak virus tetapi juga akan merusak stroma di
sekitarnya. Hal ini penting untuk manajemen
pengobatan pada yang epitelial, ditujukan pada
virusnya sedang pada stromal ditujukan untuk
menyerang virus dan reaksi radangnya (llyas e t.
al.,2002).
MANIFESTASI KLINIK
Pasien dengan HSV keratitis mungkin mengeluh
berikut:
 Sakit
 Fotofobia
 Penglihatan kabur
 Te aring (mata berair)
 Kemerahan (Wang & Ritterband, 2009).
MANIFESTASI KLINIK
 Infeksi primer herpes simpleks pada mata
biasanya berupa konjungtivitis folikularis akuta
disertai blefaritis vesikuler yang ulseratif, serta
pembengkakan kelenjar limfe regional.
Kebanyakan penderita juga disertai keratitis
epitelial dan dapat mengenai stroma tetapi
jarang. Pada dasarnya infeksi primer ini dapat
sembuh sendiri, akan tetapi pada keadaan
tertentu di mana daya tahan tubuh sangat
lemah akan menjadi parah dan menyerang
stroma (llyas e t. al.,2002).
HERPES SIMPLEK
DIAGNOSIS
 Usapan epitel dengan Giemsa multinuklear noda dapat
menunjukkan sel-sel raksasa, yang dihasilkan dari perpaduan dari
sel-sel epitel kornea yang terinfeksi dan virus intranuclear inklusi.
Namun, hasil sitologi negatif tidak mengecualikan infeksi HSV.
 Pembudayaan viral yang diperoleh dalam waktu beberapa hari dari
onset penyakit dan sebelum terapi antivirus memiliki kepekaan
hingga 70% dan juga memungkinkan untuk identifikasi subtipe
HSV.
 Tes deteksi antigen HSV, seperti enzim-linked diinduksi virus
system (Elvis
 Po lym e rase chain re actio n menggunakan sampel air mata, kornea
epitel, ruang anterior tekan, atau tombol kornea dapat mendeteksi
DNA virus dalam kasus-kasus herpes keratitis atau keratouveitis.
Namun, itu tidak membedakan antara laten atau infeksi HSV aktif
(Wang & Ritterband, 2009).
TX HERPES SIMPLEK
 IDU(Idoxuridine) analog pirimidin (terdapat dalam
larutan 1% dan diberikan setiap jam; salep 0,5%
diberikan setiap 4 jam)
 Vibrabin: sama dengan IDU tetapi hanya terdapat
dalam bentuk salep
 Trifluorotimetidin (TFT): sama dengan IDU,
diberikan 1% setiap 4 jam
 Asiklovir: dalam bentuk salep 3%, diberikan
setiap 4 jam (Ilyas, 2009).
KERATITIS FUNGAL
 insiden jamur keratitis telah meningkat selama
30 tahun terakhir. Terjadinya peningkatan ini
jamur keratitis adalah hasil dari penggunaan
sering topikal kortikosteroid dan agen
antibakteri dalam mengobati pasien dengan
keratitis, kenaikan jumlah pasien yang
im m uno co m pro m ise d, dan teknik diagnostik
laboratorium yang lebih baik yang membantu
dalam diagnosis (Singh & Verma, 2008).
ETIOLOGI KERATITIS
FUNGAL
 Aspe rg illus spesies adalah yang paling umum
jamur keratitis mengisolasi di seluruh dunia.
Rangkaian besar jamur keratitis dari India
melaporkan bahwa Aspe rg illus spesies adalah
mengisolasi paling umum (27-64%), diikuti
oleh Fusarium (6-32%) dan Pe nicillium (2-
29%) spesies. Lebih sering terjadi pada laki-
laki dari pada wanita (Singh & Verma, 2008).
PATOFIS KERATITIS FUNGAL
 Organisme dapat menembus membran utuh
Descemet dan mendapatkan akses ke ruang
anterior atau posterior segmen. Mycotoxins
dan enzim proteolitik menambah kerusakan
jaringan.
 Fungi tidak dapat menembus epitel kornea
utuh dan tidak masuk kornea dari pembuluh
episcleral limbal.
MANIFES KERATITIS FUNGAL
 Sensasi benda asing
 Meningkatkan rasa sakit atau
ketidaknyamanan mata
 Tiba-tiba buram
 Mata merah yang tidak biasa
 Air mata berlebih dan sekret berlebih.
 Peningkatan kepekaan cahaya
PX FISIK KERATITIS FUNGAL
 Konjungtiva injeksi
 Epitel cacat
 Nanah
 Infiltrasi stroma
 Reaksi ruang anterior
 Hipopion
TX KERATITIS FUNGAL
 Polyenes termasuk natamycin, nistatin, dan
amfoterisin B.
 Azoles (imidazoles and triazoles) include
