SlideShare a Scribd company logo
1 of 38
Download to read offline
MATERI AJAR BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING
AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS PETELUR
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
PADA UNGGAS PETELUR
Oleh:
Nama Mahasiswa : DEDI KUSMANA, S.Pt
NIM : 213128764890
Bidang Studi/Rombel : PPSBIO
PENDIDIKAN PROFESI GURU
FAKULTAS PENDIDIKAN PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGRI MALANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Salam, Berkat serta
Rahmat semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad, S.A.W. Materi Ajar
Berbasis Problem Based Learning Modul 5 Pendalaman Materi Agribisnis Ternak
Unggas Petelur Kegiatan Belajar 3 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
pada Unggas Petelur ini dapat terselesaikan. Materi Ajar Berbasis Problem Based
Learning ini penulis susun untuk memenuhi tugas dan tagihan mahasiswa PPG
Dalam Jabatan tahun 2021 Universitas Negri Malang yaitu Penyusunan Materi Ajar
Berbasis Masalah untuk mengidentifikasi permasalahan pembelajaran Pada Modul.
Peyusun menyajikan beberapa refrensi dan solusi untuk mengatasi defisit
kompetensi dan miskonsepsi dalam pembelajaran Modul 5 Agribisnis Ternak
Unggas Petelur Kegiatan Belajar 3 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
pada ungags petelur. Materi ajar ini dikembangkan dengan mengedepankan
pendekatan higher order thinking skill (HOTS) dan mengintegrasikan kerangka
berpikir technological, pedagogical, content knowledge (TPACK)
Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu saya dalam menyelesaikan bahan ajar ini. Terimakasih atas kerja keras
dan masukan berharganya dan semoga materi ajar ini bermanfaat untuk mahasiswa
PPG, ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:
1. Ibu Dra. Amy Tenzer, M.Si selaku Dosen Pembimbing.
2. Bpk Drs. I Wayan Sumberartha, M.Sc selaku Dosen Pembimbing.
3. Penanggungjawab Rombel dan Tim IT Kelas Agriter PPG Universitas Negri
Malang
4. Ketua Kelas Agriter PPG Dalam Jabatan Tahun 2021 Florentinus Mardiano, S.Pt
Akhir kata semoga materi ajar ini bermanfaat bagi Mahasiswa
MALANG, 26 JULI 2021
DEDI KUSMANA, S.Pt.
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
PADA UNGGAS PETELUR
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Pencegahan penyakit pada ayam perlu untuk dilakukan dibandingkan
pengobatan, hal ini disebabkan biaya yang dikeluarkan relatif lebih murah
daripada pengobatan apabila sudah terlanjur terjadi penyakit. Penyakit yang
umumnya menyerang ayam secara umum berdasarkan penyebabnya
dikelompokkan menjadi: 1) Cekaman (stres); 2) Defisiensi nutrisi pakan; 3)
Parasit; dan 4) Penyakit karena protozoa, bakteri, virus, dan cendawan. Daya
serang penyakit pada ayam pun memiliki spesifik yang berbeda-beda,
diantaranya adalah penyakit yang menyerang saluran pencernaan, sistem
kekebalan tubuh, dan saluran reproduksi. Namun, ada juga penyakit yang
menyerang satu sistem seperti penyakit Newcastle Disease (ND), Avian
Influenza (AI), dan kolera.
Untuk membedakan ayam yang sehat dan yang sakit maka Kita perlu
mengetahui ciri-cirinya. Ayam sehat konsumsi pakannya normal, ekskreta
(kotoran) tidak encer, lincah, bersuara normal, produksi telur normal, temperatur
tubuh normal (40.5 – 41.6 °C), denyut jantung normal (200 – 400 kali/menit),
dan napas normal (15 – 36 kali/menit) (Suprijatna et al., 2005). Usaha
menanggulangi penyakit dengan melakukan pencegahan penyakit harus
dilaksanakan dalam suatu rentetan yang terkait satu sama lain.
Adapun peta konsep dari materi modul Agribisnis Ternak Unggas KB. 3.
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Unggas Petelur Adalah Sebagai
Berikut:
2. Relevansi
Kegiatan belajar ini berisikan teori-teori tentang persyaratan dan persiapan
kandang unggas petelur, manajemen sanitasi kandang, manajemen bosekuriti,
penyakit pada unggas petelur dan gejalanya, serta manajemen vaksin.
Relevansinya dengan budidaya unggas petelur terutama ayam petelur dengan
hasil akhir yang diharapkan adalah mengetahui dan menerapkan manajemen
pencegahan dan pengendalian penyakit sehingga produktivitasnya selalu
optimal dan memberikan keuntungan secara ekonomis.
3. Panduan Belajar
Pembelajaran materi dalam kegiatan belajar ini dilakukan secara berurutan
mulai dari pembahasan mengenai manajemen kandang unggas petelur kaitannya
dengan pencegahan penyakit sampai dengan manajemen pengendalian penyakit
pada unggas petelur. Pembelajaran dapat dilakukan secara mandiri maupun tim
dengan tambahan referensi lain baik dari berbagai publikasi ilmiah yang terpercaya.
Tes formatif sebagai tolok ukur penguasaan materi dalam kegiatan belajar ini.
PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN
PENYAKIT PADA
UNGGAS PETELUR
KANDANG UNGGAS
PETELUR
BIOSEKURITI
MANAJEMEN
PENGENDALIAN
PENYAKIT
MANAJEJEN VAKSIN
PENGENDALIAN
PENYAKIT
MANAJEMEN PERSYARATAN SANITASI
B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
Setelah mengikuti kegiatan belajar ini diharapkan peserta didik mampu
menganalisis prinsip agribisnis ternak unggas petelur dan aplikasinya dalam
pembelajaran bidang studi agribisnis ternak.
2. Sub Capaian Pembelajaran
1. Mampu menjelaskan persyaratan perkandangan unggas petelur
2. Mampu menjelaskan persiapan kandang unggas petelur
3. Mampu melakukan manajemen sanitasi kandang
4. Mampu melakukan manajemen bosekuriti
5. Mampu menjelaskan penyakit pada unggas petelur dan gejalanya
6. Mampu melakukan manajemen vaksin
3. Uraian Materi
A. Manajemen Kandang Unggas Petelur
1. Persyaratan Perkandangan Unggas Petelur
Menurut Permentan No. 31 Tahun 2014, lahan dan lokasi untuk budidaya
ayam petelur wajib memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
2. Sesuai dengan Upaya Kelestarian Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL).
3. Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP), Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK), atau Rencana Detail Tata
Ruang Daerah (RDTRD).
4. Letak dan ketinggian lokasi harus memperhatikan topografi dan lingkungannya
harus bersih dari bakteri patogen yang berbahaya untuk ayam petelur.
5. Lokasi harus mudah diakses dan terjangkau alat transportasi.
6. Ketersediaan air bersih dan sumber energi cukup sesuai kebutuhan dan
peruntukannya.
Selain persyaratan tersebut di atas, hal lain yang juga harus diperhatikan
adalah jenis bangunan, konstruksi bangunan, dan tata letak bangunan. Jenis
bangunan untuk budidaya ayam petelur harus meliputi:
1. Kandang ayam petelur fase starter dan kandang pembesaran
2. Kandang ayam petelur fase layer
3. Kandang isolasi untuk ayam yang sakit
4. Gudang untuk penyimpanan pakan, peralatan, dan obat
5. Gudang untuk penyimpanan telur
6. Saluran air, bak air, dan tempat pengolah limbah (digester)
7. Tempat pemusnahan (pembakaran) bangkai ayam
8. Kantor administrasi dan mess untuk karyawan
Sedangkan konstruksi bangunan untuk budidaya ayam petelur harus
dilengkapi dengan:
1. Ventilasi yang cukup untuk sirkulasi udara
2. Saluran limbah dan pemanfaatannya
3. Gudang penyimpanan pakan, obat dan peralatan yang mampu memenuhi
persyaratan mutu, keamanan, dan higienis
4. Kandang yang menjamin ternak terhindar dari kecelakaan dan kerusakan
fisik
Selanjutnya untuk penataan letak bangunan kandang harus memperhatikan
drainase dan mendapat sinar matahari yang cukup. Penataan letak bangunan
kandang dan bangunan lainnya di lokasi budidaya ayam petelur diatur sebagai
berikut:
1. Dikelilingi bangunan pagar yang selalu tertutup setinggi 2 meter dengan
pintu masuk tunggal (one way system) untuk keluar masuk kendaraan dan
orang yang dilengkapi dengan alat desinfeksi.
2. Bangunan kantor dan mess karyawan/pengelola terpisah dari kandang
dan dibatasi dengan pagar rapat.
3. Jarak terdekat antara kandang dengan bangunan lainnya yang bukan
kandang minimal 25 meter.
4. Bangunan kandang, kandang isolasi, dan bangunan lainnya ditata agar
aliran air, saluran pembuangan limbah, udara dan penghantar lain tidak
menimbulkan penyakit.
5. Posisi kandang membujur dari Barat ke Timur dan sebaliknya untuk
mengurangi paparan sinar matahari langsung.
6. Jarak antara lokasi budidaya ayam petelur dengan lokasi budidaya
unggas lainnya ditetapkan berdasarkan hasil analisis risiko.
Permentan No. 31 Tahun 2014 juga mengatur alat dan mesin peternakan dan
yang berhubungan untuk kesehatan ternak yang harus ada saat melakukan budidaya
ayam petelur diantaranya adalah 1. Induk buatan (brooder), 2. Pelingkar (chick
guard), 3. Tempat pakan, 4. Tempat minum, 5. Alat pensuci hama, 6. Alat
penerangan, 7. Alat pembersih kandang, 8. Karung dengan kantong plastik di
bagian dalam, dan 9. Timbangan.
Tabel berikut menyajikan ketentuan ukuran kandang sesuai dengan jumlah
ayam petelur yang dipelihara dan sesuai dengan periodenya.
Tabel 29. Ukuran kandang untuk budidaya ayam petelur
N
o
.
Jumlah ayam (ekor) Umur/periode Luas kandang
(m2
)
1 100 – 500 Starter Grower
Layer
35
60
80
2 500 – 1000 Starter
Grower Layer
70
120
160
3 1000 – 1500 Starter Grower
Layer
104
184
240
4 1500 – 2000 Starter Grower
Layer
176
304
400
5 2000 – 2500/2500 – 5000 Starter Grower
Layer
352
600
800
Sumber: Permentan No. 31 Tahun 2014
2. Persiapan Kandang Unggas Petelur
Tata laksana persiapan kandang unggas petelur juga merupakan hal penting
yang harus diperhatikan guna mencegah terjadinya penyakit. Berikut dijelaskan tata
laksana persiapan kandang unggas petelur (Medion, 2008):
1. Setelah ayam pindah kandang atau diafkir, litter (sekam, ekskreta) segera
dikeluarkan dan dijauhkan dari kandang.
2. Peralatan (tempat pakan dan minum) dibersihkan dan dicuci. Setelah
kering direndam dengan menggunakan desinfektan (misalnya larutan
Medisep 15 ml per 10 liter air) selama 30 menit. Peralatan kandang
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan, sebaiknya tidak di bawah sinar
matahari secara langsung karena akan mempercepat kerusakan peralatan.
Setelah itu, peralatan disimpan dalam gudang yang sebelumnya telah
didesinfeksi (misalnya dengan menggunakan Antisep, Formades, dan Neo
Antisep).
3. Tirai dilepaskan kemudian dibersihkan dan dicuci. Setelah kering,
kemudian disemprot dengan desinfektan (misalnya Medisep, Formades,
dan Sporades).
4. Dinding dan lantai kandang dibersihkan dan dicuci dengan menggunakan
air sabun kemudian disemprot dengan air hingga bersih. Setelah kering,
lakukan pengapuran dinding dan lantai kandang.
5. Kandang disemprot dengan menggunakan Formades dengan dosis 10 ml
per 2.5 liter air dan bila periode sebelumnya ayam terserang penyakit dosis
Formades ditingkatkan menjadi 10 ml per 1 liter air.
6. Kandang diistirahatkan minimal 2 minggu, dimulai setelah semua proses
pembersihan dan desinfeksi kandang selesai.
3. Manajemen Sanitasi Kandang
Sanitasi merupakan suatu usaha pencegahan penyakit melalui kontrol faktor
lingkungan yang berkaitan erat dengan rantai perpindahan penyakit. Pembersihan
dan desinfeksi adalah praktek sanitasi kandang yang wajib dilakukan oleh peternak.
Desinfeksi merupakan tindakan pensucihamaan menggunakan bahan desinfektan
dengan cara menyemprot, menyiram, dan merendam yang tujuannya untuk
menghilangkan ataupun mengurangi cemaran mikroorganisme patogen. Sanitasi
kandang yang baik dapat mengurangi tekanan infeksi bagi pemeliharaan ayam
petelur periode berikutnya. Praktek sanitasi kandang yang baik menurut Hy- line
(2018) adalah sebagai berikut:
1. Waktu istirahat minimal diberikan selama 2 minggu di antara kelompok
unggas.
2. Semua pakan dan kotoran harus dipindahkan dari kandang sebelum
dibersihkan.
3. Lubang udara, rumahan kipas, bilah kipas dan kisi-kisi kipas
dibersihkan secara menyeluruh.
4. Pemanasan kandang selama pencucian akan memudahkan penghilangan
cemaran organik.
5. Kandang harus dibersihkan dari cemaran organik dengan disemprot air
hangat bertekanan tinggi.
6. Busa/gel deterjen dapat digunakan untuk merendam cemaran organik
dan peralatan.
7. Bagian atas kandang dicuci sebelum lubang.
8. Air hangat bertekanan tinggi digunakan untuk membilas.
9. Kandang dibiarkan mengering.
10. Setelah sepenuhnya kering, disinfektan disemprotkan kemudian
dilanjutkan dengan fumigasi.
11. Kandang disiram dan saluran air dibersihkan.
12. Kandang unggas dipantau untuk mengetahui apakah terdapat Salmonella,
terutama Salmonella enteritidis. Sebaiknya dilakukan pengujian
lingkungan rutin.
13. Kandang dibiarkan mengering sebelum digunakan kembali.
B. Manajemen Biosekuriti
Biosekuriti merupakan cara terbaik untuk menghindari terjangkitnya penyakit
pada ternak. Inti dari program biosekuriti yang baik adalah bagaimana Kita dapat
mengidentifikasi dan mengendalikan suatu penyakit untuk tidak masuk ke area
peternakan. Permentan No. 31 Tahun 2014 menjelaskan pelaksanaan biosekuriti
pada budidaya ayam petelur yang baik pada peternakan, sebagai berikut:
1. Tata Laksana
a. Lokasi peternakan berpagar dengan satu pintu masuk dan di pintu masuk
tersebut dilakukan penyemprotan desinfektan.
b. Tata letak bangunan/kandang sesuai dengan peruntukannya.
c. Rumah tempat tinggal, kandang ayam petelur, dan kandang hewan lain
ditata pada lokasi yang terpisah.
d. Peternak/pengelola harus mampu membatasi masuknya orang, hewan,
dan peralatan ke peternakan.
