Modul ini membahas manajemen kesehatan dan kandang untuk ayam pedaging, termasuk persiapan, sanitasi, dan biosekuriti kandang. Topik utama lainnya adalah penyakit ayam yang sering terjadi, vaksinasi, dan pengobatan. Tujuannya adalah memberikan pedoman untuk membesarkan ayam dengan kondisi sehat dan produktif.
2. 2
KEGIATAN BELAJAR 3. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT PADA UNGGAS PEDAGING
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Industri perunggasan di Indonesia memiliki ancaman yang serius terutama
masalah penyakit. Penyakit ini dapat disebabkan oleh infeksi mikroorganisme
patogen (bakteri, virus, dan jamur). Hal ini disebabkan mikroorganisme patogen
tersebut dapat berkembang biak dengan baik pada iklim tropis seperti di
Indonesia. Kerugian yang akibat gangguan penyakit pada usaha peternakan dapat
berupa penurunan produksi telur, pertumbuhan lambat, bahkan dapat
menyebabkan kematian. Oleh karena itu manajeman kandang dan manajeman
kesehatan ternak ayam pedaging harus dilakukan dengan baik dan
berkesinambungan.
Program manajemen kandang yang dimaksud adalah persiapan kandang
seperti sanitasi kandang, penyiapan litter, penyiapan alat pemanas (kandang
brooding), penyiapan tempat pakan dan tempat air minum, memasang tirai
kandang, serta desinfeksi ulang pada kandang dan peralatan yang sudah disiapkan.
Manajemen kesehatan ayam pedaging dimulai dari pemahaman tentang penyakit-
penyakit yang sering menyerang ayam pedaging, pencegahan (vaksinasi) terhadap
jenis penyakit tersebut, dan pengobatan yang tepat.
Program sanitasi, desinfeksi, dan bioscurity adalah upaya mengurangi
inveksi penyakit-penyakit, memberantas dan mengendalikan pengakit-penyakit
tertentu, memberikan kondisi lingkungan yang sehat ayam. Aspek-aspek ini bagi
industri peternakan ayam sangat dituntut mengingat cara pemeliharaannya yang
dikandangkan, dan dipelihara dalam jumlah yang banyak, sehingga ayam rentan
terhadap ancaman berbagai macam penyakit baik yang menular maupun tidak
menular.
3. 3
2. Relevansi
Modul ini akan mempelajari tentang manajemen kandang uggas pedaging
(persiapan kandang dan peralatan, sanitasi kandang, dan bioscurity kandang), dan
manajemen kesehatan ternak (penyakit unggas pedaging, vaksinasi, dan
pengobatan). Teori-teori dalam pada modul ini dapat digunakan sebagai pedoman
dan pengetahuan dalam melakukan persiapan kandang, sanitasi kandang, standar
oprasional biosecurity kandang, pengetahuan tentang penyakit-penyakit yang
sering menyerang unggas pedaging, standar oprasional melakukan vaksinasi, dan
pengobatan terhadap penyakit pada unggas pedaging.
3. Petunjuk Belajar
Materi dalam modul dapat dipelajari secara berutan mulai dari manajeman
kandang unggas pedaging (persipan, sanitasi, dan bioscurity kandang), serta
manajeman kesehatan ternak (penyakit-penyakit pada unggas pedaging, vaksinasi,
dan pengobatan unggas pedaging). Pembelajaran dapat dilakukan secara mandiri
atau berkelompok, modul ini juga dilengkapi dengan tes formatif sebagai tolok
ukur penguasaan materi.
B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
Setelah mengikuti kegiatann belajar ini, diharapkan peserta didik mampu
menganalisis prinsip agribisnis ternak unggas dan aplikasinya dalam pembelajaran
bidang studi agribisnis unggas pedaging
2. Sub Capaian Pembelajaran
Mampu melakukan persiapan kandang, sanitasi, bioscurity kandang
dengan baik dan benar. Mengetahui jenis-jenis penyakit yang sering menyerang
unggas pedaging, mampu melaksankan kegiatan pencegahan penyakit (vaksinasi)
serta pengobatan pada unggas pedaging guna mendapatkan kesehatan ternak dan
produktivitas yang lebih tinggi.
4. 4
3. Uraian Materi
A. Manajeman Kandang Ayam Pedaging
Ayam pedaging pada umumnya dipelihara secara intensif dengan
dikandangkan dari mulai ayam datang (DOC) sampai ayam siap untuk dipanen.
Manajeman kandang ayam pedaging seperti persipan, sanitasi, dan bioscurity
kandang sangat menentukan tingkat kesehatan dan keberhasilan budidaya ayam
pedaging.
Persiapan Kandang
Persiapan kandang dilakukan dengan melengkapi peralatan dan
perlengkapan yang dibutuhkan untuk budidaya ayam pedaging. Peralatan dan
perlengkapan tersebut adalah memasang litter, memasang kandang brooding yang
dilengkapi dengan alat pemanas, menyiapkan tempat pakan dan tempat minum,
serta memasang tirai kandang.
Memasang litter. Litter adalah suatu material yang berfungsi sebagai alas
pemeliharaan ayam yang mempunyai fungsi sebagai penyerap air, mengurangi
materi feses (nitrogen), untuk mengurangi tingkat kelembapan lantai kandang.
