SlideShare a Scribd company logo
1 of 95
Bhava Cakka
Abhidhamma Piṭaka terdiri dari 7 teks yakni :
1. Dhammasaṅganī,
2. Vibhaṇga,
3. Dhātukathā,
4. Puggalapaññatti,
5. Kathāvatthu,
6. Yamaka, dan
7. Paṭṭhāna.
Di antara 7 teks ini, Paṭṭhāna adalah yang paling
luas dan paling dalam. Paṭṭhāna sendiri terdiri
dari 5 teks. Orang-orang pada umumnya hanya
mengetahui halaman pertama dari teks pertama
dari Paṭṭhāna yaitu hetu paccayo, ārammaṇa
paccayo, dan seterusnya. Ini adalah Paṭṭhāna
yang sangat singkat yang disebut sebagai
Paccayuddesa yang merupakan kombinasi dari
Paccaya dan Uddesa. Paccaya adalah sebab.
Uddesa adalah pelafalan atau petunjuk. Jadi
Paccayuddesa adalah pelafalan dari sebab-sebab
atau petunjuk dari sebab.
Sebagian orang mengetahui tentang Paccayaniddesa yaitu kombinasi dari
Paccaya dan Niddesa. Paccaya adalah sebab dan Niddesa adalah penjelasan
secara analitis. Jadi, Paccayaniddesa adalah penjelasan secara analitis dari
sebab. Contohnya : hetupaccayoti hetū hetu sampayuttakānaṃ dhammānaṃ
taṃsamuṭṭhānānañca rūpānaṃ hetupaccayena paccayo, dan seterusnya. Ini
adalah penjelasan menengah dari Paṭṭhāna yang juga merupakan 8 halaman
pertama dari teks pertama Paṭṭhāna. Sisanya adalah penjelasan yang sangat
detil dari Paṭṭhāna.
Paṭiccasamuppāda hanya menjelaskan sebab dan akibat. Paṭṭhāna bukan
hanya menjelaskan hubungan sebab dan akibat dalam berbagai cara, tetapi
juga menjelaskan bagaimana sebab dengan kemampuannya menghasilkan
akibat. Y.M Buddhagosa mengatakan bahwa sangat sulit baginya untuk
menjelaskan Paṭṭhāna. Seperti halnya seseorang yang tidak bisa berdiri di
lautan yang luas, begitu pula Beliau harus berusaha keras untuk dapat
menjelaskan Paṭṭhāna.
Kita memiliki 5 kelompok gugusan kehidupan ( 5 khandhā ) yang terdiri dari :
1 rūpakkhandhā ( gugusan kehidupan materi ) dan 4 nāmakkhandhā (
gugusan kehidupan mental ). Kelima khandhā ini ada dengan saling
berhubungan satu sama lain. Jika kita mempelajari Paṭṭhāna, kita dapat
mengetahui bagaimana mereka saling berhubungan satu sama lain. Tetapi jika
kita mempelajari Paṭṭhāna secara detil, maka kita akan membutuhkan waktu
yang lama.
Sebagai ilustrasi, diibaratkan seseorang yang tidak pernah melihat lautan,
kemudian orang lain membawanya ke pinggir pantai dan menunjuk ke laut
seraya memberitahu bahwa itu adalah lautan. Ia menjadi tahu bahwa lautan
itu sangat luas dan dalam. Jika dia mencicipi air laut itu, dia akan mengetahui
rasa dari air laut. Ketika seseorang bertanya padanya apakah dia pernah
melihat lautan, dia akan menjawab – ya. Tetapi, masih sangat banyak hal yang
perlu ia pelajari tentang lautan. Begitu juga, dimulai dari saat ini, saya akan
menunjukkan pada anda dengan cara yang mudah dimengerti tentang
bagaimana hubungan Paṭṭhāna dengan kehidupan kita sehari-hari. Mari
mencari Paṭṭhāna di dalam tubuh kita. Pada intinya, Paṭṭhāna adalah
hubungan yang berkondisi yaitu hubungan antar sebab dan akibat.
Paccayasatti 24
Di dalam Patthana, terdapat 24 kondisi di mana Sang Buddha menjelaskan
keselarasan sebab akibat. Apabila membagi kondisi-kondisi ini ke dalam cara
kekhususannya, maka bisa dipilah menjadi 9 grup, sebagai berikut:
(1) Ārammaṇa 8
(2) Sahajāta 15
(3) Anantara 7
(4) Purejāta 6
(5) Pacchājāta 4
(6) Āhāra 3
(7) Indriya 3
(8) Pakatūpanissaya 2
(9) Kamma 1
8 kondisi di dalam
Ārammaṇa
1. Ārammaṇa
2. Adhipati
3. Nissaya
4. Upanissaya
5. Purejāta
6. Vippayutta
7. Atthi
8. Avigata
15 Kondisi di dalam grup Sahajāta
Terdapat 15 kondisi dalam berpartisipasi dalam
Sahajāta group.
The Senior conditions 4 :
1. Sahajāta
2. Nissaya
3. Atthi
4. Avigata
The Middle 4:
5. Aññamañña
6. Vipāka
7. Sampayutta
8. Vipayutta
But the Junior 7 :
9. Hetu
10. Adhipati
11. Āhāra
12. Kamma
13. Indriya
14. Jhāna
15. Magga
7 Kondisi di dalam grup Anantara
1. Anantara
2. Samanantara
3. Upanissaya
4. Āsevana
5. Kamma
6. Natthi
7. Vigata
6 Kondisi di dalam grup Purejāta
1. Purejāta
2. Nissaya
3. Indriya
4. Vippayutta
5. Atthi
6. Avigata
4 Kondisi di dalam grup Pacchājāta
1. Pacchājāta
2. Vippayutta
3. Atthi
4. Avigata
3 Kondisi di dalam grup Āhāra
1. Āhāra
2. Atthi
3. Avigata
3 Kondisi di dalam grup Indriya
1. Indriya
2. Atthi
3. Avigata
2 Kondisi di dalam grup Pakatūpanissaya
1. Upanissaya
2. Kamma
1 kondisi untuk grup Kamma
1. Kamma
Paccaya 24 (24 Kondisi)
1. Hetu Paccaya (kondisi Akar); roots
2 Arammana paccaya (kondisi objek); object
3. Adhipati paccaya (Kondisi dominan/ keunggulan); predominance
a, Sahajatadhipati
b, Arammanadhipati
4. Anantara paccaya (kondisi keberlangsungan yg sangat segera
tanpa jeda); proximity
5.Samanantara paccaya (kondisi keberlangsungan/kesegeraan);
contiguity
6. Sahajatapaccaya (kondisi dominansi yang muncul bersama)
7. Annamanna paccaya (kondisi kemunculan saling support-bolak
balik); mutuality
8. Nissaya paccaya (kondisi ketergantungan); dependence support
9. Upanissaya paccaya (kondisi kepastian / yg menentukan);
decisive support
10. Purejata paccaya (kondisi kemunculan sebelumnya); prenascence
1. Vatthu purejata / base prenascence
2. Arammana purejata / object prenascense
11. Pacchajata paccaya (kondisi kemunculan setelahnya); postnascence
12. Asevana paccaya (kondisi repetisi / pengulangan); repetition
13. Kamma paccaya (kondisi perbuatan); volition
1. Sahajata kamma / conascence kamma
2. Nanakhanika kamma / asynchronous kamma
14. Vipaka paccaya (kondisi hasil); result
15. Ahara paccaya (kondisi nutrisi); nitriment
1. Rupahara / material nutriment
2. Namahara / mental nutriment
16. Indriya paccaya (kondisi kecakapan indera); faculty
1. Purejatindriya / prenascence faculty
2. Jivitindriya / meterial life faculty
3.Sahajatindriya / conascence faculty
17. Jhana paccaya (kondisi absorbsi); absorbtion
18. Magga paccaya (kondisi Jalan); path
19. Sampayutta paccaya (kondisi bersekutu); association
20. Vippayutta paccaya (kondisi tak bersekutu/kondisi terpisah); dissociation
1. Sahajata vippayutta / conascence dissociation
2. Purejata vippayutta / prenascence dissociation
3. Pacchata vippayutta / postnacence dissociation
21. Atthi paccaya (kondisi kehadiran); presence
1. Sahajata vippayutta / conascence presence
2. Purejata vippayutta / prenascence presence
3. Pacchata vippayutta / postnascence presence
22. Natthi paccaya (kondisi ketidakhadiran); absence
23. Vigata paccaya (kondisi kepadaman); disappearance
24. Avigata paccaya (kondisi bukan kepadaman); non-disappearance
Ada 3 hal yang perlu dipahami di dalam bekerjanya / berfungsinya paccaya 24:
paccayadhamma : fenomena yang berfungsi sebagai kondisi bagi fenomena
lainnya baik dalam:
1. memproduksinya (produce),
2. mendukungnya (support), atau
3, dengan memeliharanya (maintain).
paccayuppannadhamma: fenomena yang muncul karena kondisi, fenomena
yang dikondisikan oleh kondisi paccayadhamma; fenomena yang muncul dan
berlangsung melalui bantuan yang diberikan oleh kondisi.
Paccayasatti: cara / jalan tertentu di mana fenomena kondisi (paccayadhamma)
berfungsi sebagai kondisi bagi fenomena yang dikondisikan
(paccayuppannadhamma).
Beberapa istilah dan dasar yang perlu dipahami terkait pembahasan Paccaya 24:
1. Pancakkhandha, namakkhandha, rupakkhandha
2. Citta
3. Cetasika
4. Pannatti
5. Nibbana
6. Patisandhikala
7. Pavattikala
8. Upada, thiti, banga
9. Kicca citta
10. Citta vithi
11. Umur rupa paramattha
12. Rupa vithi
13. Rupa vibhanga
14. Rupa kalapa
15. Rupa samutthana: kammajarupa, cittajarupa, utujarupa, aharajarupa
16. Rupapavatti
17. Indriya
18. Vatthu
19. Dvara
20. Dhatu
21. Magga 9
Definisi Paccayasatti 24 (Definisi 24 Cara Hubungan Kondisi)
1. Hetu paccaya (kondisi akar); root; sebuah kondisi di mana faktor keadaan
pengkondisi berfungsi seperti akar dengan menciptakan kekokohan dan ketetapan dari
faktor yang dikondisikan.
Hetu adalah akar batiniah, yaitu lobha, dosa, moha, alobha, adosa atau amoha. Batin /
keadaan yang bersekutu dengan akar-akar dan materi yang diproduksi karenanya, disebut
dengan cara dikondisikan oleh akar.
Lobha adalah sifat alami dari hasrat keinginan X Alobha berlawanan dari lobha yang
berarti kedermawaan/bebas dari kekikiran.
Dosa adalah sifat alami dari kebencian atau ketakutan X Adosa bukan hanya tidak
membenci tetapi berlawanan dari dosa yang artinya metta
Moha adalah Khayalan/ilusi/delusi sedangkan Amoha anti delusi yang berarti Panna
Hetu adalah sebab yang membuat akibat sangat kuat dimana ia mendukung untuk
mempertahankan akibatnya. Contoh akar dari sebuah pohon yang mendukung untuk
berkembangnya dahan,dedaunan, bunga dan buah (begitu juga dosa mendukung
tumbuhnya pikiran2 membenci act}
Hetu hetu sampayuttakanam dhammanam
tamsamutthananca rupanam hetupaccayena
paccayo artinya :
Ke 6 akar menyebabkan munculnya
citta/kesadaran dan cetasika/faktor kesadaran
yang bersekutu dengannya cittajarupa (materi
yang dihasilkan oleh kesadaraan) melalui kondisi
akar.
• Hetu artinya akar batiniah, yaitu lobha, dosa, moha,( akusala)
alobha, adosa dan amoha (kusala). Batin / keadaan yang
bersekutu dengan akar-akar dan materi yang diproduksi
karenanya, disebut dengan cara dikondisikan oleh akar.
• hetu sampayuttakanam dhammanam adalah citta dan
cetasika yang bersekutu dengan akar tersebut. (citta + cetasika
= Pikiran)
• tamsamutthananca rupanam adalah rupa/materi yang
dihasilkan oleh pikiran tergantung akarnya contoh jika akar
dosa muncul pada seseorang maka pikiran2 membenci akan
muncul. Kemudian ia akan berbicara dengan kasar dimana itu
rupa yang dihasilkan oleh pikiran yang dipenuhi oleh dosa, ia
akan berbicara dengan kasar dsb, sehingga tindakan jasmani
yang kasar juga merupakan rupa yang dihasilakan oleh pikiran.
• Berlaku sebaliknya jika kusala
2. Arammana paccaya (Objek sebagai kondisi); object: adalah sebuah kondisi
di mana faktor pengkondisi, sebagai objek, menyebabkan faktor lain, yang
dikondisikan, mengambil faktor pengkondisi sebagai objeknya. Enam jenis objek
adalah faktor pengkondisi dalam hubungan ini, dan citta serta cetasika adalah
faktor yang dikondisikannya.
Dhamma yang muncul karena adanya kontak dengan objek, maka hubungan
tersebut dikondisikan oleh objek (arammana). Objek dapat berupa objek kelima
indera, atau berupa dhamma (materi halus / sukhuma rupa, citta, cetasika,
Nibbana, maupun konsep), baik yang hadir di waktu lampau, saat ini maupun
yang akan datang.
Ke 6 obyek tersebut adalah
1. Rupayatana
2. Saddayana
3. Gandhayatana
4. Rasayatana
5. Photthabbayatana
6. Dhammayatana
Lobha diumpamkan seperti tanduk sapi jantan—semakin besar sapi semakin
besar tanduk.
Brahmana Magandiya(Magandiya sutta-MN)--- Obyek menyenangkan yang
disenangi oleh orang2.(seseorang perlu menikmati melihat obyek
pengelihatan dsb) SB : bahwa seyogyanya tdk mengikuti kenikmatan dari
obyek penglihatan. Dsb(maka akan mendapatkan penderitaan) ibarat :
Penyakit kusta
Seseorang yang memiliki sedikit panna berpikir bahwa hal ini membuatnya
menderita,menghabiskan banyak waktu dan uang. Kemudian menjaga sila
dan mempraktekan dhamma, melealisasi dhamma ia dapat melihat
keburukan dari hiburan yg menyenangkan.
Setalah mendengarkan kotbah SB Mencapai Magga nana
Rupayatanam , cakkhuvinnanadhatuya tamsampayuttakananca
dhammanam, arammanapaccayena paccayo
Artinya :
Rupayatanam adalah obyek penglihatan
Cakkhuvinnanadhatuya adalah obyek penglihatan
tamsampayuttakananca dhammanam adalah faktor2 bathin (cetasika) yang
menyertainya
arammanapaccayena artinya dengan kondisi obyek.
Paccayo artinya menyebabkan munculnya
Ini berlaku sama untuk :
Saddayatanam , sottavinnanadhatuya tamsampayuttakananca
dhammanam, arammanapaccayena paccayo
Gandhayatanam , ghanavinnanadhatuya tamsampayuttakananca
dhammanam, arammanapaccayena paccayo
Rasayatanam , Jivhavinnanadhatuya tamsampayuttakananca
dhammanam, arammanapaccayena paccayo
Photthabbayatanam , kayavinnanadhatuya tamsampayuttakananca
dhammanam, arammanapaccayena paccayo
Rupayatanam , saddayatanam, ghandhayatanam, Rasayatanam,
potthabbayatanam manodhatuya tamsampayuttakananca dhammanam,
arammanapaccayena paccayo
Sabbe dhamma, manovinnanadhatuya tamsampayuttakananca dhammanam,
arammanapaccayena paccayo
Artinya
keenam jenis obyek menyebabkan muncul manovinnanadhatu(santirana ,
votthapana, javana citta dsb )berserta cetasika yang menyertainya melalui
kondisi obyek (arammana paccayo) = 76 citta
Yam yam dhammam arabbha ye ye dhamma uppajjanti cittacetasika
dhamma, te te dhamma tesam tesam dhammanam, arammanapaccayena
paccayo
Artinya:
Dengan mengambil obyek2 tersebut citta cetasika yang menyertainya muncul ,
obyek obyek tersebut menyebabkan munculnya citta citta dan cetasika yang
menyertainya melalui kondisi obyek.
Lihat citta vithi
3.Adhipati paccaya (Keadaan dominan sebagai kondisi); predominance :
Arammanadhipati paccaya (kondisi dominansi objek) adalah suatu kondisi di mana faktor
pengkondisi, sebagai objek, mendominasi batin yang mengambilnya sebagai objek.
Tidak semua kondisi objek (arammana paccaya) citta dan cetasika menjadi arammanadhipati
paccaya. Akan menjadi arammanadhipati paccaya apabila objek tersebut sangat diinginkan
dan diperhatikan oleh citta dan cetasika.
Adhipati artinya dominan/unggul yang termasuk adhipati adalah:
1. Chanda (hasrat= keinginan untuk melakukan)
2. Viriya (semangat atau usaha yang terus menerus)
3. Citta (kesadaran/bathin)
4. Vimamsa (kebijaksanan perenungan)
Dlm kitab kom : raja dunia yang tidak memiliki pesaing diantara para raja dan umat manusia.
Terdapat 2 jenis adhipati:
1. Sahajatadhipati ---} setiap salah satu dari 4 adhipati akan muncul bersama Citta .
Cetasika dan cittajarupa yang meyertainya dan ia menjadi unggul diantara dhamma
dhamma tersebut yakni citta, cetasika dan cittajarupa.
2. Arammanadhipati ==} obyek yang mengungguli citta, cetasika dan cittajarupa.
Chandadhipati chandasampayuttakanam dhammanam tamsamutthananca
rupanam adhipatipaccayena paccayo
Artinya: chanda menjadi yang unggul(adhipati) menyebabkan munculnya citta,
cetasika dan cittajarupa yang menyertainya melalui kondisi keunggulan.
mis chanda –Lobha contoh ia akan mencoba untuk mengambil apapun yg ia
inginkan dan tanpa peduli hal yang dilakukanya dan Chanda –dosa ia akan
menjadi sangat kuat hingga seseorang dapat melakukan pembunuhan contoh
Devadatta 5 Kappa yang lalu menjadi penjual lampu bola kristal punya hasrat yg
kuat tk membunuh bodhisatta---} chanda yang kuat sampai ingin membunuh sang
buddha dengan berbagai cara .
Sedangkan chanda –alobha contohnya Raja sivi mendanakan matanya
Pangeran vesantara=== gajah putih, istri dan ke 2 anaknya
Chanda = adosa ia menginginkan semua mahluk berbahagia dan bebas dari
bahaya. Ingat :Ketika Chanda muncul sbg adipati bersamaan dgn lobha atau dosa ,
kita hanya berusaha mengikis lobha dan dosa tanpa perlu melenyapkan chanda
Dalam kitab kom : chandavata kim nama nasijjhati : chanda dapat memungkinkan
hal yang tdk mungkin terjadi. Seperti ia berjalan dibara arang dari ujung selatan
dunia sampai utara dunia
Viriyadhipati viriyasampayuttakanam dhammanam
tamsamutthananca rupanam adhipatipaccayena paccayo
Artinya: Viriya menjadi yang unggul(adhipati) menyebabkan
munculnya citta, cetasika dan cittajarupa yang menyertainya melalui
kondisi keunggulan.
Contoh raja janaka (Bodhisatta) –berenang dilautan selama 7 hari
ketika kapalnya rusak ada seorang dewi yg menanyainya---
Virya-kusala akan melakukan dana demi manfaat orang lain
cittadhipati cittasampayuttakanam dhammanam
tamsamutthananca rupanam adhipatipaccayena paccayo
Artinya: citta menjadi yang unggul(adhipati) menyebabkan munculnya
citta, cetasika dan cittajarupa yang menyertainya melalui kondisi
keunggulan
Bathin sangat kuat dan bathin merupakan pelopor, jika bathin kuat
maka apapun yang dilakukan orang akan berhasil.
Vimamsadhipati vimamsasampayuttakanam dhammanam tamsamutthananca
rupanam adhipatipaccayena paccayo
Artinya: Panna menjadi yang unggul(adhipati) menyebabkan munculnya citta,
cetasika dan cittajarupa yang menyertainya melalui kondisi keunggulan