e. Area parkir efektif, berpagar, dan bergerbang.
f. Prosedur pelaporan yang ketat yang berkaitan dengan keluar masuknya
staf dan pengunjung ke peternakan.
2. Tindakan Desinfeksi dan Sanitasi
a. Desinfeksi dilakukan pada setiap kendaraan yang keluar masuk lokasi
peternakan.
b. Tempat/bak untuk cairan desinfektan dan tempat cuci tangan disediakan
dan diganti setiap hari dan ditempatkan di dekat pintu masuk lokasi
kandang/peternakan.
c. Pembatasan secara ketat terhadap keluar masuk material, hewan/unggas,
produk unggas, pakan, kotoran unggas, alas kandang, liter, rak telur yang
dapat membawa penyakit unggas.
d. Semua material dilakukan desinfeksi dengan desinfektan sebelum masuk
maupun keluar lokasi peternakan.
e. Pembatasan secara ketat keluar masuk orang dan kendaraan dari dan ke
lokasi peternakan.
f. Setiap orang yang menderita sakit yang dapat membawa penyakit unggas
agar tidak memasuki kandang.
g. Setiap orang yang akan masuk dan keluar lokasi kandang, harus mencuci
tangan dengan sabun/desinfektan dan mencelupkan alas kaki ke dalam
tempat/bak cairan desinfektan.
h. Setiap orang yang berada di lokasi kandang, harus menggunakan
pelindung diri seperti pakaian kandang, sarung tangan, masker (penutup
hidung/mulut), sepatu boot dan penutup kepala.
i. Mencegah keluar masuknya tikus, serangga, dan unggas lain seperti itik,
entok, burung liar yang dapat berperan sebagai vektor penyakit ke lokasi
peternakan.
j. Kandang, tempat makan dan minum, tempat pengeraman ayam, sisa alas
kandang/litter dan kotoran kandang dibersihkan secara berkala sesuai
prosedur.
k. Tidak diperbolehkan makan, minum, meludah, dan merokok selama
berada di lokasi kandang.
l. Tidak membawa ayam petelur yang mati atau sakit keluar dari area
peternakan.
m. Ayam petelur yang mati di dalam area peternakan harus dibakar dan
dikubur sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
n. Kotoran ayam petelur diolah misalnya dengan dibuat kompos sebelum
kotoran dikeluarkan dari area peternakan.
o. Air kotor hasil proses pencucian agar langsung dialirkan keluar kandang
secara terpisah melalui saluran limbah ke dalam tempat penampungan
limbah sehingga tidak tergenang di sekitar kandang atau jalan masuk
lokasi kandang.
Selanjutnya Hy-line (2018) juga menjelaskan praktek biosekuriti yang baik,
yaitu meliputi:
1. Adanya kontrol yang ketat terhadap perpindahan manusia dan peralatan
di peternakan.
2. Membatasi pengunjung peternakan pada yang mempunyai kepentingan
saja.
3. Seiap ada kunjungan wajib ditulis di buku tamu.
4. Sebelum masuk peternakan semua pengunjung maupun pekerja harus
mandi di lokasi yang sudah disediakan untuk mensterilkan badan.
5. Pengunjung maupun pekerja harus memakai sepatu, pakaian, dan
penutup kepala yang sudah disediakan sebelumnya.
6. Bak atau tempat cuci kaki yang berisi air disinfektan wajib ada di luar
semua pintu masuk kandang.
7. Apabila memungkinkan, hindari penggunaan petugas dari luar ataupun
peralatan dari luar untuk vaksinasi, pemindahan, dan pemotongan paruh.
8. Idealnya, pekerja dibatasi pada satu kandang saja.
9. Bagi pekerja yang mengunjungi beberapa kelompok unggas, kelompok
unggas yang dikunjungi pada satu hari harus dibatasi. Selalu lakukan
kunjungan dari ternak yang lebih muda ke yang lebih tua dan dari yang
sehat ke ternak yang sakit. Setelah mengunjungi kelompok unggas yang
sakit, jangan memasuki kandang lain.
10. Pengeluaran ayam (culling) dari lokasi peternakan membuka peluang
masuknya penyakit karena truk dan pekerja seringkali berada di lokasi
peternakan lain.
11. Peternakan dengan pertumbuhan umur yang sama menggunakan prinsip
all-in, all-out (masuk semua, keluar semua) merupakan cara terbaik
untuk mencegah penularan penyakit dari kelompok yang lebih tua ke
kelompok muda yang lebih rentan.
12. Kandang harus dirancang untuk mencegah masuknya unggas liar,
serangga dan tikus.
13. Apabila terdapat bangkai ayam maka harus segera disingkirkan. Praktek
biosekuriti di peternakan ayam petelur dapat diakses pada link berikut
ini:
1. https://www.youtube.com/watch?v=vIP_XTtYbv0
2. https://www.youtube.com/watch?v=re9M0qxXbwM
C. Manajemen Pengendalian Penyakit
Manajemen pengendalian penyakit yang baik berkorelasi positif terhadap
produktivitas ayam petelur. Apabila Kita bisa meminimalisir resiko terjadinya
penyakit maka produktivitas ayam petelur yang optimal dapat tercapai sesuai
dengan potensi genetiknya. Jenis penyakit pada ayam petelur beraneka ragam di
setiap daerah, namun bagaimana Kita mengidentifikasi dan mengendalikan
penyakit tersebut lah yang penting untuk diperhatikan.
1. Penyakit pada Unggas Petelur dan Gejalanya
Ayam petelur yang akan dibudidayakan harus bebas dari penyakit unggas
berbahaya yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi. Penyakit yang sering
menyerang unggas petelur diantaranya adalah Avian Influenza (AI), New Castle
Disease (ND), fowl cholera, Infectious Bursal Disease (IBD/gumboro), Salmonellosis
(S. pullorum; E. enteridis), dan lainnya. Tabel di bawah ini menyajikan beberapa
jenis penyakit unggas petelur beserta dengan gejala yang
ditimbulkannya. Selain iu, juga disajikan info grafis pola perkembangan penyakit
viral pada ayam petelur dari Januari 2018 sampai dengan Februari 2019.
Tabel 30. Penyakit dan gejalanya
N
o
.
Penyakit Gej
ala
1 Cacingan Pada kasus berat, ayam terlihat kurus,
produksi turun dan diare bercampur darah.
Ascaridiasis merupakan penyakit cacingan
yang disebabkan
oleh cacing gilik dan cestodosis disebabkan
oleh cacing pita.
2 Colibacillosis Sulit bernapas, kantung udara, hati dan
jantung
diselaputi fibrin.
3 CRD Ngorok, kantung udara keruh.
4 Koksidiosis
(berak darah)
Berak darah, nafsu makan turun, konsumsi air
minum naik.
5 Kolera
(berak hijau)
Berak hijau, gangguan pernapasan, daerah
muka, pial dan jengger membengkak.
6 Korisa (snot, pilek) Pilek, muka bengkak.
7 Leucocytozoonosis Bintik-bintik perdarahan pada kulit, otot dan
hampir semua organ, gumpalan darah di
rongga perut.
8 Pullorum (berak
kapur)
Berak kapur, kedinginan.
Sumber: Medion (2008)
Gambar 19. Pola perkembangan penyakit viral pada ayam petelur
Sumber: Info Medion (2019)1
● Avian Influenza (AI)
Virus AI berdasarkan tingkat keganasannya digolongkan menjadi dua, yaitu
Low Pathogenic Avian Influenza (LPAI) dan High Patogenic Avian Influenza
(HPAI). Virus LPAI memiliki tingkat keganasan rendah sehingga gejala klinis yang
ditunjukkan bila ayam terserang virus ini adalah terjadi gangguan pernapasan
(ngorok), konjungtivitas (peradangan mata), penurunan konsumsi pakan, dan
produksi telur turun drastis. Sedangkan, virus HPAI sifatnya akut dan berlangsung
cepat. Gejala yang ditimbulkan adalah angka kematian yang tinggi, produksi telur
berhenti, terjadi sianosis (jengger dan pial berwarna kebiruan), konjungtivitas,
ekskreta berwarna hijau, lendir menumpuk di rongga mulut, shank mengalami
pendarahan, ngorok, dan terkadang terjadi tortikolis (gangguan saraf).
Gambar 20. Patologi anatomi ayam yang terserang AI
Sumber: Info Medion (2018)1
● Newcastle Disease (ND) atau Tetelo
Penyakit ND disebabkan oleh Avian Paramyxovirus type-1 (APMV-1).
Virus ND berdasarkan virulensinya digolongkan menjadi tiga patotype, yaitu:
1. Lentogenik, strain virus yang kurang virulen.
2. Mesogenik, strain virus dengan virulensi sedang.
3. Velogenik, strain virus ganas yang dibedakan menjadi neurotrofik
(gangguan saraf dan kelainan sistem pernapasan) dan viserotrofik
(kelainan sistem pencernaan).
Penyakit ND menyebabkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian
(mortalitas) menjadi sangat tinggi, yaitu akibat infeksi strain lentogenik 50 – 100%,
mesogenik 50%, dan velogenik 30%. Penyakit ND ditandai dengan terjadinya
petechiae (bintik-bintik merah atau ungu) pada proventikulus, ventrikulus, usus,
seka tonsil, trakea, dan paru-paru (Kencana et al., 2012). Gambar berikut
menunjukkan ciri-ciri khusus ayam petelur yang terinfeksi ND, yaitu terlihat gugup,
leher bengkok, dan mengalami kelumpuhan.
Gambar 21. Ayam petelur umur 29 minggu yang terinfeksi ND
Sumber: Yuneand and Abdela (2017)
● Infectious Bursal Disease (IBD) atau Gumboro
Penyakit ini disebabkan oleh virus RNA rantai ganda dari familia
Birnaviridae dan menyebabkan terjadinya penekanan kerja sistem imun
(imunosupresif), morbiditas, mortalitas, penurunan efisiensi ransum, gangguan
pertumbuhan, dan pembengkakan serta peradangan pada bursa fabricius. Vektor
utama virus ini adalah kumbang hitam (Alphitobius diaperinus).
Gambar 22. Bursa fabricius ayam yang terserang IBD
Sumber: Info Medion (2019)1
● Chronic Respiratory Disease (CRD) atau Korisa aau Snot
Penyakit ini disebabkan oleh Mycoplasma gallisepticum dan menyerang
sistem pernapasan ayam. Gejala yang ditunjukkan adalah terjadi konjungtivitas,
pembengkakan periorbital dan edema kelopak mata. Selain itu, kantong udara keruh
(airsacculitis) dan terjadi perkejuan pada selaput hati (perihepatitis).
Gambar 23. Airsacculitis (kiri) dan perihepatitis (kanan)
Sumber: Info Medion (2019)3
● Infectious Larywgo Tracheitis (ILT)
Penyakit ILT menyerang pernapasan ayam dan sangat menular. Ayam yang
terjangkit penyakit ini menunjukkan gejala sulit bernapas dan batuk disertai
pengeluaran eksudat berdarah. Penyakit ILT disebabkan virus Herpesviridae dan
tidak ditularkan vertikal dari induk ke anak melalui telur. Penyebaran ILT cepat dan
menyebabkan morbiditas 90 – 100% dengan angka mortalitas 10 – 70%. Ayam
yang terjangkit ILT pertumbuhan bobot badannya terhambat dan produksi telurnya
menururn (Saepulloh dan Darminto, 1999).
Gambar 24. Kepala dan leher ditarik saat bernapas (kiri) dan peradangan trakea
(kanan)
Sumber: Info Medion (2019)3
● Koksidiosis
Infeksi parasit pada usus ini dapat menyebabkan kerusakan usus dan, dalam
infestasi parah, menyebabkan kematian. Yang lebih umum, pengendalian infeksi
sub-klinis yang buruk akan mengurangi konversi pakan atau menyebabkan ayam
dara terkena kerusakan usus ireversibel, kronis. Kelompok ayam dara mungkin
tidak seragam atau memiliki berat badan kurang di kandang dan tidak bertelur
secara optimal sesuai potensi bertelurnya. Pengendalian koksidia mencakup
langkah-langkah berikut (patuhi peraturan setempat):
1. Gunakan ionofor atau bahan kimia pada program step down untuk
memastikan imunitas pada ayam dara.
2. Penggunaan vaksin hidup menjadi alternatif untuk perawatan obat anti-
koksidia.
3. Tersedia vaksin hidup yang dapat diberikan melalui semprotan di tempat
penetasan atau melalui pakan atau aplikasi air selama beberapa hari
pertama di kandang brooder.
4. Kendalikan lalat dan kumbang, yang merupakan vektor penyebaran
coccidia.
5. Pembersihan menyeluruh dan desinfeksi kandang mengurangi tekanan
paparan penyakit.
6. Batasi akses unggas ke tempat kotoran.
7. Pemeliharaan dan produksi di kandang membatasi paparan terhadap
coccidia oocysts dalam kotoran.
Gambar 25. Usus halus radang serta berisi darah dan lendir kental akibat infeksi
Sumber: Info Medion (2019)2
D. Manajemen Vaksin
Vaksin merupakan bibit penyakit yang sudah dilemahkan ataupun dimatikan
sesuai standar prosedur tertentu yang kemudian digunakan untuk merangsang
pembentukan antibodi. Sedangkan vaksinasi merupakan tindakan pemberian
kekebalan pada unggas dengan menggunakan vaksin. Fungsi utama pemberian
vaksin adalah untuk merangsang pembentukan kekebalan atau antibodi pada tubuh
unggas sehingga dapat mencegah infeksi penyakit. Prinsip vaksinasi adalah bibit
penyakit yang sudah dilemahkan diberikan terlebih dahulu sebelum terjadinya
infeksi penyakit pada unggas. Dewasa ini serangan penyakit menyebar hampir ke
semua wilayah, baik penyakit viral ataupun bakterial. Oleh sebab itu, tindakan
pencegahan menggunakan vaksinasi sangat penting untuk dilakukan. Pertimbangan
pelaksanaan vaksinasi menurut Medion (2017) adalah sebagai berikut:
1. Penyakit viral tidak bisa disembuhkan melalui pemberian obat.
2. Pengendalian penyakit terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan
memberikan kekebalan pada ayam.
3. Apabila penyakit bakterial sudah terlanjur menyerang maka akan sulit
dihilangkan secara tuntas sehingga di kemudian hari akan mudah muncul
kembali (misalnya penyakit korisa).
4. Biaya untuk pencegahan lebih murah dibandingkan biaya pengobatan
apabila sudah terlanjur terjadi kasus penyakit.
Dalam pelaksanaannya, penentuan aplikasi vaksinasi dapat disesuaikan
dengan jenis vaksin yang akan digunakan dan umur ayam saat pemberian vaksinasi.
1. Jenis vaksin yang digunakan.
A. Vaksin aktif biasanya tersedia dalam bentuk kering beku. Oleh sebab
itu, saat aplikasi/pemakaian harus dilarutkan terlebih dahulu dengan
menggunakan pelarut dapar (larutan yang mengandung campuran
asam lemah dan basa konjugatnya, atau sebaliknya) maupun air
biasa/aquades. Selanjutnya, dapat diberikan melalui tetes
mata/hidung/mulut, air minum, spray ataupun tusuk sayap. Vaksin
aktif juga bisa diberikan lewat suntikan dengan terlebih dahulu
dilarutkan dengan aquades sesuai dosis yang dianjurkan, yaitu 500 ml
aquades per 1000 dosis vaksin, 250 ml aquades per 500 dosis vaksin,
dan seterusnya.
B. Sedangkan untuk vaksin inaktif aplikasinya melalui injeksi/suntikan.
4. Umur ayam saat divaksin. Metode vaksinasi yang umum digunakan untuk vaksin
