SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
Download to read offline
i
Pendekatan Berbasis Komoditi
dalam Perdagangan Hewan
dan Produk Hewan
Maret2016
Drh Tri Satya Putri Naipospos MPhil PhD
Komisi Ahli Kesehatan Hewan dan
Kesehatan Masyarakat Veteriner
ii
Pendekatan Berbasis Komoditi
dalam Perdagangan Hewan dan
Produk Hewan
Maret 2016
Tulisan ini dimaksudkan untuk membahas tentang pendekatan berbasis komoditi
(commodity-based approach) dalam perdagangan hewan dan produk hewan yang bisa
menjadi satu alternatif dalam memperoleh akses pasar regional dan internasional seperti
yang dimaksudkan oleh Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE).
Ditulis oleh: Drh. Tri Satya Putri Naipospos MPhil PhD
Komisi Ahli Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner
Jakarta, 22 Februari 2016
Februari 2016
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...............................................................................................................................i
DAFTAR TABEL........................................................................................................................ii
DAFTAR SINGKATAN..............................................................................................................iii
PENJELASAN ISTILAH..............................................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1. Perdagangan Internasional Hewan dan Produk Hewan..............................................1
1.2. Kewajiban Negara Anggota OIE...................................................................................2
1.2.1. Kewajiban notifikasi penyakit ................................................................................2
1.2.2. Kewajiban umum..................................................................................................3
1.3. Informasi Penyakit Hewan Internasional .....................................................................4
BAB II. PERDAGANGAN BERBASIS KOMODITI.........................................................................6
2.1. Opsi Kebijakan .............................................................................................................7
2.2. Standar-standar Perdagangan Berbasis Komoditi.......................................................9
2.2.1. Penyakit mulut dan kuku.....................................................................................10
2.2.2. Bovine spongiform encephalopathy.....................................................................14
1.2.1. Avian influenza...................................................................................................19
BAB III. KESIMPULAN..........................................................................................................21
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Rekomendasi OIE untuk pemasukan hewan dan produk hewan terkait PMK ................12
Tabel 2: Komoditi aman dan komoditi yang dilarang untuk diperdagangkan terkait BSE ............16
Tabel 3: Rekomendasi OIE untuk pemasukan hewan dan produk hewan terkait BSE..................18
Tabel 4: Rekomendasi OIE untuk pemasukan hewan dan produk hewan terkait AI ....................20
iii
DAFTAR SINGKATAN
AI Avian influenza
ASF African swine fever
BSE Bovine spongiform encephalopathy
CAC Codex Alimentarius Commission
CBPP Contagious bovine pleuropneumonia
FAO Food and Agriculture Organization
GATT General Agreement on Tariff and Trade
HACCP Hazard Analysis Critical Control Points
HPAI Highly pathogenic avian influenza
OIE Office International des Epizooties
PMK Penyakit mulut dan kuku
PPR Peste des petits ruminants
RPH Rumah Potong Hewan
RFV Rift Valley Fever
SPS Sanitary and Phytosanitary
TAD Transboundary Animal Diseases
TAHC Terrestrial Animal Health Code
UN United Nations
WAHID World Animal Health Information Database
WHO World Health Organization
WTO World Trade Organization
iv
PENJELASAN ISTILAH
Bahan sisa lemak
(greaves)
Residu mengandung protein yang diperoleh setelah pemisahan
lemak dan air secara parsial selama proses ‘rendering’.
Bahaya (hazard) Suatu agen biologis, kimiawi, atau fisik yang ada dalam atau
suatu kondisi dari hewan atau produk hewan yang berpotensi
menyebabkan dampak kesehatan yang buruk.
Bibit ayam (day old
poultry)
Anak ayam umur tidak lebih dari 72 jam setelah penetasan.
Daging Semua bagian hewan yang dapat dimakan.
Daging segar (fresh
meat)
Daging yang belum mendapatkan perlakuan apapun yang dapat
mengubah karakteristik organoleptik dan fisiko-kimiawinya. Ini
termasuk daging beku (frozen meat), daging dingin (chilled
meat), daging cincang (minced meat) dan daging MRM
(mechanically recovered meat).
Hazard Critical Control
Point (HACCP)
Suatu sistem yang terdiri dari lima langkah awal dan lima prinsip
dasar yang menetapkan, mengevaluasi dan mengendalikan
bahaya signifikan terhadap keamanan pangan.
Komoditi (commodity) Hewan hidup, produk asal hewan, material genetik hewan,
produk biologik dan material patologik.
Kompartemen Satu atau lebih peternakan dengan satu sistem manajemen
biosekuriti yang sama tapi memiliki populasi hewan (sub
populasi) dengan status kesehatan hewan berbeda
Kompartemen bebas Suatu kompartemen dimana tidak adanya patogen hewan yang
menyebabkan penyakit didemonstrasikan dengan terpenuhinya
persyaratan-persyaratan OIE TAHC mengenai status bebas.
Negara pengimpor Suatu negara yang merupakan tujuan akhir dari komoditi yang
dikirimkan.
Negara pengeskpor Suatu negara dari mana komoditi dikirimkan ke negara lain.
Pakan daging dan
tulang (meat and bone
meal)
Produk protein padat yang diperoleh apabila jaringan hewan di
‘render’, dan termasuk setiap protein perantara selain peptisida
dari suatu molekuler dengan berat kurang dari 10,000 dalton
dan asam amino.
Perdagangan
internasional
Importasi, eksportasi dan transit dari komoditi.
Program pengendalian
resmi (Official control
program)
Suatu program yang disetujui, dan dikelola atau disupervisi oleh
Otoritas Veteriner dari suatu Negara Anggota OIE untuk tujuan
pengendalian vektor, patogen atau penyakit dengan tindakan-
tindakan yang diaplikasikan di seluruh wilayah negara atau di
dalam zona atau kompartemen dari Negara Anggota tersebut.
v
Produk daging (meat
product)
Daging yang telah mendapatkan perlakuan akan tetapi tidak
merubah karakteristik organoleptik dan fisiko-kimiawinya.
Produk susu (milk
product)
Produk yang diperoleh melalui setiap pemrosesan susu.
Susu (milk) Sekresi normal kelenjar susu hewan menyusui dari pemerahan
satu kali atau lebih tanpa adanya penambahan atau ekstraksi.
Telur tetas (hatching
egg)
Telur unggas yang difertilisasi dalam kondisi yang tepat untuk
inkubasi dan penetasan.
Zona Bagian dari suatu negara yang memiliki populasi hewan (sub
populasi) dengan status kesehatan berbeda dengan bagian
wilayah lainnya untuk penyakit hewan tertentu, yang
memerlukan tindakan-tindakan surveilans, pengendalian dan
biosekuriti yang diaplikasikan untuk kepentingan perdagangan
internasional.
Zona bebas Suatu zona dimana tidak adanya penyakit didemonstrasikan
dengan terpenuhinya persyaratan-persyaratan dalam OIE TAHC
mengenai status bebas. Di dalam zona dan perbatasannya,
pengendalian penyakit resmi (official veterinary control)
diaplikasikan secara efektif terhadap hewan dan produk hewan,
serta transportasinya.
1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. PERDAGANGAN INTERNASIONAL HEWAN DAN PRODUK HEWAN
Standar-standar internasional kesehatan hewan yang didesain Badan Kesehatan Hewan
Dunia (OIE) dimaksudkan untuk memfasilitasi keamanan perdagangan internasional hewan dan
produk hewan di bawah Perjanjian Sanitary and Phyto-sanitary (SPS) dari Badan Perdagangan
Dunia (WTO) dan didokumentasikan dalam OIE Terrestrial Animal Health Code (TAHC).
Prinsip utama dari OIE TAHC ini adalah kebutuhan negara-negara di dunia untuk
memberantas penyakit lintas batas (Transboundary Animal Diseases) untuk mengurangi risiko
ekspor penyakit ke negara mitra dagangnya. Di era globalisasi, penyakit lintas batas secara terus
menerus menjadi faktor penghambat serius terhadap perdagangan hewan dan produk hewan.
Penyakit-penyakit tersebut menimbulkan dampak substansial terhadap ekonomi dan ketahanan
pangan dari sejumlah negara, menyebar secara cepat dan memerlukan kerjasama antar negara
untuk pengendalian yang efektif.
Standar-standar internasional keamanan pangan (food safety standard) ditetapkan oleh
Codex Alimentarius Commission yang diadministrasikan secara bersama antara Badan Kesehatan
Dunia (WHO) dan Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) yang bernaung di bawah Badan
Perserikatan Bangsa-bangsa (UN).
Tujuan memberantas penyakit lintas batas (TAD) secara global sulit tercapai di masa yang
akan datang, dan hal ini menghambat banyak negara, terutama negara-negara berkembang
(termasuk Indonesia) untuk berpartisipasi dalam perdagangan internasional di bawah aturan
WTO. Kecuali satu-satunya penyakit hewan menular yang berhasil dibebaskan secara global pada
tahun 2011 yaitu rinderpest (Thomson G.R. et al, 20041
).
Peningkatan kesadaran terhadap isu-isu kesehatan hewan dan keamanan pangan juga
semakin meningkat di kalangan konsumen dan industri pangan (terutama di negara-negara
maju), sehingga permintaan akan pangan hewani yang aman juga semakin meningkat.
Untuk negara-negara berkembang (termasuk Indonesia), pemberantasan penyakit lintas
batas tidak selalu mungkin dilakukan dan pencapaian status negara atau zona bebas penyakit
dalam kaitannya dengan perdagangan internasional hanya memberikan keuntungan yang tidak
terlalu signifikan. Indonesia sudah dinyatakan sebagai negara bebas penyakit mulut dan kuku
(PMK) sejak tahun 1986 dan diakui OIE sejak tahun 1990, akan tetapi belum bisa memanfaatkan
secara optimal status bebas tersebut dalam perdagangan regional maupun internasional.
Indonesia masih bergelut dengan persoalan peningkatan populasi ternak dan stabilitas harga.
1
Thomson G.R., Tambi E.N., Hargreaves S.K., Leyland T.J., Catley A.P., van’t Klooster G.G.M., and Penrith M-L.
(2004). International Trade in Livestock and Livestock Products: the need for a commodity-based approach.
View Point. The Veterinary Record, October 2, 2004, pp. 429-433.
2
Tidak semua negara berkembang bisa mengalokasikan sumberdaya yang cukup untuk
mencapai status negara atau zona bebas penyakit, oleh karena dalam persyaratan OIE TAHC
untuk negara atau zona bebas tidak dapat diterapkan untuk lebih dari satu penyakit. Status
negara atau zona dalam OIE TAHC ditetapkan berdasarkan spesifik penyakit (Thomson G.R. et al,
20041
).
Alternatif pendekatan yang kemudian digunakan untuk memaksimalkan akses negara-negara
berkembang ke perdagangan internasional tanpa harus dibatasi oleh penyakit lintas batas adalah
yang disebut sebagai “pendekatan berbasis komoditi” (commodity-based approach) (Thomson
G.R. et al, 20041
). Tulisan ini dimaksudkan untuk mengulas bagaimana prinsip tersebut digunakan
dalam pembentukan standar-standar internasional kesehatan hewan dan keamanan pangan,
berdasarkan fakta bahwa setiap komoditi menimbulkan risiko yang berbeda-beda dalam
penularan patogen. Dengan demikian strategi mitigasi risiko bergantung juga pada komoditi apa
yang akan diperdagangkan. Dengan fokus pada standar-standar berbasis komoditi, maka akan
terjadi perbaikan akses pasar internasional bagi semua negara, khususnya bagi negara-negara
berkembang.
1.2. KEWAJIBAN NEGARA ANGGOTA OIE
Untuk menjamin perdagangan internasional komoditi hewan berlangsung aman dan tanpa
hambatan yang tidak adil, maka setiap negara mitra dagang harus memenuhi kewajibannya
sebagai Negara Anggota OIE dan WTO.
1.2.1. Kewajiban notifikasi penyakit
Bab 1.1. OIE TAHC mengenai Notifikasi penyakit dan informasi epidemiologik (Notification of
diseases and epidemiological information) mewajibkan setiap Negara Anggota untuk
menyediakan informasi apapun yang diperlukan untuk meminimalkan penyebaran penyakit
hewan yang mempunyai implikasi internasional kepada Negara Anggota lainnya. Kewajiban
notifikasi ini juga membantu memperbaiki pengendalian penyakit di seluruh dunia.
Untuk mencapai hal ini, OIE merekomendasikan Negara Anggota untuk mematuhi
persyaratan notifikasi seperti yang tercantum dalam Artikel 1.1.3. TAHC, dan laporan yang dibuat
sedapat mungkin sesuai dengan format resmi laporan penyakit OIE (official OIE disease reporting
format).
Untuk membantu Negara Anggota dalam mempersiapkan laporan yang akurat, Artikel 1.1.3.
menguraikan secara detil kejadian penyakit yang perlu dilaporkan ke OIE dan jangka waktu
relevan yang dbutuhkan untuk melapor. Kewajiban notifikasi mencakup juga diagnosis suatu
patogen dari kejadian dimana hewan tidak memperlihatkan gejala klinis dan penemuan kejadian
infeksi pada satwa liar (misalnya pada burung migran) yang kemungkinan berdampak kecil atau
sama sekali tidak berhubungan dengan keamanan dari komoditi yang diperdagangkan. Negara
3
Anggota juga diminta untuk menyediakan informasi tentang tindakan-tindakan yang telah
dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit, dan hal-hal lain yang berkaitan.
1.2.2. Kewajiban umum
Bab 5.1. TAHC menguraikan kewajiban umum setiap Negara Anggota dan secara spesifik
untuk negara pengimpor dan pengekspor.
Kewajiban umum tersebut mencakup:
a) untuk memaksimalkan harmonisasi aspek sanitary perdagangan internasional, Otoritas
Veteriner harus mendasarkan tindakan-tindakan kesehatan hewan impor yang dilakukannya
pada standar-standar OIE;
b) situasi kesehatan hewan di negara pengekspor, di negara atau di sejumlah negara yang
menjadi tujuan transit dan di negara pengimpor harus dipertimbangkan sebelum menetapkan
tindakan-tindakan kesehatan hewan yang diperlukan;
c) kebutuhan sertifikasi harus tepat dan ringkas, dan merefleksikan secara jelas posisi yang
disepakati antar negara mitra dagang.
Kewajiban negara pengimpor mencakup:
a) tindakan-tindakan kesehatan untuk komoditi hewan harus memenuhi tingkat perlindungan
nasional yang telah ditetapkan untuk kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat;
b) sertifikat veteriner internasional tidak memasukkan tindakan-tindakan untuk pengecualian
patogen atau penyakit yang ada di negara pengimpor dan tidak menjadi subyek program
pengendalian resmi (offical control programme);
c) tindakan-tindakan yang diterapkan kepada patogen atau penyakit yang berada di bawah
program pengendalian resmi di suatu negara tidak harus menyebabkan tingkat perlindungan
yang lebih tinggi terhadap impor daripada perlindungan yang disediakan untuk patogen atau
penyakit yang sama melalui tindakan-tindakan yang diterapkan di negara tersebut;
d) sertifikat veteriner internasional tidak harus memasukkan tindakan-tindakan untuk patogen
atau penyakit yang tidak termasuk dalam daftar OIE (OIE listed), kecuali apabila negara
pengimpor telah mengidentifikasikan patogen tersebut sebagai suatu risiko signifikan bagi
negara tersebut, setelah melakukan suatu analisa risiko (risk analysis) menurut rekomendasi
yang tercantum dalam Bab 2.1. TAHC (OIE website2
).
2
