SlideShare a Scribd company logo
1 of 56
Download to read offline
Peran ‘Performanceof Veterinary
Services' (PVS) dalam Peningkatan
Pelayanan Kesehatan Hewan Akuatik
Drh Tri Satya Putri Naipospos MPhil PhD
Epidemiolog Veteriner
Perencanaan dan Evaluasi Kegiatan Bidang Kesehatan Ikan Tahun 2022
Direktorat Kawasan dan Kesehatan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
Bogor, 23 Juni 2022
Mengapa kesehatan hewan akuatik
(aquaticanimal health) dan Pelayanan
Kesehatan Hewan Akuatik (AquaticAnimal
HealhServices) adalah PENTING bagi kita?
• Produksi hewan akuatik berkembang pesat dan berkontribusi secara signifikan
terhadap nutrisi manusia, pengentasan kemiskinan, dan pembangunan
berkelanjutan dan ini PENTING untuk mencapai Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (Sustainable Development Goals).
• Wabah penyakit adalah ancaman terbesar bagi produksi hewan akuatik secara
global. Ancaman ini dirasakan oleh semua negara dan membutuhkan aksi
kerjasama oleh Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH/OIE) dan negara-
negara anggotanya, bekerja sama dengan pemangku kepentingan terkait, untuk
melindungi dan meningkatkan kesehatan hewan akuatik di seluruh dunia.
Sumber: World Organisation for Animal Health (2021).
Akuakultur dan ketahanan pangan
• AKUAKULTUR adalah sektor produksi pangan yang memiliki pertumbuhan
paling cepat (pertumbuhan tahunan @ 8,4% per tahun sejak 1970).
• Akuakultur menyediakan protein hewani berkualitas tinggi.
• Kesehatan hewan, ketahanan pangan dan kesehatan masyarakat saling
terkait.
• Untuk mencukupi permintaan global terhadap pangan berbasis protein,
produksi hewan akuatik harus diintensifkan.
• Pengembangan akuakultur membawa risiko penyakit hewan akuatik baru
dan ancaman terhadap lingkungan.
• Penyakit hewan akuatik mewakili hambatan utama bagi produksi akuakultur
yang efisien dan hambatan utama perdagangan internasional.
Sumber: World Organisation for Animal Health (2021).
Ancaman bagi kesehatan hewan akuatik
dan manusia
• Ada banyak sumber penyakit dan risiko kesehatan lainnya
dalam domain kesehatan hewan akuatik.
• Ancaman terhadap kesehatan hewan akuatik dan manusia
dibagi menjadi:
• Ancaman melalui tindakan yang tidak memadai untuk
mencegah, mendeteksi dan mengendalikan penyakit
hewan akuatik (aquatic animal diseases), dan penggunaan
obat-obatan veteriner yang salah;
• Ancaman melalui perdagangan dan lalu lintas hewan
akuatik dan produk hewan akuatik;
• Ancaman melalui impor hewan akuatik, produk hewan
akuatik, pakan, dan obat-obatan veteriner.
Sumber: OIE Tool for the Evaluation of Performance of Aquatic Animal Health Services (2021).
Standar internasional hewan akuatik
• OIE Aquatic Animal Health Code
• Edisi ke-23, 2021 (diadopsi pada 88th General Session
dari World Assembly of OIE Delegates), termasuk teks
baru dan perubahan pada:
• Glossary;
• Diseases listed by the OIE (Chapter 1.3.);
• Biosecurity for aquaculture establishments (New
Chapter 4.1.);
• Specific chapters on diseases of fish and molluscs
(Infection with infectious salmon anaemiavirus,
infection with spring viraemia of carp virus, infection
with Bonamiaostreae, etc.).
PVS Pathway
(PVS = Performance of Veterinary Services)
• PVS Pathway adalah platform pengembangan kapasitas (capacity building
platform) unggulan dari WOAH/OIE untuk peningkatan berkelanjutan dari
Pelayanan Veteriner Nasional (National Veterinary Services) diperkenalkan
pada tahun 2007.
• Siklus ‘PVS Pathway’: menyediakan mekanisme yang kuat untuk perbaikan
berkelanjutan, melalui pendekatan bertahap menggunakan seperangkat alat
dan metoda untuk mengevaluasi, merencanakan, membiayai & memberikan
dukungan bagi Pelayanan Kesehatan Hewan Akuatik (AAHS).
• Alat untuk mengevaluasi Pelayanan Kesehatan Hewan Akuatik (Aquatic
Animal Health Services/AAHS) dikembangkan pada tahun 2013.
• Termasuk dalam strategi WOAH adalah dokumen OIE Strategy on Aquatic
Animal Health yang baru disusun pada tahun 2021 lalu.
Sumber: World Organisation for Animal Health (2021).
Kaitan AAHC – PVS - AAHS
Aquatic Animal Health Code (Aquatic Code)
menyediakan standar-standar internasional
tentang persyaratan kualitas untuk AAHS dan
untuk evaluasi PVS.
OIE Global Strategy on Aquatic Animal Health,
meningkatkan kesadaran dan training evaluasi PVS
untuk AAHS sebagai kunci dalam memperkuat
negara-negara anggota dalam memahami dan
terlibat dalam kegiatan PVS.
Pelayanan Kesehatan Hewan Akuatik
(Aquatic Animal Health Services)
• AQUATIC ANIMAL HEALTH SERVICES (AAHS ) artinya
organisasi pemerintah dan non-pemerintah yang
menerapkan tindakan-tindakan kesehatan dan
kesejahteraan hewan serta standar dan rekomendasi
lainnya dalam Aquatic Code di teritorialnya.
• AAHS berada di bawah kendali dan arahan secara
menyeluruh dari Otoritas Kompeten (Competent Authority).
• Organisasi sektor swasta, dokter hewan atau profesional
kesehatan hewan akuatik (aquatic animal health
professional) normalnya diakreditasi atau disetujui oleh
Otoritas Kompeten dalam menjalankan fungsi yang
didelegasikan kepada mereka.
Strategi OIE dalam Pelayanan
Kesehatan Hewan Akuatik
• OIE Aquatic Animal Health Strategy 2021 – 2015.
• Diumumkan pada “4th Global Conference” di Chili
pada April 2019.
• Dukungan dan masukan dari ‘Aquatic Animals
Commission’ dan seluruh komunitas WOAH/OIE.
• Strategi Akuatik akan meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan hewan akuatik di seluruh dunia,
berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan, pengentasan kemiskinan, dan
ketahanan pangan, sehingga mendukung
pencapaian TUJUAN PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN (Sustainable Development Goals)..
Sumber: World Organisation for Animal Health (2021).
Inspeksi perbatasan (untuk impor), catat, inspeksi dan otorisasi (untuk impor dan nasional)
Produk non-
pangan
Perdagangan
hewan
Produk
medik
Genetik Pakan
hewan
Pangan
manusia
• Kesejahteraan hewan
• Penelusuran
• Zonasi
• Kompartementalisasi
• Perdagangan nasiional
• Perdagangan internasional
• Produk non-pangan
• Produk sampingan
• Limbah
Sertifikasi ekspor
Akuakultur
Pemotongan &
Pemanenan
Pemrosesan & perdagangan
produk asal hewan
Satwa liar
Hewan kesayangan
Eksotik
Epidemik
Endemik
Zoonosis
Penyakit
•Residu
•AMR
•Pencegahan
•Pengendalian
•Pemberantasan
•Catat, inspeksi dan
otorisasi tanaman
•Kesejahteraan hewan
•Inspeksi pemrosesan
Pangan manusia
Kesehatan masyarakat
Kompetensi transversal:
Sumber daya manusia,
fisik dan finansial,
laboratorium, legislasi,
pendidikan (edukasi) dan
interaksi dengan
stakeholder.
OIE PVS
Tool
Aquatic
Aquatic Animal Health Code
• AAHC (Aquatic Code) menyediakan standar-standar
untuk peningkatan kesehatan dan kesejahteraan
hewan akuatik di seluruh dunia.
• Standar-standar ini harus digunakan oleh AAHS untuk
mengatur Tindakan-tindakan untuk pencegahan,
deteksi dini, pelaporan dan pengendalian agen
patogen pada hewan akuatik amfibi, krustasea, ikan
dan moluska).
• Implementasi rekomendasi dalam Aquatic Code
memastikan keamanan perdagangan internasional
hewan akuatik dan produk hewan akuatik, secara
bersamaan menghindari hambatan sanitary yang
tidak dapat dijustifikasi.
PVS Tool Aquatic (edisi ke-2, 2021)
• PVS Tool Aquatic edisi ke-2, 2021 merupakan
pengembangan dari PVS Tool Aquatic edisi ke-1, 2013.
• PVS Tool Aquatic selaras dengan ‘PVS (Terrestrial)
Evaluation Tool’ (edisi ke-7, 2019).
• Dibandingkan dengan edisi 2013, edisi 2021 lebih jelas
dalam kategorisasi dan definisi ‘CRITICAL COMPETENCIES’
(CCs).
• Cakupan yang telah ditingkatkan, seperti:
• Resistensi antimikroba (AMR-AMU);
• Pendekatan ‘One Health’;
• Reduksi ancaman biologi (biothreat reduction);
• Biosekuriti;
• Investigasi penyakit;
• Perdagangan domestik; dan
• Kemitraan pemerintah dan swasta (Public Private
Partnership/PPP).
Performance of Veterinary Services (PVS) Pathway
• Proses yang komprehensif, multi tahap untuk
perencanaan berkelanjutan dan peningkatan kapasitas
AAHS.
• Mendukung kepatuhan yang lebih besar dengan
standar-standar kesehatan hewan internasional
WOAH.
• Setiap langkah sesuai dengan aktivitas pengembangan
kapasitas (capacity-building).
• Proses sukarela (voluntary), digerakkan oleh negara
(country driven) yang menargetkan sistim/sumberdaya
internal untuk keberlanjutan (sustainability).
• Banyak negara yang telah melakukan PVS – 140
negara, lebih dari 400 laporan.
Pendekatan PVS OIE
• Evaluasi eksternal yang independen (obyektivitas)
• ‘Expert’ di training dan disertifikasi oleh WOAH/OIE;
• Sesuai dengan konteksnya.
• Untuk menilai:
• Kepatuhan terhadap standar-standar OIE;
• Kekuatan / kelemahan
• Kesenjangan (gap) / area untuk perbaikan.
• Bukan merupakan audit atau inspeksi.
• Diakui oleh donor internasional.
• Properti negara (kerahasiaan hasil).
Sumber: World Organisation for Animal Health (2021).
Mengapa ada perbedaan pelaksanaan PVS
Pathway antara hewan darat dan hewan akuatik?
• Pengetahuan yang rendah tentang adanya ‘OIE PVS Tool: Aquatic’.
• Tanggung jawab kesehatan hewan akuatik seringkali tidak di
Kementerian atau Otoritas yang sama dengan ‘OIE Delegate’.
• Pengetahuan atau minat yang kurang dari ‘OIE Delegate’.
• Banyak negara memiliki regulasi yang terbatas dalam kesehatan
hewan akuatik dan kapasitas diagnostik yang buruk, sehingga tidak
mengetahui bagaimana status penyakit hewan akuatiknya.
• Industri swasta seharusnya menjadi ‘pendorong’ (driver), bukan
otoritas.
Sumber: World Organisation for Animal Health (2021).
Bagaimana PVS memberikan keuntungan
Negara Anggota OIE?
• Pemahaman tentang ‘perbaikan’ (treatment) yang diperlukan oleh Negara
Anggota (dukungan target PVS):
– Laboratorium, Legislasi, Gap Analysis, Kemitraan Pemerintah-Swasta,
Tenaga kerja (Workforce), Tenaga Paramedis Veteriner, dlsbnya.
• Kredibilitas dari suatu Pelayanan Kesehatan Hewan Nasional (Veterinary
Services) dan Pelayanan Kesehatan Hewan Akuatik (Aquatic Animal Health
Services).
• Perbaikan transparansi dari status sanitary dari pandangan perdagangan
intra-regional dan perdagangan internasional.
• Visinya adalah ‘preventif’ dan ‘kesiapsiagaan’ (preparedness):
– Identifikasi kelemahan sebelum hal tersebut menjadi masalah.
– Adaptasi terhadap perubahan konteks.
Sumber: World Organisation for Animal Health (2021).
Mengapa perlu PVS Aquaticmission?
• Apa yang kita ketahui tentang PVS Pathway missions……
• Eksternal, pandangan independen dari ‘PVS experts’.
• Berdasarkan fakta (facts) dan bukti (evidence).
• Identikasi kelemahan/kekuatan dalam pemenuhan standar OIE.
• Saran rekomendasi untuk perbaikan performans AAHS.
Dasar untuk menetapkan monitoring rutin dan mekanisme tindak
lanjut pada tingkat kinerja keseluruhan dari waktu ke waktu.
Sumber: World Organisation for Animal Health (2021).
EVALUASI
PERENCANAAN
ORIENTASI
DUKUNGAN
BERTARGET
Siklus PVS
Pathway
I. PERSIAPAN
II. EVALUASI KAPASITAS &
REKOMENDASI PERBAIKAN
IV. DUKUNGAN
SPESIFIK LEGISLASI,
LABORATORIUM,
ONE HEALTH DLL...
III. PERENCANAAN
STRATEGIS DAN KEGIATAN
PEMBIAYAAN
Rencana Strategis
AAHS
Modernisasi legislasi
Negara / Donor
Investasi / Proyek
Edukasi Veteriner
Evaluasi PVS Analisis Gap PVS
Misi Evaluasi
Tindak Lanjut PVS
Laboratorium
Kemitraan Pemerintah/
Swasta
OIE bekerja sama dengan pemerintah,
Pemangku kepentingan dan donor
(jika diperlukan)
« Diagnosa » « Preskripsi »
« Perlakuan khusus »
The OIE PVS
Pathway
Permintaan untuk PVS ke OIE
• Permintaan dari ‘OIE Delegate’ nasional ke ‘OIE Director General’.
• OIE membalas ke ‘OIE Delegate’ mengusulkan tim PVS dan tanggal pelaksanaan.
• Jika disetujui, OIE mengirimkan surat ke anggota tim PVS.
• Tim ‘OIE expert’:
• mempersiapkan langkah administratif, alat, laporan, peran, dsbnya.
• Surat templat dari ‘Team Leader’ ke ‘OIE Delegate’ mengenai persiapan misi,
permintaan informasi, draf jadwal dsb.
• Pembiayaan:
• Misi yang memenuhi syarat didanai oleh donor melalui ‘OIE World Animal
Health and Welfare Fund’.
• OIE membiayai tim (perjalanan internasional, per diem, biaya expert)
• Negara membiayai perjalanan lokal, penterjemahan, rapat/pertemuan
• Donor menetapkan batasan berdasarkan kelayakan nasional.
Sumber: World Organisation for Animal Health (2021).
Evaluasi AAHS
• PVS Self-Evaluation: PVS Tool tersedia untuk negara-negara anggota OIE untuk
digunakan sebagai tujuan evaluasi diri PVS.
• PVS Evaluation of Aquatic Animal Health Services (AAHS): Digunakan untuk evaluasi
kinerja AAHS.
• PVS Evaluation Follow-Up mission: Tindak lanjut dari PVS Evaluation yang berfungsi
untuk memperbaharui penilaian dan kemajuan yang telah dicapai oleh negara,
menggunakan metoda yang konsisten dari waktu ke waktu. Referensi silang dengan
PVS Evaluation awal dan mempertimbangkan tujuan yang ditetapkan dalam PVS Gap
Analysis.
• PVS Gap Analysis (PVS Costing Tool): Tindak lanjut dari PVS Evaluation untuk menilai
dan memonitor kemajuan yang telah dibuat (perubahan dalam legislasi, kapasitas
teknis dlsb.) menggunakan PVS Tool dan tingkat kemajuan yang telah diperbaharui
untuk setiap kompetensi kritis.
• PVS Evaluation Specific Content: Negara anggota dapat memilih untuk memasukkan
suplemen konten tertentu (lampiran laporan) terkait dengan penyakit (misal PPR,
Rabies dll) dan masalah, ke dalam PVS Evaluation dan PVS Evaluation Follow Up mission,
yang masih harus diselesaikan dan dilaporkan secara lengkap.
Laporan (Report) PVS negara
Laporan PVS dari suatu negara:
• Rahasia (confidential) – sangat sedikit;
• Tersedia untuk transmisi ke Donor dan Mitra,
termasuk organisasi pembangunan internasional
yang memiliki perjanjian dengan WOAH/OIE (73
laporan sampai saat ini);
• Sepenuhnya dalam ‘domain public’ (12% sampai
saat ini): Belize; Bolivia; Brazil; Guinea-Bissau;
Namibia; Panama; Paraguay; Uruguay; Vietnam
dan Filipina.
http://www.oie.int/eng/oie/organisation/en_oie_pv
s_eval_reports.htm?e1d2
Sumber: World Organisation for Animal Health (2021).
4 (empat) Komponen Dasar PVS
I. SUMBER DAYA MANUSIA, FISIK DAN
FINANSIAL
II. OTORITAS DAN KAPABILITAS
TEKNIS
III. INTERAKSI DENGAN PIHAK YANG
BERKEPENTINGAN
IV. AKSES PASAR
PVS 4 komponen dasar
Kompetensi
kritis (Critical
competencies)
Tingkat
kemajuan (levels
of advancement)
Kompetensi kritis (Critical competencies)
I
SUMBER DAYA
MANUSIA, FISIK
DAN FINANSIAL
II
OTORITAS DAN
KAPABILITAS
TEKNIS
III
INTERAKSI DGN
PIHAK YANG
BERKEPENTINGAN
IV
AKSES PASAR
36
5
Tingkat kemajuan (Levelsof advancement)
• 5 tingkat kemajuan (levels of
advancement) kualitatif untuk setiap