aktif adalah dengan aplikasi masal lewat air minum karena lebih praktis dan mudah
dilakukan. Cara ini lebih efektif diaplikasikan pada ayam umur dewasa. Hal
tersebut dikarenakan konsumsi air minum pada ayam dewasa relatif optimal dan
penyerapan vaksin diedarkan melalui darah (bersifat sistemik).
A. Vaksinasi lewat air minum dapat menjadi alternatif vaksinasi ulangan.
B. Namun, untuk vaksinasi ND dan IB pertama (biasanya untuk anak ayam)
hasilnya lebih baik bila diberikan lewat tetes mata/hidung. Tujuannya adalah
untuk mengaktifkan organ kekebalan (kelenjar harderian) di daerah mata yang
berfungsi sebagai kekebalan lokal di daerah saluran pernapasan atas, biasanya
serangan virus ND dan IB masuk melalui daerah tersebut.
C. Selain itu juga agar setiap anak ayam mendapatkan 1 dosis penuh vaksin,
karena biasanya bila dilarutkan dalam air minum konsumsinya tidak merata.
Penentuan dosis vaksin aktif/inaktif yang disuntikkan dapat disesuaikan
dengan umur ayam, biasanya 0.2 ml untuk anak ayam dan 0.5 ml untuk ayam
dewasa. Aplikasi dengan suntikan subkutan (di bawah kulit leher bagian
belakang) pada anak ayam dan ayam dewasa dapat lewat intramuskuler
(tembus otot daging dada sebelah kanan atau otot paha) maupun subkutan.
Saat pemberian vaksinasi beberapa hal penting perlu diperhatikan, yaitu :
1) Vaksin aktif harus habis dalam waktu 2 jam dan vaksin inaktif < 24 jam;
2) Vaksinasi sebaiknya dilakukan jauh dari pemanas;
3) Tiga hari sebelum dan sesudah vaksinasi, ayam diberikan vitamin misalnya Vita
Stress atau imunostimulan dari bahan alami seperti Imustim untuk meningkatkan
fungsi sistem kekebalan dan daya tahan tubuh.
Terkait penentuan dosis yang tepat dan seragam maka setiap aplikasi
vaksinasi harus diperhatikan beberapa hal, antara lain: Tetes Mata, Hidung/Mulut.
Sebelum digunakan, vaksin dilarutkan ke dalam larutan dapar untuk menaikkan
suhu secara bertahap. Selain itu, juga untuk membangunkan agen infeksi yang
dimati-sementarakan dalam keadaan kering beku. Ketika meneteskan vaksin pada
mata (1 tetes/ekor) harus ditunggu hingga vaksin benar- benar masuk (ayam
mengejapkan mata berkali-kali) baru dilepaskan. Apabila melalui tetes hidung,
maka salah satu lubang hidung harus dan dilepaskan setelah vaksin terhirup.
Selanjutnya apabila menggunakan tetes mulut, vaksin diteteskan sebanyak 1 tetes
dan dipastikan sampai benar-benar masuk hingga ayam melakukan gerakan reflek
menelan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah handling ayam agar vaksinasi
tepat, yaitu sekali memegang maksimal 3 ekor ayam.
Gambar 26. Aplikasi vaksin dengan tetes
Sumber: Info Medion (2019)1
Via air minum. Hal yang harus diperhatikan ketika vaksinasi melalui air
minum, yaitu air minum sebagai pelarut dipastikan bebas kaporit, desinfektan, dan
logam (besi, Ca, Mg) serta memiliki pH netral. Untuk memperbaiki mutu air, 30
menit sebelum vaksin dilarutkan, air dapat ditambahkan Medimilk 10 g/5 L atau
Netrabil 5 g/L air. Selanjutnya, 48 jam sebelum dan sesudah vaksinasi pemakaian
desinfektan melalui air minum harus dihentikan. Agar hasil vaksinasi optimal
sebaiknya dilakukan pagi hari. Hal ini dikarenakan pagi hari merupakan puncak
ayam beraktivitas dan konsumsi air minum tinggi. Sebelum diberi air minum yang
mengandung vaksin, ayam dipuasakan minum terlebih dahulu 1 – 2 jam.
Gambar 27. Aplikasi vaksin dengan air minum
Sumber: Sinau Ternak (2019)
Vaksinasi spray. Vaksinasi melalui spray menggunakan pelarut aquades. Air
biasa boleh digunakan namun harus dipastikan tidak mengandung logam berat.
Sprayer yang dipakai sebaiknya dikhususkan untuk penggunaan vaksinasi. Saat
melakukan vaksinansi, semua pintu dan lubang ventilasi kandang harus ditutup dan
kipas angin dimatikan. Ventilasi kandang boleh dibuka dan kipas dinyalakan
kembali 20 – 30 menit setelah selesai penyemprotan.
Gambar 28. Aplikasi vaksin pada jaringan sayap
Sumber: Wiki How (2019)
Suntikan/Injeksi (Subkutan/Intramuskuler). Beberapa hal yang perlu
diperhatikan adalah vaksinasi suntikan yang menggunakan vaksin inaktif,
sebelumnya vaksin harus dicairkan dengan cara menggenggam/menggesekkan
kedua tangan hingga vaksin tidak berembun. Agar memastikan vaksin tepat berada
di bawah kulit maka dapat dilihat dari bekas suntikannya, vaksin yang diinjeksikan
akan tampak berwarna putih di bawah kulit. Penusukkan jarum tidak boleh terlalu
dalam, hal ini guna mencegah jaringan di bawah otot tertusuk. Sudut kemiringan
jarum sebaiknya < 45° dan penyuntikannya dilakukan dengan tidak tergesa-gesa.
Gambar 29. Aplikasi vaksin dengan suntikan
Sumber: Sinau Ternak (2019)
Tusuk sayap. Vaksinasi tusuk sayap umumnya diberikan untuk vaksin aktif
cacar/fowl pox serta vaksinasi kombinasi avian encephalomyelitis (AE) dan fowl
pox. Vaksinasi dilakukan lewat bagian dalam sayap. Sayap ayam direntangkan dan
jarum ditusukkan di lipatan sayap yang tipis, harus hati-hati agar tidak mengenai
pembuluh darah, tulang, dan urat daging sayap. Vaksin yang diberikan tidak boleh
menyentuh bagian tubuh lain kecuali tempat vaksinasi. Vaksinasi berhasil jika
muncul radang (benjolan) berdiameter 3 – 5 mm di lokasi tusukan. Reaksi ini
muncul 3 – 7 hari setelah vaksinasi dan akan hilang dalam waktu < 3 minggu.
Gambar 30. Aplikasi vaksin pada jaringan sayap
Sumber: Wiki How (2019)
Beberapa penyakit tertentu memiliki daerah paparan yang luas atau sulit
untuk diberantas dan memerlukan program vaksinasi rutin. Secara umum, semua
kelompok ayam petelur harus divaksinasi terhadap penyakit marek, Newcastle
Disease (NDV), Infectious Bronchitis (IB), Infectious Bursal Disease (IBD atau
gumboro), Avian Encephalomyelitis (AE), dan cacar unggas. Vaksinasi lain
ditambahkan ke program jika paparan penyakit lokal terindikasi. Hy-line (2019)
memberikan panduan penggunaan vaksin dan pilihan aplikasi vaksin untuk ayam
telur seperti gambar di bawah ini.
Gambar 31. Penggunaan vaksin untuk ayam petelur
Sumber: Hy-line (2019)
Gambar 32. Pilihan aplikasi vaksin ayam petelur
Sumber: Hy-line (2019)
Berikut disajikan program vaksinasi ND-AI dan gumboro pada ayam layer
berdasarkan Info Medion (2018)1
:
Tabel 31. Program vaksinasi ND-AI ayam layer
Sumber: Info Medion (2018)1
Tabel 32. Program vaksinasi gumboro
Umur
(hari)
Ayam petelur
4 Medivac gumboro emulsion (suntikan 0.2 ml)
7 Medivac gumboro A (tetes mulut)
10 –
14
Medivac gumboro A/B (tetes mulut/air minum)
21 –
28
Medivac gumboro A/B (tetes mulut/air minum)
Sumber: Info Medion (2018)1
E. Pengendalian Penyakit
Syarat penggunaan obat untuk ternak menurut Permentan No. 31 Tahun
2014 adalah sebagai berikut:
1. Obat yang dipergunakan sesuai dengan peruntukannya dan harus
memiliki nomor pendaftaran.
2. Obat yang digunakan sebagai imbuhan dan pelengkap pakan meliputi
premiks dan sediaan obat alami sesuai dengan peruntukannya.
3. Penggunaan obat harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Di samping itu, Permentan No. 31 Tahun 2014 juga mengatur tindakan
pengamanan penyakit pada unggas petelur sebagai berikut:
1. Membatasi mobilitas orang, hewan, alat angkut, dan peralatan yang
keluar masuk lokasi perkandangan untuk meminimalisir penularan suatu
penyakit.
2. Melakukan desinfeksi terhadap orang, kandang, bahan, dan peralatan
lainnya yang digunakan dalam budidaya.
3. Melakukan pembersihan dan penyucian kandang baik terhadap kandang
baru atau kandang yang telah dikosongkan.
4. Menjaga kebersihan dan sanitasi seluruh komplek lokasi peternakan
sehingga memenuhi syarat higienis.
5. Melakukan tindakan pemusnahan bangkai ayam.
6. Pengamanan di bawah pengawasan petugas setempat untuk ayam yang
terkena penyakit menular beserta bahan tercemar yang tidak dapat
didesinfeksi, untuk selanjutnya tidak dibawa keluar komplek budidaya
setelah penetapan diagnosa penyakit oleh dokter hewan.
7. Melakukan vaksinasi terhadap ayam petelur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dalam bidang kesehatan hewan.
8. Melakukan pengolahan limbah peternakan.
Medion (2008; 2019) memberikan pedoman pengobatan penyakit unggas
dan program penggunaan vitamin pada ayam layer seperti di bawah ini.
Gambar 33. Program penggunaan vitamin pada ayam layer
Sumber: Medion (2019)
Keterangan: Makin banyak tanda (+) makin efektif (manjur)
Gambar 34. Pedoman pengobatan penyakit unggas
Sumber: Medion (2008)
4. Forum Diskusi
Coba Identifikasikan dan analisa penyakit yang telah terjankit di kandang
Ayam Petelur pada fase produksi,bagaimana cara pengedalianya? Evaluasi juga
apakah program vaksin dikandang ayam petelur tersebut sudah dilakukan dengan
benar atau belum, Bekerjalah dengan berkelompok (4 orang/kelompok).
PENUTUP
1. Rangkuman
Usaha menanggulangi penyakit dengan melakukan pencegahan penyakit
harus dilaksanakan dalam suatu rentetan yang terkait satu sama lain, yaitu dimulai
dari persiapan kandang yang harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Persyaratan perkandangan unggas petelur diatur dalam Permentan No. 31 Tahun
2014. Tata laksana persiapan kandang unggas petelur juga merupakan hal penting
yang harus diperhatikan guna mencegah terjadinya penyakit. Tata laksana persiapan
kandang unggas petelur meliputi pengeluaran litter (sekam, ekskreta) dari kandang
setelah ayam pindah kandang atau diafkir, peralatan (tempat pakan dan minum)
dibersihkan dan dicuci, tirai dilepaskan kemudian dibersihkan dan dicuci, dinding
dan lantai kandang dibersihkan dan dicuci dengan menggunakan air sabun
kemudian disemprot dengan air hingga bersih, kandang disemprot dengan
menggunakan desinfektan, dan kandang diistirahatkan minimal 2 minggu.
Manajemen biosekuriti adalah bagaimana cara mengidentifikasi dan
mengendalikan suatu penyakit untuk tidak masuk ke area peternakan yang diatur
dalam Permentan No. 31 Tahun 2014. Manajemen pengendalian penyakit yang
baik berkorelasi positif terhadap produktivitas ayam petelur. Jenis penyakit pada
ayam petelur yang sering menyerang diantaranya adalah Avian Influenza (AI), New
Castle Disease (ND), fowl cholera, Infectious Bursal Disease (IBD/gumboro), dan
Salmonellosis (S. pullorum; E. enteridis).
Vaksin merupakan bibit penyakit yang sudah dilemahkan ataupun dimatikan
sesuai standar prosedur tertentu yang kemudian digunakan untuk merangsang
pembentukan antibodi. Sedangkan vaksinasi merupakan tindakan pemberian
kekebalan pada unggas dengan menggunakan vaksin. Pengendalian penyakit
melalui pengobaan diatur dalam Permentan No. 31 Tahun 2014.
2. Tes Formatif
1. Bibit penyakit yang sudah dilemahkan/dimatikan yang digunakan untuk
merangsang pembentukan antibodi ternak adalah ....
2. Metode vaksin yang bisa dilakukan adalah…..
DAFTAR FUSTAKA
1
Info Medion. 2018. Perkembangan Virus AI di Indonesia.
http://www.medion.co.id/wp-
content/uploads/2019/08/IM_Nov_18.pdf.
Diakses tanggal 07 Oktober 2019.
1
Info Medion. 2019. Strategi Efektif Cegah Gumboro Sejak Dini.
https://www.medion.co.id/wp-
content/uploads/2019/07/IM_Jul_19.pdf.
Diakses tanggal 07 Oktober 2019.
2
Info Medion. 2018. Kilas Balik 2018 dan Proyeksi Penyakit Tahun 2019.
http://www.medion.co.id/wp-
content/uploads/2019/08/IM_Des_18.pdf.
Diakses tanggal 07 Oktober 2019.
2
Info Medion. 2019. Pasang Surut Penyakit Unggas dari Tahun ke Tahun.
https://www.medion.co.id/wp-
content/uploads/2019/07/IM_Jun_19.pdf.
Diakses tanggal 07 Oktober 2019.
3
Info Medion. 2019. Strategi Menjaga Kesehatan Pernapasan Ayam.
https://www.medion.co.id/wp-
content/uploads/2019/07/IM_Jan_19.pdf.
Diakses tanggal 07 Oktober 2019.
Hy-line. 2018. Panduan Manajemen.
https://www.hyline.com/userdocs/pages/BRN_COM_BAH.pdf.
Diakses tanggal 07 Oktober 2019.
Hy-line. 2019. Rekomendasi Vaksin.
https://www.hyline.com/userdocs/pages/TU_VACC_BAH.pdf.
Diakses tanggal 07 Oktober 2019.
Kencana, G. A. Y., I M. Kardena, dan I G. N. K. Mahardika. Peneguhan
diagnosis penyakit newcastle disease lapang pada ayam buras di bali
menggunakan teknik RT-PCR. Jurnal Kedokteran Hewan 6 (1): 28-
31.
Medion. 2008. Program Pemeliharaan Kesehatan Ayam
Petelur.
https://www.medion.co.id/images/pdf/ProgramPemeliharaanKesehat
anAya mPetelur.pdf. Diakses tanggal 07 Oktober 2019.
Medion. 2017. Cara Tepat Aplikasi Vaksinasi
Unggas. https://www.medion.co.id/id/2017/09/04/cara-tepat-
aplikasi-vaksinasi- unggas/. Diakses tanggal 07 Oktober 2019.
Medion. 2019. Program Pemeliharaan Kesehatan Ayam Petelur.
https://www.medion.co.id/images/pdf/ProgramPenggunaanVitaminp
adaAya mLayerdanBreeder.pdf. Diakses tanggal 07 Oktober 2019.
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia
No. 31/Permentan/OT.140/2/2014. Pedoman Budidaya
Ayam Pedaging dan Ayam Petelur yang Baik. Jakarta.
Saepulloh, M. dan Darminto. 1999. Epidemiologi, diagnosis dan kontrol
penyakit infectious laryngo tracheitis (ILT) pada ayam. Wartazoa 8
(1): 20-27.
Sinau Ternak. 2019. https://sinauternak.com/vaksinasi-ayam-broiler/.
Diakses tanggal 07 Oktober 2019.
Suprijatna, E., U. Atmomarsono, dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar
Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Wiki How. Cara Memvaksinasi Ayam.
https://id.wikihow.com/Memvaksinasi- Ayam. Diakses tanggal 07
Oktober 2019.
Yune, N. and N. Abdela. 2017. Update on Epidemiology, Diagnosis and
Control Technique of Newcastle Disease. J Vet Sci Technol 8 (2): 1-
6.
Materi ajar berbasis problem based learning m5 kb3 dk