OIE website.
http://www.oie.int/fileadmin/Home/eng/Internationa_Standard_Setting/docs/pdf/EN_commodity-based
_approach.pdf
4
Negara pengekspor harus siap memberikan informasi yang relevan untuk keamanan dari
komoditi yang diperdagangkan sesuai permintaan negara pengimpor. Informasi mencakup hasil
evaluasi sistem kesehatan hewan dan analisa risiko yang dilakukan negara lain.
1.3. INFORMASI PENYAKIT HEWAN INTERNASIONAL
Akses perdagangan regional dan internasional seringkali dibatasi oleh adanya penyakit
hewan menular tertentu, seperti PMK, bovine spongiform encephalopathy (BSE), contagious
bovine pleuropneumonia (CBPP), Rift Valley fever (RVF), highly pathogenic avian influenza (HPAI),
peste des petits ruminants (PPR), dan African swine fever (ASF). Sejumlah penyakit hewan
tersebut bukan hanya menimbulkan ancaman terhadap kesehatan hewan, tetapi juga kesehatan
manusia (penyakit zoonosis).
Sebagian besar penyakit hewan menular tersebut sudah berhasil diberantas di sejumlah
negara maju, akan tetapi keberadaan penyakit hewan menular di negara-negara berkembang
menyebabkan akses terbatas kepada pasar yang lebih menguntungkan di negara-negara maju
(Rich K.M. and Perry B.D., 2010
3
).
World Animal Health Information Database (WAHID) yang dibangun oleh OIE menyediakan
beragam informasi yang komprehensif bagi suatu negara tertentu atau suatu wilayah atau suatu
kelompok negara yang diseleksi sebagai berikut:
 notifikasi segera (immediate notification) yang dilaporkan oleh Negara Anggota OIE
sebagai respon terhadap kejadian penyakit yang terdeteksi di wilayahnya, disertai juga
dengan laporan tindak lanjut (follow-up report) mengenai kejadian tersebut;
 laporan enam bulanan (six-monthly report) yang menggambarkan situasi penyakit yang
termasuk dalam daftar penyakit OIE (OIE listed diseases);
 laporan tahunan (annual report) yang menyajikan latar belakang informasi lebih lanjut
menyangkut kesehatan hewan, sistem kesehatan hewan dan fasilitas laboratorium
dlsbnya.
Dalam WAHID, juga bisa dilihat ada peta wabah penyakit (disease outbreak map) yang
mengindikasikan lokasi kejadian penyakit yang dilaporkan dalam notifikasi segera atau laporan
tindak lanjut. Peta penyebaran penyakit (disease distribution map) memperlihatkan ada atau
tidaknya penyakit pada tingkat nasional dan sub-nasional, berdasarkan laporan enam bulanan.
WAHID juga menyediakan laporan Negara Anggota mengenai situasi kesehatan hewannya per
bulan.
3
Rich K.M. and Perry B.D. (2010). Whither Commodity-Based Trade? Norwegian Institute of International
Affairs. NUPI Working Paper 776. Department of International Economics.
5
WAHID menyediakan juga sejarah pelaporan dari Negara Anggota untuk membantu
menetapkan apakah informasi yang diperoleh dari WAHID dapat dipercaya dan terbaharui (up to
date). WAHID memperbolehkan 2 (dua) Negara Anggota untuk diperbandingkan dalam kaitan
dengan status penyakit, berdasarkan laporan enam bulanan terbaru.
WAHID membagi patogen menurut kategori di bawah ini:
a) ‘bahaya yang sangat mungkin terjadi’ (probable hazard) – patogen ada di negara
pengekspor tetapi tidak ada di negara pengimpor;
b) ‘bahaya yang mungkin terjadi’ (possible hazard) – patogen yang tidak tersedia
informasinya atau informasinya kurang memadai;
c) ‘bahaya yang tidak mungkin terjadi’ (unlikely to be hazard) – patogen tidak ada di kedua
negara, atau ada hanya di negara pengimpor (OIE website2
).
6
BAB II. PERDAGANGAN BERBASIS KOMODITI
Pendekatan berbasis komoditi (commodity-based approach) dalam perdagangan hewan dan
produk hewan adalah suatu opsi yang semakin menarik perhatian dunia. Meskipun pendekatan
ini sebenarnya sudah lama dipraktekkan OIE seperti yang dapat dilihat dari dokumen yang bisa
diunduh dari website OIE berjudul: “Devising import health measures for animal commodities”
(http://www.oie.int/fileadmin/Home/eng/Internationa_Standard_Setting/docs/pdf/EN_commod
ity-based_approach.pdf).
Untuk lebih memahami apa yang dimaksudkan dengan pendekatan ini, maka pengertian
mengenai ‘perdagangan berbasis komoditi’ (commodity-based trade) disampaikan dalam Boks 1
(Thomson G.R. et al, 20134
).
Pendekatan berbasis komoditi secara progresif diterapkan oleh OIE dalam penyusunan TAHC
sejak September 2007, yang didasarkan atas perbedaan sifat antara satu penyakit dengan
penyakit lainnya (OIE website5
).
TAHC menggunakan prinsip bahwa sejumlah komoditi hewan memiliki risiko penyakit yang
berbeda-beda bergantung kepada penyakitnya. Sejumlah komoditi hewan tidak mengandung
infektivitas yang bisa menulari hewan dan/atau manusia, sehingga aman untuk diperdagangkan
atau digunakan. Namun sejumlah komoditi hewan lain bahkan dilarang untuk diperdagangkan
atau digunakan, oleh karena mengandung infektivitas yang bisa menulari hewan dan/atau
manusia.
Dari perspektif historis, status bebas penyakit untuk seluruh wilayah negara merupakan
upaya pencapaian utama dari setiap negara di dunia. Pada dekade belakangan ini, terjadi
pergeseran paradigma dimana pendekatan bebas penyakit di suatu negara atau zona tidak lagi
menjadi satu-satunya dasar untuk memfasilitas perdagangan yang aman. Pendekatan berbasis
komoditi merupakan suatu pendekatan berbasis risiko (risk-based approach) yang dapat
4
Thomson G.R., Penrith M.L., Atkinson M.W., Thalwitzer S., Mancuso A., Atkinson S.J. and Osofsky S.A. (2013).
International standards for commodities and products derived from animals: the need for a system that
integrates food safety and animal disease management. Transboundary and Emerging Diseases, 60: 507-515.
5
http://www.oie.int/international-standard-setting/overview/commodity-based-approach/
BOKS 1: Perdagangan berbasis komoditi (commodity-based trade)
Suatu alternatif yang dapat digunakan secara sendiri atau dengan kombinasi untuk
memastikan bahwa produksi dan pemrosesan dari suatu komoditi tertentu dikelola
sedemikan rupa, sehingga potensi bahaya keamanan pangan dan kesehatan hewan dapat
direduksi sampai tingkat risiko yang masih dapat diterima.
7
digunakan untuk perdagangan yang aman dalam keadaan dimana status bebas penyakit sulit
atau tidak tercapai (Modisane B.M. et al, 20136
).
Sebagaimana disampaikan di atas, fokus pendekatan berbasis komoditi adalah pada sifat-
sifat produk (kualitas, keamanan pangan) daripada berpatokan kepada status penyakit negara
asal. Sejumlah ahli yang mendukung pendekatan ini berargumentasi bahwa daging sapi tanpa
tulang yang sudah dimaturasi secara tepat dan diuji pHnya (deboned, properly matured beef and
pH tested) dianggap tidak akan menimbulkan ancaman bagi penularan PMK. Dalam hal ini
sumber hewan dianggap terpisah atau independen dari risiko penyakit yang berasal dari daging
(Rich K.M. and Perry B.D., 20097
).
Saat ini, daging tanpa tulang (deboned beef) menempati 84% dari perdagangan global daging
sapi dan mengalami peningkatan dalam nilai paralel dengan total perdagangan daging sapi dan
bagian non-karkas yang layak dimakan (edible offal) yaitu sebesar 11% per tahun8
.
2.1. OPSI KEBIJAKAN
Tindakan mitigasi risiko dan fasilitasi perdagangan yang dikandung dalam OIE TAHC dan juga
direkomendasikan dalam Perjanjian SPS, pada dasarnya merupakan opsi kebijakan sebagai
berikut:
1. Negara bebas penyakit (country freedom from disease) – dengan atau tanpa vaksinasi
untuk penyakit tertentu;
2. Zona bebas penyakit (zonal freedom from disease) – dengan atau tanpa vaksinasi;
3. Pembentukan kompartemen bebas penyakit (disease-free compartments);
4. Pemasaran komoditi aman (marketing of safe commodities) dari negara-negara atau
wilayah tertular (contohnya daging sapi) dimana negara atau zona bebas penyakit tidak
tercapai8
.
Dengan mempertimbangkan bahwa kebanyakan negara-negara di Asia dan Afrika tidak pada
posisi untuk berhasil memitigasi risiko untuk mencapai dan mempertahankan baik negara atau
zona bebas penyakit (opsi kebijakan 1 dan 2), berbagai opsi kebijakan yang tersedia untuk
membentuk kompartemen bebas penyakit atau melakukan pemasaran ‘komoditi aman’ untuk
6
Modisane B.M., Cipriano F., and Mapitse N.J. (2013). Animal Health Standards and International Trade.
Presented at SDAC Regional Stakeholders Workshop on SPS Awareness Creation. 12-13 September 2013,
Pretoria, South Africa.
7
Rich K.M. and Perry B.D. (2009). The economics of commodity-based trade. Proceedings of the 12th
Symposium of the International Society for Veterinary Epidemiology and Economics, Durban, South Africa. T8-
2.4.1.
8
Are there opportunities for African countries to strenghten trade in animal products in compliance with
international sanitary standards? Policy Brief. file:///C:/Users/samsung/Downloads/20130508_evt_20130418-
19_abidjan_bruckner_sanitary__standards_policy_brief_en%20(1).pdf.
8
perdagangan baik sebagai suatu tindakan fasilitasi secara tunggal atau kombinasi merupakan opsi
kebijakan yang paling mungkin dilakukan (opsi kebijakan 3 dan 4).
Dalam hal ini, kompartemen diartikan sebagai suatu unit usaha budidaya ternak dimana
dilakukan tindakan biosekuriti yang ketat untuk menjamin dan melindungi hewan dari penyakit
hewan selama periode waktu tertentu. Sedangkan zona diartikan sebagai suatu bagian wilayah di
suatu negara yang disertifikasi bebas penyakit dan ada penjaminan bahwa status bebas tersebut
dapat dipertahankan8
.
Sedangkan ‘komoditi aman’ (safe commodity) berarti suatu produk hewan yang telah melalui
suatu sistem tindakan mitigasi risiko dan setelah itu dapat dinyatakan aman, baik untuk tujuan
kesehatan manusia dan hewan8
. Pengertian mengenai ‘komoditi aman’ seperti yang
dimaksudkan oleh OIE disampaikan dalam Boks 2 berikut ini (Modisane B.M. et al, 20136
).
Mengingat hambatan dan prasyarat yang tidak dapat terpenuhi dalam mencapai negara atau
zona atau kompartemen bebas penyakit, opsi paling diinginkan yang mungkin untuk diterapkan
adalah melakukan tindakan-tindakan mitigasi risiko sebelum masuk ke dalam pasar perdagangan
regional atau internasional produk hewan. Suatu kombinasi yang sangat mungkin dilakukan
adalah dengan cara menerapkan kompartementalisasi bersamaan dengan suatu tindakan
mitigasi risiko, seperti hazard analysis critical control points (HACCP) selama proses pra- dan
pasca penyembelihan untuk menghasilkan suatu ‘komodti aman’ untuk perdagangan8
.
Untuk suatu negara yang mengakui bahwa baik status bebas negara atau zona dari suatu
penyakit atau sejumlah penyakit hewan menular tidak mudah dicapai, maka opsi kebijakan untuk
menerapkan mitigasi risiko dalam situasi penyakit masih berjangkit merupakan opsi yang dipilih,
yaitu melalui suatu kombinasi mulai dari:
(i) mitigasi risiko pra-RPH, misalnya telah divaksin PMK selama paling kurang 2 (dua) kali,
dipelihara selama 30 hari dalam kandang penampungan dlsbnya;
(ii) mitigasi risiko di RPH, misalnya pemeriksaan ante dan post mortem, penerapan HACCP
dlsbnya; dan
(iii) mitigasi risiko selama dan setelah proses penyembelihan, misalnya pengawasan
terhadap pelepasan tulang (deboning) dan kelenjar limfe (deglanding), pengwasan pH
BOKS 2. Komoditi aman (safe commodity)
Suatu komoditi yang dapat diperdagangkan tanpa membutuhkan tindakan-tindakan mitigasi
risiko secara spesifik yang ditujukan terhadap suatu penyakit, infeksi atau infestasi tertentu
dan terlepas dari status negara atau zona pengekspor untuk penyakit, infeksi atau infestasi
tersebut.
9
< 6,0 dan proses maturasi selama 24 jam, HACCP untuk memastikan tidak ada
kontaminasi silang (cross contamination) dlsbnya.
Aplikasi standar seperti yang ditetapkan oleh OIE sudah tentu perlu direkomendasikan untuk
dilakukan, tetapi dengan opsi untuk menerapkan tindakan-tindakan mitigasi risiko yang ekuivalen
dengan konsultasi bersama mitra dagang8
.
Pada umumnya semua rekomendasi yang ditetapkan dalam TAHC selalu disertai dengan
persyaratan yang harus dipenuhi oleh negara pengekspor tercantum dalam sertifikasi veteriner
internasional. Dalam konteks komodti produk hewan, TAHC mengklasifikasi menjadi produk
hewan untuk konsumsi manusia, untuk pakan ternak, untuk penggunaan farmasetikal atau
pembedahan (surgical) atau untuk penggunaan pertanian atau industri, kemudian semen,
embryo/ova, produk biologis dan material patologik (Thomson G.R. et al, 20041)
.
2.2. STANDAR-STANDAR PERDAGANGAN BERBASIS KOMODITI
OIE menetapkan standar, pedoman dan rekomendasi dalam TAHC berbasis komoditi untuk
memfasilitasi perdagangan internasional hewan dan produk hewan yang aman. Negara
pengimpor dianjurkan untuk membuat keputusan apakah menerima atau menolak suatu
importasi berdasarkan analisa risiko ilmiah sesuai dengan kewajiban yang tertuang dalam
Perjanjian SPS.
Pada dasarnya TAHC menjelaskan tentang rekomendasi OIE untuk setiap penyakit adalah
sebagai suatu tindakan berbasis ilmiah terkait dengan risiko penularan agen penyebab penyakit
dalam berbagai skenario epidemiologik melalui impor komoditi. Meskipun TAHC memberikan
bebarapa alternatif pendekatan, seperti pengujian atau perlakuan terhadap produk, atau sumber
hewan dari negara, zona atau kompartemen bebas penyakit, akan tetapi perspektif yang
digunakan lebih menekankan pada pengendalian penyakit daripada untuk tujuan fasilitasi
perdagangan.
Dalam perjalanannya agar TAHC tetap relevan untuk perdagangan (trade friendly) tanpa
memperbesar risiko penyebaran penyakit, maka OIE konsisten mengkaji ulang dan
memperbaharui standar, pedoman dan rekomendasinya secara reguler (Connor R.J., 20099
).
Untuk menjelaskan bagaimana TAHC menggunakan prinsip berbasis komoditi sebagaimana
diuraikan di atas, berikut ini digunakan sebagai contoh 3 (tiga) penyakit penting dalam
perdagangan internasional hewan dan produk hewan yaitu penyakit mulut dan kuku (PMK),
bovine spongiform encephalopathy (BSE) dan avian influenza (AI).
9
Connor R.J. (2009). Mobile pastoral systems and international zoosanitary standards. Devising a compatible
approach. Humanitarian Policy Group. Overseas Development Institute, London, UK.
10
2.2.1. Penyakit mulut dan kuku
TAHC Bab 8.8. mengklasifikasikan status negara terkait PMK sebagai berikut:
(1) Negara atau zona bebas tanpa vaksinasi;
(2) Negara atau zona bebas dengan vaksinasi;
(3) Negara atau zona dengan pengendalian resmi (official control programme);
(4) Negara atau zona tertular; dan
(5) Kompartemen bebas.
Konsep berbasis komoditi menyatakan bahwa risiko penyebaran PMK dapat dicapai melalui
penjaminan bahwa produk asal hewan yang diperdagangkan telah diproduksi dengan cara-cara
yang meminimalkan risiko penyebaran PMK dan tidak bergantung pada status PMK dari lokasi
dari mana produk tersebut berasal.
Pada dasarnya, ada berbagai cara mengelola risiko penyakit dari produk hewan yang
menimbulkan risiko PMK minimal dibandingkan dengan sumber dari suatu lokasi bebas PMK.
Daging sapi tanpa tulang (deboned beef) dianggap sebagai suatu komoditi sangat ‘aman’ dalam
kaitannya dengan PMK sudah dijelaskan dalam suatu publikasi ilmiah (Thomson G.R. et al,
200910
) dan dalam suatu laporan yang disusun mewakili OIE (Paton D.J. et al, 201011
).
Menyangkut komoditi ruminansia peka PMK (sapi, kerbau, kambing, domba, babi dlsbnya),
TAHC hanya merekomendasikan untuk diimpor dari negara/zona bebas tanpa vaksinasi dan dari