Keuntungan pemeliharaan kandang tipe litter adalah biaya yang lebih murah,
selain itu litter juga mengandung vitamin B12 dan animal protein factor. Bahan
litter yang sering digunakan adalah sekam padi, serbuk gergaji, tatal kayu, kulit
kacang tanah, bagas (limbah tebu), dan jerami padi. Litter dipasang pada kandang
dengan ketebalan antara 5 - 10 cm menyesuaiakn suhu lingkungan kandang.
Menyiapkan kandang brooding (kandang indukan). Kandang brooding
adalah kandang yang digunakan untuk memelihara ayam umur 1 - 15 hari yang
dilengkapi dengan alat pemanas sebagai sumber panas yang pada kandang
brooding. Alat pemanas yang umum digunakan adalah pemanas gasolec dengan
tenaga gas (brooder gas) dan pemanas bertenaga listrik (hover). Alat pemanas
harus dihidupkan 24 jam sebelum DOC tiba. Temperatur ideal pada kandang
brooding yang direkomendasikan adalah sebagai berikut.
5. 5
Tabel 1. Temperatur ideal kandang brooding unggas pedaging
Umur ayam
(hari)
Suhu kandang
oC (oF)
Suhu dalam kandang brooding
oC (oF)
1 30 (86) 32 (90)
3 28 (82) 30 (86)
6 27 (81) 28 (82)
9 26 (79) 27 (81)
12 25 (77) 26 (79)
15 24 (75) 25 (77)
Sumber : Ross 308 (2019)
Untuk melihat kesesuaian suhu di dalam kandang brooding dapat dilihat
dari tingkah laku ayam dan posisi atau sebaran ayaam di dalam kandang. Apabila
ayam bergerombol mendekati sumber panas maka diindikasikan bahwa ayam
kedinginan, suhu di dalam kandang brooding terlalu dingin, begitu juga bila ayam
menjauhi sumber panas berarti ayam kepanasan suhu di dalam kandang brooding
ketinggian. Suhu kandang brooding yang ideal akan ditunjukkan dengan aktifitas
ayam secara normal (bergerak aktif untuk makan dan minum) dengan sebaran
ayam merata pada seluruh bagian kandang brooding. Untuk lebih jelasnya
kesesuaian suhu pada kandang brooding tersebut dapat dilihat pada gambar
sebagai berikut.
Gambar 1. Sebaran ayam pada kandang brooding
Sumber: Cobb (2018)
https://cobbstorage.blob.core.windows.net/guides/5fc96620-0aba-11e9-9c88-
c51e407c53ab
6. 6
Menempatkan tempat pakan dan tempat minum. Jenis jenis tempat
pakan ayam berdasarkan umurnya adalah tempat pakan dalam bentuk baku pakan
(feeder tray) dugunakan pada ayam umur 1 - 4 hari, baby chick feeder digunakan
pada ayam umur 4 - 10 hari, dan tempat pakan gantung manual (hanging feeder)
digunakan umur 11 hari sampai dengan ayam dipanen. Tempat pakan hanging
feeder dipasang digantung dengan tinggi 2,5 cm dari punggung ayam. Gambar
tempat pakan tersebut adalah sebagai berikut.
Gambar 2. Tempat pakan feeder tray, baby chick feeder, dan hanging feeder
Sumber: Anonimous (2015)
Jenis tempat minum yang paling populer dan paling sering digunakan pada
pemeliharaan ayam pedaging adalah tempat minum terbuka, tempat minum
otomatis, dan tempat minum tertutup. Untuk lebih jelasnya gambar tempat minum
tersebut secara berturut-turut ditampilkan pada gambar berikut.
7. 7
Gambar 3. Tempat minum terbuka, otomatis, dan tempat minum tertutup
Sumber: Sahabat Peternakan Indonesia (2019)
Memasang tirai kandang. Tujuan pemasangan tirai kandang adalah
untuk mengatur suhu dan kelembaban kandang, mengatur ventilasi kandang,
(keluar masuknya angin, sinar matahari, serta menghindari tampias air hujan.
Tirai dipasang tidak permanen sehingga tirai dapat dibuka atau ditutup sesuai
dengan kebutuhan lingkungan yang diperlukan ayam sehingga ayam nyaman dan
produktivitas maksimal. Bahan tirai yang sering digunakan adaah berasal dari
plastik atau terpal.
Sanitasi Kandang, Peralatan, dan Lingkungan
Sanitasi kandang, peralatan, dan lingkungan kandang bertujuan untuk
memotong (mematikan) siklus hidup mikroorganisma patogen yang dapat
mengganggu kesehatan ayam. Kegiatan sanitasi dilakukan dengan cara menyapu,
menyikat, menyiram, dan menyemprot dengan larutan desinfektan. Sanitasi
dilakukan pada semua bagian kandang dan peralatan kandang yang akan
digunakan. Bagian kandang yang disanitasi adalah lantai kandang, dinding
kandang, langit-langit kandang, dan lingkungan kandang. Kegiatan tersebut
dimulai dari membersihkan litter yang tercampur feses dari sisa pemeliharaan
sebelumnya, kemudian dilanjutkan dengan menyapu, menyikat, menyiram,
8. 8
menyemprot dengan menyemprot desinfektan ke semua bagian bagian kandang,
pengapuran lantai dan dinding kandang. Desinfektan yang sering digunakan untuk
sanitasi kandang dan peralatan adalah formalin, lisol, karbol, dan detergen.
