2, be & gg, muhamad rinaldi, prof. dr.ir. hapzi ali, mm, cma, ethics and business ; concept and theory of business ethics, universitas mercu buana, 2019
Teks tersebut membahas mengenai etika bisnis dan pengambilan keputusan etis dalam bisnis. Secara ringkas, teks tersebut menjelaskan bahwa (1) etika bisnis berkaitan dengan pengambilan keputusan yang mempertimbangkan tanggung jawab sosial dan hak-hak berbagai pihak, (2) integritas pemimpin perusahaan sangat berpengaruh terhadap etika organisasi, dan (3) proses pengambilan keputus
BE, GG, EDI PUTRA, HAPZI ALI, ETHICS AND BUSINESS, ETHICAL DECISION MAKING , ...
Similar to 2, be & gg, muhamad rinaldi, prof. dr.ir. hapzi ali, mm, cma, ethics and business ; concept and theory of business ethics, universitas mercu buana, 2019
Similar to 2, be & gg, muhamad rinaldi, prof. dr.ir. hapzi ali, mm, cma, ethics and business ; concept and theory of business ethics, universitas mercu buana, 2019 (20)
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
2, be & gg, muhamad rinaldi, prof. dr.ir. hapzi ali, mm, cma, ethics and business ; concept and theory of business ethics, universitas mercu buana, 2019
1. BUSINESS ETHICS & GOOD GOVERNANCE
(BE & GG)
Concepts and Theories of Business Ethics
Quiz and Forum-2 E-Learning
Prof Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA
Muhamad Rinaldi
55118110090
PASCASARJANA
UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
2019
2. A. The meaning of ethics
Menurut bahasa Yunani Kuno, etika berasal dari kata ethikos yang berarti timbul
dari kebiasaan. Etika adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang
menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan
penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Hal ini dipertegas
oleh Barten dalam Gustina (2008:138) “etika dapat diartikan sebagai nilai-nilai dan norma-
norma moral dalam suatu masyarakat. Di sini terkandung arti moral atau moralitas seperti
apa yang boleh dilakukan, apa yang tidak boleh dilakukan yang pantas atau tidak, dan
sebagainya.”
Untuk menganalisis arti-arti etika, dibedakan menjadi dua jenis etika (Bertens,
2000) :
1. Etika sebagai Praktis
a. Nilai-nilai dan norma-norma moral sejauh dipraktekkan atau justru tidak
dipraktekkan walaupun seharusnya dipraktekkan.
b. Apa yang dilakukan sejauh sesuai atau tidak sesuai dengan nilai dan norma
moral.
2. Etika sebagai Refleksi
a. Pemikiran moral berpikir tentang apa yang dilakukan dan khususnya tentang
apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
b. Berbicara tentang etika sebagai praksis atau mengambil praksis etis sebagai
objeknya.
c. Menyoroti dan menilai baik buruknya perilaku orang.
d. Dapat dijalankan pada taraf populer maupun ilmiah.
Etika merupakan filsafat / pemikiran kritis dan rasional mengenal nilai dan norma
moral yg menentukan dan terwujud dalam sikap dan pada perilaku hidup manusia, baik
secara pribadi maupun sebagai kelompok.(sebuah ilmu : pengejawantahan secara kritis
ajaran moral yang dipakai).
Peranan Etika dalam Bisnis Etika berfungsi menggugah kesadaran moral pelaku
bisnis untuk berbisnis secara baik dan etis didasari nilai-nilai luhur yang bermanfaat bagi
konsumen, masyarakat dan demi menjaga nama baik bisnis sendiri dalam jangka panjang.
Etika bisnis menjadi acuan bagi pebisnis untuk berbisnis tanpa merugikan konsumen, buruh,
karyawan, dan masyarakat luas. Hak dan kepentingan mereka tidak boleh diabaikan oleh
praktek bisnis. Praktek praktek monopoli, oligopoli, kolusi dan sejenisnya menjurus pada
3. kerugian konsumen, masyarakat serta Negara menjadi obyek bagi etika bisnis untuk
dilakukan perbaikan semestinya
B. Code of Ethics
Kode etik merupakan aturan tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat
berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan dapat
difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika
rasional umum common sense dinilai menyimpang dari kode etik. Kode etik adalah sebuah
pernyataan yang terwujud sebagai aturan-aturan moral yang biasanya tertulis yang dibuat
oleh sebuah organisasi. Kode etik yang tertulis ini adalah kode etik yang ideal yang
diberlakukan oleh organisasi yang bersngkutan untuk dipatuhi dan digunakan sebagai
pedoman oleh anggota-angotanya dalam tindaikan-tindakan mereka.
