SlideShare a Scribd company logo
1 of 67
Download to read offline
ANALISA RISIKO
PENYAKIT HEWAN
drh Tri Satya Putri Naipospos,
MPhil, PhD
Bimtek Pemantauan Daerah Sebar
Hama Penyakit Hewan Karantina dan
Analisa Risiko
Balai Uji Terap Teknik dan Metoda
Karantina Pertanian, 11 Februari 2019
1
GARIS BESAR PRESENTASI
• Perspektif analisis risiko dalam
perdagangan internasional
• Kerangka analisis risiko menurut OIE
• Implementasi analisis risiko importasi
hewan dan produk hewan
2
PERSPEKTIF ANALISIS RISIKO DALAM
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
3
RELEVANSI ANALISIS RISIKO BAGI
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
• Sesuai dengan WTO Multilateral Trade Agreements (1995),
Agreement on the Application of Sanitary and Phytosanitary Measures
(Perjanjian SPS WTO) menetapkan aturan dasar bagi negara-negara
anggota dalam hal keamanan pangan dan persyaratan kesehatan
hewan dan tumbuhan.
• Artikel 5.1 WTO:
“Negara-Negara anggota harus memastikan bahwa tindakan-tindakan SPS
yang diimplementasikan harus berdasarkan pada suatu penilaian, yang
sedapat mungkin sesuai dengan kondisi, terhadap risikonya bagi kehidupan
atau kesehatan manusia, hewan atau tumbuhan, dengan memperhitungkan
teknik-teknik penilaian risiko (risk assessment) yang dikembangkan oleh
organisasi internasional yang relevan”.
 Organisasi internasional yang relevan adalah:
World Organization for Animal Health (Office International des Epizooties)
4
164 DARI 196 NEGARA-NEGARA DI DUNIA
ADALAH ANGGOTA WTO (2017) – 84%
5
Anggota Anggota, diwakili oleh Uni Eropa (EU)
Pengamat Bukan Anggota
DASAR ANALISIS RISIKO MENURUT
PERJANJIAN SPS WTO
• Perjanjian SPS WTO Artikel 5.1 adalah dasar dalam
menggunakan proses yang tertuang dalam:
➢ OIE Terrestrial Animal Health Code (2018) – Volume I:
Section 2; Chapter 2.1. Import Risk Analysis
• Selain penilaian terhadap risiko, konsep-konsep kunci
lainn yang terkandung dalam Perjanjian SPS WTO:
 Harmonisasi
 Ekuivalensi
 Regionalisasi dan kompartementalisasi
 Transparansi
 Notifikasi
6
HARMONISASI TINDAKAN-TINDAKAN SPS
• Pemerintah mendorong untuk “harmonisasi” standar-standar
kesehatan hewan berdasarkan standar-standar, pedoman-
pedoman, dan rekomendasi-rekomendasi internasional yang
dikembangkan oleh OIE.
• “Harmonisasi” artinya pembentukan, pengakuan dan
penerapan tindakan-tindakan SPS yang umum.
• Standar-standar nasional tidak melanggar Perjanjian SPS
hanya karena berbeda dengan norma-norma internasional
(tidak diharmonisasi):
 Persyaratan dapat lebih ketat
 Dijustifikasi berdasarkan analisis bukti ilmiah (scientific
evidence) dan risiko yang terlibat.
7
KONSEP OIE (CHAPTER 4.3)
• Pengakuan bahwa populasi hewan dengan
status kesehatan yang berbeda:
 Zona/Regionalisasi
 Basis geografik
 Kompartementalisasi
 Manajemen dan biosekuriti
8
REGIONALISASI (ZONA)
• Region/Zona:
berarti batasan yang jelas dari suatu wilayah
geografis (provinsi, pulau, beberapa pulau) yang
memiliki suatu subpopulasi hewan dengan status
kesehatan yang berbeda terkait dengan suatu
penyakit tertentu yang memerlukan diterapkannya
surveilans, pengendalian dan tindakan-tindakan
biosekuriti untuk tujuan perdagangan.
9
Perdagangan antar kabupaten/kota
Industri peternakan unggas di provinsi A
Zona/Regionalisasi = membentuk dan mempertahankan
suatu status bebas penyakit dari suatu subpopulasi hewan
berdasarkan basis geografis.
Perdagangan antar kabupaten/kota
ZONA (REGIONALISASI)
10
KOMPARTEMENTALISASI
• Kompartemen:
berarti satu atau lebih unit budidaya peternakan
yang berada dibawah sistim manajemen biosekuriti
yang sama yang memiliki suatu subpopulasi hewan
dengan status kesehatan berbeda terkait dengan
suatu penyakit tertentu atau sejumlah penyakit
tertentu yang memerlukan diterapkannya
surveilans, pengendalian dan tindakan-tindakan
biosekuriti untuk tujuan perdagangan.
11
Kompartementalisasi = membentuk dan mempertahankan
suatu status bebas penyakit dari suatu subpopulasi hewan
berdasarkan sistem manajemen dikaitkan dengan manajemen
dan biosekuriti.
KOMPARTEMENTALISASI
Industri peternakan unggas di provinsi A
Perdagangan antar kabupaten/kota
Perdagangan antar kabupaten/kota
12
ZONA DAN KOMPARTEMEN
• Konsep keduanya hampir sama.
• Perbedaannya adalah pada tanggung jawab
dalam penerapan tindakan-tindakan biosekuriti:
 Zona bebas penyakit → Pemerintah
 Kompartemen → Sektor swasta
• Perlu supervisi dan akreditasi yang ketat oleh
Dinas yang membidangi fungsi kesehatan hewan.
13
KERANGKA ANALISIS RISIKO
MENURUT OIE
14
TIDAK ADA RISIKO NOL!
15
BAHAYA (HAZARD) adalah
sesuatu yang potensial
membahayakan
RISIKO adalah kemungkinan
suatu bahaya menyebabkan
kerusakan
BAHAYA RISIKO
KONSEP ANALISA RISIKO
• Apa itu risiko?
• Apa itu analisa risiko (risk analysis) ?
• Apa itu penilaian risiko (risk assessment)?
• Apa itu proses penilaian risiko?
16
APA ITU RISIKO?
• Kemungkinan terjadinya dan kemungkinan
luasnya magnituda dampak (biologik &
ekonomi) dari suatu peristiwa atau pengaruh
yang merugikan terhadap kesehatan hewan
atau manusia.
Sumber: OIE Terrestrial Animal health Code 2011 (glossary)
17
ELEMEN RISIKO
• Probabilitas (kemungkinan atau peluang) dari
terjadinya suatu peristiwa yang merugikan (bahaya)
• Dampak (atau konsekuensi)
 Biologik
 Ekonomi
• Ketidakpastian (uncertainty)
• Kemampuan untuk mengelola risiko
18
KETIDAKPASTIAN
(UNCERTAINTY)
• Tidak ada nilai yang pasti untuk setiap
parameter.
• Diperlukan untuk menghasilkan suatu estimasi
yang menggabungkan ketidakpastian dan
variabilitas.
• Menggunakan program simulasi.
PERTANYAAN-PERTANYAAN KRITIS YANG
MEMBENTUK ANALISA RISIKO BERBASIS
KESEHATAN HEWAN
• Apa yang bisa menjadi salah (What can go wrong)?
• Seberapa mungkin suatu peristiwa atau peristiwa-
peristiwa itu terjadi?
• Jika peristiwa atau peristiwa-peristiwa terjadi, apa
dampak biologik dan ekonominya?
20
APA ITU ANALISA RISIKO?
• Organisasikan bagaimana cara untuk menjawab dan
juga menggabungkan ke-tiga pertanyaan di bawah
ini:
– Apa yang bisa dilakukan untuk mengubah (memitigasi)
risiko?
– Apa yang harus dilakukan untuk menerapkan mitigasi?
– Siapa yang perlu diinformasikan?
– Apa/bagaimana informasi dikomunikasikan?
Sumber: OIE Terrestrial Animal Health Code (2016) - Vol I: Section 2; Chapter 2.1.
http://www.oie.int/index.php?id=169&L=0&htmfile=chapitre_1.2.1.htm
21
ANALISA RISIKO
Identifikasi
Bahaya
Penilaian
Risiko
Manajemen
Risiko
Komunikasi Risiko
Apa yang bisa menjadi salah?
• Seberapa mungkin peristiwa itu terjadi?
• Jika peristiwa itu terjadi, apa konsekuensi
biologik dan ekonomi-nya?
• Apa yang bisa dilakukan untuk
mengubah (memitigasi) risiko?
• Apa yang harus dilakukan
untuk menerapkan mitigasi?
• Siapa yang perlu diinformasikan?
• Apa/bagaimana informasi dikomunikasikan?
22
KAPAN MELAKUKAN ANALISIS RISIKO?
• Apabila mengimpor suatu produk atau spesies baru
• Apabila mengimpor dari suatu negara/zona baru
• Apabila status kesehatan hewan dari suatu negara
atau zona mengalami perubahan
• Selama proses regionalisasi
• Untuk promosi ekspor komoditi
23
APA YANG TIDAK DILAKUKAN
DENGAN ANALISA RISIKO?
• Tidak dapat menetapkan tingkat risiko yang dapat
diterima (acceptable risk level)
• Tidak dapat menerangkan dengan pasti kapan/jika
suatu suatu agen penyakit diintroduksi atau apa
konsekuensi yang akan terjadi
• Tidak dapat menetapkan kebijakan
• HANYA menyediakan input bagi pengambilan
keputusan
24
APA ITU PENILAIAN RISIKO?
Evaluasi kemungkinan masuknya,
berkembangnya, dan menyebarnya suatu
penyakit dan kaitannya dengan potensi dampak
biologik dan ekonomi terhadap kesehatan
hewan dan/atau kesehatan masyarakat.
25
PENILAIAN RISIKO
• Terdiri dari:
– Penilaian pelepasan (Entry/release assessment)
– Penilaian pendedahan (Exposure assessment)
– Penilaian dampak (Consequence assessment)
▪ Biologik
▪ Ekonomi
– Estimasi risiko (Risk estimation)
Sumber: OIE Terrestrial Animal Health Code (2016) - Vol I: Section 2; Chapter 2.1.
http://www.oie.int/index.php?id=169&L=0&htmfile=chapitre_1.2.1.htm
26
Penilaian Pelepasan
Penilaian Pendedahan
Penilaian Dampak
Estimasi Risiko
Bagaimana penyakit tersebut dapat masuk
ke negara kita?
─ Apa jenis komoditi yg diperdagangkan?
─ Apa komoditi tersebut membawa penyakit?
─ Bagaimana prevalensi penyakit?
─ Apakah ada program pengendalian?
Jika penyakit masuk ke negara kita,
bagaimana hewan rentan dapat terdedah?
- Media pembawa penyakit
- Metode transpor
- Populasi berisiko/rentan
- Cara penularan
Jika penyakit sudah muncul, apa dampak
yang ditimbulkan?
- Biaya-biaya pengendalian wabah,
depopulasi, kompensasi
Estimasi Risiko = Penilaian Pelepasan x
Penilaian Pendedahan x Penilaian Dampak
Batas negara
27
KOMPONEN ANALISIS RISIKO
(OIE ANIMAL HEALTH CODE)
Komunikasi Risiko
Manajemen
Risiko
Identifikasi
Bahaya
Penilaian
Risiko
Penilaian
pelepasan
Penilaian
pendedahan
Penilaian
dampak
28
TIPE ANALISIS RISIKO
• Kuantitatif
• Kualitatif
29
ANALISIS RISIKO KUANTITATIF
Kelebihan
• Lebih mendalam
• Perlu diketahui tentang
probabilitas terjadinya
kejadian merugikan
• Pengambilan keputusan
berdasarkan informasi
Kelemahan
• Memerlukan waktu
• Memerlukan kualitas data
yang baik
• Tidak mungkin diaplikasikan
pada semua keadaan
30
ANALISIS RISIKO KUALITATIF
Kelebihan
• Lebih cepat
• Dapat diaplikasikan
untuk lingkup keadaan
yang lebih luas
Kelemahan
• Kurang mendalam
• Tidak menyediakan suatu
probabilitas kejadian
yang merugikan dalam
bentuk numerik
• Pengambilan keputusan
kurang tepat
31
BAHAYA (HAZARD)
• Sumber kerusakan/gangguan yang potensial
• Penyebab kejadian yang merugikan
32
IDENTIFIKASI BAHAYA
• Identifikasi agen patogen (hama penyakit
hewan karantina) yang dihubungkan dengan
produk atau spesies
• Menentukan penyakit yang ada di negara
atau zona pengekspor
• Menentukan validitas tindakan-tindakan SPS
• Menbangun prioritas
33
IMPLEMENTASI IDENTIFIKASI BAHAYA
(HAZARD IDENTIFICATION)
• Identifikasi dan gambarkan ancaman utama yang
dihadapi.
• Monitoring secara konstan dilakukan terhadap
status internasional dan evolusi wabah-wabah
penyakit hewan menular lintas batas.
• Monitoring literatur ilmiah terkini.
• Fungsi rutin dari unit yang menangani epidemiologi
dari suatu kelembagaan kesehatan hewan nasional.
34
Agen
patogen
Kriteria identifikasi bahaya Bahaya
(hazard)
(Ya/tidak)
Dapat
menimbulkan
dampak
Ada di
negara
pengekspor
Kejadian
penyakit di
Indonesia
Agen 1 Ya Ya Tidak ada Ya
Agen 2 Tidak Ya Tidak ada Tidak
Agen 3 Ya Tidak Tidak ada Tidak
Agen 4 Ya Ya Ada: Tidak
dikontrol
Tidak
Lengkapi bahaya yang dapat diidentifikasi ….
IDENTIFIKASI BAHAYA
(HAZARD IDENTIFICATION)
• Penyakit diketahui akan menular terhadap hewan atau
bersumber dari komoditi yang akan dimasukkan.
• Penyakit diketahui ada di provinsi/kabupaten/kota pengirim.
35
PENILAIAN PEMASUKAN
(ENTRY/RELEASE ASSESSMENT)
• Terangkan alur biologik (biological pathway) yang
diperlukan untuk suatu kegiatan pemasukan dalam
merilis (mengintroduksikan) suatu patogen ke dalam
suatu lingkungan
–Analisis Alur (Pathways analysis)
• Estimasikan probabilitas untuk terjadinya suatu proses
yang komplit, kualitatif (dalam kata-kata) atau
kuantitatif (sebagai suatu estimasi numerik)
36
ANALISIS ALUR
(PATHWAYS ANALYSIS)
• Penilaian sistematis dari alur (pathways) dimana suatu
agen penyakit hewan eksotik kemungkinan masuk dari
negara lain ke Indonesia dan berkembang menjadi
suatu wabah penyakit pada hewan dan/atau manusia
• Juga diterapkan untuk menggambarkan alur dimana
suatu agen penyakit hewan domestik kemungkinan
menyebar dari suatu provinsi ke provinsi lain atau dari