kompartemen bebas, dan sama sekali tidak merekomendasikan diimpor dari negara/zona bebas
dengan vaksinasi atau negara/zona dengan pengendalian resmi atau negara/zona tertular PMK.
Sedangkan untuk perdagangan di dalam suatu negara, TAHC merekomendasikan ruminansia dan
babi domestik dapat diimpor dari negara/zona bebas dengan vaksinasi dan negara/zona dengan
pengendalian resmi (lihat Tabel 1).
Dalam TAHC, telah ditetapkan adanya suatu standar internasional yang menyatakan bahwa
ekspor daging tanpa tulang yang berasal dari sapi dan kerbau domestik (Bubalis sp.) dapat
diperdagangkan secara aman (Artikel 8.8.22.). Prinsip yang sama dapat diterapkan terhadap
berbagai produk dari sapi perah dan produk daging olahan (Thomson G.R.12
).
10
Thomson, G.R., Leyland, T.J. and Donaldson, A.I., 2009. De-boned beef – an example of a commodity for
which specific standards could be developed to ensure an appropriate level of protection for international
trade. Transboundary and Emerging Diseases, 56: 9-17. http://dx.doi.org/10.1111/j.1865-1682.2008.01054.x.
11
Paton D.J., Sinclair M. and Rodrigues R. (2010). Qualitative assessment of the risk for spread of foot-and
mouth disease associated with international trade in deboned beef. Transboundary and Emerging Diseases, 57:
115-134. http://dx.doi.org/10.1111/j.1865-1682.2010.01137.x.
12
Thomson G.R. Foot-and-Mouth Disease (FMD). Marketing And Trade/Socio-Economics.University of Pretoria,
Afrivet, OER Africa, OIE Collaborating Centre for Training in Integrated Livestock and Wildlife Health and
Management.
11
Menurut OIE, proses-proses tertentu seperti pengalengan (canning), pemasakan secara
menyeluruh dengan mempertahankan temperatur 70°C atau lebih selama minimum 30 menit,
atau pengawetan (curing) dengan pengeringan dan penggaraman, kesemuanya dapat diterima
sebagai cara-ecara efektif untuk menghancurkan virus PMK dalam daging (Artikel 8.8.31.). Oleh
karena itu tidak ada alasan mengapa daging dan produk daging yang telah mendapatkan
perlakuan seperti yang disampaikan di atas tidak dapat diekspor terlepas dari status PMK negara
asal (Thomson G.R. and Penrith M.L., 201513
).
13
Thomson G.R. and Penrith M.L. (2015). Guidelines for Implementation of a Value Chain Approach to
Management of Foot and Mouth Disease Risk for Beef Exporting Enterprises in Southern Africa. Technical
Report to the Wildlife Conservation Society’s AHEAD Program. 12 pp.
12
Tabel 1: Rekomendasi OIE untuk pemasukan hewan dan produk hewan terkait PMK
No Jenis komoditi yang diimpor Negara/zona
bebas tanpa
vaksinasi
Negara/zona
bebas dengan
vaksinasi
Negara/zona tertular
dengan pengendalian
resmi
Negara/zona
tertular
Kompartemen
bebas
1. Hewan peka PMK
2. Ruminansia domestik dan babi
3. Semen cair ruminansia domestik & babi
4. Semen beku ruminansia domestik & babi
5. Embryo sapi in vivo
6. Embryo sapi in vitro
7. Daging segar dan produk daging hewan
peka PMK
8. Daging segar dan produk daging
ruminansia & babi
9. Daging segar sapi dan kerbau (tidak
termasuk kaki, kepala & jeroan)
10. Produk daging hewan peka PMK
11. Susu dan produk susu yang ditujukan
untuk konsumsi manusia dan sebagai
produk asal hewan (dari hewan peka PMK)
untuk penggunaan pakan atau untuk
pertanian atau industri
12. Susu dan produk susu
13. Blood meal dan meat meal dari hewan
13
No Jenis komoditi yang diimpor Negara/zona
bebas tanpa
vaksinasi
Negara/zona
bebas dengan
vaksinasi
Negara/zona tertular
dengan pengendalian
resmi
Negara/zona
tertular
Kompartemen
bebas
peka PMK
14. Wol, rambut, bulu, kulit mentah dari
hewan peka PMK
15. Jerami dan pakan ternak (tumbuhan)
16. Kulit dan trophies dari satwa liar peka
PMK
Sumber: OIE TAHC Bab 8.8. (Artikel 8.8.10. s/d Artikel 8.8.29)
14
2.2.2. Bovine spongiform encephalophaty
Dalam TAHC Bab 11.4., ada 3 (tiga) kategori status negara terkait BSE yaitu:
(1) Negara dengan status ‘negligible BSE risk’;
(2) Negara dengan status ‘controlled BSE risk’; dan
(3) Negara dengan status ‘undetermined BSE risk’.
OIE menjelaskan bahwa kategori seperti diatas tidak secara langsung bisa mengatasi
banyaknya kejadian restriksi perdagangan yang tidak dapat dijustifikasi seperti yang terjadi saat
ini. Mengingat hal ini berkaitan lebih kepada ketidakpatuhan terhadap rekomendasi OIE
mengenai spesifik komoditi yang ada dalam TAHC (Wilson D., 200414
).
TAHC menyatakan bahwa ‘terlepas dari status BSE negara pengekspor’, otoritas veteriner
harus memperbolehkan impor atau transit dari komoditi di bawah ini tanpa restriksi (lihat Tabel
2) sebagai berikut:
1) susu dan produk susu;
2) semen dan embryo sapi in vivo yang dikoleksi dan diproses sesuai dengan rekomendasi
International Embryo Transfer Society;
3) lemak hewan bebas protein (protein-free tallow) (dengan tingkat maksimum ketidakmurnian
larutan sebesar 0,15% dari berat) dan derivatnya yang terbuat dari lemak hewan;
4) dicalcium phosphate (tanpa ada jejak protein atau lemak);
5) kulit kasar dan kulit halus (hides and skins);
6) gelatin dan kolagen yang dipersiapkan secara ekslusif dari kulit kasar dan kulit halus.
Rekomendasi TAHC untuk impor sapi hidup terkait BSE adalah bisa berasal dari
negara/zona/kompartemen baik ‘negligible BSE risk’, ‘controlled BSE risk’ dan ‘undetermined
BSE risk’. Khusus untuk sumber sapi dari negara/zona/kompartemen ‘negligible risk’, juga diatur
tentang persyaratan apabila negara/zona/kompartemen tersebut memiliki kasus BSE pada sapi
domestik (lihat Tabel 3).
Sedangkan untuk daging segar diperbolehkan untuk diimpor secara aman dari negara
manapun tidak tergantung pada status BSEnya, tetapi dengan restriksi yang lebih ketat. Untuk
negara yang menunjukkan risiko BSE yang tinggi, tindakan-tindakan paling ketat dapat
diterapkan terhadap sapi darimana daging tersebut berasal dan juga terhadap dagingnya
sendiri.
Untuk sejumlah komoditi tertentu sebagaimana ditetapkan dalam TAHC, tidak dapat
diperdagangkan antar negara bahkan dari negara yang menunjukkan risiko BSE yang rendah
14
Wilson D. (2004). International standard and trade decisions. http://www.oie.int/doc/ged/D5005.PDF.
15
sekalipun, seperti: pakan daging dan tulang ruminasia (ruminant-derived meat-and-bone meal)
atau bahan sisa lemak (greaves), atau setiap komoditi yang mengandung bahan tersebut (Artikel
11.4.13.).
16
Table 2: Komoditi aman dan komoditi yang dilarang untuk diperdagangkan terkait BSE
No Komoditi aman (safe commodity)
Artikel 11.4.1.
No Komoditi yang dilarang untuk diperdagangkan (commodty should not be traded)
Artikel 11.4.13. dan 11.4.14.
1. Susu dan produk susu 1. Pakan daging dan tulang ruminansia (ruminant meat-and-bone meal) atau bahan
sisa lemak (greaves) atau komoditi lain yang mengandung produk tersebut, yang
berasal dari negara, zona atau komparteman ‘negligible BSE risk’, apabila produk
tersebut berasal dari kasus domestik (indigenous case) yang lahir sebelum
pelarangan pakan (feed ban) diterapkan secara efektif.
2. Semen dan embryo sapi in vivo yang dikoleksi dan
diproses menurut rekomendasi International Embryo
Transfer Society
3. Kulit (hewan besar dan hewan kecil) 2. Pakan daging dan tulang ruminansia atau bahan sisa lemak, atau komoditi lain
yang mengandung produk tersebut, yang berasal dari negara, zona atau
kompartemen ‘controlled BSE risk’ dan ‘undetermined BSE risk’.4. Gelatin dan kolagen yang disiapkan secara ekslusif dari
kulit (hewan besar dan hewan kecil)
5. Lemak hewan (tallow) dengan tingkat maksimum
ketidakmurnian larutan sebesar 0,15% dari berat dan
derivatnya yang terbuat dari lemak hewan
3. Tonsil dan ileum distal atau komoditi yang terkontaminasi dengan bahan tersebut
dari sapi semua umur yang berasal dari negara, zona atau kompartemen
‘controlled BSE risk’ dan ‘undetermined BSE risk’ yang digunakan untuk makanan,
pakan, fertiliser, kosmetik, farmasetikal termasuk bahan biologis atau peralatan
medis. Begitu juga produk protein, makanan, pakan, fertiliser, kosmetik,
farmasetikal atau peralatan medis yang dipersiapkan dengan menggunakan
komoditi ini.
6. Dicalcium phosphate (tanpa ada jejak protein atau lemak)
7. Daging berotot tanpa tulang (deboned skeletal muscle
meat) (kecuali ‘mechanically separated meat’) dari sapi
yang tidak dilakukan proses ‘stunning’, sebelum
disembelih, dengan suatu peralatan udara atau gas yang
dikompres ke dalam rongga tengkorak (cranial cravity)
atau dengan suatu proses ‘pithing’, dan lulus inspeksi
ante- dan post-mortem dan dipersiapkan sedemikian rupa
untuk mencegah kontaminasi dengan jaringan sapi yang
dilarang untuk diperdagangkan
4. Otak, mata, tulang belakang, tengkorak dan kolom vertebral atau komoditi yang
terkontaminasi dengan bahan tersebut dari sapi yang pada waktu disembelih
berumur lebih dari 30 bulan yang berasal dari negara, zona atau kompartemen
‘controlled BSE risk’ yang digunakan untuk makanan, pakan, fertiliser, kosmetik,
farmasetikal termasuk bahan biologis atau peralatan medis. Begitu juga produk
protein, makanan, pakan, fertiliser, kosmetik, farmasetikal atau peralatan medis
yang dipersiapkan dengan menggunakan komoditi ini.
17
No Komoditi aman (safe commodity)
Artikel 11.4.1.
No Komoditi yang dilarang untuk diperdagangkan (commodty should not be traded)
Artikel 11.4.13. dan 11.4.14.
8. Darah dan produk sampingan darah (blood and blood by-
products) dari sapi yang tidak melalui proses ‘stunning’,
sebelum disembelih, dengan suatu peralatan injeksi udara
atau gas yang dikompres ke dalam rongga tengkorak
(cranial cavity), atau dengan suatu proses ‘pithing’.
5. Otak, mata, tulang belakang, tengkorak dan kolom vertebral atau komoditi yang
terkontaminasi dengan bahan tersebut yang berasal dari sapi yang pada waktu
disembelih berumur lebih dari 12 bulan yang berasal dari negara, zona atau
kompartemen ‘undetermined BSE risk’ yang digunakan untuk untuk makanan,
pakan, fertiliser, kosmetik, farmasetikal termasuk bahan biologis atau peralatan
medis. Begitu juga produk protein, makanan, pakan, fertiliser, kosmetik,
farmasetikal atau peralatan medis yang dipersiapkan dengan menggunakan
komoditi ini.
Sumber: OIE TAHC Bab 11.4. (Artikel 11.4.1., Artikel 11.4.13. dan Artikel 11.4.14.)
18
Tabel 3: Rekomendasi OIE untuk pemasukan hewan dan produk hewan terkait BSE
No Jenis komoditi yang diimpor Negara/zona/
kompartemen
‘negligible BSE
risk’
Negara/zona/
kompartemen
‘negligible BSE risk’ tapi
ada kasus domestik
Negara/zona/
kompartemen
‘controlled BSE
risk’
Negara/zona/
kompartemen
‘Undetermined BSE
risk’
1. Semua komoditi dari sapi yang tidak termasuk dalam ‘kategori
aman’ (lihat Tabel 2)
3. Sapi hidup
4. Daging segar dan produk daging (selain yang dimaksudkan dalam
‘kategori aman’)
5. Gelatin dan kolagen yang disiapkan dari tulang dan dimaksudkan
untuk pangan atau pakan, kosmetik, farmaseutikal termasuk bahan
biologis, atau peralatan medis
6. Lemak hewan (tallow) (selain yang dimaksudkan dalam kategori
‘aman) dan dimaksudkan untuk pangan, pakan, fertiliser, kosmetik,
farmaseutikal termasuk bahan biologis, atau peralatan medis
7. Dicalcium phosphate daging (selain yang dimaksudkan dalam
‘kategori aman’) dan dimaksudkan untuk pangan, pakan, fertiliser,
kosmetik, farmaseutikal termasuk bahan biologis, atau peralatan
medis
8. Derivat lemak hewan (tallow derivatives) (selain yang dimaksudkan
dalam ‘kategori aman’) dan dimaksudkan untuk pangan, pakan,
fertiliser, kosmetik, farmaseutikal termasuk bahan biologis, atau
peralatan medis
Sumber: OIE TAHC Bab 11.4. (Artikel 11.4.6. s/d Artikel 11.4.16.)
19
2.2.3. Avian influenza
Dalam TAHC Bab 10.4., status negara terkait avian influenza (AI) dibagi menjadi 3 (tiga)
kategori yaitu:
(1) Negara atau zona atau kompartemen bebas AI;
(2) Negara atau zona atau kompartemen bebas HPAI pada unggas;
(3) Negara atau zona atau kompartemen tertular AI.
Status kesehatan hewan dari kategori (1) berarti bahwa dari hasil surveilans tidak
ditemukan infeksi virus AI (baik HPAI maupun LPAI) pada unggas di negara/zona/kompartemen
selama 12 bulan terakhir. Kategori (2) berarti dari hasil surveilans tidak ditemukan infeksi virus
HPAI pada unggas selama 12 bulan terakhir. Kategori (3) berarti infeksi virus AI masih tetap
berjangkit di negara/zona/kompartemen tersebut atau status AI tidak diketahui.
Sebagaimana halnya dengan PMK dan BSE, rekomendasi perdagangan untuk AI didasarkan
atas tingkat risiko berbeda yang ditimbulkan oleh virus AI untuk setiap komodti yang
diperdagangkan (lihat Tabel 4). Hanya rekomendasi untuk ayam hidup (kecuali bibit ayam) yang
dinyatakan harus berasal dari negara/zona/kompartemen bebas AI (Artikel 10.4.5.).
Rekomendasi ini menunjukkan bahwa risiko penularan AI paling besar berasal dari impor ayam
hidup. Bibit ayam, telur ayam tetas, telur untuk konsumsi manusia, semen ayam, dan daging
ayam segar dapat berasal baik dari negara/zona/kompartemen bebas AI maupun bebas HPAI
saja.
Sejumlah produk unggas yang sudah mendapatkan perlakuan tertentu contohnya produk
daging ayam, pakan bulu ayam, bulu ayam seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 4 (No. 12 s/d
16) dapat diperdagangkan tanpa bergantung kepada status negara/zona/kompartemen.
20
Tabel 4: Rekomendasi OIE untuk pemasukan hewan dan produk hewan terkait HPAI
No Jenis komoditi yang diimpor Negara/zona/
kompartemen
bebas AI
Negara/zona/
kompartemen
bebas HPAI pada unggas
Negara/zona/
kompartemen
tertular AI
1. Ayam hidup (kecuali bibit ayam)
2. Unggas selain ayam
3. Bibit ayam (day old live poultry)
4. Bibit unggas selain bibit ayam
5. Telur tetas (ayam)
6. Telur tetas (selain ayam)
7. Telur untuk konsumsi manusia
8. Produk telur (ayam)
9. Semen ayam
10. Semen unggas (selain semen ayam)
11. Daging ayam segar
12. Produk daging (ayam)
13. Produk asal unggas, selain pakan bulu (feather meal) dan pakan unggas (poultry
meal) yang ditujukan untuk penggunaan dalam pakan ternak, atau untuk
penggunaan di pertanian atau industri
14. Bulu kasar (feather) dan bulu halus (down) (ayam)
15. Bulu kasar dan bulu halus (selain ayam)
16. Pakan bulu (feather meal) dan pakan daging unggas (poultry meal)
Sumber: OIE TAHC Chapter 10.4. (Artikel 10.4.5. s/d Artikel 10.4.24.)
21
BAB III. KESIMPULAN
1. Pendekatan berbasis komoditi (commodity-based approach) menjadi suatu alternatif lain
yang dapat digunakan untuk memfasilitasi perdagangan hewan dan produk hewan yang
aman, selain dari protokol pengakuan status negara atau zona atau kompartemen bebas
penyakit seperti yang ditetapkan oleh OIE dalam TAHC. Landasan teknis yang digunakan
adalah fakta bahwa komoditi yang berbeda mempresentasikan risiko penularan patogen
yang berbeda bagi kesehatan hewan dan manusia.
2. Perdagangan ‘komoditi aman’ (safe commodities) yaitu hewan dan produk hewan yang
telah teridentifikasi aman untuk diperdagangkan meskipun berasal dari negara masih
dinyatakan tertular penyakit, dengan atau tanpa mitigasi risiko sebelum ekspor.
3. Standar, pedoman dan rekomendasi yang ditetapkan oleh OIE dalam TAHC dapat
digunakan untuk menerapkan praktek-praktek manajemen risiko ilmiah dalam mengkaji
ulang kebijakan-kebijakan masa lalu yang dianggap tidak lagi relevan dengan
perkembangan globalisasi dan teknologi.