kompetensi kritis (critical competency)
• Tingkat yang lebih tinggi
diasumsikan kepatuhan pada semua
tingkat sebelumnya.
Tingkat (Level) 1
Tidak mematuhi (no
compliance)
Tingkat (Level) 5
Kepatuhan penuh pada
standar-standar OIE
Sumber: OIE Tool for the Evaluation of Performance of Aquatic Animal Health Services (2021).
I. SUMBER DAYA MANUSIA, FISIK DAN
FINANSIAL
• I-1 Staf profesional dan teknis dari AAHS
• I-2 Kompetensi dan edukasi dokter hewan atau profesional kesehatan
hewan akuatik, atau tenaga teknis lainnya
• I-3 Pendidikan berkelanjutan
• I-4 Kemandirian teknis
• I-5 Perencanaan, keberlanjutan dan manajemen kebijakan dan program
• I-6 Kapabilitas koordinasi AAHS
• I-7 Sumber daya fisik dan investasi modal
• I-8 Pendanaan operasional
• I-9 Pendanaan darurat JUMLAH CRITICALCOMPETENSIES (CC) = 9
Sumber: OIE Tool for the Evaluation of Performance of Aquatic Animal Health Services (2021).
II. OTORITAS DAN KAPABILITAS TEKNIS
• II-1 Diagnosis laboratorium
• II-2 Analisis risiko dan epidemiologi
• II-3 Karantina dan keamanan
perbatasan
• II-4 Surveilanas dan deteksi dini
• II-5 Kesiapsiagaan dan respons
darurat
• II-6 Pencegahan, pengendalian dan
pemberantasan
• II-7 Keamanan pangan produksi
hewan akuatik
• II-8 Obat-obatan Veteriner dan
biologik untuk hewan akuatik
• II-9 Penggunaan antimikroba (AMU)
& resistensi antimikroba (AMR)
• II-10 Pengujian residu, monitoring
dan manajemen
• II-11 Keamanan pakan hewan
akuatik
• II-12 Identifikasi, penelusuran dan
pengendalian pergerakan/lalu
lintas
• II-13 Kesejahteraan ikan budidaya
JUMLAH CRITICALCOMPETENSIES (CC) = 13
III. INTERAKSI DENGAN PIHAK YANG
BERKEPENTINGAN
• III-1 Komunikasi
• III-2 Konsultasi dengan pemangkut kepentingan
• III-3 Perwakilan resmi dan kolaborasi internasional
• III-4 Akreditasi/otorisasi/pendelegasian
• III-5 Veterinary Statutory Body (VSB)
• III-6 Partisipasi produsen dan pemangku kepentingan lain dalam
program-program bersama
• III-7 Manajemen kesehatan hewan akuatik dan pelayanan klinik
JUMLAH CRITICALCOMPETENSIES (CC) = 7
Sumber: OIE Tool for the Evaluation of Performance of Aquatic Animal Health Services (2021).
IV. AKSES PASAR
• IV-1 Legislasi kesehatan hewan akuatik
• IV-2 Harmonisasi internasional
• IV-3 Sertifikasi internasional
• IV-4 Ekuivalensi dan tipe perjanjian sanitary lainnya
• IV-5 Transparansi
• IV-6 Zonasi
• IV-7 Kompartementalisasi
JUMLAH CRITICALCOMPETENSIES (CC) = 7
Sumber: OIE Tool for the Evaluation of Performance of Aquatic Animal Health Services (2021).
Sumber daya manusia
I-1 Staf profesional and dan teknis dari AAHS.
A. Dokter hewan atau professional kesehatan hewan akuatik )kualifikasi
universitas).
B. Personil teknis kesehatan hewan akuatik, termasuk paramedik/para-
profesional veteriner.
I-2 Kompetensi dan edukasi dokter hewan atau professional kesehatan
hewan akuatik, dan personil teknis lainnya.
A. Dokter hewan dan profesional kesehatan hewan akuatik (kualifikasi
universitas) termasuk ‘OIE Day 1 competencies for veterinarians’.
B. Personil teknis kesehatan hewan akuatik, termasuk paramedik/para-
profesional veteriner.
I-3 Pendidikan berkelanjutan (continuing education).
Sumber: OIE Tool for the Evaluation of Performance of Aquatic Animal Health Services (2021).
Definisi: DOKTER HEWAN, PROFESIONAL KESEHATAN
HEWAN AKUATIK, DAN PARAMEDIK VETERINER
• DOKTER HEWAN (VETERINARIAN)
artinya seseorang dengan pendidikan yang sesuai, teregistrasi atau dilesensi oleh
badan hukum veteriner (veterinary statutory body) dari suatu negara untuk
mempraktikkan kedokteran hewan/sains veteriner di negara tersebut.
• PROFESIONAL KESEHATAN HEWAN AKUATIK (AQUATIC ANIMAL HEALTH
PROFESSIONAL)
artinya seseorang yang, untuk tujuan Aquatic Code, diotorisasi oleh Otoritas
Kompeten untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu yang ditunjuk di suatu
wilayah dan memiliki kualifikasi dan pelatihan yang sesuai untuk melaksanakan
tugas-tugas tersebut.
• PARAMEDIK VETERINER (VETERINARY PARAPROFESSIONAL)
artinya seseorang yang, untuk tujuan Terrestrial Code, diotorisasi oleh Veterinary
statutory body untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu (bergantung pada
kategori paramedik tersebut) di suatu wilayah, dan didelegasikan kepada mereka di
tanggung jawab dan arahan dari dokter hewan.
I-1 Dokter hewan & Profesional Kesehatan
Hewan akuatik
I-1 Staf profesional dan teknis dari AAHS
DEFINISI TINGKAT KEMAJUAN
A. Dokter hewan atau
profesional kesehatan
hewan akuatik
(kualifikasi universitas)
1. Mayoritas posisi yang memerlukan ketrampilan veteriner dan profesional
kesehatan hewan akuatik tidak ditempati oleh personil yang memegang
kualifikasi yang tepat.
2. Mayoritas posisi yang memerlukan ketrampilan veteriner dan profesional
kesehatan hewan akuatik ditempati oleh personil yang berkualifiasi di tingkat
pusat dan provinsi.
3. Mayoritas posisi yang memerlukan ketrampilan veteriner dan profesional
kesehatan hewan akuatik ditempati oleh personil yang berkualifikasi yang
tepat di tingkat lokal (lapangan).
4. Ada pendekatan sistematik untuk mendefinisikan deskripsi pekerjaan dan
prosedur penunjukan resmi dan promosi berdasarkan prestasi (sistim merit)
untuk dokter hewan dan profesional kesehatan hewan akuatik.
5. Ada prosedur yang efektif untuk penilaian kinerja resmi dan manajemen
kinerja dari dokter hewan dan profesional kesehatan hewan akuatik.
Sumber: OIE Tool for the Evaluation of Performance of Aquatic Animal Health Services (2021).
I-1 Personil teknis kesehatan hewan akuatik
I-1 Staf profesional dan teknis dari AAHS
DEFINISI TINGKAT KEMAJUAN
B. Personil teknis
kesehatan hewan
akuatik, termasuk
paraprofesional
veteriner
1. Mayoritas posisi yang memerlukan ketrampilan teknis kesehatan hewan
akuatik tidak ditempati oleh personil yang memegang kualifikasi yang tepat
2. Beberapa posisi yang memerlukan ketrampilan teknis ditempati oleh personil
yang memegang kualifikasi yang tepat. Sedikit atau tidak ada supervisi dokter
hewan atau profesional kesehatan hewan akuatik (kualifikasi tingkat
universitas).
3. Mayoritas posisi yang memerlukan ketrampilan teknis ditempati oleh personil
yang memegang kualifikasi yang tepat. Ada tingkat supervisi dokter hewan
atau profesional kesehatan hewan (kualifikasi tingkat universitas).
4. Mayoritas posisi teknis disupervisi secara efektif secara regular oleh dokter
hewan atau profesional kesehatan hewan akuatik (kualifikasi tingkat
universitas).
5. Ada prosedur manajemen untuk prosedur penunjukan dan promosi, begitu
juga penilaian kinerja dan kinerja manajemen dari posisi teknis (kualifikasi
tingkat non-universitas).
I-3 Pendidikan berkelanjutan
I-3 Pendidikan berkelanjutan
DEFINISI TINGKAT KEMAJUAN
Kapabilitas AAHS untuk
mempertahankan,
memperbaharui dan
meningkatkan
pengetahuan, perilaku
dan ketrampilan dari
personil, melalui
pelatihan staf secara
terus menerus dan
pengembangan program
yang dinilai secara
regular untuk
pengembangan
ketrampilan yang
relevan dan tertarget.
1. AAHS tidak memiliki akses kepada pendidikan berkelanjutan (continuing
education) veteriner, profesional atau teknis.
2. AAHS memiliki akses ke pendidikan berkelanjutan (pelatihan internal
dan/atau eksternal dan program-program pengembangan) secara regular
tetapi tidak memperhitungkan kebutuhan, atau informasi baru, atau
pemahaman baru.
3. AAHS memiliki akses ke pendidikan berkelanjutan yang dikaji dan kadang-
kadang diperbaharui, tetapi pelaksanaannya hanya untuk beberapa kategori
dari personil yang relevan.
4. AAHS memiliki akses pendidikan berkelanjutan yang dikaji setiap tahun dan
diperbaharui jika diperlukan, dan dilaksanakan untuk semua kategori dari
personil yang relevan.
5. AAHS memiliki pendidikan berkelanjutan terbaru yang diimplementasikan
atau merupakan suatu kebutuhan untuk semua personil yang relevan dan
diarahkan untuk perencanaan yang berdedikasi dan evaluasi efektivitas yang
regular.
II-1 Laboratorium
A. Akses ke diagnosis laboratorium
B. Keberlanjutan sistim laboratorium nasional
C. Sistim manajemen mutu laboratorium (Laboratory quality
management systems/QMS)
Penyakit hewan akuatik dalam daftar OIE (OIE–
listed diseases)
Ikan (fish) – Artikel 1.3.1.
• Aphanomycesinvadans (epizootic ulcerative
syndrome)
• Epizootic haematopoietic necrosis virus
• Gyrodactylus salaris
• HPR-deleted or HPR0 infectious salmon
anaemia virus
• Infectious haematopoietic necrosis virus
• Koi herpesvirus
• Red sea bream iridovirus
• Salmonid alphavirus
• Spring viraemia of carp virus
• Viral haemorrhagic septicaemia virus.
Moluska (mollusc) – Artikel 1.3.2.
• Abalone herpesvirus
• Bonamia ostreae
• Bonamia exitiosa
• Marteilia refringens
• Perkinsus marinus
• Perkinsus olseni
• Xenohaliotis californiensis.
Krustasea (crustacean) – Artikel 1.3.5.
• Acute hepatopancreatic necrosis disease
• Aphanomyces astaci (crayfish plague)
• Decapod iridescent virus 1
• Hepatobacter penaei (necrotising hepatopancreatitis)
• Infectious hypodermal & haematopoietic necrosis virus
• Infectious myonecrosis virus
• Macrobrachium rosenbergii nodavirus (white tail disease)
• Taura syndrome virus
• White spot syndrome virus
• Yellow head virus genotype 1.
Amfibi (amphibians) – Artikel 1.3.4.
• Batrachochytrium dendrobatidis
• Batrachochytrium salamandrivorans
• Ranavirus species.
A. Akses ke diagnosis laboratorium
II-1 Diagnosis laboratorium
DEFINISI TINGKAT KEMAJUAN
A. Akses ke diagnosis
laboratorium
Otoritas dan kapabilitas
AAHS untuk memiliki
akses ke diagnosis
laboratorium untuk
mengidentifikasi dan
mencatat agen patogen,
termasuk yang relevan
untuk kesehatan
masyarakat, yang dapat
mempengaruhi hewan
akuatik dan produk
hewan akuatik.
1. Diagnosa penyakit hampir selalu dilakukan dengan cara klinis, tanpa akses ke atau
sedikit menggunakan laboratorium untuk mendapatkan diagnosis yang benar.
2. Untuk penyakit hewan akuatik utama yang penting secara ekonomi nasional atau
potensi kepentingan zoonosis, dan untuk keamanan pangan dari produk hewan
akuatik, AAHS memiliki akses ke dan menggunakan laboratorium untuk
mendapatkan diagnosis yang benar.
3. Untuk penyakit hewan akuatik (dan potensi zoonosis) yang ada di negara ini, dan
untuk keamanan pakan dan surveilans AMR veteriner, AAHS memiliki akses ke
dan menggunakan laboratorium untuk diagnosis yang benar.
4. Untuk penyakit hewan akuatik yang penting secara ekonomi atau zoonotik yang
tidak ada di negara ini, tetapi diketahui berada di wilayah dan/atau yang dapat
masuk ke negara ini, AAHS memiliki akses ke dan menggunakan laboratorium
untuk mendapatkan diagnosis yang benar.
5. Dalam kasus penyakit baru muncul (emerging diseases) di wilayah atau di seluruh
dunia, AAHS memiliki akses ke dan menggunakan jejaring laboratorium referensi
nasional atau internasional (missal OIE ata FAO laboratorium referensi) untuk
mendapatkan diagnosis yang benar.
B. Keberlanjutan sistim laboratorium nasional
II-1 Diagnosis laboratorium
DEFINISI TINGKAT KEMAJUAN
B. Keberlanjutan
sistim laboratorium
nasional
Keberlanjutan,
efektivitas, keamanan
dan efisiensi sistim
atau jejaring
laboratorium nasional
(pemerintah dan
swasta), termasuk
infrastruktur,
peralatan,
pemeliharaan, bahan
habis pakai, personil
dan aliran sampel,
untuk melayani
kebutuhan AAHS.
1. Sistim laboratorium nasional tidak memenuhi kebutuhan AAHS
2. Sistim laboratorium nasional hanya sebagian dapat memenuhi kebutuhan AAHS, tetapi
tidak berkelanjutan, mengingat manajemen dan pemeliharaan sumber daya dan
infrastruktur tidak efektif dan/atau inefisien. Tindakan biosafety dan biosekuriti
laboratorium tidak ada atau sangat terbatas.
3. Sistim laboratorium nasional secara umum memenuhi kebutuhan AAHS. Sumber daya
dan organisasi dikelola secara efektif dan efisien, tetapi pendanaan tidak mencukupi
untuk keberlanjutan system, dan membatasi aliran sampel. Beberapa Tindakan biosafety
dan biosekuriti laboratorium dijalankan.
4. Sistim laboratorium nasional secara umum memenuhi kebutuhan AAHS, termasuk
untuk biosafety and biosekuriti laboratorium. Aliran sampel tidak memadai untuk
seluruh kebutuhan pengujian laboratorium. Sesekali, dibatasi oleh investasi yang
terlambat dalam aspek tertentu (misal personil, pemeliharaan atau bahan habis pakai).
5. Sistim laboratorium nasional memenuhi kebutuhan AAHS, memiliki tingkat biosafety
dan biosekuriti yang memadai, serta efisien dan berkelanjutan dengan aliran sampel
yang baik. Sistim laboratorium secara regular dikaji, diaudit dan diperbaharui apabila
diperlukan.
C. Sistim manajemen mutu laboratorium
II-1 Diagnosis laboratorium
DEFINISI TINGKAT KEMAJUAN
C. Sistim manajemen mutu
laboratorium (SSML)
Kualitas dan reliabilitas uji
laboratorium yang
melayani sektor
pemerintah dari AAHS,
dinilai menggunakan SML
resmi, misal memiliki
manajer mutu dan
pedoman mutu. Ini tidak
terbatas pada pencapaian
akreditasi ISO 17025 dan
partisipasi pada program
ujia profisiensi.
1. Tidak ada laboratorium yang melayani sektor pemerintah dari AAHS
menerapkan SMML resmi.
2. Satu atau lebih laboratorium yang melayani sektor pemerintah dari AAHS,
termasuk laboratorium referensi kesehatan hewan akuatik nasional utama
menerapkan SMML resmi.
3. Sebagian besar laboratorium yang melayani sektor pemerintah dari AAHS
menerapkan SMML resmi.
4. Semua laboratorium yang melayani sektor pemerintah dari AAHS
menerapkan SMML resmi, dengan penggunaan secara regular program uji
profisiensi multi-laboratorium.
5. Semua laboratorium yang melayani sektor pemerintah dari AAHS
menerapkan SMML resmi, yang secara regular dinilai melalui program uji
profisiensi nasional, regional atau international.
Sumber: OIE Tool for the Evaluation of Performance of Aquatic Animal Health Services (2021).
II-8 Obat-obatan Veteriner dan biologik
untuk hewan akuatik
II-9 Penggunaan antimikroba (AMU) dan
resistensi antimikroba (AMR)
II-10 Pengujian residu, monitoring dan
manajemen
Pengendalian OBAT IKAN
II-8 Obat-obatan veteriner dan biologik
II-8 Obat-obatan Veteriner dan biologik untuk hewan akuatik
DEFINISI TINGKAT KEMAJUAN
Otoritas dan kapabilitas
AAHS untuk meregulasi
obat-obatan veteriner dan
biologik, untuk
memastikan kualitas dan
keamanannya, begitu juga
penggunaannya yang
bertanggung jawab dan
bijak, termasuk pakan
terapi. Ini termasuk
otorisasi pemasaran,
registrasi, impor,
manufaktur, kendali mutu,
ekspor, pelabelan,
pengiklanan, distribusi,
penjualan (termasuk
dispensing) dan
penggunaan (termasuk
peresepan) dari produk-
produk ini.
