SlideShare a Scribd company logo
1 of 35
Download to read offline
pidemiologi, aksin dan
aksinasi Penyakit Mulut dan Kuku
Drh. Tri Satya Putri Naipospos, MPhil, PhD
Komisi Ahli Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat
Veteriner dan Karantina Hewan
Rapat Pembahasan Vaksin PMK Untuk Keadaan Tertentu Darurat PMK, Cibubur, Bekasi – 8-9 Agustus 2022
Gambaran epidemiologi PMK
 PMK utamanya mempengaruhi hewan domestik dan satwa liar,
terutama sapi, kerbau, domba, kambing dan babi.
 Ada 7 serotipe yang berbeda secara imunologis yang diidentifikasi oleh
huruf A, O, C, Asia1, SAT 1, SAT 2, dan SAT 3.
 Dalam setiap serotipe ada variasi antigenik yang luas yang
mempengaruhi efikasi proteksi silang yang diberikan oleh vaksin.
 Virus-virus tidak hanya berbeda secara antigenik, tetapi juga dalam
karakteristik dalam tropisme hospes dan penularan (transmissibility).
 PMK harus diakui sebagai penyakit yang kompleks dan dikenali ada
gambaran epidemiologi yang berbeda dari setiap topotipe virus
(virus-virus berbeda secara geografis dan imunologis).
Risiko perdagangan
 Tidak ada perdagangan tanpa risiko dalam hal masuknya penyakit
hewan infeksius, meskipun risiko dapat diestimasi, dikurangi dan dikelola.
 Data yang ada mengindikasikan bahwa Asia Selatan adalah sumber
wilayah berisiko utama, khususnya India dan Bangladesh.
 Sejumlah ternak ruminansia yang signifikan diimpor secara informal dari
India dan Bangladesh untuk mensuplai kebutuhan permintaan pasar
akan produk hewan di negara-negara lainnya di Asia, termasuk China,
Thailand, Malaysia dan Vietnam.
 Ternak-ternak ini diperdagangkan melalui pasar ternak di mana mereka
berhubungan dekat dengan ternak yang rentan, sehingga memungkinkan
dengan mudah menularkan PMK.
Perdagangan hewan lintas batas
 Secara umum, negara-negara yang memiliki perdagangan hewan
lintas batas (transboundary) atau perbatasan yang masih ada celah
yang dapat ditembus oleh pergerakan hewan juga mempertahankan
‘lineage’ virus PMK yang sama.
 Wilayah tersebut seringkali memiliki variasi dan distribusi spesies
hospes yang rentan, praktik peternakan dan sering melakukan saling
menukar ternak atau berbagi jalur dan pasar.
 Saat ini serotipe A dan O endemik di Asia Tenggara.
 Serotipe Asia-1 tidak lagi dilaporkan di wilayah sejak 2009 (kecuali
satu deteksi di Myanmar pada April 2017).
Sumber: Sutmoller et al. Review Control and eradication of foot-and-mouth disease. Virus Research 91 (2003) 101/144
Risiko impor ruminansia kecil
 Risiko tertentu ditimbulkan oleh ruminansia kecil,
di mana lesi-lesi pada tahap akut PMK seringkali
sulit untuk dilihat.
 Sebagai konsekuensinya, orang dan material
dapat terkontaminasi tanpa disadari dan
menyebarkan penyakit dengan cara ini.
 PMK juga dapat dengan mudah melintasi
perbatasan melalui perdagangan kambing/domba
dengan subklinis penyakit.
 Namun, jika tidak dipindahkan, ditransportasikan,
atau dipasarkan, peran dari kambing/domba
dalam penyebaran PMK adalah minor dan hal
yang sama berlaku untuk satwa liar.
Sumber: Sutmoller et al. Review Control and eradication of foot-and-mouth disease. Virus Research 91 (2003) 101/144
Penyebaran virus PMK
 Dari semua spesies, secara umum sapi menghasilkan jumlah total
terbesar partikel virus infeksius, oleh karenanya sapi adalah sumber
utama penyebaran PMK.
 Ekskresi oleh sapi dapat dengan mudah melampaui 1.014 partikel
virus per ekor per hari, mewakili sekitar 1.010 IU.
 Jumlah virus yang diekskresi berperilaku seperti debu yang sangat
halus yang menyebar ke tempat-tempat yang dapat terinfeksi dan
menempel pada material, hewan dan orang.
 Pergerakan sapi yang terinfeksi atau ternak lain selama fase inkubasi
atau subklinis adalah sumber utama penyebaran jarak jauh dari PMK.
Sumber: Sutmoller et al. Review Control and eradication of foot-and-mouth disease. Virus Research 91 (2003) 101/144
‘Carrier’ PMK
 Dalam pengertian epidemiologi umum, istilah ‘carrier’ hanya diberikan
kepada hewan-hewan yang mampu menyebarkan infeksi, namun tetap
secara klinis tanpa gejala.
 Meskipun istilah ‘carrier’ juga digunakan untuk hewan-hewan yang
terinfeksi secara persisten dengan virus PMK, tetapi tidak menyiratkan
bahwa hewan-hewan ini dapat menularkan penyakit.
 Hewan-hewan yang sudah sembuh dari PMK, atau setelah infeksi
subklinis, masih dapat membawa sejumlah virus di tenggorokannya.
 Begitu juga, hewan-hewan yang divaksinasi dan terproteksi secara klinis
di lingkungan yang terkontaminasi dapat menjadi ‘carrier’ virus.
 Pada keadaan normal, ‘carrier’ tidak mengekskresikan virus dan virus
PMK tidak dapat terdeteksi di lingkungan ‘carrier’.
Risiko ‘carrier’
 Secara umum, jumlah minimum IU (International Unit) untuk memulai
infeksi diperlukan (dosis infeksius minimum).
 Risiko ‘carrier’ dalam menghasilkan aerosol virus yang cukup untuk
menularkan penyakit adalah sangat rendah.
 Risiko ‘carrier’ berdasarkan bukti historis menunjukkan hanya beberapa
kasus terjadi selama 100 tahun terakhir di mana sapi ‘carrier’ mungkin
memainkan peran dalam introduksi PMK ke kelompok bebas PMK.
 Keadaan stres kadang-kadang dapat mengaktifkan virus di tenggorokan
hewan ‘carrier’ PMK. Namun, titer virus tidak meningkat setelah
mengalami stres alami atau stres buatan yang parah, bahkan ‘carrier’
yang stres tersebut tidak menularkan penyakit.
 Vaksinasi tidak dapat mengeliminasi virus pada hewan ‘carrier’.
Serotipe O
 Isolat dengan identitas sekuens >85% telah ditempatkan dalam
kelompok atau topotipe, yang cenderung terbatas dalam distribusi
geografisnya.
 Ada 10 topotipe dari serotipe O yang dinamakan:
1) Europe-South America (Euro-SA) 6) East Africa 1 (EA-1)
2) Middle East–South Asia (ME-SA) 7) East Africa 2 (EA-2)
3) Southeast Asia (SEA) 8) East Africa 3 (EA-3)
4) Cathay (CHY) 9) Indonesia-1 (ISA1),
5) West Africa (WA) 10) Indonesia-2 (ISA-2).
 Virus serotipe O ada di semua benua di mana PMK dilaporkan, dan
secara antigenik kurang beragam, sehingga sering menunjukkan
proteksi silang yang baik antara strain dibandingkan serotipe lain.
Topotipe O/ME-SA
 Virus-virus yang termasuk dalam topotipe
O/ME-SA terjadi di banyak sublineage
genetik.
 Virus awalnya ditemukan di India dan
kemudian menyebar ke wilayah geografis
lainnya.
 Di antara topotipe O/ME-SA, beberapa
sublineage yang telah didefinisikan sebagai
strain, seperti: PanAsia, Ind2001, dan
Iran2001, berdasarkan hubungan
filogenetik dan perbedaan nukleotida <5%.
Sirkulasi serotipe O di Asia Tenggara
 Serotipe yang bersirkulasi di wilayah Asia
Tenggara adalah O, A, dan Asia-1.
 Asia-1 belum dilaporkan lagi sejak 2006
meskipun sirkulasi topotipe ini diduga ada di
Kamboja.
 Tiga topotipe dari serotipe O yaitu
1. SEA/Mya98;
2. Cathay;
3. ME-SA/PanAsia dan ME-SA/Ind-2001.
 Satu topotipe dari serotipe A yaitu Asia/Sea-97
saat ini terus bersirkulasi di Asia Tenggara.
Strain O/ME-SA di Asia Tenggara
 Strain O/ME-SA/PanAsia menyebar ke negara-negara Asia Tenggara
pada awal 2000, menyebabkan konsekuensi ekonomi yang hebat.
 Satu dekade berikutnya, pada awal 2010, strain O/ME-SA (O/Ind-2001)
dari subkontinen India menyebar ke negara-negara di Asia Tenggara.
 Virus-virus O/ME-SA/Ind-2001 sejak 2015 terdeteksi di hampir semua
negara-negara endemik PMK di kawasan ini, kecuali Kamboja,
Hongkong dan Thailand, sehingga mendorong pentingnya melakukan
studi untuk mengkarakterisasi virus-virus ini, baik secara genetik
maupun antigenik.
Sumber: Upadhyaya S. et al. Molecular Basis of Antigenic Drift in Serotype O Foot-and-
Mouth Disease Viruses (2013–2018) from Southeast Asia. Viruses 2021, 13, 1886.
Daftar serotipe O strain PMK terdeteksi di Asia tenggara,
Asia Timur dan negara-negara tetangga (2013–2020)
Negara Cathay SEA/Mya-98 ME-SA/PanAsia ME-SA/Ind-2001
Kamboja - - 2013, 2015–2016, 2018 -
China 2013, 2016, 2018 2013, 2018 2018 2017–2018
Hongkong 2013–2019 - - -
Laos - 2013, 2016–2017 2018 2015, 2020
Malaysia - 2013–2016 - 2016–2018
Mongolia - 2015, 2018 2014, 2017–2018 2015, 2017–2018
Myanmar - 2013, 2015, 2017 - 2016–2018
Russia - 2019–2020 2014, 2017–2018 2016, 2019
Korsel - 2014–2016 - 2017, 2019
Taiwan 2013 - - -
Thailand - 2013–2018 2015, 2017–2018 2016–2018, 2020
Vietnam 2016–2018 2014–2019 2013–2014, 2017–2019 2015–2017, 2019–2020
Vaksin PMK
 Vaksin PMK saat ini telah berhasil digunakan untuk mensukseskan
pemberantasan virus di banyak wilayah di dunia.
 Meskipun demikian, vaksin-vaksin ini memerlukan pertumbuhan virus
dalam jumlah besar (membutuhkan fasilitas biokontainmen yang
tinggi) dan harus diadaptasi secara konstan untuk menjaga strain
vaksin tetap cocok (matching) dengan virus yang bersirkulasi.
 Dengan tingkat keragaman antigenik virus PMK yang luas,
menyebabkan saat ini tidak ada vaksin universal yang mampu
memberikan proteksi terhadap semua serotipe virus.
 Bahkan vaksin PMK saat ini dapat gagal untuk memproteksi silang
beberapa strain dari serotipe yang sama.
Sumber: Mana Mahapatra & Satya Parida (2018). Foot and mouth disease vaccine strain
selection: current approaches and future perspectives, Expert Review of Vaccines, 17:7, 577-59.
Vaksin PMK inaktif
 Sebagian besar vaksin PMK inaktif saat ini diproduksi
dalam kultur sel suspens Baby Hamster Kidney
(BHK-21), dan virus hidup diinaktivitasi menggunakan
binary ethyleneimine (BET).
 Vaksin-vaksin ini juga hanya memberikan proteksi
jangka pendek (4–6 bulan) dan membutuhkan
pengiriman rantai dingin yang membuat vaksinasi
bermasalah secara logistik and mahal di daerah
endemik.
 Selain itu, studi menunjukkan virus dapat bertahan di
epitelium faring pada > 50% sapi yang terpapar
virus, bahkan pada hewan yang divaksinasi.
Produksi vaksin PMK
 Ada 3 persyaratan penting untuk produksi vaksin virus inaktif:
1) Antigen virus harus diproduksi dalam jumlah besar karena setiap
dosis vaksin perlu mengandung virus inaktif dengan tingkat tinggi
agar efektif.
2) Preparasi virus harus diinaktivasi sedemkian rupa sehingga tidak
ada residual infektivitas yang tersisa tetapi pada saat yang sama
imunogenisitas protein permukaan virus perlu dipertahankan.
3) Suatu adjuvan harus ditambahkan ke dalam vaksin untuk
memperkuat respons antibodi terhadap protein virus.
Sumber: Barteling S.J. Development and performance of inactivated vaccines against
foot and mouth disease. Rev. sci. tech. Off. int. Epiz., 2002, 21 (3), 577-588.
Tidak ada vaksin tunggal
 Strain vaksin yang akan digunakan di wilayah geografis tertentu sangat
bergantung pada serotipe dan genotipe yang bersirkulasi di wilayah
tersebut.
 Saat ini tidak ada informasi yang koheren yang tersedia mengenai
penggunaan strain vaksin di berbagai negara/benua, dan informasi yang
tersedia dapat bervariasi dari satu negara ke negara lain.
 Laboratorum Referensi Dunia untuk PMK (WRLFMD) biasanya
merekomendasikan strain vaksin untuk dimasukkan ke dalam cadangan
antigen, dan untuk ‘pool virus’ regional yang berbeda. Namun secara
umum berlaku sebagai pedoman sementara, mengingat kenyataannya
situasi bisa berubah di lapangan karena banyak wabah tidak dilaporkan
atau diinvestigasi.
Sumber: Mahapatra & Parida. Foot and mouth disease vaccine strain selection: current
approaches and future perspectives. Expert Review of Vaccines, 17:7, 577-591.
Variabilitas antigenik
 Virus penyakit mulut dan kuku (PMK) adalah virus RNA yang sangat
bervariasi terdiri dari 7 serotipe yang berbeda.
 Variabilitas antigenik di antara dan di dalam serotipe dapat membatasi
reaktivitas silang dan oleh karena itu juga mempengaruhi proteksi silang
(cross protection) vaksin.
 Seleksi strain vaksin yang tepat sangat penting dalam pengendalian
PMK.
 Penentuan hubungan tidak langsung (nilai r1) antara strain vaksin yang
potensial dan strain lapangan berdasarkan respons antibodi terhadap
keduanya digunakan secara rutin untuk tujuan pencocokan (matching)
vaksin.
18
Sumber: Willems T. et al. FMD vaccine matching: Inter laboratory study for improved
understanding of r1 values. Journal of Virological Methods 276 (2020) 113786.
Diferensiasi strain virus PMK
 Tujuan:
▪ Untuk mempelajari variasi antigenik dan genomik antara strain
dalam serotipe untuk investigasi epidemiologis dan kampanye
imunoprofilaksis.
 Metoda investigasi:
1) Nilai r (r-value) = untuk mengetahui hubungan serologis antara
strain virus vaksin dan strain wabah lapangan untuk seleksi bibit
vaksin (seed vaccine).
2) Sekuens nukleotida = untuk menganalisis hubungan genetik di
antara virus-virus dari strain wabah lapangan.
Sumber: Presentasi Linchongsubongkoch W. Vaccine matching strain characterisation of FMDV in SEA region.
Seleksi strain vaksin
 Seleksi strain vaksin yang tepat menjadi
tantangan besar karena kurangnya proteksi
silang antara serotipe dan proteksi yang
tidak utuh antara beberapa strain dalam
serotipe.
 Efektivitas vaksin dapat dipengaruhi oleh
formulasi vaksin, pendekatan vaksinasi,
dan juga oleh munculnya varian lapangan.
Oleh karena itu, evaluasi yang tepat tentang
kapasitas proteksi dari virus vaksin yang
diseleksi sangat penting.
Pentingnya seleksi strain vaksin
 Dua hal yang paling penting terkait vaksin bahwa vaksin mampu
memberikan proteksi yang memadai:
1. Seberapa baik dapat menginduksi kekebalan yang kuat = POTENSI;
• Untuk memastikan agar vaksin dapat efektif dalam kejadian
wabah PMK.
2. Seberapa dekat hubungannya dengan strain virus lapangan untuk
mendapatkan proteksi yang diinginkan = ANTIGENIK/VACCINE
MATCHING.
• Untuk mengidentifikasi penyimpangan antigenik dan untuk
menseleksi strain vaksin baru dari kandidat yang sesuai.
Sumber: Presentasi Bulut A.N. Regional Vaccine Matching Results
and Recommendations Regarding to Sample Submission
Seleksi vaksin PMK
 Potensi vaksin
 Antigenisitas vaksin yang akan digunakan
• Virus PMK memiliki beragam antigenik: tidak saling proteksi antara
subtipe dalam serotipe, dan mengalami perubahan antigenik karena
mutasi dan rekombinasi.
 Pentingnya ‘vaccine matching’
• Contoh kejadian wabah akibat ‘vaccine matching’ yang tidak tepat:
– Kasus strain A Iran 05 pada sapi yang divaksinasi A Iran 96 di Timur
Tengah.
– Wabah SAT 2 di Botswana meskipun menggunakan vaksin trivalen.
– O PanAsia 2 di Turki dan Iran.
• Masalah efikasi vaksinasi atau ‘vaccine matching’?
‘Vaccine matching’
 ‘Vaccine matching’:
• Karakterisasi hubungan antigenik antara strain lapangan dari suatu
serotipe spesifik dengan strain vaksin (untuk memberikan proteksi
terhadap spektrum yang luas dari subtipe dari serotipe tersebut).
• Digunakan untuk menentukan bagaimana antigenik virus lapangan
‘MIRIP” dengan virus vaksin.
 Tujuan ‘vaccine matching’:
1. untuk memilih vaksin yang paling efektif yang digunakan dalam
suatu keadaan tertentu; dan
2. untuk memonitor secara teratur kesesuaian vaksin yang
dipertahankan dalam cadangan antigen vaksin.
Sumber: Presentasi Bulut A.N. Regional Vaccine Matching Results
and Recommendations Regarding to Sample Submission
Mengapa ‘vaccine matching’ perlu?
 Diversitas antigenik (antigenic diversity)
• Perubahan antigenik disebabkan oleh mutasi dan rekombinasi.
• Selama replikasi virus, kesalahan terjadi dalam mengcopy proses asam
nukleat. Ini dikenal sebagai 'MUTASI’.
 Virus RNA seperti virus PMK, menghasilkan tingkat mutasi yang lebih
tinggi dari virus DNA, karena tidak ada mekanisme ‘proof-reading’ yang
efektif untuk virus RNA.
 ‘GENETIC DRIFT’: akumulasi progresif mutasi genetik secara random;
mungkin atau tidak mungkin menghasilkan perubahan asam amino.
 Jika kode genetik asam amino yang berubah menghasilkan perubahan
karakteristik antigenik ANTIGENIC DRIFT.
Sumber: Presentasi Bulut A.N. Regional Vaccine Matching Results
and Recommendations Regarding to Sample Submission
‘Vaccine matching’ virus PMK serotipe O
Sumber: WRL Pirbright (2021)
Vaksin serotipe O
 Serotipe ini menyebabkan > 60% wabah di seluruh dunia dan ada 11
topotipe yang berbeda secara genetik yang selanjutnya dibagi menjadi
genotipe yang berbeda.
 Saat ini ada 3 vaksin serotipe O yang digunakan di seluruh dunia:
a) O/Campos (topotipe Euro-SA), diseleksi dan diharmonisasikan untuk
digunakan di Amerika Selatan;
b) O/Manisa atau O/PanAsia-2 (topotipe ME-SA), terutama digunakan di
Timur Tengah, Asia termasuk Asia Tenggara dan juga beberapa
negara di Afrika;
c) O/IND/R2/75 (topotipe ME-SA), terutama digunakan di India.
 Amerika Selatan, China dan India hanya mengizinkan produksi dan
penggunaan strain vaksin yang berasal dari negara atau wilayahnya.
Keterbatasan vaksinasi PMK
 Meskipun vaksin PMK inaktif telah tersedia selama
beberapa dekade, ada sedikit atau tidak ada sama sekali
proteksi silang di seluruh serotipe dan subtipe, sehingga
dibutuhkan vaksin yang cocok (matching) dengan strain
lapangan yang bersirkulasi.
 Vaksin inaktif yang ada saat ini memerlukan:
 pertumbuhan virus yang virulen;
 dapat menimbulkan ancaman virus keluar dari lokasi
manufaktur;
 terbatasnya umur simpan (shelf life); dan
 memerlukan vaksinasi ulang setiap 4 – 12 bulan.
Sumber: Rodriquez and Gay. Review: Development of vaccines toward the global control and
eradication of foot-and-mouth disease. Expert Review of Vaccines, Volume 10, 2011 - Issue 3.
Penilaian terhadap kemungkinan
kegagalan vaksinasi
1. Apakah hewan-hewan yang divaksinasi terproteksi
dari PMK?
 Efektivitas vaksin (vaccine effectiveness)
2. Apakah hewan-hewan divaksinasi secara memadai?
 Cakupan vaksinasi (vaccination coverage)
Sumber: Presentasi Theo Knight-Jones (2015). Vaccine
effectiveness: measuring vaccine protection in the field.
Efektivitas vaksin
Setelah wabah:
Bandingkan insidensi vaksinasi dan tidak divaksinasi
Vaksinasi versus Tidak divaksinasi
Efektivitas vaksin
Setelah wabah:
Bandingkan insidensi vaksinasi dan tidak divaksinasi
Vaksinasi versus Tidak divaksinasi
Vaksinasi versus Tidak divaksinasi
Efektivitas vaksin (VE) =
Insidensi vaksinasi
Insidensi tidak divaksinasi
atau
Insidensi tidak divaksinasi – Insidensi vaksinasi
Insidensi tidak divaksinasi
1 – X 100%
X 100%
Efektivitas vaksin
Setelah wabah:
Bandingkan insidensi vaksinasi dan tidak divaksinasi
Vaksinasi versus Tidak divaksinasi
Bagaimana efektivitas vaksin (VE) dalam
contoh ini:
Insidensi vaksinasi = 3/10 = 30%
Insidensi tidak divaksinasi = 9/10 = 90%
90 – 30
90
atau
30
90
VE = X 100% = 0,666 = 66,6%
VE = 1 – X 100% = 0,666 = 66,6%
VE 100% = proteksi lengkap dengan insidensi vaksinasi 0%
VE 0% = tidak ada proteksi – insidensi yang sama pada vaksinasi & tidak divaksinasi
Kelemahan vaksin PMK
 Kurangnya proteksi silang antara serotipe virus PMK
serta proteksi yang tidak lengkap antara beberapa
subtipe virus PMK mempengaruhi aplikasi vaksin di
lapangan.
 Lebih jauh, kemunculan varian baru virus PMK secara
periodik membuat vaksin yang ada tidak efisien.
 Sebagai konsekuensinya, seleksi strain vaksin baik
melalui metoda in vivo atau in vitro menjadi persyaratan
yang sangat esensial untuk memungkinkan pemanfaatan
vaksin yang tepat dan efisien.
Sumber: Mahapatra & Parida. Foot and mouth disease vaccine strain selection: current
approaches and future perspectives. Expert Review of Vaccines, 17:7, 577-591,
Kebutuhan vaksin PMK ke depan
 Salah satu keterbatasan utama eradikasi PMK adalah kurangnya vaksin-
vaksin yang dirancang untuk tujuan ini, yaitu vaksin yang tidak hanya
memproteksi terhadap gejala klinis tapi benar-benar dapat mencegah
infeksi dan secara efektif menghentikan siklus penularan alami.
 Vaksin yang ideal adalah vaksin yang harus diproduksi secara aman dan
murah, didistribusi secara mudah, dan juga mampu menginduksi imunitas
seumur hidup terhadap beragam serotipe dan subtipe.
 Selanjutnya, perlu ada strategi terintegrasi yang lebih baik yang sesuai
dengan kebutuhan spesifik wilayah-wilayah endemik.
 Ketersediaan komponen-komponen penting akan sangat meningkatkan
peluang untuk pengendalian dan eradikasi global virus PMK.
Sumber: Rodriquez and Gay. Review: Development of vaccines toward the global control and
eradication of foot-and-mouth disease. Expert Review of Vaccines, Volume 10, 2011 - Issue 3.
Kesimpulan
 Kurangnya proteksi silang antara serotipe virus
PMK serta proteksi yang tidak lengkap antara
beberapa subtipe virus PMK mempengaruhi
penerapan vaksin di lapangan.
 Kemungkinan kemunculan varian baru virus PMK
secara periodik dapat membuat vaksin yang
digunakan tidak efisien.
 Seleksi strain vaksin secara periodik baik dengan
metode in vivo atau in vitro menjadi persyaratan
penting untuk memungkinkan pemanfaatan vaksin
yang tepat dan efisien.
TERIMA KASIH!
tata.naipospos@gmail.com
+91 620 421 838