More Related Content

What's hot

Pengendalian dan Penanganan African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan - Presentas...
Pengendalian dan Penanganan African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan - Presentas...Pengendalian dan Penanganan African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan - Presentas...
Pengendalian dan Penanganan African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan - Presentas...Tata Naipospos
 
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...Tata Naipospos
 
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...Tata Naipospos
 
Pentingnya Analisis Risiko Dalam Fungsi Karantina Hewan - Pusat KH dan Kehani...
Pentingnya Analisis Risiko Dalam Fungsi Karantina Hewan - Pusat KH dan Kehani...Pentingnya Analisis Risiko Dalam Fungsi Karantina Hewan - Pusat KH dan Kehani...
Pentingnya Analisis Risiko Dalam Fungsi Karantina Hewan - Pusat KH dan Kehani...Tata Naipospos
 
Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019
Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019
Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019Tata Naipospos
 
Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...
Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...
Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...Tata Naipospos
 
Penguatan Tata Kelola Ternak dan Rantai Pasar Menghadapi Penyakit Mulut dan K...
Penguatan Tata Kelola Ternak dan Rantai Pasar Menghadapi Penyakit Mulut dan K...Penguatan Tata Kelola Ternak dan Rantai Pasar Menghadapi Penyakit Mulut dan K...
Penguatan Tata Kelola Ternak dan Rantai Pasar Menghadapi Penyakit Mulut dan K...Tata Naipospos
 
Masuk dan Menyebarnya LSD dan PMK di Indonesia - PDHI Riau-KEMIN Indonesia, P...
Masuk dan Menyebarnya LSD dan PMK di Indonesia - PDHI Riau-KEMIN Indonesia, P...Masuk dan Menyebarnya LSD dan PMK di Indonesia - PDHI Riau-KEMIN Indonesia, P...
Masuk dan Menyebarnya LSD dan PMK di Indonesia - PDHI Riau-KEMIN Indonesia, P...Tata Naipospos
 
Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...
Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...
Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...Tata Naipospos
 
Persyaratan Negara atau Zona Bebas PMK Menurut WOAH - Ditkeswan-AIHSP, Bogor,...
Persyaratan Negara atau Zona Bebas PMK Menurut WOAH - Ditkeswan-AIHSP, Bogor,...Persyaratan Negara atau Zona Bebas PMK Menurut WOAH - Ditkeswan-AIHSP, Bogor,...
Persyaratan Negara atau Zona Bebas PMK Menurut WOAH - Ditkeswan-AIHSP, Bogor,...Tata Naipospos
 
Aspek Hukum Dan Tindakan Karantina Hewan Di Indonesia
Aspek Hukum Dan Tindakan Karantina Hewan Di IndonesiaAspek Hukum Dan Tindakan Karantina Hewan Di Indonesia
Aspek Hukum Dan Tindakan Karantina Hewan Di IndonesiaWahono Diphayana
 
Pembangunan Kerangka Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Direktorat Kesehatan Ik...
Pembangunan Kerangka Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Direktorat Kesehatan Ik...Pembangunan Kerangka Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Direktorat Kesehatan Ik...
Pembangunan Kerangka Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Direktorat Kesehatan Ik...Tata Naipospos
 
Workshop Sistem Penerapan Kesejahteraan Hewan - Ditkesmavet, Ditjen PKH, Bogo...
Workshop Sistem Penerapan Kesejahteraan Hewan - Ditkesmavet, Ditjen PKH, Bogo...Workshop Sistem Penerapan Kesejahteraan Hewan - Ditkesmavet, Ditjen PKH, Bogo...
Workshop Sistem Penerapan Kesejahteraan Hewan - Ditkesmavet, Ditjen PKH, Bogo...Tata Naipospos
 
Mungkinkah Kompartemen Bebas PMK di Indonesia? - Ditkeswan, Jakarta, 12-13 Ju...
Mungkinkah Kompartemen Bebas PMK di Indonesia? - Ditkeswan, Jakarta, 12-13 Ju...Mungkinkah Kompartemen Bebas PMK di Indonesia? - Ditkeswan, Jakarta, 12-13 Ju...
Mungkinkah Kompartemen Bebas PMK di Indonesia? - Ditkeswan, Jakarta, 12-13 Ju...Tata Naipospos
 
Penyusunan Analisis Risiko Pemasukan Hewan dan Produk Hewan: Avian Influenza ...
Penyusunan Analisis Risiko Pemasukan Hewan dan Produk Hewan: Avian Influenza ...Penyusunan Analisis Risiko Pemasukan Hewan dan Produk Hewan: Avian Influenza ...
Penyusunan Analisis Risiko Pemasukan Hewan dan Produk Hewan: Avian Influenza ...Tata Naipospos
 
Penyebaran PMK Melalui Alat Angkut dan Peralatan - PKHKehani, BARANTAN - Bogo...
Penyebaran PMK Melalui Alat Angkut dan Peralatan - PKHKehani, BARANTAN - Bogo...Penyebaran PMK Melalui Alat Angkut dan Peralatan - PKHKehani, BARANTAN - Bogo...
Penyebaran PMK Melalui Alat Angkut dan Peralatan - PKHKehani, BARANTAN - Bogo...Tata Naipospos
 
Kewaspadaan Penyakit Eksotik di Wilayah Indonesia - Rakornas Kepri, Tanjung P...
Kewaspadaan Penyakit Eksotik di Wilayah Indonesia - Rakornas Kepri, Tanjung P...Kewaspadaan Penyakit Eksotik di Wilayah Indonesia - Rakornas Kepri, Tanjung P...
Kewaspadaan Penyakit Eksotik di Wilayah Indonesia - Rakornas Kepri, Tanjung P...Tata Naipospos
 
Masterplan Pemberantasan Brucellosis di Indonesia - Ditkeswan-AIPEID, Jakarta...
Masterplan Pemberantasan Brucellosis di Indonesia - Ditkeswan-AIPEID, Jakarta...Masterplan Pemberantasan Brucellosis di Indonesia - Ditkeswan-AIPEID, Jakarta...
Masterplan Pemberantasan Brucellosis di Indonesia - Ditkeswan-AIPEID, Jakarta...Tata Naipospos
 
Penyakit Ternak Non Infeksius Penmas 2010 - triakoso
Penyakit Ternak Non Infeksius Penmas 2010 - triakosoPenyakit Ternak Non Infeksius Penmas 2010 - triakoso
Penyakit Ternak Non Infeksius Penmas 2010 - triakosoNusdianto Triakoso
 

What's hot (20)

Pengendalian dan Penanganan African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan - Presentas...
Pengendalian dan Penanganan African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan - Presentas...Pengendalian dan Penanganan African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan - Presentas...
Pengendalian dan Penanganan African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan - Presentas...
 
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...
 
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
 
Pentingnya Analisis Risiko Dalam Fungsi Karantina Hewan - Pusat KH dan Kehani...
Pentingnya Analisis Risiko Dalam Fungsi Karantina Hewan - Pusat KH dan Kehani...Pentingnya Analisis Risiko Dalam Fungsi Karantina Hewan - Pusat KH dan Kehani...
Pentingnya Analisis Risiko Dalam Fungsi Karantina Hewan - Pusat KH dan Kehani...
 
Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019
Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019
Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019
 
Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...
Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...
Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...
 
Penguatan Tata Kelola Ternak dan Rantai Pasar Menghadapi Penyakit Mulut dan K...
Penguatan Tata Kelola Ternak dan Rantai Pasar Menghadapi Penyakit Mulut dan K...Penguatan Tata Kelola Ternak dan Rantai Pasar Menghadapi Penyakit Mulut dan K...
Penguatan Tata Kelola Ternak dan Rantai Pasar Menghadapi Penyakit Mulut dan K...
 
Masuk dan Menyebarnya LSD dan PMK di Indonesia - PDHI Riau-KEMIN Indonesia, P...
Masuk dan Menyebarnya LSD dan PMK di Indonesia - PDHI Riau-KEMIN Indonesia, P...Masuk dan Menyebarnya LSD dan PMK di Indonesia - PDHI Riau-KEMIN Indonesia, P...
Masuk dan Menyebarnya LSD dan PMK di Indonesia - PDHI Riau-KEMIN Indonesia, P...
 
Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...
Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...
Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...
 
Persyaratan Negara atau Zona Bebas PMK Menurut WOAH - Ditkeswan-AIHSP, Bogor,...
Persyaratan Negara atau Zona Bebas PMK Menurut WOAH - Ditkeswan-AIHSP, Bogor,...Persyaratan Negara atau Zona Bebas PMK Menurut WOAH - Ditkeswan-AIHSP, Bogor,...
Persyaratan Negara atau Zona Bebas PMK Menurut WOAH - Ditkeswan-AIHSP, Bogor,...
 
Aspek Hukum Dan Tindakan Karantina Hewan Di Indonesia
Aspek Hukum Dan Tindakan Karantina Hewan Di IndonesiaAspek Hukum Dan Tindakan Karantina Hewan Di Indonesia
Aspek Hukum Dan Tindakan Karantina Hewan Di Indonesia
 
Pembangunan Kerangka Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Direktorat Kesehatan Ik...
Pembangunan Kerangka Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Direktorat Kesehatan Ik...Pembangunan Kerangka Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Direktorat Kesehatan Ik...
Pembangunan Kerangka Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Direktorat Kesehatan Ik...
 
Workshop Sistem Penerapan Kesejahteraan Hewan - Ditkesmavet, Ditjen PKH, Bogo...
Workshop Sistem Penerapan Kesejahteraan Hewan - Ditkesmavet, Ditjen PKH, Bogo...Workshop Sistem Penerapan Kesejahteraan Hewan - Ditkesmavet, Ditjen PKH, Bogo...
Workshop Sistem Penerapan Kesejahteraan Hewan - Ditkesmavet, Ditjen PKH, Bogo...
 
Mungkinkah Kompartemen Bebas PMK di Indonesia? - Ditkeswan, Jakarta, 12-13 Ju...
Mungkinkah Kompartemen Bebas PMK di Indonesia? - Ditkeswan, Jakarta, 12-13 Ju...Mungkinkah Kompartemen Bebas PMK di Indonesia? - Ditkeswan, Jakarta, 12-13 Ju...
Mungkinkah Kompartemen Bebas PMK di Indonesia? - Ditkeswan, Jakarta, 12-13 Ju...
 
Penyusunan Analisis Risiko Pemasukan Hewan dan Produk Hewan: Avian Influenza ...
Penyusunan Analisis Risiko Pemasukan Hewan dan Produk Hewan: Avian Influenza ...Penyusunan Analisis Risiko Pemasukan Hewan dan Produk Hewan: Avian Influenza ...
Penyusunan Analisis Risiko Pemasukan Hewan dan Produk Hewan: Avian Influenza ...
 
Penyebaran PMK Melalui Alat Angkut dan Peralatan - PKHKehani, BARANTAN - Bogo...
Penyebaran PMK Melalui Alat Angkut dan Peralatan - PKHKehani, BARANTAN - Bogo...Penyebaran PMK Melalui Alat Angkut dan Peralatan - PKHKehani, BARANTAN - Bogo...
Penyebaran PMK Melalui Alat Angkut dan Peralatan - PKHKehani, BARANTAN - Bogo...
 
manajemen kesehatan ternak
manajemen kesehatan ternakmanajemen kesehatan ternak
manajemen kesehatan ternak
 
Kewaspadaan Penyakit Eksotik di Wilayah Indonesia - Rakornas Kepri, Tanjung P...
Kewaspadaan Penyakit Eksotik di Wilayah Indonesia - Rakornas Kepri, Tanjung P...Kewaspadaan Penyakit Eksotik di Wilayah Indonesia - Rakornas Kepri, Tanjung P...
Kewaspadaan Penyakit Eksotik di Wilayah Indonesia - Rakornas Kepri, Tanjung P...
 