ketoconazole, miconazole, fluconazole,
itraconazole, econazole, and clotrimazole.
Azoles (imidazoles dan triazoles) termasuk
ketoconazole, Miconazole, flukonazol,
itraconazole, econazole, dan clotrimazole.
KERATITIS ALERGI
 Keratitis dengan pembentukan pita pembuluh
darah yang menjalar dari limbus ke arah
kornea. Biasanya berupa tukak kornea akibat
flikten yang menjalar ke daerah sentral disertai
fasikulus pembuluh darah (Ilyas, 2006).
ETIOLOGI KERATITIS ALERGI
 Reaksi hipersensitivitas tipe I yang mengenai
kedua mata, biasanya penderita sering
menunjukkan gejala alergi terhadap tepung
sari rumput-rumputan (Ilyas, 2006).
MANIFES KERATITIS ALERGI
1. Bentuk palpebra: co bble sto ne (pertumbuhan papil
yang besar), diliputi sekret mukoid.
2. Bentuk limbus: tantras do t (penonjolan berwarna abu-
abu, seperti lilin) (Ilyas, 2006).
 gatal
 ketakutan dipotret,
 sensasi benda asing,
 Berair dan
 blefarospasme.
 Okular tanda-tanda pada umumnya KKV terlihat di
kornea dan konjungtiva. Berbeda dengan
Keratokonjuntivitis Atopik (KKA), kulit kelopak mata
biasanya tidak terlibat (Majmudar, 2009).
TX KERATITIS ALERGI
 Te rapi:
1. Biasanya sembuh sendiri tanpa diobati.
2. Steroid topikal dan sistemik.
3. Kompres dingin.
4. Natrium propianat.
5. Natrium karbonat.
6. Obat vasokonstriktor.
7. Cro m o lyn so dium topikal.
8. Koagulasi krio CO2.
9. Pembedahan kecil (eksisi).
10. Antihistamin umumnya tidak efektif (Ilyas,
2006).
 Pada tanggal 9 September 2009 FDA(Food and Drug
Administration) telah menyetujui bepotastine besilate
1,5% larutan tetes mata (Be pre ve , Ista
Pharmaceuticals, Inc) untuk pengunaan dua kali
sehari sebagai pengobatan alergi gatal yang terkait
dengan konjungtivitis pada pasien umur 2 tahun atau
lebih.
 Persetujuan dari antagonis reseptor histamin H1
didasarkan terutama pada data dari 2 tahap ke-3
double blind, alergen tantangan studi konjungtiva (n =
237) menunjukkan bahwa penurunan secara signifikan
okular bepotastine gatal relatif terhadap penggunaan
kendaraan sendirian di 15 menit dan 8 jam postdose .
 -Kontraindikasi:soft lens
KERATITS SKLEROTIKAN
Keratitis yang disertai adanya filament mukoid
dan deskuamasi sel epitel pada permukaan
kornea. Penyebabnya tidak diketahui.
(Ilyas, 2006)
KERATITS SKLEROTIKAN
Manife stasi klinik
 - Rasa kelilipan
 - Sakit
 - Silau
 - Blefarospasme
 - Epifora
 - Mata merah
 - Terdapat defek epitel kornea
KERATITS SKLEROTIKAN
Pe ng o batan
 - Larutan hipotonik NaCl 5%
 - Air mata hipertonik
 - Mengangkat filament
 - Bila memungkinkan memasang lensa kontak
lembek. (Ilyas, 2006)
KERATITIS LAGOFTALMOS
 Keratitis lagoftalmos merupakan keratitis yang
terjadi akibat adanya lagoftalmos, yaitu suatu
keadaan dimana kelopak mata tidak dapat
menutup sempurna. (Ilyas, 2006)
KERATOKONJUNGTIVITIS
SIKA
Keratokonjuntivitis adalah suatu keadaan
keringnya permukaan kornea dan konjungtiva.
(Ilyas, 2006)
KERATOKONJUNGTIVITIS
SIKA
KERATITIA SKLEROTIKAN
Keratitis sklerotikan merupakan kekeruhan
pada kornea yang berbenuk segitiga yang
menyertai radang sclera atau skleritis. Sampai
saat ini tidak diketahui penyebabnya, namun
diduga karena terjadi perubahan susunan
serat kolagen yang menetap. (Ilyas, 2006)
KERATITIA SKLEROTIKAN
Pe nye bab
Penyebab keratitis sklerotikan tidak diketahui.
Namun diduga karena terjadi perubahan susunan
serat kolagen yang menetap. (Ilyas, 2006)
G am baran klinik
1. Kekeruhan kornea yang terlokalisasi dan
berbatas tegas unilateral
2. Kornea terlihat putih menyerupai sclera
KERATITIS
NUMMULER/DIMER
Keratitis dimer atau keratitis numularis
merupakan bentuk keratitis yang berjalan
lambat yang sering terdapat unilateral pada
petani sawah. (Ilyas, 2006)
KERATITIS NUMULARIS

