SlideShare a Scribd company logo
1 of 37
Download to read offline
KOMPETENSI BIOSEKURITI DAN
KOMPARTEMEN BEBAS PENYAKIT
DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK
Drh. Tri Satya Putri Naipospos MPhil PhD
Komisi Ahli Kesehatan Hewan, Kesehatan
Masyarakat Veteriner dan Karantina Hewan
Kementerian Pertanian
Bimbingan Teknis Kompetensi Biosekuriti serta Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan
Aula BPTU-HPT Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh – 9-10 November 2022
BIOSEKURITI DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK
Drh. Tri Satya Putri Naipospos MPhil PhD – Epidemiolog Veteriner
Fakta mengenai biosekuriti
• Prosedur dan praktik biosekuriti
mengurangi penularan organisme
penyebab penyakit (patogen) antara dan
di dalam peternakan.
• Rencana biosekuriti dapat melindungi
peternakan dari patogen eksternal dan
meminimalkan penularan penyakit di
dalam sistim manajemen peternakan.
Sumber: Biosecurity for cattle operations | UMN Extension
Mengapa biosekuriti penting?
▪ Hewan sehat
Menjalankan praktik biosekuriti akan mengurangi kemungkinan penyakit berbahaya
menyerang hewan anda. Melindungi peternakan anda dari patogen luar membantu
bisnis anda untuk terus tidak terpengaruh karena adanya sapi produktif yang sehat.
▪ Keberlangsungan bisnis
Jika wabah penyakit terjadi, memiliki rencana biosekuriti sehari-hari dapat
melindungi anda dari kemungkinan terinfeksi sebelum penyakit dapat dikendalikan.
Memiliki rencana tambahan untuk meningkatkan biosekuriti akan membantu anda
memperoleh izin ketika lalu lintas ternak dibatasi dan menjaga bisnis anda berjalan
seperti biasa selama wabah.
▪ Keamanan pangan
Hasil dari ternak baik produksi susu atau daging berarti peternakan anda
menyediakan pangan hewani. Memiliki biosekuriti yang tepat akan membantu
memastikan anda terus berproduksi pangan hewani yang aman bagi masyarakat.
Sumber: Biosecurity for cattle operations | UMN Extension
Bagaimana memulai biosekuriti di peternakan?
▪ Tentukan tujuan dari biosekuriti
▪ Apakah ada penyakit tertentu yang menjadi target anda? Apakah ada penyakit tertentu yang
dikhawatirkan bisa menyerang peternakan anda? Ini pertanyaan yang bagus untuk memulai
dan menentukan seberapa ketat protokol biosekuriti yang anda perlukan.
▪ Bicarakan dengan dokter hewan anda dan libatkan mereka
▪ Dokter hewan anda adalah orang yang bekerja dengan anda yang dapat mengomentari
keseluruhan sistim peternakan anda dan bagaimana semuanya harus bisa bekerja sama.
Pelatihan biosekuriti harus ada yang dapat membantu anda mengembangkan rencana yang
menargetkan risiko penularan yang paling signifikan.
▪ Buat rencana biosekuriti
▪ Menuliskan protokol dan serangkaian praktik tertentu sangat penting. Anda, para pekerja, dan
semua orang yang mengunjungi peternakan perlu memiliki sesuatu yang dapat mereka rujuk.
Bahkan jika protokolnya sederhana, perlu dituliskan. Pertimbangkan untuk membuat materi
yang merupakan pengingat visual untuk diri sendiri dan staf, seperti tanda dan poster.
Rencana anda harus mencakup cara untuk mengukur apakah hal tersebut memiliki efek atau
tidak setelah diberlakukan.
Sumber: Biosecurity for cattle operations | UMN Extension
Biosekuriti peternakan
▪ Biosekuriti Eksternal
• Biosekuriti eksternal mengacu pada prosedur dan praktik yang mengurangi
penularan patogen dari sumber di luar peternakan.
• Termasuk manajemen pengunjung rutin seperti truk pengangkut ternak,
pengangkutan pakan, pelanggan permanen, peminjam peralatan dlsb.
• Biosekuriti eksternal juga menyediakan manajemen hewan yang dibeli/disewa.
▪ Biosekuriti Internal
• Biosekuriti internal mengacu pada prosedur dan praktik di peternakan untuk
mencegah penularan patogen antar area di peternakan.
• Contoh praktik biosekuriti internal adalah mencuci sepatu bot sebelum memasuki
kandang anak sapi atau memiliki satu set pakaian yang sama sekali berbeda untuk
bekerja dengan anak sapi.
• Mencuci sepatu bot atau memiliki pakaian terpisah akan membantu mencegah
organisme yang berpotensi berbahaya yang bisa ditularkan dari penggembala sapi ke
populasi anak sapi.
Sumber: Biosecurity for cattle operations | UMN Extension
Rencana biosekuriti
▪ Biosekuriti adalah implementasi serangkaian praktik manajemen dasar untuk mencegah
introduksi penyakit menular dan gulma berbahaya.
▪ Rencana biosekuriti yang sederhana dan dijalankan dengan tepat dapat melindungi
investasi peternakan anda.
▪ Pencegahan terhadap introduksi penyakit hewan dan gulma dengan mematuhi beberapa
aturan yang sederhana dapat mencegah bencana.
▪ Rintangan umum yang dihadapi oleh produsen ternak adalah ketidakmampuan untuk
menerapkan konsep biosekuriti menjadi langkah-langkah sederhana dan mudah
dimengerti yang dapat dipraktikkan secara sederhana oleh seluruh pekerja peternakan dan
pengunjung.
▪ Rencana biosekuriti yang direncanakan dengan baik yang dibuat secara tertulis dan
dipahami oleh seluruh pekerja di peternakan anda (termasuk kontraktor) akan membantu
dalam pencegahan masuknya penyakit ke dalam kelompok ternak anda.
▪ Rencana biosekuriti tidak hanya berkaitan dengan penyakit eksotik tetapi juga penyakit
endemik dan gulma yang menyebabkan kerugian ekonomi ke bisnis petrenakan anda.
Sumber: A practical approach to beef herd biosecurity | Biosecurity for beef cattle | Agriculture Victoria
Standar biosekuriti untuk peternakan sapi
1) MASUKKAN TERNAK HANYA DENGAN STATUS KESEHATAN YANG DIKETAHUI
• Suatu kelompok ternak yang tertutup menawarkan keamanan terbaik terhadap introduksi
penyakit.
• Tidak hanya potensi risiko penyakit yang harus dipertimbangkan dalam membeli sapi
hidup, tetapi juga harus dipertimbangkan ketika membeli semen, ova atau embryo untuk
program inseminasi buatan (IB).
2) BELI SAPI LANGSUNG DARI PEMBIBIT (BREEDER)
• Stok baru idealnya harus dibeli langsung dari pembibit. Pembeli harus mendapatkan
rekor/catatan pengobatan dan vaksinasi untuk membeli ternak melalui Surat Keterangan
Kesehatan Hewan (SKKH).
• Ketika membeli sapi dari kelompok ternak manapun, SKKH menjadi suatu keharusan,
karena hal ini akan memberikan informasi yang berharga mengenai risiko beberapa
penyakit bagi kelompok ternak di peternakan anda, begitu juga sejarah pengobatan dan
vaksinasi.
3) ISOLASI TERNAK YANG MASUK UNTUK JANGKA WAKTU TERTENTU SEBELUM
DICAMPUR DENGAN TERNAK YANG LAIN DALAM KELOMPOK
• Sapi yang masuk harus diisolasi dengan diamati setiap hari.
• Jangka waktu isolasi setidaknya 4 minggu. Waktu ini memberikan masalah kesehatan akut
untuk muncul sebelum ternak yang dimasukkan dicampur dengan ternak lain dalam
kelompok.
• Setiap ternak yang menjadi sakit tak lama setelah pembelian, atau selama masa karantina,
harus diperiksa dokter hewan dan diberikan pengobatan yang tepat.
• Deteksi dini yang cepat dan pengobatan penyakit akut yang cepat dapat mencegah
serangan wabah penyakit menular ke kelompok ternak anda.
• Pengobatan sapi untuk parasit internal dan eksternal juga disarankan selama masa
karantina. Ini termasuk pemberian obat cacing dan vaksinasi (apabila diperlukan).
• Periode pemisahan awal memungkinkan stok untuk mengosongkan isi usus di area
terbatas dan dapat dikelola. Setiap benih gulma yang terkandung dalam feses akan
terbatas pada area karantina dan tidak mengkontaminasi area peternakan yang lebih luas.
4) MASUKKAN MATERIAL GENETIK — SEMEN, OVA DAN EMBRYO — DARI HEWAN
YANG TELAH DIUJI
• Industri pemuliaan ternak buatan (artificial breeding industry) berlisensi harus memenuhi
pengujian ekstensif untuk memastikan semen, ova dan embryo yang diperdagangkan
antara kelompok ternak bebas dari penyakit.
• Penyakit, seperti trichomoniasis, bovine pestivirus dan enzootic bovine leucosis (EBL)
dapat diintroduksi jika material genetik bersumber dari hewan yang belum memenuhi
persyaratan uji yang ketat.
5) MASUKKAN PAKAN KE AREA KECIL TERBATAS DI PETERNAKAN
• Penting untuk memiliki pengetahuan tentang latar belakang yang akurat tentang sumber
pakan yang akan dimasukkan sebagai stok pakan.
• Minta formulir deklarasi komoditi dari pemasok mengenai bahan kimia yang digunakan.
• Hay, silase dan biji-bijian dapat mengandung benih gulma berbahaya yang tanpa sadar
diperkenalkan ke peternakan anda atau peternakan tetangga.
• Kerugian produksi yang serius dan implementasi program pengendalian yang mahal
dapat terjadi jika pakan yang terkontaminsi gulma tersebar luas di area peternakan.
• Cobakan stok pakan di area kecil terbatas di mana masalah gulma dapat dideteksi lebih
awal dan diberantas dengan biaya rendah.
6) MINIMALKAN KONTAK DENGAN HEWAN LAIN
• Minimalkan kontak antara kelompok ternak yang bertetangga dapat mencegah hewan
yang membawa penyakit menular menyebar ke stok anda melalui kontak hidung ke
hidung melalui batas pagar.
• Ini dapat dicapai dengan berbagai strategi pemagaran seperti pagar listrik, pagar ganda
atau ring pagar yang terkunci, dan penggunaan semak dan pohon yang ketat.
• Pagar yang terawat dengan baik dan tahan juga akan mengurangi kemungkinan hewan
liar atau hewan tetangga masuk ke peternakan dan bercampur dengan stok anda.
7) JAGA AGAR HAMA TERKENDALI
• Hama seperti anjing, kucing, tikus besar dan tikus kecil semuanya dapat menyebarkan
penyakit. Penting untuk menjaga jumlah hama di bawah kendali yang ketat.
• Dengan membersihkan tumpahan biji-bijian, membatasi jumlah tempat persembunyian,
membuang stok mati dan penggunaan program strategi umpan (bait), maka jumlah hama
akan berkurang secara efektif.
• Lalat dan nyamuk harus dikendalikan untuk mengurangi masalah yang ditimbulkan
terhadap ternak, mengurangi penyebaran penyakit, seperti pink eye, dan mengurangi
penularan penyakit-penyakit yang ditularkan lewat darah (blood-borne disease).
9) GUNAKAN PRAKTIK-PRAKTIK PENCEGAHAN KESEHATAN HEWAN & MANAJEMEN
• Penyakit-penyakit clostridial seperti black leg, pulpy kidney dan tetanus dapat
