Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Materi ini membahas tentang pencegahan dan pengendalian penyakit pada unggas petelur, meliputi manajemen kandang, sanitasi, dan biosekuriti untuk mencegah penyakit, serta pengendalian penyakit melalui vaksinasi.
Materi ajar berbasis problem based learning m5 kb3 dk
1. MATERI AJAR BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING
AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS PETELUR
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
PADA UNGGAS PETELUR
Oleh:
Nama Mahasiswa : DEDI KUSMANA, S.Pt
NIM : 213128764890
Bidang Studi/Rombel : PPSBIO
PENDIDIKAN PROFESI GURU
FAKULTAS PENDIDIKAN PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGRI MALANG
2021
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Salam, Berkat serta
Rahmat semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad, S.A.W. Materi Ajar
Berbasis Problem Based Learning Modul 5 Pendalaman Materi Agribisnis Ternak
Unggas Petelur Kegiatan Belajar 3 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
pada Unggas Petelur ini dapat terselesaikan. Materi Ajar Berbasis Problem Based
Learning ini penulis susun untuk memenuhi tugas dan tagihan mahasiswa PPG
Dalam Jabatan tahun 2021 Universitas Negri Malang yaitu Penyusunan Materi Ajar
Berbasis Masalah untuk mengidentifikasi permasalahan pembelajaran Pada Modul.
Peyusun menyajikan beberapa refrensi dan solusi untuk mengatasi defisit
kompetensi dan miskonsepsi dalam pembelajaran Modul 5 Agribisnis Ternak
Unggas Petelur Kegiatan Belajar 3 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
pada ungags petelur. Materi ajar ini dikembangkan dengan mengedepankan
pendekatan higher order thinking skill (HOTS) dan mengintegrasikan kerangka
berpikir technological, pedagogical, content knowledge (TPACK)
Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu saya dalam menyelesaikan bahan ajar ini. Terimakasih atas kerja keras
dan masukan berharganya dan semoga materi ajar ini bermanfaat untuk mahasiswa
PPG, ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:
1. Ibu Dra. Amy Tenzer, M.Si selaku Dosen Pembimbing.
2. Bpk Drs. I Wayan Sumberartha, M.Sc selaku Dosen Pembimbing.
3. Penanggungjawab Rombel dan Tim IT Kelas Agriter PPG Universitas Negri
Malang
4. Ketua Kelas Agriter PPG Dalam Jabatan Tahun 2021 Florentinus Mardiano, S.Pt
Akhir kata semoga materi ajar ini bermanfaat bagi Mahasiswa
MALANG, 26 JULI 2021
DEDI KUSMANA, S.Pt.
3. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
PADA UNGGAS PETELUR
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Pencegahan penyakit pada ayam perlu untuk dilakukan dibandingkan
pengobatan, hal ini disebabkan biaya yang dikeluarkan relatif lebih murah
daripada pengobatan apabila sudah terlanjur terjadi penyakit. Penyakit yang
umumnya menyerang ayam secara umum berdasarkan penyebabnya
dikelompokkan menjadi: 1) Cekaman (stres); 2) Defisiensi nutrisi pakan; 3)
Parasit; dan 4) Penyakit karena protozoa, bakteri, virus, dan cendawan. Daya
serang penyakit pada ayam pun memiliki spesifik yang berbeda-beda,
diantaranya adalah penyakit yang menyerang saluran pencernaan, sistem
kekebalan tubuh, dan saluran reproduksi. Namun, ada juga penyakit yang
menyerang satu sistem seperti penyakit Newcastle Disease (ND), Avian
Influenza (AI), dan kolera.
Untuk membedakan ayam yang sehat dan yang sakit maka Kita perlu
mengetahui ciri-cirinya. Ayam sehat konsumsi pakannya normal, ekskreta
(kotoran) tidak encer, lincah, bersuara normal, produksi telur normal, temperatur
tubuh normal (40.5 – 41.6 °C), denyut jantung normal (200 – 400 kali/menit),
dan napas normal (15 – 36 kali/menit) (Suprijatna et al., 2005). Usaha
menanggulangi penyakit dengan melakukan pencegahan penyakit harus
dilaksanakan dalam suatu rentetan yang terkait satu sama lain.
4. Adapun peta konsep dari materi modul Agribisnis Ternak Unggas KB. 3.
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Unggas Petelur Adalah Sebagai
Berikut:
2. Relevansi
Kegiatan belajar ini berisikan teori-teori tentang persyaratan dan persiapan
kandang unggas petelur, manajemen sanitasi kandang, manajemen bosekuriti,
penyakit pada unggas petelur dan gejalanya, serta manajemen vaksin.
Relevansinya dengan budidaya unggas petelur terutama ayam petelur dengan
hasil akhir yang diharapkan adalah mengetahui dan menerapkan manajemen
pencegahan dan pengendalian penyakit sehingga produktivitasnya selalu
optimal dan memberikan keuntungan secara ekonomis.
3. Panduan Belajar
Pembelajaran materi dalam kegiatan belajar ini dilakukan secara berurutan
mulai dari pembahasan mengenai manajemen kandang unggas petelur kaitannya
dengan pencegahan penyakit sampai dengan manajemen pengendalian penyakit
pada unggas petelur. Pembelajaran dapat dilakukan secara mandiri maupun tim
dengan tambahan referensi lain baik dari berbagai publikasi ilmiah yang terpercaya.
Tes formatif sebagai tolok ukur penguasaan materi dalam kegiatan belajar ini.
PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN
PENYAKIT PADA
UNGGAS PETELUR
KANDANG UNGGAS
PETELUR
BIOSEKURITI
MANAJEMEN
PENGENDALIAN
PENYAKIT
MANAJEJEN VAKSIN
PENGENDALIAN
PENYAKIT
MANAJEMEN PERSYARATAN SANITASI
5. B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
Setelah mengikuti kegiatan belajar ini diharapkan peserta didik mampu
menganalisis prinsip agribisnis ternak unggas petelur dan aplikasinya dalam
pembelajaran bidang studi agribisnis ternak.
2. Sub Capaian Pembelajaran
1. Mampu menjelaskan persyaratan perkandangan unggas petelur
2. Mampu menjelaskan persiapan kandang unggas petelur
3. Mampu melakukan manajemen sanitasi kandang
4. Mampu melakukan manajemen bosekuriti
5. Mampu menjelaskan penyakit pada unggas petelur dan gejalanya
6. Mampu melakukan manajemen vaksin
6. 3. Uraian Materi
A. Manajemen Kandang Unggas Petelur
1. Persyaratan Perkandangan Unggas Petelur
Menurut Permentan No. 31 Tahun 2014, lahan dan lokasi untuk budidaya
ayam petelur wajib memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
2. Sesuai dengan Upaya Kelestarian Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL).
3. Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP), Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK), atau Rencana Detail Tata
Ruang Daerah (RDTRD).
4. Letak dan ketinggian lokasi harus memperhatikan topografi dan lingkungannya
harus bersih dari bakteri patogen yang berbahaya untuk ayam petelur.
5. Lokasi harus mudah diakses dan terjangkau alat transportasi.
6. Ketersediaan air bersih dan sumber energi cukup sesuai kebutuhan dan
peruntukannya.
Selain persyaratan tersebut di atas, hal lain yang juga harus diperhatikan
adalah jenis bangunan, konstruksi bangunan, dan tata letak bangunan. Jenis
bangunan untuk budidaya ayam petelur harus meliputi:
1. Kandang ayam petelur fase starter dan kandang pembesaran
2. Kandang ayam petelur fase layer
3. Kandang isolasi untuk ayam yang sakit
4. Gudang untuk penyimpanan pakan, peralatan, dan obat
5. Gudang untuk penyimpanan telur
6. Saluran air, bak air, dan tempat pengolah limbah (digester)
7. Tempat pemusnahan (pembakaran) bangkai ayam
8. Kantor administrasi dan mess untuk karyawan
7. Sedangkan konstruksi bangunan untuk budidaya ayam petelur harus
dilengkapi dengan:
1. Ventilasi yang cukup untuk sirkulasi udara
2. Saluran limbah dan pemanfaatannya
8. 3. Gudang penyimpanan pakan, obat dan peralatan yang mampu memenuhi
persyaratan mutu, keamanan, dan higienis
4. Kandang yang menjamin ternak terhindar dari kecelakaan dan kerusakan
fisik
Selanjutnya untuk penataan letak bangunan kandang harus memperhatikan
drainase dan mendapat sinar matahari yang cukup. Penataan letak bangunan
kandang dan bangunan lainnya di lokasi budidaya ayam petelur diatur sebagai
berikut:
1. Dikelilingi bangunan pagar yang selalu tertutup setinggi 2 meter dengan
pintu masuk tunggal (one way system) untuk keluar masuk kendaraan dan
orang yang dilengkapi dengan alat desinfeksi.
2. Bangunan kantor dan mess karyawan/pengelola terpisah dari kandang
dan dibatasi dengan pagar rapat.
3. Jarak terdekat antara kandang dengan bangunan lainnya yang bukan
kandang minimal 25 meter.
4. Bangunan kandang, kandang isolasi, dan bangunan lainnya ditata agar
aliran air, saluran pembuangan limbah, udara dan penghantar lain tidak
menimbulkan penyakit.
5. Posisi kandang membujur dari Barat ke Timur dan sebaliknya untuk
mengurangi paparan sinar matahari langsung.
6. Jarak antara lokasi budidaya ayam petelur dengan lokasi budidaya
unggas lainnya ditetapkan berdasarkan hasil analisis risiko.
Permentan No. 31 Tahun 2014 juga mengatur alat dan mesin peternakan dan
yang berhubungan untuk kesehatan ternak yang harus ada saat melakukan budidaya
ayam petelur diantaranya adalah 1. Induk buatan (brooder), 2. Pelingkar (chick
guard), 3. Tempat pakan, 4. Tempat minum, 5. Alat pensuci hama, 6. Alat
penerangan, 7. Alat pembersih kandang, 8. Karung dengan kantong plastik di
bagian dalam, dan 9. Timbangan.
Tabel berikut menyajikan ketentuan ukuran kandang sesuai dengan jumlah
ayam petelur yang dipelihara dan sesuai dengan periodenya.
9. Tabel 29. Ukuran kandang untuk budidaya ayam petelur
N
o
.
Jumlah ayam (ekor) Umur/periode Luas kandang
(m2
)
1 100 – 500 Starter Grower
Layer
35
60
80
2 500 – 1000 Starter
Grower Layer
70
120
160
3 1000 – 1500 Starter Grower
Layer
104
184
240
4 1500 – 2000 Starter Grower
Layer
176
304
400
5 2000 – 2500/2500 – 5000 Starter Grower
Layer
352
600
800
Sumber: Permentan No. 31 Tahun 2014
2. Persiapan Kandang Unggas Petelur
Tata laksana persiapan kandang unggas petelur juga merupakan hal penting
yang harus diperhatikan guna mencegah terjadinya penyakit. Berikut dijelaskan tata
laksana persiapan kandang unggas petelur (Medion, 2008):
1. Setelah ayam pindah kandang atau diafkir, litter (sekam, ekskreta) segera
dikeluarkan dan dijauhkan dari kandang.
10. 2. Peralatan (tempat pakan dan minum) dibersihkan dan dicuci. Setelah
kering direndam dengan menggunakan desinfektan (misalnya larutan
Medisep 15 ml per 10 liter air) selama 30 menit. Peralatan kandang
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan, sebaiknya tidak di bawah sinar
matahari secara langsung karena akan mempercepat kerusakan peralatan.
Setelah itu, peralatan disimpan dalam gudang yang sebelumnya telah
didesinfeksi (misalnya dengan menggunakan Antisep, Formades, dan Neo
Antisep).
3. Tirai dilepaskan kemudian dibersihkan dan dicuci. Setelah kering,
kemudian disemprot dengan desinfektan (misalnya Medisep, Formades,
dan Sporades).
4. Dinding dan lantai kandang dibersihkan dan dicuci dengan menggunakan
air sabun kemudian disemprot dengan air hingga bersih. Setelah kering,
lakukan pengapuran dinding dan lantai kandang.
5. Kandang disemprot dengan menggunakan Formades dengan dosis 10 ml
per 2.5 liter air dan bila periode sebelumnya ayam terserang penyakit dosis
Formades ditingkatkan menjadi 10 ml per 1 liter air.
6. Kandang diistirahatkan minimal 2 minggu, dimulai setelah semua proses
pembersihan dan desinfeksi kandang selesai.
3. Manajemen Sanitasi Kandang
Sanitasi merupakan suatu usaha pencegahan penyakit melalui kontrol faktor
lingkungan yang berkaitan erat dengan rantai perpindahan penyakit. Pembersihan
dan desinfeksi adalah praktek sanitasi kandang yang wajib dilakukan oleh peternak.
Desinfeksi merupakan tindakan pensucihamaan menggunakan bahan desinfektan
dengan cara menyemprot, menyiram, dan merendam yang tujuannya untuk
menghilangkan ataupun mengurangi cemaran mikroorganisme patogen. Sanitasi
kandang yang baik dapat mengurangi tekanan infeksi bagi pemeliharaan ayam
petelur periode berikutnya. Praktek sanitasi kandang yang baik menurut Hy- line
(2018) adalah sebagai berikut:
1. Waktu istirahat minimal diberikan selama 2 minggu di antara kelompok
unggas.
2. Semua pakan dan kotoran harus dipindahkan dari kandang sebelum
11. dibersihkan.
3. Lubang udara, rumahan kipas, bilah kipas dan kisi-kisi kipas
dibersihkan secara menyeluruh.
4. Pemanasan kandang selama pencucian akan memudahkan penghilangan
cemaran organik.
5. Kandang harus dibersihkan dari cemaran organik dengan disemprot air
hangat bertekanan tinggi.
6. Busa/gel deterjen dapat digunakan untuk merendam cemaran organik
dan peralatan.
12. 7. Bagian atas kandang dicuci sebelum lubang.
8. Air hangat bertekanan tinggi digunakan untuk membilas.
9. Kandang dibiarkan mengering.
10. Setelah sepenuhnya kering, disinfektan disemprotkan kemudian
dilanjutkan dengan fumigasi.
11. Kandang disiram dan saluran air dibersihkan.
12. Kandang unggas dipantau untuk mengetahui apakah terdapat Salmonella,
terutama Salmonella enteritidis. Sebaiknya dilakukan pengujian
lingkungan rutin.
13. Kandang dibiarkan mengering sebelum digunakan kembali.
B. Manajemen Biosekuriti
Biosekuriti merupakan cara terbaik untuk menghindari terjangkitnya penyakit
pada ternak. Inti dari program biosekuriti yang baik adalah bagaimana Kita dapat
mengidentifikasi dan mengendalikan suatu penyakit untuk tidak masuk ke area
peternakan. Permentan No. 31 Tahun 2014 menjelaskan pelaksanaan biosekuriti
pada budidaya ayam petelur yang baik pada peternakan, sebagai berikut:
1. Tata Laksana
a. Lokasi peternakan berpagar dengan satu pintu masuk dan di pintu masuk
tersebut dilakukan penyemprotan desinfektan.
b. Tata letak bangunan/kandang sesuai dengan peruntukannya.
c. Rumah tempat tinggal, kandang ayam petelur, dan kandang hewan lain
ditata pada lokasi yang terpisah.
d. Peternak/pengelola harus mampu membatasi masuknya orang, hewan,
dan peralatan ke peternakan.
e. Area parkir efektif, berpagar, dan bergerbang.
f. Prosedur pelaporan yang ketat yang berkaitan dengan keluar masuknya
staf dan pengunjung ke peternakan.
2. Tindakan Desinfeksi dan Sanitasi
13. a. Desinfeksi dilakukan pada setiap kendaraan yang keluar masuk lokasi
peternakan.
b. Tempat/bak untuk cairan desinfektan dan tempat cuci tangan disediakan
dan diganti setiap hari dan ditempatkan di dekat pintu masuk lokasi
kandang/peternakan.
c. Pembatasan secara ketat terhadap keluar masuk material, hewan/unggas,
produk unggas, pakan, kotoran unggas, alas kandang, liter, rak telur yang
dapat membawa penyakit unggas.
d. Semua material dilakukan desinfeksi dengan desinfektan sebelum masuk
maupun keluar lokasi peternakan.
e. Pembatasan secara ketat keluar masuk orang dan kendaraan dari dan ke
lokasi peternakan.
f. Setiap orang yang menderita sakit yang dapat membawa penyakit unggas
agar tidak memasuki kandang.
g. Setiap orang yang akan masuk dan keluar lokasi kandang, harus mencuci
tangan dengan sabun/desinfektan dan mencelupkan alas kaki ke dalam
tempat/bak cairan desinfektan.
h. Setiap orang yang berada di lokasi kandang, harus menggunakan
pelindung diri seperti pakaian kandang, sarung tangan, masker (penutup
hidung/mulut), sepatu boot dan penutup kepala.
i. Mencegah keluar masuknya tikus, serangga, dan unggas lain seperti itik,
entok, burung liar yang dapat berperan sebagai vektor penyakit ke lokasi
peternakan.
j. Kandang, tempat makan dan minum, tempat pengeraman ayam, sisa alas
kandang/litter dan kotoran kandang dibersihkan secara berkala sesuai
prosedur.
k. Tidak diperbolehkan makan, minum, meludah, dan merokok selama
berada di lokasi kandang.
l. Tidak membawa ayam petelur yang mati atau sakit keluar dari area
peternakan.
14. m. Ayam petelur yang mati di dalam area peternakan harus dibakar dan
dikubur sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
n. Kotoran ayam petelur diolah misalnya dengan dibuat kompos sebelum
kotoran dikeluarkan dari area peternakan.
o. Air kotor hasil proses pencucian agar langsung dialirkan keluar kandang
secara terpisah melalui saluran limbah ke dalam tempat penampungan
limbah sehingga tidak tergenang di sekitar kandang atau jalan masuk
lokasi kandang.
Selanjutnya Hy-line (2018) juga menjelaskan praktek biosekuriti yang baik,
yaitu meliputi:
1. Adanya kontrol yang ketat terhadap perpindahan manusia dan peralatan
di peternakan.
2. Membatasi pengunjung peternakan pada yang mempunyai kepentingan
saja.
3. Seiap ada kunjungan wajib ditulis di buku tamu.
4. Sebelum masuk peternakan semua pengunjung maupun pekerja harus
mandi di lokasi yang sudah disediakan untuk mensterilkan badan.
5. Pengunjung maupun pekerja harus memakai sepatu, pakaian, dan
penutup kepala yang sudah disediakan sebelumnya.
6. Bak atau tempat cuci kaki yang berisi air disinfektan wajib ada di luar
semua pintu masuk kandang.
7. Apabila memungkinkan, hindari penggunaan petugas dari luar ataupun
peralatan dari luar untuk vaksinasi, pemindahan, dan pemotongan paruh.
8. Idealnya, pekerja dibatasi pada satu kandang saja.
9. Bagi pekerja yang mengunjungi beberapa kelompok unggas, kelompok
unggas yang dikunjungi pada satu hari harus dibatasi. Selalu lakukan
kunjungan dari ternak yang lebih muda ke yang lebih tua dan dari yang
sehat ke ternak yang sakit. Setelah mengunjungi kelompok unggas yang
sakit, jangan memasuki kandang lain.
15. 10. Pengeluaran ayam (culling) dari lokasi peternakan membuka peluang
masuknya penyakit karena truk dan pekerja seringkali berada di lokasi
peternakan lain.
11. Peternakan dengan pertumbuhan umur yang sama menggunakan prinsip
all-in, all-out (masuk semua, keluar semua) merupakan cara terbaik
untuk mencegah penularan penyakit dari kelompok yang lebih tua ke
kelompok muda yang lebih rentan.
12. Kandang harus dirancang untuk mencegah masuknya unggas liar,
serangga dan tikus.
13. Apabila terdapat bangkai ayam maka harus segera disingkirkan. Praktek
biosekuriti di peternakan ayam petelur dapat diakses pada link berikut
ini:
1. https://www.youtube.com/watch?v=vIP_XTtYbv0
2. https://www.youtube.com/watch?v=re9M0qxXbwM
C. Manajemen Pengendalian Penyakit
Manajemen pengendalian penyakit yang baik berkorelasi positif terhadap
produktivitas ayam petelur. Apabila Kita bisa meminimalisir resiko terjadinya
penyakit maka produktivitas ayam petelur yang optimal dapat tercapai sesuai
dengan potensi genetiknya. Jenis penyakit pada ayam petelur beraneka ragam di
setiap daerah, namun bagaimana Kita mengidentifikasi dan mengendalikan
penyakit tersebut lah yang penting untuk diperhatikan.
1. Penyakit pada Unggas Petelur dan Gejalanya
Ayam petelur yang akan dibudidayakan harus bebas dari penyakit unggas
berbahaya yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi. Penyakit yang sering
menyerang unggas petelur diantaranya adalah Avian Influenza (AI), New Castle
Disease (ND), fowl cholera, Infectious Bursal Disease (IBD/gumboro), Salmonellosis
(S. pullorum; E. enteridis), dan lainnya. Tabel di bawah ini menyajikan beberapa
jenis penyakit unggas petelur beserta dengan gejala yang
16. ditimbulkannya. Selain iu, juga disajikan info grafis pola perkembangan penyakit
viral pada ayam petelur dari Januari 2018 sampai dengan Februari 2019.
Tabel 30. Penyakit dan gejalanya
N
o
.
Penyakit Gej
ala
1 Cacingan Pada kasus berat, ayam terlihat kurus,
produksi turun dan diare bercampur darah.
Ascaridiasis merupakan penyakit cacingan
yang disebabkan
oleh cacing gilik dan cestodosis disebabkan
oleh cacing pita.
2 Colibacillosis Sulit bernapas, kantung udara, hati dan
jantung
diselaputi fibrin.
3 CRD Ngorok, kantung udara keruh.
4 Koksidiosis
(berak darah)
Berak darah, nafsu makan turun, konsumsi air
minum naik.
5 Kolera
(berak hijau)
Berak hijau, gangguan pernapasan, daerah
muka, pial dan jengger membengkak.
6 Korisa (snot, pilek) Pilek, muka bengkak.
7 Leucocytozoonosis Bintik-bintik perdarahan pada kulit, otot dan
hampir semua organ, gumpalan darah di
rongga perut.
8 Pullorum (berak
kapur)
Berak kapur, kedinginan.
Sumber: Medion (2008)
17. Gambar 19. Pola perkembangan penyakit viral pada ayam petelur
Sumber: Info Medion (2019)1
● Avian Influenza (AI)
Virus AI berdasarkan tingkat keganasannya digolongkan menjadi dua, yaitu
Low Pathogenic Avian Influenza (LPAI) dan High Patogenic Avian Influenza
(HPAI). Virus LPAI memiliki tingkat keganasan rendah sehingga gejala klinis yang
ditunjukkan bila ayam terserang virus ini adalah terjadi gangguan pernapasan
(ngorok), konjungtivitas (peradangan mata), penurunan konsumsi pakan, dan
produksi telur turun drastis. Sedangkan, virus HPAI sifatnya akut dan berlangsung
cepat. Gejala yang ditimbulkan adalah angka kematian yang tinggi, produksi telur
berhenti, terjadi sianosis (jengger dan pial berwarna kebiruan), konjungtivitas,
ekskreta berwarna hijau, lendir menumpuk di rongga mulut, shank mengalami
pendarahan, ngorok, dan terkadang terjadi tortikolis (gangguan saraf).
18. Gambar 20. Patologi anatomi ayam yang terserang AI
Sumber: Info Medion (2018)1
● Newcastle Disease (ND) atau Tetelo
Penyakit ND disebabkan oleh Avian Paramyxovirus type-1 (APMV-1).
Virus ND berdasarkan virulensinya digolongkan menjadi tiga patotype, yaitu:
1. Lentogenik, strain virus yang kurang virulen.
2. Mesogenik, strain virus dengan virulensi sedang.
3. Velogenik, strain virus ganas yang dibedakan menjadi neurotrofik
(gangguan saraf dan kelainan sistem pernapasan) dan viserotrofik
(kelainan sistem pencernaan).
Penyakit ND menyebabkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian
(mortalitas) menjadi sangat tinggi, yaitu akibat infeksi strain lentogenik 50 – 100%,
mesogenik 50%, dan velogenik 30%. Penyakit ND ditandai dengan terjadinya
petechiae (bintik-bintik merah atau ungu) pada proventikulus, ventrikulus, usus,
19. seka tonsil, trakea, dan paru-paru (Kencana et al., 2012). Gambar berikut
menunjukkan ciri-ciri khusus ayam petelur yang terinfeksi ND, yaitu terlihat gugup,
leher bengkok, dan mengalami kelumpuhan.
Gambar 21. Ayam petelur umur 29 minggu yang terinfeksi ND
Sumber: Yuneand and Abdela (2017)
● Infectious Bursal Disease (IBD) atau Gumboro
Penyakit ini disebabkan oleh virus RNA rantai ganda dari familia
Birnaviridae dan menyebabkan terjadinya penekanan kerja sistem imun
(imunosupresif), morbiditas, mortalitas, penurunan efisiensi ransum, gangguan
pertumbuhan, dan pembengkakan serta peradangan pada bursa fabricius. Vektor
utama virus ini adalah kumbang hitam (Alphitobius diaperinus).
Gambar 22. Bursa fabricius ayam yang terserang IBD
Sumber: Info Medion (2019)1
● Chronic Respiratory Disease (CRD) atau Korisa aau Snot
Penyakit ini disebabkan oleh Mycoplasma gallisepticum dan menyerang
sistem pernapasan ayam. Gejala yang ditunjukkan adalah terjadi konjungtivitas,
20. pembengkakan periorbital dan edema kelopak mata. Selain itu, kantong udara keruh
(airsacculitis) dan terjadi perkejuan pada selaput hati (perihepatitis).
Gambar 23. Airsacculitis (kiri) dan perihepatitis (kanan)
Sumber: Info Medion (2019)3
● Infectious Larywgo Tracheitis (ILT)
Penyakit ILT menyerang pernapasan ayam dan sangat menular. Ayam yang
terjangkit penyakit ini menunjukkan gejala sulit bernapas dan batuk disertai
pengeluaran eksudat berdarah. Penyakit ILT disebabkan virus Herpesviridae dan
tidak ditularkan vertikal dari induk ke anak melalui telur. Penyebaran ILT cepat dan
menyebabkan morbiditas 90 – 100% dengan angka mortalitas 10 – 70%. Ayam
yang terjangkit ILT pertumbuhan bobot badannya terhambat dan produksi telurnya
menururn (Saepulloh dan Darminto, 1999).
Gambar 24. Kepala dan leher ditarik saat bernapas (kiri) dan peradangan trakea
(kanan)
Sumber: Info Medion (2019)3
21. ● Koksidiosis
Infeksi parasit pada usus ini dapat menyebabkan kerusakan usus dan, dalam
infestasi parah, menyebabkan kematian. Yang lebih umum, pengendalian infeksi
sub-klinis yang buruk akan mengurangi konversi pakan atau menyebabkan ayam
dara terkena kerusakan usus ireversibel, kronis. Kelompok ayam dara mungkin
tidak seragam atau memiliki berat badan kurang di kandang dan tidak bertelur
secara optimal sesuai potensi bertelurnya. Pengendalian koksidia mencakup
langkah-langkah berikut (patuhi peraturan setempat):
1. Gunakan ionofor atau bahan kimia pada program step down untuk
memastikan imunitas pada ayam dara.
2. Penggunaan vaksin hidup menjadi alternatif untuk perawatan obat anti-
koksidia.
3. Tersedia vaksin hidup yang dapat diberikan melalui semprotan di tempat
penetasan atau melalui pakan atau aplikasi air selama beberapa hari
pertama di kandang brooder.
4. Kendalikan lalat dan kumbang, yang merupakan vektor penyebaran
coccidia.
5. Pembersihan menyeluruh dan desinfeksi kandang mengurangi tekanan
paparan penyakit.
6. Batasi akses unggas ke tempat kotoran.
7. Pemeliharaan dan produksi di kandang membatasi paparan terhadap
coccidia oocysts dalam kotoran.
Gambar 25. Usus halus radang serta berisi darah dan lendir kental akibat infeksi
Sumber: Info Medion (2019)2
22. D. Manajemen Vaksin
Vaksin merupakan bibit penyakit yang sudah dilemahkan ataupun dimatikan
sesuai standar prosedur tertentu yang kemudian digunakan untuk merangsang
pembentukan antibodi. Sedangkan vaksinasi merupakan tindakan pemberian
kekebalan pada unggas dengan menggunakan vaksin. Fungsi utama pemberian
vaksin adalah untuk merangsang pembentukan kekebalan atau antibodi pada tubuh
unggas sehingga dapat mencegah infeksi penyakit. Prinsip vaksinasi adalah bibit
penyakit yang sudah dilemahkan diberikan terlebih dahulu sebelum terjadinya
infeksi penyakit pada unggas. Dewasa ini serangan penyakit menyebar hampir ke
semua wilayah, baik penyakit viral ataupun bakterial. Oleh sebab itu, tindakan
pencegahan menggunakan vaksinasi sangat penting untuk dilakukan. Pertimbangan
pelaksanaan vaksinasi menurut Medion (2017) adalah sebagai berikut:
1. Penyakit viral tidak bisa disembuhkan melalui pemberian obat.
2. Pengendalian penyakit terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan
memberikan kekebalan pada ayam.
3. Apabila penyakit bakterial sudah terlanjur menyerang maka akan sulit
dihilangkan secara tuntas sehingga di kemudian hari akan mudah muncul
kembali (misalnya penyakit korisa).
4. Biaya untuk pencegahan lebih murah dibandingkan biaya pengobatan
apabila sudah terlanjur terjadi kasus penyakit.
Dalam pelaksanaannya, penentuan aplikasi vaksinasi dapat disesuaikan
dengan jenis vaksin yang akan digunakan dan umur ayam saat pemberian vaksinasi.
1. Jenis vaksin yang digunakan.
A. Vaksin aktif biasanya tersedia dalam bentuk kering beku. Oleh sebab
itu, saat aplikasi/pemakaian harus dilarutkan terlebih dahulu dengan
menggunakan pelarut dapar (larutan yang mengandung campuran
asam lemah dan basa konjugatnya, atau sebaliknya) maupun air
biasa/aquades. Selanjutnya, dapat diberikan melalui tetes
mata/hidung/mulut, air minum, spray ataupun tusuk sayap. Vaksin
aktif juga bisa diberikan lewat suntikan dengan terlebih dahulu
dilarutkan dengan aquades sesuai dosis yang dianjurkan, yaitu 500 ml
aquades per 1000 dosis vaksin, 250 ml aquades per 500 dosis vaksin,
dan seterusnya.
23. B. Sedangkan untuk vaksin inaktif aplikasinya melalui injeksi/suntikan.
4. Umur ayam saat divaksin. Metode vaksinasi yang umum digunakan untuk vaksin
aktif adalah dengan aplikasi masal lewat air minum karena lebih praktis dan mudah
dilakukan. Cara ini lebih efektif diaplikasikan pada ayam umur dewasa. Hal
tersebut dikarenakan konsumsi air minum pada ayam dewasa relatif optimal dan
penyerapan vaksin diedarkan melalui darah (bersifat sistemik).
A. Vaksinasi lewat air minum dapat menjadi alternatif vaksinasi ulangan.
B. Namun, untuk vaksinasi ND dan IB pertama (biasanya untuk anak ayam)
hasilnya lebih baik bila diberikan lewat tetes mata/hidung. Tujuannya adalah
untuk mengaktifkan organ kekebalan (kelenjar harderian) di daerah mata yang
berfungsi sebagai kekebalan lokal di daerah saluran pernapasan atas, biasanya
serangan virus ND dan IB masuk melalui daerah tersebut.
C. Selain itu juga agar setiap anak ayam mendapatkan 1 dosis penuh vaksin,
karena biasanya bila dilarutkan dalam air minum konsumsinya tidak merata.
Penentuan dosis vaksin aktif/inaktif yang disuntikkan dapat disesuaikan
dengan umur ayam, biasanya 0.2 ml untuk anak ayam dan 0.5 ml untuk ayam
dewasa. Aplikasi dengan suntikan subkutan (di bawah kulit leher bagian
belakang) pada anak ayam dan ayam dewasa dapat lewat intramuskuler
(tembus otot daging dada sebelah kanan atau otot paha) maupun subkutan.
Saat pemberian vaksinasi beberapa hal penting perlu diperhatikan, yaitu :
1) Vaksin aktif harus habis dalam waktu 2 jam dan vaksin inaktif < 24 jam;
2) Vaksinasi sebaiknya dilakukan jauh dari pemanas;
3) Tiga hari sebelum dan sesudah vaksinasi, ayam diberikan vitamin misalnya Vita
Stress atau imunostimulan dari bahan alami seperti Imustim untuk meningkatkan
fungsi sistem kekebalan dan daya tahan tubuh.
Terkait penentuan dosis yang tepat dan seragam maka setiap aplikasi
vaksinasi harus diperhatikan beberapa hal, antara lain: Tetes Mata, Hidung/Mulut.
Sebelum digunakan, vaksin dilarutkan ke dalam larutan dapar untuk menaikkan
suhu secara bertahap. Selain itu, juga untuk membangunkan agen infeksi yang
dimati-sementarakan dalam keadaan kering beku. Ketika meneteskan vaksin pada
mata (1 tetes/ekor) harus ditunggu hingga vaksin benar- benar masuk (ayam
mengejapkan mata berkali-kali) baru dilepaskan. Apabila melalui tetes hidung,
maka salah satu lubang hidung harus dan dilepaskan setelah vaksin terhirup.
24. Selanjutnya apabila menggunakan tetes mulut, vaksin diteteskan sebanyak 1 tetes
dan dipastikan sampai benar-benar masuk hingga ayam melakukan gerakan reflek
menelan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah handling ayam agar vaksinasi
tepat, yaitu sekali memegang maksimal 3 ekor ayam.
Gambar 26. Aplikasi vaksin dengan tetes
Sumber: Info Medion (2019)1
Via air minum. Hal yang harus diperhatikan ketika vaksinasi melalui air
minum, yaitu air minum sebagai pelarut dipastikan bebas kaporit, desinfektan, dan
logam (besi, Ca, Mg) serta memiliki pH netral. Untuk memperbaiki mutu air, 30
menit sebelum vaksin dilarutkan, air dapat ditambahkan Medimilk 10 g/5 L atau
Netrabil 5 g/L air. Selanjutnya, 48 jam sebelum dan sesudah vaksinasi pemakaian
desinfektan melalui air minum harus dihentikan. Agar hasil vaksinasi optimal
sebaiknya dilakukan pagi hari. Hal ini dikarenakan pagi hari merupakan puncak
ayam beraktivitas dan konsumsi air minum tinggi. Sebelum diberi air minum yang
mengandung vaksin, ayam dipuasakan minum terlebih dahulu 1 – 2 jam.
Gambar 27. Aplikasi vaksin dengan air minum
Sumber: Sinau Ternak (2019)
25. Vaksinasi spray. Vaksinasi melalui spray menggunakan pelarut aquades. Air
biasa boleh digunakan namun harus dipastikan tidak mengandung logam berat.
Sprayer yang dipakai sebaiknya dikhususkan untuk penggunaan vaksinasi. Saat
melakukan vaksinansi, semua pintu dan lubang ventilasi kandang harus ditutup dan
kipas angin dimatikan. Ventilasi kandang boleh dibuka dan kipas dinyalakan
kembali 20 – 30 menit setelah selesai penyemprotan.
Gambar 28. Aplikasi vaksin pada jaringan sayap
Sumber: Wiki How (2019)
Suntikan/Injeksi (Subkutan/Intramuskuler). Beberapa hal yang perlu
diperhatikan adalah vaksinasi suntikan yang menggunakan vaksin inaktif,
sebelumnya vaksin harus dicairkan dengan cara menggenggam/menggesekkan
kedua tangan hingga vaksin tidak berembun. Agar memastikan vaksin tepat berada
di bawah kulit maka dapat dilihat dari bekas suntikannya, vaksin yang diinjeksikan
akan tampak berwarna putih di bawah kulit. Penusukkan jarum tidak boleh terlalu
dalam, hal ini guna mencegah jaringan di bawah otot tertusuk. Sudut kemiringan
jarum sebaiknya < 45° dan penyuntikannya dilakukan dengan tidak tergesa-gesa.
Gambar 29. Aplikasi vaksin dengan suntikan
Sumber: Sinau Ternak (2019)
26. Tusuk sayap. Vaksinasi tusuk sayap umumnya diberikan untuk vaksin aktif
cacar/fowl pox serta vaksinasi kombinasi avian encephalomyelitis (AE) dan fowl
pox. Vaksinasi dilakukan lewat bagian dalam sayap. Sayap ayam direntangkan dan
jarum ditusukkan di lipatan sayap yang tipis, harus hati-hati agar tidak mengenai
pembuluh darah, tulang, dan urat daging sayap. Vaksin yang diberikan tidak boleh
menyentuh bagian tubuh lain kecuali tempat vaksinasi. Vaksinasi berhasil jika
muncul radang (benjolan) berdiameter 3 – 5 mm di lokasi tusukan. Reaksi ini
muncul 3 – 7 hari setelah vaksinasi dan akan hilang dalam waktu < 3 minggu.
Gambar 30. Aplikasi vaksin pada jaringan sayap
Sumber: Wiki How (2019)
Beberapa penyakit tertentu memiliki daerah paparan yang luas atau sulit
untuk diberantas dan memerlukan program vaksinasi rutin. Secara umum, semua
kelompok ayam petelur harus divaksinasi terhadap penyakit marek, Newcastle
Disease (NDV), Infectious Bronchitis (IB), Infectious Bursal Disease (IBD atau
gumboro), Avian Encephalomyelitis (AE), dan cacar unggas. Vaksinasi lain
ditambahkan ke program jika paparan penyakit lokal terindikasi. Hy-line (2019)
memberikan panduan penggunaan vaksin dan pilihan aplikasi vaksin untuk ayam
telur seperti gambar di bawah ini.
28. Gambar 32. Pilihan aplikasi vaksin ayam petelur
Sumber: Hy-line (2019)
Berikut disajikan program vaksinasi ND-AI dan gumboro pada ayam layer
berdasarkan Info Medion (2018)1
:
29. Tabel 31. Program vaksinasi ND-AI ayam layer
Sumber: Info Medion (2018)1
30. Tabel 32. Program vaksinasi gumboro
Umur
(hari)
Ayam petelur
4 Medivac gumboro emulsion (suntikan 0.2 ml)
7 Medivac gumboro A (tetes mulut)
10 –
14
Medivac gumboro A/B (tetes mulut/air minum)
21 –
28
Medivac gumboro A/B (tetes mulut/air minum)
Sumber: Info Medion (2018)1
E. Pengendalian Penyakit
Syarat penggunaan obat untuk ternak menurut Permentan No. 31 Tahun
2014 adalah sebagai berikut:
1. Obat yang dipergunakan sesuai dengan peruntukannya dan harus
memiliki nomor pendaftaran.
2. Obat yang digunakan sebagai imbuhan dan pelengkap pakan meliputi
premiks dan sediaan obat alami sesuai dengan peruntukannya.
3. Penggunaan obat harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Di samping itu, Permentan No. 31 Tahun 2014 juga mengatur tindakan
pengamanan penyakit pada unggas petelur sebagai berikut:
1. Membatasi mobilitas orang, hewan, alat angkut, dan peralatan yang
keluar masuk lokasi perkandangan untuk meminimalisir penularan suatu
penyakit.
2. Melakukan desinfeksi terhadap orang, kandang, bahan, dan peralatan
lainnya yang digunakan dalam budidaya.
3. Melakukan pembersihan dan penyucian kandang baik terhadap kandang
baru atau kandang yang telah dikosongkan.
4. Menjaga kebersihan dan sanitasi seluruh komplek lokasi peternakan
sehingga memenuhi syarat higienis.
5. Melakukan tindakan pemusnahan bangkai ayam.
6. Pengamanan di bawah pengawasan petugas setempat untuk ayam yang
31. terkena penyakit menular beserta bahan tercemar yang tidak dapat
didesinfeksi, untuk selanjutnya tidak dibawa keluar komplek budidaya
setelah penetapan diagnosa penyakit oleh dokter hewan.
7. Melakukan vaksinasi terhadap ayam petelur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dalam bidang kesehatan hewan.
32. 8. Melakukan pengolahan limbah peternakan.
Medion (2008; 2019) memberikan pedoman pengobatan penyakit unggas
dan program penggunaan vitamin pada ayam layer seperti di bawah ini.
Gambar 33. Program penggunaan vitamin pada ayam layer
Sumber: Medion (2019)
33. Keterangan: Makin banyak tanda (+) makin efektif (manjur)
Gambar 34. Pedoman pengobatan penyakit unggas
Sumber: Medion (2008)
4. Forum Diskusi
Coba Identifikasikan dan analisa penyakit yang telah terjankit di kandang
Ayam Petelur pada fase produksi,bagaimana cara pengedalianya? Evaluasi juga
34. apakah program vaksin dikandang ayam petelur tersebut sudah dilakukan dengan
benar atau belum, Bekerjalah dengan berkelompok (4 orang/kelompok).