Masterplan Pemberantasan Brucellosis di Indonesia - Ditkeswan-AIPEID, Jakarta...
Masterplan Pemberantasan Brucellosis di Indonesia - Ditkeswan-AIPEID, Jakarta...Masterplan Pemberantasan Brucellosis di Indonesia - Ditkeswan-AIPEID, Jakarta...
Masterplan Pemberantasan Brucellosis di Indonesia - Ditkeswan-AIPEID, Jakarta...
 
Penyakit Ternak Non Infeksius Penmas 2010 - triakoso
Penyakit Ternak Non Infeksius Penmas 2010 - triakosoPenyakit Ternak Non Infeksius Penmas 2010 - triakoso
Penyakit Ternak Non Infeksius Penmas 2010 - triakoso
 

Similar to KOMODITI HEALTH APPROACH

Prinsip Zona dalam Perdagangan Hewan dan Produk Hewan - Februari 2016
Prinsip Zona dalam Perdagangan Hewan dan Produk Hewan - Februari 2016Prinsip Zona dalam Perdagangan Hewan dan Produk Hewan - Februari 2016
Prinsip Zona dalam Perdagangan Hewan dan Produk Hewan - Februari 2016Tata Naipospos
 
Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...
Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...
Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...Tata Naipospos
 
Wawasan Kesehatan Hewan Global - Pelatihan Medik Veteriner Karantina, BARANTA...
Wawasan Kesehatan Hewan Global - Pelatihan Medik Veteriner Karantina, BARANTA...Wawasan Kesehatan Hewan Global - Pelatihan Medik Veteriner Karantina, BARANTA...
Wawasan Kesehatan Hewan Global - Pelatihan Medik Veteriner Karantina, BARANTA...Tata Naipospos
 
Bimtek Karantina Mitigasi Risiko Karkas, Daging dan Jeroan - BUTTMKP, Bekasi,...
Bimtek Karantina Mitigasi Risiko Karkas, Daging dan Jeroan - BUTTMKP, Bekasi,...Bimtek Karantina Mitigasi Risiko Karkas, Daging dan Jeroan - BUTTMKP, Bekasi,...
Bimtek Karantina Mitigasi Risiko Karkas, Daging dan Jeroan - BUTTMKP, Bekasi,...Tata Naipospos
 
Peran Pengawas Obat Hewan Menghadapi Era Globalisasi - Ditkeswan, Bogor, 25 A...
Peran Pengawas Obat Hewan Menghadapi Era Globalisasi - Ditkeswan, Bogor, 25 A...Peran Pengawas Obat Hewan Menghadapi Era Globalisasi - Ditkeswan, Bogor, 25 A...
Peran Pengawas Obat Hewan Menghadapi Era Globalisasi - Ditkeswan, Bogor, 25 A...Tata Naipospos
 
Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...
Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...
Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...Tata Naipospos
 
Menyikapi Pemasukan Ternak/Produk Hewan Berbasis Zona - Puslitbangnak, Bogor,...
Menyikapi Pemasukan Ternak/Produk Hewan Berbasis Zona - Puslitbangnak, Bogor,...Menyikapi Pemasukan Ternak/Produk Hewan Berbasis Zona - Puslitbangnak, Bogor,...
Menyikapi Pemasukan Ternak/Produk Hewan Berbasis Zona - Puslitbangnak, Bogor,...Tata Naipospos
 
Pentingnya Azas Regionalisasi Dalam Meningkatkan Perdagangan Indonesia di Sub...
Pentingnya Azas Regionalisasi Dalam Meningkatkan Perdagangan Indonesia di Sub...Pentingnya Azas Regionalisasi Dalam Meningkatkan Perdagangan Indonesia di Sub...
Pentingnya Azas Regionalisasi Dalam Meningkatkan Perdagangan Indonesia di Sub...Tata Naipospos
 
Komunikasi Risiko Pemasukan Ternak & Produk Hewan dari Negara Belum Bebas PMK...
Komunikasi Risiko Pemasukan Ternak & Produk Hewan dari Negara Belum Bebas PMK...Komunikasi Risiko Pemasukan Ternak & Produk Hewan dari Negara Belum Bebas PMK...
Komunikasi Risiko Pemasukan Ternak & Produk Hewan dari Negara Belum Bebas PMK...Tata Naipospos
 
Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BUSKPIM, KKP, 12 Juni 2014
Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BUSKPIM, KKP, 12 Juni 2014Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BUSKPIM, KKP, 12 Juni 2014
Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BUSKPIM, KKP, 12 Juni 2014Tata Naipospos
 
Kebijakan dan keamanan pangan asal hewan
Kebijakan dan keamanan pangan asal hewanKebijakan dan keamanan pangan asal hewan
Kebijakan dan keamanan pangan asal hewan232448
 
Kebijakan dan keamanan pangan asal hewan
Kebijakan dan keamanan pangan asal hewanKebijakan dan keamanan pangan asal hewan
Kebijakan dan keamanan pangan asal hewan232448
 
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewanKebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan232448
 
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewanKebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan232448
 
Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...
Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...
Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...Tata Naipospos
 
Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...
Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...
Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...Tata Naipospos
 
dokumen.tips_keamanan-pangan-ppt.pptx
dokumen.tips_keamanan-pangan-ppt.pptxdokumen.tips_keamanan-pangan-ppt.pptx
dokumen.tips_keamanan-pangan-ppt.pptxDianWahyu40
 
Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BKIPM, KKP, Jakarta, 12 Ju...
Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BKIPM, KKP, Jakarta, 12 Ju...Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BKIPM, KKP, Jakarta, 12 Ju...
Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BKIPM, KKP, Jakarta, 12 Ju...Tata Naipospos
 
PP Nomor 95 Tahun 2012.pdf
PP Nomor 95 Tahun 2012.pdfPP Nomor 95 Tahun 2012.pdf
PP Nomor 95 Tahun 2012.pdfsusisusyanti
 
Bimtek Karantina Pengawasan Keamanan Bahan Pakan Asal Hewan- BUTTMKP, 19 Apri...
Bimtek Karantina Pengawasan Keamanan Bahan Pakan Asal Hewan- BUTTMKP, 19 Apri...Bimtek Karantina Pengawasan Keamanan Bahan Pakan Asal Hewan- BUTTMKP, 19 Apri...
Bimtek Karantina Pengawasan Keamanan Bahan Pakan Asal Hewan- BUTTMKP, 19 Apri...Tata Naipospos
 

Similar to KOMODITI HEALTH APPROACH (20)

Prinsip Zona dalam Perdagangan Hewan dan Produk Hewan - Februari 2016
Prinsip Zona dalam Perdagangan Hewan dan Produk Hewan - Februari 2016Prinsip Zona dalam Perdagangan Hewan dan Produk Hewan - Februari 2016
Prinsip Zona dalam Perdagangan Hewan dan Produk Hewan - Februari 2016
 
Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...
Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...
Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...
 
Wawasan Kesehatan Hewan Global - Pelatihan Medik Veteriner Karantina, BARANTA...
Wawasan Kesehatan Hewan Global - Pelatihan Medik Veteriner Karantina, BARANTA...Wawasan Kesehatan Hewan Global - Pelatihan Medik Veteriner Karantina, BARANTA...
Wawasan Kesehatan Hewan Global - Pelatihan Medik Veteriner Karantina, BARANTA...
 
Bimtek Karantina Mitigasi Risiko Karkas, Daging dan Jeroan - BUTTMKP, Bekasi,...
Bimtek Karantina Mitigasi Risiko Karkas, Daging dan Jeroan - BUTTMKP, Bekasi,...Bimtek Karantina Mitigasi Risiko Karkas, Daging dan Jeroan - BUTTMKP, Bekasi,...
Bimtek Karantina Mitigasi Risiko Karkas, Daging dan Jeroan - BUTTMKP, Bekasi,...
 
Peran Pengawas Obat Hewan Menghadapi Era Globalisasi - Ditkeswan, Bogor, 25 A...
Peran Pengawas Obat Hewan Menghadapi Era Globalisasi - Ditkeswan, Bogor, 25 A...Peran Pengawas Obat Hewan Menghadapi Era Globalisasi - Ditkeswan, Bogor, 25 A...
Peran Pengawas Obat Hewan Menghadapi Era Globalisasi - Ditkeswan, Bogor, 25 A...
 
Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...
Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...
Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...
 
Menyikapi Pemasukan Ternak/Produk Hewan Berbasis Zona - Puslitbangnak, Bogor,...
Menyikapi Pemasukan Ternak/Produk Hewan Berbasis Zona - Puslitbangnak, Bogor,...Menyikapi Pemasukan Ternak/Produk Hewan Berbasis Zona - Puslitbangnak, Bogor,...
Menyikapi Pemasukan Ternak/Produk Hewan Berbasis Zona - Puslitbangnak, Bogor,...
 
Pentingnya Azas Regionalisasi Dalam Meningkatkan Perdagangan Indonesia di Sub...
Pentingnya Azas Regionalisasi Dalam Meningkatkan Perdagangan Indonesia di Sub...Pentingnya Azas Regionalisasi Dalam Meningkatkan Perdagangan Indonesia di Sub...
Pentingnya Azas Regionalisasi Dalam Meningkatkan Perdagangan Indonesia di Sub...
 
Komunikasi Risiko Pemasukan Ternak & Produk Hewan dari Negara Belum Bebas PMK...
Komunikasi Risiko Pemasukan Ternak & Produk Hewan dari Negara Belum Bebas PMK...Komunikasi Risiko Pemasukan Ternak & Produk Hewan dari Negara Belum Bebas PMK...
Komunikasi Risiko Pemasukan Ternak & Produk Hewan dari Negara Belum Bebas PMK...
 
Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BUSKPIM, KKP, 12 Juni 2014
Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BUSKPIM, KKP, 12 Juni 2014Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BUSKPIM, KKP, 12 Juni 2014
Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BUSKPIM, KKP, 12 Juni 2014
 
Kebijakan dan keamanan pangan asal hewan
Kebijakan dan keamanan pangan asal hewanKebijakan dan keamanan pangan asal hewan
Kebijakan dan keamanan pangan asal hewan
 
Kebijakan dan keamanan pangan asal hewan
Kebijakan dan keamanan pangan asal hewanKebijakan dan keamanan pangan asal hewan
Kebijakan dan keamanan pangan asal hewan
 
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewanKebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan
 
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewanKebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan
 
Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...
Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...
Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...
 
Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...
Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...
Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...
 
dokumen.tips_keamanan-pangan-ppt.pptx
dokumen.tips_keamanan-pangan-ppt.pptxdokumen.tips_keamanan-pangan-ppt.pptx
dokumen.tips_keamanan-pangan-ppt.pptx
 
Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BKIPM, KKP, Jakarta, 12 Ju...
Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BKIPM, KKP, Jakarta, 12 Ju...Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BKIPM, KKP, Jakarta, 12 Ju...
Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BKIPM, KKP, Jakarta, 12 Ju...
 
PP Nomor 95 Tahun 2012.pdf
PP Nomor 95 Tahun 2012.pdfPP Nomor 95 Tahun 2012.pdf
PP Nomor 95 Tahun 2012.pdf
 
Bimtek Karantina Pengawasan Keamanan Bahan Pakan Asal Hewan- BUTTMKP, 19 Apri...
Bimtek Karantina Pengawasan Keamanan Bahan Pakan Asal Hewan- BUTTMKP, 19 Apri...Bimtek Karantina Pengawasan Keamanan Bahan Pakan Asal Hewan- BUTTMKP, 19 Apri...
Bimtek Karantina Pengawasan Keamanan Bahan Pakan Asal Hewan- BUTTMKP, 19 Apri...
 

More from Tata Naipospos

Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024Tata Naipospos
 
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...Tata Naipospos
 
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024Tata Naipospos
 
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023Tata Naipospos
 
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023Tata Naipospos
 
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...Tata Naipospos
 
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...Tata Naipospos
 
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...Tata Naipospos
 
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...Tata Naipospos
 
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...Tata Naipospos
 
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...Tata Naipospos
 
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023Tata Naipospos
 
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...Tata Naipospos
 
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023Tata Naipospos
 
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...Tata Naipospos
 
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...Tata Naipospos
 
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...Tata Naipospos
 
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...Tata Naipospos
 
Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...
Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...
Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...Tata Naipospos
 
Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...
Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...
Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...Tata Naipospos
 

More from Tata Naipospos (20)

Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
 
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
 
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
 
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
 
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
 
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
 
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
 
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
 
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
 
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
 
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
 
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
 
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
 
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
 
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
 
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
 
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
 
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
 
Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...
Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...
Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...
 
Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...
Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...
Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...
 