1. AAHS tidak dapat meregulasi obat-obatan veteriner dan biologik untuk hewan
akuatik.
2. AAHS memiliki sejumlah kapabilitas untuk melakukan kontrol regulasi dan
administrasi atas impor, manufaktur dan otorisasi pasar (registrasi) dari obat-obatan
veteriner dan biologik veteriner untuk memastikan kualitas dan keamanannya, tetapi
tidak dapat memastikan penggunaan yang bertanggung jawab dan bijak untuk hewan
akuatik di lapangan.
3. AAHS melakukan kontrol regulasi dan administrasi yang efektif atas otorisasi pasar
obat-obatan veteriner dan biologik dan memiliki sejumlah kapasitas untuk
meregulasinya untuk memastikan penggunaan yang bertanggung jawab dan bijak
untuk hewan akuatik di lapangan, termasuk mengurangi risiko dari impor ilegal.
4. AAHS melakukan kontrol regulasi dan administrasi yang komprehensif dan efektif
terhadap obat-obatan veteriner dan biologik, termasuk otorisasi pasar, penggunaan
yang bertanggung jawab dan bijak untuk hewan akuatik di lapangan, dan
mengurangi risiko distribusi dan penggunaan ilegal.
5. Sistim kontrol obat-obatan veteriner dan biologik untuk hewan akuatik secara
regular diaudit, diuji dan diperbaharui apabila diperlukan, termasuk melalui
program farmakovigilans yang efektif.
II-9 Penggunaan antimikroba (AMU) dan
resistensi antimikroba (AMR)
II-9 Penggunaan antimikroba (AMU) dan resistensi antimikroba (AMR)
DEFINISI TINGKAT KEMAJUAN
Ootoritas dan kapabilitas
AAHS dalam mengelola
AMU dan AMR, dan
melakukan surveilans
dan pengendalian
pengembangan dan
penyebaran patogen AMR
pada produksi hewan
akuatik, begitu juga
lingkungan produksi
hewan akuatik, dengan
pendekatan One Health.
1. AAHS tidak dapat meregulasi AMU dan AMR dan tidak mengembangkan atau berkontribusi kepada
rencana aksi AMR yang mencakup domain kesehatan hewan akuatik.
2. AAHS berkontribusi atau telah berkontribusi kepada rencana aksi AMR nasional. Rencana aksi diinisiasi
beberapa kegiatan untuk mengumpulkan data AMU/AMR atau pengendalian AMR misal kampanye
kesadaran yang menargetkan dokter hewan/profesional kesehatan hewan akuatik atau peternak
mengenai penggunaan yang bijak dari agen antimikroba pada hewan akuatik. Penggunaan antimikroba
sebagai pemacu pertumbuhan & profilaksis sembarangan untuk pencegahan penyakit tidak disarankan.
3. AAHS telah menetapkan rencana aksi nasional AMR berkoordinasi dengan otoritas kesehatan masyarakat
dan stakeholder lain dan dilakukan sejumlah surveilans dan regulasi AMU/AMR. Penggunaan agen
antimikroba untuk pemacu pertumbuhan dan profilaksis sembarangan untuk pencegahan penyakit
dilarang.
4. AAHS menerapkan rencana aksi yang komprehensif berdasarkan risiko, termasuk surveilans AMR dari
agen patogen yang paling penting untuk kesehatan hewan akuatik atau penyakit yang ditularkan lewat
makanan, monitoring AMU, dan penggunaan agen antimikroba pada hewan akuatik (terutama
penggunaan ‘critically important’ antimikroba). Penggunaan agen antimikroba untuk pemacu
pertumbuhan dan profilaksis sembarangan untuk pencegahan penyakit tidak ada.
5. Rencana aksi AMR yang efektif mencakup domain kesehatan hewan akuatik secara regular diaudit, dikaji
dan diperbaharui oleh AAHS dengan otoritas kesehatan masyarakat dan stakeholder lain, menggunakan
hasil surveilans AMU/AMR. Skala dan tipe penggunaan antimikroba pada hewan akuatik menimbulkan
risiko AMR minimal dan solusi alternatif untuk pengendalian penyakit pada hewan akuatik diterapkan.
II-10 Pengujian residu, monitoring dan manajemen
II-10 Pengujian residu, monitoring dan manajemen
DEFINISI TINGKAT KEMAJUAN
Kapabilitas AAHS untuk
melaksanakan uji residu
dan program monitoring
untuk obat-obatan
veteriner (misal
antimikroba dan
hormon). bahan kimia,
pestisida, radionuklida,
logam berat, toksin dll.
dan merespon secara
tepat temuan yang
merugikan.
1. Tidak ada uji residu untuk produk hewan akuatik yang sedang dilakukan.
2. Beberapa uji residu sedang dilakukan, seperti untuk tujuan penelitian atau
percontohan, dan/atau dilakukan pada produk hewan akuatik untuk ekspor.
3. Program monitoring residu yang komprehensif dilakukan untuk semua
produk hewan akuatik untuk ekspor dan beberapa untuk konsumsi domestik,
berdasarkan analisis risiko yang terbatas. Protokol yang terdokumentasi ada
untuk mencegah risiko residu (misal periode ‘withholding’ untuk obat-obatan
veteriner) dan merespons pelanggaran Maximum Residue Limits (MRL).
4. Program monitoring residu yang komprehensif dilakukan untuk semua
produk hewan akuatik untuk ekspor dan konsumsi domestik berdasarkan
analisis risiko. Protokol yang efektif baik untuk pengurangan risiko residu dan
merespons pelanggaran Maximum Residue Limits, termasuk penelusuran
kembali dan tindak lanjut.
5. Program monitoring residu dan manajemen risiko mengikuti jaminan kualitas
(quality assurance) rutin dan secara regular dievaluasi/diaudit.
Sumber: OIE Tool for the Evaluation of Performance of Aquatic Animal Health Services (2021).
Komunikasi dan program bersama
III-1 Komunikasi
III-2 Konsultasi dengan pemangkut kepentingan
III-3 Perwakilan resmi dan kolaborasi internasional
III-6 Partisipasi produsen dan pemangku kepentingan lain dalam
program-program bersama
III-1 Komunikasi
III-1 Komunikasi
DEFINISI TINGKAT KEMAJUAN
Kapabilitas AAHS untuk
menjadikan stakeholder
non-pemerintah
menyadari dan
terinformasi, dengan
cara yang transparan,
efektif dan tepat waktu,
mengenai kegiatan dan
program AAHS, dan
perkembangan
kesehatan hewan
akuatik, kesejahteraan
ikan budidaya dan
kesehatan masyarakat.
1. AAHS tidak menginformasikan stakeholder mengenai kegiatan dan program
AAHS.
2. AAHS memiliki mekanisme komunikasi informal dengan sejumlah stakeholder,
misal dengan akuakultur komersial yang besar atau perusahaan yang terkait.
3. AAHS mempertahankan fungsi komunikasi yang berdedikasi dan khusus dan
kadang-kadang berkomunikasi dengan stakeholder, tetapi tidak selalu ‘up to
date’ atau pro-aktif dalam memberikan informasi.
4. AAHS ‘contact point’ untuk komunikasi menyediakan informasi ‘up-to-date’ ke
sebagian besar stakeholder yang relevan. Informasi ini selaras dengan rencana
komunikasi yang dikembangkan dengan baik, dan dapat diakses melalui
Internet dan saluran lain yang tepat yang ditargetkan untuk audiens, dan
mencakup acara, kegiatan dan program, termasuk selama masa krisis.
5. AAHS memiliki rencana komunikasi yang dikembangkan dengan baik, dan
secara reguler memberikan informasi ke samua stakeholder yang relevan, yang
ditargetkan dengan baik kepada audiens, melalui berbagai media komunikasi,
termasuk media sosial. AAHS secara reguler mengecaluasi dan merevisi
rencana komunikasi.
III-6 Partisipasi produsen dan pemangku kepentingan
lain dalam program-program bersama
III-6 Partisipasi produsen dan pemangku kepentingan lain dalam program-program bersama
DEFINISI TINGKAT KEMAJUAN
Kapabilitas AAHS untuk
mengembangkan
program bersama (joint
programmes) dalam
kemitraan pemerintah-
swasta (public−private
partnerships) dengan
keluaran yang terkait
dengan kesehatan hewan
akuatik, dan keamanan
pangan dan/atau
kesejahteraan ikan
budidaya.
1. Produsen dan stakeholder non-pemerintah mungkin saja mematuhi, tetapi tidak
secara aktif berpartisipasi dalam program.
2. Produsen dan stakeholder non-pemerintah diinformasikan tentang program dan
secara informal membantu AAHS dalam penyampaian program di lapangan (misal
kelompok industri membantu mengkomunikasikan program kepada anggotanya).
3. Produsen dan stakeholder non-pemerintah secara resmi berpartisipasi dengan
AAHS dalam penyampaian program bersama dan memberikan advis mengenai
perubahan dan perbaikan yang diperlukan.
4. Perwakilan dari produsen dan stakeholder non-pemerintah secara aktif bermitra
dengan AAHS dalam merencanakan, mengelola dan melaksanakan program
bersama.
5. Produsen dan stakeholder non-pemerintah mengkontribusikan sumberdaya yang
mengarah kepada pengembangan dan penyampaian program bersama yang
efektif dengan AAHS. Mereka juga secara aktif berpartisipasi dalam melakukan
kajian, audit dan revisi.
Sumber: OIE Tool for the Evaluation of Performance of Aquatic Animal Health Services (2021).
Pencegahan, pengendalian dan pemberantasan
penyakit
II-4 Surveilans dan deteksi dini
II-5 Kesiapsiagaan darurat dan respons
lI-6 Pencegahan, pengendalian dan pemberantasan
II-7 Keamanan pangan produksi hewan akuatik
II-6 Pencegahan, pengendalian dan
pemberantasan penyakit
II-6 Pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit
DEFINISI TINGKAT KEMAJUAN
A. Pencegahan penyakit
Otoritas dan kapabilitas
AAHS untuk mencegah
penyebaran penyakit
hewan akuatik melalui
kombinasi pengendalian
resmi (official controls)
dan praktik untuk
mengurangi risiko
paparan atau penularan
agen patogen, termasuk
biosekuriti.
1. AAHS tidak memiliki kapabilitas untuk melaksanakan program pencegahan
penyakit hewan akuatik.
2. AAHS telah membuat program pencegahan umum termasuk tindakan biosekuriti
dasar tetapi tidak ada verifikasi pelaksanaan dan/atau kepatuhan.
3. AAHS telah membuat program pencegahan dan program spesifik penyakit yang
diseleksi, termasuk biosekuriti dasar dan metoda verifikasi hanya untuk kegiatan
berisiko tinggi, tetapi tidak ada pemberlakuan (enforcement) program atau evaluasi
dari efektivitas praktik tersebut. Praktik industri umumnya tidak melebihi praktik
biosekuriti dasar.
4. AAHS telah membuat program pencegahan umum dan spesifik penyakit untuk
banyak penyakit berdasarkan dampak potensial yang dinilai secara informal,
termasuk praktik biosekuriti dasar dan maju (advance) konsisten dengan standar
internasional OIE. Metode verifikasi untuk kegiatan risiko yang tidak dapat
diterima dan evaluasi yang terus berlanjut terhadap efektivitas praktik berjalan.
Praktik industri umumnya melebihi praktik biosekuriti minimal yang diregulasi.
5. Program pencegahan penyakit efektif.
II-6 Pencegahan, pengendalian dan
pemberantasan penyakit
II-6 Pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit
DEFINISI TINGKAT KEMAJUAN
B. Pengendalian
atau
pemberantasan
penyakit
Otoritas dan
kapabilitas AAHS
untuk
mengendalikan
atau memberantas
penyakit hewan
akuatik penting
secara nasional
yang ada di negara.
1. AAHS tidak memiliki kapabilitas untuk melaksanakan program pengendalian atau pemberantasan
penyakit hewan akuatik.
2. AAHS melaksanakan program pengendalian atau pemberantasan untuk sejumlah penyakit hewan
akuatik dan/atau di sejumlah area atau populasi, tetapi sedikit atau tanpa pengetahuan
epidemiologik, perencanaan berbasis risiko (risk-based) atau evaluasi dari efektivitasnya.
3. AAHS melaksanakan program pengendalian atau pemberantasan untuk sejumlah penyakit hewan
akuatik prioritas di sejumlah area atau populasi. Ada variabel, epidemiologik, perencanaan berbasis
risiko dan evaluasi efektivitas, dengan kemajuan terbatas menuju tujuan program.
4. AAHS melaksanakan program pengendalian atau pemberantasan di seluruh wilayah negara untuk
penyakit hewan akuatik prioritas dengan derajat epidemiologik yang tinggi, perencanaan berbasis
risiko, dan evaluasi efektivitas berlanjut. Mereka memiliki atau mengalami kemajuan ke arah ‘self-
declare freedom’ dari penyakit yang masuk daftar OIE. Mereka dapat menunjukkan sejumlah
kemajuan menuju tujuan program dalam mengurangi prevalensi atau memberantas penyakit.
5. AAHS melaksanakan program pengendalian atau pemberantasan untuk semua penyakit hewan
akuatik prioritas, dengan evaluasi saintifik dari efektivitas konsisten dengan standar internasional
OIE yang relevan. Mereka dapat menunjukkan kemajuan yang jelas menuju tujuan program dalam
mengurangi prevalensi atau memberantas penyakit, termasuk mencapai atau berkembang menuju
pengakuan resmi bebas dari penyakit yang relevan.
Perdagangan
IV-2 Harmonisasi internasional
IV-4 Ekuivalensi dan tipe perjanjian sanitary lainnya
IV-5 Transparansi
IV-6 Zonasi
IV-7 Kompartementalisasi
IV-2 Harmonisasi internasional
IV-2 Harmonisasi internasional
DEFINISI TINGKAT KEMAJUAN
Otoritas dan kapabilitas
AAHS untuk aktif dalam
harmonisasi legislasi dan
tindakan sanitary
kesehatan hewan akuatik
(AAH) untuk memastikan
bahwa standar-standar
internasional, dan/atau
arahan (directive) atau
pedoman regional terkait
diperhitungkan.
1. Legislasi nasional dan tindakan sanitary AAH di bawah mandat AAHS tidak
mempertimbangkan standar internasional.
2. AAHS menyadari adanya gap, inkonsistensi atau ketidaksesuaian (non-conformities)
pada legislasi nasional dan tindakan sanitary AAH, dibandingkan dengan standar
internasional, tetapi tidak memiliki kapabilitas atau otoritas untuk memperbaiki
masalah.
3. AAHS memonitor pembentukan standar-standar internasional yang baru dan yang
direvisi, dan secara periodik meninjau ulang legislasi nasional dan tindakan
sanitary AAH setelah itu.
4. AAHS mengharmonisasikan legislasi dan tindakan sanitary AAH dan dapat
menunjukkan tingkat keselarasan dengan perubahan standar internasional. AAHS
juga meninjau dan mengomentari draf standar organisasi antarpemerintah yang
relevan, dan bekerja melalui organisasi regional, jika tersedia, untuk memastikan
harmonisasi yang lebih baik dengan standar-standar internasional.
5. AAHS secara aktif dan reguler berpartisipasi di tingkat internasional dalam
perumusan, negosiasi dan adopsi standar-standar internasional, dan menggunakan
standar ini untuk menyelaraskan legislasi nasional dan tindaka sanitary AAH.
IV-5 Transparansi
IV-5 Transparansi
DEFINISI TINGKAT KEMAJUAN
Otoritas dan kapabilitas
AAHS untuk
menotifikasi ke OIE,
WTO, mitra dagang dan
organisasi lain yang
relevan mengenai
status penyakit,
regulasi dan tindakan-
tindakan serta sistim
sanitary, sesuai dengan
prosedur yang berlaku
untuk perdagangan
internasional.
1. AAHS tidak menotifikasi.
2. AAHS sesekali menotifikasi.
3. AAHS menotifikasi sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh
organisasi-organisasi ini.
4. AAHS secara regular menginformasikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap perubahan status penyakit, regulasi dan
tindakan-tindakan serta sistim sanitary, yang berlaku untuk perdagangan
internasional.
5. AAHS, bekerjasama dengan stakeholder, melakukan audit terhadap
prosedur notifikasi mereka.
Sumber: OIE Tool for the Evaluation of Performance of Aquatic Animal Health Services (2021).
Contoh: Ringkasan
hasil PVS Filipina
Contoh: Ringkasan
hasil PVS Filipina
Contoh: Ringkasan
hasil PVS Filipina
Terima kasih
tata_naipospos@yahoo.com
tata.naipospos@gmail.com
www.civas.net