kabupaten/kota ke kabupaten/kota lain di provinsi
yang sama atau di provinsi yang lain
37
MANFAAT ANALISIS ALUR
• Penilaian risiko (Risk assessment)
• Perencanaan surveilans bertarget
(Targeted surveillance planning)
• Kesiapsiagaan darurat dan respon
(Emergency preparedness and response)
38
LANGKAH-LANGKAH
ANALISIS ALUR
Langkah 1:
Kembangkan pemahaman tentang interaksi
hospes, agen, dan lingkungan (epidemiologi)
dari suatu penyakit hewan eksotik yang telah
diidentifikasi berdasarkan literatur ilmiah,
opini ahli (expert opinion), pengalaman
pribadi (personal experience) atau sumber-
sumber informasi lainnya.
39
LANGKAH-LANGKAH
ANALISIS ALUR
Langkah 2:
Kembangkan suatu daftar potensi alur
masuknya agen penyakit dari negara
pengekpsor ke suatu populasi hewan peka
dan/atau populasi manusia di negara
pengimpor.
40
LANGKAH-LANGKAH
ANALISIS ALUR
Langkah 3:
Evaluasi kelayakan dari setiap alur.
41
LANGKAH-LANGKAH
ANALISIS ALUR
Langkah 4:
Identifikasi tingkat probabilitas untuk
setiap alur yang mungkin dilalui oleh agen
penyakit untuk bisa masuk dari negara
pengekspor ke negara pengimpor.
42
Gap dalam pengetahuan kita mengenai
penyakit eksotik tersebut akan mengurangi
kepastian dari kepercayaan terhadap
kelayakan suatu alur (pathway) atau
sejumlah alur (pathways).
43
PENILAIAN EKSPOSUR
(EXPOSURE ASSESSMENT)
• Menerangkan alur biologik (biological pathway) yang
diperlukan untuk pendedahan atau pendedahan-
pendedahan oleh hewan ke hewan lain atau ke manusia di
negara pengimpor terhadap bahaya (hazards) yang
dilepaskan dari suatu sumber risiko tertentu di negara
pengekspor.
• Estimasi probabilitas dari pendedahan atau pendedahan-
pendedahan itu terjadi, baik secara kualitatif (dalam kata-
kata) atau kuantitatif (sebagai estimasi numerik) untuk:
– hewan dan/atau orang
44
PENILAIAN DAMPAK
(CONSEQUENCE ASSESSMENT)
• Terangkan hubungan antara pendedahan tertentu dengan
suatu agen biologik dan dampak dari pendedahan:
– Dampak langsung (Direct consequences)
• Infeksi hewan, kematian hewan dan kehilangan produksi
• Dampak terhadap kesehatan masyarakat
– Dampak tidak langsung (Indirect consequences)
• Biaya surveilans dan pengendalian
• Biaya kompensasi
• Kehilangan potensi perdagangan
• Dampak yang merugikan terhadap lingkungan
45
ESTIMASI RISIKO
(RISK ESTIMATION)
• Integrasi dari hasil-hasil yang diperoleh dari:
 Penilaian pelepasan (Release assessment)
 Penilaian pendedahan (Exposure assessment)
 Penilaian dampak (Consequence assessment)
JENIS-JENIS ANALISA RISIKO
• Analisa Risiko Impor (Import Risk Analysis)
- Analisa Risiko Impor Hewan Hidup
- Analisa Risiko Impor Produk Hewan
- Analisa Risiko Impor Produk Asal Hewan
• One Health Analisis Risiko (One Health Risk Analysis)
• Analisis Risiko Satwa Liar (Wildlife Disease Risk Analysis)
• Penilaian Risiko Wabah Penyakit Hewan (Risk Assessment for
Animal Disease Outbreaks)
• Penilaian Risiko Keamanan Pangan (Risk Assessment for Food
Safety)
• Penilaian Risiko Resistensi Antimikroba (Risk Assessment for
Antimicrobial Resistance)
47
IMPLEMENTASI ANALISIS RISIKO
IMPORTASI HEWAN DAN PRODUK HEWAN
48
Analisa Risiko Impor
Kualitatif Pemsaukan
Daging Beku dari
India ke Indonesia
Keputusan
DIterima
Evaluasi Siskeswannas
Evaluasi Zona dan
Regionalisasi
Evaluasi Surveilans dan
Monitoring Kesehatan Hewan
Permintaan Importasi
Inisiasi Proses
Identifikasi Bahaya
Penilaian Risiko:
-Penilaian Pelepasan
-Penilaian Pendedahan
-Penilaian Dampak
-Estimasi Risiko
Manajemen Risiko
Evaluasi Risiko
Evaluasi Opsi
Implementasi
Monitoring & Kajiulang
Laporan Penilaian Risiko
Komunkasi Risiko
PROSES ANALISA
RISIKO IMPOR
Kajiulang
Ditolak
Importasi
49
REKOMENDASI OIE UNTUK IMPORTASI
HEWAN HIDUP DAN PRODUK HEWAN
• Rekomendasi importasi hewan hidup, daging, produk
daging, embryo, semen dlsbnya ke negara-negara
bebas PMK dibuat oleh OIE yang tertuang dalam
Terrestrial Animal Health Code (TAHC).
• Rekomendasi-rekomendasi OIE tersebut didasarkan atas
pengetahuan terkini mengenai virus PMK, begitu juga
mengenai patogenesis dan epidemiologi PMK.
• Kesemuanya itu dibuat untuk mengurangi risiko importasi
virus PMK melalui tindakan-tindakan pengamanan yang
cukup praktis atau dapat dipraktekkan (reasonably
practicable).
50
SYARAT YANG HARUS DIPENUHI SEHINGGA
DAGING IMPOR DAPAT MENULARKAN PENYAKIT
1. Penyakit tersebut harus ada di negara asal.
2. Penyakit tersebut harus ada pada hewan tertentu (atau daging
harus terkontaminasi selama pemrosesan berlangsung).
3. Agen patogen harus ada dalam jaringan daging yang diimpor.
4. Daging yang tertular penyakit tersebut harus lolos dari inspeksi.
5. Agen patogen dalam daging harus tahan (survive) terhadap
penyimpanan dan pemrosesan, dan tetap ada.
6. Agen patogen harus mampu menimbulkan infeksi melalui jalan oral.
7. Potongan produk daging yang terkontaminasi harus menemukan
jalan untuk memasuki hewan yang speciesnya cocok pada dosis
yang tepat untuk menimbulkan infeksi.
51
APPROPRIATE LEVEL OF PROTECTION (ALOP)
• ALOP Indonesia untuk PMK belum ditetapkan secara
resmi.
• ALOP yang digunakan merujuk kepada analisis risiko
yang pernah dilakukan untuk pemasukan daging dari
Brazil (TARI Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner,
2008), maka untuk kepentingan RA ini ditetapkan ALOP
Indonesia terkait PMK adalah ‘Diabaikan’.
• Sebagai perbandingan, Australia memiliki status bebas
PMK yang diakui OIE, menetapkan ALOP di tingkat
‘Sangat rendah’ (ACT Biosecurity Strategy, 2015 ).
52
STATUS INDIA SEBAGAI NEGARA YANG MEMILIKI
PROGRAM PENGENDALIAN RESMI PMK MENURUT OIE
53
PENGAKUAN OIE BAGI NEGARA DENGAN
‘PROGRAM PENGENDALIAN RESMI PMK’
Withdrawal
of the
endorsement
of FMD
official control
programme
Artikel 1.6.11.: Prinsip-prinsip
Umum Prosedur Untuk ‘Self-
declaration’ dan Pengakuan
secara resmi oleh OIE
Rekonfirmasi setiap tahun
54
PERSYARATAN IMPORTASI DARI NEGARA YANG
MEMILIKI PROGRAM PENGENDALIAN RESMI PMK
• Chapter 8.8.22:
 Persyaratan-persyaratan terkait dengan vaksinasi,
kesehatan, biosekuriti, transportasi dan pemotongan hewan
yang meminimalkan kemungkinan hewan yang dipotong di
Rumah Potong Hewan (RPH) terinfeksi virus PMK.
• Keseluruhan konsinyasi daging untuk ekspor harus:
1) berasal dari karkas tanpa tulang (deboned carcasses) dengan
limfoglandula utama telah dihilangkan (Artikel 8.8.22.2a);
2) dilayukan sekurang-kurangnya selama 24 jam setelah
dipotong (Artikel 8.8.22.2b); dan
3) memiliki pH < 6,0 yang diukur ditengah-tengah otot
longissimus dorsi (Artikel 8.8.22.2b).
55
FAKTA ILMIAH VIRUS PMK
• Virus PMK tidak dapat bertahan hidup pada
limfoglandula, tulang dan pembuluh darah
pada pH < 6,0.
• Virus PMK musnah dalam jaringan otot
apabila pH < 6,0 sebagai akibat dari rigor
mortis (Cottral et al., 1960).
56
EVALUASI PROBABILITAS MASUKNYA PMK
KE NEGARA BEBAS PMK
• Probabilitas sumber hewan dari wilayah negara terinfeksi PMK.
• Probabilitas hewan terinfeksi virus PMK masuk ke dalam rantai
pemotongan.
• Probabilitas daging berasal dari hewan terinfeksi yang
mengalami viraemia.
• Probabilitas daging mengandung partikel-partikel virus yang
infeksius pada saat tiba di negara pengimpor.
• Probabilitas hewan peka di negara pengimpor terdedah
dengan daging yang mengandung virus PMK yang infeksius.
• Probabilitas hewan terdedah dengan daging yang mengandung
virus PMK dalam dosis yang infeksius, kemudian penyakit
berkembang, dan mampu menyebabkan infeksi selanjutnya.
57
NOMENKLATUR UNTUK KEMUNGKINAN
KUALITATIF (QUALITATIVE LIKELIHOOD)
58
Kemungkinan (likelihood) Definisi deskriptif
Tinggi (High) Hal yang sangat mungkin terjadi
Moderat (Moderate)
Hal yang mungkin terjadi dengan
probabilitas yang sama
Rendah (Low) Hal yang tidak mungkin terjadi
Sangat rendah (Very low) Hal yang sangat tidak mungkin terjadi
Ekstrim rendah (Extremely
low)
Hal yang ekstrimnya cenderung tidak
terjadi
Diabaikan (Negligible) Hal yang hampir pasti tidak terjadi
Sumber: Pearce C. (2013). Advice on the risk estimation matrix used by DAFF Biosecurity
as part of the Import Risk Analysis Process. Wellington, NZ. Risk Management Ltd.
MATRIKS KATEGORI RISIKO
59
Tinggi Moderat Rendah
Sangat
rendah
Ekstrim
rendah
Diabaikan
Tinggi Tinggi Moderat Rendah
Sangat
rendah
Ekstrim
rendah
Diabaikan
Moderat Moderat Rendah Rendah
Sangat
rendah
Ekstrim
rendah
Diabaikan
Rendah Rendah Rendah
Sangat
rendah
Sangat
rendah
Ekstrim
rendah
Diabaikan
Sangat
rendah
Sangat
rendah
Sangat
rendah
Sangat
rendah
Ekstrim
rendah
Ekstrim
rendah
Diabaikan
Ekstrim
rendah
Ekstrim
rendah
Ekstrim
rendah
Ekstrim
rendah
Ekstrim
rendah
Diabaikan Diabaikan
Diabaikan Diabaikan Diabaikan Diabaikan Diabaikan Diabaikan Diabaikan
Sumber: Pearce C. (2013). Advice on the risk estimation matrix used by DAFF Biosecurity
as part of the Import Risk Analysis Process. Wellington, NZ. Risk Management Ltd.
60
Penilaian
Pelepasan
Daging
Beku dari
India ke
Indonesia
PROBABILITAS MASUKNYA VIRUS PMK
DARI INDIA (LIKELIHOOD OF ENTRY)
61
Probabilitas Perkalian tingkat risiko PMK Hasil
P1
Prevalensi (Tinggi) x Surveilans (Moderat) x
Vaksinasi (Rendah) x Dipelihara 3 bulan (Rendah)
Sangat rendah
P2
Tidak di kandang penampungan 30 hari (Tinggi) x
Tidak ditemukan kasus radius 10 Km (Rendah)
Rendah
P3 Surat jalan (Moderat) x Alat angkut (Rendah) Rendah
P4 Pemeriksaan kesehatan (Rendah) x Kartu vaksinasi
(Rendah)
Sangat rendah
P5 Identifikasi ternak (Moderat) x Kandang
penampungan (Rendah) x Ante dan post mortem
(Rendah) x Pelepasan limfoglandula (Rendah) x
Pelayuan (Rendah) x Pemeriksaan pH (Moderat)
Sangat rendah
P6 Pelepsan tulang (Rendah) Rendah
P7 Pengemasan dan pelabelan (Ekstrim rendah) x
Persyaratan alat angkut (Rendah)
Ekstrim rendah
P1 x P2 x P3 x P4 x P5 x P6 x P7 DIABAIKAN
62
Penilaian Pendedahan Daging Beku
dari India ke Indonesia
PROBABILITAS TERDEDAHNYA TERNAK DI
INDONESIA (LIKELIHOOD OF EXPOSURE)
63
Probabilitas Perkalian tingkat risiko PMK Hasil
P1
Pemeriksaan dokumen (Ekstrim rendah) x
Pemeriksaan fisik (Sangat rendah)
Ekstrim rendah
P2
NKV (Sangat rendah) x Pengawasan Dinas (Ekstrim
rendah)
Ekstrim rendah
P3 NKV (Rendah) x Pengawasan Dinas (Ekstrim rendah) Ekstrim rendah
P4 Penanganan dan pengolahan (Ekstrim rendah) Ekstrim rendah
P1 x P2 x P3 x P4 DIABAIKAN
PENILAIAN DAMPAK
(CONSEQUENCE ASSESSMENT)
• Dampak utama dari munculnya wabah PMK di Indonesia
adalah dampak ekonomi langsung berupa penurunan produksi
baik bagi peternak sapi rakyat dan peternakan sapi
komersial.
• Sebenarnya kerugian terbesar dari wabah PMK adalah
dampak perdagangan, tetapi tidak terlalu penting bagi
Indonesia mengingat Indonesia bukan negara eksportir hewan
dan produk hewan yang signifikan.
• Dampak langsung PMK terhadap produksi, konsumen maupun
perdagangan bisa berlangsung lama bergantung kepada
magnituda wabah dan strategi pemberantasan.
• Probabilitas dampak munculnya wabah PMK adalah ‘TINGGI’.
64
MATRIKS ESTIMASI RISIKO
65
Tahapan Analisa Risiko Risiko
Probabilitas masuknya virus PMK dari India
(Penilaian pelepasan)
DIABAIKAN
Probabilitas terdedahnya ternak di Indonesia
(Penilaian pendedahan)
DIABAIKAN
Penilaian dampak TINGGI
Diabaikan x Diabaikan x Tinggi DIABAIKAN
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
• Berdasarkan penilaian risiko (Risk Assessment) secara
kualitatif, dapat disimpulkan bahwa estimasi risiko
(Risk estimation) masuknya PMK dari India ke
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
melalui daging kerbau tanpa tulang (deboned
buffalo meat) adalah ‘diabaikan’ (sama dengan
ALOP Indonesia), sehingga pemasukan daging
kerbau tanpa tulang dari India ke wilayah NKRI
dapat dilakukan.
66
TERIMA KASIH
67

