SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Rabu, 28 Mei 2014
PERKEMBANGAN EMOSI DAN PROSES PEMBELAJARAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dilihat dari tiga ranah yang biasa digunakan dalam dunia pendidikan, yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotor, maka emosi adalah termasuk ke ranah
afektif. Emosi banyak berpengaruh terhadap fungsi-fungsi psikis lainnya, seperti:
pengamatan, tanggapan, pemikiran, dan kehendak. Individu akan mampu
melakukan pengamatan atau pemikiran dengan baik jika disertai dengan emosi
yang baik pula. Individu juga akan memberikan tanggapan atau respon yang
positif terhadap suatu objek, manakala disertai dengan emosi yang positif pula.
Sebaliknya, individu akan melakukan pengamatan atau tanggapan yang negatif
terhadap suatu objek, jika disertai degnan emosi yang negatif terhadap objek
tersebut.
Setiap individu yang lahir akan selalu mengalami perkembangan baik itu jasmani
maupun rohani, kognitif, afektif dan psikomotor, tidak henti-hentinya mengalami
perkembangan dari masa ke masa. Termasuk juga emosi yang mengalami
perkembangan karena emosi ini masih tergolong ke dalam ranah afektif
(pemahaman). Sehingga setiap individu harus memantau dan mengarahkan masa-
masa perkembangan ini ke arah yang lebih baik, sebab dalam masa ini termasuk
masa yang sulit dikendalikan karena keadaan jiwa individu tersebut belum
matang. Maka dari hal di atas kami tertarik untuk menyusun makalah ini, yang
membahas seputar perkembangan emosi dan proses pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, kami akan merumuskan masalah-masalah
yang akan dibahas dalam bab pembahasan nanti, yaitu:
1. Bagaimana pengertian definisi itu sendiri?
2. Apa saja bentuk-bentuk dari emosi itu?
3. Bagaimana hubungan antara emosi dengan tingkah laku?
4. Bagaimana juga karakteristik perkembangan emosi subjek didik?
5. Fakto-faktor apa sajakah yang mempengaruhi perkembangan emosi subjek
didik?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, kami bertujuan untuk menjelaskan, hal-hal berikut:
1. Pengertian emosi menurut para ahli.
2. Menjelaskan bentuk-bentuk dari emosi itu sendiri.
3. Menjelaskan hubungan antara emosi dengan tingkah laku.
4. Menguraiakn tentang karakteristik perkembangan emosi subjek didik.
5. Menyebutkan dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan emosi subjek didik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Emosi
Banyak sekali definisi mengenai emosi yang dikemukakan oleh para ahli, karena
memang istilah emosi ini menurut Daniel Goleman (1995) yang merupakan
pakar “kecerdasan emosional” makna yang tepat masih sangat membingungkan,
baik di kalangan para ahli psikologi maupun ahli filsafat dalam kurun waktu
selama lebih dari satu abad. Karena sedemikian membingungkannya makna emosi
itu, maka Daniel Goleman mendifinisikan emosi dengan merujuk kepada makna
secara harfiah, yang diambil dari“Oxford English Dictionary” yang memaknai
emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan dan nafsu; setiap
keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa
emosi itu merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu
keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Menurut Chaplin (1989) dalam “Dictionary of Psychology” mendefinisikan
emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup
perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan
perilaku. Chaplin membedakan antara emosi dengan perasaan, dan dia
mendefinisikan perasaan (feeling) adalah pengalaman disadari yang diaktifkan
baik oleh perangsang eksternal maupun oleh bermacam-macam keadaan
jasmaniah.
Jadi, dengan demikian, emosi adalah suatu respon terhadap suatu perangsang yang
menyebabkan perubahan fisiologi disertai dengan perasaan yang kuat dan
biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus. Respon demikian terjadi
terhadap perangsang-perangsang eksternal maupun internal. Dengan definisi ini
semakin jelas perbedaan antara emosi denan perasaan, bahkan di sini tampak jelas
bahwa perasaan itu termasuk ke dalam emosi atau menjadi bagian dari emosi.
Menurut Daniel Goleman, sesungguhnya ada ratusan emosi dengan berbagai
variasi, campuran, mutasi, dan nuansanya sehingga makna yang dikandungnya
lebih banyak, lebih kompleks dan lebih halus daripada kata dan definisi yang
digunakan untuk menjelaskan emosi.
B. Bentuk-bentuk Emosi
Meskipun emosi sedemikian kompleksnya, namun Daniel Goleman sempat
mengidentifikasi sejumlah kelompok emosi, yaitu:
1. Amarah; di dalamnya meliputi sifat beringas, mengamuk, benci, marah
besar, jengkel, kesal hati, berang, tersinggung dan kebencian patologis.
2. Kesedihan; di dalamnya meliputi pedih, muram, suram, melankolis,
mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa dan depresi.
3. Rasa takut; di dalamnya meliputi cemas, takut, gugup, khawatir, was-was,
perasaan takut sekali, sedih, wasapada, tidak tenang dan pobia.
4. Kenikmatan; meliputi bahagia, gembira, ringan puas, riang, senang,
terhibur, bangga, kenikmatan inderawi, terpesona dan mania.
5. Cinta; meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati,
rasa dekat, hormat, kasmaran, dan kasih sayang.
6. Terkejut; meliputi terkesiap, takjub dan terpana.
7. Jengkel; meliputi hina, muak, jijik, benci dan mau muntah.
8. Malu; meliputi rasa bersalah, malu hati, kesal hati, menyesal, dan hati
hancur lebur.
Dari daftar emosi di atas, berdasarkan temuan penelitian Paul Ekman dari
University of California di San Fransisco, ternyata ada bahasa emosi yang dikenal
oleh seluruh bangsa di dunia, yakni emosi yang diwujudkan dalam bentuk
ekspresi wajah yang di dalamnya mengandung emosi takut, marah, sedih, dan