More Related Content

What's hot

Taenia solium.
Taenia solium.Taenia solium.
Taenia solium.Google
 
Dasar Dasar Kesehatan Ternak
Dasar Dasar Kesehatan TernakDasar Dasar Kesehatan Ternak
Dasar Dasar Kesehatan TernaklombkTBK
 
Power point-crustacea
Power point-crustaceaPower point-crustacea
Power point-crustaceanhecha
 
Penyusunan Analisis Risiko Pemasukan Hewan dan Produk Hewan: Avian Influenza ...
Penyusunan Analisis Risiko Pemasukan Hewan dan Produk Hewan: Avian Influenza ...Penyusunan Analisis Risiko Pemasukan Hewan dan Produk Hewan: Avian Influenza ...
Penyusunan Analisis Risiko Pemasukan Hewan dan Produk Hewan: Avian Influenza ...Tata Naipospos
 
Mikrobiologi dasar
Mikrobiologi dasarMikrobiologi dasar
Mikrobiologi dasarJoni Iswanto
 
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...Tata Naipospos
 
Sterilisasi dan disinfeksi
Sterilisasi dan disinfeksiSterilisasi dan disinfeksi
Sterilisasi dan disinfeksiJoni Iswanto
 
Legislasi Veteriner dan Siskeswan - Program Pasca Sarjana FKH IPB dan ASKESMA...
Legislasi Veteriner dan Siskeswan - Program Pasca Sarjana FKH IPB dan ASKESMA...Legislasi Veteriner dan Siskeswan - Program Pasca Sarjana FKH IPB dan ASKESMA...
Legislasi Veteriner dan Siskeswan - Program Pasca Sarjana FKH IPB dan ASKESMA...Tata Naipospos
 
Makalah sistem imun
Makalah  sistem imunMakalah  sistem imun
Makalah sistem imunWarnet Raha
 
Resistensi Antimikroba pada Peternakan Unggas dan Ancamannya Terhadap Kesehat...
Resistensi Antimikroba pada Peternakan Unggas dan Ancamannya Terhadap Kesehat...Resistensi Antimikroba pada Peternakan Unggas dan Ancamannya Terhadap Kesehat...
Resistensi Antimikroba pada Peternakan Unggas dan Ancamannya Terhadap Kesehat...Tata Naipospos
 
08. ukuran ukuran dasar dalam epidemiologi
08. ukuran ukuran dasar dalam epidemiologi08. ukuran ukuran dasar dalam epidemiologi
08. ukuran ukuran dasar dalam epidemiologiSyahrum Syuib
 
Handling (penanganan) Domba kel. 7
Handling (penanganan) Domba kel. 7Handling (penanganan) Domba kel. 7
Handling (penanganan) Domba kel. 7Jajat Rohmana
 
Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019
Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019
Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019Tata Naipospos
 
Langkah langkah investigasi klb wabah
Langkah langkah investigasi klb wabahLangkah langkah investigasi klb wabah
Langkah langkah investigasi klb wabahrickygunawan84
 
Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...
Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...
Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...Tata Naipospos
 

What's hot (20)

Taenia solium.
Taenia solium.Taenia solium.
Taenia solium.
 
Patologi Nutrisi
Patologi NutrisiPatologi Nutrisi
Patologi Nutrisi
 
Dasar Dasar Kesehatan Ternak
Dasar Dasar Kesehatan TernakDasar Dasar Kesehatan Ternak
Dasar Dasar Kesehatan Ternak
 
Power point-crustacea
Power point-crustaceaPower point-crustacea
Power point-crustacea
 
Penyusunan Analisis Risiko Pemasukan Hewan dan Produk Hewan: Avian Influenza ...
Penyusunan Analisis Risiko Pemasukan Hewan dan Produk Hewan: Avian Influenza ...Penyusunan Analisis Risiko Pemasukan Hewan dan Produk Hewan: Avian Influenza ...
Penyusunan Analisis Risiko Pemasukan Hewan dan Produk Hewan: Avian Influenza ...
 
Mikrobiologi dasar
Mikrobiologi dasarMikrobiologi dasar
Mikrobiologi dasar
 
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...
 
powerpoint insecta
powerpoint insectapowerpoint insecta
powerpoint insecta
 
Sterilisasi dan disinfeksi
Sterilisasi dan disinfeksiSterilisasi dan disinfeksi
Sterilisasi dan disinfeksi
 
Legislasi Veteriner dan Siskeswan - Program Pasca Sarjana FKH IPB dan ASKESMA...
Legislasi Veteriner dan Siskeswan - Program Pasca Sarjana FKH IPB dan ASKESMA...Legislasi Veteriner dan Siskeswan - Program Pasca Sarjana FKH IPB dan ASKESMA...
Legislasi Veteriner dan Siskeswan - Program Pasca Sarjana FKH IPB dan ASKESMA...
 
Makalah sistem imun
Makalah  sistem imunMakalah  sistem imun
Makalah sistem imun
 
Makalah penyakit menular
Makalah penyakit menularMakalah penyakit menular
Makalah penyakit menular
 
Resistensi Antimikroba pada Peternakan Unggas dan Ancamannya Terhadap Kesehat...
Resistensi Antimikroba pada Peternakan Unggas dan Ancamannya Terhadap Kesehat...Resistensi Antimikroba pada Peternakan Unggas dan Ancamannya Terhadap Kesehat...
Resistensi Antimikroba pada Peternakan Unggas dan Ancamannya Terhadap Kesehat...
 
08. ukuran ukuran dasar dalam epidemiologi
08. ukuran ukuran dasar dalam epidemiologi08. ukuran ukuran dasar dalam epidemiologi
08. ukuran ukuran dasar dalam epidemiologi
 
Handling (penanganan) Domba kel. 7
Handling (penanganan) Domba kel. 7Handling (penanganan) Domba kel. 7
Handling (penanganan) Domba kel. 7
 
organ reproduksi jantan
organ reproduksi jantanorgan reproduksi jantan
organ reproduksi jantan
 
Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019
Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019
Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019
 
Langkah langkah investigasi klb wabah
Langkah langkah investigasi klb wabahLangkah langkah investigasi klb wabah
Langkah langkah investigasi klb wabah
 
Ppt sph
Ppt sphPpt sph
Ppt sph
 
Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...
Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...
Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...
 

