SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dilihat dari tiga ranah yang biasa digunakan dalam dunia pendidikan, yaitu kognitif,
afektif, dan psikomotor, maka emosi adalah termasuk ke ranah afektif. Emosi banyak
berpengaruh terhadap fungsi-fungsi psikis lainnya, seperti: pengamatan, tanggapan,
pemikiran, dan kehendak. Individu akan mampu melakukan pengamatan atau pemikiran
dengan baik jika disertai dengan emosi yang baik pula. Individu juga akan memberikan
tanggapan atau respon yang positif terhadap suatu objek, manakala disertai dengan emosi
yang positif pula. Sebaliknya, individu akan melakukan pengamatan atau tanggapan yang
negatif terhadap suatu objek, jika disertai degnan emosi yang negatif terhadap objek
tersebut.
Setiap individu yang lahir akan selalu mengalami perkembangan baik itu jasmani
maupun rohani, kognitif, afektif dan psikomotor, tidak henti-hentinya mengalami
perkembangan dari masa ke masa. Termasuk juga emosi yang mengalami perkembangan
karena emosi ini masih tergolong ke dalam ranah afektif (pemahaman). Sehingga setiap
individu harus memantau dan mengarahkan masa-masa perkembangan ini ke arah yang
lebih baik, sebab dalam masa ini termasuk masa yang sulit dikendalikan karena keadaan
jiwa individu tersebut belum matang. Maka dari hal di atas kami tertarik untuk menyusun
makalah ini, yang membahas seputar perkembangan emosi dan proses pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, kami akan merumuskan masalah-masalah yang akan
dibahas dalam bab pembahasan nanti, yaitu:
1. Bagaimana pengertian definisi itu sendiri?
2. Apa saja bentuk-bentuk dari emosi itu?
3. Bagaimana hubungan antara emosi dengan tingkah laku?
4. Bagaimana juga karakteristik perkembangan emosi subjek didik?
5. Fakto-faktor apa sajakah yang mempengaruhi perkembangan emosi subjek didik?
2
C. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, kami bertujuan untuk menjelaskan, hal-hal berikut:
1. Pengertian emosi menurut para ahli.
2. Menjelaskan bentuk-bentuk dari emosi itu sendiri.
3. Menjelaskan hubungan antara emosi dengan tingkah laku.
4. Menguraiakn tentang karakteristik perkembangan emosi subjek didik.
5. Menyebutkan dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
emosi subjek didik.
D. Batasan Masalah
kami membatasi masalah peran psikologi pendidikan hanya pada “ emisional “
E. metode penulisan
metode penyusunan makalah yang kami gunakan adalah sudi pustaka.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Emosi
Banyak sekali definisi mengenai emosi yang dikemukakan oleh para ahli, karena memang
istilah emosi ini menurut Daniel Goleman (1995) yang merupakan pakar “kecerdasan
emosional” makna yang tepat masih sangat membingungkan, baik di kalangan para ahli
psikologi maupun ahli filsafat dalam kurun waktu selama lebih dari satu abad. Karena
sedemikian membingungkannya makna emosi itu, maka Daniel Goleman mendifinisikan
emosi dengan merujuk kepada makna secara harfiah, yang diambil dari “Oxford English
Dictionary” yang memaknai emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran,
perasaan dan nafsu; setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Lebih lanjut dia
mengatakan bahwa emosi itu merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang
khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk
bertindak.
Menurut Chaplin (1989) dalam “Dictionary of Psychology” mendefinisikan emosi sebagai
suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang
disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku. Chaplin membedakan antara
emosi dengan perasaan, dan dia mendefinisikan perasaan (feeling) adalah pengalaman
disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang eksternal maupun oleh bermacam-macam
keadaan jasmaniah.
Jadi, dengan demikian, emosi adalah suatu respon terhadap suatu perangsang yang
menyebabkan perubahan fisiologi disertai dengan perasaan yang kuat dan biasanya
mengandung kemungkinan untuk meletus. Respon demikian terjadi terhadap perangsang-
perangsang eksternal maupun internal. Dengan definisi ini semakin jelas perbedaan antara
emosi denan perasaan, bahkan di sini tampak jelas bahwa perasaan itu termasuk ke dalam
emosi atau menjadi bagian dari emosi.
Menurut Daniel Goleman, sesungguhnya ada ratusan emosi dengan berbagai variasi,
campuran, mutasi, dan nuansanya sehingga makna yang dikandungnya lebih banyak, lebih
kompleks dan lebih halus daripada kata dan definisi yang digunakan untuk menjelaskan
emosi.
4
B. Bentuk-bentuk Emosi
Meskipun emosi sedemikian kompleksnya, namun Daniel Goleman sempat
mengidentifikasi sejumlah kelompok emosi, yaitu:
1. Amarah; di dalamnya meliputi sifat beringas, mengamuk, benci, marah besar,
jengkel, kesal hati, berang, tersinggung dan kebencian patologis.
2. Kesedihan; di dalamnya meliputi pedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri,
kesepian, ditolak, putus asa dan depresi.
3. Rasa takut; di dalamnya meliputi cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan
takut sekali, sedih, wasapada, tidak tenang dan pobia.
4. Kenikmatan; meliputi bahagia, gembira, ringan puas, riang, senang, terhibur,
bangga, kenikmatan inderawi, terpesona dan mania.
5. Cinta; meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat,
hormat, kasmaran, dan kasih sayang.
6. Terkejut; meliputi terkesiap, takjub dan terpana.
7. Jengkel; meliputi hina, muak, jijik, benci dan mau muntah.
8. Malu; meliputi rasa bersalah, malu hati, kesal hati, menyesal, dan hati hancur lebur.
Dari daftar emosi di atas, berdasarkan temuan penelitian Paul Ekman dari University of
California di San Fransisco, ternyata ada bahasa emosi yang dikenal oleh seluruh bangsa di
dunia, yakni emosi yang diwujudkan dalam bentuk ekspresi wajah yang di dalamnya