KOMODITI HEALTH APPROACH

  • 1. i Pendekatan Berbasis Komoditi dalam Perdagangan Hewan dan Produk Hewan Maret2016 Drh Tri Satya Putri Naipospos MPhil PhD Komisi Ahli Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner
  • 2. ii Pendekatan Berbasis Komoditi dalam Perdagangan Hewan dan Produk Hewan Maret 2016 Tulisan ini dimaksudkan untuk membahas tentang pendekatan berbasis komoditi (commodity-based approach) dalam perdagangan hewan dan produk hewan yang bisa menjadi satu alternatif dalam memperoleh akses pasar regional dan internasional seperti yang dimaksudkan oleh Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE). Ditulis oleh: Drh. Tri Satya Putri Naipospos MPhil PhD Komisi Ahli Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Jakarta, 22 Februari 2016 Februari 2016
  • 3. i DAFTAR ISI DAFTAR ISI...............................................................................................................................i DAFTAR TABEL........................................................................................................................ii DAFTAR SINGKATAN..............................................................................................................iii PENJELASAN ISTILAH..............................................................................................................iv BAB I. PENDAHULUAN..........................................................................................................1 1.1. Perdagangan Internasional Hewan dan Produk Hewan..............................................1 1.2. Kewajiban Negara Anggota OIE...................................................................................2 1.2.1. Kewajiban notifikasi penyakit ................................................................................2 1.2.2. Kewajiban umum..................................................................................................3 1.3. Informasi Penyakit Hewan Internasional .....................................................................4 BAB II. PERDAGANGAN BERBASIS KOMODITI.........................................................................6 2.1. Opsi Kebijakan .............................................................................................................7 2.2. Standar-standar Perdagangan Berbasis Komoditi.......................................................9 2.2.1. Penyakit mulut dan kuku.....................................................................................10 2.2.2. Bovine spongiform encephalopathy.....................................................................14 1.2.1. Avian influenza...................................................................................................19 BAB III. KESIMPULAN..........................................................................................................21
  • 4. ii DAFTAR TABEL Tabel 1: Rekomendasi OIE untuk pemasukan hewan dan produk hewan terkait PMK ................12 Tabel 2: Komoditi aman dan komoditi yang dilarang untuk diperdagangkan terkait BSE ............16 Tabel 3: Rekomendasi OIE untuk pemasukan hewan dan produk hewan terkait BSE..................18 Tabel 4: Rekomendasi OIE untuk pemasukan hewan dan produk hewan terkait AI ....................20
  • 5. iii DAFTAR SINGKATAN AI Avian influenza ASF African swine fever BSE Bovine spongiform encephalopathy CAC Codex Alimentarius Commission CBPP Contagious bovine pleuropneumonia FAO Food and Agriculture Organization GATT General Agreement on Tariff and Trade HACCP Hazard Analysis Critical Control Points HPAI Highly pathogenic avian influenza OIE Office International des Epizooties PMK Penyakit mulut dan kuku PPR Peste des petits ruminants RPH Rumah Potong Hewan RFV Rift Valley Fever SPS Sanitary and Phytosanitary TAD Transboundary Animal Diseases TAHC Terrestrial Animal Health Code UN United Nations WAHID World Animal Health Information Database WHO World Health Organization WTO World Trade Organization
  • 6. iv PENJELASAN ISTILAH Bahan sisa lemak (greaves) Residu mengandung protein yang diperoleh setelah pemisahan lemak dan air secara parsial selama proses ‘rendering’. Bahaya (hazard) Suatu agen biologis, kimiawi, atau fisik yang ada dalam atau suatu kondisi dari hewan atau produk hewan yang berpotensi menyebabkan dampak kesehatan yang buruk. Bibit ayam (day old poultry) Anak ayam umur tidak lebih dari 72 jam setelah penetasan. Daging Semua bagian hewan yang dapat dimakan. Daging segar (fresh meat) Daging yang belum mendapatkan perlakuan apapun yang dapat mengubah karakteristik organoleptik dan fisiko-kimiawinya. Ini termasuk daging beku (frozen meat), daging dingin (chilled meat), daging cincang (minced meat) dan daging MRM (mechanically recovered meat). Hazard Critical Control Point (HACCP) Suatu sistem yang terdiri dari lima langkah awal dan lima prinsip dasar yang menetapkan, mengevaluasi dan mengendalikan bahaya signifikan terhadap keamanan pangan. Komoditi (commodity) Hewan hidup, produk asal hewan, material genetik hewan, produk biologik dan material patologik. Kompartemen Satu atau lebih peternakan dengan satu sistem manajemen biosekuriti yang sama tapi memiliki populasi hewan (sub populasi) dengan status kesehatan hewan berbeda Kompartemen bebas Suatu kompartemen dimana tidak adanya patogen hewan yang menyebabkan penyakit didemonstrasikan dengan terpenuhinya persyaratan-persyaratan OIE TAHC mengenai status bebas. Negara pengimpor Suatu negara yang merupakan tujuan akhir dari komoditi yang dikirimkan. Negara pengeskpor Suatu negara dari mana komoditi dikirimkan ke negara lain. Pakan daging dan tulang (meat and bone meal) Produk protein padat yang diperoleh apabila jaringan hewan di ‘render’, dan termasuk setiap protein perantara selain peptisida dari suatu molekuler dengan berat kurang dari 10,000 dalton dan asam amino. Perdagangan internasional Importasi, eksportasi dan transit dari komoditi. Program pengendalian resmi (Official control program) Suatu program yang disetujui, dan dikelola atau disupervisi oleh Otoritas Veteriner dari suatu Negara Anggota OIE untuk tujuan pengendalian vektor, patogen atau penyakit dengan tindakan- tindakan yang diaplikasikan di seluruh wilayah negara atau di dalam zona atau kompartemen dari Negara Anggota tersebut.
  • 7. v Produk daging (meat product) Daging yang telah mendapatkan perlakuan akan tetapi tidak merubah karakteristik organoleptik dan fisiko-kimiawinya. Produk susu (milk product) Produk yang diperoleh melalui setiap pemrosesan susu. Susu (milk) Sekresi normal kelenjar susu hewan menyusui dari pemerahan satu kali atau lebih tanpa adanya penambahan atau ekstraksi. Telur tetas (hatching egg) Telur unggas yang difertilisasi dalam kondisi yang tepat untuk inkubasi dan penetasan. Zona Bagian dari suatu negara yang memiliki populasi hewan (sub populasi) dengan status kesehatan berbeda dengan bagian wilayah lainnya untuk penyakit hewan tertentu, yang memerlukan tindakan-tindakan surveilans, pengendalian dan biosekuriti yang diaplikasikan untuk kepentingan perdagangan internasional. Zona bebas Suatu zona dimana tidak adanya penyakit didemonstrasikan dengan terpenuhinya persyaratan-persyaratan dalam OIE TAHC mengenai status bebas. Di dalam zona dan perbatasannya, pengendalian penyakit resmi (official veterinary control) diaplikasikan secara efektif terhadap hewan dan produk hewan, serta transportasinya.
  • 8. 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. PERDAGANGAN INTERNASIONAL HEWAN DAN PRODUK HEWAN Standar-standar internasional kesehatan hewan yang didesain Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE) dimaksudkan untuk memfasilitasi keamanan perdagangan internasional hewan dan produk hewan di bawah Perjanjian Sanitary and Phyto-sanitary (SPS) dari Badan Perdagangan Dunia (WTO) dan didokumentasikan dalam OIE Terrestrial Animal Health Code (TAHC). Prinsip utama dari OIE TAHC ini adalah kebutuhan negara-negara di dunia untuk memberantas penyakit lintas batas (Transboundary Animal Diseases) untuk mengurangi risiko ekspor penyakit ke negara mitra dagangnya. Di era globalisasi, penyakit lintas batas secara terus menerus menjadi faktor penghambat serius terhadap perdagangan hewan dan produk hewan. Penyakit-penyakit tersebut menimbulkan dampak substansial terhadap ekonomi dan ketahanan pangan dari sejumlah negara, menyebar secara cepat dan memerlukan kerjasama antar negara untuk pengendalian yang efektif. Standar-standar internasional keamanan pangan (food safety standard) ditetapkan oleh Codex Alimentarius Commission yang diadministrasikan secara bersama antara Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) yang bernaung di bawah Badan Perserikatan Bangsa-bangsa (UN). Tujuan memberantas penyakit lintas batas (TAD) secara global sulit tercapai di masa yang akan datang, dan hal ini menghambat banyak negara, terutama negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) untuk berpartisipasi dalam perdagangan internasional di bawah aturan WTO. Kecuali satu-satunya penyakit hewan menular yang berhasil dibebaskan secara global pada tahun 2011 yaitu rinderpest (Thomson G.R. et al, 20041 ). Peningkatan kesadaran terhadap isu-isu kesehatan hewan dan keamanan pangan juga semakin meningkat di kalangan konsumen dan industri pangan (terutama di negara-negara maju), sehingga permintaan akan pangan hewani yang aman juga semakin meningkat. Untuk negara-negara berkembang (termasuk Indonesia), pemberantasan penyakit lintas batas tidak selalu mungkin dilakukan dan pencapaian status negara atau zona bebas penyakit dalam kaitannya dengan perdagangan internasional hanya memberikan keuntungan yang tidak terlalu signifikan. Indonesia sudah dinyatakan sebagai negara bebas penyakit mulut dan kuku (PMK) sejak tahun 1986 dan diakui OIE sejak tahun 1990, akan tetapi belum bisa memanfaatkan secara optimal status bebas tersebut dalam perdagangan regional maupun internasional. Indonesia masih bergelut dengan persoalan peningkatan populasi ternak dan stabilitas harga. 1 Thomson G.R., Tambi E.N., Hargreaves S.K., Leyland T.J., Catley A.P., van’t Klooster G.G.M., and Penrith M-L. (2004). International Trade in Livestock and Livestock Products: the need for a commodity-based approach. View Point. The Veterinary Record, October 2, 2004, pp. 429-433.
  • 9. 2 Tidak semua negara berkembang bisa mengalokasikan sumberdaya yang cukup untuk mencapai status negara atau zona bebas penyakit, oleh karena dalam persyaratan OIE TAHC untuk negara atau zona bebas tidak dapat diterapkan untuk lebih dari satu penyakit. Status negara atau zona dalam OIE TAHC ditetapkan berdasarkan spesifik penyakit (Thomson G.R. et al, 20041 ). Alternatif pendekatan yang kemudian digunakan untuk memaksimalkan akses negara-negara berkembang ke perdagangan internasional tanpa harus dibatasi oleh penyakit lintas batas adalah yang disebut sebagai “pendekatan berbasis komoditi” (commodity-based approach) (Thomson G.R. et al, 20041 ). Tulisan ini dimaksudkan untuk mengulas bagaimana prinsip tersebut digunakan dalam pembentukan standar-standar internasional kesehatan hewan dan keamanan pangan, berdasarkan fakta bahwa setiap komoditi menimbulkan risiko yang berbeda-beda dalam penularan patogen. Dengan demikian strategi mitigasi risiko bergantung juga pada komoditi apa yang akan diperdagangkan. Dengan fokus pada standar-standar berbasis komoditi, maka akan terjadi perbaikan akses pasar internasional bagi semua negara, khususnya bagi negara-negara berkembang. 1.2. KEWAJIBAN NEGARA ANGGOTA OIE Untuk menjamin perdagangan internasional komoditi hewan berlangsung aman dan tanpa hambatan yang tidak adil, maka setiap negara mitra dagang harus memenuhi kewajibannya sebagai Negara Anggota OIE dan WTO. 1.2.1. Kewajiban notifikasi penyakit Bab 1.1. OIE TAHC mengenai Notifikasi penyakit dan informasi epidemiologik (Notification of diseases and epidemiological information) mewajibkan setiap Negara Anggota untuk menyediakan informasi apapun yang diperlukan untuk meminimalkan penyebaran penyakit hewan yang mempunyai implikasi internasional kepada Negara Anggota lainnya. Kewajiban notifikasi ini juga membantu memperbaiki pengendalian penyakit di seluruh dunia. Untuk mencapai hal ini, OIE merekomendasikan Negara Anggota untuk mematuhi persyaratan notifikasi seperti yang tercantum dalam Artikel 1.1.3. TAHC, dan laporan yang dibuat sedapat mungkin sesuai dengan format resmi laporan penyakit OIE (official OIE disease reporting format). Untuk membantu Negara Anggota dalam mempersiapkan laporan yang akurat, Artikel 1.1.3. menguraikan secara detil kejadian penyakit yang perlu dilaporkan ke OIE dan jangka waktu relevan yang dbutuhkan untuk melapor. Kewajiban notifikasi mencakup juga diagnosis suatu patogen dari kejadian dimana hewan tidak memperlihatkan gejala klinis dan penemuan kejadian infeksi pada satwa liar (misalnya pada burung migran) yang kemungkinan berdampak kecil atau sama sekali tidak berhubungan dengan keamanan dari komoditi yang diperdagangkan. Negara
  • 10. 3 Anggota juga diminta untuk menyediakan informasi tentang tindakan-tindakan yang telah dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit, dan hal-hal lain yang berkaitan. 1.2.2. Kewajiban umum Bab 5.1. TAHC menguraikan kewajiban umum setiap Negara Anggota dan secara spesifik untuk negara pengimpor dan pengekspor. Kewajiban umum tersebut mencakup: a) untuk memaksimalkan harmonisasi aspek sanitary perdagangan internasional, Otoritas Veteriner harus mendasarkan tindakan-tindakan kesehatan hewan impor yang dilakukannya pada standar-standar OIE; b) situasi kesehatan hewan di negara pengekspor, di negara atau di sejumlah negara yang menjadi tujuan transit dan di negara pengimpor harus dipertimbangkan sebelum menetapkan tindakan-tindakan kesehatan hewan yang diperlukan; c) kebutuhan sertifikasi harus tepat dan ringkas, dan merefleksikan secara jelas posisi yang disepakati antar negara mitra dagang. Kewajiban negara pengimpor mencakup: a) tindakan-tindakan kesehatan untuk komoditi hewan harus memenuhi tingkat perlindungan nasional yang telah ditetapkan untuk kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat; b) sertifikat veteriner internasional tidak memasukkan tindakan-tindakan untuk pengecualian patogen atau penyakit yang ada di negara pengimpor dan tidak menjadi subyek program pengendalian resmi (offical control programme); c) tindakan-tindakan yang diterapkan kepada patogen atau penyakit yang berada di bawah program pengendalian resmi di suatu negara tidak harus menyebabkan tingkat perlindungan yang lebih tinggi terhadap impor daripada perlindungan yang disediakan untuk patogen atau penyakit yang sama melalui tindakan-tindakan yang diterapkan di negara tersebut; d) sertifikat veteriner internasional tidak harus memasukkan tindakan-tindakan untuk patogen atau penyakit yang tidak termasuk dalam daftar OIE (OIE listed), kecuali apabila negara pengimpor telah mengidentifikasikan patogen tersebut sebagai suatu risiko signifikan bagi negara tersebut, setelah melakukan suatu analisa risiko (risk analysis) menurut rekomendasi yang tercantum dalam Bab 2.1. TAHC (OIE website2 ). 2 OIE website. http://www.oie.int/fileadmin/Home/eng/Internationa_Standard_Setting/docs/pdf/EN_commodity-based _approach.pdf