Tindakan desinfeksi dan sanitasi menurut Permentan No.
31/Permentan/OT.140/2/2014 adalah:
1. Desinfeksi dilakukan pada setiap kendaraan yang keluar masuk peternakan
2. Tempat/bak desinfektan dan tempat cuci tangan disediakan dan diganti
setiap hari, ditempatkan di pintu masuk kandang/peternakan
3. Pembatasan terhadap keluar masuk material, hewan/unggas, produk
unggas, pakan, kotoran unggas, alas kandang, dan litter
4. Semua material dilakukan desinfeksi baik sebelum masuk maupun keluar
peternakan
5. Pembatasan keluar masuk orang dan kendaraan dari dan ke peternakan
6. Setiap orang yang sakit agar tidak memasuki kandang
7. Setiap orang yang akan keluar masuk kandang, harus mencuci tangan
dengan sabun/desinfektan dan mencelupkan alas kaki ke tempat/bak
desinfektan
8. Setiap orang di kandang harus menggunakan pakaian kandang, sarung
tangan, masker (penutup hidung/mulut), sepatu boot dan penutup kepala
9. Mencegah keluar masuknya tikus, serangga, dan unggas lain seperti itik,
entok, burung liar sebagai vektor penyakit ke peternakan
10. Kandang, tempat makan dan minum, tempat pengeraman ayam, sisa litter
dan kotoran kandang dibersihkan secara berkala
11. Tidak diperbolehkan makan, minum, meludah, dan merokok selama di
kandang
12. Tidak membawa ayam pedaging mati/sakit keluar dari peternakan
13. Ayam pedaging yang mati di peternakan harus dibakar dan dikubur
14. Kotoran ayam pedaging diolah sebelum dikeluarkan dari peternakan
(misalnya kompos)
15. Air kotor sisa pencucian dialirkan melalui saluran limbah ke tempat
penampungan limbah.
9. 9
Bosikuriti Kandang
Biosekuriti merupakan pengendalian atau pengamanan ternak terhadap
bakkteri, virus, jamur maupun mikroorganisme lain penyebab penyakit. Dalam
usaha budidaya ternak biosekuriti merupakan rangkaian kegiatan yang dirancang
untuk mencegah penyakit masuk ke dalam peternakan. Biosekuriti bertujuan
untuk mencegah masuknya bibit penyakit yang dapat menyerang peternakan
ayam.
Prinsip biosekuriti adalah mengontrol atau membatasi penyebaran
mikroorganisme penyebab penyakit dari ternak, manusia, jenis hewan lain, serta
kendaraan dan lingkungan kandang. Program biosekuriti dimulai dari tahapan
pemilihan lokasi kandang, pengaturan letak kandang, penyemprotan berkala,
menyediakan air dan pakan yang sehat, dan peralatan harus bersih (Fadilah dan
Polana, 2011).
Biosekuriti mencakup beberapa hal yaitu meminimalkan penyebab
penyakit, mengurangi kontak penyakit dengan ternak dan meminimalkan
kontaminasi penyebab penyakit yang bersumber dari lingkungan. Ruang lingkup
biosekuriti terdiri atas tiga tingkatan yaitu biosekuriti konseptual, biosekuriti
struktural, dan biosekuriti operasional.
Biosekuriti konseptual adalah biosekuriti yang menjadi dasar dari seluruh
program pencegahan penyakit. Penerapan biosekuriti konseptual dimulai
pemilihan lokasi untuk kandang, melakukan pemisahan umur ternak, melakukan
kontrol kepadatan kandang, serta penetapan lokasi untuk pembangunan gudang
pakan dan untuk tempat pengolahan pakan. Biosekuriti struktural adalah
berhubungan dengan tataletak kandang (farm), pernbuatan pagar, pembuatan
saluran pembuangan, penyediaan peralatan, gudang pakan, dan ruang ganti
pakaian.
Biosekuriti operasional adalah pencegahan pencanyik mencakup prosedur
manajeman pencegahan penyakit pada kandang (farm). Kegiatan biosekuriti harus
dilakukan secara berkala. Biosekuriti operasional terdiri atas pengaturan (traffic
control), pengaturan farm, dan desinfektan yang digunakan untuk penyemprotan
10. 10
kandang. Beberapa desinfektan yang biasa dugunakan adalah fenol (alkohol dan
lisol); formalin (formaldehyde 37%); iodine; kaporit; detergen, dan vaksinasi.