More Related Content

What's hot

Kesiapsiagaan Penyakit Mulut dan Kuku - Rapat Koordinasi Balai Besar Veterine...
Kesiapsiagaan Penyakit Mulut dan Kuku - Rapat Koordinasi Balai Besar Veterine...Kesiapsiagaan Penyakit Mulut dan Kuku - Rapat Koordinasi Balai Besar Veterine...
Kesiapsiagaan Penyakit Mulut dan Kuku - Rapat Koordinasi Balai Besar Veterine...Tata Naipospos
 
Persyaratan Pemasukan Sapi Dari Negara Berisiko Tinggi PMK - Pusat KH dan Keh...
Persyaratan Pemasukan Sapi Dari Negara Berisiko Tinggi PMK - Pusat KH dan Keh...Persyaratan Pemasukan Sapi Dari Negara Berisiko Tinggi PMK - Pusat KH dan Keh...
Persyaratan Pemasukan Sapi Dari Negara Berisiko Tinggi PMK - Pusat KH dan Keh...Tata Naipospos
 
Masuk dan Menyebarnya LSD dan PMK di Indonesia - PDHI Riau-KEMIN Indonesia, P...
Masuk dan Menyebarnya LSD dan PMK di Indonesia - PDHI Riau-KEMIN Indonesia, P...Masuk dan Menyebarnya LSD dan PMK di Indonesia - PDHI Riau-KEMIN Indonesia, P...
Masuk dan Menyebarnya LSD dan PMK di Indonesia - PDHI Riau-KEMIN Indonesia, P...Tata Naipospos
 
Kajian singkat Lumpy Skin Disease - Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019
Kajian singkat Lumpy Skin Disease -  Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019Kajian singkat Lumpy Skin Disease -  Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019
Kajian singkat Lumpy Skin Disease - Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019Tata Naipospos
 
Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...
Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...
Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...Tata Naipospos
 