Ketika kita belajar dengan penuh antusias, panna menjadi dominan.contoh bhante
sariputta (tertinggi dalam kebijaksanan) akusala hetu tdk dapat bersekutu dengan
vimamsa
Yam yam dhammam garum katva ye ye dhamma uppajjanti cittacetasika
dhamma, te te dhamma tesam tesam dhammanam, adhipatipaccayena paccayo
Artinya:
Karena salah satu dari empat adhipati, citta dan cetasika muncul .salah satu dari
empat adhipati menyebabkan munculnya citta dan cetasika melalui kondisi
keunggulan . Ke empat adhipati merupakan sahajatadhipati karena sebab dan
akibat muncul secara bersamaan.
Contoh : bhante Belatthasisa (murid ananda) hampir setiap waktu memasuki
Phalasampati. Obyek nibbana merupakan Arammanadhipathi (38)
Conascence-Predominance
(sahajātādhipati)
Object-Predominance
(ārammaṇādhipati)
Conascence (sahajāta) group Object (ārammaṇa) group
Paccaya Paccayuppanna Paccayasatti
Conascence Predominance (sahajātādhipati)
chandādhipati chandasampayuttakānaṃ
dhammānaṃ
taṃsamuṭṭhānānañca rūpānaṃ
adhipatipaccayena
paccayo
predominant desire for the phenomena associated
with desire, and the materialities
that originate from it
is a condition as
predominance
condition
vīriyādhipati vīriyasampayuttakānaṃ
dhammānaṃ
taṃsamuṭṭhānānañca rūpānaṃ
adhipatipaccayena
paccayo
predominant
energy
for the phenomena associated
with energy, and the materialities
that originate from it
is a condition as
predominance
condition
cittādhipati cittasampayuttakānaṃ
dhammānaṃ
taṃsamuṭṭhānānañca rūpānaṃ
adhipatipaccayena
paccayo
predominant mind for the phenomena associated
with mind, and the materialities
that originate from it
is a condition as
predominance
condition
vīmaṃsādhipati vīmaṃsasampayuttakānaṃ
dhammānaṃ
taṃsamuṭṭhānānañca rūpānaṃ
adhipatipaccayena
paccayo
predominant
investigation
(wisdom)
for the phenomena associated
with investigation (wisdom), and
the materialities that originate
from it
is a condition as
predominance
condition
KESADARAN YANG MENJADI
KEUNGGULAN
MELALUI KONDISI KEUNGGULAN
MENYEBABKAN MUNCULNYA FENOMENA
YANG MENYERTAI CITTA DAN CETASIKA DAN
CITTAJARUPA YANG DIHASILKAN OLEH MEREKA
Paccaya Paccayuppanna Paccayasatti
Object Predominance (ārammaṇādhipati)
yaṃ yaṃ
dhammaṃ garuṃ
katvā
ye ye dhammā uppajjanti
cittacetasikā dhammā
After giving weight
to any phenomenon
whatever phenomena arise,
(whatever) consciousness and
mental factors
te te dhammā tesaṃ tesaṃ dhammānaṃ adhipatipaccayena
paccayo
these phenomena for those phenomena is a condition as
predominance
condition
SETELAH MENGENGAM DENGAN
KUAT SETIAP FENOMENA
MENYEBABKAN MUNCULNYA FENOMENA
DHAMMA APAPUN , YAKNI CITTA DAN CETASIKA
FENOMENA/DHAMMA2 INI MENYEBABKAN MUNCULNYA FENOMENA
CITTA DAN CETASIKA
MELALUI KONDISI
KEUNGGULAN
4. Anantara paccaya (kondisi rangkaian/ keberlangsungan yang sangat segera
tanpa jeda); proximity : sebuah kondisi di mana faktor pengkondisi,
menyebabkan faktor yang dikondisikan, muncul segera tanpa jeda setelah faktor
pengkondisi itu padam sehingga tidak ada faktor yang dapat mengintervensi di
antara keduanya. Dan 5. Samanantara paccaya (kondisi
kesegeraan/keberlangsungan); contiguity : sebuah kondisi di mana faktor
pengkondisi menyebabkan faktor yang dikondisikan muncul setelah pengkondisi
yang mendahuluinya itu padam, sesuai dengan urutan proses batin.
Lenyapnya citta sebelumnya mendukung munculnya citta berikutnya.citta
sebelumnya membantu kemunculan dari citta berikutnya setelah
ketidakberadaannya. Tidak ada jeda antara lenyapnya citta sebelumnya dan
munculnya citta berikutnya.jadi cuti citta lenyap langsung muncul patisandhi citta
tanpa jeda
Contoh:
Tidak ada penghentian dari kehidupan petapa sumedha hingga kehidupan
buddha goutama.rangkaian kesadaraan terus berlanjut.
Contoh : ada sebab dan akibat orang lahir bekas luka dikarena kekuatan bathin
melekat pada bekas luka dikehidupan berikutnya
Ibarat : Raja meninggal maka putra tertua menjadi penganti raja (anantara
paccayo) buat cittavithi
perumpaan seorang tamu datang ke rmh dst.....
Jadi dalam anantarapaccayo dan samanantarapaccayo setelah PD –SR dst..
Antarapaccayo:
Cakkhuvinnanadhuthu tamsamutthanan ca dhamma manodhatuya
tamsampayuttakanca dhammanam anantra paccayena paccayo =
Kesadaran mata dan cetasika yang menyertainya menyebabkan munculnya
sampatticchana citta (manodhatu) dan cetasika yang menyertainya pada moment
ketidak beradaan dari cakkhuvinnana melalui kondisi kedekataan dlm rangkaian.
manodhuthu tamsamutthanan ca dhamma manovinnanadhatuya
tamsampayuttakanca dhammanam anantra paccayena paccayo =
Kesadaran penerima( sampaticchana= manodathu)dan cetasika yang menyertainya
menyebabkan munculnya santirana citta (manovinnanadhatu) dan cetasika yang
menyertainya pada moment ketidak beradaan dari cakkhuvinnana melalui kondisi
kedekataan dlm rangkaian.
Berlaku sama untuk sota vinnana:
Sotavinnanadhuthu tamsamutthanan ca dhamma manodhatuya
tamsampayuttakanca dhammanam anantra paccayena paccayo =
Kesadaran telinga dan cetasika yang menyertainya menyebabkan munculnya
sampatticchana citta (manodhatu) dan cetasika yang menyertainya pada moment
ketidak beradaan dari cakkhuvinnana melalui kondisi kedekataan dlm rangkaian.
manodhuthu tamsamutthanan ca dhamma manovinnanadhatuya
tamsampayuttakanca dhammanam anantra paccayena paccayo =
Kesadaran penerima( sampaticchana= manodathu)dan cetasika yang menyertainya
menyebabkan munculnya santirana citta (manovinnanadhatu) dan cetasika yang
menyertainya pada moment ketidak beradaan dari cakkhuvinnana melalui kondisi
kedekataan dlm rangkaian.
Berlaku sama untuk ghana vinnana:
Ghanavinnanadhuthu tamsamutthanan ca
dhamma manodhatuya
tamsampayuttakanca dhammanam
anantra paccayena paccayo =
Kesadaran hidung dan cetasika yang
menyertainya menyebabkan munculnya
sampatticchana citta (manodhatu) dan
cetasika yang menyertainya pada moment
ketidak beradaan dari cakkhuvinnana
melalui kondisi kedekataan dlm rangkaian.
manodhuthu tamsamutthanan ca
dhamma manovinnanadhatuya
tamsampayuttakanca dhammanam
anantra paccayena paccayo =
Kesadaran penerima( sampaticchana=
manodathu)dan cetasika yang
menyertainya menyebabkan munculnya
santirana citta (manovinnanadhatu) dan
cetasika yang menyertainya pada moment
ketidak beradaan dari cakkhuvinnana
melalui kondisi kedekataan dlm rangkaian.
Berlaku sama untuk Jivha vinnana:
Jivhavinnanadhuthu tamsamutthanan ca
dhamma manodhatuya tamsampayuttakanca
dhammanam anantra paccayena paccayo =
Kesadaran lidah dan cetasika yang
menyertainya menyebabkan munculnya
sampatticchana citta (manodhatu) dan
cetasika yang menyertainya pada moment
ketidak beradaan dari cakkhuvinnana melalui
kondisi kedekataan dlm rangkaian.
manodhuthu tamsamutthanan ca dhamma
manovinnanadhatuya tamsampayuttakanca
dhammanam anantra paccayena paccayo =
Kesadaran penerima( sampaticchana=
manodathu)dan cetasika yang menyertainya
menyebabkan munculnya santirana citta
(manovinnanadhatu) dan cetasika yang
menyertainya pada moment ketidak
beradaan dari cakkhuvinnana melalui kondisi
kedekataan dlm rangkaian.
Berlaku sama untuk kaya vinnana:
kayavinnanadhuthu tamsamutthanan ca dhamma manodhatuya tamsampayuttakanca
dhammanam anantra paccayena paccayo =
Kesadaran tubuh dan cetasika yang menyertainya menyebabkan munculnya sampatticchana
citta (manodhatu) dan cetasika yang menyertainya pada moment ketidak beradaan dari
cakkhuvinnana melalui kondisi kedekataan dlm rangkaian.
manodhuthu tamsamutthanan ca dhamma manovinnanadhatuya tamsampayuttakanca
dhammanam anantra paccayena paccayo =
Kesadaran penerima( sampaticchana= manodathu)dan cetasika yang menyertainya
menyebabkan munculnya santirana citta (manovinnanadhatu) dan cetasika yang menyertainya
pada moment ketidak beradaan dari cakkhuvinnana melalui kondisi kedekataan dlm rangkaian.
Rft,mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmk-
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbn
Purima purima kusala dhamma pacchimanam pacchimanam kusalanam dhammanam
anantarapaccayena paccayo :
Kusala yang sebelumnya menyebabkan munculnya kusala berikutnya pada momen
ketidakberadaannya dengan kondisi kedekatan dalam rangkaian
Purima purima kusala dhamma pacchimanam pacchimanam abyakalanam dhammanam
anantarapaccayena paccayo :
Kusala yang sebelumnya menyebabkan munculnya abyakata berikutnya pada momen
ketidakberadaannya dengan kondisi kedekatan dalam rangkaian
Purima purima akusala dhamma pacchimanam pacchimanam akusalanam dhammanam
anantarapaccayena paccayo :
Akusala yang sebelumnya menyebabkan munculnya akusala berikutnya pada momen
ketidakberadaannya dengan kondisi kedekatan dalam rangkaian
Purima purima akusala dhamma pacchimanam pacchimanam abyakatanam dhammanam
anantarapaccayena paccayo :
AKusala yang sebelumnya menyebabkan munculnya abyakata berikutnya pada momen
ketidakberadaannya dengan kondisi kedekatan dalam rangkaian
Purima purima abyakata dhamma pacchimanam pacchimanam abyakalanam dhammanam
anantarapaccayena paccayo :
abyakata yang sebelumnya menyebabkan munculnya abyakata berikutnya pada momen
ketidakberadaannya dengan kondisi kedekatan dalam rangkaian
Purima purima abyakata dhamma pacchimanam pacchimanam kusalanam dhammanam
anantarapaccayena paccayo :
Abyakataa yang sebelumnya menyebabkan munculnya kusala berikutnya pada momen
ketidakberadaannya dengan kondisi kedekatan dalam rangkaian
Purima purima abyakata dhamma pacchimanam pacchimanam Akusalanam dhammanam
anantarapaccayena paccayo :
Abyakataa yang sebelumnya menyebabkan munculnya Akusala berikutnya pada momen
ketidakberadaannya dengan kondisi kedekatan dalam rangkaian
Yesam yesam dhammanam anantara ye ye dhamma uppajjanti cittacetasika dhamma te te
dhamma tesam tesam dhammanam anantarapaccayena paccayo=
Citta cetasika yang sebelumnya ini menyebabkan munculnya citta cetsika berikutnya ini , citta
cetasika sebelum menyebabakan munculnya citta cetasika berikutnya itu dengan kondisi
kedekatan dalam rangkian,
6. Sahajata paccaya (kondisi kemunculan bersama); conascense (6): adalah
sebuah kondisi di mana faktor yang mengkondisikan, pada saat
kemunculannya, menyebabkan faktor yang dikondisikan muncul simultan
dengan faktor yang mengkondisikan. Seperti lampu pada saat nyala, maka
pada saat itu terang, warna dan panas muncul bersamaan dengan nyalanya
lampu tersebut.
7. Annamanna paccaya (kondisi kemunculan saling dukung – bolak-balik
saling mengkondisikan); mutuality (7): adalah sebuah kondisi di mana faktor
pengkondisi mengkondisikan faktor yang dikondisikan dan sebaliknya dengan
cara yang sama faktor yang dikondisikan mengkondisikan faktor pengkondisi.
Mirip tiga buah gagang kayu yang ujungnya saling bersandar membentuk
sebuah tripod.
8. Nissaya paccaya (kondisi ketergantungan); dependence (8): adalah sebuah
kondisi di mana faktor pengkondisi menyebabkan faktor yang dikondisikan
muncul dengan menyediakan support atau landasan di mana faktor yang
dikondisikan ini tergantung. Faktor yang dikondisikan terhubung dengan
faktor pengkondisi dalam satu cara mirip seperti tanah yang menunjang
pohon dan tanamannya atau seperti canvas yang menunjang untuk sebuah
lukisan.
9.Upanissaya paccaya (kondisi kepastian / yg menentukan); decisive support ada 3
upanissaya paccaya, yaitu:
1.Arammanupanissaya (object decisive support/ object sebagai upanissaya paccaya) adalah
suatu kondisi di mana faktor pengkondisi adalah objek yang sangat diharapkan / diinginkan
/ objek yang penting di mana menyebabkan faktor yang dikondisikan, fenomena batin
mencerapnya, untuk muncul dalam ketergantungan yang kuat akan objek tersebut.
2. Anantarupanissaya (proximity decisive support): mirip dengan kondisi anantara (yang
tanpa jeda) dalam hal faktor yang mengkondisikan dan dikondisikan, tetapi berbeda dari
anantara paccaya dalam hal kekuatan dari kondisi-kondisinya. Anantara adalah kekuatan
yang menyebabkan faktor yang dikondisikan berikutnya untuk muncul segera tanpa jeda
setelah faktor sebelumnya padam; sedangkan anantarupanissaya adalah kekuatan yang
menyebabkan faktor yang muncul berikutnya untuk muncul karena mereka sangat kuat
tergantung padamnya dari faktor yang mendahuluinya.
3. Pakatupanissaya (natural decisive support): adalah hubungan yang luas termasuk faktor
pengkondisi seperti semua nama atau rupa yang menjadi penentu yang kuat untuk
kemunculan pada waktu berikutnya bagi faktor-faktor yang dikondisikan, yaitu citta dan
10. Purejata paccaya (kondisi yang mendahului
kemunculan); prenascence (10): adalah sebuah
kondisi, yang telah muncul dan mencapai tahap
keberadaan / berlangsung (thiti), menyebabkan
faktor yang dikondisikan, muncul setelahnya.
11. Pacchajata paccaya (kondisi yang muncul
setelah yang dikondisikan); postnascence (11):
sebuah kondisi di mana faktor pengkondisi
membantu faktor yang dikondisikan yang telah
muncul lebih dulu daripada faktor pengkondisi itu
dengan mensupport dan memperkuatnya
12. Asevana paccaya (kondisi repetisi /
pengulangan); repetition (12): sebuah kondisi di
mana keadaan batin pengkondisi menyebabkan
keadaan yang dikondisikan, fenomena batin,
sama seperti pengkondisinya, muncul dengan
kekuatan dan efisiensi yang bertambah setelah
pengkondisi itu padam.
13. Kamma paccaya (kondisi perbuatan); volition (13):
terdiri dari 2 jenis:
sahajata kammapaccaya: kondisi kamma yang muncul berbarengan: sahajata kamma paccaya: faktor
pengkondisi adalagh cetana di dalam 89 citta. Faktor yang dikondisikan adalah citta dan cetasika
yang berhubungan dengan cetana tersebut dan fenomena jasmani yang muncul bersamanya.
Cetana di sini berfungsi sebagai sahajata kamma paccaya dengan menyebabkan faktor-faktornya
melakukan tugas-tugasnya masing-masing dan dengan menimbulkan fenomena jasmani yang cocok
secara simultan / berbarengan dengan kemunculannya itu sendiri.
nanakkhanika kammapaccaya: kondisi kamma yang asynchronous
di mana terdapat temporal gap antara faktor pengkondisi dengan faktor yang dikondisikan. Faktor
pengkondisi dalam hubungan ini adalah perbuatan baik dan buruk yang lalu. Faktor yang
dikondisikan adalah vipaka citta, cetasikanya, dan fenomena materi yang dihasilkan kamma, baik
saat patisandhi (patisandhikala) maupun sepanjang kehidupan (pavattikala). Faktor pengkondisi di
sini adalah kemampuan cetana untuk men-generate keadaan batin hasil (nama vipaka) dan
kammajarupa yang cocok. Hubungan kondisional ini juga terjadi antara magga citta dan phala citta
yang terkait.
14. Vipaka paccaya (kondisi hasil); result (14):
sebuah kondisi di mana faktor pengkondisi
membuat faktor yang dikondisikan yang muncul
bersamanya bersifat pasif, tak bergerak dengan
sendirinya. Faktor pengkondisi di dalam
hubungan ini adalah vipaka citta dan
cetasikanya. Faktor yang dikondisikan adalah
batin yang sama satu sama lain dan fenomena
jasmani yang muncul bersamanya.
15. Ahara paccaya (kondisi nutrisi); nitriment
(15): adalah sebuah kondisi di mana faktor
pengkondisi berhubungan dengan faktor yang
dikondisikan dengan cara memeliharanya agar
tetap berlangsung dan mendukung
pertumbuhan dan perkembangannya. Hal ini
dapat dibandingkan seperti tumpuan / ganjalan
yang mendukung rumah tua dan mencegahnya
dari keruntuhan. Demikianlah fungsi esensial
dari nutrisi yaitu mendukung atau memperkuat
(upatthambana).
16. Indriya paccaya (kondisi indera); faculty
(16): adalah suatu kondisi di mana faktor
pengkondisi berhubungan dengan faktor yang
dikondisikan dengan cara menerapkan
pengawasan ke sebuah unit atau fungsi khusus.
Kondisi ini diibaratkan sekelompok menteri, di
mana tiap-tiap menteri memiliki kebebasan
pengawasan di dalam memerintah masing-
masing area-nya.
17. Jhana paccaya (kondisi absorbsi); absorbtion
(17): sebuah kondisi di mana faktor yang
mengkondisikan menyebabkan faktor yang
dikondisikan berpartisipasi di dalam perenungan
yang sangat dekat / dalam akan sebuah objek.
18. Magga paccaya (kondisi Jalan); path (18):
sebuah kondisi di mana faktor pengkondisi
terkait dengan faktor yang dikondisikan dengan