B. Manajeman Kesehatan Ayam Pedaging
Penyakit pada Ayam Pedaging
Penyakit pada ayam pedaging dapat disebabkan oleh jamur, parasit,
protozoa, bakteri, dan virus. Beberapa penyakit ini merupakan sumber penyakit
yang dapat menyerang ayam pedaging. Penyakit yang sering menyerang ayam
pedaging berdasarkan penyebabnya dapat dikelompokan menjadi beberapa yaitu
penyakit disebabkan karena infeksi protozoa, bakteri, virus, dan cendawan
(Suprijatna et al., 2008). Pola perkembangan penyakit asal virus dari setiap
bulannya mengalami fluktuatif dengan pola serangan dapat dilihat pada grafik
sebagai berikut.
Grafik 1. Pola perkembangan penyakit viral pada ayam pedaging
Sumber: Info Medion (2019)
Beberapa penyakit yang sering menyerang ayam pedaging diantaranya
ialah chronic respiratory disease (CRD), avian colibacillosis, newcastle disease
(ND), infectious bursal disease (IBD), avian influensa (AI), coccidiosis (berak
darah), pullorum (berak kapur).
Chronic Respiratory Disease (CRD). Penyakit CRD sering disebut
dengan sebutan penyakit ngorok. Penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri
Mycoplasma gallisepticum yang yang menyerang saluran pernafasan (Soeripto,
11. 11
2009). Ayam yang terinfeksi CRD memiliki gejala seperti penyumbatan pada
bagian lubang hidung yang disebabkan oleh lendir. Pada kondisi ini ayam
biasanya sering menggeleng-gelengkan kepala. Gejala yang lainnya yaitu
pembengkakan pada bagian mata dan muka, pada kondisi ini ayam sering
mengantuk, nafsu makanberkurang, dan sering mengorok. Penyakit CRD
komplikasi terjadi karena terpapar bakteri Mycoplasma gallisepticum dalam
waktu yang lama, sehingga mengakibatkan radang paru-paru (pneumonia), dan
terdapat penebalan kantong udara (airsaculitis) pada saluran pernafasan (Fadilah
dan Polana, 2011).
Avian Colibacillosis. Colibacillosis adalah penyakit yang disebabkan oleh
bakteri Escherichia coli atau sering disebut bakteri E. coli. Bakteri E. coli
menyerang ayam pada semua umur ayam, ayam yang berumur muda lebih mudah
terinfeksi dibandingkan dengan ayam yang berumur dewasa. Infeksi Bakteri E.
coli akan mengakibatkan terjadinya luka atau penebalan kantong udara
(airsacculitis) pada saluran pernafasan (respiratory tract). Penebalan kantong
udara biasanya ditandai dengan gejala sulit bernafas (gasping). Gejala
airsacculitis ditandai dengan cairan kental (caseous exudates) berwarna putih
pada alat pernafasan dan penebalan (pengejuan) di jantung (pericarditis). Bakteri
E. coli sering muncul pada kondisi litter yang lembab, sirkulasi udara tidak
berjalan lancar, kadar amoniak tinggi, dan berdebu.
Newcastle Disease (ND). Virus paramyxo merupakan penyebab penyakit
ND. Virus tersebut berbentuk gumpalan dengan sasaran target sel darah merah
ayam. Penyakit ND sering juga disebut dengan penyakit tetelo yang ditandai
dengan memutarnya leher dan kepala ayam (Zulkarnaen, 2013). Penyakit ND
diklasifikasikan sebagai penyakit ganas, yang memiliki lima sifat yaitu:
Lentogenik (ringan) artinya tidak mengakibatkan tanda-tanda kematian.
Mesogenik (sedang) biasanya anak ayam mengalami gangguan pernafasan.
Nervous (tinggi) mengakibatkan tingkat kematian tinggi.
Velogenik atau bersifat ganas yaitu menyerang secara tiba-tiba pada ayam
dengan gejala gangguan pernafasan atau ngorok, leher berputar (torticolis),
diare, serta kelumpuhan dan kematian.
12. 12
Bersifat sangat ganas (viscerotropic velogenic) yang mana tingkat
kematiannya semakin tinggi dengan gejala kematian gangguan pernafasan,
nervous, memutarnya leher yang tidak terkontrol dan mengakibatkan tingkat
kematian yang mendadak tinggi (Fadilah, 2004).
Penyebaran penyakit newcastle disease dapat terjadi dengan cepat melalui
udara, pakan, pakaian, peralatan, kendaraan, dan burung liar. Masa inkubasi
penyakit newcastle disease adalah 2 - 15 hari tergantung dari virulensi virus yang
menginfeksi, umur dan kekebalan tubuh ternak, kondisi lingkungan dan jalur
penularan.
Infectious Bursal Disease (IBD). Penyakit IBD sering disebut dengan
nama penyakit gumboro. Penyakit IBD disebabkan oleh visrus golongan
birnaviridae. Penyakit gumboro dapat menyebabkan kekebalan tubuh ayam
menurun dengan sasaran organ bursafabricius yang terletak di dekat anus.
Penyakit IBD menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga IBD memiliki angka
kematian yang tinggi (Nuroso, 2009). Ciri khas penyakit gumboro dilihat dari
pembengkakan atau peradangan bursa fabricius dan permukaan bursa fabricius
berwarna merah darah dan kadang kehitaman. Untuk lebih jelasnya
pembengkakan bursafabricius akibat penyakit IBD dapat dilihat pada gambar
sebagai berikut. Penularan IBD secara langsung dapat melalui ekskreta ayam dan
tidak melalui pakan maupun air minum serta peralatan (Zulkarnaen, 2013).