Persyaratan Negara atau Zona Bebas PMK Menurut WOAH - Ditkeswan-AIHSP, Bogor,...
Persyaratan Negara atau Zona Bebas PMK Menurut WOAH - Ditkeswan-AIHSP, Bogor,...Persyaratan Negara atau Zona Bebas PMK Menurut WOAH - Ditkeswan-AIHSP, Bogor,...
Persyaratan Negara atau Zona Bebas PMK Menurut WOAH - Ditkeswan-AIHSP, Bogor,...Tata Naipospos
 
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...Tata Naipospos
 
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...Tata Naipospos
 
Penyakit-Penyakit Yang Wajib Dilaporkan (Notifiable Diseases) - Ditkeswan, 1 ...
Penyakit-Penyakit Yang Wajib Dilaporkan (Notifiable Diseases) - Ditkeswan, 1 ...Penyakit-Penyakit Yang Wajib Dilaporkan (Notifiable Diseases) - Ditkeswan, 1 ...
Penyakit-Penyakit Yang Wajib Dilaporkan (Notifiable Diseases) - Ditkeswan, 1 ...Tata Naipospos
 
Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...
Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...
Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...Tata Naipospos
 
Pentingnya Analisis Risiko Dalam Fungsi Karantina Hewan - Pusat KH dan Kehani...
Pentingnya Analisis Risiko Dalam Fungsi Karantina Hewan - Pusat KH dan Kehani...Pentingnya Analisis Risiko Dalam Fungsi Karantina Hewan - Pusat KH dan Kehani...
Pentingnya Analisis Risiko Dalam Fungsi Karantina Hewan - Pusat KH dan Kehani...Tata Naipospos
 
Situasi, Epidemiologi dan Mitigasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Daring Pusat KH...
Situasi, Epidemiologi dan Mitigasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Daring Pusat KH...Situasi, Epidemiologi dan Mitigasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Daring Pusat KH...
Situasi, Epidemiologi dan Mitigasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Daring Pusat KH...Tata Naipospos
 
Tantangan Peternakan dan Strategi Pengendalian Pasca Masuknya LSD - BVet Meda...
Tantangan Peternakan dan Strategi Pengendalian Pasca Masuknya LSD - BVet Meda...Tantangan Peternakan dan Strategi Pengendalian Pasca Masuknya LSD - BVet Meda...
Tantangan Peternakan dan Strategi Pengendalian Pasca Masuknya LSD - BVet Meda...Tata Naipospos
 
Penerapan Konsep 'One Health' di Peternakan dan Pasar Unggas dengan Mengoptim...
Penerapan Konsep 'One Health' di Peternakan dan Pasar Unggas dengan Mengoptim...Penerapan Konsep 'One Health' di Peternakan dan Pasar Unggas dengan Mengoptim...
Penerapan Konsep 'One Health' di Peternakan dan Pasar Unggas dengan Mengoptim...Tata Naipospos
 
Komunikasi Risiko Pemasukan Ternak & Produk Hewan dari Negara Belum Bebas PMK...
Komunikasi Risiko Pemasukan Ternak & Produk Hewan dari Negara Belum Bebas PMK...Komunikasi Risiko Pemasukan Ternak & Produk Hewan dari Negara Belum Bebas PMK...
Komunikasi Risiko Pemasukan Ternak & Produk Hewan dari Negara Belum Bebas PMK...Tata Naipospos
 
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...Tata Naipospos
 
Strategi Pemberantasan Menuju Pembebasan Hog Cholera - Rakor BBVet Maros, Men...
Strategi Pemberantasan Menuju Pembebasan Hog Cholera - Rakor BBVet Maros, Men...Strategi Pemberantasan Menuju Pembebasan Hog Cholera - Rakor BBVet Maros, Men...
Strategi Pemberantasan Menuju Pembebasan Hog Cholera - Rakor BBVet Maros, Men...Tata Naipospos
 
One Health Roadmap Eliminasi Rabies 2030 - Kemenko PMK-Pandemic Preparedness ...
One Health Roadmap Eliminasi Rabies 2030 - Kemenko PMK-Pandemic Preparedness ...One Health Roadmap Eliminasi Rabies 2030 - Kemenko PMK-Pandemic Preparedness ...
One Health Roadmap Eliminasi Rabies 2030 - Kemenko PMK-Pandemic Preparedness ...Tata Naipospos
 
Seminar Zoonosis dan One Health - Program Studi Kedokteran Hewan, Universitas...
Seminar Zoonosis dan One Health - Program Studi Kedokteran Hewan, Universitas...Seminar Zoonosis dan One Health - Program Studi Kedokteran Hewan, Universitas...
Seminar Zoonosis dan One Health - Program Studi Kedokteran Hewan, Universitas...Tata Naipospos
 
Komunikasi Kesehatan Hewan - Kuliah Tamu di FKH Universitas Brawijaya, Presen...
Komunikasi Kesehatan Hewan - Kuliah Tamu di FKH Universitas Brawijaya, Presen...Komunikasi Kesehatan Hewan - Kuliah Tamu di FKH Universitas Brawijaya, Presen...
Komunikasi Kesehatan Hewan - Kuliah Tamu di FKH Universitas Brawijaya, Presen...Tata Naipospos
 

What's hot (20)

Kesiapsiagaan Penyakit Mulut dan Kuku - Rapat Koordinasi Balai Besar Veterine...
Kesiapsiagaan Penyakit Mulut dan Kuku - Rapat Koordinasi Balai Besar Veterine...Kesiapsiagaan Penyakit Mulut dan Kuku - Rapat Koordinasi Balai Besar Veterine...
Kesiapsiagaan Penyakit Mulut dan Kuku - Rapat Koordinasi Balai Besar Veterine...
 
Persyaratan Pemasukan Sapi Dari Negara Berisiko Tinggi PMK - Pusat KH dan Keh...
Persyaratan Pemasukan Sapi Dari Negara Berisiko Tinggi PMK - Pusat KH dan Keh...Persyaratan Pemasukan Sapi Dari Negara Berisiko Tinggi PMK - Pusat KH dan Keh...
Persyaratan Pemasukan Sapi Dari Negara Berisiko Tinggi PMK - Pusat KH dan Keh...
 
Masuk dan Menyebarnya LSD dan PMK di Indonesia - PDHI Riau-KEMIN Indonesia, P...
Masuk dan Menyebarnya LSD dan PMK di Indonesia - PDHI Riau-KEMIN Indonesia, P...Masuk dan Menyebarnya LSD dan PMK di Indonesia - PDHI Riau-KEMIN Indonesia, P...
Masuk dan Menyebarnya LSD dan PMK di Indonesia - PDHI Riau-KEMIN Indonesia, P...
 
Kajian singkat Lumpy Skin Disease - Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019
Kajian singkat Lumpy Skin Disease -  Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019Kajian singkat Lumpy Skin Disease -  Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019
Kajian singkat Lumpy Skin Disease - Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019
 
Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...
Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...
Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...
 
Persyaratan Negara atau Zona Bebas PMK Menurut WOAH - Ditkeswan-AIHSP, Bogor,...
Persyaratan Negara atau Zona Bebas PMK Menurut WOAH - Ditkeswan-AIHSP, Bogor,...Persyaratan Negara atau Zona Bebas PMK Menurut WOAH - Ditkeswan-AIHSP, Bogor,...
Persyaratan Negara atau Zona Bebas PMK Menurut WOAH - Ditkeswan-AIHSP, Bogor,...
 
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...
 
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...
 
Penyakit-Penyakit Yang Wajib Dilaporkan (Notifiable Diseases) - Ditkeswan, 1 ...
Penyakit-Penyakit Yang Wajib Dilaporkan (Notifiable Diseases) - Ditkeswan, 1 ...Penyakit-Penyakit Yang Wajib Dilaporkan (Notifiable Diseases) - Ditkeswan, 1 ...
Penyakit-Penyakit Yang Wajib Dilaporkan (Notifiable Diseases) - Ditkeswan, 1 ...
 
Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...
Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...
Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...
 
Pentingnya Analisis Risiko Dalam Fungsi Karantina Hewan - Pusat KH dan Kehani...
Pentingnya Analisis Risiko Dalam Fungsi Karantina Hewan - Pusat KH dan Kehani...Pentingnya Analisis Risiko Dalam Fungsi Karantina Hewan - Pusat KH dan Kehani...
Pentingnya Analisis Risiko Dalam Fungsi Karantina Hewan - Pusat KH dan Kehani...
 
Situasi, Epidemiologi dan Mitigasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Daring Pusat KH...
Situasi, Epidemiologi dan Mitigasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Daring Pusat KH...Situasi, Epidemiologi dan Mitigasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Daring Pusat KH...
Situasi, Epidemiologi dan Mitigasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Daring Pusat KH...
 
Tantangan Peternakan dan Strategi Pengendalian Pasca Masuknya LSD - BVet Meda...
Tantangan Peternakan dan Strategi Pengendalian Pasca Masuknya LSD - BVet Meda...Tantangan Peternakan dan Strategi Pengendalian Pasca Masuknya LSD - BVet Meda...
Tantangan Peternakan dan Strategi Pengendalian Pasca Masuknya LSD - BVet Meda...
 
Penerapan Konsep 'One Health' di Peternakan dan Pasar Unggas dengan Mengoptim...
Penerapan Konsep 'One Health' di Peternakan dan Pasar Unggas dengan Mengoptim...Penerapan Konsep 'One Health' di Peternakan dan Pasar Unggas dengan Mengoptim...
Penerapan Konsep 'One Health' di Peternakan dan Pasar Unggas dengan Mengoptim...
 
Komunikasi Risiko Pemasukan Ternak & Produk Hewan dari Negara Belum Bebas PMK...
Komunikasi Risiko Pemasukan Ternak & Produk Hewan dari Negara Belum Bebas PMK...Komunikasi Risiko Pemasukan Ternak & Produk Hewan dari Negara Belum Bebas PMK...
Komunikasi Risiko Pemasukan Ternak & Produk Hewan dari Negara Belum Bebas PMK...
 
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...
 
Strategi Pemberantasan Menuju Pembebasan Hog Cholera - Rakor BBVet Maros, Men...
Strategi Pemberantasan Menuju Pembebasan Hog Cholera - Rakor BBVet Maros, Men...Strategi Pemberantasan Menuju Pembebasan Hog Cholera - Rakor BBVet Maros, Men...
Strategi Pemberantasan Menuju Pembebasan Hog Cholera - Rakor BBVet Maros, Men...
 
One Health Roadmap Eliminasi Rabies 2030 - Kemenko PMK-Pandemic Preparedness ...
One Health Roadmap Eliminasi Rabies 2030 - Kemenko PMK-Pandemic Preparedness ...One Health Roadmap Eliminasi Rabies 2030 - Kemenko PMK-Pandemic Preparedness ...
One Health Roadmap Eliminasi Rabies 2030 - Kemenko PMK-Pandemic Preparedness ...
 
Seminar Zoonosis dan One Health - Program Studi Kedokteran Hewan, Universitas...
Seminar Zoonosis dan One Health - Program Studi Kedokteran Hewan, Universitas...Seminar Zoonosis dan One Health - Program Studi Kedokteran Hewan, Universitas...
Seminar Zoonosis dan One Health - Program Studi Kedokteran Hewan, Universitas...
 