mengandung emosi takut, marah, sedih, dan senang. Dan ini benar-benar dikenali oleh
bangsa seluruh dunia meski berbeda budaya, bahkan bangsa-bangsa yang buta huruf, yang
belum tercemar oleh siaran televisi sekalipun mereka kenal. Dengan demikian, ekspresi
wajah sebagai representasi dari emosi itu memiliki universalitas tentang emosi tersebut.
C. Hubungan antara Emosi dengan Tingkah Laku
Melalui teori “kecerdasan emosional” yang dikembangkannya, Daniel Goleman
mengemukakan sejumlah ciri utama pikiran emosional sebagai bukti bahwa emosi
memainkan peranan penting dalam pola berpikir maupun tingkah laku individu. Adapun ciri
utama pikiran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Repons yang Cepat Tetapi Ceroboh
Pikiran yang emosional itu ternyata jauh lebih cepat dari pada pikiran yang rasional karena
pikiran emosional sesungguhnya langsung melompat bertindak tanpa mempertimbangkan
apapun yang akan dilakukannya. Karena kecepatannya itu sehingga sikap hati-hati dan
proses analistis dalam berpikir dikesampingkan begitu saja sehingga tidak jarang menjadi
ceroboh. Padahal, kehati-hatian dan analistis itu sesungguhnya merupakan ciri khas dari
proses kerja akal dalam berpikir. Namun, demikian, di sisi lain pikiran emosional ini juga
memiliki suatu kelebihan, yakni membawa rasa kepastian yang sangat kuat dan di luar
5
jangkauan normal sebagaimana yang dilakukan oleh pikiran rasional. Misalnya, seorang
wanita yang karena sangat takut dan terkejutnya melihat binatang yang selama ini sangat
ditakutinya, maka dia mampu melompati parit yang menurut ukuran pikiran rasional tidak
akan mungkin dapat dilakukannya.
2. Mendahulukan Perasaan Baru Kemudian Pikiran
Pada dasarnya, pikiran rasional sesungguhnya membutuhkan waktu sedikit lama
dibandingkan dengan pikiran emosional sehingga dorongan yang lebih dahulu muncul
adalah dorongan hati atau emosi, baru kemudian dorongan pikiran. Dalam urutan respon
yang cepat, perasaan mendahului atau minimal berjalan serempak dengan pikiran. Reaksi
emosional gerak cepat ini lebih tampak dalam situasi-situasi yang mendesak dan
membutuhkan tindakan penyelamatan diri. Keputusan model ini menyiapkan individu dalam
sekejap untuk siap siaga menghadapi keadaan darurat. Di sinilah keuntungan keputusan-
keputusan cepat yang didahului oleh perasaan atau emosi. Namun demikian, di sisi lain, ada
juga reaksi emosional jenis lambat yang lebih dahulu melakukan penggodongan dalam
pikiran sebelum mengalirkannya ke dalam perasaan. Keputusan model kedua ini sifatnya
lebih disengaja dan biasanya individu lebih sadar terhadap gagasan-gagasan yang akan
dikemukakannya. Dalam reaksi emosional jenis ini, ada suatu pemahaman yang lebih luas
dan pikiran memainkan peranan kunci dalam menentukan emosi-emosi apa yang akan
dicetuskannya.
3. Memperlakukan Realitas Sebagai Realitas Simbolik
Logika pikiran emosional, yang disebut juga sebagai logika hati, itu bersifat asosiatif. Dalam
arti memandang unsur-unsur yang melambangkan suatu realitas itu sama dengan realitas
itu sendiri. Oleh sebab itu, seringkali berbagai perumpamaan, pantu, kiasan dan teater
secara langsung ditujukan kepada pikiran emosional. Para ulama pensyiar agama dan para
guru spiritual termasyhur pada umumnya dalam menyampaikan ajaran-ajarannya
senantiasa berusaha menyentuh hati para pengikutnya dengan cara berbicara dalam
bahasa emosi, dengan mengajar melalui perumpamaan, fabel, filsafat, ibarat dan kisah-
kisah yang sangat menyentuh perasaan. Oleh karena itulah, ajaran-ajaran orang-orang bijak
itu dengan cepat dan mudah dimengerti pikiran rasional, sesungguhnya simbol-simbol dan
berbagai ritual keagamaan itu tidak sedemikian bermakna jika dibandingkan dengan sudut
pandang pikiran emosional.
6
4. Masa Lampau Diposisikan Sebagai Masa Sekarang
Dari sudut pandang ini, apabila sejumlah ciri suatu peristiwa tampak serupa dengan
kenangan masa lampau yang mengandung muatan emosi, maka pikiran emosional akan
menanggapinya dengan memicu perasaan-perasaan yang berkaitan dengan peristiwa yang
diingat itu. Pikiran bereaksi terhadap keadaan sekarang seolah-olah keadaan itu adalah
masa lampau. Kesulitannya adalah, terutama apabila penilaian terhadap masa lampau itu
cepat dan otomatis, barangkali kita tidak menyadari bahwa yang dahulu memang begitu,
ternyata sekarang sudah tidak lagi seperti itu.
D. Karakteristik Perkembangan Emosi Subjek Didik
Masa remaja adalah masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa, maka
status remaja agak kabur, baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya. Conny Semiawan
mengibaratkan: “terlalu besar untuk serbet, tetapi terlalu kecil untuk taplak meja” karena
sudah bukan anak-anak lagi, tetapi juga belum dewasa. Masa remaja biasanya memiliki
energi yang besar, emosi berkobar-kobar, sedangkan pengendalian diri belum sempurna.
Remaja juga sering mengalami perasaan tidak aman, tidak tenang dan khawatir kesepian.
Secara garis besar, masa remaja dapat dibagi ke dalam empat periode, yaitu: periode pra-
remaja, remaja awal, remaja tengah, dan remaja akhir. Adapun karakteristik untuk setiap
periode adalah sebagai berikut:
1. Periode Pra-remaja
Selama periode ini terjadi gejala-gejala yang hampir sama antara remaja pria maupun
wanita. Perubahan fisik belum begitu tampak jelas, tetapi pada remaja putri biasanya
memperlihatkan penambahan berat badan yang cepat sehingga mereka merasa
kegemukan. Gerakan-gerakan mereka mulai menjadi kaku. Perubahan ini disertai sifat
kepekaan terhadap rangsang-rangsang dari luar, responnya biasanya berlebihan sehingga
mereka mudah tersinggung dan cengeng, tetapi cepat merasa senang atau bahkan
meledak-ledak.
2. Periode Remaja Awal
Selama periode ini perkembangan gejala fisik yang semakin tampak jelas adalah perubahan
