3. Kata empati (empathy) berasal dari
bahasa Yunani dan Jamaica
empatheia
Istilah ini diadaptasi pertama kali oleh
Theodore Lipps , seorang psikolog
dari Jerman th 1880 yg menciptakan
istilah “einfühlung”.
3
7. Keadaan ketika pengamat
bereaksi secara emosional
karena menanggapi orang
lain mengalami atau setelah
mengalami suatu emosi.
(Scotland, et al.,1978)
7
10. An emotional response that
stems from another’s emotional
state or condition and that is
congruent with the other’s
emotional state or condition.
(Eisenberg & Strayer, 1987)
10
11. An other oriented emotional
respons elicited by and
congruent with the perceived
welfare of some one else”.
(Batson, Ahmad, Lishner, & Tsang, 2005)
11
12. Suatu persamaan perasaan
yang dialami diri seseorang
dengan orang lain, tanpa ada
kebingungan diantara
keduanya.
(Jean Decety, 2008)
12
13. Empati sering digambarkan
sebagai “put oneself into
another’s shoes”
(menempatkan diri ke dalam
sepatu orang lain) yang berarti
pandangan atau emosi orang
lain yang dirasakan dalam diri,
semacam resonansi emosi.
13
14. Secara umum empati berhubungan
dengan kesehatan mental &
hubungan yang positif dengan
orang lain, dan terbukti bahwa
empati erat hubungannya dengan
kematangan moral seseorang.
(Curtis, Billingslea, & Wilson
1988; Hogan 1969)
14
16. Kemampuan untuk berempati secara
langsung bergantung pada
kemampuan seseorang merasakan
perasaannya sendiri & mengenalinya.
Jika seseorang tidak pernah merasakan
suatu perasaan tertentu, maka akan
sulit baginya untuk memahami
bagaimana perasaan orang lain.
16
17. Maka, langkah pertama yang dilakukan
adalah harus mampu mengalami
perasaan / emosi dalam diri sendiri.
Maksudnya adalah kita harus terbuka
dengan perasaan sendiri dan tidak
mengalihkan diri dari perasaan
tersebut atau mencoba mematikan
perasaan sendiri dengan obat – obatan,
alkohol dan lain sebagainya.
17
18. Langkah berikutnya, kita perlu
menyadari apa yang sebenarnya
dirasakan – mengakui,
mengenali dan menerima apa
yang kita rasakan.
Dengan kata lain, tetaplah selalu
“berhubungan” dengan
perasaanmu.
18
19. Dengan begitu, baru kita dapat
berempati dengan orang lain.
Empati dimulai dengan menyadari
perasaan yang dialami oleh orang
lain. Hal ini akan lebih mudah jika
orang tsb mengatakan apa yang
dirasakannya.
19
20. Tetapi orang lebih sering tidak
mengatakannya. Kita harus bertanya,
membaca apa yang tersirat, menerka –
nerka dan mencoba mengartikan
isyarat /non verbal.
Emosi yang diekpresikan lebih mudah
dibaca karena mata & wajah secara
konstan menunjukan bagaimana
perasaan seseorang.
20
21. Kemampuan manusia mengenal
perasaan orang lain berhubungan
dgn kemampuan meniru
seseorang dan berasal dari bawaan
sejak lahir yang menghubungkan
gerakan tubuh dan ekspresi
wajah seseorang.
21
22. Manusia tampaknya juga
membuat hubungan langsung
antara nada bicara dan ekspresi
wajah dengan perasaannya.
Maka, untuk dapat melakukan
empati pada dasarnya adalah
melihat ekspresi wajah,
gerakan tubuh atau mendengar
nada bicara seseorang.
22
23. Membaca suatu perasaan dan secara
intelektual mengetahui perasaan
tersebut , kadang – kadang sangat
berbeda dengan perasaan yang
pernah dialami sendiri.
23
24. Walaupun sikap empati melibatkan
beberapa hal yang dapat
menggetarkan dalam diri
seseorang, mungkin tidak
pernah mengalaminya
sendiri,
tapi dapat memahami perasaan
yang ada pada orang lain.