Manfaat kode etik perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan, karena etika telah dijadikan
sebagai corporate culture. Dengan adanya kode etik, secara intern semua karyawan
terikat dalam standar etis yang sama, sehingga akan mengambil keputusan yang
sama pula untuk kasus-kasus yang sejenis. Sedangkan secara eksternal, para
stakeholder lainnya seperti pemasok dan konsumen memaklumi apa yang bisa
diharapkan dari perusahaan. Reputasi yang baik di bidang etika merupakan asset
yang amat penting bagi suatu perusahaan.
2. Dapat membantu dalam menghilangkan grey area. Beberapa ambiguitas moral
yang sering merongrong kinerja perusahaan, dengan demikian dapat dihindarkan.
Contohnya menerima hadiah atau komisi, kesungguhan perusahaan dalam
memberantas memakai tenaga kerja anak di bawah umur, dan keterlibatan
perusahaan dalam melindungi lingkungan hidup.
3. Kode etik dapat menjelaskan bagaimana perusahaan menilai tanggung jawab
sosialnya.
4. Kode etik menyediakan bagi perusahaan dalam dunia bisnis untuk mengatur
dirinya sendiri, dengan demikian Negara tidak perlu ikut campur tangan.
C. Introduction : Making the case for Business Ethics
Contoh kasus yang didapat mengenai pelanggaran etika bisnis dalam periklanan
adalah iklan Indosat yang menghina kota Bekasi.
4. Dapat dilihat dari Etika Periklanan Indonesia (EPI), iklan tersebut sudah melakukan
pelanggaran sebagaimana aspek yang sudah dikatakan sebelumnya mengenaiperlindungan
hak-hak pribadi, dan segi bahasa.Dari segi perlindungan hak-hak pribadi, dalam iklan
menampilkan atau melibatkan seseorang atau kelompok tanpa terlebih dahulu memperoleh
persetujuan dari yang bersangkutan.Dalam hal ini, pihak yang dirugikan adalah warga
Kota Bekasi.Isi dari pesan iklan Indosat adalah “Liburan ke Aussie Lebih Mudah Dibanding
ke Bekasi”. Hal ini sangat menunjukkan bahwa kota Bekasi dianggap rendah akan lalu lintas
yang mengakibatkan sulit untuk datang ke Bekasi maupun keluar melewati daerah Bekasi.
Maksudnya adalah untuk berkunjung ke Bekasi akan membutuhkan waktu yang lama
karena situasi jalan raya yang tidak mendukung dan juga apabila pengendara melewati
lokasi Bekasi, akan membutuhkan waktu yang lama juga untuk keluar dari daerah tersebut.
Dalam keadaan tersebut, muncullah pernyataan bahwa menuju ke Kota Bekasi dari Jakarta
maupun daerah lainmembutuhkan waktu yang lama akibat kemacetan yang panjang padahal
Kota Bekasi memiliki jarak yang dekat. Akibat adanya pernyataan-pernyataan tersebut,
semakin marak diperbincangkan tentang Kota Bekasi dan bahkan Kota Bekasi sempat
dibuat menjadi bahan bercandaan semua orang melalui meme.
Dari segi bahasa, iklan Indosat juga memberikan pemilihan bahasa yang tidak tepat
atau kurang baik.Penyajian bahasa yang digunakan oleh PT Indosat mudah dipahami oleh
khalayak orang namun bahasa yang diberikan adalah bersifat negatif yang mana
menimbulkan sebuah sindiran kepada pihak atau kelompok yang bersangkutan yaitu
Kota Bekasi.Isi pesan yang digunakan adalah “Liburan ke Aussie Lebih Mudah Dibanding
ke Bekasi”.Kata “lebih mudah” diaggap memberikan kesan yang rendah terhadap sesuatu
yang sedang dibicarakan.Hal ini menunjukkan kesan atau nilai yang rendah terhadap Kota
Bekasi yang mana untuk berkunjung ke Bekasi membutuhkan waktu yang
lama.Berdasarkan pesan iklan yang diberikan, pihak yang bersangkutan (Kota Bekasi)
merasa terlecehkan. Dalam hal ini, pihak PT Indosat telah memberikan pelanggaran dalam
etika periklanan karena sudah menimbulkan pihak yang dirugikan dan membuat iklan tanpa
melakukan sebuah persetujuan terlebih dahulu terhadap pihak yang terlibat didalam isi
iklan tersebut.PT Indosat juga sudah melanggar norma-norma sisoal yang berlaku dimana
ida telah merendahkan salah satu pihak terhadap ketenaran yang akan dicapai. Dibalik
kepopularitasan iklan Indosat, PT Indosat tidak melihat bahwa pesan iklan yang dimuat akan
memiliki dampak negatif kepada pihak yang terlibat.