fungsi alat-alat kelamin. Karena perubahan alat-alat kelamin serta perubahan fisik yang
semakin nyata ini, remaja seringkali mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan itu. Akibatnya, tidak jarang mereka cenderung menyendiri sehingga
tidak jarang pula merasa terasing, kuran perhatian dari orang lain, atau bahkan merasa tidak
ada orang yang mau mempedulikannya. Kontrol terhadap dirinya bertambah sulit dan
mereka cepat marah dengan cara-cara yang kurang wajar untuk meyakinkan dunia
7
sekitarnya. Perilaku seperti ini sesungguhnya terjadi karena adanya kecemasan terhadap
dirinya sendiri sehingga muncul dalam reaksi yang kadang-kadang tidak wajar.
3. Periode Remaja Tengah
Tanggung jawab hidup yang harus semakin ditingkatkan oleh remaja untuk dapat menuju ke
arah mampu memikul sendiri seringkali menimbulkan masalah tersendiri bagi remaja.
Karena tuntutan peningkatan tanggungjawab ini tidak hanya datang dari orang tua atau
anggota keluarganya melainkan juga dari masyarakat sekitarnya, maka tidak jarang
masyarakat juga terbawa-bawa menjadi masalah bagi remaja. Melihat fenomena yang
sering terjadi dalam masyarakat yang seringkali juga menunjukkan adanya kontradiksi
dengan nilai-nilai moral yang mereka ketahui, maka tidak jarang juga remaja mulai
meragukan tentang apa yang disebut baik atau buruk. Akibatnya, remaja seringkali ingin
membentuk nilai-nilai mereka sendiri yang mereka anggap benar, baik, dan pantas untuk
dikembangkan di kalangan mereka sendiri.
4. Periode Remaja Akhir
Selama periode ini remaja mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan mulai
mampu menunjukkan pemikiran, sikap, dan perilaku yang semakin dewasa. Oleh sebab itu,
orang tua dan masyarakat mulai memberikan kepercayaan yang selayaknya kepada
mereka. Interaksi dengan orang tua juga menjadi lebih bagus dan lancar karena mereka
sudah semakin memiliki kebebasan yang relatif terkendali serta emosinya pun mulai stabil.
Pilihan arah hidup sudah semakin jelas dan mulai mampu mengambil pilihan serta
keputusan tentang arah hidupnya secara lebih bijaksana meskipun belum bisa secara
penuh. Mereka juga mulai memilih cara-cara hidupnya yang dapat dipertanggungjawabkan
terhadap dirinya sendiri, orang tua, dan masyarakat.
E. Proses Pembelajaran untuk Membantu Perkembangan Emosi Subjek Didik
Intervensi pendidikan untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat berkembang ke arah
kecerdasan emosional, adalah dengan menggunakan intervensi yang dikemukakan oleh
W.T. Grant Consortium tentang “unsur-unsur aktif program pencegahan”, sebagai berikut:
1. Pengembangan Keterampilan Emosional
Cara yang dapat dilakukan antara lain:
1. Mengidentifikasi dan memberi nama-nama atau label-label perasaan
2. Mengungkapkan perasaan
3. Menilai intensitas perasaan
4. Mengelola perasaan
5. Menunda pemuasan
8
6. Mengendalikan dorongan hati
7. Mengurangi stress
8. Memahami perbedaan antara perasaan dan tindakan
2. Pengembangan Keterampilan Kognitif
Cara yang dapat dilakukan antara lain:
1. Belajar melakukan dialog batin,untuk mengatasi dan menghadapi masalah atau
memperkuat perilaku diri sendiri.
2. Belajar membaca dan menafsirkan isyarat-isyarat sosial.
3. Belajar menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah dan pengambilan
keputusan, seperti mengendalikan dorongan hati, menentukan sasaran.
4. Belajar memahami sudut pandang orang lain (empati).
5. Belajar bersikap positif terhadap kehidupan.
6. Belajar mengembangkan kesadaran diri, misal mengembangkan harapan-harapan
yang realistis tentang diri sendiri.
3. Pengembangan Keterampilan Perilaku
Cara yang bisa dilakukan antara lain:
1. Belajar keterampilan komunikasi non-verbal; misal, komunikasi lewat pandangan
mata, ekspresi wajah, posisi tubuh dan lain-lain.
2. Belajar keterampilan komunikasi verbal; misal mengajukan permintaan-permintaan
dengan jelas, menolak pengaruh negatif dan sejenisnya.
9
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari uraian-uraian di atas, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan, bahwa emosi
adalah setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu; setipa keadaan mental
yang hebat dan meluap-luap. Sedangkan perasaan (feeling) adalah pengalaman disadari
yang diaktifkan baik oleh perangsang eksternal maupun oleh bermacam-bermacam
keadaan jasmaniah.
Karakteristik perkembangan emosi remaja sejalan dengan perkembangan masa remaja itu
sendiri, yaitu:
(a) perubahan fisik tahap awal pada periode pra remaja,
(b) periode remaja tengah,
(c) periode remaja akhir.
Kemudian lima faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja adalah:
(a) perubahan jasmani,
(b) perubahan pola interaksi dengan orang tua,
(c) perubahan interaksi dengna teman sebaya,
(d) perubahan pandangan luar,
(e) perubahan interaksi dengan sekolah.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan emosi remaja agar berkembang ke
arah kecerdasan emosional antara lain dengan belajar mengembangkan:
(a) keterampilan emosional,
(b) keterampilan kognitif dan
(c) keterampilan perilaku.
B. SARAN
makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan apabila ada kesalahan mohon
kritikan dari pembaca yang sifatnya membangun.
10
DAFTAR PUSTAKA
 Fawzi Aswin Hadis (1991).Perilaku Menyimpang Remaja Ditinjau dari Psikologi
Perkembangan.Jakarta: Makalah Disampaikan pada Seminar tentang Problematik
Remaja Kita dan Tantangan Masa Depannya, 5 Nopember 1991
 Conny Semiawan; A.S. Munandar; dan S.C.U. Munandar (1984).Memupuk Bakat
dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah: Petunjuk Bagi Guru dan Orang Tua.
Jakarta: Gramedia.
 Utami Munandar (1992).Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.
Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