Gambar 4. Pembengkakan bursafabricius akibat penyakit IBD
Sumber: Info medion (2019)
13. 13
Avian Influenza (AI). Penyakit AI sering juga disebut dengan sebutan
penyakit flu burung yang merupakan penyakit asal virus yang diklasifikasikan ke
dalam orthomyxoviruses. Penyakit ini menyerang bagian pernafasan dan sistem
saraf. Tingkat mortalitas pada penyakit AI dapat mencapai 100% oleh karena itu
penyakit tersebut sering disebut sebagai penyakit highly pathogenic avian
influenza (Fadilah, 2004). Gejala dari penyakit ini adalah munculnya gangguan
pernafasan seperti batuk, ngorok, mata berair, dan terjadi sinusitis. Penularan
virus AI melalui feses ayam (ekskreta) maupun melalui kelenjar ludah (saliva).
Penyebaran penyakit ini dapat melalui kontak langsung ayam sakit dengan ayam
yang sehat, melalui saluran pernafasan, conjunctiva, dan kotoran (ekskreta).
Selain itu penyebaran virus AI juga dapat melalui udara, kendaraan, pakan, air
minum, dan peralatan yang sudah terkontaminasi dengan virus AI.
Penyakit Coccidiosis. Penyakit coccidiosis sering juga disebut dengan
penyakit berak darah. Penyakit coccidiosis adalah penyakit yang disebabkan oleh
protozoa genus Eimeria. Penyakit coccidiosis dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan ayam karena jika unggas terinfeksi atau terkontaminasi penyakit ini
maka proses penyerapan`nutrient pada usus akan terganggu sehingga proses
metabolisme tidak berjalan dengan sempurna (Nuroso, 2009). Coccidiosis dapat
menyebar dalam bentuk sel tunggal (oocysts) yang dikeluarkan melalui kotoran
(ekskreta) sehingga kotoran tersebut berwarna kecoklatan atau merah darah yang
berasal dari peradangan usus. Menurut Polana dan Fadilah (2004) penyakit
Coccidiosis dikelompokkan menjadi tiga tipe yaitu:
Eimeria acervulina yaitu penyakit yang menyerang usus bagian depan
Eimeria necratix yaitu penyakit yang menyerang usus bagian tengah
Eimeria tenella yaitu penyakit yang menyerang usus buntu atau usus belakang
Gejala klinis ayam terinfeksi coksidiosis adalah feses (ekskreta) berwarna
kemerahan atau kecoklatan, nafsu makan menurun, nafsu minum meningkat, bulu
kusam dan kusut, serta berat badan ayam menurun.
Berak Kapur (Pullorum). Penyakit berak kapur disebabkan oleh bakteri
Salmonella pullorum. Gejala klinis ayam yang terjangkit penyakit berak kapur
adalah feses (ekskreta) berwarna putih seperti kapur, feses lengket dan menempel
14. 14
di sekitar kloaka yang berwarna putih, nafsu makan menurun, jengger berwarna
keabuan, sayap kusam dan menggantung, dan lumpuh karena arthritis. Penularan
penyakit pullorum dapat melalui beberapa cara yaitu:
Secara vertikal yaitu penularan penyakit dari induk menularkan ke
anaknya biasanya melalui telur yang terkontaminasi Salmonella pullorum.
Secara horizontal yaitu penularan penyakit terjadi melalui kontak langsung
antara ayam yang sakit (terinfeksi Salmonella pullorum) dengan ayam
yang sehat.
Penularan tidak langsung yaitu penularan penyakit yang terjadi karena
kontak dengan peralatan, kandang, litter dan pakaian dari pegawai
kandang yang terkontaminasi Salmonella pullorum.
Vaksinasi pada Ayam Pedaging
Vaksinasi adalah aktivitas memasukkan bibit penyakit yang telah
dilemahkan ke dalam tubuh ayam pedaging dengan harapan ayam akan
memberikan imun respon, sehingga ayam tersebut memiliki kekebalan terhadap
penyakit tersebut. Pemberian vaksin (vaksinasi) dilakukan dengan tujuan untuk
menstimulasi ayam sehat untuk meningkatkana daya tahan terhadap penyakit-
penyakit yang sering menyerang dan dapat mengakibatkan kerugian ekonomi.
Setelah dilakukan vaksinasi ayam diharapkan akan memiliki kekebalan tubuh
(antibody specific) sehingga ayam memiliki antibody yang lebih tinggi terhadap
penyakit tertentu (Cahyono, 2011). Jenis vaksin yang sering digunakan ada dua
jenis yaitu: vaksin aktif (live vaccine) dan vaksin inaktif (killed vaccine).
Vaksin aktif adalah vaksin yang berisi bibit penyakit yang telah
dilemahkan dan masih dalam keadaan hidup. Vaksin aktif membutuhkan
penanganan khusus yaitu vaksin harus disimpan dalam lemari es/kulkas
(refrigerator) dengan suhu berkisar antara 2 hingga 8˚C, pada saat tranportasi
vaksin harus selalu dalam keadaan dingin sehingga membutuhkan wadah seperti
termos atau coolbox yang diberi es batu, vaksin harus terhindar dari matahari
langsung dan panas, dan vaksin harus dilakukan dengan pelarut (dapar) sebelum
diberikan pada ternak.
