2. Sektor perunggasan di lima negara di Asia
Tenggara yang dilanda HPAI 2003–2005
Negara Sektor 1 Sektor 2 Sektor 3 Sektor 4
Kamboja < 1% unggas < 1% unggas 99,9%
peternak, 90%
unggas
Indonesia 3,5% unggas,
ekspor &
konsumsi nasional
21,2% unggas 11,8% unggas 63,4% unggas
Laos Kecil 10% unggas 90% unggas
Thailand 70% produksi,
ekspor penting
20% produksi 10% produksi, 98+% produsen
Vietnam Kecil 20-25%
produksi,
beberapa
produsen
10-15%
produksi,
beberapa
produsen
65% produksi,
kemungkinan
70% unggas
Sumber: Rushton et al (2005)
3. Seroprevalensi H5N1 pada
pekerja kandang ayam
Kelompok
umur
(tahun)
Jumlah
pekerja
kandang
Jumlah
(%) positif
uji MN
Jumlah (%)
MN positif
dengan uji
WB
Jumlah
(%)
positif uji
WB
Jumlah
kasus
Perkiraan
sero
prevalens
H5
15 – 29 142 20 (14) 12 (60) 3 (25) 134 3,5
30 – 44 806 233 (29) 132 (57) 56 (42) 705 12,3
45 – 59 577 191 (33) 87 (46) 22 (25) 473 8,4
Total 1.525 444 (29) 231 (52) 81 (35) 1.312 10,0
• 444 (29,1%) positif dengan uji mikronetralisasi (MN)
• Dari 444, 231 (52%) diuji dengan Western Blot (WB), dan 81 (35%) positif
• Persentase sampel MN positif yang juga WB positif, seropositif H5 sekitar 10%
Sumber: Bridges et al. Risk of Influenza A (H5N1) Infection among Poultry Workers, Hong Kong, 1997-1998 (2001)
4. Risiko berdasarkan kegiatan yang
berkaitan dengan unggas
Kegiatan:
1. operasi ritel ayam
2. dagang atau kerja
di pembibitan atau
peternakan ayam
3. pemotongan ayam
4. memberi makan
ayam
5. penyiapan bahan
ayam untuk
6. Pekerja kandang
Sumber: Bridges et al. Risk of Influenza A (H5N1) Infection among Poultry
Workers, Hong Kong, 1997-1998 (2001)
5. Kabupaten Pasar
tradisional
Spesies unggas Jumlah
sampel
Positif
virus H5N1
Positif
antibodi
H5N1
Denpasar Sanglah Ayam kampung
Pedaging
10
10
0
0
2
3
Badung Badung Petelur
Itik
5
5
0
0
5
2
Kumbasari Ayam kampung
Pedaging
5
5
0
0
4
2
Tabanan Dauh Pala Ayam kampung
Pedaging
10
10
0
0
4
3
Karangasem Seraya Ayam kampung
Pedaging
Petelur
Itik
Entok
10
3
5
2
1
0
0
0
0
0
7
3
5
0
0
Buleleng Seririt Ayam kampung
Petelur
5
5
1
0
4
4
Anyar Pedaging
Itik
5
5
0
1
2
1
Jumlah 101 2 52 (51,5%)
Prevalensi avian influenza di pasar ayam
tradisional di Bali (Agustus 2005)
Sumber: A. A. Gde Putra dan K. Santhia (BPPV R-VI Denpasar)
6. Distribusi wabah HPAI gelombang
kedua menurut spesies di Thailand
Data wabah HPAI berdasarkan
seluruh kasus yang
dikonfirmasi secara laboratoris
mulai dari 3 Juli sampai 8
November 2004
Sebagian besar kejadian
wabah secara klinis ditemukan
pada ayam, yaitu 64% dari
seluruh kejadian wabah
Itik menempati urutan kedua
dengan 28% dari seluruh
kejadian wabah
7. Distribusi wabah HPAI menurut propinsi
pada ayam (kiri), itik (tengah) dan
produksi padi MT (kanan)
Propinsi Suphanburi
bukan hanya menjadi
wilayah “hotspot” tetapi
juga “epicentre” untuk
itik dan HPAI, dengan
43% dari total kejadian
wabah
Propinsi ini juga tercatat
sebagai wilayah
dengan volume
produksi padi tinggi,
menunjukkan suatu
wilayah dengan tipe
agro-ekologi tertentu
8. ◆ Situasi darurat yang kompleks (complex
emergency situation)
◆ Situasi epidemiologis yang kompleks
(complex epidemiological situation):
◼ Manusia tertular (tidak di semua tempat)
◼ Strain berbeda yang bersirkulasi (penyakit
berbeda?)
◼ Pemahaman konvensional
Latar Belakang
9. Pola munculnya wabah
Sistem Produksi
Ternak
- Tren produksi
- Populasi ternak
- Pola perdagangan
- Rantai pasar
Risiko kesehatan
manusia
- Virulensi
- Peningkatan paparan
- Praktek budaya
Eko-epidemiologi
virus
- Virulensi
- Evolusi virus
- Populasi virus
- Reservoir
Ancaman
pandemik
10. Pengendalian HPAI pada sumbernya
(control at the animal source)
◆ Reservoir virus menimbulkan risiko
terjadinya pandemi
◆ Eliminasi virus pada sumbernya adalah
suatu yang sangat penting
◆ Isu kesehatan hewan harus mendapatkan
prioritas tertinggi dalam memerangi krisis AI
12. Empat pola epidemi (wabah)
1. Jepang, Korea – genotipe V, sejumlah kecil wabah
tetapi multisentris di Jepang, infeksi pada manusia
tidak ada, pada unggas tidak ada penyakit lagi
2. China – multipel genotipe, tersebar dimana-mana
3. Asia Tenggara – genotipe Z, kasus manusia 4 negara,
gelombang pertama multisentris, gelombang kedua
diamati lebih terfokus, berkaitan dengan pola
perdagangan dan spesies unggas reservoir, terutama
itik
4. Indonesia – genotipe Z, infeksi pada manusia,
multisentris, kemungkinan dua fase
13. Infeksi Virus AI: Konsekuensi
Kesehatan Masyarakat
◆ Paparan Risiko Infeksi: Penilaian H5N1 HPAI, Hong Kong,
1997 – kasus manusia (J. Inf. Dis, 180:505-508, 1999)
◼ Risiko: terpapar unggas hidup 1 minggu sebelum sakit
◼ Bukan risiko: perjalanan, penyiapan atau makan daging ayam, atau
terpapar pada kasus AI manusia
◆ 10 kasus manusia di Vietnam (NEJM 350 [12]:1179-88,
2004)
◼ 8 dari 9 kasus, secara langsung menangani unggas atau terpapar
unggas sakit 1 minggu sebelum onset
◼ Tidak termasuk dalam mengorganisasikan pemusnahan atau
peternakan unggas yang besar
◆ Jenis unggas: ayam kampung & pasar ayam hidup
14. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam
melaksanakan program pengendalian
◆ Setiap negara/zona/kompartemen harus melaksanakan
suatu penilaian terhadap situasi flu burung di negaranya
mencakup beberapa hal dibawah ini :
- Faktor epidemiologi, termasuk sistim peternakan dan
sistim pemasaran
- Faktor biologis
- Faktor ekonomi
- Faktor politik
- Faktor sosial
15. Dengan H5N1 HPAI, adanya klinis
penyakit seperti puncak yang kelihatan
dari suatu gunung es (tip of an iceberg)
16. Referensi (1)
Chen H, Smith GJ, Li KS, Wang J, Fan XH, Rayner JM, Vijaykrishna D,
Zhang JX, Zhang LJ, Guo CT, Cheung CL, Xu KM, Duan L, Huang K,
Qin K, Leung YH, Wu WL, Lu HR, Chen Y, Xia NS, Naipospos TSP,
Yuen KY, Hassan SS, Bahri S, Nguyen TD, Webster RG, Peiris JS,
Guan Y.
Establishment of multiple sublineages of H5N1 influenza
virus in Asia: implications for pandemic control.
Proc Natl Acad Sci U S A. 2006 Feb 21;103(8):2845-50.
17. Sublineage (kelompok keterkaitan)
virus genotipe Z di Asia
1. VTM (Vietnam, Thailand dan Malaysia)
2. GD (Guangdong)
3. HN (Hunan)
4. YN (Yunan)
5. IDN (Indonesia)
18. Hipotesa “Influenza epicenter”
◆ Virus-virus yang diisolasi dari beberapa provinsi di
China selatan (Guangdong, Guangxi, dan Hunan)
memiliki campuran genotipe Z, V, W, dan G
◆ Gs/GD/1/96 dideteksi berasal dari di China selatan
tahun 1996 dan karena wilayah ini memiliki virus-
virus dengan keragaman genetik terbesar, maka
sangat mungkin China selatan merupakan sumber
timbulnya dan kembalinya virus HPAI H5N1
◆ Penemuan ini membuktikan bahwa China selatan
adalah “influenza epicenter”
19. Penyebaran ke Indonesia dari
China selatan
◆ Virus H5N1 secara persisten hidup di tempat
kelahirannya di China selatan, untuk selama hampir 10
tahun dan secara berulang diintrodusir ke negara
tetangga seperti Vietnam dan juga negara yang jauh
seperti Indonesia
◆ Pengalaman di Hongkong, Jepang dan Korea selatan
menunjukkan bahwa deteksi dini dan pemusnahan
unggas secara besar-besaran dikombinasikan dengan
tindakan lain, terbukti efektif untuk mengendalikan virus
HPAI H5N1
20. Referensi (2)
Evolution and adaptation of H5N1 influenza virus in
avian and human hosts in Indonesia and Vietnam.
Virology. 2006 May 17
Smith GJ, Naipospos TSP, Nguyen TD, de Jong MD,
Vijaykrishna D, Usman TB, Hassan SS, Nguyen TV, Dao TV, Bui
NA, Leung YH, Cheung CL, Rayner JM, Zhang JX, Zhang LJ,
Poon LL, Li KS, Nguyen VC, Hien TT, Farrar J, Webster RG,
Chen H, Peiris JS, Guan Y.
21. Introduksi virus H5N1
◆ Dari hasil analisa phylogenetik dapat dinyatakan
bahwa seluruh virus H5N1 baik dari Indonesia dan
Vietnam berasal dari satu kali introduksi, dan sangat
mungkin dari unggas domestik di China selatan
◆ Selanjutnya, endemisitas dari virus yang berlangsung
terus menghasilkan pembentukan kelompok geografis
berbeda untuk masing-masing sublineage Indonesia
dan Vietnam
22. Grup virus H5N1 di Indonesia
(2003 – 2005)
◆ Grup A (Indonesia tengah dan timur) termasuk
virus-virus dari Pulau Jawa, Sulawesi Selatan dan
Timor Barat
◆ Grup B (Indonesia tengah dan timur) termasuk
virus-virus dari Pulau Jawa, Pulau Bali, Pulau
Flores dan Timor Barat
◆ Grup C (Indonesia tengah dan barat) termasuk
virus-virus dari Pulau Jawa dan Pulau Sumatera,
dan juga Pulau Bangka
23. • Grup A, B dan C
terdapat di Pulau
Jawa
• Grup A menyebar ke
Propinsi Sulawesi
Selatan
• Grup B menyebar ke
Pulau Bali dan Pulau
Flores
• Grup C menyebar ke
Pulau Sumatera,
termasuk Pulau
Bangka
25. Karakterisasi molekuler virus H5N1
◆ Kebanyakan virus dari Indonesia memiliki
motif multiple asam amino pada HA cleavage
site dengan karakteristik QRERRRKKR/G
◆ Dua dari virus yang berasal dari Kulon Progo
kehilangan asam amino Lys dengan
karakteristik QRERRRKR/G
26. Analisis terhadap virus
◆ Sekuens genetik lengkap terhadap dua virus yang
diisolasi dari kluster ini telah selesai dilakukan oleh
laboratorium acuan WHO di Hongkong dan CDC USA
◆ Dari sekuens seluruh delapan segmen ditemukan bahwa
tidak ada bukti “genetic reassortment” dengan virus-virus
manusia atau babi dan tidak ada bukti terjadi mutasi
secara nyata
◆ Virus-virus tersebut memperlihatkan tidak bermutasi yang
dihubungkan dengan resistensi terhadap inhibitor
neuraminidase, termasuk oseltamivir (Tamiflu).
◆ Virus manusia dari kluster ini secara genetik sama
dengan virus yang diisolasi dari unggas di Sumatera
Utara yang diisolasi dari kejadian wabah yang lalu
WHO, 23 May 2006
27. Sekuens virus H5N1 Indonesia
◆ Sekuens H5N1 unggas dari Indonesia mempunyai
sekuens umum RERRRKKR dan sekuens ini diambil
dari isolat yang dikumpulkan dalam rentang waktu
2003 to 2005
◆ Namun demikian, isolat virus manusia dari tahun 2005
memiliki sekuens RESRRKKR
◆ Sekuens ini tidak ditemukan pada virus H5N1 Indonesia
atau H5N1 lainnya yang ada di GenBank. Namun
demikian, satu sekuens masih belum definitif karena
ada sejumlah sekuens yang tidak menyebarluas dan
kurang signifikan
28. Epidemiological and community
based surveillance
◆ Pendekatan epidemiologis perlu dilakukan di area
dimana menurut sejarahnya pernah dilaporkan
unggas terinfeksi dibandingkan dengan area
dimana tidak pernah dilaporkan ada unggas infeksi
◆ Di setiap daerah tersebut, suatu surveilans
terintegrasi harus dilaksanakan dengan mengambil
berbagai sampel dari hewan dan manusia yang
memperlihatkan ada hubungan epidemiologis (risk
factors)
29. Pertanyaan yang belum bisa dijawab
(unanswered questions)
1. Apakah ancaman H5N1 terhadap manusia akan terus berkurang, atau akankah
mutasi yang jarang terjadi atau kejadian reassortmen akan menghasilkan
penularan dari manusia ke manusia?
2. Akankan virus dapat ditularkan ke babi, hipotetis hospes intermediate, dan
dapatkan virus ditularkan dari babi ke babi?
3. Akankan virus H5N1 yang menjadi endemik pada unggas di Asia, selanjutnya
akan menyebar ke seluruh dunia?
4. Apa peranan burung-burung akuatik migrasi liar dalam penyebaran virus H5N1?
5. Akankan penggunanna vaksin dapat mencegah penyebaran virus atau mungkin
menghambat evolusi virus?
6. Dapatkah vaksin yang dibuat dengan menggunakan teknolosi reverse-genetics
disetujui, dimanufaktur, dan diuji sebelum penularan dari manusia ke manusia
terjadi?
7. Dapatkah inhibitor NA menyediakan tingkat prophylaksi yang memadai dan
efektivitas therapeutik terhadap virus H5N1 yang ganas, dan akankan virus yang
antineuraminidase-resistent timbul jika obat ini telah digunakan secara meluas?