Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas sejarah dan persebaran wabah penyakit African swine fever di dunia dari tahun 1921 hingga 2019, termasuk jalur penularannya melalui hewan atau produk hewani dan transportasi. Dokumen tersebut juga memberikan saran untuk memperketat aturan karantina hewan di bandara dan pelabuhan untuk mencegah masuknya virus penyakit tersebut ke Indonesia.
1. KONDISI AFRICAN SWINE FEVER
DI DUNIA DAN JALUR PENULARANNYA
DRH. TRI SATYA PUTRI NAIPOSPOS, MPHIL, PHD
Rapat Evaluasi Teknis Perkarantinaan Hewan
Badan Karantina Pertanian
Bogor, 11-12 September 2019
2. • 1921: Ditemukan di Kenya
Saat ini: endemik di
sebagian besar sub-
Sahara Afrika termasuk di
Pulau Madagaskar
• 2005-2014: 27 negara
melaporkan kejadian ASF
SEJARAH: AFRIKA
Sumber: Center for Food Security And Public Health, Iowa State University, 2018
3. • 1957: Kejadian pertama kali di
luar Afrika
- Portugal
• 1960an: Portugal dan Spanyol
• 1970-1980an: Menyebar ke
wilayah Eropa lainnya
Belanda, Italia, Perancis, Belgia
• 1990an: Penyakit berhasil
diberantas
• Tetap endemik di Pulau Sardinia
SEJARAH: EROPA
Sumber: Center for Food Security And Public Health, Iowa State University, 2018
4. • 1963: Virus diisolasi dari caplak
lunak
Ornithodoros erraticus
• 1971: Western Hemisphere
(belahan barat)
Kuba, Republik Dominika,
Haiti, Brazil
Penyakit berhasil diberantas
SEJARAH: VEKTOR CAPLAK
Sumber: Center for Food Security And Public Health, Iowa State University, 2018
5. • 2007: Republik Georgia
Menyebar di Wilayah
Kaukasus (Eurasia),
Armenia, Azerbaijan, Rusia
dan Belarus
• 2015: Eropa Timur
Lithuania, Latvia,
Polandia, Rumania
• Babi liar di Timur Tengah
(Iran)
SEJARAH: EURASIA
Sumber: Center for Food Security And Public Health, Iowa State University, 2018
6. • Cina: Pertama kali dilaporkan. Babi domestik
• Belgia: Babi liar
• Hungaria, Estonia, Latvia, Lithuania, Rusia, Polandia,
Ukraina, Bulgaria, Rumania
WABAH ASF (2018)
Sumber: Center for Food Security And Public Health, Iowa State University, 2018
7. PENULARAN ASF KE ASIA TENGGARA
Sejak kejadian ASF
pertama kali di Cina
Agustus 2018,
penyakit ini telah
menyebar ke
Mongolia (Januari
2019), Vietnam
(Februari 2019),
Kamboja (Maret
2019), Hongkong
(Mei 2019), Korea
Utara (Mei 2019),
Laos (Juni 2019)
dan kemudian ke
Myanmar (Agustus
2019).