Komunikasi Kesehatan Hewan - Kuliah Tamu di FKH Universitas Brawijaya, Presen...
Komunikasi Kesehatan Hewan - Kuliah Tamu di FKH Universitas Brawijaya, Presen...Komunikasi Kesehatan Hewan - Kuliah Tamu di FKH Universitas Brawijaya, Presen...
Komunikasi Kesehatan Hewan - Kuliah Tamu di FKH Universitas Brawijaya, Presen...
 

Similar to ANALISARISIKOHEWAN

International Health Regulations dan Performance of Veterinary Services - FKF...
International Health Regulations dan Performance of Veterinary Services - FKF...International Health Regulations dan Performance of Veterinary Services - FKF...
International Health Regulations dan Performance of Veterinary Services - FKF...Tata Naipospos
 
Bimtek Analisis Risiko Impor Bag. IV - Ditkeswan, Ditjen PKH, Bogor, 18-22 Fe...
Bimtek Analisis Risiko Impor Bag. IV - Ditkeswan, Ditjen PKH, Bogor, 18-22 Fe...Bimtek Analisis Risiko Impor Bag. IV - Ditkeswan, Ditjen PKH, Bogor, 18-22 Fe...
Bimtek Analisis Risiko Impor Bag. IV - Ditkeswan, Ditjen PKH, Bogor, 18-22 Fe...Tata Naipospos
 
Pengaturan Appropriate Level of Protection (ALOP) dan Analisis Risiko - Prese...
Pengaturan Appropriate Level of Protection (ALOP) dan Analisis Risiko - Prese...Pengaturan Appropriate Level of Protection (ALOP) dan Analisis Risiko - Prese...
Pengaturan Appropriate Level of Protection (ALOP) dan Analisis Risiko - Prese...Tata Naipospos
 
Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...
Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...
Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...Tata Naipospos
 
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023Tata Naipospos
 
Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...
Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...
Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...Tata Naipospos
 
Pengantar Orientasi JRA Salinan Pengantar Orientasi JRA.pdf
Pengantar Orientasi JRA  Salinan Pengantar Orientasi JRA.pdfPengantar Orientasi JRA  Salinan Pengantar Orientasi JRA.pdf
Pengantar Orientasi JRA Salinan Pengantar Orientasi JRA.pdfione210680
 
Wawasan Kesehatan Hewan Global - Pelatihan Medik Veteriner Karantina, BARANTA...
Wawasan Kesehatan Hewan Global - Pelatihan Medik Veteriner Karantina, BARANTA...Wawasan Kesehatan Hewan Global - Pelatihan Medik Veteriner Karantina, BARANTA...
Wawasan Kesehatan Hewan Global - Pelatihan Medik Veteriner Karantina, BARANTA...Tata Naipospos
 
Seminar SPS Menghadapi ASEAN Economic Community 2015 - BARANTAN, Bogor, 20 Ma...
Seminar SPS Menghadapi ASEAN Economic Community 2015 - BARANTAN, Bogor, 20 Ma...Seminar SPS Menghadapi ASEAN Economic Community 2015 - BARANTAN, Bogor, 20 Ma...
Seminar SPS Menghadapi ASEAN Economic Community 2015 - BARANTAN, Bogor, 20 Ma...Tata Naipospos
 
Analisis Risiko Pangan Hewani - BPPH R-4 Yogyakarta, 31 Mei 2004
Analisis Risiko Pangan Hewani - BPPH R-4 Yogyakarta, 31 Mei 2004Analisis Risiko Pangan Hewani - BPPH R-4 Yogyakarta, 31 Mei 2004
Analisis Risiko Pangan Hewani - BPPH R-4 Yogyakarta, 31 Mei 2004Tata Naipospos
 
Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...
Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...
Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...Tata Naipospos
 
Peran Kesehatan Hewan Dalam Menghadapi Tantangan Penyakit Zoonosis - KIVNAS X...
Peran Kesehatan Hewan Dalam Menghadapi Tantangan Penyakit Zoonosis - KIVNAS X...Peran Kesehatan Hewan Dalam Menghadapi Tantangan Penyakit Zoonosis - KIVNAS X...
Peran Kesehatan Hewan Dalam Menghadapi Tantangan Penyakit Zoonosis - KIVNAS X...Tata Naipospos
 
Prinsip Zona dalam Perdagangan Hewan dan Produk Hewan - Februari 2016
Prinsip Zona dalam Perdagangan Hewan dan Produk Hewan - Februari 2016Prinsip Zona dalam Perdagangan Hewan dan Produk Hewan - Februari 2016
Prinsip Zona dalam Perdagangan Hewan dan Produk Hewan - Februari 2016Tata Naipospos
 
Peran Aktif Karantina Hewan dalam Mengelola Risiko - Pusat KH dan Kehani, BAR...
Peran Aktif Karantina Hewan dalam Mengelola Risiko - Pusat KH dan Kehani, BAR...Peran Aktif Karantina Hewan dalam Mengelola Risiko - Pusat KH dan Kehani, BAR...
Peran Aktif Karantina Hewan dalam Mengelola Risiko - Pusat KH dan Kehani, BAR...Tata Naipospos
 
Konsep analisis risiko
Konsep analisis risikoKonsep analisis risiko
Konsep analisis risikoAnggita Dewi
 
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...Tata Naipospos
 
Seminar Pusat Kajian Pengendalian Zoonosis Nasional IPB - Bogor, 6 September ...
Seminar Pusat Kajian Pengendalian Zoonosis Nasional IPB - Bogor, 6 September ...Seminar Pusat Kajian Pengendalian Zoonosis Nasional IPB - Bogor, 6 September ...
Seminar Pusat Kajian Pengendalian Zoonosis Nasional IPB - Bogor, 6 September ...Tata Naipospos
 
Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...
Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...
Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...Tata Naipospos
 
Bimtek Analisis Risiko Impor Bag. III - Ditkeswan, Ditjen PKH, Bogor, 18-22 F...
Bimtek Analisis Risiko Impor Bag. III - Ditkeswan, Ditjen PKH, Bogor, 18-22 F...Bimtek Analisis Risiko Impor Bag. III - Ditkeswan, Ditjen PKH, Bogor, 18-22 F...
Bimtek Analisis Risiko Impor Bag. III - Ditkeswan, Ditjen PKH, Bogor, 18-22 F...Tata Naipospos
 
Pentingnya Azas Regionalisasi Dalam Meningkatkan Perdagangan Indonesia di Sub...
Pentingnya Azas Regionalisasi Dalam Meningkatkan Perdagangan Indonesia di Sub...Pentingnya Azas Regionalisasi Dalam Meningkatkan Perdagangan Indonesia di Sub...
Pentingnya Azas Regionalisasi Dalam Meningkatkan Perdagangan Indonesia di Sub...Tata Naipospos
 

Similar to ANALISARISIKOHEWAN (20)

International Health Regulations dan Performance of Veterinary Services - FKF...
International Health Regulations dan Performance of Veterinary Services - FKF...International Health Regulations dan Performance of Veterinary Services - FKF...
International Health Regulations dan Performance of Veterinary Services - FKF...
 
Bimtek Analisis Risiko Impor Bag. IV - Ditkeswan, Ditjen PKH, Bogor, 18-22 Fe...
Bimtek Analisis Risiko Impor Bag. IV - Ditkeswan, Ditjen PKH, Bogor, 18-22 Fe...Bimtek Analisis Risiko Impor Bag. IV - Ditkeswan, Ditjen PKH, Bogor, 18-22 Fe...
Bimtek Analisis Risiko Impor Bag. IV - Ditkeswan, Ditjen PKH, Bogor, 18-22 Fe...
 
Pengaturan Appropriate Level of Protection (ALOP) dan Analisis Risiko - Prese...
Pengaturan Appropriate Level of Protection (ALOP) dan Analisis Risiko - Prese...Pengaturan Appropriate Level of Protection (ALOP) dan Analisis Risiko - Prese...
Pengaturan Appropriate Level of Protection (ALOP) dan Analisis Risiko - Prese...
 
Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...
Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...
Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...
 
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
 
Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...
Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...
Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...
 
Pengantar Orientasi JRA Salinan Pengantar Orientasi JRA.pdf
Pengantar Orientasi JRA  Salinan Pengantar Orientasi JRA.pdfPengantar Orientasi JRA  Salinan Pengantar Orientasi JRA.pdf
Pengantar Orientasi JRA Salinan Pengantar Orientasi JRA.pdf
 
Wawasan Kesehatan Hewan Global - Pelatihan Medik Veteriner Karantina, BARANTA...
Wawasan Kesehatan Hewan Global - Pelatihan Medik Veteriner Karantina, BARANTA...Wawasan Kesehatan Hewan Global - Pelatihan Medik Veteriner Karantina, BARANTA...
Wawasan Kesehatan Hewan Global - Pelatihan Medik Veteriner Karantina, BARANTA...
 
Seminar SPS Menghadapi ASEAN Economic Community 2015 - BARANTAN, Bogor, 20 Ma...
Seminar SPS Menghadapi ASEAN Economic Community 2015 - BARANTAN, Bogor, 20 Ma...Seminar SPS Menghadapi ASEAN Economic Community 2015 - BARANTAN, Bogor, 20 Ma...
Seminar SPS Menghadapi ASEAN Economic Community 2015 - BARANTAN, Bogor, 20 Ma...
 
Analisis Risiko Pangan Hewani - BPPH R-4 Yogyakarta, 31 Mei 2004
Analisis Risiko Pangan Hewani - BPPH R-4 Yogyakarta, 31 Mei 2004Analisis Risiko Pangan Hewani - BPPH R-4 Yogyakarta, 31 Mei 2004
Analisis Risiko Pangan Hewani - BPPH R-4 Yogyakarta, 31 Mei 2004
 
Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...
Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...
Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...
 
Peran Kesehatan Hewan Dalam Menghadapi Tantangan Penyakit Zoonosis - KIVNAS X...
Peran Kesehatan Hewan Dalam Menghadapi Tantangan Penyakit Zoonosis - KIVNAS X...Peran Kesehatan Hewan Dalam Menghadapi Tantangan Penyakit Zoonosis - KIVNAS X...
Peran Kesehatan Hewan Dalam Menghadapi Tantangan Penyakit Zoonosis - KIVNAS X...
 
Prinsip Zona dalam Perdagangan Hewan dan Produk Hewan - Februari 2016
Prinsip Zona dalam Perdagangan Hewan dan Produk Hewan - Februari 2016Prinsip Zona dalam Perdagangan Hewan dan Produk Hewan - Februari 2016
Prinsip Zona dalam Perdagangan Hewan dan Produk Hewan - Februari 2016
 
Peran Aktif Karantina Hewan dalam Mengelola Risiko - Pusat KH dan Kehani, BAR...
Peran Aktif Karantina Hewan dalam Mengelola Risiko - Pusat KH dan Kehani, BAR...Peran Aktif Karantina Hewan dalam Mengelola Risiko - Pusat KH dan Kehani, BAR...
Peran Aktif Karantina Hewan dalam Mengelola Risiko - Pusat KH dan Kehani, BAR...
 