More Related Content

What's hot

Kasim cs. Afi Parnawi. STAI IBNU SINA
Kasim cs. Afi Parnawi. STAI IBNU SINAKasim cs. Afi Parnawi. STAI IBNU SINA
Kasim cs. Afi Parnawi. STAI IBNU SINADr. Afi Parnawi, M.Pd
 
Persepsi dan Motivasi
Persepsi dan MotivasiPersepsi dan Motivasi
Persepsi dan Motivasipjj_kemenkes
 
Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi
Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosiEmpati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi
Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emositarmizitaher
 
Teori Kepribadian Sigmun Freud
Teori Kepribadian Sigmun FreudTeori Kepribadian Sigmun Freud
Teori Kepribadian Sigmun FreudBaan Crow
 
pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja dan produktivitas
pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja dan produktivitaspengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja dan produktivitas
pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja dan produktivitasaldi ramdhani fahlevi deisti
 
Emotional Intelligence Competencies
Emotional Intelligence CompetenciesEmotional Intelligence Competencies
Emotional Intelligence CompetenciesIsmail Mamat
 
Meningkatkan Kecerdikan Emosi
Meningkatkan Kecerdikan EmosiMeningkatkan Kecerdikan Emosi
Meningkatkan Kecerdikan Emosimandalina landy
 
Psikologi - Emosi
Psikologi - EmosiPsikologi - Emosi
Psikologi - EmosiAnitaluftia
 
Psikologi (gejala afeksi, konasi,dst)(1)
Psikologi (gejala afeksi, konasi,dst)(1)Psikologi (gejala afeksi, konasi,dst)(1)
Psikologi (gejala afeksi, konasi,dst)(1)HIMA KS FISIP UNPAD
 
Pendekatan psikoanalisa
Pendekatan psikoanalisaPendekatan psikoanalisa
Pendekatan psikoanalisafaisunufir
 
Emosi dan mood
Emosi dan moodEmosi dan mood
Emosi dan moodlisachmad
 
Muh prio susilo 19150408 pgmi_review buku karakteristik perkembangan emosi_re...
Muh prio susilo 19150408 pgmi_review buku karakteristik perkembangan emosi_re...Muh prio susilo 19150408 pgmi_review buku karakteristik perkembangan emosi_re...
Muh prio susilo 19150408 pgmi_review buku karakteristik perkembangan emosi_re...Muh Prio Susilo
 
Psikoanalisis shamil
Psikoanalisis shamilPsikoanalisis shamil
Psikoanalisis shamilShamil Damai
 
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadianPsikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadianAfra Balqis
 
Apa dan mengapa emotional spiritual
Apa dan mengapa emotional spiritualApa dan mengapa emotional spiritual
Apa dan mengapa emotional spiritualherul25
 

What's hot (20)

Kasim cs. Afi Parnawi. STAI IBNU SINA
Kasim cs. Afi Parnawi. STAI IBNU SINAKasim cs. Afi Parnawi. STAI IBNU SINA
Kasim cs. Afi Parnawi. STAI IBNU SINA
 
Persepsi dan Motivasi
Persepsi dan MotivasiPersepsi dan Motivasi
Persepsi dan Motivasi
 
Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi
Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosiEmpati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi
Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi
 
Teori Kepribadian Sigmun Freud
Teori Kepribadian Sigmun FreudTeori Kepribadian Sigmun Freud
Teori Kepribadian Sigmun Freud
 
pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja dan produktivitas
pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja dan produktivitaspengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja dan produktivitas
pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja dan produktivitas
 
Emotional Intelligence Competencies
Emotional Intelligence CompetenciesEmotional Intelligence Competencies
Emotional Intelligence Competencies
 
Emosi
EmosiEmosi
Emosi
 
Meningkatkan Kecerdikan Emosi
Meningkatkan Kecerdikan EmosiMeningkatkan Kecerdikan Emosi
Meningkatkan Kecerdikan Emosi
 
Psikologi - Emosi
Psikologi - EmosiPsikologi - Emosi
Psikologi - Emosi
 
Psikologi Emosi
Psikologi EmosiPsikologi Emosi
Psikologi Emosi
 
Full write up
Full write up Full write up
Full write up
 
Psikologi (gejala afeksi, konasi,dst)(1)
Psikologi (gejala afeksi, konasi,dst)(1)Psikologi (gejala afeksi, konasi,dst)(1)
Psikologi (gejala afeksi, konasi,dst)(1)
 
Pendekatan psikoanalisa
Pendekatan psikoanalisaPendekatan psikoanalisa
Pendekatan psikoanalisa
 
Psikologi umum "emosi"
Psikologi umum "emosi"Psikologi umum "emosi"
Psikologi umum "emosi"
 
Emosi dan mood
Emosi dan moodEmosi dan mood
Emosi dan mood
 
Muh prio susilo 19150408 pgmi_review buku karakteristik perkembangan emosi_re...
Muh prio susilo 19150408 pgmi_review buku karakteristik perkembangan emosi_re...Muh prio susilo 19150408 pgmi_review buku karakteristik perkembangan emosi_re...
Muh prio susilo 19150408 pgmi_review buku karakteristik perkembangan emosi_re...
 
Psikoanalisis shamil
Psikoanalisis shamilPsikoanalisis shamil
Psikoanalisis shamil
 
Emotion and mood
Emotion and moodEmotion and mood
Emotion and mood
 
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadianPsikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
 
Apa dan mengapa emotional spiritual
Apa dan mengapa emotional spiritualApa dan mengapa emotional spiritual
Apa dan mengapa emotional spiritual
 

Viewers also liked

Profile orang tua
Profile orang tuaProfile orang tua
Profile orang tuafranmita
 
BIMBINGAN ORANGTUA DALAM KEBERHASILAN BELAJAR
BIMBINGAN ORANGTUA DALAM KEBERHASILAN BELAJARBIMBINGAN ORANGTUA DALAM KEBERHASILAN BELAJAR
BIMBINGAN ORANGTUA DALAM KEBERHASILAN BELAJARmiftakhulkhabibi
 
Bagaimana rasulullah mendidik anak
Bagaimana rasulullah mendidik anakBagaimana rasulullah mendidik anak
Bagaimana rasulullah mendidik anakRizal Fuadi Muhammad
 
Cara nabi muhammad saw membentuk jiwa anak
Cara nabi muhammad saw membentuk jiwa anakCara nabi muhammad saw membentuk jiwa anak
Cara nabi muhammad saw membentuk jiwa anakRizal Fuadi Muhammad
 