menyebabkannya untuk sebagai sarana
mencapai tujuan pencapaian tertentu. Faktor
pengkondisi di dalam hubungan ini adalah 12
faktor magga, yang direduksi menjadi 9 cetasika.
19. Sampayutta paccaya (kondisi bersekutu); association (19): sebuah kondisi di mana
keadaan batin, sebagai faktor pengkondisi, menyebabkan keadaan batin lain, sebagai
yang dikondisikan, muncul dan bersekutu di dalam satu kelompok yang tak
terpisahkan yang dicirikan oleh para anggota kelompoknya. Namakkhandha (citta dan
cetasika) yang saling dukung bersama, yang memiliki vatthu yang sama, objek yang
sama, munculnya bersama dan padamnya bersama adalah kondisi persekutuan.
Masing-masing namakkhandha dari keempat namakkhandha ini adalah kondisi
persekutuan bagi namakkhandha yang lain, satu sama lainnya; walaupun fungsi dari
masing-masing namakkhandha tersebut berbeda sesuai fungsinya masing-masing.
Semua yang mengalami sampayutta paccaya mengalami sahajata paccaya, tetapi tidak
semua sahajata paccaya mengalami sampayutta paccaya, karena perbedaan kondisi
tersebut. Di dalam sahajata paccaya, rupkkhandha termasuk di dalamnya yang muncul
berbareng dengan namakkhandha yang menyebabkannya, sedangkan di dalam
sampayutta paccaya, namakkhandha dengan rupakkhandha tidak bersekutu
(vippayutta).
20. Vippayutta paccaya (kondisi tak bersekutu/kondisi terpisah);
dissociation (20): adalah kondisi di mana faktor pengkondisi baik
fenomena batin yang membantu kehadiran fenomena jasmani,
atau fenomena jasmani yang membantu kehadiran fenomena
batin. Di dalam hubungan ini, kediua komponen itu, faktor
pengkondisi maupun faktor yang dikondisikan adalah tipe yang
berbeda: apabila yang satu adalah jasmani maka yang lainnya
adalah batin; apabila yang satu adalah batin maka satu lainnya
adalah jasmani. Dalam Vippayutta paccaya ini, faktor-faktor
pengkondisi dapat muncul bersamaan, sebelum atau setelah
faktor yang dikondisikan.
21. Atthi paccaya (kondisi kehadiran); presence
(21): faktor pengkondisi menolong faktor yang
dikondisikan untuk muncul atau berlangsung
selama waktu faktor pengkondisi itu hadir.
Namun faktor pengkondisi dengan faktor yang
dikondisikan tidaklah harus muncul bersama
22. Natthi paccaya (kondisi ketidakhadiran);
absence (22): sebuah kondisi di mana faktor
pengkondisi ketika tidak hadir (sudah tidak ada)
memberikan kondisi faktor yang dikondisikan
lainnya untuk muncul segera langsung setelah
kepadaman pengkondisi tadi.
23. Vigata paccaya (kondisi kepadaman);
disappearance (23): sebuah kondisi di mana
sebuah faktor pengkondisi, dengan
kepadamannya, memberikan kesempatan
kepada faktor yang dikondisikan berikutnya
untuk muncul.
24. Avigata paccaya (kondisi bukan kepadaman);
non-disappearance (24): faktor pengkondisi
menolong faktor yang dikondisikan tidak padam
selama waktu faktor pengkondisi tidak padam.
Namun faktor pengkondisi dengan faktor yang
dikondisikan tidaklah harus muncul bersama.
Patthananaya 24 Paccaya dalam hubungan antar kelompok NAMA RUPA
Ringkasan bagaimana 24 kondisi membentuk 6 hubungan antar kelompok
fenomena yang berbeda:
1. Di dalam 6 cara batin adalah kondisi bagi batin (Nama ke Nama)
2. Di dalam 5 cara batin adalah kondisi bagi batin-dan-jasmani (Nama ke Nama
Rupa)
3. Di dalam 1 cara batin adalah sebuah kondisi bagi jasmani (Nama ke Rupa)
4. Di dalam 1 cara jasmani adalah sebuah kondisi bagi batin (Rupa ke Nama)
5. Di dalam 2 cara konsep dan batin-dan-jasmani adalah kondisi bagi batin
(Nama Rupa ke Nama)
6. Di dalam 9 cara batin-dan-jasmani adalah kondisi bagi batin-dan-jasmani
(Nama Rupa ke Nama Rupa)
I. NAMA KE NAMA
Ada 6 cara keterkaitan nama ke nama:
Citta dan cetasika yang segera padam adalah kondisi bagi kehadiran citta dan cetasika
dengan cara:
1.Proximity (anantara)
2. Contiguity (samanantara)
3. absence (natthi)
4. disappearance (vigata)
5. Javana yang terdahulu adalah sebuah kondisi bagi javana berikutnya dengan cara
repitisi (asevana)
6. Citta dan cetasika yang muncul bersama adalah kondisi satu sama lain dengan cara
persekutuan (sampayutta)
I.1.a. Anantara paccaya (proximity condition) (4) dan I.1.b. Samanantara paccaya
(contiguity condition) (5)
Keduanya mirip, hanya berbeda dalam urutannya saja, mencerminkan hubungan yang
sama dengan perbedaan kecil sudut pandang.
1.1.a. Anantara paccaya (4): sebuah kondisi di mana satu keadaan batin sebagai
kondisi pengkondisi, menyebabkan keadaan batin lain, sebagai faktor yang
dikondisikan, muncul segera setelah faktor pengkondisi itu padam sehingga tidak
ada keadaan batin lain yang dapat mengintervensi di antara keduanya.
1.1.b. Samanantara paccaya (5): sebuah kondisi di mana keadaan batin pengkondisi
menyebabkan keadaan batin yang dikondisikan muncul segera setelah pengkondisi
itu padam, sesuai dengan urutan proses batin.Kedua kondisi ini terjadi pada
hubungan antara citta dan cetasika yang padam pada tiap saat dengan citta dan
cetasika yang muncul segera berikutnya. Citta dan cetasika yang baru saja padam
merupakan keadaan pengkondisi; citta dan cetasika yang muncul segera setelahnya
adalah faktor yang dikondisikan. Namun demikian, cuti citta mahluk Arahat, tidak
berfungsi sebagai anantara paccaya atau samanantara paccaya, karena tidak diikuti
oleh citta lainnya.
1.1.c. Natthi paccaya (absence condition) (22) dan 1.1.d. vigata paccaya
(disappearance condition)(23)
Kedua kondisi ini merupakan pasangan lain yang mirip dalam substansi hanya
berbeda sedikit dari sudut pandang.
1.1 c. Natthi paccaya (22): sebuah kondisi di mana sebuah keadaan batin ketika tidak hadir
(sudah tidak ada) memberikan kondisi keadaan batin lainnya untuk muncul segera langsung
setelah kepadaman pengkondisi tadi.
1.1.d. Vigata paccaya (23): sebuah kondisi di mana sebuah keadaan batin, dengan
kepadamannya, memberikan kesempatan kepada keadaan batin berikutnya untuk muncul.
Keadaan pengkondisi dan yang dikondisikan dalam kedua hubungan ini identik seperti yang
terjadi pada anantara dan samanantara paccaya.
1.2. Asevana paccaya (repetition condition) (12): sebuah kondisi di mana keadaan batin
pengkondisi menyebabkan keadaan yang dikondisikan, fenomena batin , sama seperti
pengkondisinya, muncul dengan kekuatan dan efisiensi yang bertambah setelah
pengkondisi itu padam.
Keadaan pengkondisi ini adalah lokiya kusala dan akusala serta mahakiriya pada citta-citta
dalam proses javana, kecuali saat terakhir javana. Walaupun lokuttara citta adalah kusala
javana, namun magga citta tidak menjadi asevana paccaya karena diikuti oleh phala citta,
yang merupakan hasil dari magga citta sehingga bukan merupakan pengulangan / repetisi.
Dan walaupun phala citta dapat muncul beruntun di dalam proses Javana, namun phala
citta tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk dapat dikategorikan repetisi. Namun
demikian, tiga citta tihetuka mahakusala yang mendahului phala citta ini adalah kondisi bagi
citta berikutnya dalam tiga rangkaian itu, dan disebut sebagai asevana paccaya.
1.3. Sampayutta paccaya (19): sebuah kondisi di
mana keadaan batin, sebagai faktor pengkondisi,
menyebabkan keadaan batin lain, sebagai yang
dikondisikan, muncul dan bersekutu di dalam satu
kelompok yang tak terpisahkan yang dicirikan oleh
para anggota kelompoknya yang memiliki
kemunmculan dan kepadaman yang bersama,
sebuah objek bersama, dan sebuah landasan fisik
yang sama. Kondisi ini dimiliki oleh citta atau
cetasika sebagai faktor pengkondisi dan semua
fenomena batin di dalam unit kesadaran yang sama
sebagai keadaan yang dikondisikan.
II. NAMA KE NAMA RUPA
Ada 5 cara keterkaitan nama sebagai kondisi bagi nama rupa, sebagai berikut:
1. Hetu paccaya sebagai kondisi bagi nama rupa yang muncul bersamaan
dengannya
2. Jhana paccaya sebagai kondisi bagi nama rupa yang muncul bersamaan
dengannya
3. Magga paccaya sebagai kondisi bagi nama rupa yang muncul bersamaan
dengannya
4. Kamma paccaya: Kamma pacaaya conascence sebagai kondisi bagi nama rupa
yang muncul bersamaan dengannya; dan kamma paccaya asynchronous sebagai
kondisi bagi nama rupa yang diproduksi oleh kamma
5. Vipaka paccaya: nama vipaka sebagai kondisi bagi satu sama lainnya dan rupa
yang muncul bersamanya
II. 1. Hetu paccaya (kondisi akar); root; (1):
Sebuah kondisi di mana faktor keadaan pengkondisi berfungsi seperti akar dengan
menciptakan kekokohan dan ketetapan dari faktor yang dikondisikan. Kondisi akar ini adalah
6 faktor batin, lobha, dosa, moha yang bersifat akusala dan alobha, adosa, amoha baik yang
kusala maupun kiriya. Faktor yang dikondisikan adalah batin yang dipimpin oleh akar tersebut
dan fenomena jasmani yang muncul bersamanya. Fenomena jasmani yang muncul
bersamanya adalah kammajarupa pada moment patisandhi (patisandhi kala), dan cittajarupa
selama kehidupan (pavatti kala). Mirip seperti akar sebuah pohon, yang menjadi landasan
keberadaan pohon, pertumbuhan, stabilitasnya, demikian pula akar memberi kemunmculan
faktor yang dikondisikan dan membuatnya kuat dan stabil.
II. 2. Jhana paccaya (kondisi jhana) (17):
Sebuah kondisi di mana faktor yang mengkondisikan menyebabkan faktor yang dikondisikan
berpartisipasi di dalam perenungan yang sangat dekat akan sebuah objek. Faktor pengkondisi
ini adalah 7 faktor jhana, yang direduksi menjadi 5 cetasika. Faktor yang dikondisikan adalah
citta dan cetasika yang berhubungan dengan faktor-faktor jhana itu, yaitu, semua citta
kecuali 10 dvipancavinnana citta, dan fenomena jasmani yang muncul bersamanya. Namun
demikian, fenomena jasmani yang muncul bersamanya tidak dapat merenungkan objek
dirinya sendiri, karena mereka diproduksi oleh perenungan yang kuat yang dicapai oleh
faktor-faktor jhana yang termasuk di dalam faktor yang dikondisikan.
II. 3. Magga paccaya (path condition); path (18):
Sebuah kondisi di mana faktor pengkondisi terkait dengan faktor yang dikondisikan
dengan menyebabkannya untuk sebagai sarana mencapai tujuan pencapaian tertentu.
Faktor pengkondisi di dalam hubungan ini adalah 12 faktor magga, yang direduksi
menjadi 9 cetasika. Empat adalah jalan yang salah (miccha magga) yang merupakan jalan
untuk mencapai destinasi menyedihkan; delapan adalah jalan yang benar yang
merupakan jalan untuk mencapai destinasi membahagiakan dan Nibbana. Faktor yang
dikondisikan semuanya adalah citta, kecuali 18 ahetuka citta dan cetasika yang
berhubungan dengan ahetuka citta ini, dan fenomena jasmani yang muncul bersamaan
dengannya. Sementara faktor jalan di dalam vipaka maupun kiriya citta tidak membawa
ke arah destinasi tertentu, mereka masih diklasifikan sebagai faktor jalan karena
dianggap secara abstrak di dalam sifat alamiahnya, mereka mirip dengan faktor-faktor
yang mampu membawa ke arah destinasi yang berbeda.
II. 4. Kamma paccaya (volition condition); volition (13):
terdiri dari 2 jenis:
1.sahajata kammapaccaya: kondisi kamma yang muncul berbarengan
2.nanakkhanika kammapaccaya: kondisi kamma yang asynchronous
II.4.a. Sahajata kamma paccaya: faktor pengkondisi adalagh cetana di dalam
89 citta. Faktor yang dikondisikan adalah citta dan cetasika yang berhubungan
dengan cetana tersebut dan fenomena jasmani yang muncul bersamanya.
Cetana di sini berfungsi sebagai sahajata kamma paccaya dengan
menyebabkan faktor-faktornya melakukan tugas-tugasnya masing-masing dan
dengan menimbulkan fenomena jasmani yang cocok secara simultan /
berbarengan dengan kemunculannya itu sendiri.
II.4.b. Nanakkhanika kammapaccaya: terdapat temporal gap antara faktor
pengkondisi dengan faktor yang dikondisikan. Faktor pengkondisi dalam
hubungan ini adalah perbuatan baik dan buruk yang lalu. Faktor yang
dikondisikan adalah vipaka citta, cetasikanya, dan fenomena materi yang
dihasilkan kamma, baik saat patisandhi (patisandhikala) maupun sepanjang
kehidupan (pavattikala). Faktor pengkondisi di sini adalah kemampuan cetana
untuk men-generate keadaan batin hasil dan kammajarupa yang cocok.
Hubungan kondisional ini juga terjadi antara magga citta dan phala citta yang
terkait.
II. 5. Vipaka paccaya (kondisi hasil); result (14)
Sebuah kondisi di mana faktor pengkondisi membuat faktor yang dikondisikan
yang muncul bersamanya bersifat pasif, tak bergerak dengan sendirinya.
Faktor pengkondisi di dalam hubungan ini adalah vipaka citta dan cetasikanya.
Faktor yang dikondisikan adalah batin yang sama satu sama lain dan
fenomena jasmani yang muncul bersamanya. Karena vipaka diproduksi dari
kemasakan kamma, mereka tidak aktif tetapi pasif dan tidak bergerak.
Demikianlah di dalam pikiran seseorang di dalam tidur lelap, bhavanga citta
muncul dan padam secara konstan secara berurutan, selama waktu ini, tidak
ada usaha dibuat melalui tubuh, ucapan maupun pikiran, dan bahkan tidak
ada kesadaran yang nyata akan objek. Mirip dengan itu, di dalam proses
kognitif lima indera, vipaka citta tidak membuat suatu usaha untuk
mengetahui objek. Hanya di dalam proses javana upaya dilakukan secara jelas
mengkognisi objek, dan lagi hanya di proses javana bahwa perbuatan-
perbuatan dilakukan.
III. NAMA KE RUPA
Ada 1 cara keterkaitan nama sebagai kondisi bagi rupa, yaitu citta yang
muncul berikutnya dan faktor-faktor batin yang muncul berikutnya sebagai
kondisi bagi jasmani yang muncul sebelumnya (Pacchajata paccaya).
Pacchajata paccaya (kondisi yang muncul setelah yang dikondisikan);
postnascence (11): sebuah kondisi di mana faktor pengkondisi membantu
faktor yang dikondisikan yang telah muncul lebih dulu daripada faktor
pengkondisi itu dengan mensupport dan memperkuatnya. Faktor pengkondisi
dalam hubungan ini adalah citta dan cetasika yang berikutnya muncul, faktor
yang dikondisikannya adalah fenomena jasmani (yang lahir dari keempat cara
samutthana), yang muncul mendahului citta yang mempengaruhinya. Kondisi
ini dimulai dari bhavanga pertama dalam hubungannya kepada kammajarupa
saat patisandhi. Mirip air hujan yang turun kemudian yang mendorong
pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang telah ada, demikian pula
keadaan batin yang muncul kemudian akan mendukung fenomena jasmani
yang muncul lebih dulu, begitulah mereka terus untuk memproduksi
fenomena jasmani di dalam keberlangsungan.
IV. RUPA KE NAMA
Ada 1 cara hubungan antara rupa bagi nama, yaitu 6 landasan indera selama
kehidupan adalah kondisi bagi 7 vinnana dhatu, dan 5 objek bagi 5 kesadaran
indera, melalui cara purejata paccaya.
Purejata paccaya (kondisi yang mendahului kemunculan); prenascence (10):
adalah sebuah kondisi, yaitu fenomena jasmani yang telah muncul dan
mencapai tahap keberadaan / berlangsung (thiti), menyebabkan batin,
sebagai faktor yang dikondisikan, muncul setelahnya. Mirip seperti matahari,
ketika muncul pertama di dunia dan memberikan penerangan kepada orang-
orang yang muncul kemudian setelah matahari muncul. Terdapat 2 jenis
kemunculan prenascence condition, yaitu: vatthu purejata (base
prenascence) dan arammana purejata (object prenascence).a
IV.1.Vatthu purejata paccaya: tiap-tiap landasan indera selama kehidupan
adalah sebuah faktor pengkondisi dengan cara vatthu purejata paccaya bagi
citta dan cetasika, sebagai faktor yang dikondisikan, dan mengambil rupa ini
sebagai pendukung kemunculannya. Hadayavatthu bukanlah vatthu purejata
paccaya bagi patisandhi citta pada saat pavatti kala karena munculnya
berbarengan (conascence) dan saling mendukung (mutuality).
IV.2. Arammana purejata paccaya: Tiap-tiap objek lima indera adalah sebuah
faktor pengkondisi (object prenascence) bagi citta dan cetasika di dalam
sebuah proses kognitif kesadaran indera yang mengambilnya sebagai
objeknya. Sebagai tambahan, semua 18 cittajarupa yang sudah dalam tahap
keberadaan (thiti) menjadi arammana purejata paccaya bagi citta dan
cetasika di dalam proses kesadaran melalui batin (manodvara vithi citta).
Paccayasatti
Paccayasatti
Paccayasatti
Paccayasatti
Paccayasatti
Paccayasatti
Paccayasatti
Paccayasatti
Paccayasatti
Paccayasatti
Paccayasatti
Paccayasatti
Paccayasatti
Paccayasatti
Paccayasatti
Paccayasatti