senang. Dan ini benar-benar dikenali oleh bangsa seluruh dunia meski berbeda
budaya, bahkan bangsa-bangsa yang buta huruf, yang belum tercemar oleh siaran
televisi sekalipun mereka kenal. Dengan demikian, ekspresi wajah sebagai
representasi dari emosi itu memiliki universalitas tentang emosi tersebut.
C. Hubungan antara Emosi dengan Tingkah Laku
Melalui teori “kecerdasan emosional” yang dikembangkannya, Daniel Goleman
mengemukakan sejumlah ciri utama pikiran emosional sebagai bukti bahwa emosi
memainkan peranan penting dalam pola berpikir maupun tingkah laku individu.
Adapun ciri utama pikiran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Repons yang Cepat Tetapi Ceroboh
Pikiran yang emosional itu ternyata jauh lebih cepat dari pada pikiran yang
rasional karena pikiran emosional sesungguhnya langsung melompat bertindak
tanpa mempertimbangkan apapun yang akan dilakukannya. Karena kecepatannya
itu sehingga sikap hati-hati dan proses analistis dalam berpikir dikesampingkan
begitu saja sehingga tidak jarang menjadi ceroboh. Padahal, kehati-hatian dan
analistis itu sesungguhnya merupakan ciri khas dari proses kerja akal dalam
berpikir. Namun, demikian, di sisi lain pikiran emosional ini juga memiliki suatu
kelebihan, yakni membawa rasa kepastian yang sangat kuat dan di luar jangkauan
normal sebagaimana yang dilakukan oleh pikiran rasional. Misalnya, seorang
wanita yang karena sangat takut dan terkejutnya melihat binatang yang selama ini
sangat ditakutinya, maka dia mampu melompati parit yang menurut ukuran
pikiran rasional tidak akan mungkin dapat dilakukannya.
2. Mendahulukan Perasaan Baru Kemudian Pikiran
Pada dasarnya, pikiran rasional sesungguhnya membutuhkan waktu sedikit lama
dibandingkan dengan pikiran emosional sehingga dorongan yang lebih dahulu
muncul adalah dorongan hati atau emosi, baru kemudian dorongan pikiran. Dalam
urutan respon yang cepat, perasaan mendahului atau minimal berjalan serempak
dengan pikiran. Reaksi emosional gerak cepat ini lebih tampak dalam situasi-
situasi yang mendesak dan membutuhkan tindakan penyelamatan diri. Keputusan
model ini menyiapkan individu dalam sekejap untuk siap siaga menghadapi
keadaan darurat. Di sinilah keuntungan keputusan-keputusan cepat yang didahului
oleh perasaan atau emosi. Namun demikian, di sisi lain, ada juga reaksi emosional
jenis lambat yang lebih dahulu melakukan penggodongan dalam pikiran sebelum
mengalirkannya ke dalam perasaan. Keputusan model kedua ini sifatnya lebih
disengaja dan biasanya individu lebih sadar terhadap gagasan-gagasan yang akan
dikemukakannya. Dalam reaksi emosional jenis ini, ada suatu pemahaman yang
lebih luas dan pikiran memainkan peranan kunci dalam menentukan emosi-emosi
apa yang akan dicetuskannya.
3. Memperlakukan Realitas Sebagai Realitas Simbolik
Logika pikiran emosional, yang disebut juga sebagai logika hati, itu bersifat
asosiatif. Dalam arti memandang unsur-unsur yang melambangkan suatu realitas
itu sama dengan realitas itu sendiri. Oleh sebab itu, seringkali berbagai
perumpamaan, pantu, kiasan dan teater secara langsung ditujukan kepada pikiran
emosional. Para ulama pensyiar agama dan para guru spiritual termasyhur pada
umumnya dalam menyampaikan ajaran-ajarannya senantiasa berusaha menyentuh
hati para pengikutnya dengan cara berbicara dalam bahasa emosi, dengan
mengajar melalui perumpamaan, fabel, filsafat, ibarat dan kisah-kisah yang sangat
menyentuh perasaan. Oleh karena itulah, ajaran-ajaran orang-orang bijak itu
dengan cepat dan mudah dimengerti pikiran rasional, sesungguhnya simbol-
simbol dan berbagai ritual keagamaan itu tidak sedemikian bermakna jika
dibandingkan dengan sudut pandang pikiran emosional.
4. Masa Lampau Diposisikan Sebagai Masa Sekarang
Dari sudut pandang ini, apabila sejumlah ciri suatu peristiwa tampak serupa
dengan kenangan masa lampau yang mengandung muatan emosi, maka pikiran
emosional akan menanggapinya dengan memicu perasaan-perasaan yang
berkaitan dengan peristiwa yang diingat itu. Pikiran bereaksi terhadap keadaan
sekarang seolah-olah keadaan itu adalah masa lampau. Kesulitannya adalah,
terutama apabila penilaian terhadap masa lampau itu cepat dan otomatis,
barangkali kita tidak menyadari bahwa yang dahulu memang begitu, ternyata
sekarang sudah tidak lagi seperti itu.
D. Karakteristik Perkembangan Emosi Subjek Didik
Masa remaja adalah masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa,
maka status remaja agak kabur, baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya.
Conny Semiawan mengibaratkan: “terlalu besar untuk serbet, tetapi terlalu kecil
untuk taplak meja” karena sudah bukan anak-anak lagi, tetapi juga belum dewasa.
Masa remaja biasanya memiliki energi yang besar, emosi berkobar-kobar,
sedangkan pengendalian diri belum sempurna. Remaja juga sering mengalami
perasaan tidak aman, tidak tenang dan khawatir kesepian.
Secara garis besar, masa remaja dapat dibagi ke dalam empat periode, yaitu:
periode pra-remaja, remaja awal, remaja tengah, dan remaja akhir. Adapun
karakteristik untuk setiap periode adalah sebagai berikut:
1. Periode Pra-remaja
Selama periode ini terjadi gejala-gejala yang hampir sama antara remaja pria
maupun wanita. Perubahan fisik belum begitu tampak jelas, tetapi pada remaja
putri biasanya memperlihatkan penambahan berat badan yang cepat sehingga
mereka merasa kegemukan. Gerakan-gerakan mereka mulai menjadi kaku.
Perubahan ini disertai sifat kepekaan terhadap rangsang-rangsang dari luar,
responnya biasanya berlebihan sehingga mereka mudah tersinggung dan cengeng,
tetapi cepat merasa senang atau bahkan meledak-ledak.
2. Periode Remaja Awal