Cina (Agustus 2018)
Myanmar (Agustus 2019)
Vietnam (Februari 2019)
Kamboja (Maret 2019)
Laos (Juni 2019)
Sumber: OIE Regional Representation for Asia and the Pacific. Situational updates of ASF
in Asia and the Pacific (Agustus 2019)
8. Negara # wabah # wabah
berlangsung
% wilayah
administrative tertular
# hewan yang
dimusnahkan
Cina 157 54 100 (32/32) 1.170.000
Mongolia 11 0 28,6 (6/21) 2.855
Vietnam 6082 6082 98,4 (62/63) 3.798.010
Kamboja 13 0 20 (5/25) 3.673
Hongkong 2 0 100 (1/1) 4.160
Korea Utara 1 1 9 (1/11) 99
Laos 94 94 83,3 (15/18) 25.776
Myanmar 3 3 6,6 (1/15) 69
KUMULATIF WABAH ASF (SEJAK 2018)
Sumber: OIE Regional Representation for Asia and the Pacific. Situational updates of ASF
in Asia and the Pacific (Agustus 2019)
9. WABAH ASF DI ASIA (SAMPAI 5 SEP 2019)
Sumber: FAO - ASF situation in Asia update (September 2019)
11. SEJARAH: INTRODUKSI VIRUS UNTUK
MUNCULNYA WABAH
• Produk daging babi yang tidak dimasak/kurang dimasak
diberikan kepada babi (impor, ilegal)
Portugal , Spanyol (1960); Itali (1983); Belgia (1985); Rusia
(2008); Rumania, Cina (2018)
• Limbah/sampah daging babi mentah di pelabuhan udara
atau laut
Lisbon (1957), Malta, Sardinia (1978), Georgia (2007)
• Lalulintas babi liar yang terinfeksi
Rusia (2008)
Sumber: Center for Food Security And Public Health, Iowa State University, 2018
12. Babi hidup
Daging babi
& produknya
Semen &
embrio
Orang / peralatan
terkontaminasi
Sisa-sisa katering lewat
transportasi internasional
(kapal, pesawat)
Impor
legal
Babi
terinfeksi
Daging babi
& produk
terinfeksi
Semen &
embrio
terinfeksi
Sisa-sisa
disposal
Hasil/sisa-sisa
disposal diberikan
ke babi/lewat vektorBabi
peka di
Indonesia
Impor
legal/illega
l atau
tentengan
Impor
legal
Masuk
legal/illegal
atau bawa
tentengan
Daging babi
terinfeksi
SKENARIO UMUM: Rute yang mungkin
bagi virus ASV untuk masuk ke
Indonesia
Sumber: Modifikasi dari Evira Research Reports 5/2011. Possible
routes of entry into the country for African swine fever – Risk profile
BATAS NEGARA
SKENARIO 1
SKENARIO 2 dan 3
13. Daging babi/produk daging babi
yang diproses dengan
pemanasan yang tidak cukup
Impor
secara
komersial
Impor legal
untuk
penggunaan
pribadi
Impor ilegal
Daging babi &
produk
terinfeksi
Instrumen, obyek,
peralatan, dan trofi
hasil berburu yang
terkontaminasi dengan
daging yang terinfeksi
Babi
peka di
Indonesia
Sisa-sisa produk
daging terinfeksi yang
terbuang di alam
Vektor
Sisa-sisa disposal
diberikan ke babi
(swill feeding)
SKENARIO 1: Rute virus ASV
lewat daging babi / produk
daging babi
Sumber: Modifikasi dari Evira Research Reports 5/2011. Possible routes of entry into
the country for African swine fever – Risk profile
BATAS NEGARA
14. DAYA TAHAN VIRUS DALAM PRODUK
MENGANDUNG DAGING BABI
Produk
Waktu
bertahan
(hari)
Produk
Waktu
bertahan
(hari)
Daging tanpa tulang 105 Daging diasap tanpa tulang 30
Daging dengan tulang 105 Daging beku 1000
Daging 105 Jeroan 105
Daging asin tanpa tulang 182 Kulit/lemak 300
Daging dimasak tanpa tulang 0 Ham spesial (Serano) 183
Daging kaleng 0 Sosis (Parma) 300
Daging kering dengan tulang 300 Sosis (Iberian) 140
Sumber: summarised by Adkin et al., 2004. Risk assessment for the illegal import of contaminated meat and meat products
into Great Britain and the subsequent exposure of GB livestock (IIRA): Foot and Mouth Disease (FMD, Classical Swine
fever (CSF), African swine fever (ASF), Swine Vesicular disease (SVD). Veterinary Laboratories Agency, New Haw.
15. Negara Tahun Sumber infeksi Asal negara
Portugal 1957 Daging babi mentah di bandar udara Angola
Spanyol 1960 Swill feeding Portugal
Portugal 1960 Daging babi ?