  • 11. 4 Negara pengekspor harus siap memberikan informasi yang relevan untuk keamanan dari komoditi yang diperdagangkan sesuai permintaan negara pengimpor. Informasi mencakup hasil evaluasi sistem kesehatan hewan dan analisa risiko yang dilakukan negara lain. 1.3. INFORMASI PENYAKIT HEWAN INTERNASIONAL Akses perdagangan regional dan internasional seringkali dibatasi oleh adanya penyakit hewan menular tertentu, seperti PMK, bovine spongiform encephalopathy (BSE), contagious bovine pleuropneumonia (CBPP), Rift Valley fever (RVF), highly pathogenic avian influenza (HPAI), peste des petits ruminants (PPR), dan African swine fever (ASF). Sejumlah penyakit hewan tersebut bukan hanya menimbulkan ancaman terhadap kesehatan hewan, tetapi juga kesehatan manusia (penyakit zoonosis). Sebagian besar penyakit hewan menular tersebut sudah berhasil diberantas di sejumlah negara maju, akan tetapi keberadaan penyakit hewan menular di negara-negara berkembang menyebabkan akses terbatas kepada pasar yang lebih menguntungkan di negara-negara maju (Rich K.M. and Perry B.D., 2010 3 ). World Animal Health Information Database (WAHID) yang dibangun oleh OIE menyediakan beragam informasi yang komprehensif bagi suatu negara tertentu atau suatu wilayah atau suatu kelompok negara yang diseleksi sebagai berikut:  notifikasi segera (immediate notification) yang dilaporkan oleh Negara Anggota OIE sebagai respon terhadap kejadian penyakit yang terdeteksi di wilayahnya, disertai juga dengan laporan tindak lanjut (follow-up report) mengenai kejadian tersebut;  laporan enam bulanan (six-monthly report) yang menggambarkan situasi penyakit yang termasuk dalam daftar penyakit OIE (OIE listed diseases);  laporan tahunan (annual report) yang menyajikan latar belakang informasi lebih lanjut menyangkut kesehatan hewan, sistem kesehatan hewan dan fasilitas laboratorium dlsbnya. Dalam WAHID, juga bisa dilihat ada peta wabah penyakit (disease outbreak map) yang mengindikasikan lokasi kejadian penyakit yang dilaporkan dalam notifikasi segera atau laporan tindak lanjut. Peta penyebaran penyakit (disease distribution map) memperlihatkan ada atau tidaknya penyakit pada tingkat nasional dan sub-nasional, berdasarkan laporan enam bulanan. WAHID juga menyediakan laporan Negara Anggota mengenai situasi kesehatan hewannya per bulan. 3 Rich K.M. and Perry B.D. (2010). Whither Commodity-Based Trade? Norwegian Institute of International Affairs. NUPI Working Paper 776. Department of International Economics.
  • 12. 5 WAHID menyediakan juga sejarah pelaporan dari Negara Anggota untuk membantu menetapkan apakah informasi yang diperoleh dari WAHID dapat dipercaya dan terbaharui (up to date). WAHID memperbolehkan 2 (dua) Negara Anggota untuk diperbandingkan dalam kaitan dengan status penyakit, berdasarkan laporan enam bulanan terbaru. WAHID membagi patogen menurut kategori di bawah ini: a) ‘bahaya yang sangat mungkin terjadi’ (probable hazard) – patogen ada di negara pengekspor tetapi tidak ada di negara pengimpor; b) ‘bahaya yang mungkin terjadi’ (possible hazard) – patogen yang tidak tersedia informasinya atau informasinya kurang memadai; c) ‘bahaya yang tidak mungkin terjadi’ (unlikely to be hazard) – patogen tidak ada di kedua negara, atau ada hanya di negara pengimpor (OIE website2 ).
  • 13. 6 BAB II. PERDAGANGAN BERBASIS KOMODITI Pendekatan berbasis komoditi (commodity-based approach) dalam perdagangan hewan dan produk hewan adalah suatu opsi yang semakin menarik perhatian dunia. Meskipun pendekatan ini sebenarnya sudah lama dipraktekkan OIE seperti yang dapat dilihat dari dokumen yang bisa diunduh dari website OIE berjudul: “Devising import health measures for animal commodities” (http://www.oie.int/fileadmin/Home/eng/Internationa_Standard_Setting/docs/pdf/EN_commod ity-based_approach.pdf). Untuk lebih memahami apa yang dimaksudkan dengan pendekatan ini, maka pengertian mengenai ‘perdagangan berbasis komoditi’ (commodity-based trade) disampaikan dalam Boks 1 (Thomson G.R. et al, 20134 ). Pendekatan berbasis komoditi secara progresif diterapkan oleh OIE dalam penyusunan TAHC sejak September 2007, yang didasarkan atas perbedaan sifat antara satu penyakit dengan penyakit lainnya (OIE website5 ). TAHC menggunakan prinsip bahwa sejumlah komoditi hewan memiliki risiko penyakit yang berbeda-beda bergantung kepada penyakitnya. Sejumlah komoditi hewan tidak mengandung infektivitas yang bisa menulari hewan dan/atau manusia, sehingga aman untuk diperdagangkan atau digunakan. Namun sejumlah komoditi hewan lain bahkan dilarang untuk diperdagangkan atau digunakan, oleh karena mengandung infektivitas yang bisa menulari hewan dan/atau manusia. Dari perspektif historis, status bebas penyakit untuk seluruh wilayah negara merupakan upaya pencapaian utama dari setiap negara di dunia. Pada dekade belakangan ini, terjadi pergeseran paradigma dimana pendekatan bebas penyakit di suatu negara atau zona tidak lagi menjadi satu-satunya dasar untuk memfasilitas perdagangan yang aman. Pendekatan berbasis komoditi merupakan suatu pendekatan berbasis risiko (risk-based approach) yang dapat 4 Thomson G.R., Penrith M.L., Atkinson M.W., Thalwitzer S., Mancuso A., Atkinson S.J. and Osofsky S.A. (2013). International standards for commodities and products derived from animals: the need for a system that integrates food safety and animal disease management. Transboundary and Emerging Diseases, 60: 507-515. 5 http://www.oie.int/international-standard-setting/overview/commodity-based-approach/ BOKS 1: Perdagangan berbasis komoditi (commodity-based trade) Suatu alternatif yang dapat digunakan secara sendiri atau dengan kombinasi untuk memastikan bahwa produksi dan pemrosesan dari suatu komoditi tertentu dikelola sedemikan rupa, sehingga potensi bahaya keamanan pangan dan kesehatan hewan dapat direduksi sampai tingkat risiko yang masih dapat diterima.
  • 14. 7 digunakan untuk perdagangan yang aman dalam keadaan dimana status bebas penyakit sulit atau tidak tercapai (Modisane B.M. et al, 20136 ). Sebagaimana disampaikan di atas, fokus pendekatan berbasis komoditi adalah pada sifat- sifat produk (kualitas, keamanan pangan) daripada berpatokan kepada status penyakit negara asal. Sejumlah ahli yang mendukung pendekatan ini berargumentasi bahwa daging sapi tanpa tulang yang sudah dimaturasi secara tepat dan diuji pHnya (deboned, properly matured beef and pH tested) dianggap tidak akan menimbulkan ancaman bagi penularan PMK. Dalam hal ini sumber hewan dianggap terpisah atau independen dari risiko penyakit yang berasal dari daging (Rich K.M. and Perry B.D., 20097 ). Saat ini, daging tanpa tulang (deboned beef) menempati 84% dari perdagangan global daging sapi dan mengalami peningkatan dalam nilai paralel dengan total perdagangan daging sapi dan bagian non-karkas yang layak dimakan (edible offal) yaitu sebesar 11% per tahun8 . 2.1. OPSI KEBIJAKAN Tindakan mitigasi risiko dan fasilitasi perdagangan yang dikandung dalam OIE TAHC dan juga direkomendasikan dalam Perjanjian SPS, pada dasarnya merupakan opsi kebijakan sebagai berikut: 1. Negara bebas penyakit (country freedom from disease) – dengan atau tanpa vaksinasi untuk penyakit tertentu; 2. Zona bebas penyakit (zonal freedom from disease) – dengan atau tanpa vaksinasi; 3. Pembentukan kompartemen bebas penyakit (disease-free compartments); 4. Pemasaran komoditi aman (marketing of safe commodities) dari negara-negara atau wilayah tertular (contohnya daging sapi) dimana negara atau zona bebas penyakit tidak tercapai8 . Dengan mempertimbangkan bahwa kebanyakan negara-negara di Asia dan Afrika tidak pada posisi untuk berhasil memitigasi risiko untuk mencapai dan mempertahankan baik negara atau zona bebas penyakit (opsi kebijakan 1 dan 2), berbagai opsi kebijakan yang tersedia untuk membentuk kompartemen bebas penyakit atau melakukan pemasaran ‘komoditi aman’ untuk 6 Modisane B.M., Cipriano F., and Mapitse N.J. (2013). Animal Health Standards and International Trade. Presented at SDAC Regional Stakeholders Workshop on SPS Awareness Creation. 12-13 September 2013, Pretoria, South Africa. 7 Rich K.M. and Perry B.D. (2009). The economics of commodity-based trade. Proceedings of the 12th Symposium of the International Society for Veterinary Epidemiology and Economics, Durban, South Africa. T8- 2.4.1. 8 Are there opportunities for African countries to strenghten trade in animal products in compliance with international sanitary standards? Policy Brief. file:///C:/Users/samsung/Downloads/20130508_evt_20130418- 19_abidjan_bruckner_sanitary__standards_policy_brief_en%20(1).pdf.
  • 15. 8 perdagangan baik sebagai suatu tindakan fasilitasi secara tunggal atau kombinasi merupakan opsi kebijakan yang paling mungkin dilakukan (opsi kebijakan 3 dan 4). Dalam hal ini, kompartemen diartikan sebagai suatu unit usaha budidaya ternak dimana dilakukan tindakan biosekuriti yang ketat untuk menjamin dan melindungi hewan dari penyakit hewan selama periode waktu tertentu. Sedangkan zona diartikan sebagai suatu bagian wilayah di suatu negara yang disertifikasi bebas penyakit dan ada penjaminan bahwa status bebas tersebut dapat dipertahankan8 . Sedangkan ‘komoditi aman’ (safe commodity) berarti suatu produk hewan yang telah melalui suatu sistem tindakan mitigasi risiko dan setelah itu dapat dinyatakan aman, baik untuk tujuan kesehatan manusia dan hewan8 . Pengertian mengenai ‘komoditi aman’ seperti yang dimaksudkan oleh OIE disampaikan dalam Boks 2 berikut ini (Modisane B.M. et al, 20136 ). Mengingat hambatan dan prasyarat yang tidak dapat terpenuhi dalam mencapai negara atau zona atau kompartemen bebas penyakit, opsi paling diinginkan yang mungkin untuk diterapkan adalah melakukan tindakan-tindakan mitigasi risiko sebelum masuk ke dalam pasar perdagangan regional atau internasional produk hewan. Suatu kombinasi yang sangat mungkin dilakukan adalah dengan cara menerapkan kompartementalisasi bersamaan dengan suatu tindakan mitigasi risiko, seperti hazard analysis critical control points (HACCP) selama proses pra- dan pasca penyembelihan untuk menghasilkan suatu ‘komodti aman’ untuk perdagangan8 . Untuk suatu negara yang mengakui bahwa baik status bebas negara atau zona dari suatu penyakit atau sejumlah penyakit hewan menular tidak mudah dicapai, maka opsi kebijakan untuk menerapkan mitigasi risiko dalam situasi penyakit masih berjangkit merupakan opsi yang dipilih, yaitu melalui suatu kombinasi mulai dari: (i) mitigasi risiko pra-RPH, misalnya telah divaksin PMK selama paling kurang 2 (dua) kali, dipelihara selama 30 hari dalam kandang penampungan dlsbnya; (ii) mitigasi risiko di RPH, misalnya pemeriksaan ante dan post mortem, penerapan HACCP dlsbnya; dan (iii) mitigasi risiko selama dan setelah proses penyembelihan, misalnya pengawasan terhadap pelepasan tulang (deboning) dan kelenjar limfe (deglanding), pengwasan pH BOKS 2. Komoditi aman (safe commodity) Suatu komoditi yang dapat diperdagangkan tanpa membutuhkan tindakan-tindakan mitigasi risiko secara spesifik yang ditujukan terhadap suatu penyakit, infeksi atau infestasi tertentu dan terlepas dari status negara atau zona pengekspor untuk penyakit, infeksi atau infestasi tersebut.
  • 16. 9 < 6,0 dan proses maturasi selama 24 jam, HACCP untuk memastikan tidak ada kontaminasi silang (cross contamination) dlsbnya. Aplikasi standar seperti yang ditetapkan oleh OIE sudah tentu perlu direkomendasikan untuk dilakukan, tetapi dengan opsi untuk menerapkan tindakan-tindakan mitigasi risiko yang ekuivalen dengan konsultasi bersama mitra dagang8 . Pada umumnya semua rekomendasi yang ditetapkan dalam TAHC selalu disertai dengan persyaratan yang harus dipenuhi oleh negara pengekspor tercantum dalam sertifikasi veteriner internasional. Dalam konteks komodti produk hewan, TAHC mengklasifikasi menjadi produk hewan untuk konsumsi manusia, untuk pakan ternak, untuk penggunaan farmasetikal atau pembedahan (surgical) atau untuk penggunaan pertanian atau industri, kemudian semen, embryo/ova, produk biologis dan material patologik (Thomson G.R. et al, 20041) . 2.2. STANDAR-STANDAR PERDAGANGAN BERBASIS KOMODITI OIE menetapkan standar, pedoman dan rekomendasi dalam TAHC berbasis komoditi untuk memfasilitasi perdagangan internasional hewan dan produk hewan yang aman. Negara pengimpor dianjurkan untuk membuat keputusan apakah menerima atau menolak suatu importasi berdasarkan analisa risiko ilmiah sesuai dengan kewajiban yang tertuang dalam Perjanjian SPS. Pada dasarnya TAHC menjelaskan tentang rekomendasi OIE untuk setiap penyakit adalah sebagai suatu tindakan berbasis ilmiah terkait dengan risiko penularan agen penyebab penyakit dalam berbagai skenario epidemiologik melalui impor komoditi. Meskipun TAHC memberikan bebarapa alternatif pendekatan, seperti pengujian atau perlakuan terhadap produk, atau sumber hewan dari negara, zona atau kompartemen bebas penyakit, akan tetapi perspektif yang digunakan lebih menekankan pada pengendalian penyakit daripada untuk tujuan fasilitasi perdagangan. Dalam perjalanannya agar TAHC tetap relevan untuk perdagangan (trade friendly) tanpa memperbesar risiko penyebaran penyakit, maka OIE konsisten mengkaji ulang dan memperbaharui standar, pedoman dan rekomendasinya secara reguler (Connor R.J., 20099 ). Untuk menjelaskan bagaimana TAHC menggunakan prinsip berbasis komoditi sebagaimana diuraikan di atas, berikut ini digunakan sebagai contoh 3 (tiga) penyakit penting dalam perdagangan internasional hewan dan produk hewan yaitu penyakit mulut dan kuku (PMK), bovine spongiform encephalopathy (BSE) dan avian influenza (AI). 9 Connor R.J. (2009). Mobile pastoral systems and international zoosanitary standards. Devising a compatible approach. Humanitarian Policy Group. Overseas Development Institute, London, UK.