Selama periode ini perkembangan gejala fisik yang semakin tampak jelas adalah
perubahan fungsi alat-alat kelamin. Karena perubahan alat-alat kelamin serta
perubahan fisik yang semakin nyata ini, remaja seringkali mengalami kesulitan
dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan itu. Akibatnya, tidak
jarang mereka cenderung menyendiri sehingga tidak jarang pula merasa terasing,
kuran perhatian dari orang lain, atau bahkan merasa tidak ada orang yang mau
mempedulikannya. Kontrol terhadap dirinya bertambah sulit dan mereka cepat
marah dengan cara-cara yang kurang wajar untuk meyakinkan dunia sekitarnya.
Perilaku seperti ini sesungguhnya terjadi karena adanya kecemasan terhadap
dirinya sendiri sehingga muncul dalam reaksi yang kadang-kadang tidak wajar.
3. Periode Remaja Tengah
Tanggung jawab hidup yang harus semakin ditingkatkan oleh remaja untuk dapat
menuju ke arah mampu memikul sendiri seringkali menimbulkan masalah
tersendiri bagi remaja. Karena tuntutan peningkatan tanggungjawab ini tidak
hanya datang dari orang tua atau anggota keluarganya melainkan juga dari
masyarakat sekitarnya, maka tidak jarang masyarakat juga terbawa-bawa menjadi
masalah bagi remaja. Melihat fenomena yang sering terjadi dalam masyarakat
yang seringkali juga menunjukkan adanya kontradiksi dengan nilai-nilai moral
yang mereka ketahui, maka tidak jarang juga remaja mulai meragukan tentang apa
yang disebut baik atau buruk. Akibatnya, remaja seringkali ingin membentuk
nilai-nilai mereka sendiri yang mereka anggap benar, baik, dan pantas untuk
dikembangkan di kalangan mereka sendiri.
4. Periode Remaja Akhir
Selama periode ini remaja mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan
mulai mampu menunjukkan pemikiran, sikap, dan perilaku yang semakin dewasa.
Oleh sebab itu, orang tua dan masyarakat mulai memberikan kepercayaan yang
selayaknya kepada mereka. Interaksi dengan orang tua juga menjadi lebih bagus
dan lancar karena mereka sudah semakin memiliki kebebasan yang relatif
terkendali serta emosinya pun mulai stabil. Pilihan arah hidup sudah semakin jelas
dan mulai mampu mengambil pilihan serta keputusan tentang arah hidupnya
secara lebih bijaksana meskipun belum bisa secara penuh. Mereka juga mulai
memilih cara-cara hidupnya yang dapat dipertanggungjawabkan terhadap dirinya
sendiri, orang tua, dan masyarakat.
E. Proses Pembelajaran untuk Membantu Perkembangan Emosi Subjek Didik
Intervensi pendidikan untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat
berkembang ke arah kecerdasan emosional, adalah dengan menggunakan
intervensi yang dikemukakan oleh W.T. Grant Consortium tentang “unsur-unsur
aktif program pencegahan”, sebagai berikut:
1. Pengembangan Keterampilan Emosional
Cara yang dapat dilakukan antara lain:
Ø Mengidentifikasi dan memberi nama-nama atau label-label perasaan
Ø Mengungkapkan perasaan
Ø Menilai intensitas perasaan
Ø Mengelola perasaan
Ø Menunda pemuasan
Ø Mengendalikan dorongan hati
Ø Mengurangi stress
Ø Memahami perbedaan antara perasaan dan tindakan
2. Pengembangan Keterampilan Kognitif
Cara yang dapat dilakukan antara lain:
Ø Belajar melakukan dialog batin,untuk mengatasi dan menghadapi masalah atau
memperkuat perilaku diri sendiri.
Ø Belajar membaca dan menafsirkan isyarat-isyarat sosial.
Ø Belajar menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah dan pengambilan
keputusan, seperti mengendalikan dorongan hati, menentukan sasaran.
Ø Belajar memahami sudut pandang orang lain (empati).
Ø Belajar bersikap positif terhadap kehidupan.
Ø Belajar mengembangkan kesadaran diri, misal mengembangkan harapan-harapan
yang realistis tentang diri sendiri.
3. Pengembangan Keterampilan Perilaku
Cara yang bisa dilakukan antara lain:
Ø Belajar keterampilan komunikasi non-verbal; misal, komunikasi lewat pandangan
mata, ekspresi wajah, posisi tubuh dan lain-lain.
Ø Belajar keterampilan komunikasi verbal; misal mengajukan permintaan-permintaan
dengan jelas, menolak pengaruh negatif dan sejenisnya.
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian-uraian di atas, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan,
bahwa emosi adalah setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu;
setipa keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Sedangkan perasaan (feeling)
adalah pengalaman disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang eksternal
maupun oleh bermacam-bermacam keadaan jasmaniah. Karakteristik
perkembangan emosi remaja sejalan dengan perkembangan masa remaja itu
sendiri, yaitu:
1. Perubahan fisik tahap awal pada periode pra remaja.
2. Periode remaja tengah.
3. periode remaja akhir.
Kemudian lima faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja adalah:
1. Perubahan jasmani.
2. Perubahan pola interaksi dengan orang tua.
3. Perubahan interaksi dengna teman sebaya.
4. Perubahan pandangan luar.
5. Perubahan interaksi dengan sekolah.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan emosi remaja agar
berkembang ke arah kecerdasan emosional antara lain dengan belajar
mengembangkan:
1. keterampilan emosional.
2. keterampilan kognitif.
3. keterampilan perilaku.
DAFTAR PUSTAKA
1. Fawzi Aswin Hadis (1991).Perilaku Menyimpang Remaja Ditinjau dari Psikologi
Perkembangan.Jakarta: Makalah Disampaikan pada Seminar tentang Problematik
Remaja Kita dan Tantangan Masa Depannya, 5 Nopember 1991.
2. Conny Semiawan; A.S. Munandar; dan S.C.U. Munandar (1984).Memupuk Bakat
dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah: Petunjuk Bagi Guru dan Orang
Tua. Jakarta: Gramedia.
Utami Munandar (1992).Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak
Sekolah. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia

More Related Content

What's hot

Persepsi dan Motivasi
Persepsi dan MotivasiPersepsi dan Motivasi
Persepsi dan Motivasipjj_kemenkes
 
Psikologi - Emosi
Psikologi - EmosiPsikologi - Emosi
Psikologi - EmosiAnitaluftia
 
Teori Kepribadian Sigmun Freud
Teori Kepribadian Sigmun FreudTeori Kepribadian Sigmun Freud
Teori Kepribadian Sigmun FreudBaan Crow
 
Emosi dan mood
Emosi dan moodEmosi dan mood
Emosi dan moodlisachmad
 
Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi
Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosiEmpati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi
Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emositarmizitaher
 
Meningkatkan Kecerdikan Emosi
Meningkatkan Kecerdikan EmosiMeningkatkan Kecerdikan Emosi
Meningkatkan Kecerdikan Emosimandalina landy
 
Psikologi (gejala afeksi, konasi,dst)(1)
Psikologi (gejala afeksi, konasi,dst)(1)Psikologi (gejala afeksi, konasi,dst)(1)
Psikologi (gejala afeksi, konasi,dst)(1)HIMA KS FISIP UNPAD
 
Kasim cs. Afi Parnawi. STAI IBNU SINA
Kasim cs. Afi Parnawi. STAI IBNU SINAKasim cs. Afi Parnawi. STAI IBNU SINA
Kasim cs. Afi Parnawi. STAI IBNU SINADr. Afi Parnawi, M.Pd
 
pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja dan produktivitas
pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja dan produktivitaspengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja dan produktivitas
pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja dan produktivitasaldi ramdhani fahlevi deisti
 
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadianPsikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadianAfra Balqis
 
Psikoanalisis shamil
Psikoanalisis shamilPsikoanalisis shamil
Psikoanalisis shamilShamil Damai
 
Teori Psikoanalisa dan Teori Belajar Sosial
Teori Psikoanalisa dan Teori Belajar SosialTeori Psikoanalisa dan Teori Belajar Sosial
Teori Psikoanalisa dan Teori Belajar Sosialibnujabe
 
Emotional Intelligence Competencies
Emotional Intelligence CompetenciesEmotional Intelligence Competencies
Emotional Intelligence CompetenciesIsmail Mamat
 

What's hot (20)

Psikologi Emosi
Psikologi EmosiPsikologi Emosi
Psikologi Emosi
 
Emosi
EmosiEmosi
Emosi
 
Persepsi dan Motivasi
Persepsi dan MotivasiPersepsi dan Motivasi
Persepsi dan Motivasi
 
Psikologi - Emosi
Psikologi - EmosiPsikologi - Emosi
Psikologi - Emosi
 
Teori Kepribadian Sigmun Freud
Teori Kepribadian Sigmun FreudTeori Kepribadian Sigmun Freud
Teori Kepribadian Sigmun Freud
 
Emotion and mood
Emotion and moodEmotion and mood
Emotion and mood
 
Emosi dan mood
Emosi dan moodEmosi dan mood
Emosi dan mood
 
Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi
Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosiEmpati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi
Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi
 
Psikologi umum "emosi"
Psikologi umum "emosi"Psikologi umum "emosi"
Psikologi umum "emosi"
 
Meningkatkan Kecerdikan Emosi
Meningkatkan Kecerdikan EmosiMeningkatkan Kecerdikan Emosi
Meningkatkan Kecerdikan Emosi
 
Psikologi (gejala afeksi, konasi,dst)(1)
Psikologi (gejala afeksi, konasi,dst)(1)Psikologi (gejala afeksi, konasi,dst)(1)
Psikologi (gejala afeksi, konasi,dst)(1)
 
emosi
emosiemosi
emosi
 
Kasim cs. Afi Parnawi. STAI IBNU SINA
Kasim cs. Afi Parnawi. STAI IBNU SINAKasim cs. Afi Parnawi. STAI IBNU SINA
Kasim cs. Afi Parnawi. STAI IBNU SINA
 
pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja dan produktivitas
pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja dan produktivitaspengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja dan produktivitas
pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja dan produktivitas
 
Emosi
EmosiEmosi
Emosi
 
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadianPsikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
 
Psikoanalisis shamil
Psikoanalisis shamilPsikoanalisis shamil
Psikoanalisis shamil
 
Psikoanalisis
PsikoanalisisPsikoanalisis
Psikoanalisis
 
Teori Psikoanalisa dan Teori Belajar Sosial
Teori Psikoanalisa dan Teori Belajar SosialTeori Psikoanalisa dan Teori Belajar Sosial
Teori Psikoanalisa dan Teori Belajar Sosial
 
Emotional Intelligence Competencies
Emotional Intelligence CompetenciesEmotional Intelligence Competencies
Emotional Intelligence Competencies
 

Similar to Emosi

Makalah Perkembangan Emosi
Makalah Perkembangan EmosiMakalah Perkembangan Emosi
Makalah Perkembangan Emosianna rasyla
 