More Related Content

What's hot

Status Dermatologikus
Status DermatologikusStatus Dermatologikus
Status Dermatologikuspeternugraha
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptSyscha Lumempouw
 
Pemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoresein
Pemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoreseinPemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoresein
Pemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoreseinprastika1
 
Amblyopia DNP
Amblyopia DNP Amblyopia DNP
Amblyopia DNP dewi_putri
 
Kaspan katarak senilis imatur
Kaspan   katarak senilis imaturKaspan   katarak senilis imatur
Kaspan katarak senilis imaturKarin Survival
 
SINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKSINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKPhil Adit R
 
1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi
1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi
1. tajam penglihatan dan kelainan refraksifikri asyura
 
Pembedahan pada mata
Pembedahan pada mataPembedahan pada mata
Pembedahan pada mataRizal_mz
 
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)fikri asyura
 
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAIPenatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAISeascape Surveys
 
Prurigo hebra
Prurigo hebraPrurigo hebra
Prurigo hebraKindal
 
Anatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi A
Anatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi AAnatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi A
Anatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi AAdhita Dwi Aryanti
 
Preskas ablasio retina revision
Preskas ablasio retina revision Preskas ablasio retina revision
Preskas ablasio retina revision nikeeenlrs
 
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI Suharti Wairagya
 

What's hot (20)

Gangguan lapang pandang by Gabriella
Gangguan lapang pandang by GabriellaGangguan lapang pandang by Gabriella
Gangguan lapang pandang by Gabriella
 
Status Dermatologikus
Status DermatologikusStatus Dermatologikus
Status Dermatologikus
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
 
Pemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoresein
Pemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoreseinPemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoresein
Pemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoresein
 
Amblyopia DNP
Amblyopia DNP Amblyopia DNP
Amblyopia DNP
 
Kaspan katarak senilis imatur
Kaspan   katarak senilis imaturKaspan   katarak senilis imatur
Kaspan katarak senilis imatur
 
Resusitasi cairan
Resusitasi cairanResusitasi cairan
Resusitasi cairan
 
SINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKSINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIK
 
1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi
1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi
1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi
 
Pembedahan pada mata
Pembedahan pada mataPembedahan pada mata
Pembedahan pada mata
 
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
 
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAIPenatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
Prurigo hebra
Prurigo hebraPrurigo hebra
Prurigo hebra
 
Preskas sindrom nefrotik
Preskas sindrom nefrotikPreskas sindrom nefrotik
Preskas sindrom nefrotik
 
Laporan kasus
Laporan kasusLaporan kasus
Laporan kasus
 
Anatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi A
Anatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi AAnatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi A
Anatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi A
 
Konjungtivitis
KonjungtivitisKonjungtivitis
Konjungtivitis
 
Preskas ablasio retina revision
Preskas ablasio retina revision Preskas ablasio retina revision
Preskas ablasio retina revision
 
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
 

Viewers also liked

keratititis pungtata e.c konjungtivitis
keratititis pungtata e.c konjungtivitiskeratititis pungtata e.c konjungtivitis
keratititis pungtata e.c konjungtivitisshesilia Agnesti
 
Matamerah konjuktivitis
Matamerah konjuktivitisMatamerah konjuktivitis
Matamerah konjuktivitisRizal_mz
 
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT UVEITIS MATA
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT UVEITIS MATAASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT UVEITIS MATA
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT UVEITIS MATAHEALCORP
 
Definisi dan klasifikasi konjungtivitis
Definisi dan klasifikasi konjungtivitisDefinisi dan klasifikasi konjungtivitis
Definisi dan klasifikasi konjungtivitisBrenda Panjaitan
 