Similar to AKUAKULTUR DAN KESEHATAN HEWAN AKUATIK

Aquatic Animal Health Code dan ALOP - BKIPM-KKP, 29 Oktober 2021
Aquatic Animal Health Code dan ALOP - BKIPM-KKP, 29 Oktober 2021Aquatic Animal Health Code dan ALOP - BKIPM-KKP, 29 Oktober 2021
Aquatic Animal Health Code dan ALOP - BKIPM-KKP, 29 Oktober 2021Tata Naipospos
 
Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BKIPM, KKP, Jakarta, 12 Ju...
Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BKIPM, KKP, Jakarta, 12 Ju...Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BKIPM, KKP, Jakarta, 12 Ju...
Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BKIPM, KKP, Jakarta, 12 Ju...Tata Naipospos
 
Aquatic Animal Health Code dan Perkembangan Terkini - Pusat Karantina Ikan, B...
Aquatic Animal Health Code dan Perkembangan Terkini - Pusat Karantina Ikan, B...Aquatic Animal Health Code dan Perkembangan Terkini - Pusat Karantina Ikan, B...
Aquatic Animal Health Code dan Perkembangan Terkini - Pusat Karantina Ikan, B...Tata Naipospos
 
Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BUSKPIM, KKP, 12 Juni 2014
Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BUSKPIM, KKP, 12 Juni 2014Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BUSKPIM, KKP, 12 Juni 2014
Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BUSKPIM, KKP, 12 Juni 2014Tata Naipospos
 
Pengelolaan Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Dukungan Kerjasama PDHI dan KKP,...
Pengelolaan Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Dukungan Kerjasama PDHI dan KKP,...Pengelolaan Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Dukungan Kerjasama PDHI dan KKP,...
Pengelolaan Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Dukungan Kerjasama PDHI dan KKP,...Tata Naipospos
 
Workshop Otoritas Veteriner - FKH UGM, Yogyakarta, 14 November 2013
Workshop Otoritas Veteriner - FKH UGM, Yogyakarta, 14 November 2013Workshop Otoritas Veteriner - FKH UGM, Yogyakarta, 14 November 2013
Workshop Otoritas Veteriner - FKH UGM, Yogyakarta, 14 November 2013Tata Naipospos
 
Pembangunan Kerangka Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Direktorat Kesehatan Ik...
Pembangunan Kerangka Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Direktorat Kesehatan Ik...Pembangunan Kerangka Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Direktorat Kesehatan Ik...
Pembangunan Kerangka Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Direktorat Kesehatan Ik...Tata Naipospos
 
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...Tata Naipospos
 
Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...
Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...
Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...Tata Naipospos
 
International Health Regulations dan Performance of Veterinary Services - FKF...
International Health Regulations dan Performance of Veterinary Services - FKF...International Health Regulations dan Performance of Veterinary Services - FKF...
International Health Regulations dan Performance of Veterinary Services - FKF...Tata Naipospos
 
Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...
Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...
Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...Tata Naipospos
 
Peran Kesehatan Hewan Dalam Menghadapi Tantangan Penyakit Zoonosis - KIVNAS X...
Peran Kesehatan Hewan Dalam Menghadapi Tantangan Penyakit Zoonosis - KIVNAS X...Peran Kesehatan Hewan Dalam Menghadapi Tantangan Penyakit Zoonosis - KIVNAS X...
Peran Kesehatan Hewan Dalam Menghadapi Tantangan Penyakit Zoonosis - KIVNAS X...Tata Naipospos
 
Seminar SPS Menghadapi ASEAN Economic Community 2015 - BARANTAN, Bogor, 20 Ma...
Seminar SPS Menghadapi ASEAN Economic Community 2015 - BARANTAN, Bogor, 20 Ma...Seminar SPS Menghadapi ASEAN Economic Community 2015 - BARANTAN, Bogor, 20 Ma...
Seminar SPS Menghadapi ASEAN Economic Community 2015 - BARANTAN, Bogor, 20 Ma...Tata Naipospos
 
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...Tata Naipospos
 
Penggolongan Penyakit Hewan Karantina - Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Ha...
Penggolongan Penyakit Hewan Karantina - Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Ha...Penggolongan Penyakit Hewan Karantina - Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Ha...
Penggolongan Penyakit Hewan Karantina - Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Ha...Tata Naipospos
 
Peran Pengawas Obat Hewan Menghadapi Era Globalisasi - Ditkeswan, Bogor, 25 A...
Peran Pengawas Obat Hewan Menghadapi Era Globalisasi - Ditkeswan, Bogor, 25 A...Peran Pengawas Obat Hewan Menghadapi Era Globalisasi - Ditkeswan, Bogor, 25 A...
Peran Pengawas Obat Hewan Menghadapi Era Globalisasi - Ditkeswan, Bogor, 25 A...Tata Naipospos
 
Tuntutan dan Peluang Dokter Hewan Dalam Kesehatan Hewan dan Perdagangan Bebas...
Tuntutan dan Peluang Dokter Hewan Dalam Kesehatan Hewan dan Perdagangan Bebas...Tuntutan dan Peluang Dokter Hewan Dalam Kesehatan Hewan dan Perdagangan Bebas...
Tuntutan dan Peluang Dokter Hewan Dalam Kesehatan Hewan dan Perdagangan Bebas...Tata Naipospos
 
Pendekatan Berbasis Komoditi dalam Perdagangan Hewan dan Produk Hewan - Maret...
Pendekatan Berbasis Komoditi dalam Perdagangan Hewan dan Produk Hewan - Maret...Pendekatan Berbasis Komoditi dalam Perdagangan Hewan dan Produk Hewan - Maret...
Pendekatan Berbasis Komoditi dalam Perdagangan Hewan dan Produk Hewan - Maret...Tata Naipospos
 
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...Tata Naipospos
 

Similar to AKUAKULTUR DAN KESEHATAN HEWAN AKUATIK (20)

Aquatic Animal Health Code dan ALOP - BKIPM-KKP, 29 Oktober 2021
Aquatic Animal Health Code dan ALOP - BKIPM-KKP, 29 Oktober 2021Aquatic Animal Health Code dan ALOP - BKIPM-KKP, 29 Oktober 2021
Aquatic Animal Health Code dan ALOP - BKIPM-KKP, 29 Oktober 2021
 
Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BKIPM, KKP, Jakarta, 12 Ju...
Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BKIPM, KKP, Jakarta, 12 Ju...Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BKIPM, KKP, Jakarta, 12 Ju...
Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BKIPM, KKP, Jakarta, 12 Ju...
 
Aquatic Animal Health Code dan Perkembangan Terkini - Pusat Karantina Ikan, B...
Aquatic Animal Health Code dan Perkembangan Terkini - Pusat Karantina Ikan, B...Aquatic Animal Health Code dan Perkembangan Terkini - Pusat Karantina Ikan, B...
Aquatic Animal Health Code dan Perkembangan Terkini - Pusat Karantina Ikan, B...
 
Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BUSKPIM, KKP, 12 Juni 2014
Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BUSKPIM, KKP, 12 Juni 2014Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BUSKPIM, KKP, 12 Juni 2014
Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BUSKPIM, KKP, 12 Juni 2014
 
Pengelolaan Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Dukungan Kerjasama PDHI dan KKP,...
Pengelolaan Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Dukungan Kerjasama PDHI dan KKP,...Pengelolaan Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Dukungan Kerjasama PDHI dan KKP,...
Pengelolaan Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Dukungan Kerjasama PDHI dan KKP,...
 
Workshop Otoritas Veteriner - FKH UGM, Yogyakarta, 14 November 2013
Workshop Otoritas Veteriner - FKH UGM, Yogyakarta, 14 November 2013Workshop Otoritas Veteriner - FKH UGM, Yogyakarta, 14 November 2013
Workshop Otoritas Veteriner - FKH UGM, Yogyakarta, 14 November 2013
 
Pembangunan Kerangka Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Direktorat Kesehatan Ik...
Pembangunan Kerangka Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Direktorat Kesehatan Ik...Pembangunan Kerangka Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Direktorat Kesehatan Ik...
Pembangunan Kerangka Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Direktorat Kesehatan Ik...
 
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
 
Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...
Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...
Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...
 
International Health Regulations dan Performance of Veterinary Services - FKF...
International Health Regulations dan Performance of Veterinary Services - FKF...International Health Regulations dan Performance of Veterinary Services - FKF...
International Health Regulations dan Performance of Veterinary Services - FKF...
 
Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...
Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...
Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...
 
Peran Kesehatan Hewan Dalam Menghadapi Tantangan Penyakit Zoonosis - KIVNAS X...
Peran Kesehatan Hewan Dalam Menghadapi Tantangan Penyakit Zoonosis - KIVNAS X...Peran Kesehatan Hewan Dalam Menghadapi Tantangan Penyakit Zoonosis - KIVNAS X...
Peran Kesehatan Hewan Dalam Menghadapi Tantangan Penyakit Zoonosis - KIVNAS X...
 
Seminar SPS Menghadapi ASEAN Economic Community 2015 - BARANTAN, Bogor, 20 Ma...
Seminar SPS Menghadapi ASEAN Economic Community 2015 - BARANTAN, Bogor, 20 Ma...Seminar SPS Menghadapi ASEAN Economic Community 2015 - BARANTAN, Bogor, 20 Ma...
Seminar SPS Menghadapi ASEAN Economic Community 2015 - BARANTAN, Bogor, 20 Ma...
 
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
 
Penggolongan Penyakit Hewan Karantina - Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Ha...
Penggolongan Penyakit Hewan Karantina - Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Ha...Penggolongan Penyakit Hewan Karantina - Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Ha...
Penggolongan Penyakit Hewan Karantina - Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Ha...
 
Peran Pengawas Obat Hewan Menghadapi Era Globalisasi - Ditkeswan, Bogor, 25 A...
Peran Pengawas Obat Hewan Menghadapi Era Globalisasi - Ditkeswan, Bogor, 25 A...Peran Pengawas Obat Hewan Menghadapi Era Globalisasi - Ditkeswan, Bogor, 25 A...
Peran Pengawas Obat Hewan Menghadapi Era Globalisasi - Ditkeswan, Bogor, 25 A...
 
Tuntutan dan Peluang Dokter Hewan Dalam Kesehatan Hewan dan Perdagangan Bebas...
Tuntutan dan Peluang Dokter Hewan Dalam Kesehatan Hewan dan Perdagangan Bebas...Tuntutan dan Peluang Dokter Hewan Dalam Kesehatan Hewan dan Perdagangan Bebas...
Tuntutan dan Peluang Dokter Hewan Dalam Kesehatan Hewan dan Perdagangan Bebas...
 
Pendekatan Berbasis Komoditi dalam Perdagangan Hewan dan Produk Hewan - Maret...
Pendekatan Berbasis Komoditi dalam Perdagangan Hewan dan Produk Hewan - Maret...Pendekatan Berbasis Komoditi dalam Perdagangan Hewan dan Produk Hewan - Maret...
Pendekatan Berbasis Komoditi dalam Perdagangan Hewan dan Produk Hewan - Maret...
 
IMPORT RISK ANALYSIS.pdf
IMPORT RISK ANALYSIS.pdfIMPORT RISK ANALYSIS.pdf
IMPORT RISK ANALYSIS.pdf
 
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
 

More from Tata Naipospos

Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024Tata Naipospos
 
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...Tata Naipospos
 
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024Tata Naipospos
 
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023Tata Naipospos
 
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023Tata Naipospos
 
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...Tata Naipospos
 
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...Tata Naipospos
 
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...Tata Naipospos
 
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...Tata Naipospos
 
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...Tata Naipospos
 
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023Tata Naipospos
 
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...Tata Naipospos
 
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023Tata Naipospos
 
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...Tata Naipospos
 
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...Tata Naipospos
 
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...Tata Naipospos
 
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...Tata Naipospos
 
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...Tata Naipospos
 
Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...
Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...
Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...Tata Naipospos
 
Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...
Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...
Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...Tata Naipospos
 

More from Tata Naipospos (20)

Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
 
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
 
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
 
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
 
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
 
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
 
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
 
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
 
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
 
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
 
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
 
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
 
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
 
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
 
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
 
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
 
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
 
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...
 
Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...
Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...
Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...
 
Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...
Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...
Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...
 

Recently uploaded

tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 

Recently uploaded (20)

tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 

AKUAKULTUR DAN KESEHATAN HEWAN AKUATIK

  • 1. Peran ‘Performanceof Veterinary Services' (PVS) dalam Peningkatan Pelayanan Kesehatan Hewan Akuatik Drh Tri Satya Putri Naipospos MPhil PhD Epidemiolog Veteriner Perencanaan dan Evaluasi Kegiatan Bidang Kesehatan Ikan Tahun 2022 Direktorat Kawasan dan Kesehatan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Bogor, 23 Juni 2022
  • 2. Mengapa kesehatan hewan akuatik (aquaticanimal health) dan Pelayanan Kesehatan Hewan Akuatik (AquaticAnimal HealhServices) adalah PENTING bagi kita? • Produksi hewan akuatik berkembang pesat dan berkontribusi secara signifikan terhadap nutrisi manusia, pengentasan kemiskinan, dan pembangunan berkelanjutan dan ini PENTING untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals). • Wabah penyakit adalah ancaman terbesar bagi produksi hewan akuatik secara global. Ancaman ini dirasakan oleh semua negara dan membutuhkan aksi kerjasama oleh Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH/OIE) dan negara- negara anggotanya, bekerja sama dengan pemangku kepentingan terkait, untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan hewan akuatik di seluruh dunia. Sumber: World Organisation for Animal Health (2021).
  • 3. Akuakultur dan ketahanan pangan • AKUAKULTUR adalah sektor produksi pangan yang memiliki pertumbuhan paling cepat (pertumbuhan tahunan @ 8,4% per tahun sejak 1970). • Akuakultur menyediakan protein hewani berkualitas tinggi. • Kesehatan hewan, ketahanan pangan dan kesehatan masyarakat saling terkait. • Untuk mencukupi permintaan global terhadap pangan berbasis protein, produksi hewan akuatik harus diintensifkan. • Pengembangan akuakultur membawa risiko penyakit hewan akuatik baru dan ancaman terhadap lingkungan. • Penyakit hewan akuatik mewakili hambatan utama bagi produksi akuakultur yang efisien dan hambatan utama perdagangan internasional. Sumber: World Organisation for Animal Health (2021).
  • 4. Ancaman bagi kesehatan hewan akuatik dan manusia • Ada banyak sumber penyakit dan risiko kesehatan lainnya dalam domain kesehatan hewan akuatik. • Ancaman terhadap kesehatan hewan akuatik dan manusia dibagi menjadi: • Ancaman melalui tindakan yang tidak memadai untuk mencegah, mendeteksi dan mengendalikan penyakit hewan akuatik (aquatic animal diseases), dan penggunaan obat-obatan veteriner yang salah; • Ancaman melalui perdagangan dan lalu lintas hewan akuatik dan produk hewan akuatik; • Ancaman melalui impor hewan akuatik, produk hewan akuatik, pakan, dan obat-obatan veteriner. Sumber: OIE Tool for the Evaluation of Performance of Aquatic Animal Health Services (2021).
  • 5. Standar internasional hewan akuatik • OIE Aquatic Animal Health Code • Edisi ke-23, 2021 (diadopsi pada 88th General Session dari World Assembly of OIE Delegates), termasuk teks baru dan perubahan pada: • Glossary; • Diseases listed by the OIE (Chapter 1.3.); • Biosecurity for aquaculture establishments (New Chapter 4.1.); • Specific chapters on diseases of fish and molluscs (Infection with infectious salmon anaemiavirus, infection with spring viraemia of carp virus, infection with Bonamiaostreae, etc.).
  • 6. PVS Pathway (PVS = Performance of Veterinary Services) • PVS Pathway adalah platform pengembangan kapasitas (capacity building platform) unggulan dari WOAH/OIE untuk peningkatan berkelanjutan dari Pelayanan Veteriner Nasional (National Veterinary Services) diperkenalkan pada tahun 2007. • Siklus ‘PVS Pathway’: menyediakan mekanisme yang kuat untuk perbaikan berkelanjutan, melalui pendekatan bertahap menggunakan seperangkat alat dan metoda untuk mengevaluasi, merencanakan, membiayai & memberikan dukungan bagi Pelayanan Kesehatan Hewan Akuatik (AAHS). • Alat untuk mengevaluasi Pelayanan Kesehatan Hewan Akuatik (Aquatic Animal Health Services/AAHS) dikembangkan pada tahun 2013. • Termasuk dalam strategi WOAH adalah dokumen OIE Strategy on Aquatic Animal Health yang baru disusun pada tahun 2021 lalu. Sumber: World Organisation for Animal Health (2021).
  • 7. Kaitan AAHC – PVS - AAHS Aquatic Animal Health Code (Aquatic Code) menyediakan standar-standar internasional tentang persyaratan kualitas untuk AAHS dan untuk evaluasi PVS. OIE Global Strategy on Aquatic Animal Health, meningkatkan kesadaran dan training evaluasi PVS untuk AAHS sebagai kunci dalam memperkuat negara-negara anggota dalam memahami dan terlibat dalam kegiatan PVS.
  • 8. Pelayanan Kesehatan Hewan Akuatik (Aquatic Animal Health Services) • AQUATIC ANIMAL HEALTH SERVICES (AAHS ) artinya organisasi pemerintah dan non-pemerintah yang menerapkan tindakan-tindakan kesehatan dan kesejahteraan hewan serta standar dan rekomendasi lainnya dalam Aquatic Code di teritorialnya. • AAHS berada di bawah kendali dan arahan secara menyeluruh dari Otoritas Kompeten (Competent Authority). • Organisasi sektor swasta, dokter hewan atau profesional kesehatan hewan akuatik (aquatic animal health professional) normalnya diakreditasi atau disetujui oleh Otoritas Kompeten dalam menjalankan fungsi yang didelegasikan kepada mereka.
  • 9. Strategi OIE dalam Pelayanan Kesehatan Hewan Akuatik • OIE Aquatic Animal Health Strategy 2021 – 2015. • Diumumkan pada “4th Global Conference” di Chili pada April 2019. • Dukungan dan masukan dari ‘Aquatic Animals Commission’ dan seluruh komunitas WOAH/OIE. • Strategi Akuatik akan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan hewan akuatik di seluruh dunia, berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, pengentasan kemiskinan, dan ketahanan pangan, sehingga mendukung pencapaian TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (Sustainable Development Goals).. Sumber: World Organisation for Animal Health (2021).
  • 10. Inspeksi perbatasan (untuk impor), catat, inspeksi dan otorisasi (untuk impor dan nasional) Produk non- pangan Perdagangan hewan Produk medik Genetik Pakan hewan Pangan manusia • Kesejahteraan hewan • Penelusuran • Zonasi • Kompartementalisasi • Perdagangan nasiional • Perdagangan internasional • Produk non-pangan • Produk sampingan • Limbah Sertifikasi ekspor Akuakultur Pemotongan & Pemanenan Pemrosesan & perdagangan produk asal hewan Satwa liar Hewan kesayangan Eksotik Epidemik Endemik Zoonosis Penyakit •Residu •AMR •Pencegahan •Pengendalian •Pemberantasan •Catat, inspeksi dan otorisasi tanaman •Kesejahteraan hewan •Inspeksi pemrosesan Pangan manusia Kesehatan masyarakat Kompetensi transversal: Sumber daya manusia, fisik dan finansial, laboratorium, legislasi, pendidikan (edukasi) dan interaksi dengan stakeholder. OIE PVS Tool Aquatic
  • 11. Aquatic Animal Health Code • AAHC (Aquatic Code) menyediakan standar-standar untuk peningkatan kesehatan dan kesejahteraan hewan akuatik di seluruh dunia. • Standar-standar ini harus digunakan oleh AAHS untuk mengatur Tindakan-tindakan untuk pencegahan, deteksi dini, pelaporan dan pengendalian agen patogen pada hewan akuatik amfibi, krustasea, ikan dan moluska). • Implementasi rekomendasi dalam Aquatic Code memastikan keamanan perdagangan internasional hewan akuatik dan produk hewan akuatik, secara bersamaan menghindari hambatan sanitary yang tidak dapat dijustifikasi.
  • 12. PVS Tool Aquatic (edisi ke-2, 2021) • PVS Tool Aquatic edisi ke-2, 2021 merupakan pengembangan dari PVS Tool Aquatic edisi ke-1, 2013. • PVS Tool Aquatic selaras dengan ‘PVS (Terrestrial) Evaluation Tool’ (edisi ke-7, 2019). • Dibandingkan dengan edisi 2013, edisi 2021 lebih jelas dalam kategorisasi dan definisi ‘CRITICAL COMPETENCIES’ (CCs). • Cakupan yang telah ditingkatkan, seperti: • Resistensi antimikroba (AMR-AMU); • Pendekatan ‘One Health’; • Reduksi ancaman biologi (biothreat reduction); • Biosekuriti; • Investigasi penyakit; • Perdagangan domestik; dan • Kemitraan pemerintah dan swasta (Public Private Partnership/PPP).
  • 13. Performance of Veterinary Services (PVS) Pathway • Proses yang komprehensif, multi tahap untuk perencanaan berkelanjutan dan peningkatan kapasitas AAHS. • Mendukung kepatuhan yang lebih besar dengan standar-standar kesehatan hewan internasional WOAH. • Setiap langkah sesuai dengan aktivitas pengembangan kapasitas (capacity-building). • Proses sukarela (voluntary), digerakkan oleh negara (country driven) yang menargetkan sistim/sumberdaya internal untuk keberlanjutan (sustainability). • Banyak negara yang telah melakukan PVS – 140 negara, lebih dari 400 laporan.
  • 14. Pendekatan PVS OIE • Evaluasi eksternal yang independen (obyektivitas) • ‘Expert’ di training dan disertifikasi oleh WOAH/OIE; • Sesuai dengan konteksnya. • Untuk menilai: • Kepatuhan terhadap standar-standar OIE; • Kekuatan / kelemahan • Kesenjangan (gap) / area untuk perbaikan. • Bukan merupakan audit atau inspeksi. • Diakui oleh donor internasional. • Properti negara (kerahasiaan hasil). Sumber: World Organisation for Animal Health (2021).
  • 15. Mengapa ada perbedaan pelaksanaan PVS Pathway antara hewan darat dan hewan akuatik? • Pengetahuan yang rendah tentang adanya ‘OIE PVS Tool: Aquatic’. • Tanggung jawab kesehatan hewan akuatik seringkali tidak di Kementerian atau Otoritas yang sama dengan ‘OIE Delegate’. • Pengetahuan atau minat yang kurang dari ‘OIE Delegate’. • Banyak negara memiliki regulasi yang terbatas dalam kesehatan hewan akuatik dan kapasitas diagnostik yang buruk, sehingga tidak mengetahui bagaimana status penyakit hewan akuatiknya. • Industri swasta seharusnya menjadi ‘pendorong’ (driver), bukan otoritas. Sumber: World Organisation for Animal Health (2021).
  • 16. Bagaimana PVS memberikan keuntungan Negara Anggota OIE? • Pemahaman tentang ‘perbaikan’ (treatment) yang diperlukan oleh Negara Anggota (dukungan target PVS): – Laboratorium, Legislasi, Gap Analysis, Kemitraan Pemerintah-Swasta, Tenaga kerja (Workforce), Tenaga Paramedis Veteriner, dlsbnya. • Kredibilitas dari suatu Pelayanan Kesehatan Hewan Nasional (Veterinary Services) dan Pelayanan Kesehatan Hewan Akuatik (Aquatic Animal Health Services). • Perbaikan transparansi dari status sanitary dari pandangan perdagangan intra-regional dan perdagangan internasional. • Visinya adalah ‘preventif’ dan ‘kesiapsiagaan’ (preparedness): – Identifikasi kelemahan sebelum hal tersebut menjadi masalah. – Adaptasi terhadap perubahan konteks. Sumber: World Organisation for Animal Health (2021).
  • 17. Mengapa perlu PVS Aquaticmission? • Apa yang kita ketahui tentang PVS Pathway missions…… • Eksternal, pandangan independen dari ‘PVS experts’. • Berdasarkan fakta (facts) dan bukti (evidence). • Identikasi kelemahan/kekuatan dalam pemenuhan standar OIE. • Saran rekomendasi untuk perbaikan performans AAHS. Dasar untuk menetapkan monitoring rutin dan mekanisme tindak lanjut pada tingkat kinerja keseluruhan dari waktu ke waktu. Sumber: World Organisation for Animal Health (2021).
  • 18. EVALUASI PERENCANAAN ORIENTASI DUKUNGAN BERTARGET Siklus PVS Pathway I. PERSIAPAN II. EVALUASI KAPASITAS & REKOMENDASI PERBAIKAN IV. DUKUNGAN SPESIFIK LEGISLASI, LABORATORIUM, ONE HEALTH DLL... III. PERENCANAAN STRATEGIS DAN KEGIATAN PEMBIAYAAN
  • 19. Rencana Strategis AAHS Modernisasi legislasi Negara / Donor Investasi / Proyek Edukasi Veteriner Evaluasi PVS Analisis Gap PVS Misi Evaluasi Tindak Lanjut PVS Laboratorium Kemitraan Pemerintah/ Swasta OIE bekerja sama dengan pemerintah, Pemangku kepentingan dan donor (jika diperlukan) « Diagnosa » « Preskripsi » « Perlakuan khusus » The OIE PVS Pathway
  • 20. Permintaan untuk PVS ke OIE • Permintaan dari ‘OIE Delegate’ nasional ke ‘OIE Director General’. • OIE membalas ke ‘OIE Delegate’ mengusulkan tim PVS dan tanggal pelaksanaan. • Jika disetujui, OIE mengirimkan surat ke anggota tim PVS. • Tim ‘OIE expert’: • mempersiapkan langkah administratif, alat, laporan, peran, dsbnya. • Surat templat dari ‘Team Leader’ ke ‘OIE Delegate’ mengenai persiapan misi, permintaan informasi, draf jadwal dsb. • Pembiayaan: • Misi yang memenuhi syarat didanai oleh donor melalui ‘OIE World Animal Health and Welfare Fund’. • OIE membiayai tim (perjalanan internasional, per diem, biaya expert) • Negara membiayai perjalanan lokal, penterjemahan, rapat/pertemuan • Donor menetapkan batasan berdasarkan kelayakan nasional. Sumber: World Organisation for Animal Health (2021).
  • 21. Evaluasi AAHS • PVS Self-Evaluation: PVS Tool tersedia untuk negara-negara anggota OIE untuk digunakan sebagai tujuan evaluasi diri PVS. • PVS Evaluation of Aquatic Animal Health Services (AAHS): Digunakan untuk evaluasi kinerja AAHS. • PVS Evaluation Follow-Up mission: Tindak lanjut dari PVS Evaluation yang berfungsi untuk memperbaharui penilaian dan kemajuan yang telah dicapai oleh negara, menggunakan metoda yang konsisten dari waktu ke waktu. Referensi silang dengan PVS Evaluation awal dan mempertimbangkan tujuan yang ditetapkan dalam PVS Gap Analysis. • PVS Gap Analysis (PVS Costing Tool): Tindak lanjut dari PVS Evaluation untuk menilai dan memonitor kemajuan yang telah dibuat (perubahan dalam legislasi, kapasitas teknis dlsb.) menggunakan PVS Tool dan tingkat kemajuan yang telah diperbaharui untuk setiap kompetensi kritis. • PVS Evaluation Specific Content: Negara anggota dapat memilih untuk memasukkan suplemen konten tertentu (lampiran laporan) terkait dengan penyakit (misal PPR, Rabies dll) dan masalah, ke dalam PVS Evaluation dan PVS Evaluation Follow Up mission, yang masih harus diselesaikan dan dilaporkan secara lengkap.
  • 22. Laporan (Report) PVS negara Laporan PVS dari suatu negara: • Rahasia (confidential) – sangat sedikit; • Tersedia untuk transmisi ke Donor dan Mitra, termasuk organisasi pembangunan internasional yang memiliki perjanjian dengan WOAH/OIE (73 laporan sampai saat ini); • Sepenuhnya dalam ‘domain public’ (12% sampai saat ini): Belize; Bolivia; Brazil; Guinea-Bissau; Namibia; Panama; Paraguay; Uruguay; Vietnam dan Filipina. http://www.oie.int/eng/oie/organisation/en_oie_pv s_eval_reports.htm?e1d2 Sumber: World Organisation for Animal Health (2021).
  • 23. 4 (empat) Komponen Dasar PVS I. SUMBER DAYA MANUSIA, FISIK DAN FINANSIAL II. OTORITAS DAN KAPABILITAS TEKNIS III. INTERAKSI DENGAN PIHAK YANG BERKEPENTINGAN IV. AKSES PASAR
  • 24. PVS 4 komponen dasar Kompetensi kritis (Critical competencies) Tingkat kemajuan (levels of advancement) Kompetensi kritis (Critical competencies) I SUMBER DAYA MANUSIA, FISIK DAN FINANSIAL II OTORITAS DAN KAPABILITAS TEKNIS III INTERAKSI DGN PIHAK YANG BERKEPENTINGAN IV AKSES PASAR 36 5