Presentation1KARYA TULIS ILMIAH PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANGUN PRIBADI ANAK ...
Presentation1KARYA TULIS ILMIAH PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANGUN PRIBADI ANAK ...Presentation1KARYA TULIS ILMIAH PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANGUN PRIBADI ANAK ...
Presentation1KARYA TULIS ILMIAH PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANGUN PRIBADI ANAK ...Muhammad Najamuddin Jeneponto
 

Viewers also liked (7)

Profile orang tua
Profile orang tuaProfile orang tua
Profile orang tua
 
BIMBINGAN ORANGTUA DALAM KEBERHASILAN BELAJAR
BIMBINGAN ORANGTUA DALAM KEBERHASILAN BELAJARBIMBINGAN ORANGTUA DALAM KEBERHASILAN BELAJAR
BIMBINGAN ORANGTUA DALAM KEBERHASILAN BELAJAR
 
Peran orang tua
Peran orang tuaPeran orang tua
Peran orang tua
 
Bagaimana rasulullah mendidik anak
Bagaimana rasulullah mendidik anakBagaimana rasulullah mendidik anak
Bagaimana rasulullah mendidik anak
 
Cara nabi muhammad saw membentuk jiwa anak
Cara nabi muhammad saw membentuk jiwa anakCara nabi muhammad saw membentuk jiwa anak
Cara nabi muhammad saw membentuk jiwa anak
 
Presentation1KARYA TULIS ILMIAH PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANGUN PRIBADI ANAK ...
Presentation1KARYA TULIS ILMIAH PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANGUN PRIBADI ANAK ...Presentation1KARYA TULIS ILMIAH PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANGUN PRIBADI ANAK ...
Presentation1KARYA TULIS ILMIAH PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANGUN PRIBADI ANAK ...
 
Ds matematik thn 2
Ds matematik thn 2Ds matematik thn 2
Ds matematik thn 2
 

Similar to Emosi dan Perkembangannya

Makalah Perkembangan Emosi
Makalah Perkembangan EmosiMakalah Perkembangan Emosi
Makalah Perkembangan Emosianna rasyla
 
Pendekatan psikoanalisa
Pendekatan psikoanalisaPendekatan psikoanalisa
Pendekatan psikoanalisaRinatun4e
 
Pendekatan Konseling Psikoanalisis
Pendekatan Konseling PsikoanalisisPendekatan Konseling Psikoanalisis
Pendekatan Konseling PsikoanalisisLanggeng Prayogo
 
Makalah psikologi umu1
Makalah psikologi umu1Makalah psikologi umu1
Makalah psikologi umu1Warnet Raha
 
Kecerdasan emosional sebagai hasil belajar
Kecerdasan emosional sebagai hasil belajarKecerdasan emosional sebagai hasil belajar
Kecerdasan emosional sebagai hasil belajarRiva Warid
 
Peta kognitif pendekatan pada bk
Peta kognitif pendekatan pada bkPeta kognitif pendekatan pada bk
Peta kognitif pendekatan pada bkbaeniikhwati
 
Emosi, Stress dan Adaptasi
Emosi, Stress dan AdaptasiEmosi, Stress dan Adaptasi
Emosi, Stress dan Adaptasipjj_kemenkes
 
Pertemuan 11 12 Perkembangan Peserta Didik
Pertemuan 11 12 Perkembangan Peserta DidikPertemuan 11 12 Perkembangan Peserta Didik
Pertemuan 11 12 Perkembangan Peserta DidikmonichaSihombing
 
Memahami subjek didik secara holistik
Memahami subjek didik secara holistikMemahami subjek didik secara holistik
Memahami subjek didik secara holistikDedi Yulianto
 
Manusia dalam pandangan psikologi
Manusia dalam pandangan psikologiManusia dalam pandangan psikologi
Manusia dalam pandangan psikologiyuliusnyiara
 
Makalah rasional emotif (Zakaria Yahya)
Makalah rasional emotif (Zakaria Yahya)Makalah rasional emotif (Zakaria Yahya)
Makalah rasional emotif (Zakaria Yahya)zakariaye
 
Pengertian psikologi (2)
Pengertian psikologi (2)Pengertian psikologi (2)
Pengertian psikologi (2)Arip Doank
 
Emosi, Stress dan Adaptasi
Emosi, Stress dan AdaptasiEmosi, Stress dan Adaptasi
Emosi, Stress dan Adaptasipjj_kemenkes
 
Pengertian psikologi (2)
Pengertian psikologi (2)Pengertian psikologi (2)
Pengertian psikologi (2)Arip Doank
 

Similar to Emosi dan Perkembangannya (20)

Makalah Perkembangan Emosi
Makalah Perkembangan EmosiMakalah Perkembangan Emosi
Makalah Perkembangan Emosi
 
KonselingPsikoanalisa
KonselingPsikoanalisa KonselingPsikoanalisa
KonselingPsikoanalisa
 
Pendekatan psikoanalisa
Pendekatan psikoanalisaPendekatan psikoanalisa
Pendekatan psikoanalisa
 
Pendekatan Konseling Psikoanalisis
Pendekatan Konseling PsikoanalisisPendekatan Konseling Psikoanalisis
Pendekatan Konseling Psikoanalisis
 
Makalah psikologi umu1
Makalah psikologi umu1Makalah psikologi umu1
Makalah psikologi umu1
 
Makalah psikologi umu1
Makalah psikologi umu1Makalah psikologi umu1
Makalah psikologi umu1
 
Makalah psikologi
Makalah psikologiMakalah psikologi
Makalah psikologi
 
Kecerdasan emosional sebagai hasil belajar
Kecerdasan emosional sebagai hasil belajarKecerdasan emosional sebagai hasil belajar
Kecerdasan emosional sebagai hasil belajar
 
Peta kognitif pendekatan pada bk
Peta kognitif pendekatan pada bkPeta kognitif pendekatan pada bk
Peta kognitif pendekatan pada bk
 
Emosi
Emosi Emosi
Emosi
 
Emosional psikologi
Emosional psikologiEmosional psikologi
Emosional psikologi
 
Emosi, Stress dan Adaptasi
Emosi, Stress dan AdaptasiEmosi, Stress dan Adaptasi
Emosi, Stress dan Adaptasi
 
Pertemuan 11 12 Perkembangan Peserta Didik
Pertemuan 11 12 Perkembangan Peserta DidikPertemuan 11 12 Perkembangan Peserta Didik
Pertemuan 11 12 Perkembangan Peserta Didik
 