Konsep analisis risiko
Konsep analisis risikoKonsep analisis risiko
Konsep analisis risiko
 
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
 
Seminar Pusat Kajian Pengendalian Zoonosis Nasional IPB - Bogor, 6 September ...
Seminar Pusat Kajian Pengendalian Zoonosis Nasional IPB - Bogor, 6 September ...Seminar Pusat Kajian Pengendalian Zoonosis Nasional IPB - Bogor, 6 September ...
Seminar Pusat Kajian Pengendalian Zoonosis Nasional IPB - Bogor, 6 September ...
 
Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...
Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...
Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...
 
Bimtek Analisis Risiko Impor Bag. III - Ditkeswan, Ditjen PKH, Bogor, 18-22 F...
Bimtek Analisis Risiko Impor Bag. III - Ditkeswan, Ditjen PKH, Bogor, 18-22 F...Bimtek Analisis Risiko Impor Bag. III - Ditkeswan, Ditjen PKH, Bogor, 18-22 F...
Bimtek Analisis Risiko Impor Bag. III - Ditkeswan, Ditjen PKH, Bogor, 18-22 F...
 
Pentingnya Azas Regionalisasi Dalam Meningkatkan Perdagangan Indonesia di Sub...
Pentingnya Azas Regionalisasi Dalam Meningkatkan Perdagangan Indonesia di Sub...Pentingnya Azas Regionalisasi Dalam Meningkatkan Perdagangan Indonesia di Sub...
Pentingnya Azas Regionalisasi Dalam Meningkatkan Perdagangan Indonesia di Sub...
 

More from Tata Naipospos

Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024Tata Naipospos
 
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...Tata Naipospos
 
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024Tata Naipospos
 
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023Tata Naipospos
 
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...Tata Naipospos
 
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...Tata Naipospos
 
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...Tata Naipospos
 
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...Tata Naipospos
 
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...Tata Naipospos
 
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...Tata Naipospos
 
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...Tata Naipospos
 
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...Tata Naipospos
 
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023Tata Naipospos
 
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...Tata Naipospos
 
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023Tata Naipospos
 
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...Tata Naipospos
 
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...Tata Naipospos
 
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...Tata Naipospos
 
Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...
Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...
Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...Tata Naipospos
 
Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...
Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...
Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...Tata Naipospos
 

More from Tata Naipospos (20)

Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
 
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
 
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
 
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
 
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
 
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
 
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
 
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
 
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
 
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
 
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
 
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
 
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
 
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
 
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
 
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
 
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
 
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
 
Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...
Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...
Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...
 
Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...
Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...
Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...
 

Recently uploaded

Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaAnggrianiTulle
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxSyabilAfandi
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfkaramitha
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxSitiRukmanah5
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxSDN1Wayhalom
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxresidentcardio13usk
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxIKLASSENJAYA
 

Recently uploaded (7)

Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
 

ANALISARISIKOHEWAN

  • 1. ANALISA RISIKO PENYAKIT HEWAN drh Tri Satya Putri Naipospos, MPhil, PhD Bimtek Pemantauan Daerah Sebar Hama Penyakit Hewan Karantina dan Analisa Risiko Balai Uji Terap Teknik dan Metoda Karantina Pertanian, 11 Februari 2019 1
  • 2. GARIS BESAR PRESENTASI • Perspektif analisis risiko dalam perdagangan internasional • Kerangka analisis risiko menurut OIE • Implementasi analisis risiko importasi hewan dan produk hewan 2
  • 3. PERSPEKTIF ANALISIS RISIKO DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL 3
  • 4. RELEVANSI ANALISIS RISIKO BAGI PERDAGANGAN INTERNASIONAL • Sesuai dengan WTO Multilateral Trade Agreements (1995), Agreement on the Application of Sanitary and Phytosanitary Measures (Perjanjian SPS WTO) menetapkan aturan dasar bagi negara-negara anggota dalam hal keamanan pangan dan persyaratan kesehatan hewan dan tumbuhan. • Artikel 5.1 WTO: “Negara-Negara anggota harus memastikan bahwa tindakan-tindakan SPS yang diimplementasikan harus berdasarkan pada suatu penilaian, yang sedapat mungkin sesuai dengan kondisi, terhadap risikonya bagi kehidupan atau kesehatan manusia, hewan atau tumbuhan, dengan memperhitungkan teknik-teknik penilaian risiko (risk assessment) yang dikembangkan oleh organisasi internasional yang relevan”.  Organisasi internasional yang relevan adalah: World Organization for Animal Health (Office International des Epizooties) 4
  • 5. 164 DARI 196 NEGARA-NEGARA DI DUNIA ADALAH ANGGOTA WTO (2017) – 84% 5 Anggota Anggota, diwakili oleh Uni Eropa (EU) Pengamat Bukan Anggota
  • 6. DASAR ANALISIS RISIKO MENURUT PERJANJIAN SPS WTO • Perjanjian SPS WTO Artikel 5.1 adalah dasar dalam menggunakan proses yang tertuang dalam: ➢ OIE Terrestrial Animal Health Code (2018) – Volume I: Section 2; Chapter 2.1. Import Risk Analysis • Selain penilaian terhadap risiko, konsep-konsep kunci lainn yang terkandung dalam Perjanjian SPS WTO:  Harmonisasi  Ekuivalensi  Regionalisasi dan kompartementalisasi  Transparansi  Notifikasi 6
  • 7. HARMONISASI TINDAKAN-TINDAKAN SPS • Pemerintah mendorong untuk “harmonisasi” standar-standar kesehatan hewan berdasarkan standar-standar, pedoman- pedoman, dan rekomendasi-rekomendasi internasional yang dikembangkan oleh OIE. • “Harmonisasi” artinya pembentukan, pengakuan dan penerapan tindakan-tindakan SPS yang umum. • Standar-standar nasional tidak melanggar Perjanjian SPS hanya karena berbeda dengan norma-norma internasional (tidak diharmonisasi):  Persyaratan dapat lebih ketat  Dijustifikasi berdasarkan analisis bukti ilmiah (scientific evidence) dan risiko yang terlibat. 7
  • 8. KONSEP OIE (CHAPTER 4.3) • Pengakuan bahwa populasi hewan dengan status kesehatan yang berbeda:  Zona/Regionalisasi  Basis geografik  Kompartementalisasi  Manajemen dan biosekuriti 8
  • 9. REGIONALISASI (ZONA) • Region/Zona: berarti batasan yang jelas dari suatu wilayah geografis (provinsi, pulau, beberapa pulau) yang memiliki suatu subpopulasi hewan dengan status kesehatan yang berbeda terkait dengan suatu penyakit tertentu yang memerlukan diterapkannya surveilans, pengendalian dan tindakan-tindakan biosekuriti untuk tujuan perdagangan. 9
  • 10. Perdagangan antar kabupaten/kota Industri peternakan unggas di provinsi A Zona/Regionalisasi = membentuk dan mempertahankan suatu status bebas penyakit dari suatu subpopulasi hewan berdasarkan basis geografis. Perdagangan antar kabupaten/kota ZONA (REGIONALISASI) 10
  • 11. KOMPARTEMENTALISASI • Kompartemen: berarti satu atau lebih unit budidaya peternakan yang berada dibawah sistim manajemen biosekuriti yang sama yang memiliki suatu subpopulasi hewan dengan status kesehatan berbeda terkait dengan suatu penyakit tertentu atau sejumlah penyakit tertentu yang memerlukan diterapkannya surveilans, pengendalian dan tindakan-tindakan biosekuriti untuk tujuan perdagangan. 11
  • 12. Kompartementalisasi = membentuk dan mempertahankan suatu status bebas penyakit dari suatu subpopulasi hewan berdasarkan sistem manajemen dikaitkan dengan manajemen dan biosekuriti. KOMPARTEMENTALISASI Industri peternakan unggas di provinsi A Perdagangan antar kabupaten/kota Perdagangan antar kabupaten/kota 12
  • 13. ZONA DAN KOMPARTEMEN • Konsep keduanya hampir sama. • Perbedaannya adalah pada tanggung jawab dalam penerapan tindakan-tindakan biosekuriti:  Zona bebas penyakit → Pemerintah  Kompartemen → Sektor swasta • Perlu supervisi dan akreditasi yang ketat oleh Dinas yang membidangi fungsi kesehatan hewan. 13
  • 15. TIDAK ADA RISIKO NOL! 15 BAHAYA (HAZARD) adalah sesuatu yang potensial membahayakan RISIKO adalah kemungkinan suatu bahaya menyebabkan kerusakan BAHAYA RISIKO
  • 16. KONSEP ANALISA RISIKO • Apa itu risiko? • Apa itu analisa risiko (risk analysis) ? • Apa itu penilaian risiko (risk assessment)? • Apa itu proses penilaian risiko? 16
  • 17. APA ITU RISIKO? • Kemungkinan terjadinya dan kemungkinan luasnya magnituda dampak (biologik & ekonomi) dari suatu peristiwa atau pengaruh yang merugikan terhadap kesehatan hewan atau manusia. Sumber: OIE Terrestrial Animal health Code 2011 (glossary) 17
  • 18. ELEMEN RISIKO • Probabilitas (kemungkinan atau peluang) dari terjadinya suatu peristiwa yang merugikan (bahaya) • Dampak (atau konsekuensi)  Biologik  Ekonomi • Ketidakpastian (uncertainty) • Kemampuan untuk mengelola risiko 18
  • 19. KETIDAKPASTIAN (UNCERTAINTY) • Tidak ada nilai yang pasti untuk setiap parameter. • Diperlukan untuk menghasilkan suatu estimasi yang menggabungkan ketidakpastian dan variabilitas. • Menggunakan program simulasi.
  • 20. PERTANYAAN-PERTANYAAN KRITIS YANG MEMBENTUK ANALISA RISIKO BERBASIS KESEHATAN HEWAN • Apa yang bisa menjadi salah (What can go wrong)? • Seberapa mungkin suatu peristiwa atau peristiwa- peristiwa itu terjadi? • Jika peristiwa atau peristiwa-peristiwa terjadi, apa dampak biologik dan ekonominya? 20
  • 21. APA ITU ANALISA RISIKO? • Organisasikan bagaimana cara untuk menjawab dan juga menggabungkan ke-tiga pertanyaan di bawah ini: – Apa yang bisa dilakukan untuk mengubah (memitigasi) risiko? – Apa yang harus dilakukan untuk menerapkan mitigasi? – Siapa yang perlu diinformasikan? – Apa/bagaimana informasi dikomunikasikan? Sumber: OIE Terrestrial Animal Health Code (2016) - Vol I: Section 2; Chapter 2.1. http://www.oie.int/index.php?id=169&L=0&htmfile=chapitre_1.2.1.htm 21
  • 22. ANALISA RISIKO Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko Manajemen Risiko Komunikasi Risiko Apa yang bisa menjadi salah? • Seberapa mungkin peristiwa itu terjadi? • Jika peristiwa itu terjadi, apa konsekuensi biologik dan ekonomi-nya? • Apa yang bisa dilakukan untuk mengubah (memitigasi) risiko? • Apa yang harus dilakukan untuk menerapkan mitigasi? • Siapa yang perlu diinformasikan? • Apa/bagaimana informasi dikomunikasikan? 22
  • 23. KAPAN MELAKUKAN ANALISIS RISIKO? • Apabila mengimpor suatu produk atau spesies baru • Apabila mengimpor dari suatu negara/zona baru • Apabila status kesehatan hewan dari suatu negara atau zona mengalami perubahan • Selama proses regionalisasi • Untuk promosi ekspor komoditi 23
  • 24. APA YANG TIDAK DILAKUKAN DENGAN ANALISA RISIKO? • Tidak dapat menetapkan tingkat risiko yang dapat diterima (acceptable risk level) • Tidak dapat menerangkan dengan pasti kapan/jika suatu suatu agen penyakit diintroduksi atau apa konsekuensi yang akan terjadi • Tidak dapat menetapkan kebijakan • HANYA menyediakan input bagi pengambilan keputusan 24
  • 25. APA ITU PENILAIAN RISIKO? Evaluasi kemungkinan masuknya, berkembangnya, dan menyebarnya suatu penyakit dan kaitannya dengan potensi dampak biologik dan ekonomi terhadap kesehatan hewan dan/atau kesehatan masyarakat. 25
  • 26. PENILAIAN RISIKO • Terdiri dari: – Penilaian pelepasan (Entry/release assessment) – Penilaian pendedahan (Exposure assessment) – Penilaian dampak (Consequence assessment) ▪ Biologik ▪ Ekonomi – Estimasi risiko (Risk estimation) Sumber: OIE Terrestrial Animal Health Code (2016) - Vol I: Section 2; Chapter 2.1. http://www.oie.int/index.php?id=169&L=0&htmfile=chapitre_1.2.1.htm 26
  • 27. Penilaian Pelepasan Penilaian Pendedahan Penilaian Dampak Estimasi Risiko Bagaimana penyakit tersebut dapat masuk ke negara kita? ─ Apa jenis komoditi yg diperdagangkan? ─ Apa komoditi tersebut membawa penyakit? ─ Bagaimana prevalensi penyakit? ─ Apakah ada program pengendalian? Jika penyakit masuk ke negara kita, bagaimana hewan rentan dapat terdedah? - Media pembawa penyakit - Metode transpor - Populasi berisiko/rentan - Cara penularan Jika penyakit sudah muncul, apa dampak yang ditimbulkan? - Biaya-biaya pengendalian wabah, depopulasi, kompensasi Estimasi Risiko = Penilaian Pelepasan x Penilaian Pendedahan x Penilaian Dampak Batas negara 27
  • 28. KOMPONEN ANALISIS RISIKO (OIE ANIMAL HEALTH CODE) Komunikasi Risiko Manajemen Risiko Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko Penilaian pelepasan Penilaian pendedahan Penilaian dampak 28
  • 29. TIPE ANALISIS RISIKO • Kuantitatif • Kualitatif 29
  • 30. ANALISIS RISIKO KUANTITATIF Kelebihan • Lebih mendalam • Perlu diketahui tentang probabilitas terjadinya kejadian merugikan • Pengambilan keputusan berdasarkan informasi Kelemahan • Memerlukan waktu • Memerlukan kualitas data yang baik • Tidak mungkin diaplikasikan pada semua keadaan 30
  • 31. ANALISIS RISIKO KUALITATIF Kelebihan • Lebih cepat • Dapat diaplikasikan untuk lingkup keadaan yang lebih luas Kelemahan • Kurang mendalam • Tidak menyediakan suatu probabilitas kejadian yang merugikan dalam bentuk numerik • Pengambilan keputusan kurang tepat 31
  • 32. BAHAYA (HAZARD) • Sumber kerusakan/gangguan yang potensial • Penyebab kejadian yang merugikan 32
  • 33. IDENTIFIKASI BAHAYA • Identifikasi agen patogen (hama penyakit hewan karantina) yang dihubungkan dengan produk atau spesies • Menentukan penyakit yang ada di negara atau zona pengekspor • Menentukan validitas tindakan-tindakan SPS • Menbangun prioritas 33
  • 34. IMPLEMENTASI IDENTIFIKASI BAHAYA (HAZARD IDENTIFICATION) • Identifikasi dan gambarkan ancaman utama yang dihadapi. • Monitoring secara konstan dilakukan terhadap status internasional dan evolusi wabah-wabah penyakit hewan menular lintas batas. • Monitoring literatur ilmiah terkini. • Fungsi rutin dari unit yang menangani epidemiologi dari suatu kelembagaan kesehatan hewan nasional. 34
  • 35. Agen patogen Kriteria identifikasi bahaya Bahaya (hazard) (Ya/tidak) Dapat menimbulkan dampak Ada di negara pengekspor Kejadian penyakit di Indonesia Agen 1 Ya Ya Tidak ada Ya Agen 2 Tidak Ya Tidak ada Tidak Agen 3 Ya Tidak Tidak ada Tidak Agen 4 Ya Ya Ada: Tidak dikontrol Tidak Lengkapi bahaya yang dapat diidentifikasi …. IDENTIFIKASI BAHAYA (HAZARD IDENTIFICATION) • Penyakit diketahui akan menular terhadap hewan atau bersumber dari komoditi yang akan dimasukkan. • Penyakit diketahui ada di provinsi/kabupaten/kota pengirim. 35
  • 36. PENILAIAN PEMASUKAN (ENTRY/RELEASE ASSESSMENT) • Terangkan alur biologik (biological pathway) yang diperlukan untuk suatu kegiatan pemasukan dalam merilis (mengintroduksikan) suatu patogen ke dalam suatu lingkungan –Analisis Alur (Pathways analysis) • Estimasikan probabilitas untuk terjadinya suatu proses yang komplit, kualitatif (dalam kata-kata) atau kuantitatif (sebagai suatu estimasi numerik) 36
  • 37. ANALISIS ALUR (PATHWAYS ANALYSIS) • Penilaian sistematis dari alur (pathways) dimana suatu agen penyakit hewan eksotik kemungkinan masuk dari negara lain ke Indonesia dan berkembang menjadi suatu wabah penyakit pada hewan dan/atau manusia • Juga diterapkan untuk menggambarkan alur dimana suatu agen penyakit hewan domestik kemungkinan menyebar dari suatu provinsi ke provinsi lain atau dari kabupaten/kota ke kabupaten/kota lain di provinsi yang sama atau di provinsi yang lain 37