More Related Content

What's hot

Teknologi pengolahan pakan sapi
Teknologi pengolahan pakan sapiTeknologi pengolahan pakan sapi
Teknologi pengolahan pakan sapiRamaiyulis Ramai
 
Prinsip Zona dalam Perdagangan Hewan dan Produk Hewan - Februari 2016
Prinsip Zona dalam Perdagangan Hewan dan Produk Hewan - Februari 2016Prinsip Zona dalam Perdagangan Hewan dan Produk Hewan - Februari 2016
Prinsip Zona dalam Perdagangan Hewan dan Produk Hewan - Februari 2016Tata Naipospos
 
Budidaya ikan hias komet
Budidaya ikan hias kometBudidaya ikan hias komet
Budidaya ikan hias kometFitriHastuti2
 
Analisis bahan pakan van soest
Analisis bahan pakan van soestAnalisis bahan pakan van soest
Analisis bahan pakan van soestYusuf Ahmad
 
Kucing dan toxoplasma 2012 - triakoso
Kucing dan toxoplasma 2012 - triakosoKucing dan toxoplasma 2012 - triakoso
Kucing dan toxoplasma 2012 - triakosoNusdianto Triakoso
 
Mungkinkah Kompartemen Bebas PMK di Indonesia? - Ditkeswan, Jakarta, 12-13 Ju...
Mungkinkah Kompartemen Bebas PMK di Indonesia? - Ditkeswan, Jakarta, 12-13 Ju...Mungkinkah Kompartemen Bebas PMK di Indonesia? - Ditkeswan, Jakarta, 12-13 Ju...
Mungkinkah Kompartemen Bebas PMK di Indonesia? - Ditkeswan, Jakarta, 12-13 Ju...Tata Naipospos
 
Presentasi Ayam Buras untuk prakarya
Presentasi Ayam Buras untuk prakaryaPresentasi Ayam Buras untuk prakarya
Presentasi Ayam Buras untuk prakaryattanitaaprilia
 
TEKNIK BUDIDAYA TERNAK BABI
TEKNIK BUDIDAYA TERNAK BABITEKNIK BUDIDAYA TERNAK BABI
TEKNIK BUDIDAYA TERNAK BABIN8 MARKET
 
Potensi pelestarian full
Potensi pelestarian fullPotensi pelestarian full
Potensi pelestarian fullEmi Suhaemi
 
Bab vi kandang dan peralatan
Bab vi kandang dan peralatanBab vi kandang dan peralatan
Bab vi kandang dan peralatanRMontong
 
Dasar Dasar Kesehatan Ternak
Dasar Dasar Kesehatan TernakDasar Dasar Kesehatan Ternak
Dasar Dasar Kesehatan TernaklombkTBK
 
Mengenal ASF dan Mekanisme Penanganannya di Babi Hutan - KLHK, 2 Juni 2021
Mengenal ASF dan Mekanisme Penanganannya di Babi Hutan - KLHK, 2 Juni 2021Mengenal ASF dan Mekanisme Penanganannya di Babi Hutan - KLHK, 2 Juni 2021
Mengenal ASF dan Mekanisme Penanganannya di Babi Hutan - KLHK, 2 Juni 2021Tata Naipospos
 

What's hot (20)

Teknologi pengolahan pakan sapi
Teknologi pengolahan pakan sapiTeknologi pengolahan pakan sapi
Teknologi pengolahan pakan sapi
 
Prinsip Zona dalam Perdagangan Hewan dan Produk Hewan - Februari 2016
Prinsip Zona dalam Perdagangan Hewan dan Produk Hewan - Februari 2016Prinsip Zona dalam Perdagangan Hewan dan Produk Hewan - Februari 2016
Prinsip Zona dalam Perdagangan Hewan dan Produk Hewan - Februari 2016
 
Budidaya ikan hias komet
Budidaya ikan hias kometBudidaya ikan hias komet
Budidaya ikan hias komet
 
manajemen kesehatan ternak
manajemen kesehatan ternakmanajemen kesehatan ternak
manajemen kesehatan ternak
 
Analisis bahan pakan van soest
Analisis bahan pakan van soestAnalisis bahan pakan van soest
Analisis bahan pakan van soest
 
Ppt kesehatan
Ppt kesehatanPpt kesehatan
Ppt kesehatan
 
Urea Mollases Block
Urea Mollases BlockUrea Mollases Block
Urea Mollases Block
 
Kucing dan toxoplasma 2012 - triakoso
Kucing dan toxoplasma 2012 - triakosoKucing dan toxoplasma 2012 - triakoso
Kucing dan toxoplasma 2012 - triakoso
 
Formula Pakan Ternak Unggas
Formula Pakan Ternak UnggasFormula Pakan Ternak Unggas
Formula Pakan Ternak Unggas
 
Mungkinkah Kompartemen Bebas PMK di Indonesia? - Ditkeswan, Jakarta, 12-13 Ju...
Mungkinkah Kompartemen Bebas PMK di Indonesia? - Ditkeswan, Jakarta, 12-13 Ju...Mungkinkah Kompartemen Bebas PMK di Indonesia? - Ditkeswan, Jakarta, 12-13 Ju...
Mungkinkah Kompartemen Bebas PMK di Indonesia? - Ditkeswan, Jakarta, 12-13 Ju...
 
Makalah Pullorum
Makalah PullorumMakalah Pullorum
Makalah Pullorum
 
Buku penyakit ternak
Buku penyakit ternakBuku penyakit ternak
Buku penyakit ternak
 
Presentasi Ayam Buras untuk prakarya
Presentasi Ayam Buras untuk prakaryaPresentasi Ayam Buras untuk prakarya
Presentasi Ayam Buras untuk prakarya
 
TEKNIK BUDIDAYA TERNAK BABI
TEKNIK BUDIDAYA TERNAK BABITEKNIK BUDIDAYA TERNAK BABI
TEKNIK BUDIDAYA TERNAK BABI
 
Potensi pelestarian full
Potensi pelestarian fullPotensi pelestarian full
Potensi pelestarian full
 
Bab vi kandang dan peralatan
Bab vi kandang dan peralatanBab vi kandang dan peralatan
Bab vi kandang dan peralatan
 
Dasar Dasar Kesehatan Ternak
Dasar Dasar Kesehatan TernakDasar Dasar Kesehatan Ternak
Dasar Dasar Kesehatan Ternak
 
Strategi Pemeliharaan Ternak Sapi Potong
Strategi Pemeliharaan Ternak Sapi PotongStrategi Pemeliharaan Ternak Sapi Potong
Strategi Pemeliharaan Ternak Sapi Potong
 
Mengenal ASF dan Mekanisme Penanganannya di Babi Hutan - KLHK, 2 Juni 2021
Mengenal ASF dan Mekanisme Penanganannya di Babi Hutan - KLHK, 2 Juni 2021Mengenal ASF dan Mekanisme Penanganannya di Babi Hutan - KLHK, 2 Juni 2021
Mengenal ASF dan Mekanisme Penanganannya di Babi Hutan - KLHK, 2 Juni 2021
 
TERNAK PUYUH
TERNAK PUYUHTERNAK PUYUH
TERNAK PUYUH
 

Similar to Materi ajar berbasis problem based learning m5 kb3 dk

AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3PPGhybrid3
 
AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4   kb 3AT Modul 4   kb 3
AT Modul 4 kb 3PPGhybrid3
 
Bab viii pengendalian dan penanggulangan penyakit
Bab viii pengendalian dan penanggulangan penyakitBab viii pengendalian dan penanggulangan penyakit
Bab viii pengendalian dan penanggulangan penyakitRMontong
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3PPGhybrid3
 
Laporan praktik kerja lapangan
Laporan praktik kerja lapanganLaporan praktik kerja lapangan
Laporan praktik kerja lapanganBudinta Lubizz
 
Sosialisasi penggunaan biosecurity berbasis lingkungan pada peternakan+ppt
Sosialisasi penggunaan biosecurity berbasis lingkungan pada peternakan+pptSosialisasi penggunaan biosecurity berbasis lingkungan pada peternakan+ppt
Sosialisasi penggunaan biosecurity berbasis lingkungan pada peternakan+pptSaka Hikmawan
 
Makalah Biologi Materi Kelas XII IPA (Bioteknologi dalam Bidang Pereternakan)
Makalah Biologi Materi Kelas XII IPA (Bioteknologi dalam Bidang Pereternakan)Makalah Biologi Materi Kelas XII IPA (Bioteknologi dalam Bidang Pereternakan)
Makalah Biologi Materi Kelas XII IPA (Bioteknologi dalam Bidang Pereternakan)Trias Nurwana
 
Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...
Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...
Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...Tata Naipospos
 
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpmMakalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpmSentra Komputer dan Foto Copy
 
BUDIDAYA BURUNG PUYUH
BUDIDAYA BURUNG PUYUHBUDIDAYA BURUNG PUYUH
BUDIDAYA BURUNG PUYUHFirdika Arini
 
Tugas Makalah Kelompok Kombang_Karakteristik Inovasi dan Laju Adopsi (3).docx
Tugas Makalah Kelompok Kombang_Karakteristik Inovasi dan Laju Adopsi (3).docxTugas Makalah Kelompok Kombang_Karakteristik Inovasi dan Laju Adopsi (3).docx
Tugas Makalah Kelompok Kombang_Karakteristik Inovasi dan Laju Adopsi (3).docx180213AlwanAkmalH
 

Similar to Materi ajar berbasis problem based learning m5 kb3 dk (20)

AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3
 
AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3
 
AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4
 
AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4   kb 3AT Modul 4   kb 3
AT Modul 4 kb 3
 
4752 9654-1-pb
4752 9654-1-pb4752 9654-1-pb
4752 9654-1-pb
 
Bab viii pengendalian dan penanggulangan penyakit
Bab viii pengendalian dan penanggulangan penyakitBab viii pengendalian dan penanggulangan penyakit
Bab viii pengendalian dan penanggulangan penyakit
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
 
Laporan praktik kerja lapangan
Laporan praktik kerja lapanganLaporan praktik kerja lapangan
Laporan praktik kerja lapangan
 
Sosialisasi penggunaan biosecurity berbasis lingkungan pada peternakan+ppt
Sosialisasi penggunaan biosecurity berbasis lingkungan pada peternakan+pptSosialisasi penggunaan biosecurity berbasis lingkungan pada peternakan+ppt
Sosialisasi penggunaan biosecurity berbasis lingkungan pada peternakan+ppt
 
Makalah study bpm kebidanan dasar
Makalah study bpm  kebidanan dasar Makalah study bpm  kebidanan dasar
Makalah study bpm kebidanan dasar
 
Manajemen pemeliharaan palembang 31 juli 2018
Manajemen pemeliharaan palembang 31 juli 2018Manajemen pemeliharaan palembang 31 juli 2018
Manajemen pemeliharaan palembang 31 juli 2018
 
Makalah Biologi Materi Kelas XII IPA (Bioteknologi dalam Bidang Pereternakan)
Makalah Biologi Materi Kelas XII IPA (Bioteknologi dalam Bidang Pereternakan)Makalah Biologi Materi Kelas XII IPA (Bioteknologi dalam Bidang Pereternakan)
Makalah Biologi Materi Kelas XII IPA (Bioteknologi dalam Bidang Pereternakan)
 
Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...
Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...
Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...
 