Memahami subjek didik secara holistik
Memahami subjek didik secara holistikMemahami subjek didik secara holistik
Memahami subjek didik secara holistik
 
Emosi
EmosiEmosi
Emosi
 
Manusia dalam pandangan psikologi
Manusia dalam pandangan psikologiManusia dalam pandangan psikologi
Manusia dalam pandangan psikologi
 
Makalah rasional emotif (Zakaria Yahya)
Makalah rasional emotif (Zakaria Yahya)Makalah rasional emotif (Zakaria Yahya)
Makalah rasional emotif (Zakaria Yahya)
 
Pengertian psikologi (2)
Pengertian psikologi (2)Pengertian psikologi (2)
Pengertian psikologi (2)
 
Emosi, Stress dan Adaptasi
Emosi, Stress dan AdaptasiEmosi, Stress dan Adaptasi
Emosi, Stress dan Adaptasi
 
Pengertian psikologi (2)
Pengertian psikologi (2)Pengertian psikologi (2)
Pengertian psikologi (2)
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Emosi dan Perkembangannya

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dilihat dari tiga ranah yang biasa digunakan dalam dunia pendidikan, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor, maka emosi adalah termasuk ke ranah afektif. Emosi banyak berpengaruh terhadap fungsi-fungsi psikis lainnya, seperti: pengamatan, tanggapan, pemikiran, dan kehendak. Individu akan mampu melakukan pengamatan atau pemikiran dengan baik jika disertai dengan emosi yang baik pula. Individu juga akan memberikan tanggapan atau respon yang positif terhadap suatu objek, manakala disertai dengan emosi yang positif pula. Sebaliknya, individu akan melakukan pengamatan atau tanggapan yang negatif terhadap suatu objek, jika disertai degnan emosi yang negatif terhadap objek tersebut. Setiap individu yang lahir akan selalu mengalami perkembangan baik itu jasmani maupun rohani, kognitif, afektif dan psikomotor, tidak henti-hentinya mengalami perkembangan dari masa ke masa. Termasuk juga emosi yang mengalami perkembangan karena emosi ini masih tergolong ke dalam ranah afektif (pemahaman). Sehingga setiap individu harus memantau dan mengarahkan masa-masa perkembangan ini ke arah yang lebih baik, sebab dalam masa ini termasuk masa yang sulit dikendalikan karena keadaan jiwa individu tersebut belum matang. Maka dari hal di atas kami tertarik untuk menyusun makalah ini, yang membahas seputar perkembangan emosi dan proses pembelajaran. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, kami akan merumuskan masalah-masalah yang akan dibahas dalam bab pembahasan nanti, yaitu: 1. Bagaimana pengertian definisi itu sendiri? 2. Apa saja bentuk-bentuk dari emosi itu? 3. Bagaimana hubungan antara emosi dengan tingkah laku? 4. Bagaimana juga karakteristik perkembangan emosi subjek didik? 5. Fakto-faktor apa sajakah yang mempengaruhi perkembangan emosi subjek didik?
  • 2. 2 C. Tujuan Dari rumusan masalah di atas, kami bertujuan untuk menjelaskan, hal-hal berikut: 1. Pengertian emosi menurut para ahli. 2. Menjelaskan bentuk-bentuk dari emosi itu sendiri. 3. Menjelaskan hubungan antara emosi dengan tingkah laku. 4. Menguraiakn tentang karakteristik perkembangan emosi subjek didik. 5. Menyebutkan dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi subjek didik. D. Batasan Masalah kami membatasi masalah peran psikologi pendidikan hanya pada “ emisional “ E. metode penulisan metode penyusunan makalah yang kami gunakan adalah sudi pustaka.
  • 3. 3 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Emosi Banyak sekali definisi mengenai emosi yang dikemukakan oleh para ahli, karena memang istilah emosi ini menurut Daniel Goleman (1995) yang merupakan pakar “kecerdasan emosional” makna yang tepat masih sangat membingungkan, baik di kalangan para ahli psikologi maupun ahli filsafat dalam kurun waktu selama lebih dari satu abad. Karena sedemikian membingungkannya makna emosi itu, maka Daniel Goleman mendifinisikan emosi dengan merujuk kepada makna secara harfiah, yang diambil dari “Oxford English Dictionary” yang memaknai emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan dan nafsu; setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa emosi itu merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Menurut Chaplin (1989) dalam “Dictionary of Psychology” mendefinisikan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku. Chaplin membedakan antara emosi dengan perasaan, dan dia mendefinisikan perasaan (feeling) adalah pengalaman disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang eksternal maupun oleh bermacam-macam keadaan jasmaniah. Jadi, dengan demikian, emosi adalah suatu respon terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologi disertai dengan perasaan yang kuat dan biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus. Respon demikian terjadi terhadap perangsang- perangsang eksternal maupun internal. Dengan definisi ini semakin jelas perbedaan antara emosi denan perasaan, bahkan di sini tampak jelas bahwa perasaan itu termasuk ke dalam emosi atau menjadi bagian dari emosi. Menurut Daniel Goleman, sesungguhnya ada ratusan emosi dengan berbagai variasi, campuran, mutasi, dan nuansanya sehingga makna yang dikandungnya lebih banyak, lebih kompleks dan lebih halus daripada kata dan definisi yang digunakan untuk menjelaskan emosi.