35. PENUTUP
1. Rangkuman
Usaha menanggulangi penyakit dengan melakukan pencegahan penyakit
harus dilaksanakan dalam suatu rentetan yang terkait satu sama lain, yaitu dimulai
dari persiapan kandang yang harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Persyaratan perkandangan unggas petelur diatur dalam Permentan No. 31 Tahun
2014. Tata laksana persiapan kandang unggas petelur juga merupakan hal penting
yang harus diperhatikan guna mencegah terjadinya penyakit. Tata laksana persiapan
kandang unggas petelur meliputi pengeluaran litter (sekam, ekskreta) dari kandang
setelah ayam pindah kandang atau diafkir, peralatan (tempat pakan dan minum)
dibersihkan dan dicuci, tirai dilepaskan kemudian dibersihkan dan dicuci, dinding
dan lantai kandang dibersihkan dan dicuci dengan menggunakan air sabun
kemudian disemprot dengan air hingga bersih, kandang disemprot dengan
menggunakan desinfektan, dan kandang diistirahatkan minimal 2 minggu.
Manajemen biosekuriti adalah bagaimana cara mengidentifikasi dan
mengendalikan suatu penyakit untuk tidak masuk ke area peternakan yang diatur
dalam Permentan No. 31 Tahun 2014. Manajemen pengendalian penyakit yang
baik berkorelasi positif terhadap produktivitas ayam petelur. Jenis penyakit pada
ayam petelur yang sering menyerang diantaranya adalah Avian Influenza (AI), New
Castle Disease (ND), fowl cholera, Infectious Bursal Disease (IBD/gumboro), dan
Salmonellosis (S. pullorum; E. enteridis).
Vaksin merupakan bibit penyakit yang sudah dilemahkan ataupun dimatikan
sesuai standar prosedur tertentu yang kemudian digunakan untuk merangsang
pembentukan antibodi. Sedangkan vaksinasi merupakan tindakan pemberian
kekebalan pada unggas dengan menggunakan vaksin. Pengendalian penyakit
melalui pengobaan diatur dalam Permentan No. 31 Tahun 2014.
2. Tes Formatif
1. Bibit penyakit yang sudah dilemahkan/dimatikan yang digunakan untuk
merangsang pembentukan antibodi ternak adalah ....
2. Metode vaksin yang bisa dilakukan adalah…..
36. DAFTAR FUSTAKA
1
Info Medion. 2018. Perkembangan Virus AI di Indonesia.
http://www.medion.co.id/wp-
content/uploads/2019/08/IM_Nov_18.pdf.
Diakses tanggal 07 Oktober 2019.
1
Info Medion. 2019. Strategi Efektif Cegah Gumboro Sejak Dini.
https://www.medion.co.id/wp-
content/uploads/2019/07/IM_Jul_19.pdf.
Diakses tanggal 07 Oktober 2019.
2
Info Medion. 2018. Kilas Balik 2018 dan Proyeksi Penyakit Tahun 2019.
http://www.medion.co.id/wp-
content/uploads/2019/08/IM_Des_18.pdf.
Diakses tanggal 07 Oktober 2019.
2
Info Medion. 2019. Pasang Surut Penyakit Unggas dari Tahun ke Tahun.
https://www.medion.co.id/wp-
content/uploads/2019/07/IM_Jun_19.pdf.
Diakses tanggal 07 Oktober 2019.
3
Info Medion. 2019. Strategi Menjaga Kesehatan Pernapasan Ayam.
https://www.medion.co.id/wp-
content/uploads/2019/07/IM_Jan_19.pdf.
Diakses tanggal 07 Oktober 2019.
Hy-line. 2018. Panduan Manajemen.
https://www.hyline.com/userdocs/pages/BRN_COM_BAH.pdf.
Diakses tanggal 07 Oktober 2019.
Hy-line. 2019. Rekomendasi Vaksin.
https://www.hyline.com/userdocs/pages/TU_VACC_BAH.pdf.
Diakses tanggal 07 Oktober 2019.
Kencana, G. A. Y., I M. Kardena, dan I G. N. K. Mahardika. Peneguhan
diagnosis penyakit newcastle disease lapang pada ayam buras di bali
menggunakan teknik RT-PCR. Jurnal Kedokteran Hewan 6 (1): 28-
31.
Medion. 2008. Program Pemeliharaan Kesehatan Ayam
Petelur.
37. https://www.medion.co.id/images/pdf/ProgramPemeliharaanKesehat
anAya mPetelur.pdf. Diakses tanggal 07 Oktober 2019.
Medion. 2017. Cara Tepat Aplikasi Vaksinasi
Unggas. https://www.medion.co.id/id/2017/09/04/cara-tepat-
aplikasi-vaksinasi- unggas/. Diakses tanggal 07 Oktober 2019.
Medion. 2019. Program Pemeliharaan Kesehatan Ayam Petelur.
https://www.medion.co.id/images/pdf/ProgramPenggunaanVitaminp
adaAya mLayerdanBreeder.pdf. Diakses tanggal 07 Oktober 2019.
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia
No. 31/Permentan/OT.140/2/2014. Pedoman Budidaya
Ayam Pedaging dan Ayam Petelur yang Baik. Jakarta.
Saepulloh, M. dan Darminto. 1999. Epidemiologi, diagnosis dan kontrol
penyakit infectious laryngo tracheitis (ILT) pada ayam. Wartazoa 8
(1): 20-27.
Sinau Ternak. 2019. https://sinauternak.com/vaksinasi-ayam-broiler/.
Diakses tanggal 07 Oktober 2019.
Suprijatna, E., U. Atmomarsono, dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar
Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Wiki How. Cara Memvaksinasi Ayam.
https://id.wikihow.com/Memvaksinasi- Ayam. Diakses tanggal 07
Oktober 2019.
Yune, N. and N. Abdela. 2017. Update on Epidemiology, Diagnosis and
Control Technique of Newcastle Disease. J Vet Sci Technol 8 (2): 1-
6.