Studi banding ayam buras
Studi banding ayam burasStudi banding ayam buras
Studi banding ayam buras
 
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpmMakalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
 
Bab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluanBab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluan
 
BUDIDAYA BURUNG PUYUH
BUDIDAYA BURUNG PUYUHBUDIDAYA BURUNG PUYUH
BUDIDAYA BURUNG PUYUH
 
Budidaya jamur tiram
Budidaya jamur tiramBudidaya jamur tiram
Budidaya jamur tiram
 
Budidaya jamur tiram
Budidaya jamur tiramBudidaya jamur tiram
Budidaya jamur tiram
 
Tugas Makalah Kelompok Kombang_Karakteristik Inovasi dan Laju Adopsi (3).docx
Tugas Makalah Kelompok Kombang_Karakteristik Inovasi dan Laju Adopsi (3).docxTugas Makalah Kelompok Kombang_Karakteristik Inovasi dan Laju Adopsi (3).docx
Tugas Makalah Kelompok Kombang_Karakteristik Inovasi dan Laju Adopsi (3).docx
 

More from DediKusmana2

Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021DediKusmana2
 
Bahan ajar hands out pengujian kualitas pakan
Bahan ajar hands out pengujian kualitas pakanBahan ajar hands out pengujian kualitas pakan
Bahan ajar hands out pengujian kualitas pakanDediKusmana2
 
Presentasi lusi ( setting)
Presentasi lusi ( setting)Presentasi lusi ( setting)
Presentasi lusi ( setting)DediKusmana2
 
Ppt sefiana ayu nadia
Ppt sefiana ayu nadiaPpt sefiana ayu nadia
Ppt sefiana ayu nadiaDediKusmana2
 
Ppt fajar LAPORAN PKL
Ppt fajar LAPORAN PKLPpt fajar LAPORAN PKL
Ppt fajar LAPORAN PKLDediKusmana2
 
Powerpoint rosihatull HATCHERY
Powerpoint rosihatull HATCHERYPowerpoint rosihatull HATCHERY
Powerpoint rosihatull HATCHERYDediKusmana2
 
Powerpoint oway HATCHERY
Powerpoint oway HATCHERYPowerpoint oway HATCHERY
Powerpoint oway HATCHERYDediKusmana2
 
ainafii LAPORAN PKL
ainafii LAPORAN PKLainafii LAPORAN PKL
ainafii LAPORAN PKLDediKusmana2
 
ALDI ISMAIL praktik kerja lapangan
ALDI ISMAIL praktik kerja lapanganALDI ISMAIL praktik kerja lapangan
ALDI ISMAIL praktik kerja lapanganDediKusmana2
 
ANTON RAMDANI HATCHERY
ANTON RAMDANI HATCHERYANTON RAMDANI HATCHERY
ANTON RAMDANI HATCHERYDediKusmana2
 
DIDAH JUBAIDAH Grading telur DI HATCHERY
DIDAH JUBAIDAH Grading telur DI HATCHERYDIDAH JUBAIDAH Grading telur DI HATCHERY
DIDAH JUBAIDAH Grading telur DI HATCHERYDediKusmana2
 
Dede ariyanti Laporan PKL
Dede ariyanti Laporan PKLDede ariyanti Laporan PKL
Dede ariyanti Laporan PKLDediKusmana2
 
Hari dan jam masuk diniyah al falah
Hari dan jam masuk diniyah al falahHari dan jam masuk diniyah al falah
Hari dan jam masuk diniyah al falahDediKusmana2
 
Visi misi diniyah AL Falah
Visi misi diniyah AL FalahVisi misi diniyah AL Falah
Visi misi diniyah AL FalahDediKusmana2
 
Pengabdian masyarakat 1 jadi
Pengabdian masyarakat 1 jadiPengabdian masyarakat 1 jadi
Pengabdian masyarakat 1 jadiDediKusmana2
 
Pengabdian masyarakat 02 jadi
Pengabdian masyarakat 02 jadiPengabdian masyarakat 02 jadi
Pengabdian masyarakat 02 jadiDediKusmana2
 
Produksi pakan buatan 2
Produksi pakan buatan 2Produksi pakan buatan 2
Produksi pakan buatan 2DediKusmana2
 
Sni 3178-2013-dedak-padi-bahan-pakan-ternak
Sni 3178-2013-dedak-padi-bahan-pakan-ternakSni 3178-2013-dedak-padi-bahan-pakan-ternak
Sni 3178-2013-dedak-padi-bahan-pakan-ternakDediKusmana2
 
Agribisnis pakan ternak_unggas (2)
Agribisnis pakan ternak_unggas (2)Agribisnis pakan ternak_unggas (2)
Agribisnis pakan ternak_unggas (2)DediKusmana2
 
Raudhatul athfal (ra) al falah
Raudhatul athfal (ra) al falahRaudhatul athfal (ra) al falah
Raudhatul athfal (ra) al falahDediKusmana2
 

More from DediKusmana2 (20)

Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
 
Bahan ajar hands out pengujian kualitas pakan
Bahan ajar hands out pengujian kualitas pakanBahan ajar hands out pengujian kualitas pakan
Bahan ajar hands out pengujian kualitas pakan
 
Presentasi lusi ( setting)
Presentasi lusi ( setting)Presentasi lusi ( setting)
Presentasi lusi ( setting)
 
Ppt sefiana ayu nadia
Ppt sefiana ayu nadiaPpt sefiana ayu nadia
Ppt sefiana ayu nadia
 
Ppt fajar LAPORAN PKL
Ppt fajar LAPORAN PKLPpt fajar LAPORAN PKL
Ppt fajar LAPORAN PKL
 
Powerpoint rosihatull HATCHERY
Powerpoint rosihatull HATCHERYPowerpoint rosihatull HATCHERY
Powerpoint rosihatull HATCHERY
 
Powerpoint oway HATCHERY
Powerpoint oway HATCHERYPowerpoint oway HATCHERY
Powerpoint oway HATCHERY
 
ainafii LAPORAN PKL
ainafii LAPORAN PKLainafii LAPORAN PKL
ainafii LAPORAN PKL
 
ALDI ISMAIL praktik kerja lapangan
ALDI ISMAIL praktik kerja lapanganALDI ISMAIL praktik kerja lapangan
ALDI ISMAIL praktik kerja lapangan
 
ANTON RAMDANI HATCHERY
ANTON RAMDANI HATCHERYANTON RAMDANI HATCHERY
ANTON RAMDANI HATCHERY
 
DIDAH JUBAIDAH Grading telur DI HATCHERY
DIDAH JUBAIDAH Grading telur DI HATCHERYDIDAH JUBAIDAH Grading telur DI HATCHERY
DIDAH JUBAIDAH Grading telur DI HATCHERY
 
Dede ariyanti Laporan PKL
Dede ariyanti Laporan PKLDede ariyanti Laporan PKL
Dede ariyanti Laporan PKL
 
Hari dan jam masuk diniyah al falah
Hari dan jam masuk diniyah al falahHari dan jam masuk diniyah al falah
Hari dan jam masuk diniyah al falah
 
Visi misi diniyah AL Falah
Visi misi diniyah AL FalahVisi misi diniyah AL Falah
Visi misi diniyah AL Falah
 
Pengabdian masyarakat 1 jadi
Pengabdian masyarakat 1 jadiPengabdian masyarakat 1 jadi
Pengabdian masyarakat 1 jadi
 
Pengabdian masyarakat 02 jadi
Pengabdian masyarakat 02 jadiPengabdian masyarakat 02 jadi
Pengabdian masyarakat 02 jadi
 
Produksi pakan buatan 2
Produksi pakan buatan 2Produksi pakan buatan 2
Produksi pakan buatan 2
 
Sni 3178-2013-dedak-padi-bahan-pakan-ternak
Sni 3178-2013-dedak-padi-bahan-pakan-ternakSni 3178-2013-dedak-padi-bahan-pakan-ternak
Sni 3178-2013-dedak-padi-bahan-pakan-ternak
 
Agribisnis pakan ternak_unggas (2)
Agribisnis pakan ternak_unggas (2)Agribisnis pakan ternak_unggas (2)
Agribisnis pakan ternak_unggas (2)
 
Raudhatul athfal (ra) al falah
Raudhatul athfal (ra) al falahRaudhatul athfal (ra) al falah
Raudhatul athfal (ra) al falah
 

Recently uploaded

Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfAyundaHennaPelalawan
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxCahyaRizal1
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 

Recently uploaded (20)

Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 

Materi ajar berbasis problem based learning m5 kb3 dk

  • 1. MATERI AJAR BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS PETELUR PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT PADA UNGGAS PETELUR Oleh: Nama Mahasiswa : DEDI KUSMANA, S.Pt NIM : 213128764890 Bidang Studi/Rombel : PPSBIO PENDIDIKAN PROFESI GURU FAKULTAS PENDIDIKAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGRI MALANG 2021
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Salam, Berkat serta Rahmat semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad, S.A.W. Materi Ajar Berbasis Problem Based Learning Modul 5 Pendalaman Materi Agribisnis Ternak Unggas Petelur Kegiatan Belajar 3 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Unggas Petelur ini dapat terselesaikan. Materi Ajar Berbasis Problem Based Learning ini penulis susun untuk memenuhi tugas dan tagihan mahasiswa PPG Dalam Jabatan tahun 2021 Universitas Negri Malang yaitu Penyusunan Materi Ajar Berbasis Masalah untuk mengidentifikasi permasalahan pembelajaran Pada Modul. Peyusun menyajikan beberapa refrensi dan solusi untuk mengatasi defisit kompetensi dan miskonsepsi dalam pembelajaran Modul 5 Agribisnis Ternak Unggas Petelur Kegiatan Belajar 3 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada ungags petelur. Materi ajar ini dikembangkan dengan mengedepankan pendekatan higher order thinking skill (HOTS) dan mengintegrasikan kerangka berpikir technological, pedagogical, content knowledge (TPACK) Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan bahan ajar ini. Terimakasih atas kerja keras dan masukan berharganya dan semoga materi ajar ini bermanfaat untuk mahasiswa PPG, ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada: 1. Ibu Dra. Amy Tenzer, M.Si selaku Dosen Pembimbing. 2. Bpk Drs. I Wayan Sumberartha, M.Sc selaku Dosen Pembimbing. 3. Penanggungjawab Rombel dan Tim IT Kelas Agriter PPG Universitas Negri Malang 4. Ketua Kelas Agriter PPG Dalam Jabatan Tahun 2021 Florentinus Mardiano, S.Pt Akhir kata semoga materi ajar ini bermanfaat bagi Mahasiswa MALANG, 26 JULI 2021 DEDI KUSMANA, S.Pt.
  • 3. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT PADA UNGGAS PETELUR A. PENDAHULUAN 1. Deskripsi Singkat Pencegahan penyakit pada ayam perlu untuk dilakukan dibandingkan pengobatan, hal ini disebabkan biaya yang dikeluarkan relatif lebih murah daripada pengobatan apabila sudah terlanjur terjadi penyakit. Penyakit yang umumnya menyerang ayam secara umum berdasarkan penyebabnya dikelompokkan menjadi: 1) Cekaman (stres); 2) Defisiensi nutrisi pakan; 3) Parasit; dan 4) Penyakit karena protozoa, bakteri, virus, dan cendawan. Daya serang penyakit pada ayam pun memiliki spesifik yang berbeda-beda, diantaranya adalah penyakit yang menyerang saluran pencernaan, sistem kekebalan tubuh, dan saluran reproduksi. Namun, ada juga penyakit yang menyerang satu sistem seperti penyakit Newcastle Disease (ND), Avian Influenza (AI), dan kolera. Untuk membedakan ayam yang sehat dan yang sakit maka Kita perlu mengetahui ciri-cirinya. Ayam sehat konsumsi pakannya normal, ekskreta (kotoran) tidak encer, lincah, bersuara normal, produksi telur normal, temperatur tubuh normal (40.5 – 41.6 °C), denyut jantung normal (200 – 400 kali/menit), dan napas normal (15 – 36 kali/menit) (Suprijatna et al., 2005). Usaha menanggulangi penyakit dengan melakukan pencegahan penyakit harus dilaksanakan dalam suatu rentetan yang terkait satu sama lain.
  • 4. Adapun peta konsep dari materi modul Agribisnis Ternak Unggas KB. 3. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Unggas Petelur Adalah Sebagai Berikut: 2. Relevansi Kegiatan belajar ini berisikan teori-teori tentang persyaratan dan persiapan kandang unggas petelur, manajemen sanitasi kandang, manajemen bosekuriti, penyakit pada unggas petelur dan gejalanya, serta manajemen vaksin. Relevansinya dengan budidaya unggas petelur terutama ayam petelur dengan hasil akhir yang diharapkan adalah mengetahui dan menerapkan manajemen pencegahan dan pengendalian penyakit sehingga produktivitasnya selalu optimal dan memberikan keuntungan secara ekonomis. 3. Panduan Belajar Pembelajaran materi dalam kegiatan belajar ini dilakukan secara berurutan mulai dari pembahasan mengenai manajemen kandang unggas petelur kaitannya dengan pencegahan penyakit sampai dengan manajemen pengendalian penyakit pada unggas petelur. Pembelajaran dapat dilakukan secara mandiri maupun tim dengan tambahan referensi lain baik dari berbagai publikasi ilmiah yang terpercaya. Tes formatif sebagai tolok ukur penguasaan materi dalam kegiatan belajar ini. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT PADA UNGGAS PETELUR KANDANG UNGGAS PETELUR BIOSEKURITI MANAJEMEN PENGENDALIAN PENYAKIT MANAJEJEN VAKSIN PENGENDALIAN PENYAKIT MANAJEMEN PERSYARATAN SANITASI
  • 5. B. INTI 1. Capaian Pembelajaran Setelah mengikuti kegiatan belajar ini diharapkan peserta didik mampu menganalisis prinsip agribisnis ternak unggas petelur dan aplikasinya dalam pembelajaran bidang studi agribisnis ternak. 2. Sub Capaian Pembelajaran 1. Mampu menjelaskan persyaratan perkandangan unggas petelur 2. Mampu menjelaskan persiapan kandang unggas petelur 3. Mampu melakukan manajemen sanitasi kandang 4. Mampu melakukan manajemen bosekuriti 5. Mampu menjelaskan penyakit pada unggas petelur dan gejalanya 6. Mampu melakukan manajemen vaksin
  • 6. 3. Uraian Materi A. Manajemen Kandang Unggas Petelur 1. Persyaratan Perkandangan Unggas Petelur Menurut Permentan No. 31 Tahun 2014, lahan dan lokasi untuk budidaya ayam petelur wajib memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 2. Sesuai dengan Upaya Kelestarian Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL). 3. Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP), Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK), atau Rencana Detail Tata Ruang Daerah (RDTRD). 4. Letak dan ketinggian lokasi harus memperhatikan topografi dan lingkungannya harus bersih dari bakteri patogen yang berbahaya untuk ayam petelur. 5. Lokasi harus mudah diakses dan terjangkau alat transportasi. 6. Ketersediaan air bersih dan sumber energi cukup sesuai kebutuhan dan peruntukannya. Selain persyaratan tersebut di atas, hal lain yang juga harus diperhatikan adalah jenis bangunan, konstruksi bangunan, dan tata letak bangunan. Jenis bangunan untuk budidaya ayam petelur harus meliputi: 1. Kandang ayam petelur fase starter dan kandang pembesaran 2. Kandang ayam petelur fase layer 3. Kandang isolasi untuk ayam yang sakit 4. Gudang untuk penyimpanan pakan, peralatan, dan obat 5. Gudang untuk penyimpanan telur 6. Saluran air, bak air, dan tempat pengolah limbah (digester) 7. Tempat pemusnahan (pembakaran) bangkai ayam 8. Kantor administrasi dan mess untuk karyawan
  • 7. Sedangkan konstruksi bangunan untuk budidaya ayam petelur harus dilengkapi dengan: 1. Ventilasi yang cukup untuk sirkulasi udara 2. Saluran limbah dan pemanfaatannya
  • 8. 3. Gudang penyimpanan pakan, obat dan peralatan yang mampu memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan higienis 4. Kandang yang menjamin ternak terhindar dari kecelakaan dan kerusakan fisik Selanjutnya untuk penataan letak bangunan kandang harus memperhatikan drainase dan mendapat sinar matahari yang cukup. Penataan letak bangunan kandang dan bangunan lainnya di lokasi budidaya ayam petelur diatur sebagai berikut: 1. Dikelilingi bangunan pagar yang selalu tertutup setinggi 2 meter dengan pintu masuk tunggal (one way system) untuk keluar masuk kendaraan dan orang yang dilengkapi dengan alat desinfeksi. 2. Bangunan kantor dan mess karyawan/pengelola terpisah dari kandang dan dibatasi dengan pagar rapat. 3. Jarak terdekat antara kandang dengan bangunan lainnya yang bukan kandang minimal 25 meter. 4. Bangunan kandang, kandang isolasi, dan bangunan lainnya ditata agar aliran air, saluran pembuangan limbah, udara dan penghantar lain tidak menimbulkan penyakit. 5. Posisi kandang membujur dari Barat ke Timur dan sebaliknya untuk mengurangi paparan sinar matahari langsung. 6. Jarak antara lokasi budidaya ayam petelur dengan lokasi budidaya unggas lainnya ditetapkan berdasarkan hasil analisis risiko. Permentan No. 31 Tahun 2014 juga mengatur alat dan mesin peternakan dan yang berhubungan untuk kesehatan ternak yang harus ada saat melakukan budidaya ayam petelur diantaranya adalah 1. Induk buatan (brooder), 2. Pelingkar (chick guard), 3. Tempat pakan, 4. Tempat minum, 5. Alat pensuci hama, 6. Alat penerangan, 7. Alat pembersih kandang, 8. Karung dengan kantong plastik di bagian dalam, dan 9. Timbangan. Tabel berikut menyajikan ketentuan ukuran kandang sesuai dengan jumlah ayam petelur yang dipelihara dan sesuai dengan periodenya.
  • 9. Tabel 29. Ukuran kandang untuk budidaya ayam petelur N o . Jumlah ayam (ekor) Umur/periode Luas kandang (m2 ) 1 100 – 500 Starter Grower Layer 35 60 80 2 500 – 1000 Starter Grower Layer 70 120 160 3 1000 – 1500 Starter Grower Layer 104 184 240 4 1500 – 2000 Starter Grower Layer 176 304 400 5 2000 – 2500/2500 – 5000 Starter Grower Layer 352 600 800 Sumber: Permentan No. 31 Tahun 2014 2. Persiapan Kandang Unggas Petelur Tata laksana persiapan kandang unggas petelur juga merupakan hal penting yang harus diperhatikan guna mencegah terjadinya penyakit. Berikut dijelaskan tata laksana persiapan kandang unggas petelur (Medion, 2008): 1. Setelah ayam pindah kandang atau diafkir, litter (sekam, ekskreta) segera dikeluarkan dan dijauhkan dari kandang.
  • 10. 2. Peralatan (tempat pakan dan minum) dibersihkan dan dicuci. Setelah kering direndam dengan menggunakan desinfektan (misalnya larutan Medisep 15 ml per 10 liter air) selama 30 menit. Peralatan kandang dikeringkan dengan cara diangin-anginkan, sebaiknya tidak di bawah sinar matahari secara langsung karena akan mempercepat kerusakan peralatan. Setelah itu, peralatan disimpan dalam gudang yang sebelumnya telah didesinfeksi (misalnya dengan menggunakan Antisep, Formades, dan Neo Antisep). 3. Tirai dilepaskan kemudian dibersihkan dan dicuci. Setelah kering, kemudian disemprot dengan desinfektan (misalnya Medisep, Formades, dan Sporades). 4. Dinding dan lantai kandang dibersihkan dan dicuci dengan menggunakan air sabun kemudian disemprot dengan air hingga bersih. Setelah kering, lakukan pengapuran dinding dan lantai kandang. 5. Kandang disemprot dengan menggunakan Formades dengan dosis 10 ml per 2.5 liter air dan bila periode sebelumnya ayam terserang penyakit dosis Formades ditingkatkan menjadi 10 ml per 1 liter air. 6. Kandang diistirahatkan minimal 2 minggu, dimulai setelah semua proses pembersihan dan desinfeksi kandang selesai. 3. Manajemen Sanitasi Kandang Sanitasi merupakan suatu usaha pencegahan penyakit melalui kontrol faktor lingkungan yang berkaitan erat dengan rantai perpindahan penyakit. Pembersihan dan desinfeksi adalah praktek sanitasi kandang yang wajib dilakukan oleh peternak. Desinfeksi merupakan tindakan pensucihamaan menggunakan bahan desinfektan dengan cara menyemprot, menyiram, dan merendam yang tujuannya untuk menghilangkan ataupun mengurangi cemaran mikroorganisme patogen. Sanitasi kandang yang baik dapat mengurangi tekanan infeksi bagi pemeliharaan ayam petelur periode berikutnya. Praktek sanitasi kandang yang baik menurut Hy- line (2018) adalah sebagai berikut: 1. Waktu istirahat minimal diberikan selama 2 minggu di antara kelompok unggas. 2. Semua pakan dan kotoran harus dipindahkan dari kandang sebelum
  • 11. dibersihkan. 3. Lubang udara, rumahan kipas, bilah kipas dan kisi-kisi kipas dibersihkan secara menyeluruh. 4. Pemanasan kandang selama pencucian akan memudahkan penghilangan cemaran organik. 5. Kandang harus dibersihkan dari cemaran organik dengan disemprot air hangat bertekanan tinggi. 6. Busa/gel deterjen dapat digunakan untuk merendam cemaran organik dan peralatan.
  • 12. 7. Bagian atas kandang dicuci sebelum lubang. 8. Air hangat bertekanan tinggi digunakan untuk membilas. 9. Kandang dibiarkan mengering. 10. Setelah sepenuhnya kering, disinfektan disemprotkan kemudian dilanjutkan dengan fumigasi. 11. Kandang disiram dan saluran air dibersihkan. 12. Kandang unggas dipantau untuk mengetahui apakah terdapat Salmonella, terutama Salmonella enteritidis. Sebaiknya dilakukan pengujian lingkungan rutin. 13. Kandang dibiarkan mengering sebelum digunakan kembali. B. Manajemen Biosekuriti Biosekuriti merupakan cara terbaik untuk menghindari terjangkitnya penyakit pada ternak. Inti dari program biosekuriti yang baik adalah bagaimana Kita dapat mengidentifikasi dan mengendalikan suatu penyakit untuk tidak masuk ke area peternakan. Permentan No. 31 Tahun 2014 menjelaskan pelaksanaan biosekuriti pada budidaya ayam petelur yang baik pada peternakan, sebagai berikut: 1. Tata Laksana a. Lokasi peternakan berpagar dengan satu pintu masuk dan di pintu masuk tersebut dilakukan penyemprotan desinfektan. b. Tata letak bangunan/kandang sesuai dengan peruntukannya. c. Rumah tempat tinggal, kandang ayam petelur, dan kandang hewan lain ditata pada lokasi yang terpisah. d. Peternak/pengelola harus mampu membatasi masuknya orang, hewan, dan peralatan ke peternakan. e. Area parkir efektif, berpagar, dan bergerbang. f. Prosedur pelaporan yang ketat yang berkaitan dengan keluar masuknya staf dan pengunjung ke peternakan. 2. Tindakan Desinfeksi dan Sanitasi