Malta 1978 Sisa daging babi di bandar udara Iberian peninsular
Spanyol 1971 Sisa makanan – sisa pakan Cuba
Sardinia 1978 Sisa daging babi di bandar udara Iberian peninsular
Belgia 1985 Daging babi dan swill feeding Spanyol
Belanda 1985 Swill feeding dan sisa katering Iberian peninsular
Spanyol 1978 Sisa katering internasional Brazil
Spanyol 1992 Vektor
Georgia 2007 Sisa katering kapal laut Mozambique
Lithuania 2014 Lalulintas babi liar Belarus
Rumania 2017 Menyebar krn perkawinan/inseminasi Eropa Timur
Rep. Czech 2017 Lemak daging babi impor Ukraina
Cina 2018 Sumber tidak diketahui, mungkin
karena babi liar dan penyebaran tidak
terdeteksi di peternakan babi rakyat
Rusia (sangat
mungkin)
Belgia 2018 Swill feeding ke babi liar Eropa Timur
KEJADIAN ASF YANG LALU DI UNI EROPA
• Sisa katering
Internasional
merupakan
penyebab
kejadian ASF di
Uni Eropa
(Portugal 1957,
Malta 1978,
Sardinia 1978
Spanyol 1978,
Belanda 1995).
• Tidak ada
kejadian ASF di
Uni Eropa melalui
cara ini sejak
diberlakukan
pelarangan ‘swill
feeding’ pada
2001.
Sumber: DEFRA (2018)
16. • Wisatawan internasional yang gagal
mendeklarasikan tumbuhan dan
hewan yang dibawa ke Australia akan
dikenakan denda, dan kemungkinan
tuntutan kriminal dan/atau diteruskan
ke pengadilan (melanggar ketentuan
yang ditetapkan oleh Department of
Agriculture).
• Dari bawaan penumpang terdeteksi
fragmen-fragmen virus ASF dan PMK
pada dendeng babi (pork jerky), sosis
dan produk-produk babi lainnya yang
telah dideklarasi pada bulan Desember
2018 lalu dan January-February 2019.
CONTOH: DAGING BABI YANG DIBAWA MASUK
KE AUSTRALIA UNTUK PENGGUNAAN PRIBADI
17. Sisa-sisa katering lewat
transportasi internasional
(kapal laut, pesawat udara)
Sisa-sisa
disposal katering
diberikan ke babi
Sisa-sisa
disposal
rumah tangga
Sisa-sisa disposal
katering di
peternakan babi
(swill feeding)
Sisa-sisa disposal
katering yang
terbuang di alam
Sisa disposal/
katering di tempat
sampah
Hewan ‘carrier’
(misal: tikus,
burung)
SKENARIO 2: Rute virus ASV
lewat sisa-sisa katering
transportasi internasional
Sumber: Modifikasi dari Evira Research Reports 5/2011. Possible routes of
entry into the country for African swine fever – Risk profile
BATAS NEGARA
Babi
peka di
Indonesia
Babi liar
peka di
Indonesia
18. • Suatu studi untuk mengestimasi risiko virus ASF
bagi Uni Eropa melalui 3 tipe rute transportasi: 1)
truk yang kembali, 2) sisa dari kapal laut
internasional dan 3) sisa dari pesawat terbang
internasional yang datang dari negara tertular ASF.
• Risiko tertinggi untuk introduksi ASF dikaitkan
dengan truk yang kembali yaitu 65% dari total risiko
semua tipe rute transportasi.
• Sisa dari kapal laut internasional merupakan alur
yang paling relevan kedua dikaitkan dengan risiko.
• Sisa dari pesawat terbang internasional merupakan
alur ketiga, akan tetapi diestimasi paling berisiko
bagi Inggris, Perancis dan Jerman.