Konjungtivitis
KonjungtivitisKonjungtivitis
Konjungtivitismateri-x2
 
Herpes simplex keratitis & herpes zoster opthalmicus
Herpes simplex keratitis & herpes zoster opthalmicusHerpes simplex keratitis & herpes zoster opthalmicus
Herpes simplex keratitis & herpes zoster opthalmicusLaxmi Eye Institute
 
2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare
2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare
2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShareSlideShare
 
What to Upload to SlideShare
What to Upload to SlideShareWhat to Upload to SlideShare
What to Upload to SlideShareSlideShare
 
Getting Started With SlideShare
Getting Started With SlideShareGetting Started With SlideShare
Getting Started With SlideShareSlideShare
 

Viewers also liked (17)

Keratitis anja AKPER PEMKAB MUNA
Keratitis anja AKPER PEMKAB MUNAKeratitis anja AKPER PEMKAB MUNA
Keratitis anja AKPER PEMKAB MUNA
 
keratititis pungtata e.c konjungtivitis
keratititis pungtata e.c konjungtivitiskeratititis pungtata e.c konjungtivitis
keratititis pungtata e.c konjungtivitis
 
Keratitis
KeratitisKeratitis
Keratitis
 
Matamerah konjuktivitis
Matamerah konjuktivitisMatamerah konjuktivitis
Matamerah konjuktivitis
 
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT UVEITIS MATA
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT UVEITIS MATAASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT UVEITIS MATA
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT UVEITIS MATA
 
Uveitis
UveitisUveitis
Uveitis
 
Definisi dan klasifikasi konjungtivitis
Definisi dan klasifikasi konjungtivitisDefinisi dan klasifikasi konjungtivitis
Definisi dan klasifikasi konjungtivitis
 
Keratitis 2016
Keratitis 2016Keratitis 2016
Keratitis 2016
 
Konjungtivitis
KonjungtivitisKonjungtivitis
Konjungtivitis
 
KERATITIS - UVEITIS
KERATITIS - UVEITISKERATITIS - UVEITIS
KERATITIS - UVEITIS
 
Anterior uveitis
Anterior uveitisAnterior uveitis
Anterior uveitis
 
Herpes simplex keratitis & herpes zoster opthalmicus
Herpes simplex keratitis & herpes zoster opthalmicusHerpes simplex keratitis & herpes zoster opthalmicus
Herpes simplex keratitis & herpes zoster opthalmicus
 
Keratitis
KeratitisKeratitis
Keratitis
 
Anterior Uveitis
Anterior UveitisAnterior Uveitis
Anterior Uveitis
 
2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare
2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare
2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare
 
What to Upload to SlideShare
What to Upload to SlideShareWhat to Upload to SlideShare
What to Upload to SlideShare
 
Getting Started With SlideShare
Getting Started With SlideShareGetting Started With SlideShare
Getting Started With SlideShare
 

Similar to Keratitis (20)

Mau diprin anja
Mau diprin anjaMau diprin anja
Mau diprin anja
 
Makalah infeksi mata
Makalah infeksi mataMakalah infeksi mata
Makalah infeksi mata
 
Ulkus kornea AKPER PEMKAB MUNA
Ulkus kornea  AKPER PEMKAB MUNA Ulkus kornea  AKPER PEMKAB MUNA
Ulkus kornea AKPER PEMKAB MUNA
 
Makalah infeksi mata
Makalah infeksi mataMakalah infeksi mata
Makalah infeksi mata
 
Makalah infeksi mata
Makalah infeksi mataMakalah infeksi mata
Makalah infeksi mata
 
Makalah infeksi mata
Makalah infeksi mataMakalah infeksi mata
Makalah infeksi mata
 
Makalah infeksi mata
Makalah infeksi mataMakalah infeksi mata
Makalah infeksi mata
 
Makalah infeksi mata
Makalah infeksi mataMakalah infeksi mata
Makalah infeksi mata
 
Tugas jurnal-kesimpulan Hordeolum kel 3.docx
Tugas jurnal-kesimpulan Hordeolum kel 3.docxTugas jurnal-kesimpulan Hordeolum kel 3.docx
Tugas jurnal-kesimpulan Hordeolum kel 3.docx
 
Satuan pembelajaran sindrom steven johnson
Satuan pembelajaran  sindrom steven johnsonSatuan pembelajaran  sindrom steven johnson
Satuan pembelajaran sindrom steven johnson
 