berdampak pada kelompok ternak yang tidak divaksinasi. Vaksinasi adalah cara yang
murah dan efektif untuk meminimalkan dampak penyakit ini dan banyak penyakit sapi
yang penting lainnya.
• Suatu rencana vaksinasi yang disesuaikan untuk balai dan wilayah sekitar balai harus
diimplementasikan dengan arahan dan bantuan dinas yang membidangi fungsi
kesehatan hewan setempat.
• Penting untuk mendesinfeksi (atau mengubah) peralatan peternakan antar setiap
hewan. Sejumlah penyakit seperti EBL dapat menyebar lewat darah yang melekat di
peralatan seperti pemotong tanduk sapi dan jarum suntik untuk vaksinasi.
10) JAGA KENDARAAN AGAR TETAP BERSIH
• Kendaraan peternakan dan mesin adalah cara potensial lain untuk introduksi penyakit,
parasit dan gulma ke dalam peternakan anda.
• Ketika mengangkut stok ternak ke dalam peternakan, pastikan kendaraan dibersihkan
dan didisinfeksi sebelum dimuat, sehingga kontaminasi feses dari ternak lain tidak
diangkut ke peternakan anda.
• Ini harus menjadi praktik rutin untuk semua pekerja peternakan untuk menggunakan
pakaian bersih dan sepatu bot untuk bekerja.
• Pakaian dan sepatu bot harus bersih dan bebas dari material feses, debu dan darah.
• Agen penjualan stok ternak dan dokter hewan adalah contoh dari dua jenis pengunjung
yang berisiko tinggi bagi peternakan anda, karena mereka kontak dekat secara konstan
dengan kelompok ternak lain.
• Agen penjualan stok dan dokter hewan harus tiba di peternakan dengan pakaian dan
sepatu bot yang bersih.
• Peralatan yang digunakan oleh dokter hewan anda harus didisinfeksi sebelum dan setelah
digunakan.
• Pastikan seluruh pengunjung menggunakan pakaian yang baru dicuci dan sepatu bot yang
bersih sebelum memasuki peternakan.
• Penting seluruh pengunjung yang menangani stok ternak anda mengikuti prosedur
disinfeksi yang tepat, sehingga mereka tidak menularkan penyakit dari peternakan ke
peternakan.
• Simpan catatan/rekor pengunjung yang memasuki peternakan.
11) PENGUNJUNG (DOKTER HEWAN, PEKERJA, KELUARGA DAN TEMAN) – GUNAKAN
PAKAIAN BERSIH DAN SEPATU BOT
KOMPARTEMEN BEBAS PENYAKIT
DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK
Drh. Tri Satya Putri Naipospos MPhil PhD – Epidemiolog Veteriner
Brucellosis
▪ Brucellosis tidak hanya merupakan gangguan kesehatan yang penting pada
ternak, tetapi juga menyebabkan kerugian ekonomi yang tinggi di banyak
negara berkembang di seluruh dunia.
▪ Meskipun ada banyak upaya yang dilakukan untuk mengendalikan brucellosis,
penyakit ini masih menyebar di banyak daerah di dunia di mana penyakit ini
merupakan salah satu bahaya kesehatan yang paling penting yang berdampak
baik pada hewan dan manusia.
▪ Alasan untuk program pengendalian yang gagal, bisa disebabkan antara lain
karena tidak adanya vaksin yang sangat efektif, sapi jantan yang tidak
bersertifikat dll. untuk memahami mengapa prevalensi brucellosis pada ternak
tidak menurun di banyak daerah meskipun ada banyak upaya yang dilakukan
hingga saat ini.
Sumber: Dadar M. et al. (2021). REVIEW Importance of brucellosis control programs of livestock
on the improvement of one health. VETERINARY QUARTERLY, VOL. 41, NO. 1, 137–151.
Tanda klinis brucellosis
▪ Satu-satunya tanda klinis bahwa sapi muda atau induk
sapi menderita brucellosis adalah KEGUGURAN
(aborsi) ketika ternak mengeluarkan jutaan bakteri ke
lingkungan sekitar.
▪ Sapi muda/induk sapi yang terinfeksi yang
mengandung anak sapinya secara penuh juga akan
mengeluarkan bakteria pada saat melahirkan.
▪ Alternatif lain, anak sapi dapat membawa penyakit
tanpa menunjukkan gejala apapun atau bereaksi positif
terhadap uji darah (carrier laten) sampai ternak
tersebut menjadi bunting, ketika mereka mengalami
keguguran atau serokonversi (menjadi positif pada uji
serologis).
Sumber: Brucellosis biosecurity | Farmer's Weekly (farmersweekly.co.za).
Patogenesis brucella abortus
▪ Penyakit utamanya pada sapi, tetapi juga kadang-kadang pada domba, kambing
dan babi, infeksi B. abortus biasanya terlokalisasi pada sistim reproduksi dari
ternak dewasa secara seksual.
▪ Baik betina dan jantan dapat terpengaruh, meskipun komplikasi yang lebih
parah diamati pada betina.
▪ Brucellosis biasanya dikarakterisasi dengan keguguran (aborsi), kelahiran
prematur, plasenta tertahan (retained placenta) dan produksi susu menurun.
▪ Infertilitas terjadi antara 2 minggu hingga 5 bulan setelah infeksi, tetapi ternak
mendapatkan kembali kemampuan reproduksinya setelahnya.
▪ Penularan B. abortus tke manusia dilakukan melalui kontak langsung atau tidak
langsung dengan hewan terinfeksi atau produk hewan yang terkontaminasi.
Sumber: Brucella abortus | Mechanisms of Pathogenicity (mechpath.com)
Epidemiologi brucellosis
▪ Penularan antara hewan terutama disebabkan oleh
kontak setelah keguguran atau dengan menelan rumput
di padang rumput yang terkontaminasi dengan bakteria.
▪ Sumber inokulasi B. abortus lainnya termasuk peralatan
pemerahan susu dan inseminasi buatan dengan semen
yang terkontaminasi.
▪ Kerentanan meningkat ketika hewan menjadi dewasa
secara seksual dan menurun setidaknya seribu kali lipat
dengan vaksinasi.
▪ Penularan juga lebih sering terjadi pada kepadatan
kelompok yang tinggi.
▪ Brucellosis pada hewan jarang menyebabkan kematian,
tetapi tingkat keguguran individu ternak yang terinfeksi
adalah antara 30% dan 80%.
Identifikasi brucellosis
1. Kultur: Kultur darah memberikan bukti pasti adanya brucellosis tetapi mungkin tidak
memberikan hasil positif untuk semua hewan yang terinfeksi. Sentrifugasi lisis dan teknik
kultur gumpalan darah telah memberikan hasil yang menggembirakan dalam hal
sensitivitas dan kecepatan. Sistim kultur darah otomatis modern agak meningkatkan
kecepatan deteksi. Isolasi bakteri yang buruk dari kultur darah menyebabkan teknik ini tidak
praktis untuk diagnosis rutin.
2. Deteksi antigen: Metoda deteksi antigen dengan enzyme linked immunosorbent assay (ELISA)
cukup berguna dan beberapa sistim deteksi antigen terus dikembangkan.
3. Deteksi genom: Polymerase chain reaction (PCR) telah dieksplorasi untuk deteksi cepat dan
konfirmasi Brucella. Teknik karakterisasi molekuler adalah alat yang sangat berguna untuk
membedakan Brucella spp., terutama pengujian lanjutan dari hasil fenotipik yang tidak biasa.
Ketersediaan peralatan dan reagen menjadi kendala untuk teknik ini.
4. Deteksi antibodi: Keterbatasan alat yang disebutkan di atas membuat uji serologi untuk
deteksi antibodi menjadi alat yang paling berguna. Antibodi biasanya mulai muncul dalam
darah pada akhir minggu pertama infeksi, IgM muncul pertama kali diikuti oleh IgG.
Sumber: Srivastava A. et al. (2011). Brucellosis: Its Diagnosis, Prevention
and Treatment. J. Chem. Pharm. Res., 2011, 3(6):912-917
WOAH/OIE Code dan Manual: Brucellosis
Chapter 8.4.
Infection with Brucella
Abortus, B. melitensis
and B.suis
Chapter 3.1.4.
Brucellosis (infection
with Brucella Abortus,
B. melitensis and B.suis)
Ketentuan umum Brucella menurut WOAH
Artikel 8.4.1.:
▪ Tujuan untuk memitigasi risiko penyebaran penyakit, dan
risiko kesehatan manusia dari Brucella abortus, B. melitensis,
dan B. suis pada hewan.
▪ Brucella artinya Brucella abortus, B. melitensis, dan B. suis,
tidak termasuk strain vaksin.
▪ Kasus adalah seekor hewan terinfeksi dengan Brucella. Tidak
hanya mencakup kejadian dengan gejala klinis yang
disebabkan infeksi Brucella, tetapi juga keberadaan infeksi
Brucella pada kejadian tanpa gejala klinis.
▪ Infeksi Brucella di mana Brucella telah diisolasi dari sampel
seekor hewan, ATAU hasil positif terhadap suatu uji
diagnostik telah diperoleh, dan memiliki hubungan
epidemiologik dengan kasus tersebut.
Negara/zona bebas infeksi Brucella
Status negara/zona Status vaksinasi
1. Bebas historis (Artikel 8.4.3.)
2. Bebas infeksi Brucella pada sapi (Artikel 8.4.4. dan
8.4.5.)
Tanpa
vaksinasi
(8.4.4.)
Dengan
vaksinasi
(8.4.5.)
3. Bebas infeksi Brucella pada domba dan kambing
(Artikel 8.4.6. dan 8.4.7.)
Tanpa
vaksinasi
(8.4.6.)
Dengan
vaksinasi
(8.4.7.)
4. Bebas infeksi Brucella pada unta (Artikel 8.4.8.)
5. Bebas infeksi Brucella pada rusa (Artikel 8.4.9.)
Sumber: WOAH Terrestrial Animal Health Code (2021).
Definisi OIE - ‘herd’ (kelompok ternak)
▪ ‘Herd’ (Kelompok ternak) artinya
sejumlah hewan dari satu jenis yang dipelihara bersama di bawah kendali
manusia atau suatu kongregasi satwa liar.
▪ Suatu ‘herd’ biasanya dianggap sebagai ‘unit epidemiologi’.
▪ Kompartemen artinya:
subpopulasi hewan yang ada di satu atau lebih peternakan, terpisah dari
populasi rentan lainnya oleh sistim manajemen biosekuriti umum, dan
dengan status kesehatan hewan tertentu berkaitan dengan satu atau lebih
infeksi atau infestasi dimana tindakan-tindakan surveilans, biosekuriti dan
pengendalian yang diperlukan telah diterapkan untuk tujuan perdagangan
dan pencegahan dan pengendalian penyakit di suatu negara/zona.
Sumber: WOAH Terrestrial Animal Health Code (2021).
Kelompok ternak bebas infeksi Brucella
Status kelompok ternak Status vaksinasi
1. Kelompok ternak bebas infeksi Brucella pada sapi,
domba dan kambing, unta atau rusa (Artikel 8.4.10.
dan 8.4.11.)
Tanpa
vaksinasi
(8.4.10.)
Dengan
vaksinasi
(8.4.11.)
2. Kelompok ternak bebas infeksi Brucella pada babi (Artikel 8.4.12.)
Persyaratan kelompok bebas infeksi Brucella
Status Persyaratan
Tanpa
vaksinasi
(Artikel 8.4.10.)
• Kelompok ternak di negara atau zona bebas infeksi Brucella
tanpa vaksinasi dari kategori hewan yang relevan dan
disertifikasi bebas tanpa vaksinasi oleh Otoritas Veteriner;
ATAU
• Kelompok ternak di negara atau zona bebas infeksi Brucella
dengan vaksinasi dari kategori hewan yang relevan dan
disertifikasi bebas tanpa vaksinasi oleh Otoritas Veteriner;
dan tidak ada hewan dari kelompok ternak telah
divaksinasi dalam 3 tahun terakhir.
Dengan
vaksinasi
(Artikel 8.4.11.)