INTRODUKSI ASF KE UNI EROPA LEWAT
RUTE TRANSPORTASI
Sumber: Mur L. et al. 2012. Risk of African swine fever introduction into the European Union through transport-associated
routes: returning trucks and waste from international ships and planes. BMC Vet Res. 2012; 8: 149
19. Orang di luar negeri yang
terkontaminasi pada saat mengunjungi
suatu peternakan babi tertular
Perjalanan
ke Indonesia
Pekerja/konsultan
asing bekerja di
peternakan babi
Pemilik/pekerja
Indonesia bekerja di
peternakan babi
Pariwisata ke
desa/pengunjung
lainnya
Babi
peka di
Indonesia
Tidak mematuhi
aturan biosekuriti
di peternakan babi
SKENARIO 3: Rute virus ASV lewat
orang dari luar negeri yang
terkontaminasi pada saat
mengunjungi peternakan babi tertular
BATAS NEGARA
20. • Pekerja asing:
Republik Czech dari Ukraina, 2017 (Satran, 2017)
Hungaria, 2018 (OIE, 2018)
• Pengungsi:
Kuba dari Haiti, 1980 (Morilla, 2002)
Tanzania dari Uganda atau Burundi, 2004 (Wambura et al.,
2006)
• Turis:
Belgia dari Spanyol, 1985 (Biron et al., 1987)
Ukraina dari Rusia, 2012 (ProMED-mail, 2012)
JALUR PERSONAL (WISATAWAN)
22. • Penguatan pelaksanaan Pasal 56 Peraturan Pemerintah No.
82/2000 tentang Karantina Hewan:
1) Media pembawa lain berupa sampah, sisa makanan penumpang, kotoran,
sisa pakan dan bangkai hewan serta barang atau bahan yang pernah
berhubungan dengan hewan yang diturunkan dari alat angkut di tempat
pemasukan atau tempat transit, harus dimusnahkan oleh penanggung
jawab alat angkut di bawah pengawasan petugas karantina.
2) Media pembawa lain berupa sisa makanan atau produk yang tidak
memenuhi persyaratan karantina yang terlanjur dibawa oleh penumpang
ke tempat pemasukan, harus dibuang pda kotak sampah karantina.
• Skenario 1 dan 2 dapat dilakukan; skenario 3 mungkin sulit
dilakukan.
• Pemeriksaan dan pengambilan sampel dari sisa makanan
penumpang untuk dilakukan uji laboratorium (RT-PCR).
RELEVANSI UNTUK PETUGAS KARANTINA
23. SWILL FEEDING – DAPATKAH KITA
MEMBUATNYA LEBIH AMAN?
DRH. TRI SATYA PUTRI NAIPOSPOS, MPHIL, PHD
24. • Pemerintah Cina membentuk 3 km zona wabah dan 10 km zona
penyangga di sekeliling zona wabah. Suatu pengendalian lalulintas babi
hidup yang ketat diintroduksi, dan penutupan pasar-pasar babi hidup di
provinsi tertular dan provinsi yang berdekatan
• Pemerintah Cina lebih memperkuat transportasi daging babi daripada
babi hidup. Studi memperlihatkan bahwa 62% dari 21 kejadian ASF
pertama berkaitan dengan ‘swill feeding’. Pelarangan ‘swill feeding’
kepada babi di seluruh wilayah negara dan rekording kendaraan
transportasi ternak diimplementasi.
• Studi epidemiologi dari 68 wabah menunjukkan bahwa ada 3 penyebab
utama dari penyebaran virus ASF di Cina: 46% oleh kendaraan dan
pekerja tanpa disinfeksi, 34% oleh ‘swill feeding’, dan 19% oleh transpor
babi hidup dan produknya antar wilayah.
PEMBELAJARAN DARI WABAH ASF DI CINA
Sumber: FAO - ASF China situation update (May 2019)
25. • Definisi sisa-sisa makanan (swill):
sisa-sisa katering/dapur dalam bentuk sisa-sisa makanan yang
dicampur dengan air untuk diberikan kepada babi.
• Secara historis, sisa-sisa makanan adalah makanan yang
paling tradisional yang diberikan kepada babi.
• Kemampuan untuk mengandalkan sisa-sisa makanan
adalah insentif yang paling memungkinkan untuk
domestikasi babi.
• Jika suatu sumber regular dari sisa-sisa makanan (swill)
tersedia, maka pemeliharaan babi menguntungkan”.