More Related Content

What's hot

Abhidhammatasangaha Bab 3 Pakinnaka
Abhidhammatasangaha Bab 3 PakinnakaAbhidhammatasangaha Bab 3 Pakinnaka
Abhidhammatasangaha Bab 3 PakinnakaRuby Santamoko
 
Pengantar abhidhamma revisi
Pengantar abhidhamma revisiPengantar abhidhamma revisi
Pengantar abhidhamma revisimettadewi wong
 
Ấn Chứng Sự Thù Thắng Của Đạo
Ấn Chứng Sự Thù Thắng Của ĐạoẤn Chứng Sự Thù Thắng Của Đạo
Ấn Chứng Sự Thù Thắng Của ĐạoPhát Nhất Tuệ Viên
 
Masa pembabaran dhamma sang buddha
Masa pembabaran dhamma sang buddhaMasa pembabaran dhamma sang buddha
Masa pembabaran dhamma sang buddhaSTAB dharma widya
 
Pengenalan kitab suci tripitaka-supriduta
Pengenalan kitab suci tripitaka-supridutaPengenalan kitab suci tripitaka-supriduta
Pengenalan kitab suci tripitaka-supridutaSupriDuta
 
Rpp fiqih kelas VII
Rpp fiqih kelas VIIRpp fiqih kelas VII
Rpp fiqih kelas VIImas_mughni
 
Bhagavad gita for beginners
Bhagavad gita for beginnersBhagavad gita for beginners
Bhagavad gita for beginnersAnna Syomkina
 
Hita sukhaya oleh Upeka
Hita sukhaya oleh UpekaHita sukhaya oleh Upeka
Hita sukhaya oleh UpekaBimasBuddha1
 
Materi pelajaran agama islam kelas 3 sd
Materi pelajaran agama islam kelas 3 sdMateri pelajaran agama islam kelas 3 sd
Materi pelajaran agama islam kelas 3 sdNurHidayah332
 
45 tahun masa pembabaran dhamma sang buddha
45 tahun masa pembabaran dhamma sang buddha 45 tahun masa pembabaran dhamma sang buddha
45 tahun masa pembabaran dhamma sang buddha STAB dharma widya
 
Wirid muraqabah
Wirid muraqabahWirid muraqabah
Wirid muraqabahroyzamy
 

What's hot (20)

Abhidhammatasangaha Bab 3 Pakinnaka
Abhidhammatasangaha Bab 3 PakinnakaAbhidhammatasangaha Bab 3 Pakinnaka
Abhidhammatasangaha Bab 3 Pakinnaka
 
Pengantar abhidhamma revisi
Pengantar abhidhamma revisiPengantar abhidhamma revisi
Pengantar abhidhamma revisi
 
Ppaticca Samuppada
Ppaticca SamuppadaPpaticca Samuppada
Ppaticca Samuppada
 
Ấn Chứng Sự Thù Thắng Của Đạo
Ấn Chứng Sự Thù Thắng Của ĐạoẤn Chứng Sự Thù Thắng Của Đạo
Ấn Chứng Sự Thù Thắng Của Đạo
 
Giới Thiệu Tiên Thiên Đại Đạo
Giới Thiệu Tiên Thiên Đại ĐạoGiới Thiệu Tiên Thiên Đại Đạo
Giới Thiệu Tiên Thiên Đại Đạo
 
sonadanda, payasi
sonadanda, payasisonadanda, payasi
sonadanda, payasi
 
Masa pembabaran dhamma sang buddha
Masa pembabaran dhamma sang buddhaMasa pembabaran dhamma sang buddha
Masa pembabaran dhamma sang buddha
 
Pengenalan kitab suci tripitaka-supriduta
Pengenalan kitab suci tripitaka-supridutaPengenalan kitab suci tripitaka-supriduta
Pengenalan kitab suci tripitaka-supriduta
 
Rpp fiqih kelas VII
Rpp fiqih kelas VIIRpp fiqih kelas VII
Rpp fiqih kelas VII
 
Sholat Wajib
Sholat Wajib Sholat Wajib
Sholat Wajib
 
empat kebenaran mulia
empat kebenaran muliaempat kebenaran mulia
empat kebenaran mulia
 
Bhagavad gita for beginners
Bhagavad gita for beginnersBhagavad gita for beginners
Bhagavad gita for beginners
 
Hita sukhaya oleh Upeka
Hita sukhaya oleh UpekaHita sukhaya oleh Upeka
Hita sukhaya oleh Upeka
 
Materi pelajaran agama islam kelas 3 sd
Materi pelajaran agama islam kelas 3 sdMateri pelajaran agama islam kelas 3 sd
Materi pelajaran agama islam kelas 3 sd
 
Su Ton Quy Cua Dao
Su Ton Quy Cua DaoSu Ton Quy Cua Dao
Su Ton Quy Cua Dao
 
45 tahun masa pembabaran dhamma sang buddha
45 tahun masa pembabaran dhamma sang buddha 45 tahun masa pembabaran dhamma sang buddha
45 tahun masa pembabaran dhamma sang buddha
 
Tantra Yukti
Tantra YuktiTantra Yukti
Tantra Yukti
 
Tayamum ppt
Tayamum pptTayamum ppt
Tayamum ppt
 
dana
danadana
dana
 
Wirid muraqabah
Wirid muraqabahWirid muraqabah
Wirid muraqabah
 

Similar to Paccayasatti

Ek101 042082-763-7
Ek101 042082-763-7Ek101 042082-763-7
Ek101 042082-763-7nonnjesse
 
3a Diṭṭhivisuddhi .pdf
3a Diṭṭhivisuddhi .pdf3a Diṭṭhivisuddhi .pdf
3a Diṭṭhivisuddhi .pdfRuby Santamoko
 
.empat kebenaran mulia
.empat kebenaran mulia.empat kebenaran mulia
.empat kebenaran muliaRuby Santamoko
 
Ppt part 11 sebab dukkha pab sma tmi
Ppt part 11 sebab dukkha pab sma tmiPpt part 11 sebab dukkha pab sma tmi
Ppt part 11 sebab dukkha pab sma tmitiyo noiss
 
Ketuhanan yme dalam agama buddha
Ketuhanan yme dalam agama buddhaKetuhanan yme dalam agama buddha
Ketuhanan yme dalam agama buddhaDwiWahyuni37
 
dhammacakkappavattana sutta
 dhammacakkappavattana sutta dhammacakkappavattana sutta
dhammacakkappavattana suttaRuby Santamoko
 
Naistika Darsana Filsafat Hindu_marselina.pptx
Naistika Darsana Filsafat Hindu_marselina.pptxNaistika Darsana Filsafat Hindu_marselina.pptx
Naistika Darsana Filsafat Hindu_marselina.pptxputusrimarselinawati
 
Bab 6 rupa & nibbana
Bab 6 rupa & nibbanaBab 6 rupa & nibbana
Bab 6 rupa & nibbanaRuby Santamoko
 
samanaphala, kutadanta, khevadha
samanaphala, kutadanta, khevadhasamanaphala, kutadanta, khevadha
samanaphala, kutadanta, khevadhaSuharno M.Pd.B
 
Membaca ayat ayat Allah Di Alam & Diri Kita
Membaca ayat ayat Allah Di Alam & Diri KitaMembaca ayat ayat Allah Di Alam & Diri Kita
Membaca ayat ayat Allah Di Alam & Diri KitaAtmonadi Geo
 

Similar to Paccayasatti (19)

Melihat kedalam
Melihat kedalamMelihat kedalam
Melihat kedalam
 
Ek101 042082-763-7
Ek101 042082-763-7Ek101 042082-763-7
Ek101 042082-763-7
 
3a Diṭṭhivisuddhi .pdf
3a Diṭṭhivisuddhi .pdf3a Diṭṭhivisuddhi .pdf
3a Diṭṭhivisuddhi .pdf
 
Kekuatan paritta
Kekuatan parittaKekuatan paritta
Kekuatan paritta
 
.empat kebenaran mulia
.empat kebenaran mulia.empat kebenaran mulia
.empat kebenaran mulia
 
mahasihanada sutta
mahasihanada suttamahasihanada sutta
mahasihanada sutta
 
Modul 6 Hindu KB 4
Modul 6 Hindu KB 4Modul 6 Hindu KB 4
Modul 6 Hindu KB 4
 
Samadhi
SamadhiSamadhi
Samadhi
 
Inti sari meditasi
Inti sari meditasiInti sari meditasi
Inti sari meditasi
 
Ppt part 11 sebab dukkha pab sma tmi
Ppt part 11 sebab dukkha pab sma tmiPpt part 11 sebab dukkha pab sma tmi
Ppt part 11 sebab dukkha pab sma tmi
 
Ketuhanan yme dalam agama buddha
Ketuhanan yme dalam agama buddhaKetuhanan yme dalam agama buddha
Ketuhanan yme dalam agama buddha
 
dhammacakkappavattana sutta
 dhammacakkappavattana sutta dhammacakkappavattana sutta
dhammacakkappavattana sutta
 
s i l a
 s i l a s i l a
s i l a
 
Naistika Darsana Filsafat Hindu_marselina.pptx
Naistika Darsana Filsafat Hindu_marselina.pptxNaistika Darsana Filsafat Hindu_marselina.pptx
Naistika Darsana Filsafat Hindu_marselina.pptx
 
Bodhisatta
BodhisattaBodhisatta
Bodhisatta
 
Bab 6 rupa & nibbana
Bab 6 rupa & nibbanaBab 6 rupa & nibbana
Bab 6 rupa & nibbana
 
Sejarah kefarmasian
Sejarah kefarmasianSejarah kefarmasian
Sejarah kefarmasian
 
samanaphala, kutadanta, khevadha
samanaphala, kutadanta, khevadhasamanaphala, kutadanta, khevadha
samanaphala, kutadanta, khevadha
 
Membaca ayat ayat Allah Di Alam & Diri Kita
Membaca ayat ayat Allah Di Alam & Diri KitaMembaca ayat ayat Allah Di Alam & Diri Kita
Membaca ayat ayat Allah Di Alam & Diri Kita
 

More from Ruby Santamoko

7 Ñāṇadassanavisuddhi.pdf
7 Ñāṇadassanavisuddhi.pdf7 Ñāṇadassanavisuddhi.pdf
7 Ñāṇadassanavisuddhi.pdfRuby Santamoko
 
6 Patipadañāṇadassanavisuddhi.pdf
6 Patipadañāṇadassanavisuddhi.pdf6 Patipadañāṇadassanavisuddhi.pdf
6 Patipadañāṇadassanavisuddhi.pdfRuby Santamoko
 
5 Maggāmaggañāṇadassanavisuddhi (1).pdf
5 Maggāmaggañāṇadassanavisuddhi  (1).pdf5 Maggāmaggañāṇadassanavisuddhi  (1).pdf
5 Maggāmaggañāṇadassanavisuddhi (1).pdfRuby Santamoko
 
4 Kaṅkhāvitaraṇavisuddhi.pdf
4 Kaṅkhāvitaraṇavisuddhi.pdf4 Kaṅkhāvitaraṇavisuddhi.pdf
4 Kaṅkhāvitaraṇavisuddhi.pdfRuby Santamoko
 
2 Cittavisuddhi (1).pdf
2 Cittavisuddhi  (1).pdf2 Cittavisuddhi  (1).pdf
2 Cittavisuddhi (1).pdfRuby Santamoko
 
1 Sīlavisuddhi (1).pdf
1 Sīlavisuddhi (1).pdf1 Sīlavisuddhi (1).pdf
1 Sīlavisuddhi (1).pdfRuby Santamoko
 
Sayalay-Susila_Mengungkap-Misteri-Batin-dan-Jasmani-melalui-Abhidhamma.pdf
Sayalay-Susila_Mengungkap-Misteri-Batin-dan-Jasmani-melalui-Abhidhamma.pdfSayalay-Susila_Mengungkap-Misteri-Batin-dan-Jasmani-melalui-Abhidhamma.pdf
Sayalay-Susila_Mengungkap-Misteri-Batin-dan-Jasmani-melalui-Abhidhamma.pdfRuby Santamoko
 
dhammacakkapavathana sutta.ppt
dhammacakkapavathana sutta.pptdhammacakkapavathana sutta.ppt
dhammacakkapavathana sutta.pptRuby Santamoko
 
Bhn bintal ad dharma yatra.pptx
Bhn bintal ad dharma yatra.pptxBhn bintal ad dharma yatra.pptx
Bhn bintal ad dharma yatra.pptxRuby Santamoko
 
tak selamanya harus ku genggam.pptx
tak selamanya harus ku genggam.pptxtak selamanya harus ku genggam.pptx
tak selamanya harus ku genggam.pptxRuby Santamoko
 
singkatnya kehidupan.pptx
singkatnya kehidupan.pptxsingkatnya kehidupan.pptx
singkatnya kehidupan.pptxRuby Santamoko
 
MENGATASI DIRI SENDIRI.pptx
MENGATASI DIRI SENDIRI.pptxMENGATASI DIRI SENDIRI.pptx
MENGATASI DIRI SENDIRI.pptxRuby Santamoko
 
Pohon Kekotoran Bathin
Pohon Kekotoran BathinPohon Kekotoran Bathin
Pohon Kekotoran BathinRuby Santamoko
 

More from Ruby Santamoko (20)

7 Ñāṇadassanavisuddhi.pdf
7 Ñāṇadassanavisuddhi.pdf7 Ñāṇadassanavisuddhi.pdf
7 Ñāṇadassanavisuddhi.pdf
 
6 Patipadañāṇadassanavisuddhi.pdf
6 Patipadañāṇadassanavisuddhi.pdf6 Patipadañāṇadassanavisuddhi.pdf
6 Patipadañāṇadassanavisuddhi.pdf
 
5 Maggāmaggañāṇadassanavisuddhi (1).pdf
5 Maggāmaggañāṇadassanavisuddhi  (1).pdf5 Maggāmaggañāṇadassanavisuddhi  (1).pdf
5 Maggāmaggañāṇadassanavisuddhi (1).pdf
 
4 Kaṅkhāvitaraṇavisuddhi.pdf
4 Kaṅkhāvitaraṇavisuddhi.pdf4 Kaṅkhāvitaraṇavisuddhi.pdf
4 Kaṅkhāvitaraṇavisuddhi.pdf
 
3b Ditthivisuddhi.pdf
3b Ditthivisuddhi.pdf3b Ditthivisuddhi.pdf
3b Ditthivisuddhi.pdf
 
2 Cittavisuddhi (1).pdf
2 Cittavisuddhi  (1).pdf2 Cittavisuddhi  (1).pdf
2 Cittavisuddhi (1).pdf
 
1 Sīlavisuddhi (1).pdf
1 Sīlavisuddhi (1).pdf1 Sīlavisuddhi (1).pdf
1 Sīlavisuddhi (1).pdf
 
mind & matter.ppt
mind & matter.pptmind & matter.ppt
mind & matter.ppt
 
Sayalay-Susila_Mengungkap-Misteri-Batin-dan-Jasmani-melalui-Abhidhamma.pdf
Sayalay-Susila_Mengungkap-Misteri-Batin-dan-Jasmani-melalui-Abhidhamma.pdfSayalay-Susila_Mengungkap-Misteri-Batin-dan-Jasmani-melalui-Abhidhamma.pdf
Sayalay-Susila_Mengungkap-Misteri-Batin-dan-Jasmani-melalui-Abhidhamma.pdf
 
dhammacakkapavathana sutta.ppt
dhammacakkapavathana sutta.pptdhammacakkapavathana sutta.ppt
dhammacakkapavathana sutta.ppt
 
Bhn bintal ad dharma yatra.pptx
Bhn bintal ad dharma yatra.pptxBhn bintal ad dharma yatra.pptx
Bhn bintal ad dharma yatra.pptx
 
pelimpahan jasa.ppt
pelimpahan jasa.pptpelimpahan jasa.ppt
pelimpahan jasa.ppt
 
mengenali kilesa.pptx
mengenali kilesa.pptxmengenali kilesa.pptx
mengenali kilesa.pptx
 
tak selamanya harus ku genggam.pptx
tak selamanya harus ku genggam.pptxtak selamanya harus ku genggam.pptx
tak selamanya harus ku genggam.pptx
 
singkatnya kehidupan.pptx
singkatnya kehidupan.pptxsingkatnya kehidupan.pptx
singkatnya kehidupan.pptx
 
podomoro.pdf
podomoro.pdfpodomoro.pdf
podomoro.pdf
 
MENGATASI DIRI SENDIRI.pptx
MENGATASI DIRI SENDIRI.pptxMENGATASI DIRI SENDIRI.pptx
MENGATASI DIRI SENDIRI.pptx
 
canki sutta.pptx
canki sutta.pptxcanki sutta.pptx
canki sutta.pptx
 
Bea cukai
Bea cukaiBea cukai
Bea cukai
 
Pohon Kekotoran Bathin
Pohon Kekotoran BathinPohon Kekotoran Bathin
Pohon Kekotoran Bathin
 

Recently uploaded

Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 

Recently uploaded (20)

Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 

Paccayasatti

  • 2.
  • 3.
  • 4.
  • 5.
  • 6.
  • 7.
  • 8. Abhidhamma Piṭaka terdiri dari 7 teks yakni : 1. Dhammasaṅganī, 2. Vibhaṇga, 3. Dhātukathā, 4. Puggalapaññatti, 5. Kathāvatthu, 6. Yamaka, dan 7. Paṭṭhāna.
  • 9. Di antara 7 teks ini, Paṭṭhāna adalah yang paling luas dan paling dalam. Paṭṭhāna sendiri terdiri dari 5 teks. Orang-orang pada umumnya hanya mengetahui halaman pertama dari teks pertama dari Paṭṭhāna yaitu hetu paccayo, ārammaṇa paccayo, dan seterusnya. Ini adalah Paṭṭhāna yang sangat singkat yang disebut sebagai Paccayuddesa yang merupakan kombinasi dari Paccaya dan Uddesa. Paccaya adalah sebab. Uddesa adalah pelafalan atau petunjuk. Jadi Paccayuddesa adalah pelafalan dari sebab-sebab atau petunjuk dari sebab.
  • 10. Sebagian orang mengetahui tentang Paccayaniddesa yaitu kombinasi dari Paccaya dan Niddesa. Paccaya adalah sebab dan Niddesa adalah penjelasan secara analitis. Jadi, Paccayaniddesa adalah penjelasan secara analitis dari sebab. Contohnya : hetupaccayoti hetū hetu sampayuttakānaṃ dhammānaṃ taṃsamuṭṭhānānañca rūpānaṃ hetupaccayena paccayo, dan seterusnya. Ini adalah penjelasan menengah dari Paṭṭhāna yang juga merupakan 8 halaman pertama dari teks pertama Paṭṭhāna. Sisanya adalah penjelasan yang sangat detil dari Paṭṭhāna. Paṭiccasamuppāda hanya menjelaskan sebab dan akibat. Paṭṭhāna bukan hanya menjelaskan hubungan sebab dan akibat dalam berbagai cara, tetapi juga menjelaskan bagaimana sebab dengan kemampuannya menghasilkan akibat. Y.M Buddhagosa mengatakan bahwa sangat sulit baginya untuk menjelaskan Paṭṭhāna. Seperti halnya seseorang yang tidak bisa berdiri di lautan yang luas, begitu pula Beliau harus berusaha keras untuk dapat menjelaskan Paṭṭhāna.
  • 11. Kita memiliki 5 kelompok gugusan kehidupan ( 5 khandhā ) yang terdiri dari : 1 rūpakkhandhā ( gugusan kehidupan materi ) dan 4 nāmakkhandhā ( gugusan kehidupan mental ). Kelima khandhā ini ada dengan saling berhubungan satu sama lain. Jika kita mempelajari Paṭṭhāna, kita dapat mengetahui bagaimana mereka saling berhubungan satu sama lain. Tetapi jika kita mempelajari Paṭṭhāna secara detil, maka kita akan membutuhkan waktu yang lama. Sebagai ilustrasi, diibaratkan seseorang yang tidak pernah melihat lautan, kemudian orang lain membawanya ke pinggir pantai dan menunjuk ke laut seraya memberitahu bahwa itu adalah lautan. Ia menjadi tahu bahwa lautan itu sangat luas dan dalam. Jika dia mencicipi air laut itu, dia akan mengetahui rasa dari air laut. Ketika seseorang bertanya padanya apakah dia pernah melihat lautan, dia akan menjawab – ya. Tetapi, masih sangat banyak hal yang perlu ia pelajari tentang lautan. Begitu juga, dimulai dari saat ini, saya akan menunjukkan pada anda dengan cara yang mudah dimengerti tentang bagaimana hubungan Paṭṭhāna dengan kehidupan kita sehari-hari. Mari mencari Paṭṭhāna di dalam tubuh kita. Pada intinya, Paṭṭhāna adalah hubungan yang berkondisi yaitu hubungan antar sebab dan akibat.
  • 12. Paccayasatti 24 Di dalam Patthana, terdapat 24 kondisi di mana Sang Buddha menjelaskan keselarasan sebab akibat. Apabila membagi kondisi-kondisi ini ke dalam cara kekhususannya, maka bisa dipilah menjadi 9 grup, sebagai berikut: (1) Ārammaṇa 8 (2) Sahajāta 15 (3) Anantara 7 (4) Purejāta 6 (5) Pacchājāta 4 (6) Āhāra 3 (7) Indriya 3 (8) Pakatūpanissaya 2 (9) Kamma 1
  • 13. 8 kondisi di dalam Ārammaṇa 1. Ārammaṇa 2. Adhipati 3. Nissaya 4. Upanissaya 5. Purejāta 6. Vippayutta 7. Atthi 8. Avigata 15 Kondisi di dalam grup Sahajāta Terdapat 15 kondisi dalam berpartisipasi dalam Sahajāta group. The Senior conditions 4 : 1. Sahajāta 2. Nissaya 3. Atthi 4. Avigata The Middle 4: 5. Aññamañña 6. Vipāka 7. Sampayutta 8. Vipayutta But the Junior 7 : 9. Hetu 10. Adhipati 11. Āhāra 12. Kamma 13. Indriya 14. Jhāna 15. Magga 7 Kondisi di dalam grup Anantara 1. Anantara 2. Samanantara 3. Upanissaya 4. Āsevana 5. Kamma 6. Natthi 7. Vigata
  • 14. 6 Kondisi di dalam grup Purejāta 1. Purejāta 2. Nissaya 3. Indriya 4. Vippayutta 5. Atthi 6. Avigata 4 Kondisi di dalam grup Pacchājāta 1. Pacchājāta 2. Vippayutta 3. Atthi 4. Avigata 3 Kondisi di dalam grup Āhāra 1. Āhāra 2. Atthi 3. Avigata 3 Kondisi di dalam grup Indriya 1. Indriya 2. Atthi 3. Avigata 2 Kondisi di dalam grup Pakatūpanissaya 1. Upanissaya 2. Kamma 1 kondisi untuk grup Kamma 1. Kamma
  • 15. Paccaya 24 (24 Kondisi) 1. Hetu Paccaya (kondisi Akar); roots 2 Arammana paccaya (kondisi objek); object 3. Adhipati paccaya (Kondisi dominan/ keunggulan); predominance a, Sahajatadhipati b, Arammanadhipati 4. Anantara paccaya (kondisi keberlangsungan yg sangat segera tanpa jeda); proximity 5.Samanantara paccaya (kondisi keberlangsungan/kesegeraan); contiguity 6. Sahajatapaccaya (kondisi dominansi yang muncul bersama) 7. Annamanna paccaya (kondisi kemunculan saling support-bolak balik); mutuality 8. Nissaya paccaya (kondisi ketergantungan); dependence support 9. Upanissaya paccaya (kondisi kepastian / yg menentukan); decisive support
  • 16. 10. Purejata paccaya (kondisi kemunculan sebelumnya); prenascence 1. Vatthu purejata / base prenascence 2. Arammana purejata / object prenascense 11. Pacchajata paccaya (kondisi kemunculan setelahnya); postnascence 12. Asevana paccaya (kondisi repetisi / pengulangan); repetition 13. Kamma paccaya (kondisi perbuatan); volition 1. Sahajata kamma / conascence kamma 2. Nanakhanika kamma / asynchronous kamma 14. Vipaka paccaya (kondisi hasil); result 15. Ahara paccaya (kondisi nutrisi); nitriment 1. Rupahara / material nutriment 2. Namahara / mental nutriment 16. Indriya paccaya (kondisi kecakapan indera); faculty 1. Purejatindriya / prenascence faculty 2. Jivitindriya / meterial life faculty 3.Sahajatindriya / conascence faculty
  • 17. 17. Jhana paccaya (kondisi absorbsi); absorbtion 18. Magga paccaya (kondisi Jalan); path 19. Sampayutta paccaya (kondisi bersekutu); association 20. Vippayutta paccaya (kondisi tak bersekutu/kondisi terpisah); dissociation 1. Sahajata vippayutta / conascence dissociation 2. Purejata vippayutta / prenascence dissociation 3. Pacchata vippayutta / postnacence dissociation 21. Atthi paccaya (kondisi kehadiran); presence 1. Sahajata vippayutta / conascence presence 2. Purejata vippayutta / prenascence presence 3. Pacchata vippayutta / postnascence presence 22. Natthi paccaya (kondisi ketidakhadiran); absence 23. Vigata paccaya (kondisi kepadaman); disappearance 24. Avigata paccaya (kondisi bukan kepadaman); non-disappearance
  • 18. Ada 3 hal yang perlu dipahami di dalam bekerjanya / berfungsinya paccaya 24: paccayadhamma : fenomena yang berfungsi sebagai kondisi bagi fenomena lainnya baik dalam: 1. memproduksinya (produce), 2. mendukungnya (support), atau 3, dengan memeliharanya (maintain). paccayuppannadhamma: fenomena yang muncul karena kondisi, fenomena yang dikondisikan oleh kondisi paccayadhamma; fenomena yang muncul dan berlangsung melalui bantuan yang diberikan oleh kondisi. Paccayasatti: cara / jalan tertentu di mana fenomena kondisi (paccayadhamma) berfungsi sebagai kondisi bagi fenomena yang dikondisikan (paccayuppannadhamma).
  • 19. Beberapa istilah dan dasar yang perlu dipahami terkait pembahasan Paccaya 24: 1. Pancakkhandha, namakkhandha, rupakkhandha 2. Citta 3. Cetasika 4. Pannatti 5. Nibbana 6. Patisandhikala 7. Pavattikala 8. Upada, thiti, banga 9. Kicca citta 10. Citta vithi 11. Umur rupa paramattha 12. Rupa vithi 13. Rupa vibhanga 14. Rupa kalapa 15. Rupa samutthana: kammajarupa, cittajarupa, utujarupa, aharajarupa 16. Rupapavatti 17. Indriya 18. Vatthu 19. Dvara 20. Dhatu 21. Magga 9
  • 20. Definisi Paccayasatti 24 (Definisi 24 Cara Hubungan Kondisi) 1. Hetu paccaya (kondisi akar); root; sebuah kondisi di mana faktor keadaan pengkondisi berfungsi seperti akar dengan menciptakan kekokohan dan ketetapan dari faktor yang dikondisikan. Hetu adalah akar batiniah, yaitu lobha, dosa, moha, alobha, adosa atau amoha. Batin / keadaan yang bersekutu dengan akar-akar dan materi yang diproduksi karenanya, disebut dengan cara dikondisikan oleh akar. Lobha adalah sifat alami dari hasrat keinginan X Alobha berlawanan dari lobha yang berarti kedermawaan/bebas dari kekikiran. Dosa adalah sifat alami dari kebencian atau ketakutan X Adosa bukan hanya tidak membenci tetapi berlawanan dari dosa yang artinya metta Moha adalah Khayalan/ilusi/delusi sedangkan Amoha anti delusi yang berarti Panna Hetu adalah sebab yang membuat akibat sangat kuat dimana ia mendukung untuk mempertahankan akibatnya. Contoh akar dari sebuah pohon yang mendukung untuk berkembangnya dahan,dedaunan, bunga dan buah (begitu juga dosa mendukung tumbuhnya pikiran2 membenci act}
  • 21. Hetu hetu sampayuttakanam dhammanam tamsamutthananca rupanam hetupaccayena paccayo artinya : Ke 6 akar menyebabkan munculnya citta/kesadaran dan cetasika/faktor kesadaran yang bersekutu dengannya cittajarupa (materi yang dihasilkan oleh kesadaraan) melalui kondisi akar.
  • 22. • Hetu artinya akar batiniah, yaitu lobha, dosa, moha,( akusala) alobha, adosa dan amoha (kusala). Batin / keadaan yang bersekutu dengan akar-akar dan materi yang diproduksi karenanya, disebut dengan cara dikondisikan oleh akar. • hetu sampayuttakanam dhammanam adalah citta dan cetasika yang bersekutu dengan akar tersebut. (citta + cetasika = Pikiran) • tamsamutthananca rupanam adalah rupa/materi yang dihasilkan oleh pikiran tergantung akarnya contoh jika akar dosa muncul pada seseorang maka pikiran2 membenci akan muncul. Kemudian ia akan berbicara dengan kasar dimana itu rupa yang dihasilkan oleh pikiran yang dipenuhi oleh dosa, ia akan berbicara dengan kasar dsb, sehingga tindakan jasmani yang kasar juga merupakan rupa yang dihasilakan oleh pikiran. • Berlaku sebaliknya jika kusala
  • 23. 2. Arammana paccaya (Objek sebagai kondisi); object: adalah sebuah kondisi di mana faktor pengkondisi, sebagai objek, menyebabkan faktor lain, yang dikondisikan, mengambil faktor pengkondisi sebagai objeknya. Enam jenis objek adalah faktor pengkondisi dalam hubungan ini, dan citta serta cetasika adalah faktor yang dikondisikannya. Dhamma yang muncul karena adanya kontak dengan objek, maka hubungan tersebut dikondisikan oleh objek (arammana). Objek dapat berupa objek kelima indera, atau berupa dhamma (materi halus / sukhuma rupa, citta, cetasika, Nibbana, maupun konsep), baik yang hadir di waktu lampau, saat ini maupun yang akan datang. Ke 6 obyek tersebut adalah 1. Rupayatana 2. Saddayana 3. Gandhayatana 4. Rasayatana 5. Photthabbayatana 6. Dhammayatana
  • 24. Lobha diumpamkan seperti tanduk sapi jantan—semakin besar sapi semakin besar tanduk. Brahmana Magandiya(Magandiya sutta-MN)--- Obyek menyenangkan yang disenangi oleh orang2.(seseorang perlu menikmati melihat obyek pengelihatan dsb) SB : bahwa seyogyanya tdk mengikuti kenikmatan dari obyek penglihatan. Dsb(maka akan mendapatkan penderitaan) ibarat : Penyakit kusta Seseorang yang memiliki sedikit panna berpikir bahwa hal ini membuatnya menderita,menghabiskan banyak waktu dan uang. Kemudian menjaga sila dan mempraktekan dhamma, melealisasi dhamma ia dapat melihat keburukan dari hiburan yg menyenangkan. Setalah mendengarkan kotbah SB Mencapai Magga nana Rupayatanam , cakkhuvinnanadhatuya tamsampayuttakananca dhammanam, arammanapaccayena paccayo Artinya : Rupayatanam adalah obyek penglihatan Cakkhuvinnanadhatuya adalah obyek penglihatan
  • 25. tamsampayuttakananca dhammanam adalah faktor2 bathin (cetasika) yang menyertainya arammanapaccayena artinya dengan kondisi obyek. Paccayo artinya menyebabkan munculnya Ini berlaku sama untuk : Saddayatanam , sottavinnanadhatuya tamsampayuttakananca dhammanam, arammanapaccayena paccayo Gandhayatanam , ghanavinnanadhatuya tamsampayuttakananca dhammanam, arammanapaccayena paccayo Rasayatanam , Jivhavinnanadhatuya tamsampayuttakananca dhammanam, arammanapaccayena paccayo Photthabbayatanam , kayavinnanadhatuya tamsampayuttakananca dhammanam, arammanapaccayena paccayo Rupayatanam , saddayatanam, ghandhayatanam, Rasayatanam, potthabbayatanam manodhatuya tamsampayuttakananca dhammanam, arammanapaccayena paccayo
  • 26. Sabbe dhamma, manovinnanadhatuya tamsampayuttakananca dhammanam, arammanapaccayena paccayo Artinya keenam jenis obyek menyebabkan muncul manovinnanadhatu(santirana , votthapana, javana citta dsb )berserta cetasika yang menyertainya melalui kondisi obyek (arammana paccayo) = 76 citta Yam yam dhammam arabbha ye ye dhamma uppajjanti cittacetasika dhamma, te te dhamma tesam tesam dhammanam, arammanapaccayena paccayo Artinya: Dengan mengambil obyek2 tersebut citta cetasika yang menyertainya muncul , obyek obyek tersebut menyebabkan munculnya citta citta dan cetasika yang menyertainya melalui kondisi obyek. Lihat citta vithi
  • 27. 3.Adhipati paccaya (Keadaan dominan sebagai kondisi); predominance : Arammanadhipati paccaya (kondisi dominansi objek) adalah suatu kondisi di mana faktor pengkondisi, sebagai objek, mendominasi batin yang mengambilnya sebagai objek. Tidak semua kondisi objek (arammana paccaya) citta dan cetasika menjadi arammanadhipati paccaya. Akan menjadi arammanadhipati paccaya apabila objek tersebut sangat diinginkan dan diperhatikan oleh citta dan cetasika. Adhipati artinya dominan/unggul yang termasuk adhipati adalah: 1. Chanda (hasrat= keinginan untuk melakukan) 2. Viriya (semangat atau usaha yang terus menerus) 3. Citta (kesadaran/bathin) 4. Vimamsa (kebijaksanan perenungan) Dlm kitab kom : raja dunia yang tidak memiliki pesaing diantara para raja dan umat manusia. Terdapat 2 jenis adhipati: 1. Sahajatadhipati ---} setiap salah satu dari 4 adhipati akan muncul bersama Citta . Cetasika dan cittajarupa yang meyertainya dan ia menjadi unggul diantara dhamma dhamma tersebut yakni citta, cetasika dan cittajarupa. 2. Arammanadhipati ==} obyek yang mengungguli citta, cetasika dan cittajarupa.
  • 28. Chandadhipati chandasampayuttakanam dhammanam tamsamutthananca rupanam adhipatipaccayena paccayo Artinya: chanda menjadi yang unggul(adhipati) menyebabkan munculnya citta, cetasika dan cittajarupa yang menyertainya melalui kondisi keunggulan. mis chanda –Lobha contoh ia akan mencoba untuk mengambil apapun yg ia inginkan dan tanpa peduli hal yang dilakukanya dan Chanda –dosa ia akan menjadi sangat kuat hingga seseorang dapat melakukan pembunuhan contoh Devadatta 5 Kappa yang lalu menjadi penjual lampu bola kristal punya hasrat yg kuat tk membunuh bodhisatta---} chanda yang kuat sampai ingin membunuh sang buddha dengan berbagai cara . Sedangkan chanda –alobha contohnya Raja sivi mendanakan matanya Pangeran vesantara=== gajah putih, istri dan ke 2 anaknya Chanda = adosa ia menginginkan semua mahluk berbahagia dan bebas dari bahaya. Ingat :Ketika Chanda muncul sbg adipati bersamaan dgn lobha atau dosa , kita hanya berusaha mengikis lobha dan dosa tanpa perlu melenyapkan chanda Dalam kitab kom : chandavata kim nama nasijjhati : chanda dapat memungkinkan hal yang tdk mungkin terjadi. Seperti ia berjalan dibara arang dari ujung selatan dunia sampai utara dunia
  • 29. Viriyadhipati viriyasampayuttakanam dhammanam tamsamutthananca rupanam adhipatipaccayena paccayo Artinya: Viriya menjadi yang unggul(adhipati) menyebabkan munculnya citta, cetasika dan cittajarupa yang menyertainya melalui kondisi keunggulan. Contoh raja janaka (Bodhisatta) –berenang dilautan selama 7 hari ketika kapalnya rusak ada seorang dewi yg menanyainya--- Virya-kusala akan melakukan dana demi manfaat orang lain cittadhipati cittasampayuttakanam dhammanam tamsamutthananca rupanam adhipatipaccayena paccayo Artinya: citta menjadi yang unggul(adhipati) menyebabkan munculnya citta, cetasika dan cittajarupa yang menyertainya melalui kondisi keunggulan Bathin sangat kuat dan bathin merupakan pelopor, jika bathin kuat maka apapun yang dilakukan orang akan berhasil.
  • 30. Vimamsadhipati vimamsasampayuttakanam dhammanam tamsamutthananca rupanam adhipatipaccayena paccayo Artinya: Panna menjadi yang unggul(adhipati) menyebabkan munculnya citta, cetasika dan cittajarupa yang menyertainya melalui kondisi keunggulan Ketika kita belajar dengan penuh antusias, panna menjadi dominan.contoh bhante sariputta (tertinggi dalam kebijaksanan) akusala hetu tdk dapat bersekutu dengan vimamsa Yam yam dhammam garum katva ye ye dhamma uppajjanti cittacetasika dhamma, te te dhamma tesam tesam dhammanam, adhipatipaccayena paccayo Artinya: Karena salah satu dari empat adhipati, citta dan cetasika muncul .salah satu dari empat adhipati menyebabkan munculnya citta dan cetasika melalui kondisi keunggulan . Ke empat adhipati merupakan sahajatadhipati karena sebab dan akibat muncul secara bersamaan. Contoh : bhante Belatthasisa (murid ananda) hampir setiap waktu memasuki Phalasampati. Obyek nibbana merupakan Arammanadhipathi (38)
  • 32.
  • 33.
  • 34. Paccaya Paccayuppanna Paccayasatti Conascence Predominance (sahajātādhipati) chandādhipati chandasampayuttakānaṃ dhammānaṃ taṃsamuṭṭhānānañca rūpānaṃ adhipatipaccayena paccayo predominant desire for the phenomena associated with desire, and the materialities that originate from it is a condition as predominance condition vīriyādhipati vīriyasampayuttakānaṃ dhammānaṃ taṃsamuṭṭhānānañca rūpānaṃ adhipatipaccayena paccayo predominant energy for the phenomena associated with energy, and the materialities that originate from it is a condition as predominance condition cittādhipati cittasampayuttakānaṃ dhammānaṃ taṃsamuṭṭhānānañca rūpānaṃ adhipatipaccayena paccayo predominant mind for the phenomena associated with mind, and the materialities that originate from it is a condition as predominance condition vīmaṃsādhipati vīmaṃsasampayuttakānaṃ dhammānaṃ taṃsamuṭṭhānānañca rūpānaṃ adhipatipaccayena paccayo predominant investigation (wisdom) for the phenomena associated with investigation (wisdom), and the materialities that originate from it is a condition as predominance condition KESADARAN YANG MENJADI KEUNGGULAN MELALUI KONDISI KEUNGGULAN MENYEBABKAN MUNCULNYA FENOMENA YANG MENYERTAI CITTA DAN CETASIKA DAN CITTAJARUPA YANG DIHASILKAN OLEH MEREKA
  • 35. Paccaya Paccayuppanna Paccayasatti Object Predominance (ārammaṇādhipati) yaṃ yaṃ dhammaṃ garuṃ katvā ye ye dhammā uppajjanti cittacetasikā dhammā After giving weight to any phenomenon whatever phenomena arise, (whatever) consciousness and mental factors te te dhammā tesaṃ tesaṃ dhammānaṃ adhipatipaccayena paccayo these phenomena for those phenomena is a condition as predominance condition SETELAH MENGENGAM DENGAN KUAT SETIAP FENOMENA MENYEBABKAN MUNCULNYA FENOMENA DHAMMA APAPUN , YAKNI CITTA DAN CETASIKA FENOMENA/DHAMMA2 INI MENYEBABKAN MUNCULNYA FENOMENA CITTA DAN CETASIKA MELALUI KONDISI KEUNGGULAN
  • 36.
  • 37. 4. Anantara paccaya (kondisi rangkaian/ keberlangsungan yang sangat segera tanpa jeda); proximity : sebuah kondisi di mana faktor pengkondisi, menyebabkan faktor yang dikondisikan, muncul segera tanpa jeda setelah faktor pengkondisi itu padam sehingga tidak ada faktor yang dapat mengintervensi di antara keduanya. Dan 5. Samanantara paccaya (kondisi kesegeraan/keberlangsungan); contiguity : sebuah kondisi di mana faktor pengkondisi menyebabkan faktor yang dikondisikan muncul setelah pengkondisi yang mendahuluinya itu padam, sesuai dengan urutan proses batin. Lenyapnya citta sebelumnya mendukung munculnya citta berikutnya.citta sebelumnya membantu kemunculan dari citta berikutnya setelah ketidakberadaannya. Tidak ada jeda antara lenyapnya citta sebelumnya dan munculnya citta berikutnya.jadi cuti citta lenyap langsung muncul patisandhi citta tanpa jeda Contoh: Tidak ada penghentian dari kehidupan petapa sumedha hingga kehidupan buddha goutama.rangkaian kesadaraan terus berlanjut. Contoh : ada sebab dan akibat orang lahir bekas luka dikarena kekuatan bathin melekat pada bekas luka dikehidupan berikutnya
  • 38.
  • 39. Ibarat : Raja meninggal maka putra tertua menjadi penganti raja (anantara paccayo) buat cittavithi perumpaan seorang tamu datang ke rmh dst..... Jadi dalam anantarapaccayo dan samanantarapaccayo setelah PD –SR dst.. Antarapaccayo: Cakkhuvinnanadhuthu tamsamutthanan ca dhamma manodhatuya tamsampayuttakanca dhammanam anantra paccayena paccayo = Kesadaran mata dan cetasika yang menyertainya menyebabkan munculnya sampatticchana citta (manodhatu) dan cetasika yang menyertainya pada moment ketidak beradaan dari cakkhuvinnana melalui kondisi kedekataan dlm rangkaian. manodhuthu tamsamutthanan ca dhamma manovinnanadhatuya tamsampayuttakanca dhammanam anantra paccayena paccayo = Kesadaran penerima( sampaticchana= manodathu)dan cetasika yang menyertainya menyebabkan munculnya santirana citta (manovinnanadhatu) dan cetasika yang menyertainya pada moment ketidak beradaan dari cakkhuvinnana melalui kondisi kedekataan dlm rangkaian.
  • 40.
  • 41.
  • 42. Berlaku sama untuk sota vinnana: Sotavinnanadhuthu tamsamutthanan ca dhamma manodhatuya tamsampayuttakanca dhammanam anantra paccayena paccayo = Kesadaran telinga dan cetasika yang menyertainya menyebabkan munculnya sampatticchana citta (manodhatu) dan cetasika yang menyertainya pada moment ketidak beradaan dari cakkhuvinnana melalui kondisi kedekataan dlm rangkaian. manodhuthu tamsamutthanan ca dhamma manovinnanadhatuya tamsampayuttakanca dhammanam anantra paccayena paccayo = Kesadaran penerima( sampaticchana= manodathu)dan cetasika yang menyertainya menyebabkan munculnya santirana citta (manovinnanadhatu) dan cetasika yang menyertainya pada moment ketidak beradaan dari cakkhuvinnana melalui kondisi kedekataan dlm rangkaian.
  • 43. Berlaku sama untuk ghana vinnana: Ghanavinnanadhuthu tamsamutthanan ca dhamma manodhatuya tamsampayuttakanca dhammanam anantra paccayena paccayo = Kesadaran hidung dan cetasika yang menyertainya menyebabkan munculnya sampatticchana citta (manodhatu) dan cetasika yang menyertainya pada moment ketidak beradaan dari cakkhuvinnana melalui kondisi kedekataan dlm rangkaian. manodhuthu tamsamutthanan ca dhamma manovinnanadhatuya tamsampayuttakanca dhammanam anantra paccayena paccayo = Kesadaran penerima( sampaticchana= manodathu)dan cetasika yang menyertainya menyebabkan munculnya santirana citta (manovinnanadhatu) dan cetasika yang menyertainya pada moment ketidak beradaan dari cakkhuvinnana melalui kondisi kedekataan dlm rangkaian. Berlaku sama untuk Jivha vinnana: Jivhavinnanadhuthu tamsamutthanan ca dhamma manodhatuya tamsampayuttakanca dhammanam anantra paccayena paccayo = Kesadaran lidah dan cetasika yang menyertainya menyebabkan munculnya sampatticchana citta (manodhatu) dan cetasika yang menyertainya pada moment ketidak beradaan dari cakkhuvinnana melalui kondisi kedekataan dlm rangkaian. manodhuthu tamsamutthanan ca dhamma manovinnanadhatuya tamsampayuttakanca dhammanam anantra paccayena paccayo = Kesadaran penerima( sampaticchana= manodathu)dan cetasika yang menyertainya menyebabkan munculnya santirana citta (manovinnanadhatu) dan cetasika yang menyertainya pada moment ketidak beradaan dari cakkhuvinnana melalui kondisi kedekataan dlm rangkaian.
  • 44. Berlaku sama untuk kaya vinnana: kayavinnanadhuthu tamsamutthanan ca dhamma manodhatuya tamsampayuttakanca dhammanam anantra paccayena paccayo = Kesadaran tubuh dan cetasika yang menyertainya menyebabkan munculnya sampatticchana citta (manodhatu) dan cetasika yang menyertainya pada moment ketidak beradaan dari cakkhuvinnana melalui kondisi kedekataan dlm rangkaian. manodhuthu tamsamutthanan ca dhamma manovinnanadhatuya tamsampayuttakanca dhammanam anantra paccayena paccayo = Kesadaran penerima( sampaticchana= manodathu)dan cetasika yang menyertainya menyebabkan munculnya santirana citta (manovinnanadhatu) dan cetasika yang menyertainya pada moment ketidak beradaan dari cakkhuvinnana melalui kondisi kedekataan dlm rangkaian. Rft,mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmk- bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbn
  • 45. Purima purima kusala dhamma pacchimanam pacchimanam kusalanam dhammanam anantarapaccayena paccayo : Kusala yang sebelumnya menyebabkan munculnya kusala berikutnya pada momen ketidakberadaannya dengan kondisi kedekatan dalam rangkaian Purima purima kusala dhamma pacchimanam pacchimanam abyakalanam dhammanam anantarapaccayena paccayo : Kusala yang sebelumnya menyebabkan munculnya abyakata berikutnya pada momen ketidakberadaannya dengan kondisi kedekatan dalam rangkaian Purima purima akusala dhamma pacchimanam pacchimanam akusalanam dhammanam anantarapaccayena paccayo : Akusala yang sebelumnya menyebabkan munculnya akusala berikutnya pada momen ketidakberadaannya dengan kondisi kedekatan dalam rangkaian
  • 46. Purima purima akusala dhamma pacchimanam pacchimanam abyakatanam dhammanam anantarapaccayena paccayo : AKusala yang sebelumnya menyebabkan munculnya abyakata berikutnya pada momen ketidakberadaannya dengan kondisi kedekatan dalam rangkaian Purima purima abyakata dhamma pacchimanam pacchimanam abyakalanam dhammanam anantarapaccayena paccayo : abyakata yang sebelumnya menyebabkan munculnya abyakata berikutnya pada momen ketidakberadaannya dengan kondisi kedekatan dalam rangkaian Purima purima abyakata dhamma pacchimanam pacchimanam kusalanam dhammanam anantarapaccayena paccayo : Abyakataa yang sebelumnya menyebabkan munculnya kusala berikutnya pada momen ketidakberadaannya dengan kondisi kedekatan dalam rangkaian Purima purima abyakata dhamma pacchimanam pacchimanam Akusalanam dhammanam anantarapaccayena paccayo : Abyakataa yang sebelumnya menyebabkan munculnya Akusala berikutnya pada momen ketidakberadaannya dengan kondisi kedekatan dalam rangkaian Yesam yesam dhammanam anantara ye ye dhamma uppajjanti cittacetasika dhamma te te dhamma tesam tesam dhammanam anantarapaccayena paccayo= Citta cetasika yang sebelumnya ini menyebabkan munculnya citta cetsika berikutnya ini , citta cetasika sebelum menyebabakan munculnya citta cetasika berikutnya itu dengan kondisi kedekatan dalam rangkian,
  • 47.
  • 48. 6. Sahajata paccaya (kondisi kemunculan bersama); conascense (6): adalah sebuah kondisi di mana faktor yang mengkondisikan, pada saat kemunculannya, menyebabkan faktor yang dikondisikan muncul simultan dengan faktor yang mengkondisikan. Seperti lampu pada saat nyala, maka pada saat itu terang, warna dan panas muncul bersamaan dengan nyalanya lampu tersebut.
  • 49. 7. Annamanna paccaya (kondisi kemunculan saling dukung – bolak-balik saling mengkondisikan); mutuality (7): adalah sebuah kondisi di mana faktor pengkondisi mengkondisikan faktor yang dikondisikan dan sebaliknya dengan cara yang sama faktor yang dikondisikan mengkondisikan faktor pengkondisi. Mirip tiga buah gagang kayu yang ujungnya saling bersandar membentuk sebuah tripod.
  • 50. 8. Nissaya paccaya (kondisi ketergantungan); dependence (8): adalah sebuah kondisi di mana faktor pengkondisi menyebabkan faktor yang dikondisikan muncul dengan menyediakan support atau landasan di mana faktor yang dikondisikan ini tergantung. Faktor yang dikondisikan terhubung dengan faktor pengkondisi dalam satu cara mirip seperti tanah yang menunjang pohon dan tanamannya atau seperti canvas yang menunjang untuk sebuah lukisan.
  • 51. 9.Upanissaya paccaya (kondisi kepastian / yg menentukan); decisive support ada 3 upanissaya paccaya, yaitu: 1.Arammanupanissaya (object decisive support/ object sebagai upanissaya paccaya) adalah suatu kondisi di mana faktor pengkondisi adalah objek yang sangat diharapkan / diinginkan / objek yang penting di mana menyebabkan faktor yang dikondisikan, fenomena batin mencerapnya, untuk muncul dalam ketergantungan yang kuat akan objek tersebut. 2. Anantarupanissaya (proximity decisive support): mirip dengan kondisi anantara (yang tanpa jeda) dalam hal faktor yang mengkondisikan dan dikondisikan, tetapi berbeda dari anantara paccaya dalam hal kekuatan dari kondisi-kondisinya. Anantara adalah kekuatan yang menyebabkan faktor yang dikondisikan berikutnya untuk muncul segera tanpa jeda setelah faktor sebelumnya padam; sedangkan anantarupanissaya adalah kekuatan yang menyebabkan faktor yang muncul berikutnya untuk muncul karena mereka sangat kuat tergantung padamnya dari faktor yang mendahuluinya. 3. Pakatupanissaya (natural decisive support): adalah hubungan yang luas termasuk faktor pengkondisi seperti semua nama atau rupa yang menjadi penentu yang kuat untuk kemunculan pada waktu berikutnya bagi faktor-faktor yang dikondisikan, yaitu citta dan
  • 52. 10. Purejata paccaya (kondisi yang mendahului kemunculan); prenascence (10): adalah sebuah kondisi, yang telah muncul dan mencapai tahap keberadaan / berlangsung (thiti), menyebabkan faktor yang dikondisikan, muncul setelahnya.
  • 53. 11. Pacchajata paccaya (kondisi yang muncul setelah yang dikondisikan); postnascence (11): sebuah kondisi di mana faktor pengkondisi membantu faktor yang dikondisikan yang telah muncul lebih dulu daripada faktor pengkondisi itu dengan mensupport dan memperkuatnya
  • 54. 12. Asevana paccaya (kondisi repetisi / pengulangan); repetition (12): sebuah kondisi di mana keadaan batin pengkondisi menyebabkan keadaan yang dikondisikan, fenomena batin, sama seperti pengkondisinya, muncul dengan kekuatan dan efisiensi yang bertambah setelah pengkondisi itu padam.
  • 55. 13. Kamma paccaya (kondisi perbuatan); volition (13): terdiri dari 2 jenis: sahajata kammapaccaya: kondisi kamma yang muncul berbarengan: sahajata kamma paccaya: faktor pengkondisi adalagh cetana di dalam 89 citta. Faktor yang dikondisikan adalah citta dan cetasika yang berhubungan dengan cetana tersebut dan fenomena jasmani yang muncul bersamanya. Cetana di sini berfungsi sebagai sahajata kamma paccaya dengan menyebabkan faktor-faktornya melakukan tugas-tugasnya masing-masing dan dengan menimbulkan fenomena jasmani yang cocok secara simultan / berbarengan dengan kemunculannya itu sendiri. nanakkhanika kammapaccaya: kondisi kamma yang asynchronous di mana terdapat temporal gap antara faktor pengkondisi dengan faktor yang dikondisikan. Faktor pengkondisi dalam hubungan ini adalah perbuatan baik dan buruk yang lalu. Faktor yang dikondisikan adalah vipaka citta, cetasikanya, dan fenomena materi yang dihasilkan kamma, baik saat patisandhi (patisandhikala) maupun sepanjang kehidupan (pavattikala). Faktor pengkondisi di sini adalah kemampuan cetana untuk men-generate keadaan batin hasil (nama vipaka) dan kammajarupa yang cocok. Hubungan kondisional ini juga terjadi antara magga citta dan phala citta yang terkait.
  • 56. 14. Vipaka paccaya (kondisi hasil); result (14): sebuah kondisi di mana faktor pengkondisi membuat faktor yang dikondisikan yang muncul bersamanya bersifat pasif, tak bergerak dengan sendirinya. Faktor pengkondisi di dalam hubungan ini adalah vipaka citta dan cetasikanya. Faktor yang dikondisikan adalah batin yang sama satu sama lain dan fenomena jasmani yang muncul bersamanya.
  • 57. 15. Ahara paccaya (kondisi nutrisi); nitriment (15): adalah sebuah kondisi di mana faktor pengkondisi berhubungan dengan faktor yang dikondisikan dengan cara memeliharanya agar tetap berlangsung dan mendukung pertumbuhan dan perkembangannya. Hal ini dapat dibandingkan seperti tumpuan / ganjalan yang mendukung rumah tua dan mencegahnya dari keruntuhan. Demikianlah fungsi esensial dari nutrisi yaitu mendukung atau memperkuat (upatthambana).
  • 58. 16. Indriya paccaya (kondisi indera); faculty (16): adalah suatu kondisi di mana faktor pengkondisi berhubungan dengan faktor yang dikondisikan dengan cara menerapkan pengawasan ke sebuah unit atau fungsi khusus. Kondisi ini diibaratkan sekelompok menteri, di mana tiap-tiap menteri memiliki kebebasan pengawasan di dalam memerintah masing- masing area-nya.
  • 59. 17. Jhana paccaya (kondisi absorbsi); absorbtion (17): sebuah kondisi di mana faktor yang mengkondisikan menyebabkan faktor yang dikondisikan berpartisipasi di dalam perenungan yang sangat dekat / dalam akan sebuah objek.