Ulkus Kornea.pptx
Ulkus Kornea.pptxUlkus Kornea.pptx
Ulkus Kornea.pptx
 
Sindrom steven
Sindrom stevenSindrom steven
Sindrom steven
 
Sindrom steven AKPER PEMKAB MUNA AKPER PEMKAB MUNA
Sindrom steven AKPER PEMKAB MUNA  AKPER PEMKAB MUNA Sindrom steven AKPER PEMKAB MUNA  AKPER PEMKAB MUNA
Sindrom steven AKPER PEMKAB MUNA AKPER PEMKAB MUNA
 
Ulkus kornea
Ulkus korneaUlkus kornea
Ulkus kornea
 
Referat Endophtalmitis
Referat EndophtalmitisReferat Endophtalmitis
Referat Endophtalmitis
 
G3 mata
G3 mataG3 mata
G3 mata
 
Lepra
LepraLepra
Lepra
 
JR Mata Kelompok B_Uveitis Kronik Pada Kusta.pptx
JR Mata Kelompok B_Uveitis Kronik Pada Kusta.pptxJR Mata Kelompok B_Uveitis Kronik Pada Kusta.pptx
JR Mata Kelompok B_Uveitis Kronik Pada Kusta.pptx
 
Presentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptx
Presentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptxPresentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptx
Presentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptx
 
Danu
DanuDanu
Danu
 

Recently uploaded

INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).pptINFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).pptab368
 
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Codajongshopp
 
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.pptTrifenaFebriantisitu
 
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxPB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxHikmaLavigne
 
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritiskonsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritisfidel377036
 
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxMODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxsiampurnomo90
 
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxKONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxmade406432
 
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024Zakiah dr
 
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdf
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdfDETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdf
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdfBekti5
 
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptxPersiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptxunityfarmasis
 
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Arif Fahmi
 
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxmarodotodo
 

Recently uploaded (12)

INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).pptINFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
 
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
 
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
 
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxPB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
 
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritiskonsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
 
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxMODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
 
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxKONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
 
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
 
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdf
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdfDETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdf
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdf
 
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptxPersiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
 