Muh prio susilo 19150408 pgmi_review buku karakteristik perkembangan emosi_re...
Muh prio susilo 19150408 pgmi_review buku karakteristik perkembangan emosi_re...Muh prio susilo 19150408 pgmi_review buku karakteristik perkembangan emosi_re...
Muh prio susilo 19150408 pgmi_review buku karakteristik perkembangan emosi_re...Muh Prio Susilo
 
Pendekatan psikoanalisa
Pendekatan psikoanalisaPendekatan psikoanalisa
Pendekatan psikoanalisaRinatun4e
 
Pendekatan Konseling Psikoanalisis
Pendekatan Konseling PsikoanalisisPendekatan Konseling Psikoanalisis
Pendekatan Konseling PsikoanalisisLanggeng Prayogo
 
Emosi, Stress dan Adaptasi
Emosi, Stress dan AdaptasiEmosi, Stress dan Adaptasi
Emosi, Stress dan Adaptasipjj_kemenkes
 
Makalah psikologi umu1
Makalah psikologi umu1Makalah psikologi umu1
Makalah psikologi umu1Warnet Raha
 
Pendekatan psikoanalisa
Pendekatan psikoanalisaPendekatan psikoanalisa
Pendekatan psikoanalisafaisunufir
 
Pertemuan 11 12 Perkembangan Peserta Didik
Pertemuan 11 12 Perkembangan Peserta DidikPertemuan 11 12 Perkembangan Peserta Didik
Pertemuan 11 12 Perkembangan Peserta DidikmonichaSihombing
 
Kecerdasan emosional sebagai hasil belajar
Kecerdasan emosional sebagai hasil belajarKecerdasan emosional sebagai hasil belajar
Kecerdasan emosional sebagai hasil belajarRiva Warid
 
Gejala perasaan
Gejala perasaanGejala perasaan
Gejala perasaanAndi Uli
 
Gejala perasaan
Gejala perasaanGejala perasaan
Gejala perasaanAndi Uli
 
Memahami subjek didik secara holistik
Memahami subjek didik secara holistikMemahami subjek didik secara holistik
Memahami subjek didik secara holistikDedi Yulianto
 
emosi-150319061245-conversion-gate01.pdf
emosi-150319061245-conversion-gate01.pdfemosi-150319061245-conversion-gate01.pdf
emosi-150319061245-conversion-gate01.pdfDedeYusuf24
 
Emosi, Stress dan Adaptasi
Emosi, Stress dan AdaptasiEmosi, Stress dan Adaptasi
Emosi, Stress dan Adaptasipjj_kemenkes
 

Similar to Emosi (20)

Makalah Perkembangan Emosi
Makalah Perkembangan EmosiMakalah Perkembangan Emosi
Makalah Perkembangan Emosi
 
KonselingPsikoanalisa
KonselingPsikoanalisa KonselingPsikoanalisa
KonselingPsikoanalisa
 
Emosional psikologi
Emosional psikologiEmosional psikologi
Emosional psikologi
 
Emosi
Emosi Emosi
Emosi
 
Muh prio susilo 19150408 pgmi_review buku karakteristik perkembangan emosi_re...
Muh prio susilo 19150408 pgmi_review buku karakteristik perkembangan emosi_re...Muh prio susilo 19150408 pgmi_review buku karakteristik perkembangan emosi_re...
Muh prio susilo 19150408 pgmi_review buku karakteristik perkembangan emosi_re...
 
Pendekatan psikoanalisa
Pendekatan psikoanalisaPendekatan psikoanalisa
Pendekatan psikoanalisa
 
Pendekatan Konseling Psikoanalisis
Pendekatan Konseling PsikoanalisisPendekatan Konseling Psikoanalisis
Pendekatan Konseling Psikoanalisis
 
Emosi, Stress dan Adaptasi
Emosi, Stress dan AdaptasiEmosi, Stress dan Adaptasi
Emosi, Stress dan Adaptasi
 
Makalah psikologi umu1
Makalah psikologi umu1Makalah psikologi umu1
Makalah psikologi umu1
 
Makalah psikologi umu1
Makalah psikologi umu1Makalah psikologi umu1
Makalah psikologi umu1
 
Pendekatan psikoanalisa
Pendekatan psikoanalisaPendekatan psikoanalisa
Pendekatan psikoanalisa
 
Pertemuan 11 12 Perkembangan Peserta Didik
Pertemuan 11 12 Perkembangan Peserta DidikPertemuan 11 12 Perkembangan Peserta Didik
Pertemuan 11 12 Perkembangan Peserta Didik
 
Makalah psikologi
Makalah psikologiMakalah psikologi
Makalah psikologi
 
Kecerdasan emosional sebagai hasil belajar
Kecerdasan emosional sebagai hasil belajarKecerdasan emosional sebagai hasil belajar
Kecerdasan emosional sebagai hasil belajar
 
Gejala perasaan
Gejala perasaanGejala perasaan
Gejala perasaan
 
Gejala perasaan
Gejala perasaanGejala perasaan
Gejala perasaan
 
Perkembangan afektif
Perkembangan afektifPerkembangan afektif
Perkembangan afektif
 
Memahami subjek didik secara holistik
Memahami subjek didik secara holistikMemahami subjek didik secara holistik
Memahami subjek didik secara holistik
 
emosi-150319061245-conversion-gate01.pdf
emosi-150319061245-conversion-gate01.pdfemosi-150319061245-conversion-gate01.pdf
emosi-150319061245-conversion-gate01.pdf
 
Emosi, Stress dan Adaptasi
Emosi, Stress dan AdaptasiEmosi, Stress dan Adaptasi
Emosi, Stress dan Adaptasi
 

Recently uploaded

Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxSaefAhmad
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfwalidumar
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 