Kelompok ternak di negara atau zona bebas infeksi Brucella
dengan vaksinasi untuk kategori hewan yang relevan dan
disertifikasi bebas dengan vaksinasi oleh Otoritas Veteriner;
Sumber: WOAH Terrestrial Animal Health Code (2021).
Persyaratan kelompok ternak bebas infeksi Brucella
Artikel 8.4.10.:
1) Infeksi Brucella pada hewan merupakan penyakit yang wajib dilaporkan
(notifiable) di seluruh negeri;
2) Tidak ada hewan dalam kategori yang relevan dalam kelompok ternak telah
divaksinasi dalam 3 tahun terakhir (tanpa vaksinasi) ATAU
Hewan yang divaksinasi dari kategori yang relevan telah diidentifikasi secara
permanen sedemikian rupa (dengan vaksinasi);
3) Tidak ada kasus terdeteksi dalam kelompok ternak setidaknya setahun yang
lalu;
4) Hewan yang menunjukkan gejala klinis konsisten dengan infeksi
Brucella seperti keguguran telah dilakukan uji diagnostik yang diperlukan
dengan hasil negatif;
Sumber: WOAH Terrestrial Animal Health Code (2021).
Persyaratan kelompok ternak bebas infeksi Brucella
5) Untuk setidaknya selama setahun terakhir, tidak ada bukti infeksi Brucella di
kelompok ternak lain di peternakan yang sama, atau tindakan-tindakan telah
dilakukan untuk mencegah penularan infeksi Brucella dari kelompok ternak
lain.
6) Dua kali pengujian telah dilakukan dengan hasil negatif pada semua hewan
dewasa secara seksual (kecuali jantan yang dikastrasi dan betina yang
dikebiri), terhadap ternak yang ada di kelompok:
a) uji pertama dilakukan setidaknya sebelum 3 bulan setelah pemotongan kasus
terakhir; dan
b) uji ke-dua dengan interval lebih dari 6 bulan dan kurang dari 12 bulan.
27
Sumber: WOAH Terrestrial Animal Health Code (2021).
Persyaratan mempertahankan status kelompok ternak
bebas infeksi Brucella
Artikel 8.4.10. (tanpa vaksinasi):
1. Seluruh persyaratan kelompok ternak bebas infeksi telah terpenuhi;
2. Uji regular, dengan frekuensi bergantung pada prevalensi atau infeksi kelompok ternak
di negara atau zona, yang menunjukkan tidak ada infeksi Brucella yang berkelanjutan;
3. Hewan dari kategori yang relevan diintroduksi ke dalam kelompok ternak disertai
dengan sertifikat dari Dokter hewan berwenang yang menyatakan hewan berasal dari:
a) negara atau zona bebas infeksi Brucella dalam kategori yang relevan tanpa
vaksinasi; ATAU
b) negara atau zona bebas infeksi Brucella dengan vaksinasi dan hewan dari kategori
yang relevan tidak divaksinasi dalam 3 tahun terakhir; ATAU
c) kelompok ternak bebas infeksi Brucella dengan atau tanpa vaksinasi dan hewan
tersebut tidak divaksinasi dalam 3 tahun terakhir dan diuji untuk infeksi
Brucella antara 30 hari sebelum pengapalan dengan hasil negatif, dalam kasus
betina setelah kebuntingan (post partum), uji dilakukan setidaknya 30 hari
setelah melahirkan. Uji ini tidak diperlukan untuk hewan yang belum dewasa
kelamin termasuk jantan dikastrasi dan betina disterilkan.
Persyaratan mempertahankan status kelompok ternak
bebas infeksi Brucella
Artikel 8.4.11. (dengan vaksinasi):
1. Seluruh persyaratan kelompok ternak bebas infeksi telah terpenuhi;
2. Uji regular, dengan frekuensi bergantung pada prevalensi atau infeksi kelompok ternak
di negara atau zona, yang menunjukkan tidak ada infeksi Brucella yang berkelanjutan;
3. Hewan dari kategori yang relevan diintroduksi ke dalam kelompok ternak disertai
dengan sertifikat dari Dokter Hewan Berwenang yang menyatakan bahwa hewan
berasal dari:
a) negara atau zona bebas infeksi Brucella dalam kategori yang relevan tanpa atau
dengan vaksinasi; ATAU
b) kelompok ternak bebas infeksi Brucella dengan atau tanpa vaksinasi dan hewan
tersebut telah diuji untuk infeksi Brucella antara 30 hari sebelum pengapalan
dengan hasil negatif, dalam kasus betina setelah kebuntingan (post partum), uji
dilakukan setidaknya 30 hari setelah melahirkan. Uji ini tidak diperlukan untuk
hewan yang belum dewasa kelamin atau hewan yang divaksinasi berumur kurang
dari 18 bulan.
Tindakan kunci pencegahan brucellosis (1 – 7)
No. Tindakan kunci Kapan dilakukan?
1. Buang foetus dan sisa-sisa kelahiran dengan segera dan higienis, jangan
sampai berceceran sebelum benar-benar di disposal
Setiap saat
2. Jangan masukkan ternak ke dalam kelompok (herd) dari kelompok yang
terinfeksi brucellosis
Setiap saat
3. Jangan berbagi kandang dengan kelompok ternak yang terinfeksi
brucellosis
Setiap saat
4. Jangan berbagi penggembalaan dengan kelompok ternak yang terinfeksi
brucellosis
Setiap saat
5. Jangan menggunakan atau berbagi sapi pejantan dari kelompok ternak
yang terinfeksi brucellosis
Setiap saat
6. Jangan biarkan ternak digembalakan di tanah pemilik ternak lain yang
terinfeksi brucellosis
Setiap saat
7. Jangan tampung ternak di tempat pemilik lain yang terinfeksi brucellosis Setiap saat
Sumber: Statutory Biosecurity Guidance for Brucellosis. Department of Agriculture and Rural Development, UK.
Tindakan kunci pencegahan brucellosis (8 – 14)
No. Tindakan kunci Kapan dilakukan?
8. Jangan gunakan kendaraan atau peralatan yang telah bersentuhan
dengan ternak dari kelompok yang terinfeksi brucellosis
Setiap saat
9. Jangan gunakan atau sebarkan bubur kotoran (slurry) dari kelompok
ternak yang terinfeksi brucellosis
Setiap saat
10. Jangan membeli atau menggunakan silase atau pakan dari pemilik
kelompok yang terinfeksi brucellosis
Setiap saat
11. Jangan biarkan pekerja kandang yang terinfeksi brucellosis di
kelompoknya untuk kontak dengan ternak anda
Setiap saat
12. Jangan bekerja dengan pekerja kandang lain yang kelompoknya
terinfeksi brucellosis
Setiap saat
13. Jangan jual silase, pakan atau susu Ketika kelompok
ternak terinfeksi
brucellosis
14. Jangan berbagi sapi pejantan
Sumber: Statutory Biosecurity Guidance for Brucellosis. Department of Agriculture and Rural Development, UK.
Pengujian untuk brucellosis
▪ Pertama tentukan apakah kelompok ternak sapi anda terinfeksi
brucellosis.
▪ Sampel darah harus diambil dari seluruh sapi betina muda dan
betina dewasa di atas umur 18 bulan dan dari sapi jantan.
▪ Uji dilakukan dengan Rose Bengal Test (RBT), dilanjutkan
dengan Complement Fixation Test (CFT) bagi RBT positif.
▪ Pengujian terhadap ternak sapi yang lebih muda dapat
menyebabkan hasil positif palsu (false-positive) jika sapi
divaksinasi dengan Strain 19.
▪ Uji awal harus diikuti dengan uji ke-dua setelah 3 atau 5 bulan
kemudian.
▪ Setelah itu, kelompok ternak sapi harus diuji setiap 1 – 2 tahun.
▪ Jika kelompok ternak terinfeksi, maka reaktor positif harus
dikeluarkan dari kelompok dan dilakukan pemotongan bersyarat.
Sumber: Brucellosis biosecurity | Farmer's Weekly (farmersweekly.co.za)
Biosekuriti brucellosis
▪ Pagar
▪ Jaga pagar anda dalam kondisi baik untuk mencegah sapi yang
tidak diinginkan tersesat ke peternakan anda, karena tidak
diketahui status kesehatannya.
▪ Jika kelompok ternak tetangga anda terinfeksi, jauhkan ternak
anda dari pagar pembatas.
▪ Apabila ini tidak memungkinkan, jangan biarkan sapi anda
merumput di area yang berdekatan, karena material urin yang
terinfeksi dan sisa-sisa kelahiran dari induk sapi yang
terinfeksi dapat mengkontaminasi area yang berdekatan
tersebut.
▪ Pastikan setiap limpahan dari peternakan tetangga anda tidak
mengkontaminasi area peternakan anda atau air and (sungai,
bendungan) karena bakteria dapat bertahan dalam kondisi
lembab selama beberapa bulan dan menginfeksi sapi anda.
Biosekuriti brucellosis (lanjutan)
▪ Pembelian sapi
▪ Hanya beli sapi dari kelompok ternak yang negatif
brucellosis dengan tingkat biosekuriti yang sama (atau
lebih tinggi).
▪ Tanyakan kepada agen penjualan mengenai sejarah
brucellosis kelompok ternak dan catatan dari pengujian
kelompok terbaru.
▪ Masukkan sapi baru terisolasi dari kelompok ternak anda
dan uji terhadap penyakit (termasuk brucellosis),
sekaligus menggunakan kesempatan untuk
memvaksinasi mereka terhadap penyakit-penyakit lain.
▪ Setelah anda melakukan ini dan yakin sapi anda bebas
penyakit menular, masukkan sapi baru tersebut ke dalam
kelompok ternak anda.
Sumber: Brucellosis biosecurity | Farmer's Weekly (farmersweekly.co.za)
Biosekuriti brucellosis (lanjutan)
▪ Keguguran (aborsi)
Jika memungkinkan setiap keguguran yang terjadi di peternakan harus diambil
sampelnya untuk dikirimkan ke laboratorium, sehingga penyebab dapat
diidentifikasi dan brucellosis dapat dikecualikan.
▪ Kelahiran anak sapi
▪ Induk sapi harus melahirkan dalam isolasi.
▪ Disinfeksi kandang melahirkan segera setelahnya.
▪ Karena sapi yang terinfeksi dapat melahirkan secara normal dan tetap
mengeluarkan jutaan bakteri, segera singkirkan sisa-sisa kelahiran dan
hancurkan.
▪ Induk sapi harus dipelihara dalam kelompok yang lebih kecil, sehingga
apabila sapi mengalami keguguran akan menginfeksi lebih sedikit sapi.
Sumber: Brucellosis biosecurity | Farmer's Weekly (farmersweekly.co.za)
Biosekuriti brucellosis (lanjutan)
▪ Isolasi
▪ Sapi positif harus segera diisolasi dari sapi yang negatif untuk mengurangi risiko
penyeberan penyakit.
▪ Anak sapi betina muda yang berasal dari induk sapi terinfeksi harus diberi tanda
sedemikian rupa dan dikirimkan ke abatoir saat mencapai berat potong.
▪ Risiko menjadi ‘carrier laten’ penyakit terlalu tinggi begitu tinggi dengan
meninggalkan mereka dalam kelompok ternak.
• Colostrum
• Colostrum dari induk sapi positif tidak boleh dikumpulkan dan digunakan untuk anak
sapi dari induk sapai negatif.
• Ini dapat menginfeksi anak sapi, mengubahnya menjadi ‘carrier laten’ dan menjadi
sumber infeksi ketika keguguran atau melahirkan.
• Semua susu harus dipasteurisasi/dididihkan sebelum dikonsumsi untuk mencegah
infeksi pada manusia.
Sumber: Brucellosis biosecurity | Farmer's Weekly (farmersweekly.co.za)
TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...
Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...
Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...Tata Naipospos
 