5. D. Business Ethics as Ethical Decision Making
Pengambilan keputusan (desicion making) adalah melakukan penilaian dan
menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan
pertimbangan alternatif. Sebelum pilihan dijatuhkan, ada beberapa tahap yang mungkin
akan dilalui oleh pembuat keputusan. Tahapan tersebut bisa saja meliputi identifikasi
masalah utama, menyusn alternatif yang akan dipilih dan sampai pada pengambilan
keputusan yang terbaik.
Menurut George R. Terry, dasar-dasar pengambilan keputusan adalah sebagai
berikut :
1. Intuisi Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi atau perasaan bersifat
subjektif, sehingga mudah terkena pengaruh.
2. Pengalaman Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat
bagi pengetahuan praktis. Karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan
keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan untung ruginya, baik buruknya keputusan
yang akan dihasilkan.
3. Fakta Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang
sehat, solid, dan baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap
pengambilan keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima
keputusan-keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang dada.
4. Wewenang Biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya atau orang
yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya.
5. Rasional Keputusan yang dihasilkan lebih objektif, logis, lebih transparan,
konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu,
sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang
diinginkan.
Tahapan-tahapan dalam pengambilan keputusan :
1. Menganalisis masalah : Mengenali masalah dari perbedaan hasil aktual dengan hasil
yang diharapkan, definisikan apa masalahnya
2. Membuat asumsi : Secara struktural terletak di dalam / di luar tanggung jawab ?
Secara personal bersedia menerima resiko / tidak ? Tersedia sumber daya atau
tidak ? Masalahnya urgen / tidak ?
6. 3. Membuat alternatif pemecahan masalah : Membuat beberapa alternatif pemecahan
masalah yang bersifat layak, efektif dan efisien
4. Mengevaluasi alternatif : Mengumpulkan data untuk mengevaluasi setiap alternatif,
menolak / menerima alternatif dari sudut kelayakan, efektifitas dan efisiensi setiap
alternatif
5. Memilih dan menerapkan alternatif : Pilih alternatif yang paling layak, efektif, dan
efisien. Lebih baik menerapkan alternatif yang kurang layak daripada di luar
kemampuan, lebih baik menerapkan alternatif yang kurang efektif daripada tidak
bertindak dan lebih baik menerapkan alternatif yang mahal daripada murah tak
bermutu
6. Mengevaluasi hasil : Selesai, jika sesuai harapan. Ulangi, jika belum sesuai.
E. Ethics as personal integrity and social responsibility
Integritas dalam kepemimpinan menjadi perhatian yang makin berkembang dalam
bisnis dan organisasi (Kanungo & Mendonca, 1996). Dunia bisnis menjadi ajang
pertarungan tentang komitmen menjunjung tinggi nlai-nilai etis di tengah-tengah perburuan
meraih sukses dilihat dari tolok ukur ekonomi yang kasat mata. Dunia bisnis memberikan
banyak peluang untuk bisa melakukan segala cara demi meraih keuntungan sebagai tolok
ukur utama keberhasilan. Makin besar suatu bisnis, akan makin besar peluang untuk
menentukan apa yang akan dilakukannya, termasuk dengan mengabaikan kewajiban-
kewajiban etis yang mengikatnya untuk diamalkan. Banyak ahli ilmu organisasi dan juga
para praktisi sekarang ini percaya bahwa kepemimpinan tanpa integritas sungguh membawa
organisasi dalam bahaya serius (Morgan, 1993).
