SlideShare a Scribd company logo
1 of 43
Dr. ANANDIA PUTRIYUNI
1
ETIMOLOGI
EMPATI
2
Kata empati (empathy) berasal dari
bahasa Yunani dan Jamaica
empatheia
Istilah ini diadaptasi pertama kali oleh
Theodore Lipps , seorang psikolog
dari Jerman th 1880 yg menciptakan
istilah “einfühlung”.
3
DEFENISI
EMPATI
4
Memahami orang lain yang
tidak mempunyai arti
emosional bagi kita.
(Freud, 1921)
5
The intellectual or
imaginative apprehension of
another’s condition or state
of mind.
(Hogan, 1969)
6
Keadaan ketika pengamat
bereaksi secara emosional
karena menanggapi orang
lain mengalami atau setelah
mengalami suatu emosi.
(Scotland, et al.,1978)
7
Imaginative intellectual and
emotional participation in
another person’s experience.
(Bennet, 1979)
8
Motivasi yang berorientasi
ke arah orang lain
(Daniel Batson, 1987)
9
An emotional response that
stems from another’s emotional
state or condition and that is
congruent with the other’s
emotional state or condition.
(Eisenberg & Strayer, 1987)
10
An other oriented emotional
respons elicited by and
congruent with the perceived
welfare of some one else”.
(Batson, Ahmad, Lishner, & Tsang, 2005)
11
Suatu persamaan perasaan
yang dialami diri seseorang
dengan orang lain, tanpa ada
kebingungan diantara
keduanya.
(Jean Decety, 2008)
12
Empati sering digambarkan
sebagai “put oneself into
another’s shoes”
(menempatkan diri ke dalam
sepatu orang lain) yang berarti
pandangan atau emosi orang
lain yang dirasakan dalam diri,
semacam resonansi emosi.
13
Secara umum empati berhubungan
dengan kesehatan mental &
hubungan yang positif dengan
orang lain, dan terbukti bahwa
empati erat hubungannya dengan
kematangan moral seseorang.
(Curtis, Billingslea, & Wilson
1988; Hogan 1969)
14
LANGKAH UNTUK
BERSIKAP EMPATI
15
Kemampuan untuk berempati secara
langsung bergantung pada
kemampuan seseorang merasakan
perasaannya sendiri & mengenalinya.
Jika seseorang tidak pernah merasakan
suatu perasaan tertentu, maka akan
sulit baginya untuk memahami
bagaimana perasaan orang lain.
16
Maka, langkah pertama yang dilakukan
adalah harus mampu mengalami
perasaan / emosi dalam diri sendiri.
Maksudnya adalah kita harus terbuka
dengan perasaan sendiri dan tidak
mengalihkan diri dari perasaan
tersebut atau mencoba mematikan
perasaan sendiri dengan obat – obatan,
alkohol dan lain sebagainya.
17
Langkah berikutnya, kita perlu
menyadari apa yang sebenarnya
dirasakan – mengakui,
mengenali dan menerima apa
yang kita rasakan.
Dengan kata lain, tetaplah selalu
“berhubungan” dengan
perasaanmu.
18
Dengan begitu, baru kita dapat
berempati dengan orang lain.
Empati dimulai dengan menyadari
perasaan yang dialami oleh orang
lain. Hal ini akan lebih mudah jika
orang tsb mengatakan apa yang
dirasakannya.
19
Tetapi orang lebih sering tidak
mengatakannya. Kita harus bertanya,
membaca apa yang tersirat, menerka –
nerka dan mencoba mengartikan
isyarat /non verbal.
Emosi yang diekpresikan lebih mudah
dibaca karena mata & wajah secara
konstan menunjukan bagaimana
perasaan seseorang.
20
Kemampuan manusia mengenal
perasaan orang lain berhubungan
dgn kemampuan meniru
seseorang dan berasal dari bawaan
sejak lahir yang menghubungkan
gerakan tubuh dan ekspresi
wajah seseorang.
21
Manusia tampaknya juga
membuat hubungan langsung
antara nada bicara dan ekspresi
wajah dengan perasaannya.
Maka, untuk dapat melakukan
empati pada dasarnya adalah
melihat ekspresi wajah,
gerakan tubuh atau mendengar
nada bicara seseorang.
22
Membaca suatu perasaan dan secara
intelektual mengetahui perasaan