15. 15
Vaksin inaktif adalah vaksin yang berisi mikroorganisme penyebab
penyakit dalam keadaan mati. Penanganan vaksin inaktif sebelum digunakan
adalah vaksin harus dikeluarkan dari pendingin sekitar 12 - 24 jam sebelum
digunakan untuk vaksinasi, hindari terpapar matahari secara langsung, dan kocok
dengan perlahan sebelum digunakan.
Pelaksanaan program vaksinasi biasanya dilakukan dengan beberapa cara
yaitu vaksinasi melalui tetes hidung, mata, atau mulut. Vaksinasi melalui air
minum; vaksinasi melalui suntikan atau injeksi (subkutan atau intramuskuler); dan
vaksinasi melalui semprot (spray).
Vaksinasi melalui tetes hidung, mata, atau mulut. Vaksin tepat sebelum
digunakan harus dilarutkan ke dalam larutan dapar untuk menaikkan suhu secara
bertahap/thawing dan mengaktifkan agen penyakit yang telah ditidurkan dalam
keadaan kering dan dibekukan. Larutan vaksin diteteskan pada mata, hidung, atau
mulut dengan dosis satu tetes per ekor pastikan vaksin masuk kedalam tubuh
ayam, yang ditandai dengan ayam melakukan gerakan reflek menelan kemudian
ayam baru dilepaskan. Untuk lebih jelasnya gambar vaksinasi melalui tetes mata,
tetes hidung, atau tetes mulut dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 5. Vaksinasi melalui tetes mata, hidung, atau mulut
Sumber : Info Medion (2019)
Vaksinasi melalui air minum. Pemberian vaksin melalui air minum
adalah teknik vaksinasi yang paling mudah, praktis, dan paling sering digunakan
oleh peternak. Vaksinasi melalui air minum mempunyai kelemahan yaitu sulit
dikontrol dosis vaksin yang masuk melalui air yang diminum ayam. Pemberian
vaksin melaluui air minum sebaiknya dilakukan pada ayam dewasa (lebih dari 3
minggu) karena konsumsi air minumnya sudah banyak dan stabil. Hal-hal yang
16. 16
harus diperhatikan saat melakukan vaksinasi dengan air minum menurut Cobb
(2018) dan Info Medion (2019) adalah sebagai berikut:
Waktu pemberian, dosis, dan jenis vaksin harus tepat, serta vaksin yang
digunakan dalam kondisi baik dan belum kedaluwarsa.
Ayam yang akan divaksin dalam keadaan sehat (ayam yang sakit sebaiknya
tidak divaksin).
Air yang digunakan memiliki kandungan pH netral yaitu antara 6,5 hingga 7,5,
bebas klorin dan bebas desinfektan.
Saat pencucian alat-alat yang digunakan pada saat vaksinasi menggunakan air
biasa, tanpa klorin atau desinfektan.
Vaksinator harus memiliki kompetensi tentang tata cara dan prosedur vaksinasi
harus dilakukan dengan benar.
Suplemen atau multivitamin ayam broiler sebaiknya diberikan setelah
vaksinasi dengan tujuan untuk mengurangi stress.
Gambar 6. Vaksinasi dengan air minum
Sumber: Cobb (2018)
Vaksinasi melalui semprot (spray). Pelarut yang digunakan pada saat
melakukan vaksinasi dengan semprot adalah aquades atau air biasa yang memiliki
berkualitas bagus (tidak mengandung kadar Ca, Mg, dan logam berat yang tinggi),
17. 17
dan tidak terkontaminasi klorin. Prosedur pelaksanaan vaksinasi melaluui semprot
adalah sebagai berikut:
Larurtan vaksin dan air biasa setelah tercampur homogeny kemudian
dimasukkan ke dalam sprayer.
Pintu dan lubang ventilasi kandang ditutup, dan kipas angin dimatikan.
Dilakukan penyemprotan larutan vaksin dengan mengkabutkan keluaran
sprayer keseluruh ayam.
30 menit setelah selesai penyemprotan ventilasi kandang dapat dibuka kembali
dan kipas dinyalakan lagi.
Vaksinasi melalui semprot (spray) pada DOC akan lebih mudah dan lebih
cepat dibandingkan dengan aplikasi konvensional seperti vaksinasi tetes. Gambar
proses vaksinasi melalui semprot (spray) adalah sebagai berikut.
Gambar 7. Vaksinasi melalui semprot (spray)
Sumber: Cobb (2018)
Vaksinasi melalui suntikan (injeksi). Vaksinasi suntikan dapat dilakukan
dengan menyuntik intramuskular (tembus dagingatau otot) pada bagian paha atau
dada dan suntikan subkutan (bawah kulit) pada bagian leher bagian belakang
sebelah bawah. Vaksinasi dengan suntikan harus dilakukan oleh dokter hewan
atau teknisi yang sudah mendapat pelatihan tentang cara vaksinasi melalui
18. 18
suntikan. Kesalahan vaksinator pada saat melakukan vaksin dengan suntikan
adalah terjadinya kebengkakan pada area suntikan, ayam menjadi stres, dan
bahkan leher terpuntir.