Emosi

  • 1. Rabu, 28 Mei 2014 PERKEMBANGAN EMOSI DAN PROSES PEMBELAJARAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dilihat dari tiga ranah yang biasa digunakan dalam dunia pendidikan, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor, maka emosi adalah termasuk ke ranah afektif. Emosi banyak berpengaruh terhadap fungsi-fungsi psikis lainnya, seperti: pengamatan, tanggapan, pemikiran, dan kehendak. Individu akan mampu melakukan pengamatan atau pemikiran dengan baik jika disertai dengan emosi yang baik pula. Individu juga akan memberikan tanggapan atau respon yang positif terhadap suatu objek, manakala disertai dengan emosi yang positif pula. Sebaliknya, individu akan melakukan pengamatan atau tanggapan yang negatif terhadap suatu objek, jika disertai degnan emosi yang negatif terhadap objek tersebut. Setiap individu yang lahir akan selalu mengalami perkembangan baik itu jasmani maupun rohani, kognitif, afektif dan psikomotor, tidak henti-hentinya mengalami perkembangan dari masa ke masa. Termasuk juga emosi yang mengalami perkembangan karena emosi ini masih tergolong ke dalam ranah afektif (pemahaman). Sehingga setiap individu harus memantau dan mengarahkan masa- masa perkembangan ini ke arah yang lebih baik, sebab dalam masa ini termasuk masa yang sulit dikendalikan karena keadaan jiwa individu tersebut belum matang. Maka dari hal di atas kami tertarik untuk menyusun makalah ini, yang membahas seputar perkembangan emosi dan proses pembelajaran. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, kami akan merumuskan masalah-masalah yang akan dibahas dalam bab pembahasan nanti, yaitu: 1. Bagaimana pengertian definisi itu sendiri? 2. Apa saja bentuk-bentuk dari emosi itu?
  • 2. 3. Bagaimana hubungan antara emosi dengan tingkah laku? 4. Bagaimana juga karakteristik perkembangan emosi subjek didik? 5. Fakto-faktor apa sajakah yang mempengaruhi perkembangan emosi subjek didik? C. Tujuan Dari rumusan masalah di atas, kami bertujuan untuk menjelaskan, hal-hal berikut: 1. Pengertian emosi menurut para ahli. 2. Menjelaskan bentuk-bentuk dari emosi itu sendiri. 3. Menjelaskan hubungan antara emosi dengan tingkah laku. 4. Menguraiakn tentang karakteristik perkembangan emosi subjek didik. 5. Menyebutkan dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi subjek didik. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Emosi Banyak sekali definisi mengenai emosi yang dikemukakan oleh para ahli, karena memang istilah emosi ini menurut Daniel Goleman (1995) yang merupakan pakar “kecerdasan emosional” makna yang tepat masih sangat membingungkan, baik di kalangan para ahli psikologi maupun ahli filsafat dalam kurun waktu selama lebih dari satu abad. Karena sedemikian membingungkannya makna emosi itu, maka Daniel Goleman mendifinisikan emosi dengan merujuk kepada makna secara harfiah, yang diambil dari“Oxford English Dictionary” yang memaknai emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan dan nafsu; setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa emosi itu merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
  • 3. Menurut Chaplin (1989) dalam “Dictionary of Psychology” mendefinisikan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku. Chaplin membedakan antara emosi dengan perasaan, dan dia mendefinisikan perasaan (feeling) adalah pengalaman disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang eksternal maupun oleh bermacam-macam keadaan jasmaniah. Jadi, dengan demikian, emosi adalah suatu respon terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologi disertai dengan perasaan yang kuat dan biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus. Respon demikian terjadi terhadap perangsang-perangsang eksternal maupun internal. Dengan definisi ini semakin jelas perbedaan antara emosi denan perasaan, bahkan di sini tampak jelas bahwa perasaan itu termasuk ke dalam emosi atau menjadi bagian dari emosi. Menurut Daniel Goleman, sesungguhnya ada ratusan emosi dengan berbagai variasi, campuran, mutasi, dan nuansanya sehingga makna yang dikandungnya lebih banyak, lebih kompleks dan lebih halus daripada kata dan definisi yang digunakan untuk menjelaskan emosi. B. Bentuk-bentuk Emosi Meskipun emosi sedemikian kompleksnya, namun Daniel Goleman sempat mengidentifikasi sejumlah kelompok emosi, yaitu: 1. Amarah; di dalamnya meliputi sifat beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, berang, tersinggung dan kebencian patologis. 2. Kesedihan; di dalamnya meliputi pedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa dan depresi. 3. Rasa takut; di dalamnya meliputi cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, sedih, wasapada, tidak tenang dan pobia. 4. Kenikmatan; meliputi bahagia, gembira, ringan puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan inderawi, terpesona dan mania.