tersebut , kadang – kadang sangat
berbeda dengan perasaan yang
pernah dialami sendiri.
23
Walaupun sikap empati melibatkan
beberapa hal yang dapat
menggetarkan dalam diri
seseorang, mungkin tidak
pernah mengalaminya
sendiri,
tapi dapat memahami perasaan
yang ada pada orang lain.
24
MENUNJUKAN
SIKAP EMPATI
25
Setelah memahami bagaimana perasaan
orang lain, kita menujukkan sikap
empati dengan mengakui emosi
tersebut. Mungkin dengan :
Kita mengatakan contohnya :
- Saya melihat kamu tidak nyaman
dengan keadaan ini.
- Saya mengerti kenapa kamu sedih.
26
Kita juga bisa menunjukan
empati melalui tanda
sederhana dari kasih sayang
seperti pelukan atau sentuhan
lembut.
27
Walaupun empati biasanya digunakan
pada perasaan yang menyakitkan bagi
seseorang, tapi dapat juga digunakan
untuk perasaan positif seseorang atau
keberhasilan, kepandaian,
kebanggaan, prestasi dan lain
sebagainya.
Dalam hal ini tepukan tangan kita
dengan orang lain (tos) juga
sebagai tanda empati. 28
Beberapa penelitian menunjukan
bahwa seseorang lebih mampu
dan mau berempati dengan
orang – orang yang mempunyai
banyak persamaan dengan dirinya.
29
Khususnya, rasa empati meningkat
dalam kesamaan budaya dan
kondisi kehidupan.
Kita juga lebih cendrung berempati
dengan orang – orang yang lebih
sering kita berintereaksi.
(Levenson & Reuf 1997; Hoffmann 2000)
30
Empati bukanlah suatu proses untuk
menyampaikan penilaian terhadap
keadaan emosi orang lain.
Ini merupakan keahlian /
kemampuan yang dikembangkan
secara bertahap sepanjang hidup
dan yang meningkatkan kontak
kita dengan siapa kita berempati.
31
Jika ingin berkomunikasi dengan
orang lain, akan berguna bila
menunjukan sikap empati.
Hal ini dilakukan untuk membuka
saluran komunikasi dengan orang
lain.
32
PERKEMBANGAN
EMPATI
33
Pada usia 2 tahun, anak – anak
biasanya mulai menampilkan
perilaku dasar dari empati
dengan suatu respon emosi
yang terkait dengan orang lain.
34
Pada usia 2 tahun juga, anak –
anak akan memainkan permainan
kebohongan atau “berpura – pura”
untuk membodohi orang lain, dan
ini mengharuskan anak
mengetahui apa yang orang lain
percaya sebelum ia dapat
memanipulasi orang lain.
35
Bahkan pada usia 1 tahun, bayi
mempunyai beberapa bibit / dasar
empati, dalam arti bahwa mereka
memahaminya, seperti apa yang
mereka lakukan, orang lain
lakukan yang mempunyai tujuan.
36
Menurut peneliti di Universitas
Chicago yang menggunakan
fungsional magnetic resonance
imaging (fMRI), anak yang
berumur 7 – 12 tahun akan
muncul secara alami rasa
empati terhadap orang lain
yang dalam keadaan sakit /
menderita.
37
Temuan mereka, yang diterbitkan di
Neuropsychologia (3 Juni 2008),
pada orang dewasa juga ditemukan
rasa empati terhadap perasaan
sakit / penderitaan orang lain yang
konsisten dengan penemuan fMRI
sebelumnya.
38
GENDER EMPATI
39
Isu gender dalam empati sangat
kontroversial.
Sering diakui bahwa perempuan
lebih mampu berempati
dibandingkan laki – laki.
40
Beberapa penelitian baru – baru ini,
dengan menggunakan berbagai
pengukuran neuropsikologis, termasuk
magnetoencephalography (MEG),
rangsangan refleks spinal,
electroencephalography, telah
membuktikan adanya perbedaan
gender pada sistem neuron cermin
manusia.
41
Pada penelitian ini peserta perempuan
menunjukan resonansi yang lebih kuat
daripada peserta laki – laki.
Selain itu, penelitian tersebut juga
menemukan bahwa nilai pada laporan
pribadi yang mengukur empati pada
peserta perempuan lebih tinggi, dan
berbagai bentuk pengukuran
berkorelasi positif dengan
respon fisiologis.
42
43