24
26. Setelah memahami bagaimana perasaan
orang lain, kita menujukkan sikap
empati dengan mengakui emosi
tersebut. Mungkin dengan :
Kita mengatakan contohnya :
- Saya melihat kamu tidak nyaman
dengan keadaan ini.
- Saya mengerti kenapa kamu sedih.
26
27. Kita juga bisa menunjukan
empati melalui tanda
sederhana dari kasih sayang
seperti pelukan atau sentuhan
lembut.
27
28. Walaupun empati biasanya digunakan
pada perasaan yang menyakitkan bagi
seseorang, tapi dapat juga digunakan
untuk perasaan positif seseorang atau
keberhasilan, kepandaian,
kebanggaan, prestasi dan lain
sebagainya.
Dalam hal ini tepukan tangan kita
dengan orang lain (tos) juga
sebagai tanda empati. 28
29. Beberapa penelitian menunjukan
bahwa seseorang lebih mampu
dan mau berempati dengan
orang – orang yang mempunyai
banyak persamaan dengan dirinya.
29
30. Khususnya, rasa empati meningkat
dalam kesamaan budaya dan
kondisi kehidupan.
Kita juga lebih cendrung berempati
dengan orang – orang yang lebih
sering kita berintereaksi.
(Levenson & Reuf 1997; Hoffmann 2000)
30
31. Empati bukanlah suatu proses untuk
menyampaikan penilaian terhadap
keadaan emosi orang lain.
Ini merupakan keahlian /
kemampuan yang dikembangkan
secara bertahap sepanjang hidup
dan yang meningkatkan kontak
kita dengan siapa kita berempati.
31
32. Jika ingin berkomunikasi dengan
orang lain, akan berguna bila
menunjukan sikap empati.
Hal ini dilakukan untuk membuka
saluran komunikasi dengan orang
lain.
32
34. Pada usia 2 tahun, anak – anak
biasanya mulai menampilkan
perilaku dasar dari empati
dengan suatu respon emosi
yang terkait dengan orang lain.
34
35. Pada usia 2 tahun juga, anak –
anak akan memainkan permainan
kebohongan atau “berpura – pura”
untuk membodohi orang lain, dan
ini mengharuskan anak
mengetahui apa yang orang lain
percaya sebelum ia dapat
memanipulasi orang lain.
35
36. Bahkan pada usia 1 tahun, bayi
mempunyai beberapa bibit / dasar
empati, dalam arti bahwa mereka
memahaminya, seperti apa yang
mereka lakukan, orang lain
lakukan yang mempunyai tujuan.
36
37. Menurut peneliti di Universitas
Chicago yang menggunakan
fungsional magnetic resonance
imaging (fMRI), anak yang
berumur 7 – 12 tahun akan
muncul secara alami rasa
empati terhadap orang lain
yang dalam keadaan sakit /
menderita.
37
38. Temuan mereka, yang diterbitkan di
Neuropsychologia (3 Juni 2008),
pada orang dewasa juga ditemukan
rasa empati terhadap perasaan
sakit / penderitaan orang lain yang
konsisten dengan penemuan fMRI
sebelumnya.
38
40. Isu gender dalam empati sangat
kontroversial.
Sering diakui bahwa perempuan
lebih mampu berempati
dibandingkan laki – laki.
40
41. Beberapa penelitian baru – baru ini,
dengan menggunakan berbagai
pengukuran neuropsikologis, termasuk
magnetoencephalography (MEG),
rangsangan refleks spinal,
electroencephalography, telah
membuktikan adanya perbedaan
gender pada sistem neuron cermin
manusia.
41
42. Pada penelitian ini peserta perempuan
menunjukan resonansi yang lebih kuat
daripada peserta laki – laki.
Selain itu, penelitian tersebut juga
menemukan bahwa nilai pada laporan
pribadi yang mengukur empati pada
peserta perempuan lebih tinggi, dan
berbagai bentuk pengukuran
berkorelasi positif dengan
respon fisiologis.
42