  • 60. 18. Magga paccaya (kondisi Jalan); path (18): sebuah kondisi di mana faktor pengkondisi terkait dengan faktor yang dikondisikan dengan menyebabkannya untuk sebagai sarana mencapai tujuan pencapaian tertentu. Faktor pengkondisi di dalam hubungan ini adalah 12 faktor magga, yang direduksi menjadi 9 cetasika.
  • 61. 19. Sampayutta paccaya (kondisi bersekutu); association (19): sebuah kondisi di mana keadaan batin, sebagai faktor pengkondisi, menyebabkan keadaan batin lain, sebagai yang dikondisikan, muncul dan bersekutu di dalam satu kelompok yang tak terpisahkan yang dicirikan oleh para anggota kelompoknya. Namakkhandha (citta dan cetasika) yang saling dukung bersama, yang memiliki vatthu yang sama, objek yang sama, munculnya bersama dan padamnya bersama adalah kondisi persekutuan. Masing-masing namakkhandha dari keempat namakkhandha ini adalah kondisi persekutuan bagi namakkhandha yang lain, satu sama lainnya; walaupun fungsi dari masing-masing namakkhandha tersebut berbeda sesuai fungsinya masing-masing. Semua yang mengalami sampayutta paccaya mengalami sahajata paccaya, tetapi tidak semua sahajata paccaya mengalami sampayutta paccaya, karena perbedaan kondisi tersebut. Di dalam sahajata paccaya, rupkkhandha termasuk di dalamnya yang muncul berbareng dengan namakkhandha yang menyebabkannya, sedangkan di dalam sampayutta paccaya, namakkhandha dengan rupakkhandha tidak bersekutu (vippayutta).
  • 62. 20. Vippayutta paccaya (kondisi tak bersekutu/kondisi terpisah); dissociation (20): adalah kondisi di mana faktor pengkondisi baik fenomena batin yang membantu kehadiran fenomena jasmani, atau fenomena jasmani yang membantu kehadiran fenomena batin. Di dalam hubungan ini, kediua komponen itu, faktor pengkondisi maupun faktor yang dikondisikan adalah tipe yang berbeda: apabila yang satu adalah jasmani maka yang lainnya adalah batin; apabila yang satu adalah batin maka satu lainnya adalah jasmani. Dalam Vippayutta paccaya ini, faktor-faktor pengkondisi dapat muncul bersamaan, sebelum atau setelah faktor yang dikondisikan.
  • 63. 21. Atthi paccaya (kondisi kehadiran); presence (21): faktor pengkondisi menolong faktor yang dikondisikan untuk muncul atau berlangsung selama waktu faktor pengkondisi itu hadir. Namun faktor pengkondisi dengan faktor yang dikondisikan tidaklah harus muncul bersama
  • 64. 22. Natthi paccaya (kondisi ketidakhadiran); absence (22): sebuah kondisi di mana faktor pengkondisi ketika tidak hadir (sudah tidak ada) memberikan kondisi faktor yang dikondisikan lainnya untuk muncul segera langsung setelah kepadaman pengkondisi tadi.
  • 65. 23. Vigata paccaya (kondisi kepadaman); disappearance (23): sebuah kondisi di mana sebuah faktor pengkondisi, dengan kepadamannya, memberikan kesempatan kepada faktor yang dikondisikan berikutnya untuk muncul.
  • 66. 24. Avigata paccaya (kondisi bukan kepadaman); non-disappearance (24): faktor pengkondisi menolong faktor yang dikondisikan tidak padam selama waktu faktor pengkondisi tidak padam. Namun faktor pengkondisi dengan faktor yang dikondisikan tidaklah harus muncul bersama.
  • 67. Patthananaya 24 Paccaya dalam hubungan antar kelompok NAMA RUPA Ringkasan bagaimana 24 kondisi membentuk 6 hubungan antar kelompok fenomena yang berbeda: 1. Di dalam 6 cara batin adalah kondisi bagi batin (Nama ke Nama) 2. Di dalam 5 cara batin adalah kondisi bagi batin-dan-jasmani (Nama ke Nama Rupa) 3. Di dalam 1 cara batin adalah sebuah kondisi bagi jasmani (Nama ke Rupa) 4. Di dalam 1 cara jasmani adalah sebuah kondisi bagi batin (Rupa ke Nama) 5. Di dalam 2 cara konsep dan batin-dan-jasmani adalah kondisi bagi batin (Nama Rupa ke Nama) 6. Di dalam 9 cara batin-dan-jasmani adalah kondisi bagi batin-dan-jasmani (Nama Rupa ke Nama Rupa)
  • 68. I. NAMA KE NAMA Ada 6 cara keterkaitan nama ke nama: Citta dan cetasika yang segera padam adalah kondisi bagi kehadiran citta dan cetasika dengan cara: 1.Proximity (anantara) 2. Contiguity (samanantara) 3. absence (natthi) 4. disappearance (vigata) 5. Javana yang terdahulu adalah sebuah kondisi bagi javana berikutnya dengan cara repitisi (asevana) 6. Citta dan cetasika yang muncul bersama adalah kondisi satu sama lain dengan cara persekutuan (sampayutta) I.1.a. Anantara paccaya (proximity condition) (4) dan I.1.b. Samanantara paccaya (contiguity condition) (5) Keduanya mirip, hanya berbeda dalam urutannya saja, mencerminkan hubungan yang sama dengan perbedaan kecil sudut pandang.
  • 69. 1.1.a. Anantara paccaya (4): sebuah kondisi di mana satu keadaan batin sebagai kondisi pengkondisi, menyebabkan keadaan batin lain, sebagai faktor yang dikondisikan, muncul segera setelah faktor pengkondisi itu padam sehingga tidak ada keadaan batin lain yang dapat mengintervensi di antara keduanya. 1.1.b. Samanantara paccaya (5): sebuah kondisi di mana keadaan batin pengkondisi menyebabkan keadaan batin yang dikondisikan muncul segera setelah pengkondisi itu padam, sesuai dengan urutan proses batin.Kedua kondisi ini terjadi pada hubungan antara citta dan cetasika yang padam pada tiap saat dengan citta dan cetasika yang muncul segera berikutnya. Citta dan cetasika yang baru saja padam merupakan keadaan pengkondisi; citta dan cetasika yang muncul segera setelahnya adalah faktor yang dikondisikan. Namun demikian, cuti citta mahluk Arahat, tidak berfungsi sebagai anantara paccaya atau samanantara paccaya, karena tidak diikuti oleh citta lainnya. 1.1.c. Natthi paccaya (absence condition) (22) dan 1.1.d. vigata paccaya (disappearance condition)(23) Kedua kondisi ini merupakan pasangan lain yang mirip dalam substansi hanya berbeda sedikit dari sudut pandang.
  • 70. 1.1 c. Natthi paccaya (22): sebuah kondisi di mana sebuah keadaan batin ketika tidak hadir (sudah tidak ada) memberikan kondisi keadaan batin lainnya untuk muncul segera langsung setelah kepadaman pengkondisi tadi. 1.1.d. Vigata paccaya (23): sebuah kondisi di mana sebuah keadaan batin, dengan kepadamannya, memberikan kesempatan kepada keadaan batin berikutnya untuk muncul. Keadaan pengkondisi dan yang dikondisikan dalam kedua hubungan ini identik seperti yang terjadi pada anantara dan samanantara paccaya. 1.2. Asevana paccaya (repetition condition) (12): sebuah kondisi di mana keadaan batin pengkondisi menyebabkan keadaan yang dikondisikan, fenomena batin , sama seperti pengkondisinya, muncul dengan kekuatan dan efisiensi yang bertambah setelah pengkondisi itu padam. Keadaan pengkondisi ini adalah lokiya kusala dan akusala serta mahakiriya pada citta-citta dalam proses javana, kecuali saat terakhir javana. Walaupun lokuttara citta adalah kusala javana, namun magga citta tidak menjadi asevana paccaya karena diikuti oleh phala citta, yang merupakan hasil dari magga citta sehingga bukan merupakan pengulangan / repetisi. Dan walaupun phala citta dapat muncul beruntun di dalam proses Javana, namun phala citta tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk dapat dikategorikan repetisi. Namun demikian, tiga citta tihetuka mahakusala yang mendahului phala citta ini adalah kondisi bagi citta berikutnya dalam tiga rangkaian itu, dan disebut sebagai asevana paccaya.
  • 71. 1.3. Sampayutta paccaya (19): sebuah kondisi di mana keadaan batin, sebagai faktor pengkondisi, menyebabkan keadaan batin lain, sebagai yang dikondisikan, muncul dan bersekutu di dalam satu kelompok yang tak terpisahkan yang dicirikan oleh para anggota kelompoknya yang memiliki kemunmculan dan kepadaman yang bersama, sebuah objek bersama, dan sebuah landasan fisik yang sama. Kondisi ini dimiliki oleh citta atau cetasika sebagai faktor pengkondisi dan semua fenomena batin di dalam unit kesadaran yang sama sebagai keadaan yang dikondisikan.
  • 72. II. NAMA KE NAMA RUPA Ada 5 cara keterkaitan nama sebagai kondisi bagi nama rupa, sebagai berikut: 1. Hetu paccaya sebagai kondisi bagi nama rupa yang muncul bersamaan dengannya 2. Jhana paccaya sebagai kondisi bagi nama rupa yang muncul bersamaan dengannya 3. Magga paccaya sebagai kondisi bagi nama rupa yang muncul bersamaan dengannya 4. Kamma paccaya: Kamma pacaaya conascence sebagai kondisi bagi nama rupa yang muncul bersamaan dengannya; dan kamma paccaya asynchronous sebagai kondisi bagi nama rupa yang diproduksi oleh kamma 5. Vipaka paccaya: nama vipaka sebagai kondisi bagi satu sama lainnya dan rupa yang muncul bersamanya
  • 73. II. 1. Hetu paccaya (kondisi akar); root; (1): Sebuah kondisi di mana faktor keadaan pengkondisi berfungsi seperti akar dengan menciptakan kekokohan dan ketetapan dari faktor yang dikondisikan. Kondisi akar ini adalah 6 faktor batin, lobha, dosa, moha yang bersifat akusala dan alobha, adosa, amoha baik yang kusala maupun kiriya. Faktor yang dikondisikan adalah batin yang dipimpin oleh akar tersebut dan fenomena jasmani yang muncul bersamanya. Fenomena jasmani yang muncul bersamanya adalah kammajarupa pada moment patisandhi (patisandhi kala), dan cittajarupa selama kehidupan (pavatti kala). Mirip seperti akar sebuah pohon, yang menjadi landasan keberadaan pohon, pertumbuhan, stabilitasnya, demikian pula akar memberi kemunmculan faktor yang dikondisikan dan membuatnya kuat dan stabil. II. 2. Jhana paccaya (kondisi jhana) (17): Sebuah kondisi di mana faktor yang mengkondisikan menyebabkan faktor yang dikondisikan berpartisipasi di dalam perenungan yang sangat dekat akan sebuah objek. Faktor pengkondisi ini adalah 7 faktor jhana, yang direduksi menjadi 5 cetasika. Faktor yang dikondisikan adalah citta dan cetasika yang berhubungan dengan faktor-faktor jhana itu, yaitu, semua citta kecuali 10 dvipancavinnana citta, dan fenomena jasmani yang muncul bersamanya. Namun demikian, fenomena jasmani yang muncul bersamanya tidak dapat merenungkan objek dirinya sendiri, karena mereka diproduksi oleh perenungan yang kuat yang dicapai oleh faktor-faktor jhana yang termasuk di dalam faktor yang dikondisikan.
  • 74. II. 3. Magga paccaya (path condition); path (18): Sebuah kondisi di mana faktor pengkondisi terkait dengan faktor yang dikondisikan dengan menyebabkannya untuk sebagai sarana mencapai tujuan pencapaian tertentu. Faktor pengkondisi di dalam hubungan ini adalah 12 faktor magga, yang direduksi menjadi 9 cetasika. Empat adalah jalan yang salah (miccha magga) yang merupakan jalan untuk mencapai destinasi menyedihkan; delapan adalah jalan yang benar yang merupakan jalan untuk mencapai destinasi membahagiakan dan Nibbana. Faktor yang dikondisikan semuanya adalah citta, kecuali 18 ahetuka citta dan cetasika yang berhubungan dengan ahetuka citta ini, dan fenomena jasmani yang muncul bersamaan dengannya. Sementara faktor jalan di dalam vipaka maupun kiriya citta tidak membawa ke arah destinasi tertentu, mereka masih diklasifikan sebagai faktor jalan karena dianggap secara abstrak di dalam sifat alamiahnya, mereka mirip dengan faktor-faktor yang mampu membawa ke arah destinasi yang berbeda. II. 4. Kamma paccaya (volition condition); volition (13): terdiri dari 2 jenis: 1.sahajata kammapaccaya: kondisi kamma yang muncul berbarengan 2.nanakkhanika kammapaccaya: kondisi kamma yang asynchronous
  • 75. II.4.a. Sahajata kamma paccaya: faktor pengkondisi adalagh cetana di dalam 89 citta. Faktor yang dikondisikan adalah citta dan cetasika yang berhubungan dengan cetana tersebut dan fenomena jasmani yang muncul bersamanya. Cetana di sini berfungsi sebagai sahajata kamma paccaya dengan menyebabkan faktor-faktornya melakukan tugas-tugasnya masing-masing dan dengan menimbulkan fenomena jasmani yang cocok secara simultan / berbarengan dengan kemunculannya itu sendiri. II.4.b. Nanakkhanika kammapaccaya: terdapat temporal gap antara faktor pengkondisi dengan faktor yang dikondisikan. Faktor pengkondisi dalam hubungan ini adalah perbuatan baik dan buruk yang lalu. Faktor yang dikondisikan adalah vipaka citta, cetasikanya, dan fenomena materi yang dihasilkan kamma, baik saat patisandhi (patisandhikala) maupun sepanjang kehidupan (pavattikala). Faktor pengkondisi di sini adalah kemampuan cetana untuk men-generate keadaan batin hasil dan kammajarupa yang cocok. Hubungan kondisional ini juga terjadi antara magga citta dan phala citta yang terkait.
  • 76. II. 5. Vipaka paccaya (kondisi hasil); result (14) Sebuah kondisi di mana faktor pengkondisi membuat faktor yang dikondisikan yang muncul bersamanya bersifat pasif, tak bergerak dengan sendirinya. Faktor pengkondisi di dalam hubungan ini adalah vipaka citta dan cetasikanya. Faktor yang dikondisikan adalah batin yang sama satu sama lain dan fenomena jasmani yang muncul bersamanya. Karena vipaka diproduksi dari kemasakan kamma, mereka tidak aktif tetapi pasif dan tidak bergerak. Demikianlah di dalam pikiran seseorang di dalam tidur lelap, bhavanga citta muncul dan padam secara konstan secara berurutan, selama waktu ini, tidak ada usaha dibuat melalui tubuh, ucapan maupun pikiran, dan bahkan tidak ada kesadaran yang nyata akan objek. Mirip dengan itu, di dalam proses kognitif lima indera, vipaka citta tidak membuat suatu usaha untuk mengetahui objek. Hanya di dalam proses javana upaya dilakukan secara jelas mengkognisi objek, dan lagi hanya di proses javana bahwa perbuatan- perbuatan dilakukan.
  • 77. III. NAMA KE RUPA Ada 1 cara keterkaitan nama sebagai kondisi bagi rupa, yaitu citta yang muncul berikutnya dan faktor-faktor batin yang muncul berikutnya sebagai kondisi bagi jasmani yang muncul sebelumnya (Pacchajata paccaya). Pacchajata paccaya (kondisi yang muncul setelah yang dikondisikan); postnascence (11): sebuah kondisi di mana faktor pengkondisi membantu faktor yang dikondisikan yang telah muncul lebih dulu daripada faktor pengkondisi itu dengan mensupport dan memperkuatnya. Faktor pengkondisi dalam hubungan ini adalah citta dan cetasika yang berikutnya muncul, faktor yang dikondisikannya adalah fenomena jasmani (yang lahir dari keempat cara samutthana), yang muncul mendahului citta yang mempengaruhinya. Kondisi ini dimulai dari bhavanga pertama dalam hubungannya kepada kammajarupa saat patisandhi. Mirip air hujan yang turun kemudian yang mendorong pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang telah ada, demikian pula keadaan batin yang muncul kemudian akan mendukung fenomena jasmani yang muncul lebih dulu, begitulah mereka terus untuk memproduksi fenomena jasmani di dalam keberlangsungan.
  • 78. IV. RUPA KE NAMA Ada 1 cara hubungan antara rupa bagi nama, yaitu 6 landasan indera selama kehidupan adalah kondisi bagi 7 vinnana dhatu, dan 5 objek bagi 5 kesadaran indera, melalui cara purejata paccaya. Purejata paccaya (kondisi yang mendahului kemunculan); prenascence (10): adalah sebuah kondisi, yaitu fenomena jasmani yang telah muncul dan mencapai tahap keberadaan / berlangsung (thiti), menyebabkan batin, sebagai faktor yang dikondisikan, muncul setelahnya. Mirip seperti matahari, ketika muncul pertama di dunia dan memberikan penerangan kepada orang- orang yang muncul kemudian setelah matahari muncul. Terdapat 2 jenis kemunculan prenascence condition, yaitu: vatthu purejata (base prenascence) dan arammana purejata (object prenascence).a
  • 79. IV.1.Vatthu purejata paccaya: tiap-tiap landasan indera selama kehidupan adalah sebuah faktor pengkondisi dengan cara vatthu purejata paccaya bagi citta dan cetasika, sebagai faktor yang dikondisikan, dan mengambil rupa ini sebagai pendukung kemunculannya. Hadayavatthu bukanlah vatthu purejata paccaya bagi patisandhi citta pada saat pavatti kala karena munculnya berbarengan (conascence) dan saling mendukung (mutuality). IV.2. Arammana purejata paccaya: Tiap-tiap objek lima indera adalah sebuah faktor pengkondisi (object prenascence) bagi citta dan cetasika di dalam sebuah proses kognitif kesadaran indera yang mengambilnya sebagai objeknya. Sebagai tambahan, semua 18 cittajarupa yang sudah dalam tahap keberadaan (thiti) menjadi arammana purejata paccaya bagi citta dan cetasika di dalam proses kesadaran melalui batin (manodvara vithi citta).