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
 
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
 

Keratitis

  • 2.
  • 3.
  • 4. DEFINISI Keratitis adalah peradangan pada kornea mata. Termasukpenyakit Mata merah, Penglihatan turun mendadak.
  • 5. EPIDEMIOLOGI Menurut Murillo-Lopez (2006), Sekitar 25.000 orang Amerika terkena keratitis bakteri per tahun. Kejadian keratitis bakteri bervariasi, dengan lebih sedikit pada negara-negara industri yang secara signifikan lebih sedikit memiliki jumlah pengguna lensa kontak, dan karena itu, secara signifikan lebih sedikit yang berkaitan dengan infeksi lensa kontak.
  • 6. ETIOLOGI - Virus - Bakteri - Jamur - paparan sinar ultraviolet seperti sinar matahari atau sunlam ps . Hubungan ke sumber cahaya yang kuat lainnya seperti pengelasan busur - Iritasi dari penggunaan berlebihan lensa kontak. - Mata kering yang disebabkan oleh kelopak mata robek atau tidak cukupnya pembentukan air mata - Adanya benda asing di mata - Reaksi terhadap obat tetes mata, kosmetik, polusi, atau partikel udara seperti debu, serbuk sari, jamur, atau ragi - Efek samping obat tertentu
  • 8.
  • 9.
  • 12. PEMBAHASAN 1. KERATITIS PUNGTATA Keratitis yang terkumpul di daerah Bowman, dengan infiltrat berbentuk bercak-bercak halus. a. Keratitis pungtata superfisial memberikan gambaran seperti infiltrat halus bertitik-titik pada permukaan kornea. Merupakan cacat halus kornea superfisial dan hijau bila diwarnai fluoresein.
  • 13. Keratitis pungtata. . . b. Keratitis pungtata subepitel Keratitis yang terkumpul di daerah membran Bowman.
  • 17. 2.KERATITIS MARGINAL  Keratitis marginal merupakan infiltrat yang tertimbun pada tepi kornea sejajar dengan limbus.  Penyakit infeksi lokal konjungtiva dapat menyebabkan keratitis kataral atau keratitis marginal ini. Keratitis marginal kataral biasanya terdapat pada pasien setengah umur dengan adanya blefarokonjungtivitis.
  • 20. KERATITIS INTERSTITIAL  Keratitis interstitial(KI) adalah kondisi serius dimana masuknya pembuluh darah ke dalam kornea dan dapat menyebabkan hilangnya transparansi kornea. KI dapat berlanjut menjadi kebutaan.  Sifilis adalah penyebab paling sering dari KI (Health Central, 2009). Sehingga disebutkan juga oleh Majmudar (2007), bahwa KI adalah sinonim dari penyakit sifilis.
  • 24. KERATITIS BAKTERI Setiap faktor atau agen yang menciptakan kerusakan pada epitel kornea adalah potensi penyebab atau faktor risiko bakteri keratitis.  Penggunaan lensa kontak, terutama perpanjangan memakai lensa kontak.  Penurunan kekebalan pertahanan sekunder untuk malnutrisi, alkoholisme, dan diabetes (Moraxella).  Kekurangan air mata.  Penyakit baru kornea (termasuk keratitis herpes dan sekunder neurotrophic keratopathy).  Perubahan struktural atau malposition dari kelopak mata (termasuk entropion dengan trichiasis dan lagophthalmos).  Kronis Dakriosistitis.  Penggunaan kortikosteroid topikal (Murillo-Lopez, 2006).
  • 25. Pengaktifan komplemen ↑permeabilitas vaskular+faktor kemotaktic neutrofil Nautrofil msk ke kornea melepaskan enzim proteolitik&kolagenoliti k, metabolit 02 dan zat pro inflamasi(PAF, leukotrins,prostalglandi n) Limbus konjungtiva meradang menghasilakn kolagenase Degradasi Stroma Kornea & disolusi Bakteri,virus,f ungi,parasit
  • 26. MANIFESTASI KLINIS  Pasien dengan bakteri keratitis biasanya mengeluh onset cepat sakit, ketakutan dipotret, dan penurunan penglihatan. Sangat penting untuk mendokumentasikan sistemik dan sejarah okular yang lengkap pada pasien tersebut untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko potensial yang akan membuat mereka rentan untuk mengembangkan infeksi ini (Murillo-Lopez, 2006).
  • 27.
  • 28.
  • 29. Px KERATITIS BAKTERI 1. Usapan dari ulkus kornea, cat gram, giemsa 2. Di budayakan pada agar Sabouraud
  • 30. TX KERATITIS BAKTERI  Gram (-)  Tobramisin 14 mg/ml, 1 tts/jam dlm24 jm1st  Gentamisin  Polimiksin  Gram (+)  Cefazolin 50 mg/ml, 1 tts/jam dlm24 jm1st  Vancomyxin  Basitrasin
  • 31. Tx KERATITIS BAKTERI Kortikosteroid : -stlh antimikroba mengontrol proliferasi mikroba atw menunjukkan perbaikan -penghentian bertahap Prednisolone asetat 1% 1tts awal