  • 17. 10 2.2.1. Penyakit mulut dan kuku TAHC Bab 8.8. mengklasifikasikan status negara terkait PMK sebagai berikut: (1) Negara atau zona bebas tanpa vaksinasi; (2) Negara atau zona bebas dengan vaksinasi; (3) Negara atau zona dengan pengendalian resmi (official control programme); (4) Negara atau zona tertular; dan (5) Kompartemen bebas. Konsep berbasis komoditi menyatakan bahwa risiko penyebaran PMK dapat dicapai melalui penjaminan bahwa produk asal hewan yang diperdagangkan telah diproduksi dengan cara-cara yang meminimalkan risiko penyebaran PMK dan tidak bergantung pada status PMK dari lokasi dari mana produk tersebut berasal. Pada dasarnya, ada berbagai cara mengelola risiko penyakit dari produk hewan yang menimbulkan risiko PMK minimal dibandingkan dengan sumber dari suatu lokasi bebas PMK. Daging sapi tanpa tulang (deboned beef) dianggap sebagai suatu komoditi sangat ‘aman’ dalam kaitannya dengan PMK sudah dijelaskan dalam suatu publikasi ilmiah (Thomson G.R. et al, 200910 ) dan dalam suatu laporan yang disusun mewakili OIE (Paton D.J. et al, 201011 ). Menyangkut komoditi ruminansia peka PMK (sapi, kerbau, kambing, domba, babi dlsbnya), TAHC hanya merekomendasikan untuk diimpor dari negara/zona bebas tanpa vaksinasi dan dari kompartemen bebas, dan sama sekali tidak merekomendasikan diimpor dari negara/zona bebas dengan vaksinasi atau negara/zona dengan pengendalian resmi atau negara/zona tertular PMK. Sedangkan untuk perdagangan di dalam suatu negara, TAHC merekomendasikan ruminansia dan babi domestik dapat diimpor dari negara/zona bebas dengan vaksinasi dan negara/zona dengan pengendalian resmi (lihat Tabel 1). Dalam TAHC, telah ditetapkan adanya suatu standar internasional yang menyatakan bahwa ekspor daging tanpa tulang yang berasal dari sapi dan kerbau domestik (Bubalis sp.) dapat diperdagangkan secara aman (Artikel 8.8.22.). Prinsip yang sama dapat diterapkan terhadap berbagai produk dari sapi perah dan produk daging olahan (Thomson G.R.12 ). 10 Thomson, G.R., Leyland, T.J. and Donaldson, A.I., 2009. De-boned beef – an example of a commodity for which specific standards could be developed to ensure an appropriate level of protection for international trade. Transboundary and Emerging Diseases, 56: 9-17. http://dx.doi.org/10.1111/j.1865-1682.2008.01054.x. 11 Paton D.J., Sinclair M. and Rodrigues R. (2010). Qualitative assessment of the risk for spread of foot-and mouth disease associated with international trade in deboned beef. Transboundary and Emerging Diseases, 57: 115-134. http://dx.doi.org/10.1111/j.1865-1682.2010.01137.x. 12 Thomson G.R. Foot-and-Mouth Disease (FMD). Marketing And Trade/Socio-Economics.University of Pretoria, Afrivet, OER Africa, OIE Collaborating Centre for Training in Integrated Livestock and Wildlife Health and Management.
  • 18. 11 Menurut OIE, proses-proses tertentu seperti pengalengan (canning), pemasakan secara menyeluruh dengan mempertahankan temperatur 70°C atau lebih selama minimum 30 menit, atau pengawetan (curing) dengan pengeringan dan penggaraman, kesemuanya dapat diterima sebagai cara-ecara efektif untuk menghancurkan virus PMK dalam daging (Artikel 8.8.31.). Oleh karena itu tidak ada alasan mengapa daging dan produk daging yang telah mendapatkan perlakuan seperti yang disampaikan di atas tidak dapat diekspor terlepas dari status PMK negara asal (Thomson G.R. and Penrith M.L., 201513 ). 13 Thomson G.R. and Penrith M.L. (2015). Guidelines for Implementation of a Value Chain Approach to Management of Foot and Mouth Disease Risk for Beef Exporting Enterprises in Southern Africa. Technical Report to the Wildlife Conservation Society’s AHEAD Program. 12 pp.
  • 19. 12 Tabel 1: Rekomendasi OIE untuk pemasukan hewan dan produk hewan terkait PMK No Jenis komoditi yang diimpor Negara/zona bebas tanpa vaksinasi Negara/zona bebas dengan vaksinasi Negara/zona tertular dengan pengendalian resmi Negara/zona tertular Kompartemen bebas 1. Hewan peka PMK 2. Ruminansia domestik dan babi 3. Semen cair ruminansia domestik & babi 4. Semen beku ruminansia domestik & babi 5. Embryo sapi in vivo 6. Embryo sapi in vitro 7. Daging segar dan produk daging hewan peka PMK 8. Daging segar dan produk daging ruminansia & babi 9. Daging segar sapi dan kerbau (tidak termasuk kaki, kepala & jeroan) 10. Produk daging hewan peka PMK 11. Susu dan produk susu yang ditujukan untuk konsumsi manusia dan sebagai produk asal hewan (dari hewan peka PMK) untuk penggunaan pakan atau untuk pertanian atau industri 12. Susu dan produk susu 13. Blood meal dan meat meal dari hewan
  • 20. 13 No Jenis komoditi yang diimpor Negara/zona bebas tanpa vaksinasi Negara/zona bebas dengan vaksinasi Negara/zona tertular dengan pengendalian resmi Negara/zona tertular Kompartemen bebas peka PMK 14. Wol, rambut, bulu, kulit mentah dari hewan peka PMK 15. Jerami dan pakan ternak (tumbuhan) 16. Kulit dan trophies dari satwa liar peka PMK Sumber: OIE TAHC Bab 8.8. (Artikel 8.8.10. s/d Artikel 8.8.29)
  • 21. 14 2.2.2. Bovine spongiform encephalophaty Dalam TAHC Bab 11.4., ada 3 (tiga) kategori status negara terkait BSE yaitu: (1) Negara dengan status ‘negligible BSE risk’; (2) Negara dengan status ‘controlled BSE risk’; dan (3) Negara dengan status ‘undetermined BSE risk’. OIE menjelaskan bahwa kategori seperti diatas tidak secara langsung bisa mengatasi banyaknya kejadian restriksi perdagangan yang tidak dapat dijustifikasi seperti yang terjadi saat ini. Mengingat hal ini berkaitan lebih kepada ketidakpatuhan terhadap rekomendasi OIE mengenai spesifik komoditi yang ada dalam TAHC (Wilson D., 200414 ). TAHC menyatakan bahwa ‘terlepas dari status BSE negara pengekspor’, otoritas veteriner harus memperbolehkan impor atau transit dari komoditi di bawah ini tanpa restriksi (lihat Tabel 2) sebagai berikut: 1) susu dan produk susu; 2) semen dan embryo sapi in vivo yang dikoleksi dan diproses sesuai dengan rekomendasi International Embryo Transfer Society; 3) lemak hewan bebas protein (protein-free tallow) (dengan tingkat maksimum ketidakmurnian larutan sebesar 0,15% dari berat) dan derivatnya yang terbuat dari lemak hewan; 4) dicalcium phosphate (tanpa ada jejak protein atau lemak); 5) kulit kasar dan kulit halus (hides and skins); 6) gelatin dan kolagen yang dipersiapkan secara ekslusif dari kulit kasar dan kulit halus. Rekomendasi TAHC untuk impor sapi hidup terkait BSE adalah bisa berasal dari negara/zona/kompartemen baik ‘negligible BSE risk’, ‘controlled BSE risk’ dan ‘undetermined BSE risk’. Khusus untuk sumber sapi dari negara/zona/kompartemen ‘negligible risk’, juga diatur tentang persyaratan apabila negara/zona/kompartemen tersebut memiliki kasus BSE pada sapi domestik (lihat Tabel 3). Sedangkan untuk daging segar diperbolehkan untuk diimpor secara aman dari negara manapun tidak tergantung pada status BSEnya, tetapi dengan restriksi yang lebih ketat. Untuk negara yang menunjukkan risiko BSE yang tinggi, tindakan-tindakan paling ketat dapat diterapkan terhadap sapi darimana daging tersebut berasal dan juga terhadap dagingnya sendiri. Untuk sejumlah komoditi tertentu sebagaimana ditetapkan dalam TAHC, tidak dapat diperdagangkan antar negara bahkan dari negara yang menunjukkan risiko BSE yang rendah 14 Wilson D. (2004). International standard and trade decisions. http://www.oie.int/doc/ged/D5005.PDF.
  • 22. 15 sekalipun, seperti: pakan daging dan tulang ruminasia (ruminant-derived meat-and-bone meal) atau bahan sisa lemak (greaves), atau setiap komoditi yang mengandung bahan tersebut (Artikel 11.4.13.).
  • 23. 16 Table 2: Komoditi aman dan komoditi yang dilarang untuk diperdagangkan terkait BSE No Komoditi aman (safe commodity) Artikel 11.4.1. No Komoditi yang dilarang untuk diperdagangkan (commodty should not be traded) Artikel 11.4.13. dan 11.4.14. 1. Susu dan produk susu 1. Pakan daging dan tulang ruminansia (ruminant meat-and-bone meal) atau bahan sisa lemak (greaves) atau komoditi lain yang mengandung produk tersebut, yang berasal dari negara, zona atau komparteman ‘negligible BSE risk’, apabila produk tersebut berasal dari kasus domestik (indigenous case) yang lahir sebelum pelarangan pakan (feed ban) diterapkan secara efektif. 2. Semen dan embryo sapi in vivo yang dikoleksi dan diproses menurut rekomendasi International Embryo Transfer Society 3. Kulit (hewan besar dan hewan kecil) 2. Pakan daging dan tulang ruminansia atau bahan sisa lemak, atau komoditi lain yang mengandung produk tersebut, yang berasal dari negara, zona atau kompartemen ‘controlled BSE risk’ dan ‘undetermined BSE risk’.4. Gelatin dan kolagen yang disiapkan secara ekslusif dari kulit (hewan besar dan hewan kecil) 5. Lemak hewan (tallow) dengan tingkat maksimum ketidakmurnian larutan sebesar 0,15% dari berat dan derivatnya yang terbuat dari lemak hewan 3. Tonsil dan ileum distal atau komoditi yang terkontaminasi dengan bahan tersebut dari sapi semua umur yang berasal dari negara, zona atau kompartemen ‘controlled BSE risk’ dan ‘undetermined BSE risk’ yang digunakan untuk makanan, pakan, fertiliser, kosmetik, farmasetikal termasuk bahan biologis atau peralatan medis. Begitu juga produk protein, makanan, pakan, fertiliser, kosmetik, farmasetikal atau peralatan medis yang dipersiapkan dengan menggunakan komoditi ini. 6. Dicalcium phosphate (tanpa ada jejak protein atau lemak) 7. Daging berotot tanpa tulang (deboned skeletal muscle meat) (kecuali ‘mechanically separated meat’) dari sapi yang tidak dilakukan proses ‘stunning’, sebelum disembelih, dengan suatu peralatan udara atau gas yang dikompres ke dalam rongga tengkorak (cranial cravity) atau dengan suatu proses ‘pithing’, dan lulus inspeksi ante- dan post-mortem dan dipersiapkan sedemikian rupa untuk mencegah kontaminasi dengan jaringan sapi yang dilarang untuk diperdagangkan 4. Otak, mata, tulang belakang, tengkorak dan kolom vertebral atau komoditi yang terkontaminasi dengan bahan tersebut dari sapi yang pada waktu disembelih berumur lebih dari 30 bulan yang berasal dari negara, zona atau kompartemen ‘controlled BSE risk’ yang digunakan untuk makanan, pakan, fertiliser, kosmetik, farmasetikal termasuk bahan biologis atau peralatan medis. Begitu juga produk protein, makanan, pakan, fertiliser, kosmetik, farmasetikal atau peralatan medis yang dipersiapkan dengan menggunakan komoditi ini.
  • 24. 17 No Komoditi aman (safe commodity) Artikel 11.4.1. No Komoditi yang dilarang untuk diperdagangkan (commodty should not be traded) Artikel 11.4.13. dan 11.4.14. 8. Darah dan produk sampingan darah (blood and blood by- products) dari sapi yang tidak melalui proses ‘stunning’, sebelum disembelih, dengan suatu peralatan injeksi udara atau gas yang dikompres ke dalam rongga tengkorak (cranial cavity), atau dengan suatu proses ‘pithing’. 5. Otak, mata, tulang belakang, tengkorak dan kolom vertebral atau komoditi yang terkontaminasi dengan bahan tersebut yang berasal dari sapi yang pada waktu disembelih berumur lebih dari 12 bulan yang berasal dari negara, zona atau kompartemen ‘undetermined BSE risk’ yang digunakan untuk untuk makanan, pakan, fertiliser, kosmetik, farmasetikal termasuk bahan biologis atau peralatan medis. Begitu juga produk protein, makanan, pakan, fertiliser, kosmetik, farmasetikal atau peralatan medis yang dipersiapkan dengan menggunakan komoditi ini. Sumber: OIE TAHC Bab 11.4. (Artikel 11.4.1., Artikel 11.4.13. dan Artikel 11.4.14.)
  • 25. 18 Tabel 3: Rekomendasi OIE untuk pemasukan hewan dan produk hewan terkait BSE No Jenis komoditi yang diimpor Negara/zona/ kompartemen ‘negligible BSE risk’ Negara/zona/ kompartemen ‘negligible BSE risk’ tapi ada kasus domestik Negara/zona/ kompartemen ‘controlled BSE risk’ Negara/zona/ kompartemen ‘Undetermined BSE risk’ 1. Semua komoditi dari sapi yang tidak termasuk dalam ‘kategori aman’ (lihat Tabel 2) 3. Sapi hidup 4. Daging segar dan produk daging (selain yang dimaksudkan dalam ‘kategori aman’) 5. Gelatin dan kolagen yang disiapkan dari tulang dan dimaksudkan untuk pangan atau pakan, kosmetik, farmaseutikal termasuk bahan biologis, atau peralatan medis 6. Lemak hewan (tallow) (selain yang dimaksudkan dalam kategori ‘aman) dan dimaksudkan untuk pangan, pakan, fertiliser, kosmetik, farmaseutikal termasuk bahan biologis, atau peralatan medis 7. Dicalcium phosphate daging (selain yang dimaksudkan dalam ‘kategori aman’) dan dimaksudkan untuk pangan, pakan, fertiliser, kosmetik, farmaseutikal termasuk bahan biologis, atau peralatan medis 8. Derivat lemak hewan (tallow derivatives) (selain yang dimaksudkan dalam ‘kategori aman’) dan dimaksudkan untuk pangan, pakan, fertiliser, kosmetik, farmaseutikal termasuk bahan biologis, atau peralatan medis Sumber: OIE TAHC Bab 11.4. (Artikel 11.4.6. s/d Artikel 11.4.16.)
  • 26. 19 2.2.3. Avian influenza Dalam TAHC Bab 10.4., status negara terkait avian influenza (AI) dibagi menjadi 3 (tiga) kategori yaitu: (1) Negara atau zona atau kompartemen bebas AI; (2) Negara atau zona atau kompartemen bebas HPAI pada unggas; (3) Negara atau zona atau kompartemen tertular AI. Status kesehatan hewan dari kategori (1) berarti bahwa dari hasil surveilans tidak ditemukan infeksi virus AI (baik HPAI maupun LPAI) pada unggas di negara/zona/kompartemen selama 12 bulan terakhir. Kategori (2) berarti dari hasil surveilans tidak ditemukan infeksi virus HPAI pada unggas selama 12 bulan terakhir. Kategori (3) berarti infeksi virus AI masih tetap berjangkit di negara/zona/kompartemen tersebut atau status AI tidak diketahui. Sebagaimana halnya dengan PMK dan BSE, rekomendasi perdagangan untuk AI didasarkan atas tingkat risiko berbeda yang ditimbulkan oleh virus AI untuk setiap komodti yang diperdagangkan (lihat Tabel 4). Hanya rekomendasi untuk ayam hidup (kecuali bibit ayam) yang dinyatakan harus berasal dari negara/zona/kompartemen bebas AI (Artikel 10.4.5.). Rekomendasi ini menunjukkan bahwa risiko penularan AI paling besar berasal dari impor ayam hidup. Bibit ayam, telur ayam tetas, telur untuk konsumsi manusia, semen ayam, dan daging ayam segar dapat berasal baik dari negara/zona/kompartemen bebas AI maupun bebas HPAI saja. Sejumlah produk unggas yang sudah mendapatkan perlakuan tertentu contohnya produk daging ayam, pakan bulu ayam, bulu ayam seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 4 (No. 12 s/d 16) dapat diperdagangkan tanpa bergantung kepada status negara/zona/kompartemen.
  • 27. 20 Tabel 4: Rekomendasi OIE untuk pemasukan hewan dan produk hewan terkait HPAI No Jenis komoditi yang diimpor Negara/zona/ kompartemen bebas AI Negara/zona/ kompartemen bebas HPAI pada unggas Negara/zona/ kompartemen tertular AI 1. Ayam hidup (kecuali bibit ayam) 2. Unggas selain ayam 3. Bibit ayam (day old live poultry) 4. Bibit unggas selain bibit ayam 5. Telur tetas (ayam) 6. Telur tetas (selain ayam) 7. Telur untuk konsumsi manusia 8. Produk telur (ayam) 9. Semen ayam 10. Semen unggas (selain semen ayam) 11. Daging ayam segar 12. Produk daging (ayam) 13. Produk asal unggas, selain pakan bulu (feather meal) dan pakan unggas (poultry meal) yang ditujukan untuk penggunaan dalam pakan ternak, atau untuk penggunaan di pertanian atau industri 14. Bulu kasar (feather) dan bulu halus (down) (ayam) 15. Bulu kasar dan bulu halus (selain ayam) 16. Pakan bulu (feather meal) dan pakan daging unggas (poultry meal) Sumber: OIE TAHC Chapter 10.4. (Artikel 10.4.5. s/d Artikel 10.4.24.)
  • 28. 21 BAB III. KESIMPULAN 1. Pendekatan berbasis komoditi (commodity-based approach) menjadi suatu alternatif lain yang dapat digunakan untuk memfasilitasi perdagangan hewan dan produk hewan yang aman, selain dari protokol pengakuan status negara atau zona atau kompartemen bebas penyakit seperti yang ditetapkan oleh OIE dalam TAHC. Landasan teknis yang digunakan adalah fakta bahwa komoditi yang berbeda mempresentasikan risiko penularan patogen yang berbeda bagi kesehatan hewan dan manusia. 2. Perdagangan ‘komoditi aman’ (safe commodities) yaitu hewan dan produk hewan yang telah teridentifikasi aman untuk diperdagangkan meskipun berasal dari negara masih dinyatakan tertular penyakit, dengan atau tanpa mitigasi risiko sebelum ekspor. 3. Standar, pedoman dan rekomendasi yang ditetapkan oleh OIE dalam TAHC dapat digunakan untuk menerapkan praktek-praktek manajemen risiko ilmiah dalam mengkaji ulang kebijakan-kebijakan masa lalu yang dianggap tidak lagi relevan dengan perkembangan globalisasi dan teknologi.