  • 13. a. Desinfeksi dilakukan pada setiap kendaraan yang keluar masuk lokasi peternakan. b. Tempat/bak untuk cairan desinfektan dan tempat cuci tangan disediakan dan diganti setiap hari dan ditempatkan di dekat pintu masuk lokasi kandang/peternakan. c. Pembatasan secara ketat terhadap keluar masuk material, hewan/unggas, produk unggas, pakan, kotoran unggas, alas kandang, liter, rak telur yang dapat membawa penyakit unggas. d. Semua material dilakukan desinfeksi dengan desinfektan sebelum masuk maupun keluar lokasi peternakan. e. Pembatasan secara ketat keluar masuk orang dan kendaraan dari dan ke lokasi peternakan. f. Setiap orang yang menderita sakit yang dapat membawa penyakit unggas agar tidak memasuki kandang. g. Setiap orang yang akan masuk dan keluar lokasi kandang, harus mencuci tangan dengan sabun/desinfektan dan mencelupkan alas kaki ke dalam tempat/bak cairan desinfektan. h. Setiap orang yang berada di lokasi kandang, harus menggunakan pelindung diri seperti pakaian kandang, sarung tangan, masker (penutup hidung/mulut), sepatu boot dan penutup kepala. i. Mencegah keluar masuknya tikus, serangga, dan unggas lain seperti itik, entok, burung liar yang dapat berperan sebagai vektor penyakit ke lokasi peternakan. j. Kandang, tempat makan dan minum, tempat pengeraman ayam, sisa alas kandang/litter dan kotoran kandang dibersihkan secara berkala sesuai prosedur. k. Tidak diperbolehkan makan, minum, meludah, dan merokok selama berada di lokasi kandang. l. Tidak membawa ayam petelur yang mati atau sakit keluar dari area peternakan.
  • 14. m. Ayam petelur yang mati di dalam area peternakan harus dibakar dan dikubur sesuai dengan ketentuan yang berlaku. n. Kotoran ayam petelur diolah misalnya dengan dibuat kompos sebelum kotoran dikeluarkan dari area peternakan. o. Air kotor hasil proses pencucian agar langsung dialirkan keluar kandang secara terpisah melalui saluran limbah ke dalam tempat penampungan limbah sehingga tidak tergenang di sekitar kandang atau jalan masuk lokasi kandang. Selanjutnya Hy-line (2018) juga menjelaskan praktek biosekuriti yang baik, yaitu meliputi: 1. Adanya kontrol yang ketat terhadap perpindahan manusia dan peralatan di peternakan. 2. Membatasi pengunjung peternakan pada yang mempunyai kepentingan saja. 3. Seiap ada kunjungan wajib ditulis di buku tamu. 4. Sebelum masuk peternakan semua pengunjung maupun pekerja harus mandi di lokasi yang sudah disediakan untuk mensterilkan badan. 5. Pengunjung maupun pekerja harus memakai sepatu, pakaian, dan penutup kepala yang sudah disediakan sebelumnya. 6. Bak atau tempat cuci kaki yang berisi air disinfektan wajib ada di luar semua pintu masuk kandang. 7. Apabila memungkinkan, hindari penggunaan petugas dari luar ataupun peralatan dari luar untuk vaksinasi, pemindahan, dan pemotongan paruh. 8. Idealnya, pekerja dibatasi pada satu kandang saja. 9. Bagi pekerja yang mengunjungi beberapa kelompok unggas, kelompok unggas yang dikunjungi pada satu hari harus dibatasi. Selalu lakukan kunjungan dari ternak yang lebih muda ke yang lebih tua dan dari yang sehat ke ternak yang sakit. Setelah mengunjungi kelompok unggas yang sakit, jangan memasuki kandang lain.
  • 15. 10. Pengeluaran ayam (culling) dari lokasi peternakan membuka peluang masuknya penyakit karena truk dan pekerja seringkali berada di lokasi peternakan lain. 11. Peternakan dengan pertumbuhan umur yang sama menggunakan prinsip all-in, all-out (masuk semua, keluar semua) merupakan cara terbaik untuk mencegah penularan penyakit dari kelompok yang lebih tua ke kelompok muda yang lebih rentan. 12. Kandang harus dirancang untuk mencegah masuknya unggas liar, serangga dan tikus. 13. Apabila terdapat bangkai ayam maka harus segera disingkirkan. Praktek biosekuriti di peternakan ayam petelur dapat diakses pada link berikut ini: 1. https://www.youtube.com/watch?v=vIP_XTtYbv0 2. https://www.youtube.com/watch?v=re9M0qxXbwM C. Manajemen Pengendalian Penyakit Manajemen pengendalian penyakit yang baik berkorelasi positif terhadap produktivitas ayam petelur. Apabila Kita bisa meminimalisir resiko terjadinya penyakit maka produktivitas ayam petelur yang optimal dapat tercapai sesuai dengan potensi genetiknya. Jenis penyakit pada ayam petelur beraneka ragam di setiap daerah, namun bagaimana Kita mengidentifikasi dan mengendalikan penyakit tersebut lah yang penting untuk diperhatikan. 1. Penyakit pada Unggas Petelur dan Gejalanya Ayam petelur yang akan dibudidayakan harus bebas dari penyakit unggas berbahaya yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi. Penyakit yang sering menyerang unggas petelur diantaranya adalah Avian Influenza (AI), New Castle Disease (ND), fowl cholera, Infectious Bursal Disease (IBD/gumboro), Salmonellosis (S. pullorum; E. enteridis), dan lainnya. Tabel di bawah ini menyajikan beberapa jenis penyakit unggas petelur beserta dengan gejala yang
  • 16. ditimbulkannya. Selain iu, juga disajikan info grafis pola perkembangan penyakit viral pada ayam petelur dari Januari 2018 sampai dengan Februari 2019. Tabel 30. Penyakit dan gejalanya N o . Penyakit Gej ala 1 Cacingan Pada kasus berat, ayam terlihat kurus, produksi turun dan diare bercampur darah. Ascaridiasis merupakan penyakit cacingan yang disebabkan oleh cacing gilik dan cestodosis disebabkan oleh cacing pita. 2 Colibacillosis Sulit bernapas, kantung udara, hati dan jantung diselaputi fibrin. 3 CRD Ngorok, kantung udara keruh. 4 Koksidiosis (berak darah) Berak darah, nafsu makan turun, konsumsi air minum naik. 5 Kolera (berak hijau) Berak hijau, gangguan pernapasan, daerah muka, pial dan jengger membengkak. 6 Korisa (snot, pilek) Pilek, muka bengkak. 7 Leucocytozoonosis Bintik-bintik perdarahan pada kulit, otot dan hampir semua organ, gumpalan darah di rongga perut. 8 Pullorum (berak kapur) Berak kapur, kedinginan. Sumber: Medion (2008)
  • 17. Gambar 19. Pola perkembangan penyakit viral pada ayam petelur Sumber: Info Medion (2019)1 ● Avian Influenza (AI) Virus AI berdasarkan tingkat keganasannya digolongkan menjadi dua, yaitu Low Pathogenic Avian Influenza (LPAI) dan High Patogenic Avian Influenza (HPAI). Virus LPAI memiliki tingkat keganasan rendah sehingga gejala klinis yang ditunjukkan bila ayam terserang virus ini adalah terjadi gangguan pernapasan (ngorok), konjungtivitas (peradangan mata), penurunan konsumsi pakan, dan produksi telur turun drastis. Sedangkan, virus HPAI sifatnya akut dan berlangsung cepat. Gejala yang ditimbulkan adalah angka kematian yang tinggi, produksi telur berhenti, terjadi sianosis (jengger dan pial berwarna kebiruan), konjungtivitas, ekskreta berwarna hijau, lendir menumpuk di rongga mulut, shank mengalami pendarahan, ngorok, dan terkadang terjadi tortikolis (gangguan saraf).
  • 18. Gambar 20. Patologi anatomi ayam yang terserang AI Sumber: Info Medion (2018)1 ● Newcastle Disease (ND) atau Tetelo Penyakit ND disebabkan oleh Avian Paramyxovirus type-1 (APMV-1). Virus ND berdasarkan virulensinya digolongkan menjadi tiga patotype, yaitu: 1. Lentogenik, strain virus yang kurang virulen. 2. Mesogenik, strain virus dengan virulensi sedang. 3. Velogenik, strain virus ganas yang dibedakan menjadi neurotrofik (gangguan saraf dan kelainan sistem pernapasan) dan viserotrofik (kelainan sistem pencernaan). Penyakit ND menyebabkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) menjadi sangat tinggi, yaitu akibat infeksi strain lentogenik 50 – 100%, mesogenik 50%, dan velogenik 30%. Penyakit ND ditandai dengan terjadinya petechiae (bintik-bintik merah atau ungu) pada proventikulus, ventrikulus, usus,
  • 19. seka tonsil, trakea, dan paru-paru (Kencana et al., 2012). Gambar berikut menunjukkan ciri-ciri khusus ayam petelur yang terinfeksi ND, yaitu terlihat gugup, leher bengkok, dan mengalami kelumpuhan. Gambar 21. Ayam petelur umur 29 minggu yang terinfeksi ND Sumber: Yuneand and Abdela (2017) ● Infectious Bursal Disease (IBD) atau Gumboro Penyakit ini disebabkan oleh virus RNA rantai ganda dari familia Birnaviridae dan menyebabkan terjadinya penekanan kerja sistem imun (imunosupresif), morbiditas, mortalitas, penurunan efisiensi ransum, gangguan pertumbuhan, dan pembengkakan serta peradangan pada bursa fabricius. Vektor utama virus ini adalah kumbang hitam (Alphitobius diaperinus). Gambar 22. Bursa fabricius ayam yang terserang IBD Sumber: Info Medion (2019)1 ● Chronic Respiratory Disease (CRD) atau Korisa aau Snot Penyakit ini disebabkan oleh Mycoplasma gallisepticum dan menyerang sistem pernapasan ayam. Gejala yang ditunjukkan adalah terjadi konjungtivitas,
  • 20. pembengkakan periorbital dan edema kelopak mata. Selain itu, kantong udara keruh (airsacculitis) dan terjadi perkejuan pada selaput hati (perihepatitis). Gambar 23. Airsacculitis (kiri) dan perihepatitis (kanan) Sumber: Info Medion (2019)3 ● Infectious Larywgo Tracheitis (ILT) Penyakit ILT menyerang pernapasan ayam dan sangat menular. Ayam yang terjangkit penyakit ini menunjukkan gejala sulit bernapas dan batuk disertai pengeluaran eksudat berdarah. Penyakit ILT disebabkan virus Herpesviridae dan tidak ditularkan vertikal dari induk ke anak melalui telur. Penyebaran ILT cepat dan menyebabkan morbiditas 90 – 100% dengan angka mortalitas 10 – 70%. Ayam yang terjangkit ILT pertumbuhan bobot badannya terhambat dan produksi telurnya menururn (Saepulloh dan Darminto, 1999). Gambar 24. Kepala dan leher ditarik saat bernapas (kiri) dan peradangan trakea (kanan) Sumber: Info Medion (2019)3
  • 21. ● Koksidiosis Infeksi parasit pada usus ini dapat menyebabkan kerusakan usus dan, dalam infestasi parah, menyebabkan kematian. Yang lebih umum, pengendalian infeksi sub-klinis yang buruk akan mengurangi konversi pakan atau menyebabkan ayam dara terkena kerusakan usus ireversibel, kronis. Kelompok ayam dara mungkin tidak seragam atau memiliki berat badan kurang di kandang dan tidak bertelur secara optimal sesuai potensi bertelurnya. Pengendalian koksidia mencakup langkah-langkah berikut (patuhi peraturan setempat): 1. Gunakan ionofor atau bahan kimia pada program step down untuk memastikan imunitas pada ayam dara. 2. Penggunaan vaksin hidup menjadi alternatif untuk perawatan obat anti- koksidia. 3. Tersedia vaksin hidup yang dapat diberikan melalui semprotan di tempat penetasan atau melalui pakan atau aplikasi air selama beberapa hari pertama di kandang brooder. 4. Kendalikan lalat dan kumbang, yang merupakan vektor penyebaran coccidia. 5. Pembersihan menyeluruh dan desinfeksi kandang mengurangi tekanan paparan penyakit. 6. Batasi akses unggas ke tempat kotoran. 7. Pemeliharaan dan produksi di kandang membatasi paparan terhadap coccidia oocysts dalam kotoran. Gambar 25. Usus halus radang serta berisi darah dan lendir kental akibat infeksi Sumber: Info Medion (2019)2
  • 22. D. Manajemen Vaksin Vaksin merupakan bibit penyakit yang sudah dilemahkan ataupun dimatikan sesuai standar prosedur tertentu yang kemudian digunakan untuk merangsang pembentukan antibodi. Sedangkan vaksinasi merupakan tindakan pemberian kekebalan pada unggas dengan menggunakan vaksin. Fungsi utama pemberian vaksin adalah untuk merangsang pembentukan kekebalan atau antibodi pada tubuh unggas sehingga dapat mencegah infeksi penyakit. Prinsip vaksinasi adalah bibit penyakit yang sudah dilemahkan diberikan terlebih dahulu sebelum terjadinya infeksi penyakit pada unggas. Dewasa ini serangan penyakit menyebar hampir ke semua wilayah, baik penyakit viral ataupun bakterial. Oleh sebab itu, tindakan pencegahan menggunakan vaksinasi sangat penting untuk dilakukan. Pertimbangan pelaksanaan vaksinasi menurut Medion (2017) adalah sebagai berikut: 1. Penyakit viral tidak bisa disembuhkan melalui pemberian obat. 2. Pengendalian penyakit terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan kekebalan pada ayam. 3. Apabila penyakit bakterial sudah terlanjur menyerang maka akan sulit dihilangkan secara tuntas sehingga di kemudian hari akan mudah muncul kembali (misalnya penyakit korisa). 4. Biaya untuk pencegahan lebih murah dibandingkan biaya pengobatan apabila sudah terlanjur terjadi kasus penyakit. Dalam pelaksanaannya, penentuan aplikasi vaksinasi dapat disesuaikan dengan jenis vaksin yang akan digunakan dan umur ayam saat pemberian vaksinasi. 1. Jenis vaksin yang digunakan. A. Vaksin aktif biasanya tersedia dalam bentuk kering beku. Oleh sebab itu, saat aplikasi/pemakaian harus dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan pelarut dapar (larutan yang mengandung campuran asam lemah dan basa konjugatnya, atau sebaliknya) maupun air biasa/aquades. Selanjutnya, dapat diberikan melalui tetes mata/hidung/mulut, air minum, spray ataupun tusuk sayap. Vaksin aktif juga bisa diberikan lewat suntikan dengan terlebih dahulu dilarutkan dengan aquades sesuai dosis yang dianjurkan, yaitu 500 ml aquades per 1000 dosis vaksin, 250 ml aquades per 500 dosis vaksin, dan seterusnya.