Alat suntik biasa digunakan yang digunakan untuk vaksinasi dapat berupa
alat suntik manual (disposable syringe) atau menggunakan alat suntik otomatis
(socorex). Dosis vaksinasi yang digunakan biasanya 0,2 ml untuk anak ayam dan
0,5 ml untuk ayam dewasa. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat
pelaksanaan vaksinasi melalui suntikan adalah:
Vaksinasi suntikan dengan vaksin inaktif, sebelumnya vaksin perlu di-
thawing dengan menggenggam dan menggesekkan kedua tangan hingga
vaksin tidak berembun.
Untuk memastikan apakah vaksin tersebut tepat berada dibawah kulit atau
tidak, dapat dengan melihat bekas suntikan, maka vaksin yang diinjeksikan
akan tampak berwarna putih di bawah kulit.
Penusukkan jarum jangan terlalu dalam untuk mencegah ikut tertusuknya
jaringan di bawah otot.
Vaksinasi dengan cara suntikan harus dilakukan dengan hati-hati. Terutama
saat handling ayam, menarik kaki ayam, sudut kemiringan jarum < 45°.
Untuk lebih jelasnya cara vaksinasi dengan suntik dapat dilihat pada gambar
sebagai berikut.
Gambar 8. Vaksinasi melalui suntik (injeksi)
Sumber: Info Medion (2018)
19. 19
Untuk mendapatkan respon imun yang baik dibutuhkan jadwal vaksinasi
yang teratur sesuai dengan anjuran atau lisensi yang dikeluarkan oleh produsen
vaksin. Jadwal vaksinasi newcastle disease dan avian influenza pada unggas
pedaging adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Jadwal vaksinasi newcastle disease dan avian influenza pada ayam
pedaging
Umur ayam Jenis vaksin Dosis Cara pemberian
3-4 hari
Pilih salah satu
Program I
Vaksin Medivac ND Hitchner
B1
Vaksin Medivac ND Clone 45
Program II
Vaksin Medivac ND-AI
Emulsion
1 dosis
0,2 ml/ekor
Tetes mata atau
hidung atau Mulut
Suntik subkutan
10 hari
Sesuai pilihan umur empat hari:
Program I
Madivac AI
Program II
Vaksin AI tidak perlu diulang
0,2 ml/ekor Suntik subkutan
18-20 hari
Sesuai pilihan umur empat hari:
Program I
Vaksin Medivac ND La Sota
Vaksin Medivac ND Clone 45
Program II
Vaksin ND tidak perlu diulang
1 dosis Air minum
Sumber : Info Medion (2018)
Pengobatan pada Ayam Pedaging
Aplikasi pengobatan ayam pedaging dapat dilakukan melalui beberapa
cara dengan menggunakan bahan aktif seperti antibiotik, herbal, dan ditambahkan
dengan vitamin. Cara pemberian obat biasanya diberikan melalui suntikan
(injeksi) atau dicampurkan melalui air minum. Tujuan dilakukan pengobatan
20. 20
adalah untuk pengendalian penyakit dengan cara menghambat pertumbuhan atau
mematikan mikro organisme penyebab penyakit, yang menghambat produktivitas
ayam pedaging (Rasyaf, 2009). Sumber penyakit yang disebabkan oleh bakteri
cara pengendalian atau pengobatannya lebih mudah adalah dengan cara terapi
antibiotik, sebaliknya jika sumber penyakit yang disebabkan oleh virus maka
penyakit tersebut akan susah diobati, karena belum ada obat untuk mengobati
penyakit yang disebabkan oleh virus melainkan hanya dapat melakukan
pencegahan terhadap penyakit tersebut. Program pengobatan penyakit harus
didahului dengan diagnose penyakit baik mencakup jenis maupun tingkat
keparahnnya.
Diagnosa sumber penyakit dilakukan untuk mengetahui jenis penyakit
yang sedang menyerang ayam atau faktor-faktor lainnya yang mengakibatkan
ternak sakit. Diagnosa yang tepat akan sangat mempengaruhi keberhasilan
tindakan pengendalian atau pengobatan penyakit dengan penggunaan jenis dan
dosis obat yang tepat. Tingkat keparahan penyakit mempengaruhi keberhasilan
terapi pengobatan ayam pedaging, semakin parah kondisi penyakit ayam maka
tingkat keberhasilan dan kesembuhannya semakin kecil.
Proses mendiagnosis penyakit diawali dengan mengumpulkan data-data
tentang penyakit yang sedang menyerang dilakukan dengan melihat dampak dari
serangan penyakit meliputi: penyebab penyakit, gejala klinis yang muncul pada
ternak yang masih hidup, pemeriksaan bedah bangkai untuk melihat perubahan
organ akibat seranagan penyakit, dan bila perlu dilakukan uji laboratorium untuk
lebih memperkuat kesimpulan tentang jenis penyakit yang menginfeksi. Semakin
lengkap data yang dikumpulkan maka pengambilan kesimpulan akan semakin
tepat dan mudah.