  • 4. 5. Cinta; meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, hormat, kasmaran, dan kasih sayang. 6. Terkejut; meliputi terkesiap, takjub dan terpana. 7. Jengkel; meliputi hina, muak, jijik, benci dan mau muntah. 8. Malu; meliputi rasa bersalah, malu hati, kesal hati, menyesal, dan hati hancur lebur. Dari daftar emosi di atas, berdasarkan temuan penelitian Paul Ekman dari University of California di San Fransisco, ternyata ada bahasa emosi yang dikenal oleh seluruh bangsa di dunia, yakni emosi yang diwujudkan dalam bentuk ekspresi wajah yang di dalamnya mengandung emosi takut, marah, sedih, dan senang. Dan ini benar-benar dikenali oleh bangsa seluruh dunia meski berbeda budaya, bahkan bangsa-bangsa yang buta huruf, yang belum tercemar oleh siaran televisi sekalipun mereka kenal. Dengan demikian, ekspresi wajah sebagai representasi dari emosi itu memiliki universalitas tentang emosi tersebut. C. Hubungan antara Emosi dengan Tingkah Laku Melalui teori “kecerdasan emosional” yang dikembangkannya, Daniel Goleman mengemukakan sejumlah ciri utama pikiran emosional sebagai bukti bahwa emosi memainkan peranan penting dalam pola berpikir maupun tingkah laku individu. Adapun ciri utama pikiran tersebut adalah sebagai berikut: 1. Repons yang Cepat Tetapi Ceroboh Pikiran yang emosional itu ternyata jauh lebih cepat dari pada pikiran yang rasional karena pikiran emosional sesungguhnya langsung melompat bertindak tanpa mempertimbangkan apapun yang akan dilakukannya. Karena kecepatannya itu sehingga sikap hati-hati dan proses analistis dalam berpikir dikesampingkan begitu saja sehingga tidak jarang menjadi ceroboh. Padahal, kehati-hatian dan analistis itu sesungguhnya merupakan ciri khas dari proses kerja akal dalam berpikir. Namun, demikian, di sisi lain pikiran emosional ini juga memiliki suatu kelebihan, yakni membawa rasa kepastian yang sangat kuat dan di luar jangkauan normal sebagaimana yang dilakukan oleh pikiran rasional. Misalnya, seorang
  • 5. wanita yang karena sangat takut dan terkejutnya melihat binatang yang selama ini sangat ditakutinya, maka dia mampu melompati parit yang menurut ukuran pikiran rasional tidak akan mungkin dapat dilakukannya. 2. Mendahulukan Perasaan Baru Kemudian Pikiran Pada dasarnya, pikiran rasional sesungguhnya membutuhkan waktu sedikit lama dibandingkan dengan pikiran emosional sehingga dorongan yang lebih dahulu muncul adalah dorongan hati atau emosi, baru kemudian dorongan pikiran. Dalam urutan respon yang cepat, perasaan mendahului atau minimal berjalan serempak dengan pikiran. Reaksi emosional gerak cepat ini lebih tampak dalam situasi- situasi yang mendesak dan membutuhkan tindakan penyelamatan diri. Keputusan model ini menyiapkan individu dalam sekejap untuk siap siaga menghadapi keadaan darurat. Di sinilah keuntungan keputusan-keputusan cepat yang didahului oleh perasaan atau emosi. Namun demikian, di sisi lain, ada juga reaksi emosional jenis lambat yang lebih dahulu melakukan penggodongan dalam pikiran sebelum mengalirkannya ke dalam perasaan. Keputusan model kedua ini sifatnya lebih disengaja dan biasanya individu lebih sadar terhadap gagasan-gagasan yang akan dikemukakannya. Dalam reaksi emosional jenis ini, ada suatu pemahaman yang lebih luas dan pikiran memainkan peranan kunci dalam menentukan emosi-emosi apa yang akan dicetuskannya. 3. Memperlakukan Realitas Sebagai Realitas Simbolik Logika pikiran emosional, yang disebut juga sebagai logika hati, itu bersifat asosiatif. Dalam arti memandang unsur-unsur yang melambangkan suatu realitas itu sama dengan realitas itu sendiri. Oleh sebab itu, seringkali berbagai perumpamaan, pantu, kiasan dan teater secara langsung ditujukan kepada pikiran emosional. Para ulama pensyiar agama dan para guru spiritual termasyhur pada umumnya dalam menyampaikan ajaran-ajarannya senantiasa berusaha menyentuh hati para pengikutnya dengan cara berbicara dalam bahasa emosi, dengan mengajar melalui perumpamaan, fabel, filsafat, ibarat dan kisah-kisah yang sangat menyentuh perasaan. Oleh karena itulah, ajaran-ajaran orang-orang bijak itu dengan cepat dan mudah dimengerti pikiran rasional, sesungguhnya simbol-
  • 6. simbol dan berbagai ritual keagamaan itu tidak sedemikian bermakna jika dibandingkan dengan sudut pandang pikiran emosional. 4. Masa Lampau Diposisikan Sebagai Masa Sekarang Dari sudut pandang ini, apabila sejumlah ciri suatu peristiwa tampak serupa dengan kenangan masa lampau yang mengandung muatan emosi, maka pikiran emosional akan menanggapinya dengan memicu perasaan-perasaan yang berkaitan dengan peristiwa yang diingat itu. Pikiran bereaksi terhadap keadaan sekarang seolah-olah keadaan itu adalah masa lampau. Kesulitannya adalah, terutama apabila penilaian terhadap masa lampau itu cepat dan otomatis, barangkali kita tidak menyadari bahwa yang dahulu memang begitu, ternyata sekarang sudah tidak lagi seperti itu. D. Karakteristik Perkembangan Emosi Subjek Didik Masa remaja adalah masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa, maka status remaja agak kabur, baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya. Conny Semiawan mengibaratkan: “terlalu besar untuk serbet, tetapi terlalu kecil untuk taplak meja” karena sudah bukan anak-anak lagi, tetapi juga belum dewasa. Masa remaja biasanya memiliki energi yang besar, emosi berkobar-kobar, sedangkan pengendalian diri belum sempurna. Remaja juga sering mengalami perasaan tidak aman, tidak tenang dan khawatir kesepian. Secara garis besar, masa remaja dapat dibagi ke dalam empat periode, yaitu: periode pra-remaja, remaja awal, remaja tengah, dan remaja akhir. Adapun karakteristik untuk setiap periode adalah sebagai berikut: 1. Periode Pra-remaja Selama periode ini terjadi gejala-gejala yang hampir sama antara remaja pria maupun wanita. Perubahan fisik belum begitu tampak jelas, tetapi pada remaja putri biasanya memperlihatkan penambahan berat badan yang cepat sehingga mereka merasa kegemukan. Gerakan-gerakan mereka mulai menjadi kaku. Perubahan ini disertai sifat kepekaan terhadap rangsang-rangsang dari luar, responnya biasanya berlebihan sehingga mereka mudah tersinggung dan cengeng, tetapi cepat merasa senang atau bahkan meledak-ledak.
