1. Drh Tri Satya Putri Naipospos, MPhil, PhD
Pertemuan CIVAS, 2 Februari 2006
2. Sektor perunggasan di lima negara di
Asia Tenggara yang dilanda HPAI 2003–5
Negara Sektor 1 Sektor 2 Sektor 3 Sektor 4
Kamboja < 1% unggas < 1% unggas 99,9%
peternak,
90% unggas
Indonesia 3,5% unggas,
ekspor & konsumsi
nasional
21,2% unggas 11,8%
unggas
63,4% unggas
Laos Kecil 10% unggas 90% unggas
Thailand 70% produksi,
ekspor penting
20% produksi 10% produksi, 98+%
produsen
Vietnam Kecil 20-25% produksi,
beberapa
produsen
10-15%
produksi,
beberapa
produsen
65% produksi,
kemungkinan
70% unggas
Sumber: Rushton et al (2005)
3. Distribusi wabah HPAI gelombang
kedua menurut spesies di Thailand
Data wabah HPAI berdasarkan
seluruh kasus yang
dikonfirmasi secara laboratoris
mulai dari 3 Juli sampai 8
November 2004
Sebagian besar kejadian
wabah secara klinis ditemukan
pada ayam, yaitu 64% dari
seluruh kejadian wabah
Itik menempati urutan kedua
dengan 28% dari seluruh
kejadian wabah
4. Distribusi wabah HPAI menurut propinsi
pada ayam (kiri), itik (tengah) dan
produksi padi MT (kanan) di Vietnam
Propinsi Suphanburi
bukan hanya menjadi
wilayah “hotspot” tetapi
juga “epicentre” untuk
itik dan HPAI, dengan
43% dari total kejadian
wabah
Propinsi ini juga tercatat
sebagai wilayah dengan
volume produksi padi
tinggi, menunjukkan
suatu wilayah dengan
tipe agro-ekologi
tertentu
5. Wabah H5N1 di Vietnam
Laporan awal menyebutkan bahwa 71% itik dan
21,4% ayam di Vietnam yang meliputi 11 wilayah
di Delta Mekong terinfeksi dengan virus H5N1
Lebih dari 80% dari 2000 sampel itik di kota Can
Thai yang memiliki populasi 1,5 juta ekor itik
menunjukkan hasil positif terhadap virus H5N1
20% dari jumlah unggas air di Propinsi Quang
Tri Vietnam bagian tengah ditemukan positif
virus H5N1
6. Referensi
Are Ducks Contributing to the Endemicity of Highly
Pathogenic H5N1 Influenza Virus in Asia ? (J. VIROL., Vol.
79, No. 17, p. 11269-11279, 2005)
K.M. Sturm-Ramirez, D.J. Hulse, E. Govorkova, J. Humberd, P.
Seiler, P. Puthavathana, C. Buranathai, T.D. Nguyen, H.T. Long,
T.S.P. Naipospos, H. Chen, T.M. Ellis, G.J. Smith, Y. Guan, J.S.M.
Peiris, and R.G. Webster
Role of Domestic Ducks in the Propagation and Biological
Evolution of Highly Pathogenic H5N1 Influenza Viruses in
Asia (PNAS, Vol. 102, No. 30, 10682-10687, 2005)
D.J. Hulse, K.M. Sturm-Ramirez, J. Humberd, P. Seiler, E.A.
Govorkova, S. Krauss, C. Scholtissek, P. Puthavathana, C.
Buranathai, T.D. Nguyen, H.T. Long, T.S.P. Naipospos, H. Chen,
T.M. Ellis, Y. Guan, J.S.M. Peiris, and R.G. Webster
7. Patogenisitas virus H5N1 2002
terhadap itik
Virus influenza A secara umum
ditemukan bereplikasi terutama di
sel epitel intestinal dari itik
Virus H5N1 yang diisolasi tahun
2002 dikeluarkan dari tubuh itik
terutama dari saluran pernafasan
bagian atas
Virus H5N1 yang diisolasi dari tahun
2003-2004 juga menunjukkan hal
yang sama
8. Pengeluaran virus dari tubuh itik
Dari penelitian terdahulu, ditemukan bahwa virus
influenza A yang sifatnya non-patogen terhadap itik
(H3N2 dan H7N2) dikeluarkan dari tubuh itik selama lebih
dari 2 minggu, tanpa ada perubahan karakteristik biologik
Virus H5N1 pada itik, terdeteksi bahwa tubuh itik
mengeluarkan virus selama 2 – 5 hari pasca infeksi,
bahkan satu virus yang diisolasi tahun 2002 dilaporkan
bahwa tubuh itik masih mengeluarkan virus selama 10
hari pasca infeksi (p.i.)
Virus H5N1 yang diisolasi dari wabah 2003 – 2004, tubuh
itik mengeluarkan virus sampai 17 hari pasca infeksi (p.i.)
9. Ekskresi virus dari tubuh itik
Hari pasca
infeksi (p.i.)
Inokulasi Kontak
Trachea Cloaca Trachea Cloaca
3 hari p.i.
- rata-rata
- selang
102,5
100 – 106,5
100,5
100 – 104,75
103,5
100 – 106,25
100,5
100 – 104.75
5 hari p.i.
- rata-rata
- selang
100,5
100 – 105,5
100
100 – 103,75
102,25
100 – 105,5
100,5
100 – 103,75
Titer virus yang dikeluarkan dari trachea secara signifikan lebih
tinggi dari cloaca untuk itik yang diinokulasi maupun itik yang
dikontak pada hari ke-3 dan ke-5 p.i. (P < 0,05, Wilcoxon matched-
pairs signed rank test)
10. Lama ekskresi virus H5N1 dari itik yang
dinokulasi dan dikontak
1
10
100
1000
10000
100000
3 5 7 9 11 13 15 17 19
Inokulasi-Trachea
Inokulasi-Cloaca
Kontak-Trachea
Kontak-Cloaca
Titer virus
EID50/ml
Hari Pasca vaksinasi
Itik diamati selama 21 hari. Tracheal dan cloacal swabs diambil setiap
selang sehari, dimulai hari ke-3 p.i. Data ini menunjukkan rata-rata titer
dari dua itik yang diinokulasi dan dua itik yang dikontak. Kedua itik yang
dikontak dan satu itik yang diinokulasi mati pada hari ke-4 p.i.
11. Konsentrasi virus H5N1 pada itik
Pada masa lalu, kebanyakan virus avian influenza
lebih suka bereplikasi di saluran pencernaan itik liar,
kemudian keluar dalam konsentrasi tinggi melalui
kotoran (feces), sehingga penularan utamanya
terjadi melalui rute oral – fecal
Pada virus H5N1 yang beredar di Asia, virus keluar
dalam konsentrasi tinggi melalui trachea (saluran
pernafasan bagian atas), daripada melalui cloaca
Ini menunjukkan bahwa saluran pencernaan tidak
lagi menjadi lokasi utama virus H5N1 dalam tubuh
itik terinfeksi
12. Rute infeksi virus H5N1
Fenomena ini sangat mungkin
mempengaruhi sejarah alamiah virus
influenza A, dimana rute infeksi utama telah
berubah dari rute oral – fecal menjadi lebih
kepada rute oral – oral atau bahkan rute
‘airborne’ – atau kombinasi keduanya
14. Tingkat patogenisitas virus H5N1
Gejala klinis yang hebat (disfungsi syaraf)
berkembang pada itik yang diinokulasi dengan
isolat virus dari Thailand (A/Dk/Thai/71.1/04) dan
bahkan mati setelah 7 hari pasca infeksi
Itik yang diinokulasi dengan isolat virus dari
Indonesia (A/Ck/PP/BPPV3/04) hanya
menunjukkan gejala sangat ringan seperti bulu
kusam dan depresi ringan selama 3 hari, akan
tetapi nafsu makan tetap normal, dan itik sembuh
kembali pada akhir eksperimen
15. Perkembangan berat badan pada
itik yang diinokulasi virus H5N1
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
0 3 5 7 10
Days post-infection
Bodyweight(%)
L inoculated birds
M inoculated birds
H inoculated birds
• Itik yang
diinokulasi
dengan isolat
virus yang
patogenisitasnya
tinggi mengalami
kehilangan berat
badan yang cepat
• Itik yang diinokulasi dengan isolat virus yang
patogenisitasnya sedang, mulai mendapatkan berat badan
kembali setelah 7 hari pasca infeksi
16. 60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
0 3 5 7 10
Days post-infection
Bodyweight(%)
L contact birds
M contact birds
H contact birds
Perkembangan berat badan pada
itik yang dikontak virus H5N1
• Itik yang dikontak
dengan isolat
virus yang
patogenisitasnya
tinggi mengalami
sedikit penurunan
berat badan pada
4 – 5 hari pasca
infeksi
17. Kesimpulan
Virus H5N1 bereplikasi secara efisien pada itik yang
diinokulasi dan mampu ditularkan ke itik yang peka
melalui kontak
Virus bereplikasi dengan konsentrasi yang lebih
tinggi pada trachea daripada cloaca baik pada itik
yang diinokulasi maupun yang dikontak, sehingga
saluran pencernaan bukan lagi lokasi utama untuk
virus H5N1 bereplikasi dan rute fecal – oral bukan
lagi rantai penularan utama
Patogenisitas virus bervariasi mulai dari yang non
patogenik sampai yang sangat mematikan dan
berkorelasi positif dengan titer virus trachea
18. Kesimpulan (lanjutan)
Virus H5N1 yang non patogenik terhadap itik
mampu bereplikasi dan menulari itik lain secara
efisien melalui kontak
Virus H5N1 yang menimbulkan gejala klinis ringan
pada itik dapat mempropagasi secara diam dan
efisien diantara itik domestik dan liar di Asia dan hal
ini akan tetap menjadi ancaman serius terhadap
kesehatan manusia dan kesehatan masyarakat
veteriner