Seperti diketahui bahwa keputusan seorang pimpinan akan memberi pengaruh besar
pada organisasi. Jika seorang pemimpin memiliki cara berpikir dan bertindak bijaksana, hal
itu akan membawa pengaruh terhadap seluruh bagian dalam organisasi. Demikian juga
sebaliknya, ketika seorang pemimpinan membuat suatu keputusan atau melakukan suatu
tindakan buruk, yang biasanya menyentuh wilayah moral, maka dampak negatifnya pun
akan sangat besar bagi organisasi. Seorang pemimpin selalu menjadi pusat perhatian,
pedoman, dan acuan bagi semua anggota dalam organisasi. Hal-hal yang diputuskan atau
dilakukannya selalu menjadi referensi bagi para anggota dalam bertindak. Hal-hal yang
diperhatikan khususnya menyangkut konsistensi antara perkataan dan tindakannya, cara dia
7. menangani masalah, menghadapi keluhan karyawan dan pelanggan, dan pertimbangan-
pertimbangan yang digunakannya ketika hendak memutuskan sesuatu.
Ketika seorang pemimpin membuat suatu kebijakan berarti dia hendak menggiring
organisasi secara keseluruhan untuk melakukan atau memerhatikan hal tertentu dalam
menjalankan aktivitas harian mereka. Ketika kebijakan yang diambil ternyata keliru, dimana
secara terang-terangan atau samarsamar mengabaikan aspek-aspek etis, maka seluruh
karyawan atau bawahan ikut terbawa untuk mewujudkan keburukan atau kekeliruan yang
terkandaung dalam kebijakan itu. Dalam dunia kerja, wujud kepemilikan integritas diri itu
muncul dalam bentuk kinerja atau hasil kerja baik. Dan untuk bisa memiliki kinerja baik
maka diperlukan kompetensi. Integritas berperan mengarahkan kompetensi untuk
menghasilkan kinerja baik dan berkualitas. Dalam kenyataannya umumnya terdapat
kekurang-pahaman tentang hubungan antara integritas dan kinerja. Integritas dipahami
tanpa mengaitkannya dengan kinerja. Sebaliknya juga kinerja dipahami tanpa
mengaitkannya dengan integritas. Padahal sesungguhnya kedua hal itu memiliki kaitan erat.
Kompetensi baik yang dimiliki seseorang tidak otomatis atau menjadi jaminan bahwa orang
itu akan menghasilkan kinerja baik. Hanya ketika orang itu memiliki integritas maka
kompetensi yang dimilikinya membuahkan kinerja baik. Oleh karena itu seseorang, terlebih
seorang pemimpin, harus memiliki integritas. Hanya dengan itu semua kemampuan
memimpin yang dimilikinya dapat terarah untuk menghasilkan kinerja kepemimpinan etis,
kepemimpinan yang berintegritas.
F. Ethics and the Law
Menurut bahasa Yunani Kuno, etika berasal dari kata ethikos yang berarti timbul
dari kebiasaan. Etika adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang
menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral.
Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan
kelembagaan dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi dan
masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai perantara utama dalam hubungan
sosial antar masyarakatterhadap kriminalisasi dalam hukum pidana, hukum pidana yang
berupayakan cara negara dapat menuntut pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan
kerangka kerja bagi penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas
kekuasaan politik serta cara perwakilan di mana mereka yang akan dipilih.
Persamaan Etika dan Hukum adalah :
8. 1. Sama-sama merupakan alat untuk mengatur tertibnya hidup bermasyarakat.
2. Sebagai objeknya adalah tingkah laku manusia.
3. Mengandung hak dan keajiban anggota-anggota masyarakat agar tidak saling
merugikan.
4. Menggugah kesadaran untuk bersikap manusia.
5. Sumbernya adalah hasil pemikiran para pakar dan pengalaman para anggota senior
Perbedaan antara etika dan hukum :
1. Etika berlaku untuk lingkungan profesi, hukum berlaku untuk umum.
2. Etika disusun berdasarkan kesepakatan anggota profesi, hukum disusun oleh badan
pemerintahan.
3. Sanksi terhadap pelanggaran etika berupa tuntunan, sedangkan pada hukum berupa
tuntutan.
Kaedah-kaedah pokok dari etika profesi dibidang Hukum (Kieser:1986):
Profesi di bidang hukum Harus dihayati sebagai suatu pelayanan tanpa pamrih (dis
intrestedness) yaitu pertimbangan yang diambil adalah kepentingan klien dan
kepentingan umum.