More Related Content

What's hot (20)

Konsep diri
Konsep  diriKonsep  diri
Konsep diri
 
Empati ppt 2
Empati ppt 2Empati ppt 2
Empati ppt 2
 
Perkembangan emosi
Perkembangan emosiPerkembangan emosi
Perkembangan emosi
 
Komunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonalKomunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonal
 
Sistem Komunikasi Intrapersonal
Sistem Komunikasi IntrapersonalSistem Komunikasi Intrapersonal
Sistem Komunikasi Intrapersonal
 
Etika komunikasi
Etika komunikasiEtika komunikasi
Etika komunikasi
 
Kekuatan pikiran
Kekuatan pikiranKekuatan pikiran
Kekuatan pikiran
 
Emosi dan Komunikasi
Emosi dan KomunikasiEmosi dan Komunikasi
Emosi dan Komunikasi
 
Kognisi: Sensasi, Persepsi, dan Kesadaran
Kognisi: Sensasi, Persepsi, dan KesadaranKognisi: Sensasi, Persepsi, dan Kesadaran
Kognisi: Sensasi, Persepsi, dan Kesadaran
 
Persepsi Sosial
Persepsi SosialPersepsi Sosial
Persepsi Sosial
 
Kerjasama Kelompok (Team Work)
Kerjasama Kelompok (Team Work)Kerjasama Kelompok (Team Work)
Kerjasama Kelompok (Team Work)
 
keterampilan konseling
keterampilan konselingketerampilan konseling
keterampilan konseling
 
ppt sikap asertif.pptx
ppt sikap asertif.pptxppt sikap asertif.pptx
ppt sikap asertif.pptx
 
Berperilaku Asertif
Berperilaku AsertifBerperilaku Asertif
Berperilaku Asertif
 
Emosi
EmosiEmosi
Emosi
 
psikologi komunikasi
psikologi komunikasipsikologi komunikasi
psikologi komunikasi
 
Teori komunikasi keluarga
Teori komunikasi keluargaTeori komunikasi keluarga
Teori komunikasi keluarga
 
Presentasi motivasi diri
Presentasi motivasi diriPresentasi motivasi diri
Presentasi motivasi diri
 
Ppt05 manajemen stres
Ppt05 manajemen stresPpt05 manajemen stres
Ppt05 manajemen stres
 
Ppt pengertian simpati dan empati
Ppt pengertian simpati dan empatiPpt pengertian simpati dan empati
Ppt pengertian simpati dan empati
 

Viewers also liked

Empati 2 (modul empati dan motivasi)
Empati 2 (modul empati dan motivasi)Empati 2 (modul empati dan motivasi)
Empati 2 (modul empati dan motivasi)fikri asyura
 
Empati 3 (modul empati dan motivasi)
Empati 3 (modul empati dan motivasi)Empati 3 (modul empati dan motivasi)
Empati 3 (modul empati dan motivasi)fikri asyura
 
(modul empati dan motivasi)
(modul empati dan motivasi)(modul empati dan motivasi)
(modul empati dan motivasi)fikri asyura
 
Angina pectoris stabil
Angina pectoris stabilAngina pectoris stabil
Angina pectoris stabilfikri asyura
 

Viewers also liked (6)