  • 25. Tingkat kemajuan (Levelsof advancement) • 5 tingkat kemajuan (levels of advancement) kualitatif untuk setiap kompetensi kritis (critical competency) • Tingkat yang lebih tinggi diasumsikan kepatuhan pada semua tingkat sebelumnya. Tingkat (Level) 1 Tidak mematuhi (no compliance) Tingkat (Level) 5 Kepatuhan penuh pada standar-standar OIE Sumber: OIE Tool for the Evaluation of Performance of Aquatic Animal Health Services (2021).
  • 26. I. SUMBER DAYA MANUSIA, FISIK DAN FINANSIAL • I-1 Staf profesional dan teknis dari AAHS • I-2 Kompetensi dan edukasi dokter hewan atau profesional kesehatan hewan akuatik, atau tenaga teknis lainnya • I-3 Pendidikan berkelanjutan • I-4 Kemandirian teknis • I-5 Perencanaan, keberlanjutan dan manajemen kebijakan dan program • I-6 Kapabilitas koordinasi AAHS • I-7 Sumber daya fisik dan investasi modal • I-8 Pendanaan operasional • I-9 Pendanaan darurat JUMLAH CRITICALCOMPETENSIES (CC) = 9 Sumber: OIE Tool for the Evaluation of Performance of Aquatic Animal Health Services (2021).
  • 27. II. OTORITAS DAN KAPABILITAS TEKNIS • II-1 Diagnosis laboratorium • II-2 Analisis risiko dan epidemiologi • II-3 Karantina dan keamanan perbatasan • II-4 Surveilanas dan deteksi dini • II-5 Kesiapsiagaan dan respons darurat • II-6 Pencegahan, pengendalian dan pemberantasan • II-7 Keamanan pangan produksi hewan akuatik • II-8 Obat-obatan Veteriner dan biologik untuk hewan akuatik • II-9 Penggunaan antimikroba (AMU) & resistensi antimikroba (AMR) • II-10 Pengujian residu, monitoring dan manajemen • II-11 Keamanan pakan hewan akuatik • II-12 Identifikasi, penelusuran dan pengendalian pergerakan/lalu lintas • II-13 Kesejahteraan ikan budidaya JUMLAH CRITICALCOMPETENSIES (CC) = 13
  • 28. III. INTERAKSI DENGAN PIHAK YANG BERKEPENTINGAN • III-1 Komunikasi • III-2 Konsultasi dengan pemangkut kepentingan • III-3 Perwakilan resmi dan kolaborasi internasional • III-4 Akreditasi/otorisasi/pendelegasian • III-5 Veterinary Statutory Body (VSB) • III-6 Partisipasi produsen dan pemangku kepentingan lain dalam program-program bersama • III-7 Manajemen kesehatan hewan akuatik dan pelayanan klinik JUMLAH CRITICALCOMPETENSIES (CC) = 7 Sumber: OIE Tool for the Evaluation of Performance of Aquatic Animal Health Services (2021).
  • 29. IV. AKSES PASAR • IV-1 Legislasi kesehatan hewan akuatik • IV-2 Harmonisasi internasional • IV-3 Sertifikasi internasional • IV-4 Ekuivalensi dan tipe perjanjian sanitary lainnya • IV-5 Transparansi • IV-6 Zonasi • IV-7 Kompartementalisasi JUMLAH CRITICALCOMPETENSIES (CC) = 7 Sumber: OIE Tool for the Evaluation of Performance of Aquatic Animal Health Services (2021).
  • 30. Sumber daya manusia I-1 Staf profesional and dan teknis dari AAHS. A. Dokter hewan atau professional kesehatan hewan akuatik )kualifikasi universitas). B. Personil teknis kesehatan hewan akuatik, termasuk paramedik/para- profesional veteriner. I-2 Kompetensi dan edukasi dokter hewan atau professional kesehatan hewan akuatik, dan personil teknis lainnya. A. Dokter hewan dan profesional kesehatan hewan akuatik (kualifikasi universitas) termasuk ‘OIE Day 1 competencies for veterinarians’. B. Personil teknis kesehatan hewan akuatik, termasuk paramedik/para- profesional veteriner. I-3 Pendidikan berkelanjutan (continuing education). Sumber: OIE Tool for the Evaluation of Performance of Aquatic Animal Health Services (2021).
  • 31. Definisi: DOKTER HEWAN, PROFESIONAL KESEHATAN HEWAN AKUATIK, DAN PARAMEDIK VETERINER • DOKTER HEWAN (VETERINARIAN) artinya seseorang dengan pendidikan yang sesuai, teregistrasi atau dilesensi oleh badan hukum veteriner (veterinary statutory body) dari suatu negara untuk mempraktikkan kedokteran hewan/sains veteriner di negara tersebut. • PROFESIONAL KESEHATAN HEWAN AKUATIK (AQUATIC ANIMAL HEALTH PROFESSIONAL) artinya seseorang yang, untuk tujuan Aquatic Code, diotorisasi oleh Otoritas Kompeten untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu yang ditunjuk di suatu wilayah dan memiliki kualifikasi dan pelatihan yang sesuai untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut. • PARAMEDIK VETERINER (VETERINARY PARAPROFESSIONAL) artinya seseorang yang, untuk tujuan Terrestrial Code, diotorisasi oleh Veterinary statutory body untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu (bergantung pada kategori paramedik tersebut) di suatu wilayah, dan didelegasikan kepada mereka di tanggung jawab dan arahan dari dokter hewan.
  • 32. I-1 Dokter hewan & Profesional Kesehatan Hewan akuatik I-1 Staf profesional dan teknis dari AAHS DEFINISI TINGKAT KEMAJUAN A. Dokter hewan atau profesional kesehatan hewan akuatik (kualifikasi universitas) 1. Mayoritas posisi yang memerlukan ketrampilan veteriner dan profesional kesehatan hewan akuatik tidak ditempati oleh personil yang memegang kualifikasi yang tepat. 2. Mayoritas posisi yang memerlukan ketrampilan veteriner dan profesional kesehatan hewan akuatik ditempati oleh personil yang berkualifiasi di tingkat pusat dan provinsi. 3. Mayoritas posisi yang memerlukan ketrampilan veteriner dan profesional kesehatan hewan akuatik ditempati oleh personil yang berkualifikasi yang tepat di tingkat lokal (lapangan). 4. Ada pendekatan sistematik untuk mendefinisikan deskripsi pekerjaan dan prosedur penunjukan resmi dan promosi berdasarkan prestasi (sistim merit) untuk dokter hewan dan profesional kesehatan hewan akuatik. 5. Ada prosedur yang efektif untuk penilaian kinerja resmi dan manajemen kinerja dari dokter hewan dan profesional kesehatan hewan akuatik. Sumber: OIE Tool for the Evaluation of Performance of Aquatic Animal Health Services (2021).
  • 33. I-1 Personil teknis kesehatan hewan akuatik I-1 Staf profesional dan teknis dari AAHS DEFINISI TINGKAT KEMAJUAN B. Personil teknis kesehatan hewan akuatik, termasuk paraprofesional veteriner 1. Mayoritas posisi yang memerlukan ketrampilan teknis kesehatan hewan akuatik tidak ditempati oleh personil yang memegang kualifikasi yang tepat 2. Beberapa posisi yang memerlukan ketrampilan teknis ditempati oleh personil yang memegang kualifikasi yang tepat. Sedikit atau tidak ada supervisi dokter hewan atau profesional kesehatan hewan akuatik (kualifikasi tingkat universitas). 3. Mayoritas posisi yang memerlukan ketrampilan teknis ditempati oleh personil yang memegang kualifikasi yang tepat. Ada tingkat supervisi dokter hewan atau profesional kesehatan hewan (kualifikasi tingkat universitas). 4. Mayoritas posisi teknis disupervisi secara efektif secara regular oleh dokter hewan atau profesional kesehatan hewan akuatik (kualifikasi tingkat universitas). 5. Ada prosedur manajemen untuk prosedur penunjukan dan promosi, begitu juga penilaian kinerja dan kinerja manajemen dari posisi teknis (kualifikasi tingkat non-universitas).
  • 34. I-3 Pendidikan berkelanjutan I-3 Pendidikan berkelanjutan DEFINISI TINGKAT KEMAJUAN Kapabilitas AAHS untuk mempertahankan, memperbaharui dan meningkatkan pengetahuan, perilaku dan ketrampilan dari personil, melalui pelatihan staf secara terus menerus dan pengembangan program yang dinilai secara regular untuk pengembangan ketrampilan yang relevan dan tertarget. 1. AAHS tidak memiliki akses kepada pendidikan berkelanjutan (continuing education) veteriner, profesional atau teknis. 2. AAHS memiliki akses ke pendidikan berkelanjutan (pelatihan internal dan/atau eksternal dan program-program pengembangan) secara regular tetapi tidak memperhitungkan kebutuhan, atau informasi baru, atau pemahaman baru. 3. AAHS memiliki akses ke pendidikan berkelanjutan yang dikaji dan kadang- kadang diperbaharui, tetapi pelaksanaannya hanya untuk beberapa kategori dari personil yang relevan. 4. AAHS memiliki akses pendidikan berkelanjutan yang dikaji setiap tahun dan diperbaharui jika diperlukan, dan dilaksanakan untuk semua kategori dari personil yang relevan. 5. AAHS memiliki pendidikan berkelanjutan terbaru yang diimplementasikan atau merupakan suatu kebutuhan untuk semua personil yang relevan dan diarahkan untuk perencanaan yang berdedikasi dan evaluasi efektivitas yang regular.
  • 35. II-1 Laboratorium A. Akses ke diagnosis laboratorium B. Keberlanjutan sistim laboratorium nasional C. Sistim manajemen mutu laboratorium (Laboratory quality management systems/QMS)
  • 36. Penyakit hewan akuatik dalam daftar OIE (OIE– listed diseases) Ikan (fish) – Artikel 1.3.1. • Aphanomycesinvadans (epizootic ulcerative syndrome) • Epizootic haematopoietic necrosis virus • Gyrodactylus salaris • HPR-deleted or HPR0 infectious salmon anaemia virus • Infectious haematopoietic necrosis virus • Koi herpesvirus • Red sea bream iridovirus • Salmonid alphavirus • Spring viraemia of carp virus • Viral haemorrhagic septicaemia virus. Moluska (mollusc) – Artikel 1.3.2. • Abalone herpesvirus • Bonamia ostreae • Bonamia exitiosa • Marteilia refringens • Perkinsus marinus • Perkinsus olseni • Xenohaliotis californiensis. Krustasea (crustacean) – Artikel 1.3.5. • Acute hepatopancreatic necrosis disease • Aphanomyces astaci (crayfish plague) • Decapod iridescent virus 1 • Hepatobacter penaei (necrotising hepatopancreatitis) • Infectious hypodermal & haematopoietic necrosis virus • Infectious myonecrosis virus • Macrobrachium rosenbergii nodavirus (white tail disease) • Taura syndrome virus • White spot syndrome virus • Yellow head virus genotype 1. Amfibi (amphibians) – Artikel 1.3.4. • Batrachochytrium dendrobatidis • Batrachochytrium salamandrivorans • Ranavirus species.
  • 37. A. Akses ke diagnosis laboratorium II-1 Diagnosis laboratorium DEFINISI TINGKAT KEMAJUAN A. Akses ke diagnosis laboratorium Otoritas dan kapabilitas AAHS untuk memiliki akses ke diagnosis laboratorium untuk mengidentifikasi dan mencatat agen patogen, termasuk yang relevan untuk kesehatan masyarakat, yang dapat mempengaruhi hewan akuatik dan produk hewan akuatik. 1. Diagnosa penyakit hampir selalu dilakukan dengan cara klinis, tanpa akses ke atau sedikit menggunakan laboratorium untuk mendapatkan diagnosis yang benar. 2. Untuk penyakit hewan akuatik utama yang penting secara ekonomi nasional atau potensi kepentingan zoonosis, dan untuk keamanan pangan dari produk hewan akuatik, AAHS memiliki akses ke dan menggunakan laboratorium untuk mendapatkan diagnosis yang benar. 3. Untuk penyakit hewan akuatik (dan potensi zoonosis) yang ada di negara ini, dan untuk keamanan pakan dan surveilans AMR veteriner, AAHS memiliki akses ke dan menggunakan laboratorium untuk diagnosis yang benar. 4. Untuk penyakit hewan akuatik yang penting secara ekonomi atau zoonotik yang tidak ada di negara ini, tetapi diketahui berada di wilayah dan/atau yang dapat masuk ke negara ini, AAHS memiliki akses ke dan menggunakan laboratorium untuk mendapatkan diagnosis yang benar. 5. Dalam kasus penyakit baru muncul (emerging diseases) di wilayah atau di seluruh dunia, AAHS memiliki akses ke dan menggunakan jejaring laboratorium referensi nasional atau internasional (missal OIE ata FAO laboratorium referensi) untuk mendapatkan diagnosis yang benar.
  • 38. B. Keberlanjutan sistim laboratorium nasional II-1 Diagnosis laboratorium DEFINISI TINGKAT KEMAJUAN B. Keberlanjutan sistim laboratorium nasional Keberlanjutan, efektivitas, keamanan dan efisiensi sistim atau jejaring laboratorium nasional (pemerintah dan swasta), termasuk infrastruktur, peralatan, pemeliharaan, bahan habis pakai, personil dan aliran sampel, untuk melayani kebutuhan AAHS. 1. Sistim laboratorium nasional tidak memenuhi kebutuhan AAHS 2. Sistim laboratorium nasional hanya sebagian dapat memenuhi kebutuhan AAHS, tetapi tidak berkelanjutan, mengingat manajemen dan pemeliharaan sumber daya dan infrastruktur tidak efektif dan/atau inefisien. Tindakan biosafety dan biosekuriti laboratorium tidak ada atau sangat terbatas. 3. Sistim laboratorium nasional secara umum memenuhi kebutuhan AAHS. Sumber daya dan organisasi dikelola secara efektif dan efisien, tetapi pendanaan tidak mencukupi untuk keberlanjutan system, dan membatasi aliran sampel. Beberapa Tindakan biosafety dan biosekuriti laboratorium dijalankan. 4. Sistim laboratorium nasional secara umum memenuhi kebutuhan AAHS, termasuk untuk biosafety and biosekuriti laboratorium. Aliran sampel tidak memadai untuk seluruh kebutuhan pengujian laboratorium. Sesekali, dibatasi oleh investasi yang terlambat dalam aspek tertentu (misal personil, pemeliharaan atau bahan habis pakai). 5. Sistim laboratorium nasional memenuhi kebutuhan AAHS, memiliki tingkat biosafety dan biosekuriti yang memadai, serta efisien dan berkelanjutan dengan aliran sampel yang baik. Sistim laboratorium secara regular dikaji, diaudit dan diperbaharui apabila diperlukan.
  • 39. C. Sistim manajemen mutu laboratorium II-1 Diagnosis laboratorium DEFINISI TINGKAT KEMAJUAN C. Sistim manajemen mutu laboratorium (SSML) Kualitas dan reliabilitas uji laboratorium yang melayani sektor pemerintah dari AAHS, dinilai menggunakan SML resmi, misal memiliki manajer mutu dan pedoman mutu. Ini tidak terbatas pada pencapaian akreditasi ISO 17025 dan partisipasi pada program ujia profisiensi. 1. Tidak ada laboratorium yang melayani sektor pemerintah dari AAHS menerapkan SMML resmi. 2. Satu atau lebih laboratorium yang melayani sektor pemerintah dari AAHS, termasuk laboratorium referensi kesehatan hewan akuatik nasional utama menerapkan SMML resmi. 3. Sebagian besar laboratorium yang melayani sektor pemerintah dari AAHS menerapkan SMML resmi. 4. Semua laboratorium yang melayani sektor pemerintah dari AAHS menerapkan SMML resmi, dengan penggunaan secara regular program uji profisiensi multi-laboratorium. 5. Semua laboratorium yang melayani sektor pemerintah dari AAHS menerapkan SMML resmi, yang secara regular dinilai melalui program uji profisiensi nasional, regional atau international. Sumber: OIE Tool for the Evaluation of Performance of Aquatic Animal Health Services (2021).
  • 40. II-8 Obat-obatan Veteriner dan biologik untuk hewan akuatik II-9 Penggunaan antimikroba (AMU) dan resistensi antimikroba (AMR) II-10 Pengujian residu, monitoring dan manajemen Pengendalian OBAT IKAN