  • 7. 2. Periode Remaja Awal Selama periode ini perkembangan gejala fisik yang semakin tampak jelas adalah perubahan fungsi alat-alat kelamin. Karena perubahan alat-alat kelamin serta perubahan fisik yang semakin nyata ini, remaja seringkali mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan itu. Akibatnya, tidak jarang mereka cenderung menyendiri sehingga tidak jarang pula merasa terasing, kuran perhatian dari orang lain, atau bahkan merasa tidak ada orang yang mau mempedulikannya. Kontrol terhadap dirinya bertambah sulit dan mereka cepat marah dengan cara-cara yang kurang wajar untuk meyakinkan dunia sekitarnya. Perilaku seperti ini sesungguhnya terjadi karena adanya kecemasan terhadap dirinya sendiri sehingga muncul dalam reaksi yang kadang-kadang tidak wajar. 3. Periode Remaja Tengah Tanggung jawab hidup yang harus semakin ditingkatkan oleh remaja untuk dapat menuju ke arah mampu memikul sendiri seringkali menimbulkan masalah tersendiri bagi remaja. Karena tuntutan peningkatan tanggungjawab ini tidak hanya datang dari orang tua atau anggota keluarganya melainkan juga dari masyarakat sekitarnya, maka tidak jarang masyarakat juga terbawa-bawa menjadi masalah bagi remaja. Melihat fenomena yang sering terjadi dalam masyarakat yang seringkali juga menunjukkan adanya kontradiksi dengan nilai-nilai moral yang mereka ketahui, maka tidak jarang juga remaja mulai meragukan tentang apa yang disebut baik atau buruk. Akibatnya, remaja seringkali ingin membentuk nilai-nilai mereka sendiri yang mereka anggap benar, baik, dan pantas untuk dikembangkan di kalangan mereka sendiri. 4. Periode Remaja Akhir Selama periode ini remaja mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan mulai mampu menunjukkan pemikiran, sikap, dan perilaku yang semakin dewasa. Oleh sebab itu, orang tua dan masyarakat mulai memberikan kepercayaan yang selayaknya kepada mereka. Interaksi dengan orang tua juga menjadi lebih bagus dan lancar karena mereka sudah semakin memiliki kebebasan yang relatif terkendali serta emosinya pun mulai stabil. Pilihan arah hidup sudah semakin jelas dan mulai mampu mengambil pilihan serta keputusan tentang arah hidupnya
  • 8. secara lebih bijaksana meskipun belum bisa secara penuh. Mereka juga mulai memilih cara-cara hidupnya yang dapat dipertanggungjawabkan terhadap dirinya sendiri, orang tua, dan masyarakat. E. Proses Pembelajaran untuk Membantu Perkembangan Emosi Subjek Didik Intervensi pendidikan untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat berkembang ke arah kecerdasan emosional, adalah dengan menggunakan intervensi yang dikemukakan oleh W.T. Grant Consortium tentang “unsur-unsur aktif program pencegahan”, sebagai berikut: 1. Pengembangan Keterampilan Emosional Cara yang dapat dilakukan antara lain: Ø Mengidentifikasi dan memberi nama-nama atau label-label perasaan Ø Mengungkapkan perasaan Ø Menilai intensitas perasaan Ø Mengelola perasaan Ø Menunda pemuasan Ø Mengendalikan dorongan hati Ø Mengurangi stress Ø Memahami perbedaan antara perasaan dan tindakan 2. Pengembangan Keterampilan Kognitif Cara yang dapat dilakukan antara lain: Ø Belajar melakukan dialog batin,untuk mengatasi dan menghadapi masalah atau memperkuat perilaku diri sendiri. Ø Belajar membaca dan menafsirkan isyarat-isyarat sosial. Ø Belajar menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan, seperti mengendalikan dorongan hati, menentukan sasaran. Ø Belajar memahami sudut pandang orang lain (empati). Ø Belajar bersikap positif terhadap kehidupan. Ø Belajar mengembangkan kesadaran diri, misal mengembangkan harapan-harapan yang realistis tentang diri sendiri.
  • 9. 3. Pengembangan Keterampilan Perilaku Cara yang bisa dilakukan antara lain: Ø Belajar keterampilan komunikasi non-verbal; misal, komunikasi lewat pandangan mata, ekspresi wajah, posisi tubuh dan lain-lain. Ø Belajar keterampilan komunikasi verbal; misal mengajukan permintaan-permintaan dengan jelas, menolak pengaruh negatif dan sejenisnya. BAB III KESIMPULAN Dari uraian-uraian di atas, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan, bahwa emosi adalah setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu; setipa keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Sedangkan perasaan (feeling) adalah pengalaman disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang eksternal maupun oleh bermacam-bermacam keadaan jasmaniah. Karakteristik perkembangan emosi remaja sejalan dengan perkembangan masa remaja itu sendiri, yaitu: 1. Perubahan fisik tahap awal pada periode pra remaja. 2. Periode remaja tengah. 3. periode remaja akhir. Kemudian lima faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja adalah: 1. Perubahan jasmani. 2. Perubahan pola interaksi dengan orang tua. 3. Perubahan interaksi dengna teman sebaya. 4. Perubahan pandangan luar. 5. Perubahan interaksi dengan sekolah. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan emosi remaja agar berkembang ke arah kecerdasan emosional antara lain dengan belajar mengembangkan: 1. keterampilan emosional. 2. keterampilan kognitif.
  • 10. 3. keterampilan perilaku. DAFTAR PUSTAKA 1. Fawzi Aswin Hadis (1991).Perilaku Menyimpang Remaja Ditinjau dari Psikologi Perkembangan.Jakarta: Makalah Disampaikan pada Seminar tentang Problematik Remaja Kita dan Tantangan Masa Depannya, 5 Nopember 1991. 2. Conny Semiawan; A.S. Munandar; dan S.C.U. Munandar (1984).Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah: Petunjuk Bagi Guru dan Orang Tua. Jakarta: Gramedia. Utami Munandar (1992).Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia