Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Zoonosis Virus
1. Drh Tri Satya Putri Naipospos MPhil PhD
Komisi Ahli Kesehatan Hewan, Kesehatan
Masyarakat Veteriner dan Karantina Hewan
Rapat Koordinasi Antisipasi Wabah Virus Corona
Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian
Jakarta, 4 Februari 2020
SARS-CoV-2 dan Kajian Risiko
Masuknya ke Indonesia
2. Paradigma zoonosis global
• Penyakit menular zoonotik telah menjadi perhatian penting
bagi umat manusia selama lebih dari 10.000 tahun.
• Saat ini, sekitar 75% dari penyakit menular baru muncul
(Emerging Infectious Diseases) adalah zoonosis yang
dihasilkan dari berbagai faktor antropogenik, genetik, ekologis,
sosial ekonomi, dan iklim.
• Faktor-faktor yang saling terkait satu sama lain membuat sulit
untuk memprediksi dan mencegah EIDs zoonotik.
• Meskipun perbaikan signifikan dalam surveilans lingkungan dan
medis, metoda diagnostik klinis, dan praktik medis telah dicapai
dalam beberapa tahun terakhir, EIDs zoonotik tetap menjadi
perhatian utama secara global, dan ancamannya terus
meningkat, terutama di wilayah dunia kurang berkembang.
Sumber: Gebreyes W.A. et al. (2014). PLOS Neglected Tropical Diseases.
3. EIDS zoonotik
• Sejak 1980, lebih dari 87 EIDs zoonosis dan EIDs yang
ditularkan lewat vektor (vector-borne) telah ditemukan.
• Lebih dari 20 tahun, planit kita menghadapi lebih dari 15
wabah zoonosis atau penyakit lewat vektor, yang disebabkan
oleh:
– VIRUS, seperti: Hanta, Ebola, highly pathogenic avian
influenza (H5N1 dan H7N9), West Nile, Rift Valley fever,
norovirus, severe acute respiratory syndrome (SARS),
Marburg, influenza A (H1N1), Middle East respiratory syndrome
(MERS); dan
– BAKTERIAL, seperti Escherichia coli O157:H7, Yersinia pestis,
dan Bacillus anthracis (sebagai penyebab dari hemolytic
uremic syndrome, plague, dan anthrax).
Sumber: Gebreyes W.A. et al. (2014). PLOS Neglected Tropical Diseases.
4. Faktor yang mendorong
kemunculan EIDs zoonosis
• Adaptasi dan perubahan
mikrobial;
• Perubahan kepekaan terhadap
infeksi;
• Iklim dan cuaca;
• Perubahan ekosistim;
• Pembangunan ekonomi;
• Penggunaan tanah;
• Demografi penduduk dan
perilaku;
• Kurangnya kemauan politik
• Kegiatan antropogenik
(deforestasi, kehilangan habitat,
dan perburuan satwa liar untuk
bushmeat) ,
• Peningkatan perjalanan dan
perdagangan internasional;
• Penurunan layanan kesehatan
masyarakat;
• Kesenjangan sosial dan
kemiskinan.
• Perang dan kelaparan
5. Virus Corona (CoV)
• Virus keluarga Coronaviridae yang dapat menyebabkan
penyakit pada burung dan mammalia (termasuk manusia)
(Fischer, 2005).
• Koronavirus diklasifikasikan menjadi 3 golongan utama:
– Golongan 1 dan 2 menginfeksi mamalia, mulai dari kelelawar
hingga manusia; dan
– Golongan 3 hanya ditemukan pada avian (burung) (Thiel, 2007).
• Infeksi virus dapat menimbulkan gejala penyakit yang
bervariasi, mulai dari hampir tidak timbul gejala apapun
hingga gejala fatal dan cepat (Fischer, 2005).
• Infeksi koronavirus dapat menyebabkan berbagai penyakit,
seperti bronkitis, ensefalitis, gastroenteritis, dan hepatitis.
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Koronavirus
6. Struktur Virus Corona
• Struktur tubuh virus terdiri dari membran, selupung lipid
(envelop), glikoprotein menyerupai paku (spike) berbentuk
seperti mahkota, genom RNA positif, dan protein
nukleokapsid (Shatkin, 2006).
• Glikoprotein virus corona dapat berikatan dengan
glikoprotein permukaan sel inang secara spesifik untuk
memulai terjadinya infeksi (Thiel, 2007).
7. Kelompok Virus corona
• Virus corona merupakan kelompok virus yang besar yang
menyebabkan banyak masalah kesehatan (gejala
pernafasan, pencernaan, dan syaraf) pada berbagai
spesies hewan dan manusia.
• Enam virus corona yang diidentifikasi sampai saat in yaitu:
HCoV-229E, HCoV-OC43, HCoV-NL-63, HCoV-HUK-1,
SARS-CoV, and MERS-CoV.
• Dua diantaranya muncul dalam 17 tahun terakhir (Lau and
Chan, 2015) yaitu:
– severe acute respiratory syndrome coronavirus (SARS-CoV),
dan
– Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV).
8. Virus corona pada hewan
• Virus corona (CoV) sudah lama dikaitkan dengan
penyakit-penyakit hewan utama, seperti:
– Calf diarrhea, winter dysentery, bovine respiratory disease
(BRD-CoV), shipping fever pada sapi;
– Porcine respiratory coronavirus (PRCV), porcine epidemic
diarrhea CoV (PEDV), transmissible gastroenteritis virus
(TGEV), swine delta coronavirus (SDCV), swine enteric
coronavirus disease (SECD) pada babi;
– Infectious bronchitis virus (IBV) pada unggas;
– Canine coronavirus infection (CCV) pada anjing;
– Feline enteric CoV (FECoV); Feline Infectious Peritonitis
(FCoV) pada kucing.
9. Virus Corona: Spekrum luas dan
reservoir potensial pada hewan
Sumber: Vebrat A. (2013). Coronavirus Middle East Respiratory Syndrome.
Alphacoronavirus
Betacoronavirus
Delthacoronavirus
Gammacoronavirus
10. Zoonosis: SARS-CoV
• SARS-CoV muncul pada tahun 2003 di
China dan menyebar ke 29 negara
(Peiris et al., 2003).
• Sekitar 8.000 orang terinfeksi, dan 774
orang (10%) diantaranya meninggal
dunia (Aronin dan Sadigh, 2004).
• Musang sawit (palm civet) berperan
penting dalam siklus penularan SARS-
CoV (Wang et al., 2005).
• Sejumlah pasien terbukti pernah
mengunjungi restauran yang
menyediakan daging musang sebagai
makanan (Wang et al., 2005).
11. Pandemik SARS-CoV (2002-2003)
Sumber: Vebrat A. (2013). Coronavirus Middle East Respiratory Syndrome.
Reservoir utama
Hospes perantara
SARS-CoV pada kelelawar
ditularkan ke manusia
setelah berevolusi pada
musang palem Himalaya
(Song et al., 2005).
12. Zoonosis: MERS-CoV
• MERS-CoV muncul pada tahun 2012 di
Saudi Arabia dan menyebar ke 27 negara
(WHO, 2019).
• Sekitar 2.468 orang terinfeksi dan 851
orang (35%) diantaranya meninggal dunia.
• Banyak studi membuktikan adanya kaitan
langsung antara pendedahan terhadap
unta dan daging/susunya dengan kasus
manusia (Reusken et al., 2014).
• Sejumlah studi melaporkan keberadaan
antibodi spesifik dalam serum manusia
berasal dari orang yang kontak dekat
dengan unta (Reusken et al., 2014;
Reusken et al., 2016).
13. Pandemik MERS-CoV (2012-2019)
MERS-CoV pada kelelawar mungkin saja berasal
dari kelelawar vespertilionid dan berevolusi pada
unta dromedaris sebelum menulari manusia
(Corman et al., 2016).
Reservoir utama
Hospes perantara
14. Lokasi geografis deteksi pertama dari sejumlah
virus baru muncul (dengan reservoir)
Virus corona
Virus influenza
Virus adeno
Virus entero
15. Virus Corona dan
Konsep One Health
• Konsep One Health adalah suatu konsep
yang menguraikan kedekatan interaksi
antara manusia, hewan dan lingkungan
(Destoumieux-Garzon et al., 2018).
• Saat ini telah ada tiga virus corona yang
mewakili konsep One Health: SARS-CoV,
MERS-CoV, dan SARS-CoV-2.
• Hewan memainkan peran penting dalam
siklus penularan ketiga virus corona
tersebut (Alshukairi et al., 2018; Wang et
al., 2005).
• Ketiga virus tersebut dibuktikan
bersumber zoonotik (Gao et al., 2016).
16. Sumber SARS-CoV-2
• Sumber SARS-CoV-2 belum diketahui, meskipun kasus awal
dikaitkan dengan pasar makanan laut (seafood) Huanan di
kota Wuhan, Provinsi Hubei, China bagian tengah.
• Banyak dari pasien awal bekerja di pasar atau mengunjungi
pasar tersebut, tapi ada kasus selanjutnya yang tidak punya
kontak dengan pasar, mengindikasikan telah terjadi
penularan manusia ke manusia (H-to-H transmission) atau
sumber hewan yang penyebarannya lebih luas (WHO,
2020).
• Selain makanan laut, ular, burung dan mammalia kecil
lainnya termasuk marmut dan kelelawar juga dijual di pasar.
Sumber: Gralinski L.E and Menachery V.D. (2020). Return of the
Coronavirus: 2019-nCoV. Viruses 2020, 12, 135 .
17. SARS-CoV-2 mirip dengan virus
corona pada kelelawar
• Sampel lingkungan yang diambil dari pasar Huanan menunjukkan
positif adanya virus corona baru (novel coronavirus), tetapi tidak
terkait dengan hewan secara spesifik (Gralinski & Menacherry,
2020)
• Laporan awal dari ahli mengindikasikan bahwa ular mungkin
menjadi sumber dari SARS-CoV-2 (Ji W. Et al., 2020), tetapi
kemudian dibantah oleh para ahli lain (Robertson et al., 2020).
• SARS-CoV-2 berbagi sekuens 79,5% dengan SARS-CoV, 50%
dengan MERS-CoV dan 96% identik dengan virus corona
pada kelelawar (Zhou P. et al., 2020; Lu R. et al., 2020).
• SARS-CoV-2 telah dikonfirmasi menggunakan reseptor sel
yang sama (ACE2) seperti SARS-CoV (Zhou P. et al., 2020).
18. Hubungan deforestasi dengan
populasi kelelawar
• Asia Tenggara adalah wilayah di dunia yang mengalami tingkat
deforestasi terbesar dengan kehilangan 30% permukaan hutan
selama 40 tahun terakhir.
• Di Indonesia, tingkat pertumbuhan deforestasi meningkat dari
21% di tahun 1980-an menjadi 31,5% saat ini.
• Deforestasi terkait dengan peningkatan lahan pertanian dan
pertumbuhan kota yang dikelola secara buruk.
• Pertumbuhan demografi menghasilkan tekanan terhadap
penggunaan tanah, lahan pertanian dan deforestasi, dengan
kegiatan paling umum dilakukan yaitu budidaya, pembalakan
hutan (logging), dan perburuan.
• Karena evolusi penggunaan tanah, populasi kelelawar hidup
dekat dengan area pemukiman (Reuter et al., 2016).
Sumber: Afelt A. et al., 2018. Front. Microbiol., 11 April 2018
20. Apakah hewan bertanggung jawab
terhadap infeksi COVID-19 pada manusia?
• Data sekuens genetik mengungkapkan bahwa SARS-CoV-2
adalah relatif dekat dengan CoV lainnya yang bersirkulasi
pada populasi kelelewar Rhinolophus (kelelawar sepatu
kuda).
• Meskipun ada dugaan bahwa introduksi awal SARS-CoV-2
ke manusia kemungkinan berasal dari sumber hewan, rute
utama dari penularan selanjutnya menunjukkan penularan
dari manusia ke manusia (H-H transmission).
• Investigasi yang terus berlangsung adalah penting untuk
mengidentifikasi sumber hewan (termasuk spesiesnya) dan
mengembangkan peran potensial dari ‘reservoir’ hewan
untuk penyakit ini.
Sumber: https://www.oie.int/scientific-expertise/specific-information-and-
recommendations/questions-and-answers-on-2019novel-coronavirus/
21. Pernyataan OIE tentang
COVID-19
• Deteksi COVID-19 pada hewan masuk dalam kriteria untuk
dilaporkan ke OIE melalui WAHIS, sesuai dengan OIE Terrestrial
Animal Health Code sebagai suatu penyakit baru muncul
(emerging disease).
• Untuk itu, setiap deteksi SARS-CoV-2 pada hewan (termasuk
informasi mengenai spesies, uji diagnostik, dan informasi
epidemiologi yang relevan) harus dilaporkan ke OIE.
EMERGING DISEASE
artinya setiap kejadian suatu penyakit, infeksi atau investasi baru pada hewan,
yang menyebabkan dampak signifikan pada hewan atau kesehatan
masyarakat yang dihasilkan dari:
- suatu perubahan dari agen patogen yang telah diketahui sebelumnya atau
penyebaran ke wilayah geografis atau spesies yang berbeda; atau
- suatu agen agen patogen atau penyakit yang tidak diketahui sebelumnya
yang didiagnosa untuk pertama kalinya.
22. Kelelawar: Reservoir alamiah virus
• Diestimasi ada 900 sampai lebih dari
1.200 spesies kelelawar di dunia,
membentuk populasi seperlima dari total
populasi mammalia dunia, urutan terbesar
kedua setelah rodensia.
• Negara kepulauan Indonesia adalah
rumah bagi sekitar 175 spesies kelelawar.
• Sekitar 62 spesies kelelawar di dunia
ditemukan di Sulawesi (Heinrichs et al.,
1997).
• Kelelawar diketahui sebagai reservoir alamiah dari virus-virus
menular potensial baru muncul, seperti virus Lyssa, virus corona,
virus Ebola, virus Nipah, dan banyak lagi (Febriani et al., 2018).
Sumber: https://www.worldatlas.com/articles/how-many-bats-are-there-in-the-world.html
23. Kelelawar dikonsumsi manusia
• Di Asia, 56 spesies kelelawar diburu dan dikonsumsi oleh
penduduk berpendapatan rendah (Mildenstein et al., 2016).
• Kelelawar juga digunakan untuk obat-obatan tradisional
(Walker, 2005; Ashwell and Walston, 2008) dan di
peternakan untuk produksi ‘guano’ (Chhay, 2012; Thi et al.,
2014).
• Studi-studi ekologi dan epidemiologi untuk mengidentifikasi
perubahan lanskap dan praktik manusia yang
memungkinkan virus corona ‘spillover’ dari kelelawar ke
manusia (Plowright et al., 2015).
Sumber: Afelt A. et al. (2018). Frontiers in Microbiology.
24. Virus corona di kelelawar
• Kelelawar menyimpan banyak virus-virus (Calisher et al.,
2006) dan khususnya virus corona, yang mewakili 31%
dari keseluruhan virus (Chen et al., 2014).
• Kelelawar menunjukkan resistensi yang luar biasa
terhadap virus (Omatsu et al., 2007; Storm et al., 2018).
• Risiko munculnya sebuah penyakit kelelawar CoV baru
oleh karena itu dapat dibayangkan.
• Kelelawar terinfeksi secara alamiah atau eksperimental
tidak menunjukkan gejala klinis penyakit, sehingga
kelelawar dipertimbangkan sebagai reservoir atau hospes
leluhur untuk beberapa CoV (Banerjee et al., 2018).
25. Penilaian risiko masuknya virus-
virus kelelawar ke Indonesia
• Rujukan dalam presentasi ini: Simons R.R.L. et al. A Generic
Quantitative Risk Assessment Framework for the Entry of Bat-
Borne Zoonotic Viruses into the European Union. PLoS ONE
11(10): e0165383.
• Suatu kerangka ‘risk assessment’ untuk introduksi virus-virus
asal kelelawar(bat-borne viruses) ke Uni Eropa melalui sejumlah
rute yang diidentifikasi sebelumnya, yaitu:
– perjalanan orang;
– perdagangan legal (seperti bahan makanan dan produk asal
hewan);
– lalu lintas hewan hidup; dan
– importasi ‘bushmeat’ ilegal.
• Studi ini digunakan untuk mengilustrasikan secara kualitatif
risiko masuknya suatu virus kelelawar ke Indonesia.
26. Perjalanan orang
• Perluasan jaringan udara merupakan
jalur penting yang semakin meningkat
untuk introduksi dan proliferasi
penyakit-penyakit menular di tahun-
tahun terakhir ini.
• Penularan dari M ke M telah
terdokumentasi, kasus dan kematian
terus berlanjut.
• Kasus lebih lanjut diperkirakan juga
dari penumpang terinfeksi asal
Provinsi Hubei.
• Berdasarkan informasi yang tersedia,
potensi dampak terjadinya wabah
COVID-19 adalah tinggi.
Probabilitas
penumpang
terinfeksi di
negara
pengekspor
Probabilitas orang
terinfeksi
masuk Indonesia
Probabilitas
paling tidak
satu orang
terinfeksi masuk
Indonesia
Prevalensi infeksi
pada manusia di
negara pengekspor
Waktu sampai
timbul gejala
klinis
Jumlah
penumpang ke
Indonesia
Sumber: Modifikasi dari Simons R.R.L. et al. (2016).
PLoS ONE 11(10): e0165383
Risiko
masuk ke
Indonesia
HIGH
27. Impor perdagangan legal
• Volume berbagai produk yang cukup
besar masuk ke Indonesia, termasuk dari
negara-negara dimana ada virus
kelelawar zoonotik (bat-borne zoonotic).
• Sejumlah produk (contohnya produk
hewan dan buah) mungkin terkontaminasi
virus dari spesies satwa liar di negara
pengekspor, sehingga berrisiko jika virus
bertahan selama perjalanan.
• Tidak ada data soal keberadaan virus asal
kelelawar pada produk impor.
• Produk umumnya dapat memperlihatkan
gejala kontaminasi, tetapi tidak halnya
dengan virus asal kelelawar ini, sehingga
deteksi sulit dilakukan.
Probabilitas
produk
terkontaminasi
Probabilitas
produk pada
saat masuk
ke Indonesia
Probabilitas
paling tidak
satu produk
terkontaminasi
masuk Indonesia
Prevalensi infeksi
pada spesies
reservoir di
negara pengekspor
Kerusakan virus
krn lingkungan,
pemrosesan
dan transportasi
ke Indonesia
Jumlah produk
yang diekspor
ke Indonesia
Risiko
masuk ke
Indonesia Sumber: Modifikasi dari Simons R.R.L. et al. (2016).
PLoS ONE 11(10): e0165383
VERY
LOW
28. Impor satwa liar
• Setiap satwa liar yang diimpor ke
Indonesia harus memiliki izin yang diatur
berdasarkan CITES dan hukum
Indonesia.
• Spesies hewan dari negara pengekspor
mungkin menjadi terinfeksi jika mereka
peka dan terdedah dengan suatu dosis
infeksius virus.
• Sama halnya dengan manusia, mungkin
ada fase sub-klinis dimana hewan-hewan
ini bisa masuk ke Indonesia tanpa
terdeteksi infeksinya, atau seperti
kelelawar dalam kasus Nipah dimana
mereka merupakan ‘carrier’ asimptomatik.
Probabilitas
satwa liar
terinfeksi
Probabilitas
satwa liar
saat masuk
ke Indoneiia
Probabilitas
paling tidak
satu satwa liar
terinfeksi
masuk Indonesia
Prevalensi infeksi
pada spesies
reservoir di
negara pengekspor
Waktu sampai
timbul gejala
klinis
Jumlah satwa
liar yang
diimpor
Indonesia
Risiko
masuk ke
Indonesia Sumber: Modifikasi dari Simons R.R.L. et al. (2016).
PLoS ONE 11(10): e0165383
LOW
29. Impor bushmeat ilegal
• Bushmeat adalah istilah umum untuk
menggambarkan daging dari berbagai
spesies satwa liar.
• Kelelawar dianggap sebagai bushmeat,
tetapi tidak ada data mengenai
penyitaaan ilegal.
• Spesies lain juga dianggap sebagai
bushmeat, seperti primata dan kijang
kecil, yang diketahui peka terhadap
sejumlah virus asal kelelawar.
• Bushmeat dapat masuk ke Indonesia
lewat kargo, tetapi bisa juga lewat bagasi
penumpang pesawat udara.
Prevalensi infeksi
pada spesies
reservoir di
negara pengekspor
Probabilitas
konsinyasi
‘bushmeat’
terkontaminasi
Data
penyitaan
Probabilitas
orang
membawa
‘bushmeat’ ke
Indonesia
Probabilitas
paling tidak satu
konsinyasi
’bushmeat’
terkontaminasi
masuk Indonesia
Jumlah
bushmeat
yang diimpor
ke Indonesia
Risiko
masuk ke
Indonesia
Sumber: Modifikasi dari Simons R.R.L. et al. (2016).
PLoS ONE 11(10): e0165383
LOW
30. T
Perjalanan orang Perdagangan legal Satwa liar Impor bushmeat
Probabilitas
penumpang
terinfeksi di
negara
pengekspor
Probabilitas
orang
terinfeksi
masuk
Indonesia
Probabilitas
paling tidak
satu orang
terinfeksi
masuk
Indonesia
Prevalensi
infeksi
pada manusia di
negara
pengekspor
Waktu
sampai timbul
gejala klinis
Jumlah
penumpang
ke Indonesia
Probabilitas
produk
terkontaminasi
Probabilitas
produk pada
saat masuk
ke Indonesia
Probabilitas
paling tidak
satu produk
terkontaminasi
masuk Indonesia
Prevalensi infeksi
pada spesies
reservoir di
negara pengekspor
Waktu sampai
timbul gejala
klinis
Jumlah produk
yang diekspor
ke Indonesia
Probabilitas
hewan
terinfeksi
Probabilitas
Hewan
terinfeksi
saat masuk
ke Indonesia
Probabilitas
paling tidak
satu hewan
terinfeksi
masuk Indonesia
Prevalensi infeksi
pada spesies
reservoir di
negara pengekspor
Kerusakan virus
krn lingkungan,
pemrosesan
dan transportasi
ke Indonesia
Jumlah hewan
yang
melakukan
perjalanan ke
Indonesia
Prevalensi infeksi
pada spesies
reservoir di
negara
pengekspor
Probabilitas
konsinyasi
‘bushmeat’
terkontaminasi
Data
penyitaan
Probabilitas
orang
membawa
‘bushmeat’ ke
Indonesia
Probabilitas
paling tidak satu
konsinyasi
’bushmeat’
terkontaminasi
masuk
Indonesia
Jumlah
bushmeat
yang diimpor
ke Indonesia
Risko keseluruhan masuk Indonesia
Sumber: Modifikasi dari
Simons R.R.L. et al. (2016).
PLoS ONE 11(10): e0165383
Pengawasan
Kemenkes
HIGH VERY
LOW
LOW LOW
31. Hasil Penilaian Risiko
• Hasil penilaian risiko dengan menggunakan COVID-19 sebagai
contoh mengindikasikan bahwa perjalanan orang adalah rute
introduksi yang paling mungkin dari virus corona, diikuti dengan
impor satwa liar, impor bushmeat ilegal dan impor perdagangan
legal.
32. Faktor pemicu zoonosis di China
• Urbanisasi dan kaitannya dengan perubahan penggunaan tanah
(land-use), dibarengi dengan kenaikan konsumsi daging telah
membawa reservoir penyakit-penyakit satwa liar lebih dekat
dengan ternak dan masyarakat (Wang et al. 2008; Daszak 2000;
Daszak et al. 2001; Myers et al. 2013).
• China sekarang menjadi negara perdagangan terbesar di dunia,
dan dalam beberapa tahun terakhir perdagangannya ke hampir
setiap wilayah di dunia telah meningkat secara signifikan.
• Risiko penyakit menular global yang diciptakan oleh pertumbuhan
perdagangan China berasal dari fakta bahwa pasar internasional
memfasilitasi pergerakan patogen di seluruh dunia secara bebas
baik oleh komoditi dan orang (Perrings et al. 2005; Knobler et al.
2006; Tatem et al. 2006; Hulme 2009; Perrings 2010; Kilpatrick
2011).
33. Penutup
• Urbanisasi dan semakin sering terjadi percampuran antara
hewan-hewan yang berbeda di wilayah yang padat penduduknya
atau di pasar, mungkin saja telah memfasilitasi munculnya
(emergence) dan munculnya kembali (re-emergence) sejumlah
virus (Lau and Chan, 2015; Al-Thayib, 2019).
• Virus corona dikenal sebagai virus yang mempunyai kemampuan
mutasi dan tingkat rekombinasi yang tinggi, yang memungkinkan
virus tersebut mudah untuk melintasi hambatan spesies dan
beradaptasi dengan hospes barunya (Lau and Chan, 2015).
• Dalam keadaan wabah dan penularan dari M ke M, maka
perjalanan orang secara konsisten menjadi rute yang paling
berisiko untuk masuknya COVID-19 ke Indonesia. Sedangkan
impor satwa liar, impor bushmeat ilegal dan impor perdagangan
legal risikonya rendah sampai sangat rendah dengan estimasi
prevalensi SARS-CoV-2 pada kelelawar di China sangat rendah.
34. “It is clear that no one discipline or sector of
society has enough knowledge and resources
to prevent the emergence or resurgence of
diseases in today’s globalized world.”