Riset tentang etika perilaku akuntan telah menunjukkan bahwa pendidikan etika kurang berpengaruh dalam meningkatkan tingkat penalaran moral akuntan, studi pengembangan etika menemukan hubungan terbalik antara tingkat jabatan dengan tingkat penalaran moral, dan studi keputusan etis menyimpulkan bahwa akuntan dengan tingkat penalaran moral lebih rendah cenderung melakukan perilaku tidak etis.
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
13753249 (1).ppt
1. AKUNTANSI KEPERILAKUAN
“ Aspek Keperilakuan Pada
Etika Akuntan”
Disajikan oleh :
Syaifudin
Arga Satria Effendy
Firman Setiawan
Program Studi S1 Akuntansi 2012
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN AKADEMIK 2014 - 2015
2. Pendahuluan
Dilema Etika
Muncul sebagai konsekuensi audit
karena auditor berada dalam situasi
pengambilan keputusan antara yang
etis dan tidak etis dimana ada pihak
yang berkepentingan dalam hal
pengambilan keputusan.
PENALARAN MORAL
Memainkan peran seluruh area
profesi akuntan yang secara kontinu
yang dihadapkan pada dilema konflik
3. Contohnya pada akuntan pajak yang
dihadapkan untuk memutuskan dalam
memilih metode akuntansi yang
cerminan ekonomi dalam transaksi
sesungguhnya atau metode yang
menggambarkan keseluruhan
perusahaan.
Maka tujuan dari bab ini :
=> Menelaah pengembangan riset pada
mengenai perilaku etis akuntan dan
menyelidiki area potensial riset di masa
mendatang dimana profesi akuntan
terdorong untuk memahami
permasalahan akuntan baik sekarang
maupun di masa yang akan mendatang.
4. Model Pengambilan Keputusan
Etis
TEORI PENALARAN MORAL “ KOHLBERG
Menurutnya, individu secara berurutan
mengalami kemajuan ke tingkat atau tahap
moral reasoning yang lebih tinggi sebagai
bagian dari proses pertambahan usia.
Ada tiga tingkatan:
- Prakonvesional
- Pasca Konvesional
5. UKURAN MORAL REASONING
Wawancara Penilaian Moral
Dikembangkan untuk melibatkan
serangkaian paradigma terstandarisasi
yang membutuhkan individu untuk
memecahkan dilema moral.
Alternatifnya Pengujian Definisi
Masalah (DIT) berupa kuesioner pilihan
ganda
DIT mampu mampu menunjukkan
pembenaran etis yang didasarkan pada
ekspetasi,
6. Pendekatan Kognitif Lingkungan
Keputusan Etis
SEM menyebutkan sebagaiukuran
kesadaran moral yang
menghubungkan teori perencanaan
perilaku
Dibagi kedalam tiga dimensi :
Keadilan moral ,relativisme dan
kontraktualisme.
Tujuan utama memvalidasi
penggunaan SEM dalam konteks
akuntansi.
7. Terdapat teori aksi penalaran yang
berhubungan dari komitmen perilaku
yang pada saatnya diprediksi dari
sikap pribadi individu terhadap
perilaku dan norma subjektif .
Misalnya, persepsi individual mengenai
sikap masyarakat terhadap perilaku.
8. Model Alternatif Pengambilan
Keputusan
Terdapat model pengambilan keputusan
berdasarkan kode etik dan Perilaku
Profesional AICPA berdasarkan
prinsip keunggulan.
Machintosh bahwa riset menekan
pada perspektif yang hanya mengukur
penerimaan sosial bukan pada
perspektif etis yang sesungguhnya.
9. RISET PERILAKU ETIS
AKUNTAN
Menyelidiki tingkat moral reasoning
akuntan dan perilaku yang
berhubungan yaitu :
a. Studi Pendidikan Etika
b. Studi Pengembangan Etika
c. Studi Etika Lintas Budaya
10. A, Studi Pendidikan Etika
Menentukan efek pendidikan terhadap
keahlian moral reasoning dari para
praktisi dan mahasiswi akuntansi.
M. Amstrong pendidikan kampus mungkin
tidak mendorong kelanjutan dari pertumbuhan
moral
Ponemon dan Glaser : melakukan penyelidikan
dengan membandingkan mahasiswa dari dua
tingkatan yang berbeda
St. Pieere,Nelson dan Gubbin : mengkaji
hubungan pendidikan etika terhadap dampak
keperilakuan
11. B. STUDI PENGEMBANGAN ETIKA
berfokus pada pengembangan moral reasoning
dalam profesi akuntansi. Misalnya dalam
keyakinan eksistensi sosialisasi etis.
a. Ponemon 1990 : menyelidiki bukti awal bahwa
tingkat posisi dalam perusahaan dan tingkat
moral reasoning
b. Ponemon 1992 : adanya sosialisasi
perusahaan bahwa manajemen lebih bisa
mendorong individu yang mempunyai
pandangan organisasi umum yang sama.
c. Shaub : tingkat moral reasoning yang lebih
tinggi akan menunjukkan peningkatan atau
penurunan konsistensi manajemen
d. Sweeney : Investigasi menunjukkan bahwa
keahlian moral sangat berhubungan dengan
orientasi politik auditor
12. Cont’d
Jeffrey dan Weather : Ada komitmen
profesional dan kepatuhan pada
aturan secara siginifikan dan positif
saling berhubungan dimana
hubungannya secara terbalik.
Kite , Louwer & Radtke : Tidak
mendukung hipotesis bahwa auditor
lingkungan mempunyai skor DIT yang
rata rata lebih tinggi daripada akuntan
praktik
13. C. STUDI KEPUTUSAN ETIS
a. Isu Independensi
- Auditor dengan skor DIT yang lebih
rendah memungkinkan untuk
melangggar aturan indenpendensi
dan lebih spesifik terhadap faktor
penalti. Begitu pula sebaliknya
- Temuan menunjukkan bahwa auditor
dengan yang menguasai situasi etis
tidak terlalu skeptis dan tidak terlalu
memperhatikan isu etis profesional.
14. b. Pelanggaran Kode Etik dan
Profesional AICPA
- Peningkatan tingkat komitmen
profesional tidak menghasilkan auditor
yang lebih sensitif terhadap etika.
- Bentuk pelanggaran kode etik dan
perilaku profesional akan
mencerminkan adanya sensitivitas
etika auditor yang terkait komitmen
profesional mereka dalam hal
pengambilan keputusan.
15. C. Mendeteksi dan Mengomunikasikan
Kecurangan
- Auditor internal dengan skor DIT lebih
tinggi memungkinkan pengungkapan
temuan audit sensitif bahkan ketika
tindakan balas dendam oleh manajemen
terjadi . Begitu pula sebaliknya.
- Auditor dengan skor DIT yang tinggi
secara subtansial lebih baik dalam
mendeteksi penipuan daripada auditor
dengan skor DIT yang lebih rendah.
16. d. Ketidakpatuhan Pembayar Pajak
- Menunjukkan bahwa faktor faktor
individual dam situasional secara
psikologis merupakan aspek yang
menonjol dari keputusan keputusan
dalam ketidakpatuhan pajak.
- Perbedaan dalam perilaku dan niatan
patuh tergantung pada perbedaan
keyakinan tentang pentingnya memenuhi
kewajiban kewarganegaraan dan moral
pribadi terkait hasil moneter dari
keputusan kepatuhan.
17. e. Perilaku Disfungsional Lain
Menjelaskan bahwa pelaporan paling
rendah di kelompok kontrol dan paling
tinggi di kelompok rekan / sekutu .
Selanjutnya auditor dengan skor DIT
yang lebih rendah secara rata rata
membutuhkan waktu pelaporan yang
lebih singkat daripada mereka dengan
skor DIT yang lebih tinggi.
18. 3. STUDI ETIS LINTAS BUDAYA
- Perbedaan budaya dapat memberikan
pemahaman kelompok profesi akuntan
yang berbeda pula terkait penetapan
standar organisasi internasional
- Konsistensi sebuah pelaporan
menunjukkan adanya perusahaan
multinasional dengan divisi yang terletak
di negara berbeda mungkin perlu
mengimplementasikan sistem
pengendalian yang berbeda untuk
mencapai tingkat reliabilitas yang serupa
19. Perbedaan budaya juga akan
memungkinkan bias keinginan sosial
diantara kelompok yang melakukan
tindakan /praktik akuntan melainkan
juga situasi khusus.
20. Implikasi bagi Riset
Mendatang
Dalam menyelidiki dimensi etika profesi
akuntansi yang berhubungan dengan
keputusan apakah akan memperluas
dan menyatukan teori konflik dan
ukuran dalam kerangka kerja teoritis
kognisi moral
Bahwa keputusan akuntan menjadi
objek dari bermacam macam
kinstituen ,pelayanan kantor
profesional dan publik umum.
21. Terdapat dua dimensi terkait riset
mendatang demi kemajuan yaitu :
a. Melanjutkan integrasi model dan
ukuran kognitif yang berbeda dalam
model rest
b. Mengembangkan sebuah model
pengambilan keputusan etis kognitif
yang khusus untuk profesi akuntansi
22. Jika terdapat korelasi negatif yang
antara kinerja akuntan dengan dengan
moral reasoning maka, ditemukan
bahwa intervensi pendidikan adalah
efektif dalam studi yang melibatkan
mahasiswa akuntansi , dampak dari
intervensi terhadap akuntansi profesional
masih harus dikaji.
Intervensi pendidikan efektif efektif
dalam studi yang melibatkan mahasiswa
akuntansi
23. Riset mengkaji perilaku etis akuntan
bahwa peranan yang dimainkan oleh
variabel variabel moderasi dalam
menekan perilaku etis disfungsional.
Contoh , profesi akuntan unik yang
sering kali bertanggungjawab kepada
macam kelompok kontituen.
Perbedaan persepsi mengenai moralitas
terbukti ada dalam studi lintas budaya
yang dapat memberikan pemahaman
lebih lanjut mengenai perbedaan budaya
yang dapat memoderasi perilaku tidak
etis akuntan
24. KESIMPULAN
a, Riset tentang studi pendidikan etis
telah menunjukkan bahwa akuntan
pada umumnya tidak mengalami
kemajuan pada tingkat moral
reasoning. Selanjutnya
b. Studi pengembangan Etis mengkaji
korelasi dari tingkat audiotr dimana
telah menemukan bahwa tingkat
posisi dan tingkat moral reasoning
berhubungan secara terbalik.
25. c. Berdasarkan studi keputusan etis
menyatakan bahwa akuntan dan auditor
dengan tingkat reasoning lebih rendah
lebih mungkin untuk melaksanakan
perilaku disfungsional.
Dengan demikian, aspek keperilakuan
pada etika akuntan didasarkan pada
sejumlah studi etis yang membutuhkan
peran berbagai riset dan
pengembangan moral reasoning untuk
menjunjung tinggi etika dan profesional
seorang akuntan.