SISA-SISA MAKANAN (SWILL)
Sumber: Penrith M.L. (2014). Swill Feeding – Can We Make It Safer? (Presentation OIE Webinar 1 -
ASF for South East Asia – swill treatment)
26. • Legislasi tersedia di tingkat internasional, regional dan nasional,
kebanyakan melarang ‘swill feeding’.
• Banyak negara memiliki legislasi yang melarang ‘swill feeding’ atau
menetapkan kondisi agar ‘swill feeding’ menjadi aman.
• Masalahnya adalah pada implementasi – tidak seorangpun memiliki
sumberdaya yang cukup untuk memonitor apa yang telah diberikan
kepada setiap dan di masing-masing peternakan babi.
• Babi seringkali dipelihara oleh orang miskin sebagai suatu strategi
penanggulangan – mematuhi peraturan adalah kurang penting
dibandingkan daya tahan ekonomi.
• Kita perlu mencari jalan untuk mengelola ‘swill feeding’ secara aman.
HARUSKAH ‘SWILL FEEDING’ DIREGULASI
DENGAN PERATURAN PERUNDANGAN?
Sumber: Penrith M.L. (2014). Swill Feeding – Can We Make It Safer? (Presentation OIE
Webinar 1 - ASF for South East Asia – swill treatment)
27. SUMBER SISA-SISA MAKANAN (SWILL)
• Kafe
• Restoran
• Klub
• Rumah sakit
• Panti jompo
• Kantin sekolah
• Klub olahraga
• Tempat pemotongan daging
• Tempat pembuatan roti
• Supermarket
• Hotel
• Supermarket
• Outlet makanan ‘takeaway’
• Rumah tangga
• Pasar
• Pabrik sosis
• Sisa katering pesawat udara
/kapal laut
Sumber: Australian Veterinary Association (AVA). Information for veterinarians working
with clients who own or manage pigs.
28. • Sisa-sisa makanan yang diolah
secara baik (pabrikan, pasar
sayuran) tidak menyebabkan risiko
• Sisa-sisa makanan yang tidak
diolah secara baik (dapur, ritel,
katering) dapat menyebabkan
risiko tinggi
TIDAK SEMUA BAGIAN DARI SISA-SISA
MAKANAN MENIMBULKAN RISIKO UNTUK BABI
Sumber: Penrith M.L. (2014). Swill Feeding – Can We Make It Safer? (Presentation OIE
Webinar 1 - ASF for South East Asia – swill treatment)
29. • Langkah 1: Ternak babi terinfeksi diproses menjadi produk daging di luar
negeri.
• Langkah 2: Daging atau produk daging terinfeksi secara legal atau ilegal
diimpor atau dibawa sebagai tentengan ke Indonesia dan tidak terdeteksi
oleh karantina.
• Langkah 3: Sisa-sisa makanan yang mengandung daging atau produk
daging terinfeksi diberikan kepada babi.
• Langkah 4: Ternak babi menjadi terinfeksi dengan penyakit eksotik yang
serius seperti ASF atau PMK
• Langkah 5: Penyakit menyebar secara cepat ke ternak babi lainnya
melalui lalu lintas babi dan material terinfeksi.
BAGAIMANA ‘SWILL FEEDING’
MENYEBABKAN PENYAKIT PADA BABI?
Sumber: Department of Primary Industries, New South Wales Government, Australia
30. • Tatalaksana pakan babi sangat bergantung pada limbah dapur, pasar, restoran
serta hasil ikutan pertanian yang dilakukan sejalan dengan kondisi sosial
ekonomi masyarakat setempat – Penelitian di Nabire (Pattiselanno, dkk. 1999).
• Sebagian besar peternak masih memberikan makanan sisa rumah atau
restoran yang tidak dimasak dengan sempurna sebelum diberikan pada babi –
penelitian di kota Kupang (Angi A.H. 2014).
• Limbah warung makan memiliki kandungan nutrisi yang baik untuk
pemeliharaan ternak babi – penelitian di kota Manokwari (Ullo M. 2016).
• Peternak babi memanfaatkan limbah dapur dan limbah rumah makan sebagai
pakan ternak babi sehingga produktivitas ternak rendah – penelitian di Oesapa
(Wea R. dkk. 2016).
• Penggunaan limbah hotel hingga 50% tidak berpengaruh buruk terhadap
penampilan babi landrace fase pertumbuhan - penelitian di Bali (Tjokorda Istri
Putri dkk. 2017).
• Perbandingan tingkat penerimaan daging dari babi landrace yang diberi pakan
berbasis sampah TPA dengan babi landrace yang diberi pakan komersial –
penelitian di Bali (Sanjaya. I K. W. 2018).
PRAKTIK ‘SWILL FEEDING’ DI INDONESIA?
31. • Pemberian pakan kepada babi diregulasi dalam bagian 2 (tindakan
mandatori), divisi 9, ayat 36 dan 37 Biosecurity Regulation 2017:
Seseorang harus tidak memberikan pakan yang mengandung produk
mamalia kepada babi, kecuali pemberian pakan tersebut sesuai dengan
Regulasi.
Seseorang harus tidak membiarkan atau mengarahkan orang lain
memberikan pakan babi yang mengandung produk mamalia kepada babi,
atau membiarkan memiliki akses terhadap pakan tersebut.
• Pemberian pakan yang dilarang kepada babi harus mematuhi definisi
dari biosekuriti yang diregulasi dalam Seksi 39 Biosecurity Act 2015:
Pemilik ternak atau orang yang bertanggungjawab terhadap babi yang
mengetahui terjadinya ‘swill feeding’, atau seseorang seperti dokter hewan
yang memiliki kapasitas profesional, memiliki kewajiban biosekuriti untuk
segera menotifikasi kepada pejabat yang berwenang sesuai dengan
bagian 6 dari Biosecurity Regulation.
UNDANG-UNDANG BIOSEKURITI AUSTRALIA
32. • Pemasakan (cooking)
Virus ASF dalam ‘swill’ dapat diinaktivasi dengan pemanasan paling
tidak pada temperatur 90°C selama paling tidak 60 menit dengan
diaduk (OIE TAHC Chapter 15.1. Artikel 15.1.22(1).
Hal ini memungkinkan bagi peternak untuk terus memberikan ‘swill’
selama berlangsungnya wabah ASF tanpa menjadi sumber infeksi
meskipun ada risiko tinggi dari sirkulasi daging babi yang terinfeksi.
Praktik ini merupakan bagian rutin di peternakan dan
diimplementasikan meskipun ada wabah ASF atau tidak.
Penerimaan pada tingkat rumah tangga memerlukan advokasi /
penyuluhan yang sangat baik dibantu pengalaman peternak sendiri.
MEMASTIKAN SISA-SISA MAKANAN (SWILL)
AMAN DI TINGKAT PETERNAK
Sumber: Penrith M.L. (2014). Swill Feeding – Can We Make It Safer? (Presentation OIE
Webinar 1 - ASF for South East Asia – swill treatment)
33. • Aplikasi tindakan-tindakan biosekuriti yang ketat seluruh peternakan babi,
termasuk pembersihan dan disinfeksi peternakan, kendaraan pengangkut, dan
perbaikan praktik budidaya dan sistim produksi.
• Penguatan surveilans dan monitoring transportasi babi hidup dan juga produk-
produk daging babi.
• Penyiapan strategi pengendalian wabah dengan konsultasi dengan sektor
swasta (produsen babi dan industri terkait, seperti operator transpor dan pakan)
untuk perbaikan opsi manajemen penyakit.
• Pelarangan ‘swill feeding’ jika dimungkinkan; tidak diregulasi terlalu ketat.
• Penguatan disposal yang layak dari sisa-sisa makanan (layanan makanan,
bandar udara, pelabuhan), yang mungkin mengandung produk-produk daging
babi yang tidak dimasak.
• Pengujian laboratorium untuk ASF terhadap sisa-sisa makanan yang
mengandung daging babi dan produknya yang ditahan dari penumpang di
bandar udara atau pelabuhan laut.
REKOMENDASI KUNCI
Sumber: FAO - ASF situation in Asia update (September 2019)