  • 32. KERATITIS HERPES SIMPLEK  Virus herpes simpleks menempati manusia sebagai host, merupakan parasit intraselular obligat, dapat ditemukan pada mukosa, rongga hidung, rongga mulut, vagina dan mata.  Penularan dapat terjadi melalui kontak dengan cairan dan jaringan mata, rongga hidung, mulut, alat kelamin yang mengandung virus. Selain dengan tangan penderita, tangan dokter dapat memindahkan virus ini dari pasien yang satu ke pasien yang lain.  Keratitis herpes simpleks dapat terjadi sepanjang tahun. Kasus pada laki-laki kurang lebih dua kali perempuan, (laki-laki:perempuan, 2:1) masa inkubasi 2 hari hingga 2 minggu (llyas e t. al. ,2002).
  • 33. Patofisiologi  Keratitis herpes simpleks dibagi dalam 2 bentuk :  Pada Epitelial, kerusakan terjadi akibat pembiakan virus intraepitelial, mengakibatkan kerusakan sel epitel dan membentuk tukak kornea superfisial.  Pada Stromal, terjadi reaksi imunologik tubuh terhadap virus yang menyerang yaitu reaksi antigen- antibodi yang menarik sel radang ke dalam stroma. Sel radang ini mengeluarkan bahan proteolitik untuk merusak virus tetapi juga akan merusak stroma di sekitarnya. Hal ini penting untuk manajemen pengobatan pada yang epitelial, ditujukan pada virusnya sedang pada stromal ditujukan untuk menyerang virus dan reaksi radangnya (llyas e t. al.,2002).
  • 34. MANIFESTASI KLINIK Pasien dengan HSV keratitis mungkin mengeluh berikut:  Sakit  Fotofobia  Penglihatan kabur  Te aring (mata berair)  Kemerahan (Wang & Ritterband, 2009).
  • 35. MANIFESTASI KLINIK  Infeksi primer herpes simpleks pada mata biasanya berupa konjungtivitis folikularis akuta disertai blefaritis vesikuler yang ulseratif, serta pembengkakan kelenjar limfe regional. Kebanyakan penderita juga disertai keratitis epitelial dan dapat mengenai stroma tetapi jarang. Pada dasarnya infeksi primer ini dapat sembuh sendiri, akan tetapi pada keadaan tertentu di mana daya tahan tubuh sangat lemah akan menjadi parah dan menyerang stroma (llyas e t. al.,2002).
  • 37. DIAGNOSIS  Usapan epitel dengan Giemsa multinuklear noda dapat menunjukkan sel-sel raksasa, yang dihasilkan dari perpaduan dari sel-sel epitel kornea yang terinfeksi dan virus intranuclear inklusi. Namun, hasil sitologi negatif tidak mengecualikan infeksi HSV.  Pembudayaan viral yang diperoleh dalam waktu beberapa hari dari onset penyakit dan sebelum terapi antivirus memiliki kepekaan hingga 70% dan juga memungkinkan untuk identifikasi subtipe HSV.  Tes deteksi antigen HSV, seperti enzim-linked diinduksi virus system (Elvis  Po lym e rase chain re actio n menggunakan sampel air mata, kornea epitel, ruang anterior tekan, atau tombol kornea dapat mendeteksi DNA virus dalam kasus-kasus herpes keratitis atau keratouveitis. Namun, itu tidak membedakan antara laten atau infeksi HSV aktif (Wang & Ritterband, 2009).
  • 38. TX HERPES SIMPLEK  IDU(Idoxuridine) analog pirimidin (terdapat dalam larutan 1% dan diberikan setiap jam; salep 0,5% diberikan setiap 4 jam)  Vibrabin: sama dengan IDU tetapi hanya terdapat dalam bentuk salep  Trifluorotimetidin (TFT): sama dengan IDU, diberikan 1% setiap 4 jam  Asiklovir: dalam bentuk salep 3%, diberikan setiap 4 jam (Ilyas, 2009).
  • 39. KERATITIS FUNGAL  insiden jamur keratitis telah meningkat selama 30 tahun terakhir. Terjadinya peningkatan ini jamur keratitis adalah hasil dari penggunaan sering topikal kortikosteroid dan agen antibakteri dalam mengobati pasien dengan keratitis, kenaikan jumlah pasien yang im m uno co m pro m ise d, dan teknik diagnostik laboratorium yang lebih baik yang membantu dalam diagnosis (Singh & Verma, 2008).
  • 40. ETIOLOGI KERATITIS FUNGAL  Aspe rg illus spesies adalah yang paling umum jamur keratitis mengisolasi di seluruh dunia. Rangkaian besar jamur keratitis dari India melaporkan bahwa Aspe rg illus spesies adalah mengisolasi paling umum (27-64%), diikuti oleh Fusarium (6-32%) dan Pe nicillium (2- 29%) spesies. Lebih sering terjadi pada laki- laki dari pada wanita (Singh & Verma, 2008).
  • 41. PATOFIS KERATITIS FUNGAL  Organisme dapat menembus membran utuh Descemet dan mendapatkan akses ke ruang anterior atau posterior segmen. Mycotoxins dan enzim proteolitik menambah kerusakan jaringan.  Fungi tidak dapat menembus epitel kornea utuh dan tidak masuk kornea dari pembuluh episcleral limbal.