  • 41. II-8 Obat-obatan veteriner dan biologik II-8 Obat-obatan Veteriner dan biologik untuk hewan akuatik DEFINISI TINGKAT KEMAJUAN Otoritas dan kapabilitas AAHS untuk meregulasi obat-obatan veteriner dan biologik, untuk memastikan kualitas dan keamanannya, begitu juga penggunaannya yang bertanggung jawab dan bijak, termasuk pakan terapi. Ini termasuk otorisasi pemasaran, registrasi, impor, manufaktur, kendali mutu, ekspor, pelabelan, pengiklanan, distribusi, penjualan (termasuk dispensing) dan penggunaan (termasuk peresepan) dari produk- produk ini. 1. AAHS tidak dapat meregulasi obat-obatan veteriner dan biologik untuk hewan akuatik. 2. AAHS memiliki sejumlah kapabilitas untuk melakukan kontrol regulasi dan administrasi atas impor, manufaktur dan otorisasi pasar (registrasi) dari obat-obatan veteriner dan biologik veteriner untuk memastikan kualitas dan keamanannya, tetapi tidak dapat memastikan penggunaan yang bertanggung jawab dan bijak untuk hewan akuatik di lapangan. 3. AAHS melakukan kontrol regulasi dan administrasi yang efektif atas otorisasi pasar obat-obatan veteriner dan biologik dan memiliki sejumlah kapasitas untuk meregulasinya untuk memastikan penggunaan yang bertanggung jawab dan bijak untuk hewan akuatik di lapangan, termasuk mengurangi risiko dari impor ilegal. 4. AAHS melakukan kontrol regulasi dan administrasi yang komprehensif dan efektif terhadap obat-obatan veteriner dan biologik, termasuk otorisasi pasar, penggunaan yang bertanggung jawab dan bijak untuk hewan akuatik di lapangan, dan mengurangi risiko distribusi dan penggunaan ilegal. 5. Sistim kontrol obat-obatan veteriner dan biologik untuk hewan akuatik secara regular diaudit, diuji dan diperbaharui apabila diperlukan, termasuk melalui program farmakovigilans yang efektif.
  • 42. II-9 Penggunaan antimikroba (AMU) dan resistensi antimikroba (AMR) II-9 Penggunaan antimikroba (AMU) dan resistensi antimikroba (AMR) DEFINISI TINGKAT KEMAJUAN Ootoritas dan kapabilitas AAHS dalam mengelola AMU dan AMR, dan melakukan surveilans dan pengendalian pengembangan dan penyebaran patogen AMR pada produksi hewan akuatik, begitu juga lingkungan produksi hewan akuatik, dengan pendekatan One Health. 1. AAHS tidak dapat meregulasi AMU dan AMR dan tidak mengembangkan atau berkontribusi kepada rencana aksi AMR yang mencakup domain kesehatan hewan akuatik. 2. AAHS berkontribusi atau telah berkontribusi kepada rencana aksi AMR nasional. Rencana aksi diinisiasi beberapa kegiatan untuk mengumpulkan data AMU/AMR atau pengendalian AMR misal kampanye kesadaran yang menargetkan dokter hewan/profesional kesehatan hewan akuatik atau peternak mengenai penggunaan yang bijak dari agen antimikroba pada hewan akuatik. Penggunaan antimikroba sebagai pemacu pertumbuhan & profilaksis sembarangan untuk pencegahan penyakit tidak disarankan. 3. AAHS telah menetapkan rencana aksi nasional AMR berkoordinasi dengan otoritas kesehatan masyarakat dan stakeholder lain dan dilakukan sejumlah surveilans dan regulasi AMU/AMR. Penggunaan agen antimikroba untuk pemacu pertumbuhan dan profilaksis sembarangan untuk pencegahan penyakit dilarang. 4. AAHS menerapkan rencana aksi yang komprehensif berdasarkan risiko, termasuk surveilans AMR dari agen patogen yang paling penting untuk kesehatan hewan akuatik atau penyakit yang ditularkan lewat makanan, monitoring AMU, dan penggunaan agen antimikroba pada hewan akuatik (terutama penggunaan ‘critically important’ antimikroba). Penggunaan agen antimikroba untuk pemacu pertumbuhan dan profilaksis sembarangan untuk pencegahan penyakit tidak ada. 5. Rencana aksi AMR yang efektif mencakup domain kesehatan hewan akuatik secara regular diaudit, dikaji dan diperbaharui oleh AAHS dengan otoritas kesehatan masyarakat dan stakeholder lain, menggunakan hasil surveilans AMU/AMR. Skala dan tipe penggunaan antimikroba pada hewan akuatik menimbulkan risiko AMR minimal dan solusi alternatif untuk pengendalian penyakit pada hewan akuatik diterapkan.
  • 43. II-10 Pengujian residu, monitoring dan manajemen II-10 Pengujian residu, monitoring dan manajemen DEFINISI TINGKAT KEMAJUAN Kapabilitas AAHS untuk melaksanakan uji residu dan program monitoring untuk obat-obatan veteriner (misal antimikroba dan hormon). bahan kimia, pestisida, radionuklida, logam berat, toksin dll. dan merespon secara tepat temuan yang merugikan. 1. Tidak ada uji residu untuk produk hewan akuatik yang sedang dilakukan. 2. Beberapa uji residu sedang dilakukan, seperti untuk tujuan penelitian atau percontohan, dan/atau dilakukan pada produk hewan akuatik untuk ekspor. 3. Program monitoring residu yang komprehensif dilakukan untuk semua produk hewan akuatik untuk ekspor dan beberapa untuk konsumsi domestik, berdasarkan analisis risiko yang terbatas. Protokol yang terdokumentasi ada untuk mencegah risiko residu (misal periode ‘withholding’ untuk obat-obatan veteriner) dan merespons pelanggaran Maximum Residue Limits (MRL). 4. Program monitoring residu yang komprehensif dilakukan untuk semua produk hewan akuatik untuk ekspor dan konsumsi domestik berdasarkan analisis risiko. Protokol yang efektif baik untuk pengurangan risiko residu dan merespons pelanggaran Maximum Residue Limits, termasuk penelusuran kembali dan tindak lanjut. 5. Program monitoring residu dan manajemen risiko mengikuti jaminan kualitas (quality assurance) rutin dan secara regular dievaluasi/diaudit. Sumber: OIE Tool for the Evaluation of Performance of Aquatic Animal Health Services (2021).
  • 44. Komunikasi dan program bersama III-1 Komunikasi III-2 Konsultasi dengan pemangkut kepentingan III-3 Perwakilan resmi dan kolaborasi internasional III-6 Partisipasi produsen dan pemangku kepentingan lain dalam program-program bersama
  • 45. III-1 Komunikasi III-1 Komunikasi DEFINISI TINGKAT KEMAJUAN Kapabilitas AAHS untuk menjadikan stakeholder non-pemerintah menyadari dan terinformasi, dengan cara yang transparan, efektif dan tepat waktu, mengenai kegiatan dan program AAHS, dan perkembangan kesehatan hewan akuatik, kesejahteraan ikan budidaya dan kesehatan masyarakat. 1. AAHS tidak menginformasikan stakeholder mengenai kegiatan dan program AAHS. 2. AAHS memiliki mekanisme komunikasi informal dengan sejumlah stakeholder, misal dengan akuakultur komersial yang besar atau perusahaan yang terkait. 3. AAHS mempertahankan fungsi komunikasi yang berdedikasi dan khusus dan kadang-kadang berkomunikasi dengan stakeholder, tetapi tidak selalu ‘up to date’ atau pro-aktif dalam memberikan informasi. 4. AAHS ‘contact point’ untuk komunikasi menyediakan informasi ‘up-to-date’ ke sebagian besar stakeholder yang relevan. Informasi ini selaras dengan rencana komunikasi yang dikembangkan dengan baik, dan dapat diakses melalui Internet dan saluran lain yang tepat yang ditargetkan untuk audiens, dan mencakup acara, kegiatan dan program, termasuk selama masa krisis. 5. AAHS memiliki rencana komunikasi yang dikembangkan dengan baik, dan secara reguler memberikan informasi ke samua stakeholder yang relevan, yang ditargetkan dengan baik kepada audiens, melalui berbagai media komunikasi, termasuk media sosial. AAHS secara reguler mengecaluasi dan merevisi rencana komunikasi.
  • 46. III-6 Partisipasi produsen dan pemangku kepentingan lain dalam program-program bersama III-6 Partisipasi produsen dan pemangku kepentingan lain dalam program-program bersama DEFINISI TINGKAT KEMAJUAN Kapabilitas AAHS untuk mengembangkan program bersama (joint programmes) dalam kemitraan pemerintah- swasta (public−private partnerships) dengan keluaran yang terkait dengan kesehatan hewan akuatik, dan keamanan pangan dan/atau kesejahteraan ikan budidaya. 1. Produsen dan stakeholder non-pemerintah mungkin saja mematuhi, tetapi tidak secara aktif berpartisipasi dalam program. 2. Produsen dan stakeholder non-pemerintah diinformasikan tentang program dan secara informal membantu AAHS dalam penyampaian program di lapangan (misal kelompok industri membantu mengkomunikasikan program kepada anggotanya). 3. Produsen dan stakeholder non-pemerintah secara resmi berpartisipasi dengan AAHS dalam penyampaian program bersama dan memberikan advis mengenai perubahan dan perbaikan yang diperlukan. 4. Perwakilan dari produsen dan stakeholder non-pemerintah secara aktif bermitra dengan AAHS dalam merencanakan, mengelola dan melaksanakan program bersama. 5. Produsen dan stakeholder non-pemerintah mengkontribusikan sumberdaya yang mengarah kepada pengembangan dan penyampaian program bersama yang efektif dengan AAHS. Mereka juga secara aktif berpartisipasi dalam melakukan kajian, audit dan revisi. Sumber: OIE Tool for the Evaluation of Performance of Aquatic Animal Health Services (2021).
  • 47. Pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit II-4 Surveilans dan deteksi dini II-5 Kesiapsiagaan darurat dan respons lI-6 Pencegahan, pengendalian dan pemberantasan II-7 Keamanan pangan produksi hewan akuatik
  • 48. II-6 Pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit II-6 Pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit DEFINISI TINGKAT KEMAJUAN A. Pencegahan penyakit Otoritas dan kapabilitas AAHS untuk mencegah penyebaran penyakit hewan akuatik melalui kombinasi pengendalian resmi (official controls) dan praktik untuk mengurangi risiko paparan atau penularan agen patogen, termasuk biosekuriti. 1. AAHS tidak memiliki kapabilitas untuk melaksanakan program pencegahan penyakit hewan akuatik. 2. AAHS telah membuat program pencegahan umum termasuk tindakan biosekuriti dasar tetapi tidak ada verifikasi pelaksanaan dan/atau kepatuhan. 3. AAHS telah membuat program pencegahan dan program spesifik penyakit yang diseleksi, termasuk biosekuriti dasar dan metoda verifikasi hanya untuk kegiatan berisiko tinggi, tetapi tidak ada pemberlakuan (enforcement) program atau evaluasi dari efektivitas praktik tersebut. Praktik industri umumnya tidak melebihi praktik biosekuriti dasar. 4. AAHS telah membuat program pencegahan umum dan spesifik penyakit untuk banyak penyakit berdasarkan dampak potensial yang dinilai secara informal, termasuk praktik biosekuriti dasar dan maju (advance) konsisten dengan standar internasional OIE. Metode verifikasi untuk kegiatan risiko yang tidak dapat diterima dan evaluasi yang terus berlanjut terhadap efektivitas praktik berjalan. Praktik industri umumnya melebihi praktik biosekuriti minimal yang diregulasi. 5. Program pencegahan penyakit efektif.
  • 49. II-6 Pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit II-6 Pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit DEFINISI TINGKAT KEMAJUAN B. Pengendalian atau pemberantasan penyakit Otoritas dan kapabilitas AAHS untuk mengendalikan atau memberantas penyakit hewan akuatik penting secara nasional yang ada di negara. 1. AAHS tidak memiliki kapabilitas untuk melaksanakan program pengendalian atau pemberantasan penyakit hewan akuatik. 2. AAHS melaksanakan program pengendalian atau pemberantasan untuk sejumlah penyakit hewan akuatik dan/atau di sejumlah area atau populasi, tetapi sedikit atau tanpa pengetahuan epidemiologik, perencanaan berbasis risiko (risk-based) atau evaluasi dari efektivitasnya. 3. AAHS melaksanakan program pengendalian atau pemberantasan untuk sejumlah penyakit hewan akuatik prioritas di sejumlah area atau populasi. Ada variabel, epidemiologik, perencanaan berbasis risiko dan evaluasi efektivitas, dengan kemajuan terbatas menuju tujuan program. 4. AAHS melaksanakan program pengendalian atau pemberantasan di seluruh wilayah negara untuk penyakit hewan akuatik prioritas dengan derajat epidemiologik yang tinggi, perencanaan berbasis risiko, dan evaluasi efektivitas berlanjut. Mereka memiliki atau mengalami kemajuan ke arah ‘self- declare freedom’ dari penyakit yang masuk daftar OIE. Mereka dapat menunjukkan sejumlah kemajuan menuju tujuan program dalam mengurangi prevalensi atau memberantas penyakit. 5. AAHS melaksanakan program pengendalian atau pemberantasan untuk semua penyakit hewan akuatik prioritas, dengan evaluasi saintifik dari efektivitas konsisten dengan standar internasional OIE yang relevan. Mereka dapat menunjukkan kemajuan yang jelas menuju tujuan program dalam mengurangi prevalensi atau memberantas penyakit, termasuk mencapai atau berkembang menuju pengakuan resmi bebas dari penyakit yang relevan.
  • 50. Perdagangan IV-2 Harmonisasi internasional IV-4 Ekuivalensi dan tipe perjanjian sanitary lainnya IV-5 Transparansi IV-6 Zonasi IV-7 Kompartementalisasi
  • 51. IV-2 Harmonisasi internasional IV-2 Harmonisasi internasional DEFINISI TINGKAT KEMAJUAN Otoritas dan kapabilitas AAHS untuk aktif dalam harmonisasi legislasi dan tindakan sanitary kesehatan hewan akuatik (AAH) untuk memastikan bahwa standar-standar internasional, dan/atau arahan (directive) atau pedoman regional terkait diperhitungkan. 1. Legislasi nasional dan tindakan sanitary AAH di bawah mandat AAHS tidak mempertimbangkan standar internasional. 2. AAHS menyadari adanya gap, inkonsistensi atau ketidaksesuaian (non-conformities) pada legislasi nasional dan tindakan sanitary AAH, dibandingkan dengan standar internasional, tetapi tidak memiliki kapabilitas atau otoritas untuk memperbaiki masalah. 3. AAHS memonitor pembentukan standar-standar internasional yang baru dan yang direvisi, dan secara periodik meninjau ulang legislasi nasional dan tindakan sanitary AAH setelah itu. 4. AAHS mengharmonisasikan legislasi dan tindakan sanitary AAH dan dapat menunjukkan tingkat keselarasan dengan perubahan standar internasional. AAHS juga meninjau dan mengomentari draf standar organisasi antarpemerintah yang relevan, dan bekerja melalui organisasi regional, jika tersedia, untuk memastikan harmonisasi yang lebih baik dengan standar-standar internasional. 5. AAHS secara aktif dan reguler berpartisipasi di tingkat internasional dalam perumusan, negosiasi dan adopsi standar-standar internasional, dan menggunakan standar ini untuk menyelaraskan legislasi nasional dan tindaka sanitary AAH.
  • 52. IV-5 Transparansi IV-5 Transparansi DEFINISI TINGKAT KEMAJUAN Otoritas dan kapabilitas AAHS untuk menotifikasi ke OIE, WTO, mitra dagang dan organisasi lain yang relevan mengenai status penyakit, regulasi dan tindakan- tindakan serta sistim sanitary, sesuai dengan prosedur yang berlaku untuk perdagangan internasional. 1. AAHS tidak menotifikasi. 2. AAHS sesekali menotifikasi. 3. AAHS menotifikasi sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh organisasi-organisasi ini. 4. AAHS secara regular menginformasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perubahan status penyakit, regulasi dan tindakan-tindakan serta sistim sanitary, yang berlaku untuk perdagangan internasional. 5. AAHS, bekerjasama dengan stakeholder, melakukan audit terhadap prosedur notifikasi mereka. Sumber: OIE Tool for the Evaluation of Performance of Aquatic Animal Health Services (2021).