  • 4. 4 B. Bentuk-bentuk Emosi Meskipun emosi sedemikian kompleksnya, namun Daniel Goleman sempat mengidentifikasi sejumlah kelompok emosi, yaitu: 1. Amarah; di dalamnya meliputi sifat beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, berang, tersinggung dan kebencian patologis. 2. Kesedihan; di dalamnya meliputi pedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa dan depresi. 3. Rasa takut; di dalamnya meliputi cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, sedih, wasapada, tidak tenang dan pobia. 4. Kenikmatan; meliputi bahagia, gembira, ringan puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan inderawi, terpesona dan mania. 5. Cinta; meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, hormat, kasmaran, dan kasih sayang. 6. Terkejut; meliputi terkesiap, takjub dan terpana. 7. Jengkel; meliputi hina, muak, jijik, benci dan mau muntah. 8. Malu; meliputi rasa bersalah, malu hati, kesal hati, menyesal, dan hati hancur lebur. Dari daftar emosi di atas, berdasarkan temuan penelitian Paul Ekman dari University of California di San Fransisco, ternyata ada bahasa emosi yang dikenal oleh seluruh bangsa di dunia, yakni emosi yang diwujudkan dalam bentuk ekspresi wajah yang di dalamnya mengandung emosi takut, marah, sedih, dan senang. Dan ini benar-benar dikenali oleh bangsa seluruh dunia meski berbeda budaya, bahkan bangsa-bangsa yang buta huruf, yang belum tercemar oleh siaran televisi sekalipun mereka kenal. Dengan demikian, ekspresi wajah sebagai representasi dari emosi itu memiliki universalitas tentang emosi tersebut. C. Hubungan antara Emosi dengan Tingkah Laku Melalui teori “kecerdasan emosional” yang dikembangkannya, Daniel Goleman mengemukakan sejumlah ciri utama pikiran emosional sebagai bukti bahwa emosi memainkan peranan penting dalam pola berpikir maupun tingkah laku individu. Adapun ciri utama pikiran tersebut adalah sebagai berikut: 1. Repons yang Cepat Tetapi Ceroboh Pikiran yang emosional itu ternyata jauh lebih cepat dari pada pikiran yang rasional karena pikiran emosional sesungguhnya langsung melompat bertindak tanpa mempertimbangkan apapun yang akan dilakukannya. Karena kecepatannya itu sehingga sikap hati-hati dan proses analistis dalam berpikir dikesampingkan begitu saja sehingga tidak jarang menjadi ceroboh. Padahal, kehati-hatian dan analistis itu sesungguhnya merupakan ciri khas dari proses kerja akal dalam berpikir. Namun, demikian, di sisi lain pikiran emosional ini juga memiliki suatu kelebihan, yakni membawa rasa kepastian yang sangat kuat dan di luar
  • 5. 5 jangkauan normal sebagaimana yang dilakukan oleh pikiran rasional. Misalnya, seorang wanita yang karena sangat takut dan terkejutnya melihat binatang yang selama ini sangat ditakutinya, maka dia mampu melompati parit yang menurut ukuran pikiran rasional tidak akan mungkin dapat dilakukannya. 2. Mendahulukan Perasaan Baru Kemudian Pikiran Pada dasarnya, pikiran rasional sesungguhnya membutuhkan waktu sedikit lama dibandingkan dengan pikiran emosional sehingga dorongan yang lebih dahulu muncul adalah dorongan hati atau emosi, baru kemudian dorongan pikiran. Dalam urutan respon yang cepat, perasaan mendahului atau minimal berjalan serempak dengan pikiran. Reaksi emosional gerak cepat ini lebih tampak dalam situasi-situasi yang mendesak dan membutuhkan tindakan penyelamatan diri. Keputusan model ini menyiapkan individu dalam sekejap untuk siap siaga menghadapi keadaan darurat. Di sinilah keuntungan keputusan- keputusan cepat yang didahului oleh perasaan atau emosi. Namun demikian, di sisi lain, ada juga reaksi emosional jenis lambat yang lebih dahulu melakukan penggodongan dalam pikiran sebelum mengalirkannya ke dalam perasaan. Keputusan model kedua ini sifatnya lebih disengaja dan biasanya individu lebih sadar terhadap gagasan-gagasan yang akan dikemukakannya. Dalam reaksi emosional jenis ini, ada suatu pemahaman yang lebih luas dan pikiran memainkan peranan kunci dalam menentukan emosi-emosi apa yang akan dicetuskannya. 3. Memperlakukan Realitas Sebagai Realitas Simbolik Logika pikiran emosional, yang disebut juga sebagai logika hati, itu bersifat asosiatif. Dalam arti memandang unsur-unsur yang melambangkan suatu realitas itu sama dengan realitas itu sendiri. Oleh sebab itu, seringkali berbagai perumpamaan, pantu, kiasan dan teater secara langsung ditujukan kepada pikiran emosional. Para ulama pensyiar agama dan para guru spiritual termasyhur pada umumnya dalam menyampaikan ajaran-ajarannya senantiasa berusaha menyentuh hati para pengikutnya dengan cara berbicara dalam bahasa emosi, dengan mengajar melalui perumpamaan, fabel, filsafat, ibarat dan kisah- kisah yang sangat menyentuh perasaan. Oleh karena itulah, ajaran-ajaran orang-orang bijak itu dengan cepat dan mudah dimengerti pikiran rasional, sesungguhnya simbol-simbol dan berbagai ritual keagamaan itu tidak sedemikian bermakna jika dibandingkan dengan sudut pandang pikiran emosional.
  • 6. 6 4. Masa Lampau Diposisikan Sebagai Masa Sekarang Dari sudut pandang ini, apabila sejumlah ciri suatu peristiwa tampak serupa dengan kenangan masa lampau yang mengandung muatan emosi, maka pikiran emosional akan menanggapinya dengan memicu perasaan-perasaan yang berkaitan dengan peristiwa yang diingat itu. Pikiran bereaksi terhadap keadaan sekarang seolah-olah keadaan itu adalah masa lampau. Kesulitannya adalah, terutama apabila penilaian terhadap masa lampau itu cepat dan otomatis, barangkali kita tidak menyadari bahwa yang dahulu memang begitu, ternyata sekarang sudah tidak lagi seperti itu. D. Karakteristik Perkembangan Emosi Subjek Didik Masa remaja adalah masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa, maka status remaja agak kabur, baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya. Conny Semiawan mengibaratkan: “terlalu besar untuk serbet, tetapi terlalu kecil untuk taplak meja” karena sudah bukan anak-anak lagi, tetapi juga belum dewasa. Masa remaja biasanya memiliki energi yang besar, emosi berkobar-kobar, sedangkan pengendalian diri belum sempurna. Remaja juga sering mengalami perasaan tidak aman, tidak tenang dan khawatir kesepian. Secara garis besar, masa remaja dapat dibagi ke dalam empat periode, yaitu: periode pra- remaja, remaja awal, remaja tengah, dan remaja akhir. Adapun karakteristik untuk setiap periode adalah sebagai berikut: 1. Periode Pra-remaja Selama periode ini terjadi gejala-gejala yang hampir sama antara remaja pria maupun wanita. Perubahan fisik belum begitu tampak jelas, tetapi pada remaja putri biasanya memperlihatkan penambahan berat badan yang cepat sehingga mereka merasa kegemukan. Gerakan-gerakan mereka mulai menjadi kaku. Perubahan ini disertai sifat kepekaan terhadap rangsang-rangsang dari luar, responnya biasanya berlebihan sehingga mereka mudah tersinggung dan cengeng, tetapi cepat merasa senang atau bahkan meledak-ledak. 2. Periode Remaja Awal Selama periode ini perkembangan gejala fisik yang semakin tampak jelas adalah perubahan fungsi alat-alat kelamin. Karena perubahan alat-alat kelamin serta perubahan fisik yang semakin nyata ini, remaja seringkali mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan itu. Akibatnya, tidak jarang mereka cenderung menyendiri sehingga tidak jarang pula merasa terasing, kuran perhatian dari orang lain, atau bahkan merasa tidak ada orang yang mau mempedulikannya. Kontrol terhadap dirinya bertambah sulit dan mereka cepat marah dengan cara-cara yang kurang wajar untuk meyakinkan dunia