P point empati
P point empatiP point empati
P point empati
 
Empati 2 (modul empati dan motivasi)
Empati 2 (modul empati dan motivasi)Empati 2 (modul empati dan motivasi)
Empati 2 (modul empati dan motivasi)
 
Empati 3 (modul empati dan motivasi)
Empati 3 (modul empati dan motivasi)Empati 3 (modul empati dan motivasi)
Empati 3 (modul empati dan motivasi)
 
(modul empati dan motivasi)
(modul empati dan motivasi)(modul empati dan motivasi)
(modul empati dan motivasi)
 
Empati
EmpatiEmpati
Empati
 
Angina pectoris stabil
Angina pectoris stabilAngina pectoris stabil
Angina pectoris stabil
 

Similar to EMPATI

Empati`(modul empati dan motivasi)
Empati`(modul empati dan motivasi)Empati`(modul empati dan motivasi)
Empati`(modul empati dan motivasi)fikri asyura
 
Tingkah laku pro social.,
Tingkah laku pro social.,Tingkah laku pro social.,
Tingkah laku pro social.,Deep Walker
 
Hubungan antar manusia
Hubungan antar manusiaHubungan antar manusia
Hubungan antar manusiaValny Majid
 
kaedah penceritaan
kaedah penceritaankaedah penceritaan
kaedah penceritaanRina Intang
 
1_HUBUNGAN DALAM KOMUNIKASI.ppt
1_HUBUNGAN DALAM KOMUNIKASI.ppt1_HUBUNGAN DALAM KOMUNIKASI.ppt
1_HUBUNGAN DALAM KOMUNIKASI.pptAnggaWinata5
 
emosi-150319061245-conversion-gate01.pdf
emosi-150319061245-conversion-gate01.pdfemosi-150319061245-conversion-gate01.pdf
emosi-150319061245-conversion-gate01.pdfDedeYusuf24
 
Persepsi sosial
Persepsi sosialPersepsi sosial
Persepsi sosialtyaadhietz
 
Persepsi sosial
Persepsi sosial Persepsi sosial
Persepsi sosial tyaadhietz
 
Persepsi sosial
Persepsi sosialPersepsi sosial
Persepsi sosialtyaadhietz
 
Persepsi sosial
Persepsi sosialPersepsi sosial
Persepsi sosialmuji3228
 
Makalah psikologi umu1
Makalah psikologi umu1Makalah psikologi umu1
Makalah psikologi umu1Warnet Raha
 
MAUREN AGATHA(231705074) Deciphering Motivation in Psythoteraphy.pptx
MAUREN AGATHA(231705074) Deciphering Motivation in Psythoteraphy.pptxMAUREN AGATHA(231705074) Deciphering Motivation in Psythoteraphy.pptx
MAUREN AGATHA(231705074) Deciphering Motivation in Psythoteraphy.pptxMaurenMrp
 
komunikasi interpesonal
komunikasi interpesonalkomunikasi interpesonal
komunikasi interpesonalOdi Pratama
 
PUM1 - 7Kesadaran
PUM1 - 7KesadaranPUM1 - 7Kesadaran
PUM1 - 7Kesadaranmfrids
 
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 4 - word
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 4 - wordPresentasi Teori Komunikasi Kelompok 4 - word
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 4 - wordKaer Bikers
 
Makalah psikologi umum
Makalah psikologi umumMakalah psikologi umum
Makalah psikologi umumWarnet Raha
 

Similar to EMPATI (20)

Empati`(modul empati dan motivasi)
Empati`(modul empati dan motivasi)Empati`(modul empati dan motivasi)
Empati`(modul empati dan motivasi)
 
Tingkah laku pro social.,
Tingkah laku pro social.,Tingkah laku pro social.,
Tingkah laku pro social.,
 