  • 42. MANIFES KERATITIS FUNGAL  Sensasi benda asing  Meningkatkan rasa sakit atau ketidaknyamanan mata  Tiba-tiba buram  Mata merah yang tidak biasa  Air mata berlebih dan sekret berlebih.  Peningkatan kepekaan cahaya
  • 43. PX FISIK KERATITIS FUNGAL  Konjungtiva injeksi  Epitel cacat  Nanah  Infiltrasi stroma  Reaksi ruang anterior  Hipopion
  • 44.
  • 45. TX KERATITIS FUNGAL  Polyenes termasuk natamycin, nistatin, dan amfoterisin B.  Azoles (imidazoles and triazoles) include ketoconazole, miconazole, fluconazole, itraconazole, econazole, and clotrimazole. Azoles (imidazoles dan triazoles) termasuk ketoconazole, Miconazole, flukonazol, itraconazole, econazole, dan clotrimazole.
  • 46. KERATITIS ALERGI  Keratitis dengan pembentukan pita pembuluh darah yang menjalar dari limbus ke arah kornea. Biasanya berupa tukak kornea akibat flikten yang menjalar ke daerah sentral disertai fasikulus pembuluh darah (Ilyas, 2006).
  • 47. ETIOLOGI KERATITIS ALERGI  Reaksi hipersensitivitas tipe I yang mengenai kedua mata, biasanya penderita sering menunjukkan gejala alergi terhadap tepung sari rumput-rumputan (Ilyas, 2006).
  • 48. MANIFES KERATITIS ALERGI 1. Bentuk palpebra: co bble sto ne (pertumbuhan papil yang besar), diliputi sekret mukoid. 2. Bentuk limbus: tantras do t (penonjolan berwarna abu- abu, seperti lilin) (Ilyas, 2006).  gatal  ketakutan dipotret,  sensasi benda asing,  Berair dan  blefarospasme.  Okular tanda-tanda pada umumnya KKV terlihat di kornea dan konjungtiva. Berbeda dengan Keratokonjuntivitis Atopik (KKA), kulit kelopak mata biasanya tidak terlibat (Majmudar, 2009).
  • 49. TX KERATITIS ALERGI  Te rapi: 1. Biasanya sembuh sendiri tanpa diobati. 2. Steroid topikal dan sistemik. 3. Kompres dingin. 4. Natrium propianat. 5. Natrium karbonat. 6. Obat vasokonstriktor. 7. Cro m o lyn so dium topikal. 8. Koagulasi krio CO2. 9. Pembedahan kecil (eksisi). 10. Antihistamin umumnya tidak efektif (Ilyas, 2006).
  • 50.  Pada tanggal 9 September 2009 FDA(Food and Drug Administration) telah menyetujui bepotastine besilate 1,5% larutan tetes mata (Be pre ve , Ista Pharmaceuticals, Inc) untuk pengunaan dua kali sehari sebagai pengobatan alergi gatal yang terkait dengan konjungtivitis pada pasien umur 2 tahun atau lebih.  Persetujuan dari antagonis reseptor histamin H1 didasarkan terutama pada data dari 2 tahap ke-3 double blind, alergen tantangan studi konjungtiva (n = 237) menunjukkan bahwa penurunan secara signifikan okular bepotastine gatal relatif terhadap penggunaan kendaraan sendirian di 15 menit dan 8 jam postdose .  -Kontraindikasi:soft lens
  • 51. KERATITS SKLEROTIKAN Keratitis yang disertai adanya filament mukoid dan deskuamasi sel epitel pada permukaan kornea. Penyebabnya tidak diketahui. (Ilyas, 2006)
  • 52. KERATITS SKLEROTIKAN Manife stasi klinik  - Rasa kelilipan  - Sakit  - Silau  - Blefarospasme  - Epifora  - Mata merah  - Terdapat defek epitel kornea
  • 53. KERATITS SKLEROTIKAN Pe ng o batan  - Larutan hipotonik NaCl 5%  - Air mata hipertonik  - Mengangkat filament  - Bila memungkinkan memasang lensa kontak lembek. (Ilyas, 2006)
  • 54. KERATITIS LAGOFTALMOS  Keratitis lagoftalmos merupakan keratitis yang terjadi akibat adanya lagoftalmos, yaitu suatu keadaan dimana kelopak mata tidak dapat menutup sempurna. (Ilyas, 2006)
  • 55. KERATOKONJUNGTIVITIS SIKA Keratokonjuntivitis adalah suatu keadaan keringnya permukaan kornea dan konjungtiva. (Ilyas, 2006)
  • 57. KERATITIA SKLEROTIKAN Keratitis sklerotikan merupakan kekeruhan pada kornea yang berbenuk segitiga yang menyertai radang sclera atau skleritis. Sampai saat ini tidak diketahui penyebabnya, namun diduga karena terjadi perubahan susunan serat kolagen yang menetap. (Ilyas, 2006)
  • 58. KERATITIA SKLEROTIKAN Pe nye bab Penyebab keratitis sklerotikan tidak diketahui. Namun diduga karena terjadi perubahan susunan serat kolagen yang menetap. (Ilyas, 2006) G am baran klinik 1. Kekeruhan kornea yang terlokalisasi dan berbatas tegas unilateral 2. Kornea terlihat putih menyerupai sclera
  • 59. KERATITIS NUMMULER/DIMER Keratitis dimer atau keratitis numularis merupakan bentuk keratitis yang berjalan lambat yang sering terdapat unilateral pada petani sawah. (Ilyas, 2006)