Epidemiologi, Vaksin dan Vaksinasi PMK - Direktorat Kesehatan Hewan, 8-9 Agus...
Epidemiologi, Vaksin dan Vaksinasi PMK - Direktorat Kesehatan Hewan, 8-9 Agus...Epidemiologi, Vaksin dan Vaksinasi PMK - Direktorat Kesehatan Hewan, 8-9 Agus...
Epidemiologi, Vaksin dan Vaksinasi PMK - Direktorat Kesehatan Hewan, 8-9 Agus...Tata Naipospos
 
Situasi, Epidemiologi dan Mitigasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Daring Pusat KH...
Situasi, Epidemiologi dan Mitigasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Daring Pusat KH...Situasi, Epidemiologi dan Mitigasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Daring Pusat KH...
Situasi, Epidemiologi dan Mitigasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Daring Pusat KH...Tata Naipospos
 
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...Tata Naipospos
 
Mempertahankan Indonesia Bebas PMK Sesuai Kaidah OIE TAHC - Ditkeswan, Denpas...
Mempertahankan Indonesia Bebas PMK Sesuai Kaidah OIE TAHC - Ditkeswan, Denpas...Mempertahankan Indonesia Bebas PMK Sesuai Kaidah OIE TAHC - Ditkeswan, Denpas...
Mempertahankan Indonesia Bebas PMK Sesuai Kaidah OIE TAHC - Ditkeswan, Denpas...Tata Naipospos
 
Analisis Situasi Penyakit Mulut dan Kuku di India (Bag. 2) - Ditjen PKH, Bogo...
Analisis Situasi Penyakit Mulut dan Kuku di India (Bag. 2) - Ditjen PKH, Bogo...Analisis Situasi Penyakit Mulut dan Kuku di India (Bag. 2) - Ditjen PKH, Bogo...
Analisis Situasi Penyakit Mulut dan Kuku di India (Bag. 2) - Ditjen PKH, Bogo...Tata Naipospos
 
Siskeswannas di Era Globalisasi dan Teknologi Informasi - Ditkeswan, Cibubur,...
Siskeswannas di Era Globalisasi dan Teknologi Informasi - Ditkeswan, Cibubur,...Siskeswannas di Era Globalisasi dan Teknologi Informasi - Ditkeswan, Cibubur,...
Siskeswannas di Era Globalisasi dan Teknologi Informasi - Ditkeswan, Cibubur,...Tata Naipospos
 
Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat Penyakit Hewan - Ditkeswan-AIHSP, 4 Juni 2021
Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat Penyakit Hewan - Ditkeswan-AIHSP, 4 Juni 2021Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat Penyakit Hewan - Ditkeswan-AIHSP, 4 Juni 2021
Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat Penyakit Hewan - Ditkeswan-AIHSP, 4 Juni 2021Tata Naipospos
 
Pengendalian dan Penanganan African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan - Presentas...
Pengendalian dan Penanganan African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan - Presentas...Pengendalian dan Penanganan African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan - Presentas...
Pengendalian dan Penanganan African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan - Presentas...Tata Naipospos
 
Manajemen Kedaruratan PMK - MEAT & LIVESTOCK AUSTRALIA (MLA) - 2 Juni 2022
Manajemen Kedaruratan PMK - MEAT & LIVESTOCK AUSTRALIA (MLA) - 2 Juni 2022Manajemen Kedaruratan PMK - MEAT & LIVESTOCK AUSTRALIA (MLA) - 2 Juni 2022
Manajemen Kedaruratan PMK - MEAT & LIVESTOCK AUSTRALIA (MLA) - 2 Juni 2022Tata Naipospos
 
Peran Aktif Karantina Hewan dalam Mengelola Risiko - Pusat KH dan Kehani, BAR...
Peran Aktif Karantina Hewan dalam Mengelola Risiko - Pusat KH dan Kehani, BAR...Peran Aktif Karantina Hewan dalam Mengelola Risiko - Pusat KH dan Kehani, BAR...
Peran Aktif Karantina Hewan dalam Mengelola Risiko - Pusat KH dan Kehani, BAR...Tata Naipospos
 
Mungkinkah Kompartemen Bebas PMK di Indonesia? - Ditkeswan, Jakarta, 12-13 Ju...
Mungkinkah Kompartemen Bebas PMK di Indonesia? - Ditkeswan, Jakarta, 12-13 Ju...Mungkinkah Kompartemen Bebas PMK di Indonesia? - Ditkeswan, Jakarta, 12-13 Ju...
Mungkinkah Kompartemen Bebas PMK di Indonesia? - Ditkeswan, Jakarta, 12-13 Ju...Tata Naipospos
 
Surveilans Berbasis Risiko - BVet Lampung, Bandar Lampung, 2 April 2014
Surveilans Berbasis Risiko - BVet Lampung, Bandar Lampung, 2 April 2014Surveilans Berbasis Risiko - BVet Lampung, Bandar Lampung, 2 April 2014
Surveilans Berbasis Risiko - BVet Lampung, Bandar Lampung, 2 April 2014Tata Naipospos
 
Tantangan Peternakan dan Strategi Pengendalian Pasca Masuknya LSD - BVet Meda...
Tantangan Peternakan dan Strategi Pengendalian Pasca Masuknya LSD - BVet Meda...Tantangan Peternakan dan Strategi Pengendalian Pasca Masuknya LSD - BVet Meda...
Tantangan Peternakan dan Strategi Pengendalian Pasca Masuknya LSD - BVet Meda...Tata Naipospos
 
Surveilans dan Monitoring Vaksinasi Untuk Pengendalian PMK - RAKOR BVet Bukit...
Surveilans dan Monitoring Vaksinasi Untuk Pengendalian PMK - RAKOR BVet Bukit...Surveilans dan Monitoring Vaksinasi Untuk Pengendalian PMK - RAKOR BVet Bukit...
Surveilans dan Monitoring Vaksinasi Untuk Pengendalian PMK - RAKOR BVet Bukit...Tata Naipospos
 
Posedur Stamping Out (Babi Domestik) - Jakarta, 24-25 Oktober 2019
Posedur Stamping Out (Babi Domestik) - Jakarta, 24-25 Oktober 2019Posedur Stamping Out (Babi Domestik) - Jakarta, 24-25 Oktober 2019
Posedur Stamping Out (Babi Domestik) - Jakarta, 24-25 Oktober 2019Tata Naipospos
 
Epidemiologi, Dampak Ekonomi dan Peluang Pemberantasan LSD - IDHSI, 19 Maret ...
Epidemiologi, Dampak Ekonomi dan Peluang Pemberantasan LSD - IDHSI, 19 Maret ...Epidemiologi, Dampak Ekonomi dan Peluang Pemberantasan LSD - IDHSI, 19 Maret ...
Epidemiologi, Dampak Ekonomi dan Peluang Pemberantasan LSD - IDHSI, 19 Maret ...Tata Naipospos
 
Dampak dan Antisipasi Masuknya PMK ke Indonesia Bagi Peternakan Babi - ASOSIA...
Dampak dan Antisipasi Masuknya PMK ke Indonesia Bagi Peternakan Babi - ASOSIA...Dampak dan Antisipasi Masuknya PMK ke Indonesia Bagi Peternakan Babi - ASOSIA...
Dampak dan Antisipasi Masuknya PMK ke Indonesia Bagi Peternakan Babi - ASOSIA...Tata Naipospos
 

What's hot (20)

Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...
Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...
Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...
 
Romi novriadi pengendalian hama dan penyakit ikan
Romi novriadi pengendalian hama dan penyakit ikanRomi novriadi pengendalian hama dan penyakit ikan
Romi novriadi pengendalian hama dan penyakit ikan
 
Epidemiologi, Vaksin dan Vaksinasi PMK - Direktorat Kesehatan Hewan, 8-9 Agus...
Epidemiologi, Vaksin dan Vaksinasi PMK - Direktorat Kesehatan Hewan, 8-9 Agus...Epidemiologi, Vaksin dan Vaksinasi PMK - Direktorat Kesehatan Hewan, 8-9 Agus...
Epidemiologi, Vaksin dan Vaksinasi PMK - Direktorat Kesehatan Hewan, 8-9 Agus...
 
manajemen kesehatan ternak
manajemen kesehatan ternakmanajemen kesehatan ternak
manajemen kesehatan ternak
 
Situasi, Epidemiologi dan Mitigasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Daring Pusat KH...
Situasi, Epidemiologi dan Mitigasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Daring Pusat KH...Situasi, Epidemiologi dan Mitigasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Daring Pusat KH...
Situasi, Epidemiologi dan Mitigasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Daring Pusat KH...
 
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...
 
Mempertahankan Indonesia Bebas PMK Sesuai Kaidah OIE TAHC - Ditkeswan, Denpas...
Mempertahankan Indonesia Bebas PMK Sesuai Kaidah OIE TAHC - Ditkeswan, Denpas...Mempertahankan Indonesia Bebas PMK Sesuai Kaidah OIE TAHC - Ditkeswan, Denpas...
Mempertahankan Indonesia Bebas PMK Sesuai Kaidah OIE TAHC - Ditkeswan, Denpas...
 
Analisis Situasi Penyakit Mulut dan Kuku di India (Bag. 2) - Ditjen PKH, Bogo...
Analisis Situasi Penyakit Mulut dan Kuku di India (Bag. 2) - Ditjen PKH, Bogo...Analisis Situasi Penyakit Mulut dan Kuku di India (Bag. 2) - Ditjen PKH, Bogo...
Analisis Situasi Penyakit Mulut dan Kuku di India (Bag. 2) - Ditjen PKH, Bogo...
 
Siskeswannas di Era Globalisasi dan Teknologi Informasi - Ditkeswan, Cibubur,...
Siskeswannas di Era Globalisasi dan Teknologi Informasi - Ditkeswan, Cibubur,...Siskeswannas di Era Globalisasi dan Teknologi Informasi - Ditkeswan, Cibubur,...
Siskeswannas di Era Globalisasi dan Teknologi Informasi - Ditkeswan, Cibubur,...
 
Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat Penyakit Hewan - Ditkeswan-AIHSP, 4 Juni 2021
Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat Penyakit Hewan - Ditkeswan-AIHSP, 4 Juni 2021Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat Penyakit Hewan - Ditkeswan-AIHSP, 4 Juni 2021
Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat Penyakit Hewan - Ditkeswan-AIHSP, 4 Juni 2021
 
Pengendalian dan Penanganan African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan - Presentas...
Pengendalian dan Penanganan African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan - Presentas...Pengendalian dan Penanganan African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan - Presentas...
Pengendalian dan Penanganan African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan - Presentas...
 
Manajemen Kedaruratan PMK - MEAT & LIVESTOCK AUSTRALIA (MLA) - 2 Juni 2022
Manajemen Kedaruratan PMK - MEAT & LIVESTOCK AUSTRALIA (MLA) - 2 Juni 2022Manajemen Kedaruratan PMK - MEAT & LIVESTOCK AUSTRALIA (MLA) - 2 Juni 2022
Manajemen Kedaruratan PMK - MEAT & LIVESTOCK AUSTRALIA (MLA) - 2 Juni 2022
 
Peran Aktif Karantina Hewan dalam Mengelola Risiko - Pusat KH dan Kehani, BAR...
Peran Aktif Karantina Hewan dalam Mengelola Risiko - Pusat KH dan Kehani, BAR...Peran Aktif Karantina Hewan dalam Mengelola Risiko - Pusat KH dan Kehani, BAR...
Peran Aktif Karantina Hewan dalam Mengelola Risiko - Pusat KH dan Kehani, BAR...
 
Mungkinkah Kompartemen Bebas PMK di Indonesia? - Ditkeswan, Jakarta, 12-13 Ju...
Mungkinkah Kompartemen Bebas PMK di Indonesia? - Ditkeswan, Jakarta, 12-13 Ju...Mungkinkah Kompartemen Bebas PMK di Indonesia? - Ditkeswan, Jakarta, 12-13 Ju...
Mungkinkah Kompartemen Bebas PMK di Indonesia? - Ditkeswan, Jakarta, 12-13 Ju...
 