  • 23. B. Sedangkan untuk vaksin inaktif aplikasinya melalui injeksi/suntikan. 4. Umur ayam saat divaksin. Metode vaksinasi yang umum digunakan untuk vaksin aktif adalah dengan aplikasi masal lewat air minum karena lebih praktis dan mudah dilakukan. Cara ini lebih efektif diaplikasikan pada ayam umur dewasa. Hal tersebut dikarenakan konsumsi air minum pada ayam dewasa relatif optimal dan penyerapan vaksin diedarkan melalui darah (bersifat sistemik). A. Vaksinasi lewat air minum dapat menjadi alternatif vaksinasi ulangan. B. Namun, untuk vaksinasi ND dan IB pertama (biasanya untuk anak ayam) hasilnya lebih baik bila diberikan lewat tetes mata/hidung. Tujuannya adalah untuk mengaktifkan organ kekebalan (kelenjar harderian) di daerah mata yang berfungsi sebagai kekebalan lokal di daerah saluran pernapasan atas, biasanya serangan virus ND dan IB masuk melalui daerah tersebut. C. Selain itu juga agar setiap anak ayam mendapatkan 1 dosis penuh vaksin, karena biasanya bila dilarutkan dalam air minum konsumsinya tidak merata. Penentuan dosis vaksin aktif/inaktif yang disuntikkan dapat disesuaikan dengan umur ayam, biasanya 0.2 ml untuk anak ayam dan 0.5 ml untuk ayam dewasa. Aplikasi dengan suntikan subkutan (di bawah kulit leher bagian belakang) pada anak ayam dan ayam dewasa dapat lewat intramuskuler (tembus otot daging dada sebelah kanan atau otot paha) maupun subkutan. Saat pemberian vaksinasi beberapa hal penting perlu diperhatikan, yaitu : 1) Vaksin aktif harus habis dalam waktu 2 jam dan vaksin inaktif < 24 jam; 2) Vaksinasi sebaiknya dilakukan jauh dari pemanas; 3) Tiga hari sebelum dan sesudah vaksinasi, ayam diberikan vitamin misalnya Vita Stress atau imunostimulan dari bahan alami seperti Imustim untuk meningkatkan fungsi sistem kekebalan dan daya tahan tubuh. Terkait penentuan dosis yang tepat dan seragam maka setiap aplikasi vaksinasi harus diperhatikan beberapa hal, antara lain: Tetes Mata, Hidung/Mulut. Sebelum digunakan, vaksin dilarutkan ke dalam larutan dapar untuk menaikkan suhu secara bertahap. Selain itu, juga untuk membangunkan agen infeksi yang dimati-sementarakan dalam keadaan kering beku. Ketika meneteskan vaksin pada mata (1 tetes/ekor) harus ditunggu hingga vaksin benar- benar masuk (ayam mengejapkan mata berkali-kali) baru dilepaskan. Apabila melalui tetes hidung, maka salah satu lubang hidung harus dan dilepaskan setelah vaksin terhirup.
  • 24. Selanjutnya apabila menggunakan tetes mulut, vaksin diteteskan sebanyak 1 tetes dan dipastikan sampai benar-benar masuk hingga ayam melakukan gerakan reflek menelan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah handling ayam agar vaksinasi tepat, yaitu sekali memegang maksimal 3 ekor ayam. Gambar 26. Aplikasi vaksin dengan tetes Sumber: Info Medion (2019)1 Via air minum. Hal yang harus diperhatikan ketika vaksinasi melalui air minum, yaitu air minum sebagai pelarut dipastikan bebas kaporit, desinfektan, dan logam (besi, Ca, Mg) serta memiliki pH netral. Untuk memperbaiki mutu air, 30 menit sebelum vaksin dilarutkan, air dapat ditambahkan Medimilk 10 g/5 L atau Netrabil 5 g/L air. Selanjutnya, 48 jam sebelum dan sesudah vaksinasi pemakaian desinfektan melalui air minum harus dihentikan. Agar hasil vaksinasi optimal sebaiknya dilakukan pagi hari. Hal ini dikarenakan pagi hari merupakan puncak ayam beraktivitas dan konsumsi air minum tinggi. Sebelum diberi air minum yang mengandung vaksin, ayam dipuasakan minum terlebih dahulu 1 – 2 jam. Gambar 27. Aplikasi vaksin dengan air minum Sumber: Sinau Ternak (2019)
  • 25. Vaksinasi spray. Vaksinasi melalui spray menggunakan pelarut aquades. Air biasa boleh digunakan namun harus dipastikan tidak mengandung logam berat. Sprayer yang dipakai sebaiknya dikhususkan untuk penggunaan vaksinasi. Saat melakukan vaksinansi, semua pintu dan lubang ventilasi kandang harus ditutup dan kipas angin dimatikan. Ventilasi kandang boleh dibuka dan kipas dinyalakan kembali 20 – 30 menit setelah selesai penyemprotan. Gambar 28. Aplikasi vaksin pada jaringan sayap Sumber: Wiki How (2019) Suntikan/Injeksi (Subkutan/Intramuskuler). Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah vaksinasi suntikan yang menggunakan vaksin inaktif, sebelumnya vaksin harus dicairkan dengan cara menggenggam/menggesekkan kedua tangan hingga vaksin tidak berembun. Agar memastikan vaksin tepat berada di bawah kulit maka dapat dilihat dari bekas suntikannya, vaksin yang diinjeksikan akan tampak berwarna putih di bawah kulit. Penusukkan jarum tidak boleh terlalu dalam, hal ini guna mencegah jaringan di bawah otot tertusuk. Sudut kemiringan jarum sebaiknya < 45° dan penyuntikannya dilakukan dengan tidak tergesa-gesa. Gambar 29. Aplikasi vaksin dengan suntikan Sumber: Sinau Ternak (2019)
  • 26. Tusuk sayap. Vaksinasi tusuk sayap umumnya diberikan untuk vaksin aktif cacar/fowl pox serta vaksinasi kombinasi avian encephalomyelitis (AE) dan fowl pox. Vaksinasi dilakukan lewat bagian dalam sayap. Sayap ayam direntangkan dan jarum ditusukkan di lipatan sayap yang tipis, harus hati-hati agar tidak mengenai pembuluh darah, tulang, dan urat daging sayap. Vaksin yang diberikan tidak boleh menyentuh bagian tubuh lain kecuali tempat vaksinasi. Vaksinasi berhasil jika muncul radang (benjolan) berdiameter 3 – 5 mm di lokasi tusukan. Reaksi ini muncul 3 – 7 hari setelah vaksinasi dan akan hilang dalam waktu < 3 minggu. Gambar 30. Aplikasi vaksin pada jaringan sayap Sumber: Wiki How (2019) Beberapa penyakit tertentu memiliki daerah paparan yang luas atau sulit untuk diberantas dan memerlukan program vaksinasi rutin. Secara umum, semua kelompok ayam petelur harus divaksinasi terhadap penyakit marek, Newcastle Disease (NDV), Infectious Bronchitis (IB), Infectious Bursal Disease (IBD atau gumboro), Avian Encephalomyelitis (AE), dan cacar unggas. Vaksinasi lain ditambahkan ke program jika paparan penyakit lokal terindikasi. Hy-line (2019) memberikan panduan penggunaan vaksin dan pilihan aplikasi vaksin untuk ayam telur seperti gambar di bawah ini.
  • 27. Gambar 31. Penggunaan vaksin untuk ayam petelur Sumber: Hy-line (2019)
  • 28. Gambar 32. Pilihan aplikasi vaksin ayam petelur Sumber: Hy-line (2019) Berikut disajikan program vaksinasi ND-AI dan gumboro pada ayam layer berdasarkan Info Medion (2018)1 :
  • 29. Tabel 31. Program vaksinasi ND-AI ayam layer Sumber: Info Medion (2018)1
  • 30. Tabel 32. Program vaksinasi gumboro Umur (hari) Ayam petelur 4 Medivac gumboro emulsion (suntikan 0.2 ml) 7 Medivac gumboro A (tetes mulut) 10 – 14 Medivac gumboro A/B (tetes mulut/air minum) 21 – 28 Medivac gumboro A/B (tetes mulut/air minum) Sumber: Info Medion (2018)1 E. Pengendalian Penyakit Syarat penggunaan obat untuk ternak menurut Permentan No. 31 Tahun 2014 adalah sebagai berikut: 1. Obat yang dipergunakan sesuai dengan peruntukannya dan harus memiliki nomor pendaftaran. 2. Obat yang digunakan sebagai imbuhan dan pelengkap pakan meliputi premiks dan sediaan obat alami sesuai dengan peruntukannya. 3. Penggunaan obat harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Di samping itu, Permentan No. 31 Tahun 2014 juga mengatur tindakan pengamanan penyakit pada unggas petelur sebagai berikut: 1. Membatasi mobilitas orang, hewan, alat angkut, dan peralatan yang keluar masuk lokasi perkandangan untuk meminimalisir penularan suatu penyakit. 2. Melakukan desinfeksi terhadap orang, kandang, bahan, dan peralatan lainnya yang digunakan dalam budidaya. 3. Melakukan pembersihan dan penyucian kandang baik terhadap kandang baru atau kandang yang telah dikosongkan. 4. Menjaga kebersihan dan sanitasi seluruh komplek lokasi peternakan sehingga memenuhi syarat higienis. 5. Melakukan tindakan pemusnahan bangkai ayam. 6. Pengamanan di bawah pengawasan petugas setempat untuk ayam yang
  • 31. terkena penyakit menular beserta bahan tercemar yang tidak dapat didesinfeksi, untuk selanjutnya tidak dibawa keluar komplek budidaya setelah penetapan diagnosa penyakit oleh dokter hewan. 7. Melakukan vaksinasi terhadap ayam petelur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dalam bidang kesehatan hewan.
  • 32. 8. Melakukan pengolahan limbah peternakan. Medion (2008; 2019) memberikan pedoman pengobatan penyakit unggas dan program penggunaan vitamin pada ayam layer seperti di bawah ini. Gambar 33. Program penggunaan vitamin pada ayam layer Sumber: Medion (2019)
  • 33. Keterangan: Makin banyak tanda (+) makin efektif (manjur) Gambar 34. Pedoman pengobatan penyakit unggas Sumber: Medion (2008) 4. Forum Diskusi Coba Identifikasikan dan analisa penyakit yang telah terjankit di kandang Ayam Petelur pada fase produksi,bagaimana cara pengedalianya? Evaluasi juga
  • 34. apakah program vaksin dikandang ayam petelur tersebut sudah dilakukan dengan benar atau belum, Bekerjalah dengan berkelompok (4 orang/kelompok).
  • 35. PENUTUP 1. Rangkuman Usaha menanggulangi penyakit dengan melakukan pencegahan penyakit harus dilaksanakan dalam suatu rentetan yang terkait satu sama lain, yaitu dimulai dari persiapan kandang yang harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Persyaratan perkandangan unggas petelur diatur dalam Permentan No. 31 Tahun 2014. Tata laksana persiapan kandang unggas petelur juga merupakan hal penting yang harus diperhatikan guna mencegah terjadinya penyakit. Tata laksana persiapan kandang unggas petelur meliputi pengeluaran litter (sekam, ekskreta) dari kandang setelah ayam pindah kandang atau diafkir, peralatan (tempat pakan dan minum) dibersihkan dan dicuci, tirai dilepaskan kemudian dibersihkan dan dicuci, dinding dan lantai kandang dibersihkan dan dicuci dengan menggunakan air sabun kemudian disemprot dengan air hingga bersih, kandang disemprot dengan menggunakan desinfektan, dan kandang diistirahatkan minimal 2 minggu. Manajemen biosekuriti adalah bagaimana cara mengidentifikasi dan mengendalikan suatu penyakit untuk tidak masuk ke area peternakan yang diatur dalam Permentan No. 31 Tahun 2014. Manajemen pengendalian penyakit yang baik berkorelasi positif terhadap produktivitas ayam petelur. Jenis penyakit pada ayam petelur yang sering menyerang diantaranya adalah Avian Influenza (AI), New Castle Disease (ND), fowl cholera, Infectious Bursal Disease (IBD/gumboro), dan Salmonellosis (S. pullorum; E. enteridis). Vaksin merupakan bibit penyakit yang sudah dilemahkan ataupun dimatikan sesuai standar prosedur tertentu yang kemudian digunakan untuk merangsang pembentukan antibodi. Sedangkan vaksinasi merupakan tindakan pemberian kekebalan pada unggas dengan menggunakan vaksin. Pengendalian penyakit melalui pengobaan diatur dalam Permentan No. 31 Tahun 2014. 2. Tes Formatif 1. Bibit penyakit yang sudah dilemahkan/dimatikan yang digunakan untuk merangsang pembentukan antibodi ternak adalah .... 2. Metode vaksin yang bisa dilakukan adalah…..
  • 36. DAFTAR FUSTAKA 1 Info Medion. 2018. Perkembangan Virus AI di Indonesia. http://www.medion.co.id/wp- content/uploads/2019/08/IM_Nov_18.pdf. Diakses tanggal 07 Oktober 2019. 1 Info Medion. 2019. Strategi Efektif Cegah Gumboro Sejak Dini. https://www.medion.co.id/wp- content/uploads/2019/07/IM_Jul_19.pdf. Diakses tanggal 07 Oktober 2019. 2 Info Medion. 2018. Kilas Balik 2018 dan Proyeksi Penyakit Tahun 2019. http://www.medion.co.id/wp- content/uploads/2019/08/IM_Des_18.pdf. Diakses tanggal 07 Oktober 2019. 2 Info Medion. 2019. Pasang Surut Penyakit Unggas dari Tahun ke Tahun. https://www.medion.co.id/wp- content/uploads/2019/07/IM_Jun_19.pdf. Diakses tanggal 07 Oktober 2019. 3 Info Medion. 2019. Strategi Menjaga Kesehatan Pernapasan Ayam. https://www.medion.co.id/wp- content/uploads/2019/07/IM_Jan_19.pdf. Diakses tanggal 07 Oktober 2019. Hy-line. 2018. Panduan Manajemen. https://www.hyline.com/userdocs/pages/BRN_COM_BAH.pdf. Diakses tanggal 07 Oktober 2019. Hy-line. 2019. Rekomendasi Vaksin. https://www.hyline.com/userdocs/pages/TU_VACC_BAH.pdf. Diakses tanggal 07 Oktober 2019. Kencana, G. A. Y., I M. Kardena, dan I G. N. K. Mahardika. Peneguhan diagnosis penyakit newcastle disease lapang pada ayam buras di bali menggunakan teknik RT-PCR. Jurnal Kedokteran Hewan 6 (1): 28- 31. Medion. 2008. Program Pemeliharaan Kesehatan Ayam Petelur.
  • 37. https://www.medion.co.id/images/pdf/ProgramPemeliharaanKesehat anAya mPetelur.pdf. Diakses tanggal 07 Oktober 2019. Medion. 2017. Cara Tepat Aplikasi Vaksinasi Unggas. https://www.medion.co.id/id/2017/09/04/cara-tepat- aplikasi-vaksinasi- unggas/. Diakses tanggal 07 Oktober 2019. Medion. 2019. Program Pemeliharaan Kesehatan Ayam Petelur. https://www.medion.co.id/images/pdf/ProgramPenggunaanVitaminp adaAya mLayerdanBreeder.pdf. Diakses tanggal 07 Oktober 2019. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 31/Permentan/OT.140/2/2014. Pedoman Budidaya Ayam Pedaging dan Ayam Petelur yang Baik. Jakarta. Saepulloh, M. dan Darminto. 1999. Epidemiologi, diagnosis dan kontrol penyakit infectious laryngo tracheitis (ILT) pada ayam. Wartazoa 8 (1): 20-27. Sinau Ternak. 2019. https://sinauternak.com/vaksinasi-ayam-broiler/. Diakses tanggal 07 Oktober 2019. Suprijatna, E., U. Atmomarsono, dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta. Wiki How. Cara Memvaksinasi Ayam. https://id.wikihow.com/Memvaksinasi- Ayam. Diakses tanggal 07 Oktober 2019. Yune, N. and N. Abdela. 2017. Update on Epidemiology, Diagnosis and Control Technique of Newcastle Disease. J Vet Sci Technol 8 (2): 1- 6.