Hubungan antar manusia
Hubungan antar manusiaHubungan antar manusia
Hubungan antar manusia
 
kaedah penceritaan
kaedah penceritaankaedah penceritaan
kaedah penceritaan
 
1_HUBUNGAN DALAM KOMUNIKASI.ppt
1_HUBUNGAN DALAM KOMUNIKASI.ppt1_HUBUNGAN DALAM KOMUNIKASI.ppt
1_HUBUNGAN DALAM KOMUNIKASI.ppt
 
emosi-150319061245-conversion-gate01.pdf
emosi-150319061245-conversion-gate01.pdfemosi-150319061245-conversion-gate01.pdf
emosi-150319061245-conversion-gate01.pdf
 
Sosio emosi
Sosio emosiSosio emosi
Sosio emosi
 
Persepsi sosial
Persepsi sosialPersepsi sosial
Persepsi sosial
 
Persepsi sosial
Persepsi sosial Persepsi sosial
Persepsi sosial
 
Persepsi sosial
Persepsi sosialPersepsi sosial
Persepsi sosial
 
Persepsi sosial
Persepsi sosialPersepsi sosial
Persepsi sosial
 
Makalah psikologi umu1
Makalah psikologi umu1Makalah psikologi umu1
Makalah psikologi umu1
 
Makalah psikologi umu1
Makalah psikologi umu1Makalah psikologi umu1
Makalah psikologi umu1
 
MAUREN AGATHA(231705074) Deciphering Motivation in Psythoteraphy.pptx
MAUREN AGATHA(231705074) Deciphering Motivation in Psythoteraphy.pptxMAUREN AGATHA(231705074) Deciphering Motivation in Psythoteraphy.pptx
MAUREN AGATHA(231705074) Deciphering Motivation in Psythoteraphy.pptx
 
komunikasi interpesonal
komunikasi interpesonalkomunikasi interpesonal
komunikasi interpesonal
 
PUM1 - 7Kesadaran
PUM1 - 7KesadaranPUM1 - 7Kesadaran
PUM1 - 7Kesadaran
 
Tugas kuliah
Tugas kuliahTugas kuliah
Tugas kuliah
 
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 4 - word
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 4 - wordPresentasi Teori Komunikasi Kelompok 4 - word
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 4 - word
 
Makalah psikologi umum
Makalah psikologi umumMakalah psikologi umum
Makalah psikologi umum
 
Makalah psikologi umum
Makalah psikologi umumMakalah psikologi umum
Makalah psikologi umum
 

More from fikri asyura (20)

Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Tb
TbTb
Tb
 
Transfusi darah
Transfusi darahTransfusi darah
Transfusi darah
 
Toksoplasmosis 3 a
Toksoplasmosis 3 aToksoplasmosis 3 a
Toksoplasmosis 3 a
 
Sistosomiasis
SistosomiasisSistosomiasis
Sistosomiasis
 
Reaksi hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitasReaksi hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitas
 
Rabies
RabiesRabies
Rabies
 
Lupus eritematosus sistemik
Lupus eritematosus sistemikLupus eritematosus sistemik
Lupus eritematosus sistemik
 
Filariasis
FilariasisFilariasis
Filariasis
 
Demam reumatik
Demam reumatikDemam reumatik
Demam reumatik
 
Askariasis
AskariasisAskariasis
Askariasis
 
Artritis reumatoid
Artritis reumatoidArtritis reumatoid
Artritis reumatoid
 
Artritis gout
Artritis goutArtritis gout
Artritis gout
 
Ankilostomiasis
AnkilostomiasisAnkilostomiasis
Ankilostomiasis
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
P petri dbd
P petri dbdP petri dbd
P petri dbd
 
P petri tifoid
P petri tifoidP petri tifoid
P petri tifoid
 
P petri sepsis
P petri sepsisP petri sepsis
P petri sepsis
 
P petri malaria
P petri malariaP petri malaria
P petri malaria
 
P petri leptospirosis
P petri leptospirosisP petri leptospirosis
P petri leptospirosis
 

Recently uploaded

PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 

Recently uploaded (20)

PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 

EMPATI

  • 3. Kata empati (empathy) berasal dari bahasa Yunani dan Jamaica empatheia Istilah ini diadaptasi pertama kali oleh Theodore Lipps , seorang psikolog dari Jerman th 1880 yg menciptakan istilah “einfühlung”. 3
  • 5. Memahami orang lain yang tidak mempunyai arti emosional bagi kita. (Freud, 1921) 5
  • 6. The intellectual or imaginative apprehension of another’s condition or state of mind. (Hogan, 1969) 6
  • 7. Keadaan ketika pengamat bereaksi secara emosional karena menanggapi orang lain mengalami atau setelah mengalami suatu emosi. (Scotland, et al.,1978) 7
  • 8. Imaginative intellectual and emotional participation in another person’s experience. (Bennet, 1979) 8
  • 9. Motivasi yang berorientasi ke arah orang lain (Daniel Batson, 1987) 9
  • 10. An emotional response that stems from another’s emotional state or condition and that is congruent with the other’s emotional state or condition. (Eisenberg & Strayer, 1987) 10
  • 11. An other oriented emotional respons elicited by and congruent with the perceived welfare of some one else”. (Batson, Ahmad, Lishner, & Tsang, 2005) 11
  • 12. Suatu persamaan perasaan yang dialami diri seseorang dengan orang lain, tanpa ada kebingungan diantara keduanya. (Jean Decety, 2008) 12
  • 13. Empati sering digambarkan sebagai “put oneself into another’s shoes” (menempatkan diri ke dalam sepatu orang lain) yang berarti pandangan atau emosi orang lain yang dirasakan dalam diri, semacam resonansi emosi. 13
  • 14. Secara umum empati berhubungan dengan kesehatan mental & hubungan yang positif dengan orang lain, dan terbukti bahwa empati erat hubungannya dengan kematangan moral seseorang. (Curtis, Billingslea, & Wilson 1988; Hogan 1969) 14
  • 16. Kemampuan untuk berempati secara langsung bergantung pada kemampuan seseorang merasakan perasaannya sendiri & mengenalinya. Jika seseorang tidak pernah merasakan suatu perasaan tertentu, maka akan sulit baginya untuk memahami bagaimana perasaan orang lain. 16
  • 17. Maka, langkah pertama yang dilakukan adalah harus mampu mengalami perasaan / emosi dalam diri sendiri. Maksudnya adalah kita harus terbuka dengan perasaan sendiri dan tidak mengalihkan diri dari perasaan tersebut atau mencoba mematikan perasaan sendiri dengan obat – obatan, alkohol dan lain sebagainya. 17
  • 18. Langkah berikutnya, kita perlu menyadari apa yang sebenarnya dirasakan – mengakui, mengenali dan menerima apa yang kita rasakan. Dengan kata lain, tetaplah selalu “berhubungan” dengan perasaanmu. 18
  • 19. Dengan begitu, baru kita dapat berempati dengan orang lain. Empati dimulai dengan menyadari perasaan yang dialami oleh orang lain. Hal ini akan lebih mudah jika orang tsb mengatakan apa yang dirasakannya. 19
  • 20. Tetapi orang lebih sering tidak mengatakannya. Kita harus bertanya, membaca apa yang tersirat, menerka – nerka dan mencoba mengartikan isyarat /non verbal. Emosi yang diekpresikan lebih mudah dibaca karena mata & wajah secara konstan menunjukan bagaimana perasaan seseorang. 20
  • 21. Kemampuan manusia mengenal perasaan orang lain berhubungan dgn kemampuan meniru seseorang dan berasal dari bawaan sejak lahir yang menghubungkan gerakan tubuh dan ekspresi wajah seseorang. 21
  • 22. Manusia tampaknya juga membuat hubungan langsung antara nada bicara dan ekspresi wajah dengan perasaannya. Maka, untuk dapat melakukan empati pada dasarnya adalah melihat ekspresi wajah, gerakan tubuh atau mendengar nada bicara seseorang. 22