More Related Content

What's hot

Strategi Vaksinasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Ditkeswan-AIHSP, 4-6 Januari 2022
Strategi Vaksinasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Ditkeswan-AIHSP, 4-6 Januari 2022Strategi Vaksinasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Ditkeswan-AIHSP, 4-6 Januari 2022
Strategi Vaksinasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Ditkeswan-AIHSP, 4-6 Januari 2022Tata Naipospos
 
Analisis Situasi Penyakit Mulut dan Kuku di India (Bag. 2) - Ditjen PKH, Bogo...
Analisis Situasi Penyakit Mulut dan Kuku di India (Bag. 2) - Ditjen PKH, Bogo...Analisis Situasi Penyakit Mulut dan Kuku di India (Bag. 2) - Ditjen PKH, Bogo...
Analisis Situasi Penyakit Mulut dan Kuku di India (Bag. 2) - Ditjen PKH, Bogo...Tata Naipospos
 
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...Tata Naipospos
 
Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis - Ditkeswan - Presentasi Zoo...
Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis -  Ditkeswan - Presentasi Zoo...Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis -  Ditkeswan - Presentasi Zoo...
Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis - Ditkeswan - Presentasi Zoo...Tata Naipospos
 
Respon Laporan Surveilans PMK 2021 dan Potensi Ancaman PMK Bagi Indonesia - P...
Respon Laporan Surveilans PMK 2021 dan Potensi Ancaman PMK Bagi Indonesia - P...Respon Laporan Surveilans PMK 2021 dan Potensi Ancaman PMK Bagi Indonesia - P...
Respon Laporan Surveilans PMK 2021 dan Potensi Ancaman PMK Bagi Indonesia - P...Tata Naipospos
 
Epidemiologi, Dampak Ekonomi dan Peluang Pemberantasan LSD - IDHSI, 19 Maret ...
Epidemiologi, Dampak Ekonomi dan Peluang Pemberantasan LSD - IDHSI, 19 Maret ...Epidemiologi, Dampak Ekonomi dan Peluang Pemberantasan LSD - IDHSI, 19 Maret ...
Epidemiologi, Dampak Ekonomi dan Peluang Pemberantasan LSD - IDHSI, 19 Maret ...Tata Naipospos
 
Simulasi Pencegahan dan Penyebaran ASF di Provinsi Sulut - BARANTAN, Menado,1...
Simulasi Pencegahan dan Penyebaran ASF di Provinsi Sulut - BARANTAN, Menado,1...Simulasi Pencegahan dan Penyebaran ASF di Provinsi Sulut - BARANTAN, Menado,1...
Simulasi Pencegahan dan Penyebaran ASF di Provinsi Sulut - BARANTAN, Menado,1...Tata Naipospos
 
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...Tata Naipospos
 
Masuk dan Menyebarnya LSD dan PMK di Indonesia - PDHI Riau-KEMIN Indonesia, P...
Masuk dan Menyebarnya LSD dan PMK di Indonesia - PDHI Riau-KEMIN Indonesia, P...Masuk dan Menyebarnya LSD dan PMK di Indonesia - PDHI Riau-KEMIN Indonesia, P...
Masuk dan Menyebarnya LSD dan PMK di Indonesia - PDHI Riau-KEMIN Indonesia, P...Tata Naipospos
 
Roadmap Pembebasan Rabies Menuju Indonesia Bebas Rabies 2030 - PUSVETMA, Sura...
Roadmap Pembebasan Rabies Menuju Indonesia Bebas Rabies 2030 - PUSVETMA, Sura...Roadmap Pembebasan Rabies Menuju Indonesia Bebas Rabies 2030 - PUSVETMA, Sura...
Roadmap Pembebasan Rabies Menuju Indonesia Bebas Rabies 2030 - PUSVETMA, Sura...Tata Naipospos
 
Penggolongan Penyakit Hewan Karantina - Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Ha...
Penggolongan Penyakit Hewan Karantina - Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Ha...Penggolongan Penyakit Hewan Karantina - Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Ha...
Penggolongan Penyakit Hewan Karantina - Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Ha...Tata Naipospos
 
Surveilans dan Monitoring Vaksinasi Untuk Pengendalian PMK - RAKOR BVet Bukit...
Surveilans dan Monitoring Vaksinasi Untuk Pengendalian PMK - RAKOR BVet Bukit...Surveilans dan Monitoring Vaksinasi Untuk Pengendalian PMK - RAKOR BVet Bukit...
Surveilans dan Monitoring Vaksinasi Untuk Pengendalian PMK - RAKOR BVet Bukit...Tata Naipospos
 
Risiko Masuk dan Menyebarnya ASF- Asosiasi Epidemiologi Veteriner (AEVI), Bog...
Risiko Masuk dan Menyebarnya ASF- Asosiasi Epidemiologi Veteriner (AEVI), Bog...Risiko Masuk dan Menyebarnya ASF- Asosiasi Epidemiologi Veteriner (AEVI), Bog...
Risiko Masuk dan Menyebarnya ASF- Asosiasi Epidemiologi Veteriner (AEVI), Bog...Tata Naipospos
 
Persyaratan Kelompok Ternak Bebas Brucellosis - Presentasi Zoom, 1 Maret 2021
Persyaratan Kelompok Ternak Bebas Brucellosis - Presentasi Zoom, 1 Maret 2021Persyaratan Kelompok Ternak Bebas Brucellosis - Presentasi Zoom, 1 Maret 2021
Persyaratan Kelompok Ternak Bebas Brucellosis - Presentasi Zoom, 1 Maret 2021Tata Naipospos
 
Mengenal ASF dan Mekanisme Penanganannya di Babi Hutan - KLHK, 2 Juni 2021
Mengenal ASF dan Mekanisme Penanganannya di Babi Hutan - KLHK, 2 Juni 2021Mengenal ASF dan Mekanisme Penanganannya di Babi Hutan - KLHK, 2 Juni 2021
Mengenal ASF dan Mekanisme Penanganannya di Babi Hutan - KLHK, 2 Juni 2021Tata Naipospos
 
 Kesehatan ternak unggas
 Kesehatan ternak unggas Kesehatan ternak unggas
 Kesehatan ternak unggasMuhammad Eko
 
Mempertahankan Status Bebas PMK Indonesia Sesuai Ketentuan OIE - Pusvetma, Su...
Mempertahankan Status Bebas PMK Indonesia Sesuai Ketentuan OIE - Pusvetma, Su...Mempertahankan Status Bebas PMK Indonesia Sesuai Ketentuan OIE - Pusvetma, Su...
Mempertahankan Status Bebas PMK Indonesia Sesuai Ketentuan OIE - Pusvetma, Su...Tata Naipospos
 
Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...
Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...
Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...Tata Naipospos
 
Penyakit Penyakit pada Ternak di Indonesia 2015
Penyakit Penyakit pada Ternak di Indonesia 2015Penyakit Penyakit pada Ternak di Indonesia 2015
Penyakit Penyakit pada Ternak di Indonesia 2015Nusdianto Triakoso
 
Pengendalian dan Penanganan African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan - Presentas...
Pengendalian dan Penanganan African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan - Presentas...Pengendalian dan Penanganan African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan - Presentas...
Pengendalian dan Penanganan African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan - Presentas...Tata Naipospos
 

What's hot (20)

Strategi Vaksinasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Ditkeswan-AIHSP, 4-6 Januari 2022
Strategi Vaksinasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Ditkeswan-AIHSP, 4-6 Januari 2022Strategi Vaksinasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Ditkeswan-AIHSP, 4-6 Januari 2022
Strategi Vaksinasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Ditkeswan-AIHSP, 4-6 Januari 2022
 
Analisis Situasi Penyakit Mulut dan Kuku di India (Bag. 2) - Ditjen PKH, Bogo...
Analisis Situasi Penyakit Mulut dan Kuku di India (Bag. 2) - Ditjen PKH, Bogo...Analisis Situasi Penyakit Mulut dan Kuku di India (Bag. 2) - Ditjen PKH, Bogo...
Analisis Situasi Penyakit Mulut dan Kuku di India (Bag. 2) - Ditjen PKH, Bogo...
 
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...
 
Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis - Ditkeswan - Presentasi Zoo...
Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis -  Ditkeswan - Presentasi Zoo...Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis -  Ditkeswan - Presentasi Zoo...
Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis - Ditkeswan - Presentasi Zoo...
 
Respon Laporan Surveilans PMK 2021 dan Potensi Ancaman PMK Bagi Indonesia - P...
Respon Laporan Surveilans PMK 2021 dan Potensi Ancaman PMK Bagi Indonesia - P...Respon Laporan Surveilans PMK 2021 dan Potensi Ancaman PMK Bagi Indonesia - P...
Respon Laporan Surveilans PMK 2021 dan Potensi Ancaman PMK Bagi Indonesia - P...
 
Epidemiologi, Dampak Ekonomi dan Peluang Pemberantasan LSD - IDHSI, 19 Maret ...
Epidemiologi, Dampak Ekonomi dan Peluang Pemberantasan LSD - IDHSI, 19 Maret ...Epidemiologi, Dampak Ekonomi dan Peluang Pemberantasan LSD - IDHSI, 19 Maret ...
Epidemiologi, Dampak Ekonomi dan Peluang Pemberantasan LSD - IDHSI, 19 Maret ...
 
Simulasi Pencegahan dan Penyebaran ASF di Provinsi Sulut - BARANTAN, Menado,1...
Simulasi Pencegahan dan Penyebaran ASF di Provinsi Sulut - BARANTAN, Menado,1...Simulasi Pencegahan dan Penyebaran ASF di Provinsi Sulut - BARANTAN, Menado,1...
Simulasi Pencegahan dan Penyebaran ASF di Provinsi Sulut - BARANTAN, Menado,1...
 
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
 
Masuk dan Menyebarnya LSD dan PMK di Indonesia - PDHI Riau-KEMIN Indonesia, P...
Masuk dan Menyebarnya LSD dan PMK di Indonesia - PDHI Riau-KEMIN Indonesia, P...Masuk dan Menyebarnya LSD dan PMK di Indonesia - PDHI Riau-KEMIN Indonesia, P...
Masuk dan Menyebarnya LSD dan PMK di Indonesia - PDHI Riau-KEMIN Indonesia, P...
 
Roadmap Pembebasan Rabies Menuju Indonesia Bebas Rabies 2030 - PUSVETMA, Sura...
Roadmap Pembebasan Rabies Menuju Indonesia Bebas Rabies 2030 - PUSVETMA, Sura...Roadmap Pembebasan Rabies Menuju Indonesia Bebas Rabies 2030 - PUSVETMA, Sura...
Roadmap Pembebasan Rabies Menuju Indonesia Bebas Rabies 2030 - PUSVETMA, Sura...
 
Penggolongan Penyakit Hewan Karantina - Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Ha...
Penggolongan Penyakit Hewan Karantina - Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Ha...Penggolongan Penyakit Hewan Karantina - Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Ha...
Penggolongan Penyakit Hewan Karantina - Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Ha...
 
Surveilans dan Monitoring Vaksinasi Untuk Pengendalian PMK - RAKOR BVet Bukit...
Surveilans dan Monitoring Vaksinasi Untuk Pengendalian PMK - RAKOR BVet Bukit...Surveilans dan Monitoring Vaksinasi Untuk Pengendalian PMK - RAKOR BVet Bukit...
Surveilans dan Monitoring Vaksinasi Untuk Pengendalian PMK - RAKOR BVet Bukit...
 
Risiko Masuk dan Menyebarnya ASF- Asosiasi Epidemiologi Veteriner (AEVI), Bog...
Risiko Masuk dan Menyebarnya ASF- Asosiasi Epidemiologi Veteriner (AEVI), Bog...Risiko Masuk dan Menyebarnya ASF- Asosiasi Epidemiologi Veteriner (AEVI), Bog...
Risiko Masuk dan Menyebarnya ASF- Asosiasi Epidemiologi Veteriner (AEVI), Bog...
 
Persyaratan Kelompok Ternak Bebas Brucellosis - Presentasi Zoom, 1 Maret 2021
Persyaratan Kelompok Ternak Bebas Brucellosis - Presentasi Zoom, 1 Maret 2021Persyaratan Kelompok Ternak Bebas Brucellosis - Presentasi Zoom, 1 Maret 2021
Persyaratan Kelompok Ternak Bebas Brucellosis - Presentasi Zoom, 1 Maret 2021
 
Mengenal ASF dan Mekanisme Penanganannya di Babi Hutan - KLHK, 2 Juni 2021
Mengenal ASF dan Mekanisme Penanganannya di Babi Hutan - KLHK, 2 Juni 2021Mengenal ASF dan Mekanisme Penanganannya di Babi Hutan - KLHK, 2 Juni 2021
Mengenal ASF dan Mekanisme Penanganannya di Babi Hutan - KLHK, 2 Juni 2021
 
 Kesehatan ternak unggas
 Kesehatan ternak unggas Kesehatan ternak unggas
 Kesehatan ternak unggas
 
Mempertahankan Status Bebas PMK Indonesia Sesuai Ketentuan OIE - Pusvetma, Su...
Mempertahankan Status Bebas PMK Indonesia Sesuai Ketentuan OIE - Pusvetma, Su...Mempertahankan Status Bebas PMK Indonesia Sesuai Ketentuan OIE - Pusvetma, Su...
Mempertahankan Status Bebas PMK Indonesia Sesuai Ketentuan OIE - Pusvetma, Su...
 
Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...
Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...
Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...
 
Penyakit Penyakit pada Ternak di Indonesia 2015
Penyakit Penyakit pada Ternak di Indonesia 2015Penyakit Penyakit pada Ternak di Indonesia 2015
Penyakit Penyakit pada Ternak di Indonesia 2015
 
Pengendalian dan Penanganan African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan - Presentas...
Pengendalian dan Penanganan African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan - Presentas...Pengendalian dan Penanganan African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan - Presentas...
Pengendalian dan Penanganan African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan - Presentas...
 

Similar to Epidemiologi, Vaksin dan Vaksinasi PMK - Direktorat Kesehatan Hewan, 8-9 Agustus 2022

Manajemen Kedaruratan PMK - MEAT & LIVESTOCK AUSTRALIA (MLA) - 2 Juni 2022
Manajemen Kedaruratan PMK - MEAT & LIVESTOCK AUSTRALIA (MLA) - 2 Juni 2022Manajemen Kedaruratan PMK - MEAT & LIVESTOCK AUSTRALIA (MLA) - 2 Juni 2022
Manajemen Kedaruratan PMK - MEAT & LIVESTOCK AUSTRALIA (MLA) - 2 Juni 2022Tata Naipospos
 
Dampak dan Antisipasi Masuknya PMK ke Indonesia Bagi Peternakan Babi - ASOSIA...
Dampak dan Antisipasi Masuknya PMK ke Indonesia Bagi Peternakan Babi - ASOSIA...Dampak dan Antisipasi Masuknya PMK ke Indonesia Bagi Peternakan Babi - ASOSIA...
Dampak dan Antisipasi Masuknya PMK ke Indonesia Bagi Peternakan Babi - ASOSIA...Tata Naipospos
 
Faktor Risiko Pulau Karantina - Pusat KH dan Kehani, BARANTAN, Bogor, 26 Sept...
Faktor Risiko Pulau Karantina - Pusat KH dan Kehani, BARANTAN, Bogor, 26 Sept...Faktor Risiko Pulau Karantina - Pusat KH dan Kehani, BARANTAN, Bogor, 26 Sept...
Faktor Risiko Pulau Karantina - Pusat KH dan Kehani, BARANTAN, Bogor, 26 Sept...Tata Naipospos
 
Kewaspadaan Terhadap African Swine Fever - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 20 Me...
Kewaspadaan Terhadap African Swine Fever - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 20 Me...Kewaspadaan Terhadap African Swine Fever - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 20 Me...
Kewaspadaan Terhadap African Swine Fever - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 20 Me...Tata Naipospos
 
Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...
Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...
Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...Tata Naipospos
 
Pengurangan Risiko Salmonella Enteritidis Pada Ayam Petelur - Ditkesmavet - P...
Pengurangan Risiko Salmonella Enteritidis Pada Ayam Petelur - Ditkesmavet - P...Pengurangan Risiko Salmonella Enteritidis Pada Ayam Petelur - Ditkesmavet - P...
Pengurangan Risiko Salmonella Enteritidis Pada Ayam Petelur - Ditkesmavet - P...Tata Naipospos
 
Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut
Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulutPenyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut
Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulutOperator Warnet Vast Raha
 
Penyakit_Mulut_dan_Kuku.pptx
Penyakit_Mulut_dan_Kuku.pptxPenyakit_Mulut_dan_Kuku.pptx
Penyakit_Mulut_dan_Kuku.pptxHerlianty Rukmana
 
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan
Penyajian Data Sistem Informasi KesehatanPenyajian Data Sistem Informasi Kesehatan
Penyajian Data Sistem Informasi KesehatanSittiNurIndah
 
Penyajian Data Informasi Kesehatan
Penyajian Data Informasi KesehatanPenyajian Data Informasi Kesehatan
Penyajian Data Informasi Kesehatansindhysoara
 
Epidemiologi Avian Influenza - KIVNAS PDHI, Jakarta, 12 Juli 2006
Epidemiologi Avian Influenza - KIVNAS PDHI, Jakarta, 12 Juli 2006Epidemiologi Avian Influenza - KIVNAS PDHI, Jakarta, 12 Juli 2006
Epidemiologi Avian Influenza - KIVNAS PDHI, Jakarta, 12 Juli 2006Tata Naipospos
 
Identifikasi Risiko dan Metoda Deteksi Dini Dalam Kasus Pelaporan Terduga PMK...
Identifikasi Risiko dan Metoda Deteksi Dini Dalam Kasus Pelaporan Terduga PMK...Identifikasi Risiko dan Metoda Deteksi Dini Dalam Kasus Pelaporan Terduga PMK...
Identifikasi Risiko dan Metoda Deteksi Dini Dalam Kasus Pelaporan Terduga PMK...Tata Naipospos
 
Ilmu penyakit unggas
Ilmu penyakit unggasIlmu penyakit unggas
Ilmu penyakit unggasHidayatmaskar
 
Asuhan keperawatan pada klien flu burung a
Asuhan keperawatan pada klien flu burung aAsuhan keperawatan pada klien flu burung a
Asuhan keperawatan pada klien flu burung aimanem skynet
 
Opsi Pengendalian dan Manajemen Risiko African Swine Fever - Ditkeswan, Denpa...
Opsi Pengendalian dan Manajemen Risiko African Swine Fever - Ditkeswan, Denpa...Opsi Pengendalian dan Manajemen Risiko African Swine Fever - Ditkeswan, Denpa...
Opsi Pengendalian dan Manajemen Risiko African Swine Fever - Ditkeswan, Denpa...Tata Naipospos
 
Proposal kti keperawatan
Proposal kti keperawatanProposal kti keperawatan
Proposal kti keperawatanDinnurAulia
 
Situasi PMK di Dunia dan Pengaruh Perdagangan Global Terhadap Ancaman PMK di ...
Situasi PMK di Dunia dan Pengaruh Perdagangan Global Terhadap Ancaman PMK di ...Situasi PMK di Dunia dan Pengaruh Perdagangan Global Terhadap Ancaman PMK di ...
Situasi PMK di Dunia dan Pengaruh Perdagangan Global Terhadap Ancaman PMK di ...Tata Naipospos
 
SARS-CoV-2 dan Kajian Risiko Masuknya ke Indonesia - Pusat KH & Kehani, BARAN...
SARS-CoV-2 dan Kajian Risiko Masuknya ke Indonesia - Pusat KH & Kehani, BARAN...SARS-CoV-2 dan Kajian Risiko Masuknya ke Indonesia - Pusat KH & Kehani, BARAN...
SARS-CoV-2 dan Kajian Risiko Masuknya ke Indonesia - Pusat KH & Kehani, BARAN...Tata Naipospos
 

Similar to Epidemiologi, Vaksin dan Vaksinasi PMK - Direktorat Kesehatan Hewan, 8-9 Agustus 2022 (20)

Manajemen Kedaruratan PMK - MEAT & LIVESTOCK AUSTRALIA (MLA) - 2 Juni 2022
Manajemen Kedaruratan PMK - MEAT & LIVESTOCK AUSTRALIA (MLA) - 2 Juni 2022Manajemen Kedaruratan PMK - MEAT & LIVESTOCK AUSTRALIA (MLA) - 2 Juni 2022
Manajemen Kedaruratan PMK - MEAT & LIVESTOCK AUSTRALIA (MLA) - 2 Juni 2022
 
Dampak dan Antisipasi Masuknya PMK ke Indonesia Bagi Peternakan Babi - ASOSIA...
Dampak dan Antisipasi Masuknya PMK ke Indonesia Bagi Peternakan Babi - ASOSIA...Dampak dan Antisipasi Masuknya PMK ke Indonesia Bagi Peternakan Babi - ASOSIA...
Dampak dan Antisipasi Masuknya PMK ke Indonesia Bagi Peternakan Babi - ASOSIA...
 
Faktor Risiko Pulau Karantina - Pusat KH dan Kehani, BARANTAN, Bogor, 26 Sept...
Faktor Risiko Pulau Karantina - Pusat KH dan Kehani, BARANTAN, Bogor, 26 Sept...Faktor Risiko Pulau Karantina - Pusat KH dan Kehani, BARANTAN, Bogor, 26 Sept...
Faktor Risiko Pulau Karantina - Pusat KH dan Kehani, BARANTAN, Bogor, 26 Sept...
 
Kewaspadaan Terhadap African Swine Fever - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 20 Me...
Kewaspadaan Terhadap African Swine Fever - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 20 Me...Kewaspadaan Terhadap African Swine Fever - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 20 Me...
Kewaspadaan Terhadap African Swine Fever - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 20 Me...
 
Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...
Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...
Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...
 
Pengurangan Risiko Salmonella Enteritidis Pada Ayam Petelur - Ditkesmavet - P...
Pengurangan Risiko Salmonella Enteritidis Pada Ayam Petelur - Ditkesmavet - P...Pengurangan Risiko Salmonella Enteritidis Pada Ayam Petelur - Ditkesmavet - P...
Pengurangan Risiko Salmonella Enteritidis Pada Ayam Petelur - Ditkesmavet - P...
 
Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut
Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulutPenyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut
Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut
 
Penyakit_Mulut_dan_Kuku.pptx
Penyakit_Mulut_dan_Kuku.pptxPenyakit_Mulut_dan_Kuku.pptx
Penyakit_Mulut_dan_Kuku.pptx
 
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan
Penyajian Data Sistem Informasi KesehatanPenyajian Data Sistem Informasi Kesehatan
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan
 
Malaria
MalariaMalaria
Malaria
 
Penyajian Data Informasi Kesehatan
Penyajian Data Informasi KesehatanPenyajian Data Informasi Kesehatan
Penyajian Data Informasi Kesehatan
 
Epidemiologi Avian Influenza - KIVNAS PDHI, Jakarta, 12 Juli 2006
Epidemiologi Avian Influenza - KIVNAS PDHI, Jakarta, 12 Juli 2006Epidemiologi Avian Influenza - KIVNAS PDHI, Jakarta, 12 Juli 2006
Epidemiologi Avian Influenza - KIVNAS PDHI, Jakarta, 12 Juli 2006
 
Identifikasi Risiko dan Metoda Deteksi Dini Dalam Kasus Pelaporan Terduga PMK...
Identifikasi Risiko dan Metoda Deteksi Dini Dalam Kasus Pelaporan Terduga PMK...Identifikasi Risiko dan Metoda Deteksi Dini Dalam Kasus Pelaporan Terduga PMK...
Identifikasi Risiko dan Metoda Deteksi Dini Dalam Kasus Pelaporan Terduga PMK...
 
Ilmu penyakit unggas
Ilmu penyakit unggasIlmu penyakit unggas
Ilmu penyakit unggas
 
Asuhan keperawatan pada klien flu burung a
Asuhan keperawatan pada klien flu burung aAsuhan keperawatan pada klien flu burung a
Asuhan keperawatan pada klien flu burung a
 
Opsi Pengendalian dan Manajemen Risiko African Swine Fever - Ditkeswan, Denpa...
Opsi Pengendalian dan Manajemen Risiko African Swine Fever - Ditkeswan, Denpa...Opsi Pengendalian dan Manajemen Risiko African Swine Fever - Ditkeswan, Denpa...
Opsi Pengendalian dan Manajemen Risiko African Swine Fever - Ditkeswan, Denpa...
 
Proposal kti keperawatan
Proposal kti keperawatanProposal kti keperawatan
Proposal kti keperawatan
 
Plaque adz
Plaque adzPlaque adz
Plaque adz
 
Situasi PMK di Dunia dan Pengaruh Perdagangan Global Terhadap Ancaman PMK di ...
Situasi PMK di Dunia dan Pengaruh Perdagangan Global Terhadap Ancaman PMK di ...Situasi PMK di Dunia dan Pengaruh Perdagangan Global Terhadap Ancaman PMK di ...
Situasi PMK di Dunia dan Pengaruh Perdagangan Global Terhadap Ancaman PMK di ...
 
SARS-CoV-2 dan Kajian Risiko Masuknya ke Indonesia - Pusat KH & Kehani, BARAN...
SARS-CoV-2 dan Kajian Risiko Masuknya ke Indonesia - Pusat KH & Kehani, BARAN...SARS-CoV-2 dan Kajian Risiko Masuknya ke Indonesia - Pusat KH & Kehani, BARAN...
SARS-CoV-2 dan Kajian Risiko Masuknya ke Indonesia - Pusat KH & Kehani, BARAN...
 

More from Tata Naipospos

Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024Tata Naipospos
 
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...Tata Naipospos
 
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024Tata Naipospos
 
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023Tata Naipospos
 
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023Tata Naipospos
 
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...Tata Naipospos
 
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...Tata Naipospos
 
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...Tata Naipospos
 
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...Tata Naipospos
 
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...Tata Naipospos
 
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...Tata Naipospos
 
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...Tata Naipospos
 
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023Tata Naipospos
 
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...Tata Naipospos
 
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023Tata Naipospos
 
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...Tata Naipospos
 
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...Tata Naipospos
 
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...Tata Naipospos
 
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...Tata Naipospos
 
Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...
Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...
Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...Tata Naipospos
 

More from Tata Naipospos (20)

Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
 
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
 
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
 
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
 
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
 
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
 
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
 
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
 
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
 
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
 
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
 
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
 
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
 
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
 
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
 
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
 
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
 
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
 
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...
 
Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...
Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...
Optimalisasi Peran Karantina Hewan sebagai Otoritas Veteriner di Perbatasan d...
 

Recently uploaded

KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 

Recently uploaded (20)

KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 

Epidemiologi, Vaksin dan Vaksinasi PMK - Direktorat Kesehatan Hewan, 8-9 Agustus 2022

  • 1. pidemiologi, aksin dan aksinasi Penyakit Mulut dan Kuku Drh. Tri Satya Putri Naipospos, MPhil, PhD Komisi Ahli Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Karantina Hewan Rapat Pembahasan Vaksin PMK Untuk Keadaan Tertentu Darurat PMK, Cibubur, Bekasi – 8-9 Agustus 2022
  • 2. Gambaran epidemiologi PMK  PMK utamanya mempengaruhi hewan domestik dan satwa liar, terutama sapi, kerbau, domba, kambing dan babi.  Ada 7 serotipe yang berbeda secara imunologis yang diidentifikasi oleh huruf A, O, C, Asia1, SAT 1, SAT 2, dan SAT 3.  Dalam setiap serotipe ada variasi antigenik yang luas yang mempengaruhi efikasi proteksi silang yang diberikan oleh vaksin.  Virus-virus tidak hanya berbeda secara antigenik, tetapi juga dalam karakteristik dalam tropisme hospes dan penularan (transmissibility).  PMK harus diakui sebagai penyakit yang kompleks dan dikenali ada gambaran epidemiologi yang berbeda dari setiap topotipe virus (virus-virus berbeda secara geografis dan imunologis).
  • 3. Risiko perdagangan  Tidak ada perdagangan tanpa risiko dalam hal masuknya penyakit hewan infeksius, meskipun risiko dapat diestimasi, dikurangi dan dikelola.  Data yang ada mengindikasikan bahwa Asia Selatan adalah sumber wilayah berisiko utama, khususnya India dan Bangladesh.  Sejumlah ternak ruminansia yang signifikan diimpor secara informal dari India dan Bangladesh untuk mensuplai kebutuhan permintaan pasar akan produk hewan di negara-negara lainnya di Asia, termasuk China, Thailand, Malaysia dan Vietnam.  Ternak-ternak ini diperdagangkan melalui pasar ternak di mana mereka berhubungan dekat dengan ternak yang rentan, sehingga memungkinkan dengan mudah menularkan PMK.
  • 4. Perdagangan hewan lintas batas  Secara umum, negara-negara yang memiliki perdagangan hewan lintas batas (transboundary) atau perbatasan yang masih ada celah yang dapat ditembus oleh pergerakan hewan juga mempertahankan ‘lineage’ virus PMK yang sama.  Wilayah tersebut seringkali memiliki variasi dan distribusi spesies hospes yang rentan, praktik peternakan dan sering melakukan saling menukar ternak atau berbagi jalur dan pasar.  Saat ini serotipe A dan O endemik di Asia Tenggara.  Serotipe Asia-1 tidak lagi dilaporkan di wilayah sejak 2009 (kecuali satu deteksi di Myanmar pada April 2017). Sumber: Sutmoller et al. Review Control and eradication of foot-and-mouth disease. Virus Research 91 (2003) 101/144
  • 5. Risiko impor ruminansia kecil  Risiko tertentu ditimbulkan oleh ruminansia kecil, di mana lesi-lesi pada tahap akut PMK seringkali sulit untuk dilihat.  Sebagai konsekuensinya, orang dan material dapat terkontaminasi tanpa disadari dan menyebarkan penyakit dengan cara ini.  PMK juga dapat dengan mudah melintasi perbatasan melalui perdagangan kambing/domba dengan subklinis penyakit.  Namun, jika tidak dipindahkan, ditransportasikan, atau dipasarkan, peran dari kambing/domba dalam penyebaran PMK adalah minor dan hal yang sama berlaku untuk satwa liar. Sumber: Sutmoller et al. Review Control and eradication of foot-and-mouth disease. Virus Research 91 (2003) 101/144
  • 6. Penyebaran virus PMK  Dari semua spesies, secara umum sapi menghasilkan jumlah total terbesar partikel virus infeksius, oleh karenanya sapi adalah sumber utama penyebaran PMK.  Ekskresi oleh sapi dapat dengan mudah melampaui 1.014 partikel virus per ekor per hari, mewakili sekitar 1.010 IU.  Jumlah virus yang diekskresi berperilaku seperti debu yang sangat halus yang menyebar ke tempat-tempat yang dapat terinfeksi dan menempel pada material, hewan dan orang.  Pergerakan sapi yang terinfeksi atau ternak lain selama fase inkubasi atau subklinis adalah sumber utama penyebaran jarak jauh dari PMK. Sumber: Sutmoller et al. Review Control and eradication of foot-and-mouth disease. Virus Research 91 (2003) 101/144
  • 7. ‘Carrier’ PMK  Dalam pengertian epidemiologi umum, istilah ‘carrier’ hanya diberikan kepada hewan-hewan yang mampu menyebarkan infeksi, namun tetap secara klinis tanpa gejala.  Meskipun istilah ‘carrier’ juga digunakan untuk hewan-hewan yang terinfeksi secara persisten dengan virus PMK, tetapi tidak menyiratkan bahwa hewan-hewan ini dapat menularkan penyakit.  Hewan-hewan yang sudah sembuh dari PMK, atau setelah infeksi subklinis, masih dapat membawa sejumlah virus di tenggorokannya.  Begitu juga, hewan-hewan yang divaksinasi dan terproteksi secara klinis di lingkungan yang terkontaminasi dapat menjadi ‘carrier’ virus.  Pada keadaan normal, ‘carrier’ tidak mengekskresikan virus dan virus PMK tidak dapat terdeteksi di lingkungan ‘carrier’.
  • 8. Risiko ‘carrier’  Secara umum, jumlah minimum IU (International Unit) untuk memulai infeksi diperlukan (dosis infeksius minimum).  Risiko ‘carrier’ dalam menghasilkan aerosol virus yang cukup untuk menularkan penyakit adalah sangat rendah.  Risiko ‘carrier’ berdasarkan bukti historis menunjukkan hanya beberapa kasus terjadi selama 100 tahun terakhir di mana sapi ‘carrier’ mungkin memainkan peran dalam introduksi PMK ke kelompok bebas PMK.  Keadaan stres kadang-kadang dapat mengaktifkan virus di tenggorokan hewan ‘carrier’ PMK. Namun, titer virus tidak meningkat setelah mengalami stres alami atau stres buatan yang parah, bahkan ‘carrier’ yang stres tersebut tidak menularkan penyakit.  Vaksinasi tidak dapat mengeliminasi virus pada hewan ‘carrier’.
  • 9. Serotipe O  Isolat dengan identitas sekuens >85% telah ditempatkan dalam kelompok atau topotipe, yang cenderung terbatas dalam distribusi geografisnya.  Ada 10 topotipe dari serotipe O yang dinamakan: 1) Europe-South America (Euro-SA) 6) East Africa 1 (EA-1) 2) Middle East–South Asia (ME-SA) 7) East Africa 2 (EA-2) 3) Southeast Asia (SEA) 8) East Africa 3 (EA-3) 4) Cathay (CHY) 9) Indonesia-1 (ISA1), 5) West Africa (WA) 10) Indonesia-2 (ISA-2).  Virus serotipe O ada di semua benua di mana PMK dilaporkan, dan secara antigenik kurang beragam, sehingga sering menunjukkan proteksi silang yang baik antara strain dibandingkan serotipe lain.
  • 10. Topotipe O/ME-SA  Virus-virus yang termasuk dalam topotipe O/ME-SA terjadi di banyak sublineage genetik.  Virus awalnya ditemukan di India dan kemudian menyebar ke wilayah geografis lainnya.  Di antara topotipe O/ME-SA, beberapa sublineage yang telah didefinisikan sebagai strain, seperti: PanAsia, Ind2001, dan Iran2001, berdasarkan hubungan filogenetik dan perbedaan nukleotida <5%.
  • 11. Sirkulasi serotipe O di Asia Tenggara  Serotipe yang bersirkulasi di wilayah Asia Tenggara adalah O, A, dan Asia-1.  Asia-1 belum dilaporkan lagi sejak 2006 meskipun sirkulasi topotipe ini diduga ada di Kamboja.  Tiga topotipe dari serotipe O yaitu 1. SEA/Mya98; 2. Cathay; 3. ME-SA/PanAsia dan ME-SA/Ind-2001.  Satu topotipe dari serotipe A yaitu Asia/Sea-97 saat ini terus bersirkulasi di Asia Tenggara.
  • 12. Strain O/ME-SA di Asia Tenggara  Strain O/ME-SA/PanAsia menyebar ke negara-negara Asia Tenggara pada awal 2000, menyebabkan konsekuensi ekonomi yang hebat.  Satu dekade berikutnya, pada awal 2010, strain O/ME-SA (O/Ind-2001) dari subkontinen India menyebar ke negara-negara di Asia Tenggara.  Virus-virus O/ME-SA/Ind-2001 sejak 2015 terdeteksi di hampir semua negara-negara endemik PMK di kawasan ini, kecuali Kamboja, Hongkong dan Thailand, sehingga mendorong pentingnya melakukan studi untuk mengkarakterisasi virus-virus ini, baik secara genetik maupun antigenik. Sumber: Upadhyaya S. et al. Molecular Basis of Antigenic Drift in Serotype O Foot-and- Mouth Disease Viruses (2013–2018) from Southeast Asia. Viruses 2021, 13, 1886.
  • 13. Daftar serotipe O strain PMK terdeteksi di Asia tenggara, Asia Timur dan negara-negara tetangga (2013–2020) Negara Cathay SEA/Mya-98 ME-SA/PanAsia ME-SA/Ind-2001 Kamboja - - 2013, 2015–2016, 2018 - China 2013, 2016, 2018 2013, 2018 2018 2017–2018 Hongkong 2013–2019 - - - Laos - 2013, 2016–2017 2018 2015, 2020 Malaysia - 2013–2016 - 2016–2018 Mongolia - 2015, 2018 2014, 2017–2018 2015, 2017–2018 Myanmar - 2013, 2015, 2017 - 2016–2018 Russia - 2019–2020 2014, 2017–2018 2016, 2019 Korsel - 2014–2016 - 2017, 2019 Taiwan 2013 - - - Thailand - 2013–2018 2015, 2017–2018 2016–2018, 2020 Vietnam 2016–2018 2014–2019 2013–2014, 2017–2019 2015–2017, 2019–2020
  • 14. Vaksin PMK  Vaksin PMK saat ini telah berhasil digunakan untuk mensukseskan pemberantasan virus di banyak wilayah di dunia.  Meskipun demikian, vaksin-vaksin ini memerlukan pertumbuhan virus dalam jumlah besar (membutuhkan fasilitas biokontainmen yang tinggi) dan harus diadaptasi secara konstan untuk menjaga strain vaksin tetap cocok (matching) dengan virus yang bersirkulasi.  Dengan tingkat keragaman antigenik virus PMK yang luas, menyebabkan saat ini tidak ada vaksin universal yang mampu memberikan proteksi terhadap semua serotipe virus.  Bahkan vaksin PMK saat ini dapat gagal untuk memproteksi silang beberapa strain dari serotipe yang sama. Sumber: Mana Mahapatra & Satya Parida (2018). Foot and mouth disease vaccine strain selection: current approaches and future perspectives, Expert Review of Vaccines, 17:7, 577-59.
  • 15. Vaksin PMK inaktif  Sebagian besar vaksin PMK inaktif saat ini diproduksi dalam kultur sel suspens Baby Hamster Kidney (BHK-21), dan virus hidup diinaktivitasi menggunakan binary ethyleneimine (BET).  Vaksin-vaksin ini juga hanya memberikan proteksi jangka pendek (4–6 bulan) dan membutuhkan pengiriman rantai dingin yang membuat vaksinasi bermasalah secara logistik and mahal di daerah endemik.  Selain itu, studi menunjukkan virus dapat bertahan di epitelium faring pada > 50% sapi yang terpapar virus, bahkan pada hewan yang divaksinasi.
  • 16. Produksi vaksin PMK  Ada 3 persyaratan penting untuk produksi vaksin virus inaktif: 1) Antigen virus harus diproduksi dalam jumlah besar karena setiap dosis vaksin perlu mengandung virus inaktif dengan tingkat tinggi agar efektif. 2) Preparasi virus harus diinaktivasi sedemkian rupa sehingga tidak ada residual infektivitas yang tersisa tetapi pada saat yang sama imunogenisitas protein permukaan virus perlu dipertahankan. 3) Suatu adjuvan harus ditambahkan ke dalam vaksin untuk memperkuat respons antibodi terhadap protein virus. Sumber: Barteling S.J. Development and performance of inactivated vaccines against foot and mouth disease. Rev. sci. tech. Off. int. Epiz., 2002, 21 (3), 577-588.
  • 17. Tidak ada vaksin tunggal  Strain vaksin yang akan digunakan di wilayah geografis tertentu sangat bergantung pada serotipe dan genotipe yang bersirkulasi di wilayah tersebut.  Saat ini tidak ada informasi yang koheren yang tersedia mengenai penggunaan strain vaksin di berbagai negara/benua, dan informasi yang tersedia dapat bervariasi dari satu negara ke negara lain.  Laboratorum Referensi Dunia untuk PMK (WRLFMD) biasanya merekomendasikan strain vaksin untuk dimasukkan ke dalam cadangan antigen, dan untuk ‘pool virus’ regional yang berbeda. Namun secara umum berlaku sebagai pedoman sementara, mengingat kenyataannya situasi bisa berubah di lapangan karena banyak wabah tidak dilaporkan atau diinvestigasi. Sumber: Mahapatra & Parida. Foot and mouth disease vaccine strain selection: current approaches and future perspectives. Expert Review of Vaccines, 17:7, 577-591.
  • 18. Variabilitas antigenik  Virus penyakit mulut dan kuku (PMK) adalah virus RNA yang sangat bervariasi terdiri dari 7 serotipe yang berbeda.  Variabilitas antigenik di antara dan di dalam serotipe dapat membatasi reaktivitas silang dan oleh karena itu juga mempengaruhi proteksi silang (cross protection) vaksin.  Seleksi strain vaksin yang tepat sangat penting dalam pengendalian PMK.  Penentuan hubungan tidak langsung (nilai r1) antara strain vaksin yang potensial dan strain lapangan berdasarkan respons antibodi terhadap keduanya digunakan secara rutin untuk tujuan pencocokan (matching) vaksin. 18 Sumber: Willems T. et al. FMD vaccine matching: Inter laboratory study for improved understanding of r1 values. Journal of Virological Methods 276 (2020) 113786.
  • 19. Diferensiasi strain virus PMK  Tujuan: ▪ Untuk mempelajari variasi antigenik dan genomik antara strain dalam serotipe untuk investigasi epidemiologis dan kampanye imunoprofilaksis.  Metoda investigasi: 1) Nilai r (r-value) = untuk mengetahui hubungan serologis antara strain virus vaksin dan strain wabah lapangan untuk seleksi bibit vaksin (seed vaccine). 2) Sekuens nukleotida = untuk menganalisis hubungan genetik di antara virus-virus dari strain wabah lapangan. Sumber: Presentasi Linchongsubongkoch W. Vaccine matching strain characterisation of FMDV in SEA region.
  • 20. Seleksi strain vaksin  Seleksi strain vaksin yang tepat menjadi tantangan besar karena kurangnya proteksi silang antara serotipe dan proteksi yang tidak utuh antara beberapa strain dalam serotipe.  Efektivitas vaksin dapat dipengaruhi oleh formulasi vaksin, pendekatan vaksinasi, dan juga oleh munculnya varian lapangan. Oleh karena itu, evaluasi yang tepat tentang kapasitas proteksi dari virus vaksin yang diseleksi sangat penting.
  • 21. Pentingnya seleksi strain vaksin  Dua hal yang paling penting terkait vaksin bahwa vaksin mampu memberikan proteksi yang memadai: 1. Seberapa baik dapat menginduksi kekebalan yang kuat = POTENSI; • Untuk memastikan agar vaksin dapat efektif dalam kejadian wabah PMK. 2. Seberapa dekat hubungannya dengan strain virus lapangan untuk mendapatkan proteksi yang diinginkan = ANTIGENIK/VACCINE MATCHING. • Untuk mengidentifikasi penyimpangan antigenik dan untuk menseleksi strain vaksin baru dari kandidat yang sesuai. Sumber: Presentasi Bulut A.N. Regional Vaccine Matching Results and Recommendations Regarding to Sample Submission
  • 22. Seleksi vaksin PMK  Potensi vaksin  Antigenisitas vaksin yang akan digunakan • Virus PMK memiliki beragam antigenik: tidak saling proteksi antara subtipe dalam serotipe, dan mengalami perubahan antigenik karena mutasi dan rekombinasi.  Pentingnya ‘vaccine matching’ • Contoh kejadian wabah akibat ‘vaccine matching’ yang tidak tepat: – Kasus strain A Iran 05 pada sapi yang divaksinasi A Iran 96 di Timur Tengah. – Wabah SAT 2 di Botswana meskipun menggunakan vaksin trivalen. – O PanAsia 2 di Turki dan Iran. • Masalah efikasi vaksinasi atau ‘vaccine matching’?
  • 23. ‘Vaccine matching’  ‘Vaccine matching’: • Karakterisasi hubungan antigenik antara strain lapangan dari suatu serotipe spesifik dengan strain vaksin (untuk memberikan proteksi terhadap spektrum yang luas dari subtipe dari serotipe tersebut). • Digunakan untuk menentukan bagaimana antigenik virus lapangan ‘MIRIP” dengan virus vaksin.  Tujuan ‘vaccine matching’: 1. untuk memilih vaksin yang paling efektif yang digunakan dalam suatu keadaan tertentu; dan 2. untuk memonitor secara teratur kesesuaian vaksin yang dipertahankan dalam cadangan antigen vaksin. Sumber: Presentasi Bulut A.N. Regional Vaccine Matching Results and Recommendations Regarding to Sample Submission
  • 24. Mengapa ‘vaccine matching’ perlu?  Diversitas antigenik (antigenic diversity) • Perubahan antigenik disebabkan oleh mutasi dan rekombinasi. • Selama replikasi virus, kesalahan terjadi dalam mengcopy proses asam nukleat. Ini dikenal sebagai 'MUTASI’.  Virus RNA seperti virus PMK, menghasilkan tingkat mutasi yang lebih tinggi dari virus DNA, karena tidak ada mekanisme ‘proof-reading’ yang efektif untuk virus RNA.  ‘GENETIC DRIFT’: akumulasi progresif mutasi genetik secara random; mungkin atau tidak mungkin menghasilkan perubahan asam amino.  Jika kode genetik asam amino yang berubah menghasilkan perubahan karakteristik antigenik ANTIGENIC DRIFT. Sumber: Presentasi Bulut A.N. Regional Vaccine Matching Results and Recommendations Regarding to Sample Submission
  • 25. ‘Vaccine matching’ virus PMK serotipe O Sumber: WRL Pirbright (2021)
  • 26. Vaksin serotipe O  Serotipe ini menyebabkan > 60% wabah di seluruh dunia dan ada 11 topotipe yang berbeda secara genetik yang selanjutnya dibagi menjadi genotipe yang berbeda.  Saat ini ada 3 vaksin serotipe O yang digunakan di seluruh dunia: a) O/Campos (topotipe Euro-SA), diseleksi dan diharmonisasikan untuk digunakan di Amerika Selatan; b) O/Manisa atau O/PanAsia-2 (topotipe ME-SA), terutama digunakan di Timur Tengah, Asia termasuk Asia Tenggara dan juga beberapa negara di Afrika; c) O/IND/R2/75 (topotipe ME-SA), terutama digunakan di India.  Amerika Selatan, China dan India hanya mengizinkan produksi dan penggunaan strain vaksin yang berasal dari negara atau wilayahnya.
  • 27. Keterbatasan vaksinasi PMK  Meskipun vaksin PMK inaktif telah tersedia selama beberapa dekade, ada sedikit atau tidak ada sama sekali proteksi silang di seluruh serotipe dan subtipe, sehingga dibutuhkan vaksin yang cocok (matching) dengan strain lapangan yang bersirkulasi.  Vaksin inaktif yang ada saat ini memerlukan:  pertumbuhan virus yang virulen;  dapat menimbulkan ancaman virus keluar dari lokasi manufaktur;  terbatasnya umur simpan (shelf life); dan  memerlukan vaksinasi ulang setiap 4 – 12 bulan. Sumber: Rodriquez and Gay. Review: Development of vaccines toward the global control and eradication of foot-and-mouth disease. Expert Review of Vaccines, Volume 10, 2011 - Issue 3.
  • 28. Penilaian terhadap kemungkinan kegagalan vaksinasi 1. Apakah hewan-hewan yang divaksinasi terproteksi dari PMK?  Efektivitas vaksin (vaccine effectiveness) 2. Apakah hewan-hewan divaksinasi secara memadai?  Cakupan vaksinasi (vaccination coverage) Sumber: Presentasi Theo Knight-Jones (2015). Vaccine effectiveness: measuring vaccine protection in the field.
  • 29. Efektivitas vaksin Setelah wabah: Bandingkan insidensi vaksinasi dan tidak divaksinasi Vaksinasi versus Tidak divaksinasi
  • 30. Efektivitas vaksin Setelah wabah: Bandingkan insidensi vaksinasi dan tidak divaksinasi Vaksinasi versus Tidak divaksinasi Vaksinasi versus Tidak divaksinasi Efektivitas vaksin (VE) = Insidensi vaksinasi Insidensi tidak divaksinasi atau Insidensi tidak divaksinasi – Insidensi vaksinasi Insidensi tidak divaksinasi 1 – X 100% X 100%
  • 31. Efektivitas vaksin Setelah wabah: Bandingkan insidensi vaksinasi dan tidak divaksinasi Vaksinasi versus Tidak divaksinasi Bagaimana efektivitas vaksin (VE) dalam contoh ini: Insidensi vaksinasi = 3/10 = 30% Insidensi tidak divaksinasi = 9/10 = 90% 90 – 30 90 atau 30 90 VE = X 100% = 0,666 = 66,6% VE = 1 – X 100% = 0,666 = 66,6% VE 100% = proteksi lengkap dengan insidensi vaksinasi 0% VE 0% = tidak ada proteksi – insidensi yang sama pada vaksinasi & tidak divaksinasi
  • 32. Kelemahan vaksin PMK  Kurangnya proteksi silang antara serotipe virus PMK serta proteksi yang tidak lengkap antara beberapa subtipe virus PMK mempengaruhi aplikasi vaksin di lapangan.  Lebih jauh, kemunculan varian baru virus PMK secara periodik membuat vaksin yang ada tidak efisien.  Sebagai konsekuensinya, seleksi strain vaksin baik melalui metoda in vivo atau in vitro menjadi persyaratan yang sangat esensial untuk memungkinkan pemanfaatan vaksin yang tepat dan efisien. Sumber: Mahapatra & Parida. Foot and mouth disease vaccine strain selection: current approaches and future perspectives. Expert Review of Vaccines, 17:7, 577-591,
  • 33. Kebutuhan vaksin PMK ke depan  Salah satu keterbatasan utama eradikasi PMK adalah kurangnya vaksin- vaksin yang dirancang untuk tujuan ini, yaitu vaksin yang tidak hanya memproteksi terhadap gejala klinis tapi benar-benar dapat mencegah infeksi dan secara efektif menghentikan siklus penularan alami.  Vaksin yang ideal adalah vaksin yang harus diproduksi secara aman dan murah, didistribusi secara mudah, dan juga mampu menginduksi imunitas seumur hidup terhadap beragam serotipe dan subtipe.  Selanjutnya, perlu ada strategi terintegrasi yang lebih baik yang sesuai dengan kebutuhan spesifik wilayah-wilayah endemik.  Ketersediaan komponen-komponen penting akan sangat meningkatkan peluang untuk pengendalian dan eradikasi global virus PMK. Sumber: Rodriquez and Gay. Review: Development of vaccines toward the global control and eradication of foot-and-mouth disease. Expert Review of Vaccines, Volume 10, 2011 - Issue 3.
  • 34. Kesimpulan  Kurangnya proteksi silang antara serotipe virus PMK serta proteksi yang tidak lengkap antara beberapa subtipe virus PMK mempengaruhi penerapan vaksin di lapangan.  Kemungkinan kemunculan varian baru virus PMK secara periodik dapat membuat vaksin yang digunakan tidak efisien.  Seleksi strain vaksin secara periodik baik dengan metode in vivo atau in vitro menjadi persyaratan penting untuk memungkinkan pemanfaatan vaksin yang tepat dan efisien.