Dokumen tersebut membahas tentang empati kognitif dan empati afektif. Empati kognitif adalah kemampuan untuk memahami sudut pandang orang lain sedangkan empati afektif adalah kemampuan untuk merasakan perasaan orang lain. Dokumen ini juga menjelaskan dasar neurologis dari empati yaitu terkait dengan aktivitas beberapa sirkuit otak seperti cortex somato-sensorik, insula, cingulate anterior dan amygdala.
4. Empati Kognitif mengarah
pada kemampuan atau
kecendrungan untuk mengenal
& menghargai sudut pandang
orang lain, khususnya motivasi
& kebutuhan akan suatu
pertolongan.
4
5. 2. Emotional Empathy
= Affective Empathy
Memahami perasaan /
emosi yang dialami oleh
orang lain (vicarious
sharing of emotion).
5
7. Ada banyak cara
yang berbeda
dimana kedua
jenis empati
tersebut ada
dalam diri
seseorang.
7
8. a) Empati kognitif tanpa
empati afektif.
Menurut pendapat ‘Smith’ :
hal ini paling menguntungkan
karena seseorang membiarkan
dirinya memahami masalah
sosial tanpa sentuhan emosi
terhadap masalah
tersebut.
8
9. Contohnya adalah saat dalam
keadaan perang. Kemampuan
memahami pihak lawan adalah
penting, tetapi memahami
secara emosi apa yang pihak
lawan rasakan mungkin akan
menghalangi serangan yang
akan dilakukan.
9
10. b) Kombinasi antara empati
kognitif & empati afektif
Melakukan keduanya pasti
berguna pada pasangan
dalam perkawinan.
10
11. Jika hanya melakukan empati
kognitif, membuat seseorang
hanya menggunakan logika
dalam kondisi sosial.
Memahami apa yang dirasakan
orang lain sangat penting
dalam hubungan yang
lebih dekat.
11
12. Bagaimanapun, jika hanya memiliki
empati afektif tidak akan dapat
membuat keputusan dalam
masalah sosial. Hal ini hanya dapat
menimbulkan belas kasihan
terhadap orang lain.
Seseorang butuh empati kognitif
untuk memahami tindakan apa
yang sesuai terhadap suatu
keadaan.
12
13. c) Empati afektif tanpa empati kognitif
Emosi dengan segera akan
terpengaruh dan keadaan yang
dipengaruhi emosi yang bersifat
menuruti kata hati.
Hal ini, akan lebih berguna dalam pola
asuh orang tua karena orang tua yang
bisa bereaksi dengan cepat terhadap
emosi anaknya, dapat membantu
meredakan situasi dengan cara mau
mendengarkan (responsif).
13
14. Juga ditemukan pada keadaan
umum dimana terdapat
bahaya yang mengancam,
sekelompok orang dapat
mengetahui dengan cepat
dengan menggunakan empati
afektifnya.
14
15. Ketika seseorang dalam
keadaan sendiri, empati
afektif mungkin tidak
begitu berguna karena
gerakan hati (intuisi)
sosial berasal dari empati
kognitif.
15
16. Empati berbeda dengan :
Simpati
Kasihan (pity)
Emosi tular
(emotional contangion)
16
17. = empathic concern
Berasal dari bahasa Yunani
sympatheia
Artinya : dipengaruhi oleh
perasaan atau emosi.
17
18. Dengan demikian inti dari simpati
adalah seseorang yang memiliki
perhatian yang kuat terhadap
orang lain.
Simpati muncul jika ada
perasaan atau emosi dari
seseorang yang sangat
dimengerti & dihargai oleh
orang lain.
18
19. Meskipun simpati &
empati sering tertukar
dalam pemakaiannya,
perbedaan tipis dalam
pemakaiannya sehari –
hari dapat diketahui.
19
20. Berempati berarti memahami &
merespon keadaan emosi yang
dialami orang lain dengan
perasaan yang sama.
Simpati tidak hanya mencakup
empati (tidak selalu), tapi juga
perlu memiliki perhatian yang
positif atau keprihatinan terhadap
orang lain.
20
21. Pada pemakaian umum,
simpati biasanya untuk rasa
ketidakbahagiaan atau
penderitaan orang lain,
terutama kesedihan atas
kematian seseorang yang
dicintai.
21
23. Yaitu:
Perasaan seseorang melihat orang
lain dalam kesulitan dan
membutuhkan bantuan karena
tidak dapat menyelesaikannya
sendiri.
Sering digambarkan sebagai rasa
kasihan terhadap orang lain.
23
25. Yaitu :
perasaan ketika seseorang
(terutama bayi, anak2
atau
rakyat jelata) menirukan emosi
yang didapat dari orang lain
tanpa mengakui hal itu terjadi.
(Hatfield dkk, 1994)
25
26. Dari sumber lain mendefenisikan
Emosi Tular (Emotional
Contangion) adalah
Ketika seseorang mengenali
secara kuat emosi yang muncul
dari orang lain dan menjadi
subjek yang sama dengan
emosinya sendiri.
26
27. Bukan bagian dari psikologi,
tetapi diduga bagian dari
dunia paranormal.
Emosi atau keadaan mental
orang lain dapat diketahui
langsung, tanpa perlu
mengetahui ekspresi yang
tampak pada orang lain.
27
28. Empati “Saya mengerti bagaimana perasaanmu”.
“I understand how you feel”.
Simpati “Saya merasa kasihan atas penderitaanmu”.
“I’m sorry for your pain”.
Emosi Tular “Saya merasakan penderitaanmu”.
“ I feel your pain”.
Telepati “Saya tahu bagaimana perasaanmu karena
saya dapat membaca pikiranmu”.
“I know how you feel because I’m reading
your mind”.
28
33. Berbagi sensasi dan emosi
dengan orang lain berhubungan
dengan aktifnya beberapa sirkuit
yang terlibat dalam proses yang
sama pada diri sendiri, termasuk
cortex somato-sensory untuk
sentuhan, cortex insula dan
cortex cingulate anterior (ACC)
untuk rasa sakit dan rasa
benci serta amygdala untuk
rasa takut.
33
42. Empati afektif didasarkan pada
sistem limbic & para-limbic dan
juga pada korteks somato-
sensorik yang berkembang lebih
awal dibandingkan kemampuan
kita untuk berempati kognitif
karena pembentukan relay pada
struktur tersebut berkembang
lebih awal dalam otak.
42
43. Sedangkan relay pada struktur
neo-cortex merupakan salah
satu bagian yang berkembang
lebih lambat, seperti cortex
prefrontal dan bagian lateral
cortex temporal.
43
44. Ini berarti bahwa kemampuan
empati afektif diperoleh
sejak awal dalam
pertumbuhan tubuh kita
dibandingkan dengan empati
kognitif.
44
45. Tambahan lagi,
penemuan cortex prefrontal
bagian dorsolateral tidak
sepenuhnya matang sampai
usia 25 tahun sehingga
kemampuan sempurna untuk
berempati belum berkembang
sampai usia dewasa tua.
45
47. Saraf cermin awalnya ditemukan
pada monyet pada th 1980 & 1990
oleh sekelompok neuropsikologis
yaitu Giacomo Rizzolatti,
Giuseppe Di Pellegrino, Luciano
Fadiga, Leonardo Fogassi dan
Vittorio Gallese di Universitas
Parma, Itali.
47
48. Mereka meletakkan elektroda pada
cortex premotor bagian ventral
monyet untuk mempelajari saraf
khususnya yang mengontrol
gerakan tangan & mulut.
Contohnya ketika monyet
mengambil sepotong makanan
maka respon sarafnya akan diukur.
48
49. Ternyata beberapa saraf yang
merespon ketika monyet mengambil
makanan sama dengan saat monyet
tersebut melihat orang mengambil
makanan.
Percobaan berikutnya menemukan
kira – kira 10 % saraf pada frontal
inferior dan cortex parietal inferior
monyet mempunyai saraf cermin &
memberikan respon yg sama untuk
gerakan tangan & aksi mengamati.
49
50. Saraf cermin pada monyet dipercaya
sebagai sarana untuk memahami
tingkah laku binatang lain.
Percobaan terbaru menunjukan
bahwa bayi monyet dapat meniru
gerakan wajah manusia. Meskipun,
tidak diketaui secara pasti apakah
saraf cermin mendasari tingkah laku
ini.
50
51. Yang terbaru, Christian Keysers dkk
telah menyatakan bahwa pada
monyet maupun manusia, sistem
saraf cermin juga merespon suara
dari suatu gerakan.
Secara normal tidak mungkin
meneliti satu saraf pada otak
manusia, maka para ahli tidak
dapat memastikan bahwa manusia
mempunyai saraf cermin.
51
52. Hasil percobaan dengan functional
magnetic resonance imaging (fMRI)
menunjukan bahwa cortex pada
lobus frontal inferior & lobus
parietal superior manusia aktif
saat seseorang melakukan gerakan
dan juga saat seseorang melihat
orang lain melakukan
suatu gerakan.
52
53. Hal ini menunjukan bahwa
daerah otak tersebut
mengandung saraf cermin
dan telah diyakini sebagai
SISTEM SARAF CERMIN pada
manusia.
53
54. Jadi saraf cermin adalah tipe
tertentu dari sel otak yang aktif
saat seseorang melakukan suatu
gerakan dan juga saat
mengamati, mendengar dan
bahkan membaca tentang suatu
gerakan yang sama, yang
dilakukan oleh orang lain.
54
55. Pengukuran secara tidak langsung
telah digunakan untuk meneliti
sistem saraf cermin pada
manusia.
Contoh :
saat seseorang mengamati
gerakan orang lain, cortex
motoriknya menjadi lebih
mudah dirangsang.
55
56. Saraf yang dapat dirangsang ini
diukur dengan merekam ukuran
motor evoked potential (MEP)
yang dicetuskan oleh rangsangan
magnetik transcranial.
Perubahan pada ukuran MEP diambil
sebagai ukuran aktifitas sistem
saraf cermin, karena MEP berasal
dari cortex motorik primer yang
berhubungan langsung ke daerah
saraf cermin di otak.
56
57. Stephanie Preston
dan Frans de Wall,
Jean Decety serta
Vittorio Gallese telah
membuktikan bahwa
sistem saraf cermin
terlibat dalam
empati.
57
58. Melalui saraf cermin, kita
secara naluri & tanpa tenaga
“menempatkan diri kita pada
sepatu orang lain“ yang kita
amati atau pikirkan. Tanpa
disengaja, otak kita dengan
segera mencerminkan orang
lain, menuntun kita merasakan
apa yang orang lain rasakan &
membaca apa yang dipikirkan.
58
59. Yang terbaru, Christian Keysers
di Social Brain Lab beserta
temannya telah menyatakan
bahwa orang yang lebih
berempati berdasarkan
kuesioner laporan pribadi
mempunyai aktifitas yang kuat
pada sistem saraf cermin untuk
gerakan tangan & emosi.
59