  • 7. 7 sekitarnya. Perilaku seperti ini sesungguhnya terjadi karena adanya kecemasan terhadap dirinya sendiri sehingga muncul dalam reaksi yang kadang-kadang tidak wajar. 3. Periode Remaja Tengah Tanggung jawab hidup yang harus semakin ditingkatkan oleh remaja untuk dapat menuju ke arah mampu memikul sendiri seringkali menimbulkan masalah tersendiri bagi remaja. Karena tuntutan peningkatan tanggungjawab ini tidak hanya datang dari orang tua atau anggota keluarganya melainkan juga dari masyarakat sekitarnya, maka tidak jarang masyarakat juga terbawa-bawa menjadi masalah bagi remaja. Melihat fenomena yang sering terjadi dalam masyarakat yang seringkali juga menunjukkan adanya kontradiksi dengan nilai-nilai moral yang mereka ketahui, maka tidak jarang juga remaja mulai meragukan tentang apa yang disebut baik atau buruk. Akibatnya, remaja seringkali ingin membentuk nilai-nilai mereka sendiri yang mereka anggap benar, baik, dan pantas untuk dikembangkan di kalangan mereka sendiri. 4. Periode Remaja Akhir Selama periode ini remaja mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan mulai mampu menunjukkan pemikiran, sikap, dan perilaku yang semakin dewasa. Oleh sebab itu, orang tua dan masyarakat mulai memberikan kepercayaan yang selayaknya kepada mereka. Interaksi dengan orang tua juga menjadi lebih bagus dan lancar karena mereka sudah semakin memiliki kebebasan yang relatif terkendali serta emosinya pun mulai stabil. Pilihan arah hidup sudah semakin jelas dan mulai mampu mengambil pilihan serta keputusan tentang arah hidupnya secara lebih bijaksana meskipun belum bisa secara penuh. Mereka juga mulai memilih cara-cara hidupnya yang dapat dipertanggungjawabkan terhadap dirinya sendiri, orang tua, dan masyarakat. E. Proses Pembelajaran untuk Membantu Perkembangan Emosi Subjek Didik Intervensi pendidikan untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat berkembang ke arah kecerdasan emosional, adalah dengan menggunakan intervensi yang dikemukakan oleh W.T. Grant Consortium tentang “unsur-unsur aktif program pencegahan”, sebagai berikut: 1. Pengembangan Keterampilan Emosional Cara yang dapat dilakukan antara lain: 1. Mengidentifikasi dan memberi nama-nama atau label-label perasaan 2. Mengungkapkan perasaan 3. Menilai intensitas perasaan 4. Mengelola perasaan 5. Menunda pemuasan
  • 8. 8 6. Mengendalikan dorongan hati 7. Mengurangi stress 8. Memahami perbedaan antara perasaan dan tindakan 2. Pengembangan Keterampilan Kognitif Cara yang dapat dilakukan antara lain: 1. Belajar melakukan dialog batin,untuk mengatasi dan menghadapi masalah atau memperkuat perilaku diri sendiri. 2. Belajar membaca dan menafsirkan isyarat-isyarat sosial. 3. Belajar menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan, seperti mengendalikan dorongan hati, menentukan sasaran. 4. Belajar memahami sudut pandang orang lain (empati). 5. Belajar bersikap positif terhadap kehidupan. 6. Belajar mengembangkan kesadaran diri, misal mengembangkan harapan-harapan yang realistis tentang diri sendiri. 3. Pengembangan Keterampilan Perilaku Cara yang bisa dilakukan antara lain: 1. Belajar keterampilan komunikasi non-verbal; misal, komunikasi lewat pandangan mata, ekspresi wajah, posisi tubuh dan lain-lain. 2. Belajar keterampilan komunikasi verbal; misal mengajukan permintaan-permintaan dengan jelas, menolak pengaruh negatif dan sejenisnya.
  • 9. 9 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Dari uraian-uraian di atas, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan, bahwa emosi adalah setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu; setipa keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Sedangkan perasaan (feeling) adalah pengalaman disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang eksternal maupun oleh bermacam-bermacam keadaan jasmaniah. Karakteristik perkembangan emosi remaja sejalan dengan perkembangan masa remaja itu sendiri, yaitu: (a) perubahan fisik tahap awal pada periode pra remaja, (b) periode remaja tengah, (c) periode remaja akhir. Kemudian lima faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja adalah: (a) perubahan jasmani, (b) perubahan pola interaksi dengan orang tua, (c) perubahan interaksi dengna teman sebaya, (d) perubahan pandangan luar, (e) perubahan interaksi dengan sekolah. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan emosi remaja agar berkembang ke arah kecerdasan emosional antara lain dengan belajar mengembangkan: (a) keterampilan emosional, (b) keterampilan kognitif dan (c) keterampilan perilaku. B. SARAN makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan apabila ada kesalahan mohon kritikan dari pembaca yang sifatnya membangun.
  • 10. 10 DAFTAR PUSTAKA  Fawzi Aswin Hadis (1991).Perilaku Menyimpang Remaja Ditinjau dari Psikologi Perkembangan.Jakarta: Makalah Disampaikan pada Seminar tentang Problematik Remaja Kita dan Tantangan Masa Depannya, 5 Nopember 1991  Conny Semiawan; A.S. Munandar; dan S.C.U. Munandar (1984).Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah: Petunjuk Bagi Guru dan Orang Tua. Jakarta: Gramedia.  Utami Munandar (1992).Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.