  • 38. MANFAAT ANALISIS ALUR • Penilaian risiko (Risk assessment) • Perencanaan surveilans bertarget (Targeted surveillance planning) • Kesiapsiagaan darurat dan respon (Emergency preparedness and response) 38
  • 39. LANGKAH-LANGKAH ANALISIS ALUR Langkah 1: Kembangkan pemahaman tentang interaksi hospes, agen, dan lingkungan (epidemiologi) dari suatu penyakit hewan eksotik yang telah diidentifikasi berdasarkan literatur ilmiah, opini ahli (expert opinion), pengalaman pribadi (personal experience) atau sumber- sumber informasi lainnya. 39
  • 40. LANGKAH-LANGKAH ANALISIS ALUR Langkah 2: Kembangkan suatu daftar potensi alur masuknya agen penyakit dari negara pengekpsor ke suatu populasi hewan peka dan/atau populasi manusia di negara pengimpor. 40
  • 41. LANGKAH-LANGKAH ANALISIS ALUR Langkah 3: Evaluasi kelayakan dari setiap alur. 41
  • 42. LANGKAH-LANGKAH ANALISIS ALUR Langkah 4: Identifikasi tingkat probabilitas untuk setiap alur yang mungkin dilalui oleh agen penyakit untuk bisa masuk dari negara pengekspor ke negara pengimpor. 42
  • 43. Gap dalam pengetahuan kita mengenai penyakit eksotik tersebut akan mengurangi kepastian dari kepercayaan terhadap kelayakan suatu alur (pathway) atau sejumlah alur (pathways). 43
  • 44. PENILAIAN EKSPOSUR (EXPOSURE ASSESSMENT) • Menerangkan alur biologik (biological pathway) yang diperlukan untuk pendedahan atau pendedahan- pendedahan oleh hewan ke hewan lain atau ke manusia di negara pengimpor terhadap bahaya (hazards) yang dilepaskan dari suatu sumber risiko tertentu di negara pengekspor. • Estimasi probabilitas dari pendedahan atau pendedahan- pendedahan itu terjadi, baik secara kualitatif (dalam kata- kata) atau kuantitatif (sebagai estimasi numerik) untuk: – hewan dan/atau orang 44
  • 45. PENILAIAN DAMPAK (CONSEQUENCE ASSESSMENT) • Terangkan hubungan antara pendedahan tertentu dengan suatu agen biologik dan dampak dari pendedahan: – Dampak langsung (Direct consequences) • Infeksi hewan, kematian hewan dan kehilangan produksi • Dampak terhadap kesehatan masyarakat – Dampak tidak langsung (Indirect consequences) • Biaya surveilans dan pengendalian • Biaya kompensasi • Kehilangan potensi perdagangan • Dampak yang merugikan terhadap lingkungan 45
  • 46. ESTIMASI RISIKO (RISK ESTIMATION) • Integrasi dari hasil-hasil yang diperoleh dari:  Penilaian pelepasan (Release assessment)  Penilaian pendedahan (Exposure assessment)  Penilaian dampak (Consequence assessment)
  • 47. JENIS-JENIS ANALISA RISIKO • Analisa Risiko Impor (Import Risk Analysis) - Analisa Risiko Impor Hewan Hidup - Analisa Risiko Impor Produk Hewan - Analisa Risiko Impor Produk Asal Hewan • One Health Analisis Risiko (One Health Risk Analysis) • Analisis Risiko Satwa Liar (Wildlife Disease Risk Analysis) • Penilaian Risiko Wabah Penyakit Hewan (Risk Assessment for Animal Disease Outbreaks) • Penilaian Risiko Keamanan Pangan (Risk Assessment for Food Safety) • Penilaian Risiko Resistensi Antimikroba (Risk Assessment for Antimicrobial Resistance) 47
  • 48. IMPLEMENTASI ANALISIS RISIKO IMPORTASI HEWAN DAN PRODUK HEWAN 48 Analisa Risiko Impor Kualitatif Pemsaukan Daging Beku dari India ke Indonesia
  • 49. Keputusan DIterima Evaluasi Siskeswannas Evaluasi Zona dan Regionalisasi Evaluasi Surveilans dan Monitoring Kesehatan Hewan Permintaan Importasi Inisiasi Proses Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko: -Penilaian Pelepasan -Penilaian Pendedahan -Penilaian Dampak -Estimasi Risiko Manajemen Risiko Evaluasi Risiko Evaluasi Opsi Implementasi Monitoring & Kajiulang Laporan Penilaian Risiko Komunkasi Risiko PROSES ANALISA RISIKO IMPOR Kajiulang Ditolak Importasi 49
  • 50. REKOMENDASI OIE UNTUK IMPORTASI HEWAN HIDUP DAN PRODUK HEWAN • Rekomendasi importasi hewan hidup, daging, produk daging, embryo, semen dlsbnya ke negara-negara bebas PMK dibuat oleh OIE yang tertuang dalam Terrestrial Animal Health Code (TAHC). • Rekomendasi-rekomendasi OIE tersebut didasarkan atas pengetahuan terkini mengenai virus PMK, begitu juga mengenai patogenesis dan epidemiologi PMK. • Kesemuanya itu dibuat untuk mengurangi risiko importasi virus PMK melalui tindakan-tindakan pengamanan yang cukup praktis atau dapat dipraktekkan (reasonably practicable). 50
  • 51. SYARAT YANG HARUS DIPENUHI SEHINGGA DAGING IMPOR DAPAT MENULARKAN PENYAKIT 1. Penyakit tersebut harus ada di negara asal. 2. Penyakit tersebut harus ada pada hewan tertentu (atau daging harus terkontaminasi selama pemrosesan berlangsung). 3. Agen patogen harus ada dalam jaringan daging yang diimpor. 4. Daging yang tertular penyakit tersebut harus lolos dari inspeksi. 5. Agen patogen dalam daging harus tahan (survive) terhadap penyimpanan dan pemrosesan, dan tetap ada. 6. Agen patogen harus mampu menimbulkan infeksi melalui jalan oral. 7. Potongan produk daging yang terkontaminasi harus menemukan jalan untuk memasuki hewan yang speciesnya cocok pada dosis yang tepat untuk menimbulkan infeksi. 51
  • 52. APPROPRIATE LEVEL OF PROTECTION (ALOP) • ALOP Indonesia untuk PMK belum ditetapkan secara resmi. • ALOP yang digunakan merujuk kepada analisis risiko yang pernah dilakukan untuk pemasukan daging dari Brazil (TARI Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner, 2008), maka untuk kepentingan RA ini ditetapkan ALOP Indonesia terkait PMK adalah ‘Diabaikan’. • Sebagai perbandingan, Australia memiliki status bebas PMK yang diakui OIE, menetapkan ALOP di tingkat ‘Sangat rendah’ (ACT Biosecurity Strategy, 2015 ). 52
  • 53. STATUS INDIA SEBAGAI NEGARA YANG MEMILIKI PROGRAM PENGENDALIAN RESMI PMK MENURUT OIE 53
  • 54. PENGAKUAN OIE BAGI NEGARA DENGAN ‘PROGRAM PENGENDALIAN RESMI PMK’ Withdrawal of the endorsement of FMD official control programme Artikel 1.6.11.: Prinsip-prinsip Umum Prosedur Untuk ‘Self- declaration’ dan Pengakuan secara resmi oleh OIE Rekonfirmasi setiap tahun 54
  • 55. PERSYARATAN IMPORTASI DARI NEGARA YANG MEMILIKI PROGRAM PENGENDALIAN RESMI PMK • Chapter 8.8.22:  Persyaratan-persyaratan terkait dengan vaksinasi, kesehatan, biosekuriti, transportasi dan pemotongan hewan yang meminimalkan kemungkinan hewan yang dipotong di Rumah Potong Hewan (RPH) terinfeksi virus PMK. • Keseluruhan konsinyasi daging untuk ekspor harus: 1) berasal dari karkas tanpa tulang (deboned carcasses) dengan limfoglandula utama telah dihilangkan (Artikel 8.8.22.2a); 2) dilayukan sekurang-kurangnya selama 24 jam setelah dipotong (Artikel 8.8.22.2b); dan 3) memiliki pH < 6,0 yang diukur ditengah-tengah otot longissimus dorsi (Artikel 8.8.22.2b). 55
  • 56. FAKTA ILMIAH VIRUS PMK • Virus PMK tidak dapat bertahan hidup pada limfoglandula, tulang dan pembuluh darah pada pH < 6,0. • Virus PMK musnah dalam jaringan otot apabila pH < 6,0 sebagai akibat dari rigor mortis (Cottral et al., 1960). 56
  • 57. EVALUASI PROBABILITAS MASUKNYA PMK KE NEGARA BEBAS PMK • Probabilitas sumber hewan dari wilayah negara terinfeksi PMK. • Probabilitas hewan terinfeksi virus PMK masuk ke dalam rantai pemotongan. • Probabilitas daging berasal dari hewan terinfeksi yang mengalami viraemia. • Probabilitas daging mengandung partikel-partikel virus yang infeksius pada saat tiba di negara pengimpor. • Probabilitas hewan peka di negara pengimpor terdedah dengan daging yang mengandung virus PMK yang infeksius. • Probabilitas hewan terdedah dengan daging yang mengandung virus PMK dalam dosis yang infeksius, kemudian penyakit berkembang, dan mampu menyebabkan infeksi selanjutnya. 57
  • 58. NOMENKLATUR UNTUK KEMUNGKINAN KUALITATIF (QUALITATIVE LIKELIHOOD) 58 Kemungkinan (likelihood) Definisi deskriptif Tinggi (High) Hal yang sangat mungkin terjadi Moderat (Moderate) Hal yang mungkin terjadi dengan probabilitas yang sama Rendah (Low) Hal yang tidak mungkin terjadi Sangat rendah (Very low) Hal yang sangat tidak mungkin terjadi Ekstrim rendah (Extremely low) Hal yang ekstrimnya cenderung tidak terjadi Diabaikan (Negligible) Hal yang hampir pasti tidak terjadi Sumber: Pearce C. (2013). Advice on the risk estimation matrix used by DAFF Biosecurity as part of the Import Risk Analysis Process. Wellington, NZ. Risk Management Ltd.
  • 59. MATRIKS KATEGORI RISIKO 59 Tinggi Moderat Rendah Sangat rendah Ekstrim rendah Diabaikan Tinggi Tinggi Moderat Rendah Sangat rendah Ekstrim rendah Diabaikan Moderat Moderat Rendah Rendah Sangat rendah Ekstrim rendah Diabaikan Rendah Rendah Rendah Sangat rendah Sangat rendah Ekstrim rendah Diabaikan Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah Ekstrim rendah Ekstrim rendah Diabaikan Ekstrim rendah Ekstrim rendah Ekstrim rendah Ekstrim rendah Ekstrim rendah Diabaikan Diabaikan Diabaikan Diabaikan Diabaikan Diabaikan Diabaikan Diabaikan Diabaikan Sumber: Pearce C. (2013). Advice on the risk estimation matrix used by DAFF Biosecurity as part of the Import Risk Analysis Process. Wellington, NZ. Risk Management Ltd.
  • 61. PROBABILITAS MASUKNYA VIRUS PMK DARI INDIA (LIKELIHOOD OF ENTRY) 61 Probabilitas Perkalian tingkat risiko PMK Hasil P1 Prevalensi (Tinggi) x Surveilans (Moderat) x Vaksinasi (Rendah) x Dipelihara 3 bulan (Rendah) Sangat rendah P2 Tidak di kandang penampungan 30 hari (Tinggi) x Tidak ditemukan kasus radius 10 Km (Rendah) Rendah P3 Surat jalan (Moderat) x Alat angkut (Rendah) Rendah P4 Pemeriksaan kesehatan (Rendah) x Kartu vaksinasi (Rendah) Sangat rendah P5 Identifikasi ternak (Moderat) x Kandang penampungan (Rendah) x Ante dan post mortem (Rendah) x Pelepasan limfoglandula (Rendah) x Pelayuan (Rendah) x Pemeriksaan pH (Moderat) Sangat rendah P6 Pelepsan tulang (Rendah) Rendah P7 Pengemasan dan pelabelan (Ekstrim rendah) x Persyaratan alat angkut (Rendah) Ekstrim rendah P1 x P2 x P3 x P4 x P5 x P6 x P7 DIABAIKAN
  • 62. 62 Penilaian Pendedahan Daging Beku dari India ke Indonesia
  • 63. PROBABILITAS TERDEDAHNYA TERNAK DI INDONESIA (LIKELIHOOD OF EXPOSURE) 63 Probabilitas Perkalian tingkat risiko PMK Hasil P1 Pemeriksaan dokumen (Ekstrim rendah) x Pemeriksaan fisik (Sangat rendah) Ekstrim rendah P2 NKV (Sangat rendah) x Pengawasan Dinas (Ekstrim rendah) Ekstrim rendah P3 NKV (Rendah) x Pengawasan Dinas (Ekstrim rendah) Ekstrim rendah P4 Penanganan dan pengolahan (Ekstrim rendah) Ekstrim rendah P1 x P2 x P3 x P4 DIABAIKAN
  • 64. PENILAIAN DAMPAK (CONSEQUENCE ASSESSMENT) • Dampak utama dari munculnya wabah PMK di Indonesia adalah dampak ekonomi langsung berupa penurunan produksi baik bagi peternak sapi rakyat dan peternakan sapi komersial. • Sebenarnya kerugian terbesar dari wabah PMK adalah dampak perdagangan, tetapi tidak terlalu penting bagi Indonesia mengingat Indonesia bukan negara eksportir hewan dan produk hewan yang signifikan. • Dampak langsung PMK terhadap produksi, konsumen maupun perdagangan bisa berlangsung lama bergantung kepada magnituda wabah dan strategi pemberantasan. • Probabilitas dampak munculnya wabah PMK adalah ‘TINGGI’. 64
  • 65. MATRIKS ESTIMASI RISIKO 65 Tahapan Analisa Risiko Risiko Probabilitas masuknya virus PMK dari India (Penilaian pelepasan) DIABAIKAN Probabilitas terdedahnya ternak di Indonesia (Penilaian pendedahan) DIABAIKAN Penilaian dampak TINGGI Diabaikan x Diabaikan x Tinggi DIABAIKAN
  • 66. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI • Berdasarkan penilaian risiko (Risk Assessment) secara kualitatif, dapat disimpulkan bahwa estimasi risiko (Risk estimation) masuknya PMK dari India ke wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui daging kerbau tanpa tulang (deboned buffalo meat) adalah ‘diabaikan’ (sama dengan ALOP Indonesia), sehingga pemasukan daging kerbau tanpa tulang dari India ke wilayah NKRI dapat dilakukan. 66