Surveilans Berbasis Risiko - BVet Lampung, Bandar Lampung, 2 April 2014
Surveilans Berbasis Risiko - BVet Lampung, Bandar Lampung, 2 April 2014Surveilans Berbasis Risiko - BVet Lampung, Bandar Lampung, 2 April 2014
Surveilans Berbasis Risiko - BVet Lampung, Bandar Lampung, 2 April 2014
 
Tantangan Peternakan dan Strategi Pengendalian Pasca Masuknya LSD - BVet Meda...
Tantangan Peternakan dan Strategi Pengendalian Pasca Masuknya LSD - BVet Meda...Tantangan Peternakan dan Strategi Pengendalian Pasca Masuknya LSD - BVet Meda...
Tantangan Peternakan dan Strategi Pengendalian Pasca Masuknya LSD - BVet Meda...
 
Surveilans dan Monitoring Vaksinasi Untuk Pengendalian PMK - RAKOR BVet Bukit...
Surveilans dan Monitoring Vaksinasi Untuk Pengendalian PMK - RAKOR BVet Bukit...Surveilans dan Monitoring Vaksinasi Untuk Pengendalian PMK - RAKOR BVet Bukit...
Surveilans dan Monitoring Vaksinasi Untuk Pengendalian PMK - RAKOR BVet Bukit...
 
Posedur Stamping Out (Babi Domestik) - Jakarta, 24-25 Oktober 2019
Posedur Stamping Out (Babi Domestik) - Jakarta, 24-25 Oktober 2019Posedur Stamping Out (Babi Domestik) - Jakarta, 24-25 Oktober 2019
Posedur Stamping Out (Babi Domestik) - Jakarta, 24-25 Oktober 2019
 
Epidemiologi, Dampak Ekonomi dan Peluang Pemberantasan LSD - IDHSI, 19 Maret ...
Epidemiologi, Dampak Ekonomi dan Peluang Pemberantasan LSD - IDHSI, 19 Maret ...Epidemiologi, Dampak Ekonomi dan Peluang Pemberantasan LSD - IDHSI, 19 Maret ...
Epidemiologi, Dampak Ekonomi dan Peluang Pemberantasan LSD - IDHSI, 19 Maret ...
 
Dampak dan Antisipasi Masuknya PMK ke Indonesia Bagi Peternakan Babi - ASOSIA...
Dampak dan Antisipasi Masuknya PMK ke Indonesia Bagi Peternakan Babi - ASOSIA...Dampak dan Antisipasi Masuknya PMK ke Indonesia Bagi Peternakan Babi - ASOSIA...
Dampak dan Antisipasi Masuknya PMK ke Indonesia Bagi Peternakan Babi - ASOSIA...
 

Similar to Kompetensi Biosekuriti dan Kompartemen Bebas Penyakit di Balai Pembibitan Ternak - BPTUHPT Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar, 9-10 November 2022

AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4PPGhybrid3
 
Bab viii pengendalian dan penanggulangan penyakit
Bab viii pengendalian dan penanggulangan penyakitBab viii pengendalian dan penanggulangan penyakit
Bab viii pengendalian dan penanggulangan penyakitRMontong
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3PPGhybrid3
 
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...Tata Naipospos
 
Memastikan Produk Aman dan Halal Dari Peternakan Sampai.pptx
Memastikan Produk Aman dan Halal Dari Peternakan Sampai.pptxMemastikan Produk Aman dan Halal Dari Peternakan Sampai.pptx
Memastikan Produk Aman dan Halal Dari Peternakan Sampai.pptxrullyprayoga1
 
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...Tata Naipospos
 
Peran Dokter Hewan Dalam Implementasi Penatalayanan Antimikroba - PDHI-FAVA-F...
Peran Dokter Hewan Dalam Implementasi Penatalayanan Antimikroba - PDHI-FAVA-F...Peran Dokter Hewan Dalam Implementasi Penatalayanan Antimikroba - PDHI-FAVA-F...
Peran Dokter Hewan Dalam Implementasi Penatalayanan Antimikroba - PDHI-FAVA-F...Tata Naipospos
 
Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...
Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...
Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...Tata Naipospos
 
Restrukturisasi Sektor Perunggasan Dalam Rangka Avian Influenza - IMAKAHI dan...
Restrukturisasi Sektor Perunggasan Dalam Rangka Avian Influenza - IMAKAHI dan...Restrukturisasi Sektor Perunggasan Dalam Rangka Avian Influenza - IMAKAHI dan...
Restrukturisasi Sektor Perunggasan Dalam Rangka Avian Influenza - IMAKAHI dan...Tata Naipospos
 
AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3PPGhybrid3
 
Bimtek Karantina Mitigasi Risiko Karkas, Daging dan Jeroan - BUTTMKP, Bekasi,...
Bimtek Karantina Mitigasi Risiko Karkas, Daging dan Jeroan - BUTTMKP, Bekasi,...Bimtek Karantina Mitigasi Risiko Karkas, Daging dan Jeroan - BUTTMKP, Bekasi,...
Bimtek Karantina Mitigasi Risiko Karkas, Daging dan Jeroan - BUTTMKP, Bekasi,...Tata Naipospos
 
Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...
Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...
Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...Tata Naipospos
 
Materi ajar berbasis problem based learning m5 kb3 dk
Materi ajar berbasis problem based learning m5 kb3 dkMateri ajar berbasis problem based learning m5 kb3 dk
Materi ajar berbasis problem based learning m5 kb3 dkDediKusmana2
 
AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3PPGhybrid3
 
Pencegahan klb wabah
Pencegahan klb wabahPencegahan klb wabah
Pencegahan klb wabahAnggita Dewi
 
Konsep Kompartemen Bebas Avian Influenza - Komnas FBPI, Kemenko Kesra, 2006
Konsep Kompartemen Bebas Avian Influenza - Komnas FBPI, Kemenko Kesra, 2006Konsep Kompartemen Bebas Avian Influenza - Komnas FBPI, Kemenko Kesra, 2006
Konsep Kompartemen Bebas Avian Influenza - Komnas FBPI, Kemenko Kesra, 2006Tata Naipospos
 
Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...
Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...
Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...Tata Naipospos
 
Konsep Penatagunaan Antimikroba di Kesehatan Hewan - Ditkeswan-FAO Indonesia,...
Konsep Penatagunaan Antimikroba di Kesehatan Hewan - Ditkeswan-FAO Indonesia,...Konsep Penatagunaan Antimikroba di Kesehatan Hewan - Ditkeswan-FAO Indonesia,...
Konsep Penatagunaan Antimikroba di Kesehatan Hewan - Ditkeswan-FAO Indonesia,...Tata Naipospos
 
Aplikasi TAKESI (Teknologi Android Kesehatan Sapi) _ Materi Training "Peningk...
Aplikasi TAKESI (Teknologi Android Kesehatan Sapi) _ Materi Training "Peningk...Aplikasi TAKESI (Teknologi Android Kesehatan Sapi) _ Materi Training "Peningk...
Aplikasi TAKESI (Teknologi Android Kesehatan Sapi) _ Materi Training "Peningk...Kanaidi ken
 

Similar to Kompetensi Biosekuriti dan Kompartemen Bebas Penyakit di Balai Pembibitan Ternak - BPTUHPT Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar, 9-10 November 2022 (20)

AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4
 
Bab viii pengendalian dan penanggulangan penyakit
Bab viii pengendalian dan penanggulangan penyakitBab viii pengendalian dan penanggulangan penyakit
Bab viii pengendalian dan penanggulangan penyakit
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
 
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
 
Memastikan Produk Aman dan Halal Dari Peternakan Sampai.pptx
Memastikan Produk Aman dan Halal Dari Peternakan Sampai.pptxMemastikan Produk Aman dan Halal Dari Peternakan Sampai.pptx
Memastikan Produk Aman dan Halal Dari Peternakan Sampai.pptx
 
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
 
Peran Dokter Hewan Dalam Implementasi Penatalayanan Antimikroba - PDHI-FAVA-F...
Peran Dokter Hewan Dalam Implementasi Penatalayanan Antimikroba - PDHI-FAVA-F...Peran Dokter Hewan Dalam Implementasi Penatalayanan Antimikroba - PDHI-FAVA-F...
Peran Dokter Hewan Dalam Implementasi Penatalayanan Antimikroba - PDHI-FAVA-F...
 
Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...
Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...
Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...
 
Restrukturisasi Sektor Perunggasan Dalam Rangka Avian Influenza - IMAKAHI dan...
Restrukturisasi Sektor Perunggasan Dalam Rangka Avian Influenza - IMAKAHI dan...Restrukturisasi Sektor Perunggasan Dalam Rangka Avian Influenza - IMAKAHI dan...
Restrukturisasi Sektor Perunggasan Dalam Rangka Avian Influenza - IMAKAHI dan...
 
AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3
 
Bimtek Karantina Mitigasi Risiko Karkas, Daging dan Jeroan - BUTTMKP, Bekasi,...
Bimtek Karantina Mitigasi Risiko Karkas, Daging dan Jeroan - BUTTMKP, Bekasi,...Bimtek Karantina Mitigasi Risiko Karkas, Daging dan Jeroan - BUTTMKP, Bekasi,...
Bimtek Karantina Mitigasi Risiko Karkas, Daging dan Jeroan - BUTTMKP, Bekasi,...
 
Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...
Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...
Calon Dokter Hewan Sebagai Garda Keamanan Pangan - Kegiatan Mahasiswa FKH IPB...
 
Materi ajar berbasis problem based learning m5 kb3 dk
Materi ajar berbasis problem based learning m5 kb3 dkMateri ajar berbasis problem based learning m5 kb3 dk
Materi ajar berbasis problem based learning m5 kb3 dk
 
AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3
 
Buku penyakit ternak
Buku penyakit ternakBuku penyakit ternak
Buku penyakit ternak
 
Pencegahan klb wabah
Pencegahan klb wabahPencegahan klb wabah
Pencegahan klb wabah
 
Konsep Kompartemen Bebas Avian Influenza - Komnas FBPI, Kemenko Kesra, 2006
Konsep Kompartemen Bebas Avian Influenza - Komnas FBPI, Kemenko Kesra, 2006Konsep Kompartemen Bebas Avian Influenza - Komnas FBPI, Kemenko Kesra, 2006
Konsep Kompartemen Bebas Avian Influenza - Komnas FBPI, Kemenko Kesra, 2006
 
Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...
Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...
Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...
 
Konsep Penatagunaan Antimikroba di Kesehatan Hewan - Ditkeswan-FAO Indonesia,...
Konsep Penatagunaan Antimikroba di Kesehatan Hewan - Ditkeswan-FAO Indonesia,...Konsep Penatagunaan Antimikroba di Kesehatan Hewan - Ditkeswan-FAO Indonesia,...
Konsep Penatagunaan Antimikroba di Kesehatan Hewan - Ditkeswan-FAO Indonesia,...
 
Aplikasi TAKESI (Teknologi Android Kesehatan Sapi) _ Materi Training "Peningk...
Aplikasi TAKESI (Teknologi Android Kesehatan Sapi) _ Materi Training "Peningk...Aplikasi TAKESI (Teknologi Android Kesehatan Sapi) _ Materi Training "Peningk...
Aplikasi TAKESI (Teknologi Android Kesehatan Sapi) _ Materi Training "Peningk...
 

More from Tata Naipospos

Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024Tata Naipospos
 
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...Tata Naipospos
 
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024Tata Naipospos
 
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023Tata Naipospos
 
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023Tata Naipospos
 
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...Tata Naipospos
 
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...Tata Naipospos
 
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...Tata Naipospos
 
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...Tata Naipospos
 
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...Tata Naipospos
 
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...Tata Naipospos
 
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...Tata Naipospos
 
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...Tata Naipospos
 
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023Tata Naipospos
 
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023Tata Naipospos
 
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...Tata Naipospos
 
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...Tata Naipospos
 
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...Tata Naipospos
 
Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...
Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...
Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...Tata Naipospos
 
Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...
Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...
Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...Tata Naipospos
 

More from Tata Naipospos (20)

Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
 
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
 
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
 
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
 
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
 
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
 
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
 
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
 
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
 
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
 
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
 
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
 
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
 
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
 
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
 
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
 
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
 
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
 
Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...
Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...
Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...
 
Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...
Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...
Bahan Pembahasan Penyusunan Peta Jalan Pengendalian PMK - Ditkeswan-AIHSP, 24...
 

Recently uploaded

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 

Recently uploaded (20)

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 

Kompetensi Biosekuriti dan Kompartemen Bebas Penyakit di Balai Pembibitan Ternak - BPTUHPT Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar, 9-10 November 2022

  • 1. KOMPETENSI BIOSEKURITI DAN KOMPARTEMEN BEBAS PENYAKIT DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK Drh. Tri Satya Putri Naipospos MPhil PhD Komisi Ahli Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Karantina Hewan Kementerian Pertanian Bimbingan Teknis Kompetensi Biosekuriti serta Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan Aula BPTU-HPT Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh – 9-10 November 2022
  • 2. BIOSEKURITI DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK Drh. Tri Satya Putri Naipospos MPhil PhD – Epidemiolog Veteriner
  • 3. Fakta mengenai biosekuriti • Prosedur dan praktik biosekuriti mengurangi penularan organisme penyebab penyakit (patogen) antara dan di dalam peternakan. • Rencana biosekuriti dapat melindungi peternakan dari patogen eksternal dan meminimalkan penularan penyakit di dalam sistim manajemen peternakan. Sumber: Biosecurity for cattle operations | UMN Extension
  • 4. Mengapa biosekuriti penting? ▪ Hewan sehat Menjalankan praktik biosekuriti akan mengurangi kemungkinan penyakit berbahaya menyerang hewan anda. Melindungi peternakan anda dari patogen luar membantu bisnis anda untuk terus tidak terpengaruh karena adanya sapi produktif yang sehat. ▪ Keberlangsungan bisnis Jika wabah penyakit terjadi, memiliki rencana biosekuriti sehari-hari dapat melindungi anda dari kemungkinan terinfeksi sebelum penyakit dapat dikendalikan. Memiliki rencana tambahan untuk meningkatkan biosekuriti akan membantu anda memperoleh izin ketika lalu lintas ternak dibatasi dan menjaga bisnis anda berjalan seperti biasa selama wabah. ▪ Keamanan pangan Hasil dari ternak baik produksi susu atau daging berarti peternakan anda menyediakan pangan hewani. Memiliki biosekuriti yang tepat akan membantu memastikan anda terus berproduksi pangan hewani yang aman bagi masyarakat. Sumber: Biosecurity for cattle operations | UMN Extension
  • 5. Bagaimana memulai biosekuriti di peternakan? ▪ Tentukan tujuan dari biosekuriti ▪ Apakah ada penyakit tertentu yang menjadi target anda? Apakah ada penyakit tertentu yang dikhawatirkan bisa menyerang peternakan anda? Ini pertanyaan yang bagus untuk memulai dan menentukan seberapa ketat protokol biosekuriti yang anda perlukan. ▪ Bicarakan dengan dokter hewan anda dan libatkan mereka ▪ Dokter hewan anda adalah orang yang bekerja dengan anda yang dapat mengomentari keseluruhan sistim peternakan anda dan bagaimana semuanya harus bisa bekerja sama. Pelatihan biosekuriti harus ada yang dapat membantu anda mengembangkan rencana yang menargetkan risiko penularan yang paling signifikan. ▪ Buat rencana biosekuriti ▪ Menuliskan protokol dan serangkaian praktik tertentu sangat penting. Anda, para pekerja, dan semua orang yang mengunjungi peternakan perlu memiliki sesuatu yang dapat mereka rujuk. Bahkan jika protokolnya sederhana, perlu dituliskan. Pertimbangkan untuk membuat materi yang merupakan pengingat visual untuk diri sendiri dan staf, seperti tanda dan poster. Rencana anda harus mencakup cara untuk mengukur apakah hal tersebut memiliki efek atau tidak setelah diberlakukan. Sumber: Biosecurity for cattle operations | UMN Extension
  • 6. Biosekuriti peternakan ▪ Biosekuriti Eksternal • Biosekuriti eksternal mengacu pada prosedur dan praktik yang mengurangi penularan patogen dari sumber di luar peternakan. • Termasuk manajemen pengunjung rutin seperti truk pengangkut ternak, pengangkutan pakan, pelanggan permanen, peminjam peralatan dlsb. • Biosekuriti eksternal juga menyediakan manajemen hewan yang dibeli/disewa. ▪ Biosekuriti Internal • Biosekuriti internal mengacu pada prosedur dan praktik di peternakan untuk mencegah penularan patogen antar area di peternakan. • Contoh praktik biosekuriti internal adalah mencuci sepatu bot sebelum memasuki kandang anak sapi atau memiliki satu set pakaian yang sama sekali berbeda untuk bekerja dengan anak sapi. • Mencuci sepatu bot atau memiliki pakaian terpisah akan membantu mencegah organisme yang berpotensi berbahaya yang bisa ditularkan dari penggembala sapi ke populasi anak sapi. Sumber: Biosecurity for cattle operations | UMN Extension
  • 7. Rencana biosekuriti ▪ Biosekuriti adalah implementasi serangkaian praktik manajemen dasar untuk mencegah introduksi penyakit menular dan gulma berbahaya. ▪ Rencana biosekuriti yang sederhana dan dijalankan dengan tepat dapat melindungi investasi peternakan anda. ▪ Pencegahan terhadap introduksi penyakit hewan dan gulma dengan mematuhi beberapa aturan yang sederhana dapat mencegah bencana. ▪ Rintangan umum yang dihadapi oleh produsen ternak adalah ketidakmampuan untuk menerapkan konsep biosekuriti menjadi langkah-langkah sederhana dan mudah dimengerti yang dapat dipraktikkan secara sederhana oleh seluruh pekerja peternakan dan pengunjung. ▪ Rencana biosekuriti yang direncanakan dengan baik yang dibuat secara tertulis dan dipahami oleh seluruh pekerja di peternakan anda (termasuk kontraktor) akan membantu dalam pencegahan masuknya penyakit ke dalam kelompok ternak anda. ▪ Rencana biosekuriti tidak hanya berkaitan dengan penyakit eksotik tetapi juga penyakit endemik dan gulma yang menyebabkan kerugian ekonomi ke bisnis petrenakan anda. Sumber: A practical approach to beef herd biosecurity | Biosecurity for beef cattle | Agriculture Victoria
  • 8. Standar biosekuriti untuk peternakan sapi 1) MASUKKAN TERNAK HANYA DENGAN STATUS KESEHATAN YANG DIKETAHUI • Suatu kelompok ternak yang tertutup menawarkan keamanan terbaik terhadap introduksi penyakit. • Tidak hanya potensi risiko penyakit yang harus dipertimbangkan dalam membeli sapi hidup, tetapi juga harus dipertimbangkan ketika membeli semen, ova atau embryo untuk program inseminasi buatan (IB). 2) BELI SAPI LANGSUNG DARI PEMBIBIT (BREEDER) • Stok baru idealnya harus dibeli langsung dari pembibit. Pembeli harus mendapatkan rekor/catatan pengobatan dan vaksinasi untuk membeli ternak melalui Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH). • Ketika membeli sapi dari kelompok ternak manapun, SKKH menjadi suatu keharusan, karena hal ini akan memberikan informasi yang berharga mengenai risiko beberapa penyakit bagi kelompok ternak di peternakan anda, begitu juga sejarah pengobatan dan vaksinasi.
  • 9. 3) ISOLASI TERNAK YANG MASUK UNTUK JANGKA WAKTU TERTENTU SEBELUM DICAMPUR DENGAN TERNAK YANG LAIN DALAM KELOMPOK • Sapi yang masuk harus diisolasi dengan diamati setiap hari. • Jangka waktu isolasi setidaknya 4 minggu. Waktu ini memberikan masalah kesehatan akut untuk muncul sebelum ternak yang dimasukkan dicampur dengan ternak lain dalam kelompok. • Setiap ternak yang menjadi sakit tak lama setelah pembelian, atau selama masa karantina, harus diperiksa dokter hewan dan diberikan pengobatan yang tepat. • Deteksi dini yang cepat dan pengobatan penyakit akut yang cepat dapat mencegah serangan wabah penyakit menular ke kelompok ternak anda. • Pengobatan sapi untuk parasit internal dan eksternal juga disarankan selama masa karantina. Ini termasuk pemberian obat cacing dan vaksinasi (apabila diperlukan). • Periode pemisahan awal memungkinkan stok untuk mengosongkan isi usus di area terbatas dan dapat dikelola. Setiap benih gulma yang terkandung dalam feses akan terbatas pada area karantina dan tidak mengkontaminasi area peternakan yang lebih luas.
  • 10. 4) MASUKKAN MATERIAL GENETIK — SEMEN, OVA DAN EMBRYO — DARI HEWAN YANG TELAH DIUJI • Industri pemuliaan ternak buatan (artificial breeding industry) berlisensi harus memenuhi pengujian ekstensif untuk memastikan semen, ova dan embryo yang diperdagangkan antara kelompok ternak bebas dari penyakit. • Penyakit, seperti trichomoniasis, bovine pestivirus dan enzootic bovine leucosis (EBL) dapat diintroduksi jika material genetik bersumber dari hewan yang belum memenuhi persyaratan uji yang ketat. 5) MASUKKAN PAKAN KE AREA KECIL TERBATAS DI PETERNAKAN • Penting untuk memiliki pengetahuan tentang latar belakang yang akurat tentang sumber pakan yang akan dimasukkan sebagai stok pakan. • Minta formulir deklarasi komoditi dari pemasok mengenai bahan kimia yang digunakan. • Hay, silase dan biji-bijian dapat mengandung benih gulma berbahaya yang tanpa sadar diperkenalkan ke peternakan anda atau peternakan tetangga. • Kerugian produksi yang serius dan implementasi program pengendalian yang mahal dapat terjadi jika pakan yang terkontaminsi gulma tersebar luas di area peternakan. • Cobakan stok pakan di area kecil terbatas di mana masalah gulma dapat dideteksi lebih awal dan diberantas dengan biaya rendah.
  • 11. 6) MINIMALKAN KONTAK DENGAN HEWAN LAIN • Minimalkan kontak antara kelompok ternak yang bertetangga dapat mencegah hewan yang membawa penyakit menular menyebar ke stok anda melalui kontak hidung ke hidung melalui batas pagar. • Ini dapat dicapai dengan berbagai strategi pemagaran seperti pagar listrik, pagar ganda atau ring pagar yang terkunci, dan penggunaan semak dan pohon yang ketat. • Pagar yang terawat dengan baik dan tahan juga akan mengurangi kemungkinan hewan liar atau hewan tetangga masuk ke peternakan dan bercampur dengan stok anda. 7) JAGA AGAR HAMA TERKENDALI • Hama seperti anjing, kucing, tikus besar dan tikus kecil semuanya dapat menyebarkan penyakit. Penting untuk menjaga jumlah hama di bawah kendali yang ketat. • Dengan membersihkan tumpahan biji-bijian, membatasi jumlah tempat persembunyian, membuang stok mati dan penggunaan program strategi umpan (bait), maka jumlah hama akan berkurang secara efektif. • Lalat dan nyamuk harus dikendalikan untuk mengurangi masalah yang ditimbulkan terhadap ternak, mengurangi penyebaran penyakit, seperti pink eye, dan mengurangi penularan penyakit-penyakit yang ditularkan lewat darah (blood-borne disease).
  • 12. 9) GUNAKAN PRAKTIK-PRAKTIK PENCEGAHAN KESEHATAN HEWAN & MANAJEMEN • Penyakit-penyakit clostridial seperti black leg, pulpy kidney dan tetanus dapat berdampak pada kelompok ternak yang tidak divaksinasi. Vaksinasi adalah cara yang murah dan efektif untuk meminimalkan dampak penyakit ini dan banyak penyakit sapi yang penting lainnya. • Suatu rencana vaksinasi yang disesuaikan untuk balai dan wilayah sekitar balai harus diimplementasikan dengan arahan dan bantuan dinas yang membidangi fungsi kesehatan hewan setempat. • Penting untuk mendesinfeksi (atau mengubah) peralatan peternakan antar setiap hewan. Sejumlah penyakit seperti EBL dapat menyebar lewat darah yang melekat di peralatan seperti pemotong tanduk sapi dan jarum suntik untuk vaksinasi. 10) JAGA KENDARAAN AGAR TETAP BERSIH • Kendaraan peternakan dan mesin adalah cara potensial lain untuk introduksi penyakit, parasit dan gulma ke dalam peternakan anda. • Ketika mengangkut stok ternak ke dalam peternakan, pastikan kendaraan dibersihkan dan didisinfeksi sebelum dimuat, sehingga kontaminasi feses dari ternak lain tidak diangkut ke peternakan anda.
  • 13. • Ini harus menjadi praktik rutin untuk semua pekerja peternakan untuk menggunakan pakaian bersih dan sepatu bot untuk bekerja. • Pakaian dan sepatu bot harus bersih dan bebas dari material feses, debu dan darah. • Agen penjualan stok ternak dan dokter hewan adalah contoh dari dua jenis pengunjung yang berisiko tinggi bagi peternakan anda, karena mereka kontak dekat secara konstan dengan kelompok ternak lain. • Agen penjualan stok dan dokter hewan harus tiba di peternakan dengan pakaian dan sepatu bot yang bersih. • Peralatan yang digunakan oleh dokter hewan anda harus didisinfeksi sebelum dan setelah digunakan. • Pastikan seluruh pengunjung menggunakan pakaian yang baru dicuci dan sepatu bot yang bersih sebelum memasuki peternakan. • Penting seluruh pengunjung yang menangani stok ternak anda mengikuti prosedur disinfeksi yang tepat, sehingga mereka tidak menularkan penyakit dari peternakan ke peternakan. • Simpan catatan/rekor pengunjung yang memasuki peternakan. 11) PENGUNJUNG (DOKTER HEWAN, PEKERJA, KELUARGA DAN TEMAN) – GUNAKAN PAKAIAN BERSIH DAN SEPATU BOT
  • 14. KOMPARTEMEN BEBAS PENYAKIT DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK Drh. Tri Satya Putri Naipospos MPhil PhD – Epidemiolog Veteriner
  • 15. Brucellosis ▪ Brucellosis tidak hanya merupakan gangguan kesehatan yang penting pada ternak, tetapi juga menyebabkan kerugian ekonomi yang tinggi di banyak negara berkembang di seluruh dunia. ▪ Meskipun ada banyak upaya yang dilakukan untuk mengendalikan brucellosis, penyakit ini masih menyebar di banyak daerah di dunia di mana penyakit ini merupakan salah satu bahaya kesehatan yang paling penting yang berdampak baik pada hewan dan manusia. ▪ Alasan untuk program pengendalian yang gagal, bisa disebabkan antara lain karena tidak adanya vaksin yang sangat efektif, sapi jantan yang tidak bersertifikat dll. untuk memahami mengapa prevalensi brucellosis pada ternak tidak menurun di banyak daerah meskipun ada banyak upaya yang dilakukan hingga saat ini. Sumber: Dadar M. et al. (2021). REVIEW Importance of brucellosis control programs of livestock on the improvement of one health. VETERINARY QUARTERLY, VOL. 41, NO. 1, 137–151.
  • 16. Tanda klinis brucellosis ▪ Satu-satunya tanda klinis bahwa sapi muda atau induk sapi menderita brucellosis adalah KEGUGURAN (aborsi) ketika ternak mengeluarkan jutaan bakteri ke lingkungan sekitar. ▪ Sapi muda/induk sapi yang terinfeksi yang mengandung anak sapinya secara penuh juga akan mengeluarkan bakteria pada saat melahirkan. ▪ Alternatif lain, anak sapi dapat membawa penyakit tanpa menunjukkan gejala apapun atau bereaksi positif terhadap uji darah (carrier laten) sampai ternak tersebut menjadi bunting, ketika mereka mengalami keguguran atau serokonversi (menjadi positif pada uji serologis). Sumber: Brucellosis biosecurity | Farmer's Weekly (farmersweekly.co.za).
  • 17. Patogenesis brucella abortus ▪ Penyakit utamanya pada sapi, tetapi juga kadang-kadang pada domba, kambing dan babi, infeksi B. abortus biasanya terlokalisasi pada sistim reproduksi dari ternak dewasa secara seksual. ▪ Baik betina dan jantan dapat terpengaruh, meskipun komplikasi yang lebih parah diamati pada betina. ▪ Brucellosis biasanya dikarakterisasi dengan keguguran (aborsi), kelahiran prematur, plasenta tertahan (retained placenta) dan produksi susu menurun. ▪ Infertilitas terjadi antara 2 minggu hingga 5 bulan setelah infeksi, tetapi ternak mendapatkan kembali kemampuan reproduksinya setelahnya. ▪ Penularan B. abortus tke manusia dilakukan melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan hewan terinfeksi atau produk hewan yang terkontaminasi. Sumber: Brucella abortus | Mechanisms of Pathogenicity (mechpath.com)
  • 18. Epidemiologi brucellosis ▪ Penularan antara hewan terutama disebabkan oleh kontak setelah keguguran atau dengan menelan rumput di padang rumput yang terkontaminasi dengan bakteria. ▪ Sumber inokulasi B. abortus lainnya termasuk peralatan pemerahan susu dan inseminasi buatan dengan semen yang terkontaminasi. ▪ Kerentanan meningkat ketika hewan menjadi dewasa secara seksual dan menurun setidaknya seribu kali lipat dengan vaksinasi. ▪ Penularan juga lebih sering terjadi pada kepadatan kelompok yang tinggi. ▪ Brucellosis pada hewan jarang menyebabkan kematian, tetapi tingkat keguguran individu ternak yang terinfeksi adalah antara 30% dan 80%.
  • 19. Identifikasi brucellosis 1. Kultur: Kultur darah memberikan bukti pasti adanya brucellosis tetapi mungkin tidak memberikan hasil positif untuk semua hewan yang terinfeksi. Sentrifugasi lisis dan teknik kultur gumpalan darah telah memberikan hasil yang menggembirakan dalam hal sensitivitas dan kecepatan. Sistim kultur darah otomatis modern agak meningkatkan kecepatan deteksi. Isolasi bakteri yang buruk dari kultur darah menyebabkan teknik ini tidak praktis untuk diagnosis rutin. 2. Deteksi antigen: Metoda deteksi antigen dengan enzyme linked immunosorbent assay (ELISA) cukup berguna dan beberapa sistim deteksi antigen terus dikembangkan. 3. Deteksi genom: Polymerase chain reaction (PCR) telah dieksplorasi untuk deteksi cepat dan konfirmasi Brucella. Teknik karakterisasi molekuler adalah alat yang sangat berguna untuk membedakan Brucella spp., terutama pengujian lanjutan dari hasil fenotipik yang tidak biasa. Ketersediaan peralatan dan reagen menjadi kendala untuk teknik ini. 4. Deteksi antibodi: Keterbatasan alat yang disebutkan di atas membuat uji serologi untuk deteksi antibodi menjadi alat yang paling berguna. Antibodi biasanya mulai muncul dalam darah pada akhir minggu pertama infeksi, IgM muncul pertama kali diikuti oleh IgG. Sumber: Srivastava A. et al. (2011). Brucellosis: Its Diagnosis, Prevention and Treatment. J. Chem. Pharm. Res., 2011, 3(6):912-917
  • 20. WOAH/OIE Code dan Manual: Brucellosis Chapter 8.4. Infection with Brucella Abortus, B. melitensis and B.suis Chapter 3.1.4. Brucellosis (infection with Brucella Abortus, B. melitensis and B.suis)
  • 21. Ketentuan umum Brucella menurut WOAH Artikel 8.4.1.: ▪ Tujuan untuk memitigasi risiko penyebaran penyakit, dan risiko kesehatan manusia dari Brucella abortus, B. melitensis, dan B. suis pada hewan. ▪ Brucella artinya Brucella abortus, B. melitensis, dan B. suis, tidak termasuk strain vaksin. ▪ Kasus adalah seekor hewan terinfeksi dengan Brucella. Tidak hanya mencakup kejadian dengan gejala klinis yang disebabkan infeksi Brucella, tetapi juga keberadaan infeksi Brucella pada kejadian tanpa gejala klinis. ▪ Infeksi Brucella di mana Brucella telah diisolasi dari sampel seekor hewan, ATAU hasil positif terhadap suatu uji diagnostik telah diperoleh, dan memiliki hubungan epidemiologik dengan kasus tersebut.
  • 22. Negara/zona bebas infeksi Brucella Status negara/zona Status vaksinasi 1. Bebas historis (Artikel 8.4.3.) 2. Bebas infeksi Brucella pada sapi (Artikel 8.4.4. dan 8.4.5.) Tanpa vaksinasi (8.4.4.) Dengan vaksinasi (8.4.5.) 3. Bebas infeksi Brucella pada domba dan kambing (Artikel 8.4.6. dan 8.4.7.) Tanpa vaksinasi (8.4.6.) Dengan vaksinasi (8.4.7.) 4. Bebas infeksi Brucella pada unta (Artikel 8.4.8.) 5. Bebas infeksi Brucella pada rusa (Artikel 8.4.9.) Sumber: WOAH Terrestrial Animal Health Code (2021).
  • 23. Definisi OIE - ‘herd’ (kelompok ternak) ▪ ‘Herd’ (Kelompok ternak) artinya sejumlah hewan dari satu jenis yang dipelihara bersama di bawah kendali manusia atau suatu kongregasi satwa liar. ▪ Suatu ‘herd’ biasanya dianggap sebagai ‘unit epidemiologi’. ▪ Kompartemen artinya: subpopulasi hewan yang ada di satu atau lebih peternakan, terpisah dari populasi rentan lainnya oleh sistim manajemen biosekuriti umum, dan dengan status kesehatan hewan tertentu berkaitan dengan satu atau lebih infeksi atau infestasi dimana tindakan-tindakan surveilans, biosekuriti dan pengendalian yang diperlukan telah diterapkan untuk tujuan perdagangan dan pencegahan dan pengendalian penyakit di suatu negara/zona. Sumber: WOAH Terrestrial Animal Health Code (2021).
  • 24. Kelompok ternak bebas infeksi Brucella Status kelompok ternak Status vaksinasi 1. Kelompok ternak bebas infeksi Brucella pada sapi, domba dan kambing, unta atau rusa (Artikel 8.4.10. dan 8.4.11.) Tanpa vaksinasi (8.4.10.) Dengan vaksinasi (8.4.11.) 2. Kelompok ternak bebas infeksi Brucella pada babi (Artikel 8.4.12.)
  • 25. Persyaratan kelompok bebas infeksi Brucella Status Persyaratan Tanpa vaksinasi (Artikel 8.4.10.) • Kelompok ternak di negara atau zona bebas infeksi Brucella tanpa vaksinasi dari kategori hewan yang relevan dan disertifikasi bebas tanpa vaksinasi oleh Otoritas Veteriner; ATAU • Kelompok ternak di negara atau zona bebas infeksi Brucella dengan vaksinasi dari kategori hewan yang relevan dan disertifikasi bebas tanpa vaksinasi oleh Otoritas Veteriner; dan tidak ada hewan dari kelompok ternak telah divaksinasi dalam 3 tahun terakhir. Dengan vaksinasi (Artikel 8.4.11.) Kelompok ternak di negara atau zona bebas infeksi Brucella dengan vaksinasi untuk kategori hewan yang relevan dan disertifikasi bebas dengan vaksinasi oleh Otoritas Veteriner; Sumber: WOAH Terrestrial Animal Health Code (2021).
  • 26. Persyaratan kelompok ternak bebas infeksi Brucella Artikel 8.4.10.: 1) Infeksi Brucella pada hewan merupakan penyakit yang wajib dilaporkan (notifiable) di seluruh negeri; 2) Tidak ada hewan dalam kategori yang relevan dalam kelompok ternak telah divaksinasi dalam 3 tahun terakhir (tanpa vaksinasi) ATAU Hewan yang divaksinasi dari kategori yang relevan telah diidentifikasi secara permanen sedemikian rupa (dengan vaksinasi); 3) Tidak ada kasus terdeteksi dalam kelompok ternak setidaknya setahun yang lalu; 4) Hewan yang menunjukkan gejala klinis konsisten dengan infeksi Brucella seperti keguguran telah dilakukan uji diagnostik yang diperlukan dengan hasil negatif; Sumber: WOAH Terrestrial Animal Health Code (2021).
  • 27. Persyaratan kelompok ternak bebas infeksi Brucella 5) Untuk setidaknya selama setahun terakhir, tidak ada bukti infeksi Brucella di kelompok ternak lain di peternakan yang sama, atau tindakan-tindakan telah dilakukan untuk mencegah penularan infeksi Brucella dari kelompok ternak lain. 6) Dua kali pengujian telah dilakukan dengan hasil negatif pada semua hewan dewasa secara seksual (kecuali jantan yang dikastrasi dan betina yang dikebiri), terhadap ternak yang ada di kelompok: a) uji pertama dilakukan setidaknya sebelum 3 bulan setelah pemotongan kasus terakhir; dan b) uji ke-dua dengan interval lebih dari 6 bulan dan kurang dari 12 bulan. 27 Sumber: WOAH Terrestrial Animal Health Code (2021).
  • 28. Persyaratan mempertahankan status kelompok ternak bebas infeksi Brucella Artikel 8.4.10. (tanpa vaksinasi): 1. Seluruh persyaratan kelompok ternak bebas infeksi telah terpenuhi; 2. Uji regular, dengan frekuensi bergantung pada prevalensi atau infeksi kelompok ternak di negara atau zona, yang menunjukkan tidak ada infeksi Brucella yang berkelanjutan; 3. Hewan dari kategori yang relevan diintroduksi ke dalam kelompok ternak disertai dengan sertifikat dari Dokter hewan berwenang yang menyatakan hewan berasal dari: a) negara atau zona bebas infeksi Brucella dalam kategori yang relevan tanpa vaksinasi; ATAU b) negara atau zona bebas infeksi Brucella dengan vaksinasi dan hewan dari kategori yang relevan tidak divaksinasi dalam 3 tahun terakhir; ATAU c) kelompok ternak bebas infeksi Brucella dengan atau tanpa vaksinasi dan hewan tersebut tidak divaksinasi dalam 3 tahun terakhir dan diuji untuk infeksi Brucella antara 30 hari sebelum pengapalan dengan hasil negatif, dalam kasus betina setelah kebuntingan (post partum), uji dilakukan setidaknya 30 hari setelah melahirkan. Uji ini tidak diperlukan untuk hewan yang belum dewasa kelamin termasuk jantan dikastrasi dan betina disterilkan.
  • 29. Persyaratan mempertahankan status kelompok ternak bebas infeksi Brucella Artikel 8.4.11. (dengan vaksinasi): 1. Seluruh persyaratan kelompok ternak bebas infeksi telah terpenuhi; 2. Uji regular, dengan frekuensi bergantung pada prevalensi atau infeksi kelompok ternak di negara atau zona, yang menunjukkan tidak ada infeksi Brucella yang berkelanjutan; 3. Hewan dari kategori yang relevan diintroduksi ke dalam kelompok ternak disertai dengan sertifikat dari Dokter Hewan Berwenang yang menyatakan bahwa hewan berasal dari: a) negara atau zona bebas infeksi Brucella dalam kategori yang relevan tanpa atau dengan vaksinasi; ATAU b) kelompok ternak bebas infeksi Brucella dengan atau tanpa vaksinasi dan hewan tersebut telah diuji untuk infeksi Brucella antara 30 hari sebelum pengapalan dengan hasil negatif, dalam kasus betina setelah kebuntingan (post partum), uji dilakukan setidaknya 30 hari setelah melahirkan. Uji ini tidak diperlukan untuk hewan yang belum dewasa kelamin atau hewan yang divaksinasi berumur kurang dari 18 bulan.
  • 30. Tindakan kunci pencegahan brucellosis (1 – 7) No. Tindakan kunci Kapan dilakukan? 1. Buang foetus dan sisa-sisa kelahiran dengan segera dan higienis, jangan sampai berceceran sebelum benar-benar di disposal Setiap saat 2. Jangan masukkan ternak ke dalam kelompok (herd) dari kelompok yang terinfeksi brucellosis Setiap saat 3. Jangan berbagi kandang dengan kelompok ternak yang terinfeksi brucellosis Setiap saat 4. Jangan berbagi penggembalaan dengan kelompok ternak yang terinfeksi brucellosis Setiap saat 5. Jangan menggunakan atau berbagi sapi pejantan dari kelompok ternak yang terinfeksi brucellosis Setiap saat 6. Jangan biarkan ternak digembalakan di tanah pemilik ternak lain yang terinfeksi brucellosis Setiap saat 7. Jangan tampung ternak di tempat pemilik lain yang terinfeksi brucellosis Setiap saat Sumber: Statutory Biosecurity Guidance for Brucellosis. Department of Agriculture and Rural Development, UK.
  • 31. Tindakan kunci pencegahan brucellosis (8 – 14) No. Tindakan kunci Kapan dilakukan? 8. Jangan gunakan kendaraan atau peralatan yang telah bersentuhan dengan ternak dari kelompok yang terinfeksi brucellosis Setiap saat 9. Jangan gunakan atau sebarkan bubur kotoran (slurry) dari kelompok ternak yang terinfeksi brucellosis Setiap saat 10. Jangan membeli atau menggunakan silase atau pakan dari pemilik kelompok yang terinfeksi brucellosis Setiap saat 11. Jangan biarkan pekerja kandang yang terinfeksi brucellosis di kelompoknya untuk kontak dengan ternak anda Setiap saat 12. Jangan bekerja dengan pekerja kandang lain yang kelompoknya terinfeksi brucellosis Setiap saat 13. Jangan jual silase, pakan atau susu Ketika kelompok ternak terinfeksi brucellosis 14. Jangan berbagi sapi pejantan Sumber: Statutory Biosecurity Guidance for Brucellosis. Department of Agriculture and Rural Development, UK.
  • 32. Pengujian untuk brucellosis ▪ Pertama tentukan apakah kelompok ternak sapi anda terinfeksi brucellosis. ▪ Sampel darah harus diambil dari seluruh sapi betina muda dan betina dewasa di atas umur 18 bulan dan dari sapi jantan. ▪ Uji dilakukan dengan Rose Bengal Test (RBT), dilanjutkan dengan Complement Fixation Test (CFT) bagi RBT positif. ▪ Pengujian terhadap ternak sapi yang lebih muda dapat menyebabkan hasil positif palsu (false-positive) jika sapi divaksinasi dengan Strain 19. ▪ Uji awal harus diikuti dengan uji ke-dua setelah 3 atau 5 bulan kemudian. ▪ Setelah itu, kelompok ternak sapi harus diuji setiap 1 – 2 tahun. ▪ Jika kelompok ternak terinfeksi, maka reaktor positif harus dikeluarkan dari kelompok dan dilakukan pemotongan bersyarat. Sumber: Brucellosis biosecurity | Farmer's Weekly (farmersweekly.co.za)
  • 33. Biosekuriti brucellosis ▪ Pagar ▪ Jaga pagar anda dalam kondisi baik untuk mencegah sapi yang tidak diinginkan tersesat ke peternakan anda, karena tidak diketahui status kesehatannya. ▪ Jika kelompok ternak tetangga anda terinfeksi, jauhkan ternak anda dari pagar pembatas. ▪ Apabila ini tidak memungkinkan, jangan biarkan sapi anda merumput di area yang berdekatan, karena material urin yang terinfeksi dan sisa-sisa kelahiran dari induk sapi yang terinfeksi dapat mengkontaminasi area yang berdekatan tersebut. ▪ Pastikan setiap limpahan dari peternakan tetangga anda tidak mengkontaminasi area peternakan anda atau air and (sungai, bendungan) karena bakteria dapat bertahan dalam kondisi lembab selama beberapa bulan dan menginfeksi sapi anda.
  • 34. Biosekuriti brucellosis (lanjutan) ▪ Pembelian sapi ▪ Hanya beli sapi dari kelompok ternak yang negatif brucellosis dengan tingkat biosekuriti yang sama (atau lebih tinggi). ▪ Tanyakan kepada agen penjualan mengenai sejarah brucellosis kelompok ternak dan catatan dari pengujian kelompok terbaru. ▪ Masukkan sapi baru terisolasi dari kelompok ternak anda dan uji terhadap penyakit (termasuk brucellosis), sekaligus menggunakan kesempatan untuk memvaksinasi mereka terhadap penyakit-penyakit lain. ▪ Setelah anda melakukan ini dan yakin sapi anda bebas penyakit menular, masukkan sapi baru tersebut ke dalam kelompok ternak anda. Sumber: Brucellosis biosecurity | Farmer's Weekly (farmersweekly.co.za)
  • 35. Biosekuriti brucellosis (lanjutan) ▪ Keguguran (aborsi) Jika memungkinkan setiap keguguran yang terjadi di peternakan harus diambil sampelnya untuk dikirimkan ke laboratorium, sehingga penyebab dapat diidentifikasi dan brucellosis dapat dikecualikan. ▪ Kelahiran anak sapi ▪ Induk sapi harus melahirkan dalam isolasi. ▪ Disinfeksi kandang melahirkan segera setelahnya. ▪ Karena sapi yang terinfeksi dapat melahirkan secara normal dan tetap mengeluarkan jutaan bakteri, segera singkirkan sisa-sisa kelahiran dan hancurkan. ▪ Induk sapi harus dipelihara dalam kelompok yang lebih kecil, sehingga apabila sapi mengalami keguguran akan menginfeksi lebih sedikit sapi. Sumber: Brucellosis biosecurity | Farmer's Weekly (farmersweekly.co.za)
  • 36. Biosekuriti brucellosis (lanjutan) ▪ Isolasi ▪ Sapi positif harus segera diisolasi dari sapi yang negatif untuk mengurangi risiko penyeberan penyakit. ▪ Anak sapi betina muda yang berasal dari induk sapi terinfeksi harus diberi tanda sedemikian rupa dan dikirimkan ke abatoir saat mencapai berat potong. ▪ Risiko menjadi ‘carrier laten’ penyakit terlalu tinggi begitu tinggi dengan meninggalkan mereka dalam kelompok ternak. • Colostrum • Colostrum dari induk sapi positif tidak boleh dikumpulkan dan digunakan untuk anak sapi dari induk sapai negatif. • Ini dapat menginfeksi anak sapi, mengubahnya menjadi ‘carrier laten’ dan menjadi sumber infeksi ketika keguguran atau melahirkan. • Semua susu harus dipasteurisasi/dididihkan sebelum dikonsumsi untuk mencegah infeksi pada manusia. Sumber: Brucellosis biosecurity | Farmer's Weekly (farmersweekly.co.za)