  • 23. Membaca suatu perasaan dan secara intelektual mengetahui perasaan tersebut , kadang – kadang sangat berbeda dengan perasaan yang pernah dialami sendiri. 23
  • 24. Walaupun sikap empati melibatkan beberapa hal yang dapat menggetarkan dalam diri seseorang, mungkin tidak pernah mengalaminya sendiri, tapi dapat memahami perasaan yang ada pada orang lain. 24
  • 26. Setelah memahami bagaimana perasaan orang lain, kita menujukkan sikap empati dengan mengakui emosi tersebut. Mungkin dengan : Kita mengatakan contohnya : - Saya melihat kamu tidak nyaman dengan keadaan ini. - Saya mengerti kenapa kamu sedih. 26
  • 27. Kita juga bisa menunjukan empati melalui tanda sederhana dari kasih sayang seperti pelukan atau sentuhan lembut. 27
  • 28. Walaupun empati biasanya digunakan pada perasaan yang menyakitkan bagi seseorang, tapi dapat juga digunakan untuk perasaan positif seseorang atau keberhasilan, kepandaian, kebanggaan, prestasi dan lain sebagainya. Dalam hal ini tepukan tangan kita dengan orang lain (tos) juga sebagai tanda empati. 28
  • 29. Beberapa penelitian menunjukan bahwa seseorang lebih mampu dan mau berempati dengan orang – orang yang mempunyai banyak persamaan dengan dirinya. 29
  • 30. Khususnya, rasa empati meningkat dalam kesamaan budaya dan kondisi kehidupan. Kita juga lebih cendrung berempati dengan orang – orang yang lebih sering kita berintereaksi. (Levenson & Reuf 1997; Hoffmann 2000) 30
  • 31. Empati bukanlah suatu proses untuk menyampaikan penilaian terhadap keadaan emosi orang lain. Ini merupakan keahlian / kemampuan yang dikembangkan secara bertahap sepanjang hidup dan yang meningkatkan kontak kita dengan siapa kita berempati. 31
  • 32. Jika ingin berkomunikasi dengan orang lain, akan berguna bila menunjukan sikap empati. Hal ini dilakukan untuk membuka saluran komunikasi dengan orang lain. 32
  • 34. Pada usia 2 tahun, anak – anak biasanya mulai menampilkan perilaku dasar dari empati dengan suatu respon emosi yang terkait dengan orang lain. 34
  • 35. Pada usia 2 tahun juga, anak – anak akan memainkan permainan kebohongan atau “berpura – pura” untuk membodohi orang lain, dan ini mengharuskan anak mengetahui apa yang orang lain percaya sebelum ia dapat memanipulasi orang lain. 35
  • 36. Bahkan pada usia 1 tahun, bayi mempunyai beberapa bibit / dasar empati, dalam arti bahwa mereka memahaminya, seperti apa yang mereka lakukan, orang lain lakukan yang mempunyai tujuan. 36
  • 37. Menurut peneliti di Universitas Chicago yang menggunakan fungsional magnetic resonance imaging (fMRI), anak yang berumur 7 – 12 tahun akan muncul secara alami rasa empati terhadap orang lain yang dalam keadaan sakit / menderita. 37
  • 38. Temuan mereka, yang diterbitkan di Neuropsychologia (3 Juni 2008), pada orang dewasa juga ditemukan rasa empati terhadap perasaan sakit / penderitaan orang lain yang konsisten dengan penemuan fMRI sebelumnya. 38
  • 40. Isu gender dalam empati sangat kontroversial. Sering diakui bahwa perempuan lebih mampu berempati dibandingkan laki – laki. 40
  • 41. Beberapa penelitian baru – baru ini, dengan menggunakan berbagai pengukuran neuropsikologis, termasuk magnetoencephalography (MEG), rangsangan refleks spinal, electroencephalography, telah membuktikan adanya perbedaan gender pada sistem neuron cermin manusia. 41
  • 42. Pada penelitian ini peserta perempuan menunjukan resonansi yang lebih kuat daripada peserta laki – laki. Selain itu, penelitian tersebut juga menemukan bahwa nilai pada laporan pribadi yang mengukur empati pada peserta perempuan lebih tinggi, dan berbagai bentuk pengukuran berkorelasi positif dengan respon fisiologis. 42
  • 43. 43