Pengobatan hanya bisa dilakukan pada penyakit ayam pedaging yang
disebabkan oleh inveksi bakteri dan jamur, sedangkan untuk penyakit yang
disebabkan oleh virus tidak bisa diobati. Untuk meningkatkan efektivitas kerja
obat biasanya pengobatan diiringi dengan pemberian vitamin, asam amino, dan
mineral.
21. 21
C. PENUTUP
1. Rangkuman
Manajeman kandang ayam pedaging seperti persipan, sanitasi, dan
biosekuriti kandang sangat menentukan tingkat kesehatan dan keberhasilan
budidaya ayam pedaging. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan saat pesiapan
kandang adalah memasang litter, menyiapkan kandang brooding, menempatkan
tempat minum dan tempat pakan, dan memasang tirai kandang. Sanitasi kandang
dan peralatan kandang bertujuan untuk memotong (mematikan) siklus hidup
mikroorganisma patogen yang dapat merugikan kesehatan ayam. Desinfektan
yang sering digunakan untuk sanitasi kandang dan peralatan adalah formalin,
lisol, karbol, dan detergen. Ruang lingkup kegiatan biosekuriti terdiri biosekuriti
konseptual, biosekuriti struktural, dan biosekuriti operasional.
Penyakit adalah salah satu masalah yang harus diwaspadai dan dihadapi
dalam budidaya ternak termasuk pada ayam pedaging. Sumber yang sering
menyerang ayam pedaging biasanya disebabkan oleh jamur, parasit, protozoa,
bakteri, dan virus. Beberapa penyakit yang sering menyerang unggas pedaging
diantaranya adalah chronic respiratory disease, avian colibacillosis, newcastle
disease, infectious bursal disease, flu burung (avian influenza), dan penyakit
berak darah (coccidiosis).
Vaksinasi adalah aktivitas memasukkan bibit penyakit yang telah
dilemahkan ke dalam tubuh ayam pedaging dengan harapan ayam akan
memberikan imun respon, sehingga ayam tersebut memiliki kekebalan terhadap
penyakit tersebut. Pemberian vaksin dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu
vaksiasi melalui tetes mata, tetes hidung atau tetes mulut, proses vaksinasi melalui
air minum, vaksiasi suntikan atau injeksi, dan vaksinasi melalui semprot (spray).
Aplikasi pengobatan ayam pedaging dapat dilakukan melalui beberapa
cara dengan menggunakan bahan aktif seperti: antibiotik, herbal, dan ditambahkan
dengan vitamin. Cara pemberian obat biasanya diberikan melalui suntikan
(injeksi) atau dicampurkan melalui air minum. Penyakit yang disebabkan oleh
22. 22
virus susah diobati, karena belum ada obat yang dapat secara evektif melainkan
hanya dapat melakukan pencegahan terhadap penyakit.
Daftar Pustaka
Anonimous. 2015. Tempat pakan ayam potong / pedaging / broiler. Tersedia pada:
https://alatkandangayam1.wordpress.com/2015/04/15/tempat-pakan-ayam-
potong-pedaging-briler/. Diakses pada: 18 Oktober 2019
Cobb. 2018. Broiler Manageman Guide. Tersedia pada:
https://cobbstorage.blob.core.windows.net/guides/5fc96620-0aba-11e9-
9c88-c51e407c53ab. Diakses pada tanggal 19 September 2019.
Fadilah, R. dan A. Polana. 2004. Aneka Penyakit pada Ayam dan Cara
Mengatasinya. PT Agromedia Pustaka. Depok.
Fadilah, R. 2004. Sukses Beternak Ayam Broiler. Agromedia Pustaka. Bogor.
Info Medion. 2018. Perkembangan firus AI di Indonesia. Tersedia pada:
http://info.medion.co.id. Diakses pada: 15 Oktober 2019.
Info Medion. 2019. Strategi efektif cegah gumboro sejak dini. Tersedia pada:
http://info.medion.co.id. Diakses pada: 15 Oktober 2019.
Santoso, H., dan T. Sudaryani. 2009. Pembesaran Ayam Pedaging di Kandang
Panggung Terbuka. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2008. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Permentan. 2014. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia. Nomor:
31/Permentan/OT.140/2/2014 Tentang: Pedoman budi daya ayam
pedaging dan ayam petelur yang baik.
Rasyaf, M. 2004. Beternak Ayam Pedaging. Swadaya. Jakarta.
Ross 308. 2019. Ross 308 Broiler: Performance Objectives. Tersedia
pada:http://en.aviagen.com/assets/Tech_Center/Ross_Broiler/Ross308-
308FF-BroilerPO2019-EN.pdf. Diakses pada: 8 September 2019.
Sahabat Peternakan Indonesia. 2019. Tempat minum ayam otomatis dan manual.
Tersedia pada https://www.penetasan.com/tempat-minum-ayam/. Diakses
pada: 18 Oktober 2019.
Soeripto. 2009. Chronic respiratory disease (CRD) pada ayam. Wartazoa. 19 (3):
134-142.