Bukan kepentingan pribadi dari pengemban profesi, jika hal ini diabaikan maka
pelaksanaan profesi akan mengarah kepada kemanfaatan yang menjurus kepada
penyalahgunaan profesi sehingga akhirnya merugikan kliennya.
Pelayanan profesi dengan mendahulukan kepentingan klien, yang mengacu pada
kepentingan atau nilai-nilai luhur sebagai manusia yang membatasi sikap dan tindakan.
Pengemban profesi harus berorientasi pada masyarakat secara keseluruhan.
Pengemban profesi harus mengembangkan semangat solidaritas sesama rekan seprofesi.
G. Ethics as Practical Reason
Maksud dari etika praksis merupakan nilai-nilai dan norma-norma moral sejauh
dipraktekkan atau tidak dipraktekkan. Tentu saja untuk mengukur nilai norma tersebut,
maka perlu dilakukan praktek. Banyak contoh untuk menjelaskan etika sebagai praksis,
diantaranya seringnya kita dengar kata-kata seperti:
“Dalam dunia modern etika bisnis mulai menipis”.
Tentu saja maksud dari perkataan diatas memiliki makna bahwa, dengan tingkat
persaingan yang ketat saat sekarang ini maka banyak pebisnis yang tidak mengindahkan
etika dalam berbisnis. Prilaku persaingan tidak sehat atau kecurangan dalam berbisnis
9. seringkali dilakukan demi mencapai sebuah keuntungan yang maksimal. Sehingga etika
sebagai praksis merupakan sebuah pandangan moral mengenai hal-hal yang boleh dan tidak
boleh dilakukan.
Tidak ada penjelasan tentang nilai-nilai etis obyektif yang dapat ditetapkan tanpa
menunjukkan bagaimana kita dapat mengetahuinya, yaitu, tanpa menunjukkan bahwa
beberapa bentuk kognitivisme etis adalah benar. Namun, kognitivisme etis tidak mudah
dibangun. Entah kita harus menunjukkan bahwa semacam intuisi atau persepsi menyediakan
akses langsung ke bidang nilai; atau kita harus menunjukkan bahwa penalaran praktis
memberikan metode yang kurang langsung dimana klaim etis objektif dapat dibuat. Jadi,
siapa pun yang berpikir bahwa ada nilai-nilai obyektif secara langsung, tetapi ragu apakah
kita dapat mengaburkannya secara langsung, harus melihat penjelasan masuk akal tentang
alasan praktis sebagai hal mendasar bagi etika filosofis.
H. Ethics as measurement of Behavior
Etika berfungsi mengatur tingkah laku individu dan kelompok untuk memberikan
panduan bagi manusia agar berperilaku sesuai dengan nilai-nilai moralitas, dan sebagai
refleksi pemikiran moral tentang apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan yang
dapat dijalankan pada taraf populer maupun ilmiah.
Bisnis merupakan aktifitas yang dilakukan manusia untuk mendapatkan keuntungan
melalui kegiatan produktif yang dijalankan melalui organisasi formal atau informal, yang
termasuk kegiatan sosial dengan berbagai aspek yang melingkupinya seperti aspek ekonomi,
hukum dan moral.
Etika bisnis merupakan suatu standar moral yang diimplementasikan pada institusi,
teknologi, transaksi, aktivitas, dan usaha-usaha yang ada pada organisasi bisnis. Perilaku
etis merupakan pedoman dari kebijakan-kebijakan tertulis, standar-standar tidak tertulis,
dan teladan dari pemimpin yang didasarkan pada domain hukum, domain etika dan domain
pilihan bebas.
10. DAFTAR PUSTAKA
Ali, Hapzi.2019.Business Ethics and Good Governance Concepts and Theories of Business
Ethics. Universitas Mercu Buana
Bertens, K. (2000). Pengantar etika bisnis. Kanisius
Fakhri, Mahendra.2016. Etika dalam Hubungannya Dengan Perilaku 3rd Week. Teklom
University
Kanungo, R. N. and M. Mendonca (1996). Ethical Dimenstion of Leadership. CA: Sage,
Thousand Oak.
Morgan, R. B. (1999). Self- and co-worker perception of ethics and their relationship to
leadership and salary. Academy of Management Journal, 36(1), 200–214.
R.Terry, George.2006. Prinsip- Prinsip Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara