SlideShare a Scribd company logo
1 of 63
4 Kebenaran Mulia
1. Pendahuluan
A. Salah satu dari Hukum Kebenaran Mutlak
MUTLAK???
Yaitu tidak mengenal
Ke : Keadaan
Tu : Waktu
Pat : Tempat
Hukum-hukum Kebenaran Mutlak
1. 4 Kebenaran Mulia
2. Kamma dan Tumimbal-lahir
3. 3 Corak Universal
4. Sebab-akibat yang Saling
Mengondisikan
4 Kebenaran Mulia
1) Kebenaran Mulia tentang Dukkha.
(Dukkha Ariya sacca)
2) Kebenaran Mulia tentang Sebab Dukkha.
(Dukkha Samudaya Ariya Sacca)
3) Kebenaran Mulia tentang Terhentinya Dukkha
(Dukkha Nirodha Ariya Sacca).
4) Kebenaran Mulia tentang Jalan Menuju
Terhentinya Dukkha.
(Dukkha Nirodha Gamini Patipada Ariya
Sacca)
(Cattari Ariya Saccani)
Mana yang lebih tepat :
4 Kebenaran Mulia atau
4 Kesunyataan Mulia ?
Kesunyataan berasal berasal dari bahasa Jawa
yang artinya Kebenaran.
Jadi, secara makna 4 Kesunyataan Mulia tidak
salah. Hanya secara kosa kata kurang tepat
karena menggunakan bahasa campuran.
 Mana yang lebih tepat :
asal mula dukkha atau
sebab dukkha ?
Segala sesuatu timbul karena ada sebab-sebab
yang mengondisikan , jadi ada sebab terdekat
Kalau asal mula tidak dibahas.
Tidak dibahas sebab awal ( Causa Prima)
karena:
segala sesuatu itu merupakan perpaduan. Jadi
banyak kondisi untuk terjadinya sesuatu. Kalau
ada sebab awal, lalu apa yg menyebabkan
adanya sebab awal tersebut?
 Mana yang lebih tepat :
 terhentinya dukkha atau
 lenyapnya dukkha ?
Kalau lenyap, dari ada sesuatu lalu tiba tiba
hilang/musnah ditolak Sang Buddha
Kalau terhenti karena bahan bakarnya habis
(LDM nya habis) , sehingga tidak timbul lagi.
DUKKHA
Ketidak-puasan
Kondisi LDM
Dukkha karena kondisi tidak bisa dihindari
DUKKHA
Umat Buddha PESIMIS ???
Definisi “Pesimis”
Menurut KBBI online :
orang yg bersikap atau berpandangan tidak
mempunyai harapan baik (khawatir kalah,
rugi, celaka, dsb); orang yg mudah putus
(tipis) harapan
Umat Buddha Bukan Pesimis
Lalu apakah umat Buddha Optimis???
Definisi “Optimis” menurut KBBI
online :
orang yg selalu berpengharapan
(berpandangan) baik dalam
menghadapi segala hal
Umat Buddha juga bukan Optimis
Lantas ???
REALISTIS  Bersifat wajar
Analogi
Sakit dan Dokter
No. Empat Kebenaran Mulia Sakit dan Dokter
1. Tahu dan mengerti bahwa
hidup adalah DUKKHA
Tahu dan mengerti jika kita
sedang sakit dan pergi ke
dokter
2. Tahu dan mengerti tentang
sebab DUKKHA yang kita
alami
Tahu dan mengerti penyebab
dari sakit yang kita alami
3. Tahu dan mengerti bahwa
ada terhentinya DUKKHA
Tahu dan mengerti ada obat
yg menyembuhkan sakit tsb
sehingga sembuh dari sakit
4. Tahu, mengerti dan
melaksanakan jalan
menuju terhentinya
DUKKHA
Menebus resep obat dan
meminum obat untuk
menyembuhkan sakit.
.
B.Isi dari Empat Kebenaran Mulia
Dukkha
Sebab
Dukkha
Terhenti
Dukkha
Jalan Terhenti
Dukkha
 Urutannya tidak boleh dibolak balik, karena sudah
tepat
Dukkha ada sebabnya Terhentinya Dukkha ada
Jalannya
Pendekatan Modern Penyelesaian Masalah
VS
Empat Kebenaran Mulia
1. Memahami suatu masalah dan menganalisa
masalah tersebut
2. Menyadari dan menemukan ada penyebab masalah
tersebut
3. Mengetahui bahwa masalah dapat teratasi dan
mencari cara penyelesaiannya
4. Menemukan cara mengatasi masalah tersebut dan
menjalankan caranya
Hal tersebut menunjukkan kecerdasan Sang
Buddha dan cara berpikir yang sangat logis
C. Empat Kebenaran Mulia Merupakan
Ajaran Pokok dalam Buddha Dhamma
D. Riwayat dibabarkan Empat Kebenaran
Mulia
- Di Benares, Taman Rusa Isipatana
- Kepada lima orang petapa
- Nama khotbahnya:
Dhammacakkappavatana Sutta
(Khotbah Pemutaran Roda Dhamma)
- Khotbah pertama dan terpenting dalam
proses terbentuknya Tiratana
A. Pengertian Dukkha adalah tidak
memuaskan.
B. Jenis-jenis Dukkha.
1) Dukkha
dukkha
Penderitaan biasa yang umum (batin
dan jasmani)
Seperti: lahir,tua, sakit,mati,berpisah
dengan yang dicinta, berkumpul
dengan yang dibenci, tidak tercapai
yang diinginkan.
2) Viparinama
dukkha
Dukkha akibat perubahan
Seperti: senang menjadi tidak
senang, kaya menjadi miskin, sehat
menjadi sakit, untung menjadi rugi,
dipuji menjadi dicela.
1) Jati-dukkha Kelahiran
2) Jara-dukkha Menjadi tua
3) Byadi-dukkha Sakit
4) Marana-dukkha Mati
5) Soka-dukkha Sedih
6) Parideva-dukkha Ratap tangis
7) Dukkha-dukkha Penderitaan jasmani
8) Domanasa-dukkha Penderitaan batin
9) Upayasa Dukkha Penderitaan dari putus asa
10)Appiyehi sampayoga-
dukkha
Berkumpul dengan yg tidak
disenangi
11)Piyehi vippayoga-dukkha Berpisah dengan yang
dicintai
Penderitaan jasmani.
Penderitaan batin.
Atau
Penderitaan dengan
mata kail berumpan.
Penderitaan tanpa
mata kail berumpan.
Seseorang yang dapat memahami
dukkha secara benar, akan penuh
ketenangan dan kesabaran dalam
menghadapi hidup ini.
Ia tidak terpengaruh oleh perubahan
atau penderitaan yang dialaminya
karena ia telah dapat melihat sendiri
segala sesuatu menurut hakikat yang
sebenarnya.
a) Kehausan, nafsu keinginan yang tidak ada
habis-habisnya
b) Yang menghasilkan kelangsungan
kembali dan tumimbal lahir (ponobbhavika)
c) Yang terikat oleh hawa nafsu (nandiraga
sahagata)
d) Yang memperoleh kenikmatan baru di
sana sini (tatra-tatra bhinandini)
a) Berdasarkan arammana (obyek) yaitu
kesenangan terhadap 6 obyek
b) Berdasarkan keadaan yang
berlangsung, yaitu:
esenangan indera
menjadi/berlangsung
tidak menjadi atau tidak
berlangsung
c) Berdasarkan pembahasan terperinci
ada 108 tanha
6 INDERA OBYEK KESADARAN
MATA
(K,B,V)
BENDA
(K,B,V)
MELIHAT
TELINGA
(K,B,V)
SUARA
(K,B,V)
MENDENGAR
HIDUNG
(K,B,V)
BEBAUAN
(K,B,V)
MEMBAUI
LIDAH
(K,B,V)
RASA
(K,B,V)
MENGECAP
JASMANI
(K,B,V)
SENTUHAN
(K,B,V)
MERASAKAN
SENTUHAN
PIKIRAN (K,B,V) IDE/GAGASAN
(K,B,V)
BERPIKIR
 Setiap indera dan obyek
mengondisikan timbulnya tiga Tanha,
yaitu:
- Kama-tanha
- Bhava-tanha
- Vibhava-tanha
36 tanha
36 tanha
36 tanha
Jadi, totalnya adalah 36 x3 = 108 tanha
setiap masa.
a) Menimbulkan derita sebagai sifatnya.
b) Mempunyai kesenangan dan
kemelekatan terhadap arammana, bhumi
dan bhava sebagai pekerjaannya.
c) Mempunyai ketidakpuasan terhadap
segala obyek sebagai hasilnya.
d) Ada Vedana sebagai sebab terdekatnya.
Tanha Keinginan rendah yang
punya tenaga kecil.
Kepuasan hati terhadap
obyek yang ditemukannya.
Keinginan terhadap obyek
yang belum didapati.
Upadana Yang punya tenaga besar.
Kemelekatan terhadap obyek,
selalu terkenang-kenang akan obyek,
dan tak akan lenyap.
Kemelekatan terhadap obyek ,
dan, tidak akan melepaskan obyek.
1) Kama-
upadana
Kemelekatan terhadap nafsu
indera
2) Ditthi-
upadana
Kemelekatan terhadap
pandangan
3) Silabbata-
upadana
Kemelekatan terhadap
upacara atau ritual
4) Atta-
upadana
Kemelekatan terhadap ‘aku’
yang kekal
a) Yaitu terbebas sama sekali dari Tanha,
terealisasinya Nibbana (Kebebasan).
b) Nibbana adalah kebahagiaan tertinggi
yang merupakan tujuan umat Buddha.
c) Nibbana bukan suatu tempat tetapi
merupakan tujuan akhir dan tertinggi
yang harus diselami oleh para bijaksana
dalam diri masing-masing.
d) Nibbana di luar logika dan akal manusia
biasa.
a) “O,bhikkhu”, apakah Yang Tidak
Tercipta” (Asankhata) itu? Padamnya
hawa nafsu (ragakhayo) , padamnya
kebencian (dosakhayo) , padamnya
kebodohan batin (mohakhayo) itulah
bhikkhu yang disebut TidakTercipta.
b) ”O,Radha, padamnya Tanha adalah
Nibbana.
c) ”O, bhikkhu di antara benda apapun juga
yang tercipta maupun yang tidak tercipta,
maka’viraga’ (sikap yang tidak
terpengaruh) adalah yang paling tinggi”.
“Itu berarti bebas dari kesombongan,
menghancurkan kehausan, membasmi
ikatan-ikatan , memutuskan kelangsungan,
padamnya tanha, tidak terpengaruh. Itulah
Nibbana”.
d) Jawaban Ayasma Sariputta siswa utama
Buddha Gotama, atas pertanyaan dari
Parivrajaka tentang “Apakah Nibbana?”
adalah sama dengan definisi Asankhata
yang diberikan oleh Buddha Gotama sendiri
yaitu sbb:”Padamnya hawa nafsu,
padamnya kebencian,padamnya kekotoran
batin”.
“O,para bhikkhu, ada yg ‘tak terlahirkan, (ajatam), yg
tak menjelma (abhutam), yang tak terciptakan
(akatam),yang tak bersyarat atau yang mutlak
(asankhatam).
Para bhikkhu, jika tdk ada yg tak terlahirkan, yang
tak terjelma,yang tak terciptakan, yg tak bersyarat /
yg mutlak, maka tdk ada jalan keluar untuk terbebas
dari kelahiran, penjelmaan,keterciptaan,
kemunculan, yang disadari disini.
Tetapi para bhikkhu, karena ada yg tak
terlahirkan,yang tak menjelma, yang tak terciptakan,
yang tak bersyarat atau yang mutlak, maka ada pula
jalan keluar untuk terbebas dari kelahiran,
penjelmaan, keterciptaan,kemunculan yang
disadari.”
“Di sini,benda padat, cair, panas dan gerak
(mahabhuta) tidak mempunyai tempat;
pengertian tentang panjang dan lebar,
tentang kecil dan besar, tentang baik dan
buruk, tentang nama dan rupa, semuanya
telah dihancurkan; dan tidak dapat ditemukan
lagi dunia ini atau dunia yang lain, yang
datang, berjalan atau berdiri, kematian atau
kelahiran dan semua obyek-obyek indera”
Nibbana bukan “penghancuran diri” karena
tidak ada “diri” yang harus dihancurkan.
Yang harus dihancurkan adalah pandangan
yang menyesatkan tentang adanya “diri” itu
sendiri.
Pemikiran negatif dan positif adalah relatif
dan mengambarkan suatu keadaan yang
dualistis. Kedua hal tsb tdk dapat dipakai
untuk menerangkan Nibbana, suatu
kebenaran mutlak yg berada diluar hal-hal
dualistis dan relatif.
“Vana sankhataya tanhaya nikkhantatta
Nibbanam”
Artinya: Yang terbebas dari Tanha
disebut Nibbana.
“Nathi vanam ethani Nibbanam”
Artinya: Ketenangan yang timbul dengan
terbebasnya dari Tanha disebut
Nibbana.
Nibbana adalah kebahagiaan yang
terbebas dari kilesa.
Nibbana adalah kebahagiaan
tertinggi.
Nibbana dengan adanya “sisa”.
Nibbana tanpa adanya “sisa”.
 Kata (arti sebenarnya
”sisa-sisa”) dapat dipergunakan
untuk menyatakan:
a) Sisa lima kelompok kehidupan.
b) Perasaan-perasaan pengalaman
jasmaniah (rasa panas,dingin dll)
serta perasaan menyenangkan dan
menyakitkan.
c) Sisa belenggu-belenggu batin
(samyojana) yang belum dihancurkan.
padamnya atau
habisnya kilesa.
padamnya
pancakkhandha.
padamnya semua
sisa peninggalan tubuh , relik Sang
Buddha.
Nibbana yang terbebas dari obyek bayangan.
Obyek anicca yg dominan.
Nibbana yang terbebas dari obyek keinginan.
Obyek dukkha yang dominan.
Nibbana yg terbebas dari kilesa dan panca
khandha, habis dan kosong. Obyek anatta yang
dominan.
a) Disebut juga “Jalan Tengah” dan
merupakan satu-satunya jalan
menuju pembebasan.
b) Jalan Tengah yang tidak mengarah
pada “kekekalan diri” (sassata)
ataupun “kemusnahan diri”
(uccheda).
c) Jalan Tengah juga disebut Jalan
Mulia Berunsur Delapan yaitu;
Tentang 4 Kebenaran Mulia (masing-masing terdiri
3 tahap) : Saccanana , Kiccanana dan Katanana.
Pandangan Benar menurut kitab Uparipannasa;
Pandangan Benar tentang kamma niyama.
Pandangan Benar yang timbul setelah penyadaran
jeli terhadap Nama (batin) dan Rupa (jasmani).
Berupa pengetahuan dalam perenungan terhadap
obyek-obyek indera dan batin sebagaimana
adanya (yaitu dicengkeram oleh anicca,dukkha
dan anatta).
Pandangan Benar yang menyertai
empat tingkat “buah” yang
merupakan hasil dari empat tingkat
“jalan”.
Pandangan Benar berupa perenungan
yang terjadi dengan sendirinya setelah
pencapaian “jalan” dan “buah”.
Pikiran yang bersih dari kilesa atau pikiran yang tidak
mengandung L,D,M.
Adalah berusaha menahan diri dari :
 Berbohong (musavada)
 Menfitnah (pisunavaca)
 Berucap kasar/caci maki (pharusavaca)
 Percakapan yang tidak bermanfaat /
pergunjingan (samphapalapa).
Dapat dinamakan Ucapan Benar, jika memenuhi syarat
dibawah ini :
 - Ucapan itu benar
 - Ucapan itu beralasan
 - Ucapan itu berfaedah
 - Ucapan itu tepat pada waktunya
Sang Buddha bersabda :
“ Kata-kata yang mempunyai empat nilai
adalah yang diucapkan baik, bukan
pembicaraan jahat, tidak salah dan tidak
dicela para bijaksana. Apa empat itu
? Mengenai ini,……….
seseorang berbicara dengan kata-kata yang
indah, bukannya buruk;
seorang berbicara dengan kata-kata yang
benar, bukannya salah;
seseorang berbicara dengan kata-kata yang
halus, bukannya kasar ;
seorang berbicara dengan kata-kata penuh
kebenaran, bukan
kepalsuan”.
( Sutta Nipata : 449-450 )
Perbuatan yang tidak bertentangan dengan
Pancasila Buddhis.
Bermata pencaharian yang sesuai dengan
dhamma.
Terdapat lima objek perdagangan yang seharusnya
dihindari (Anguttara Nikaya, III, 153), yaitu:
 Makhluk hidup
 Senjata
 Daging atau segala sesuatu yang berasal dari penganiayaan
makhluk-makhluk hidup
 Minum-minuman yang memabukkan atau yang dapat
menimbulkan ketagihan
 Racun
Dan terdapat pula lima mata pencaharian salah yang
harus dihindari (Majjima Nikaya. 117), yaitu:
 Penipuan
 Ketidak-setiaan
 Penujuman
 Kecurangan
 Memungut bunga yang tinggi (praktik lintah darat)
o Usaha untuk menghindari perbuatan buruk
yang belum muncul (-)
o Menghilangkan perbuatan jahat yang
sudah ada (-)
o Memunculkan perbuatan baik yang belum
ada (+)
o Mengembangkan perbuatan baik yang
sudah ada (+)
adalah perenungan terhadap badan jasmani.
Disini ada enam jenis perenungan, yaitu :
1) Pengamatan keluar-masuknya nafas
(Anapanasati)
2) Pengamatan gerakan jasmani (Iriyapatha)
3) Perhatian dan penyadaran (Sati-
Sampajanna)
4) Menganalisis semua organ badan jasmani
(Pathikulamanasikara)
5) Menganalisis keempat unsur badan
jasmani (Dhatumanasikara)
6) Perenungan terhadap proses kerusakan
mayat (Navasivathika).
adalah perenungan terhadap perasaan.
 Disini ada tiga perenungan terhadap perasaan
yaitu :
1) Perasaan yang menyenangkan (Sukhavedana)
2) Perasaan yang tidak menyenangkan
(Dukkhavedana)
3) Perasaan yang netral (Adukkhasukhavedana)
adalah perenungan terhadap pikiran.
yang berarti perhatian terhadap kesadaran
dan bentuk-bentuk batin (cetasika).
adalah perenungan mengawasi
ketiga renungan di atas.
yaitu pemusatan pikiran pada Upacara
Samadhi dan Jhana
Yaitu bermeditasi mencapai Upacara Samadhi,
karena pada tingkat ini 5 Rintangan Batin /
Nivarana sudah ditekan oleh faktor-faktor Jhana.
5 Nivarana Faktor-faktor Jhana
Tina Midha Vitaka
Vicikiccha Vicara
Byapada Piti
Uddacca Kukkuccha Sukkha
Kamachanda Ekaggata
Menekan
Menekan
Menekan
Menekan
Menekan
 Jadi, pada tingkat Upacara Samadhi ini
sudah muncul faktor-faktor Jhana,
meski belum sampai menyerap obyek
(Jhana)
 Oleh karena itu, Konsentrasi Benar
dimulai dari tahap Upacara Samadhi
sampai Appanna Samadhi (Jhana)
5 macam rintangan batin
(Nivarana)
 1. Kamachanda
yaitu nafsu keinginan yang timbul saat
meditasi, hal ini muncul karena meditator
pernah/ingin melihat keindahan-keindahan,
yang merangsang pikiran meditator.
 2. Byapada
yaitu kemauan jahat, ingin menyakiti, iri, tidak
suka dll. Hal ini timbul karena meditator pernah
melihat, bertemu dengan obyek yang membuat
tidak senang.
 3. Tinamidha
yaitu kemalasan dan kelelahan/kelambanan,
lelah, ngantuk, capek, sakit kakinya dan lain-
lain.
 4. Uddaccakukkuccha
yaitu kecemasan kekhawatiran. Cemas dan
khawatir tentang apa yang dilakukannya
menyimpang, dapat menyebabkan stress atau yang
lainnya.
 5. Vicikiccha
yaitu keragu-raguan, misal ragu-ragu tentang
pencapaian meditasi yang sedang dilakukan,
termasuk ragu akan pencapaian kesucian, Jhana,
dan Abhinna. Orang ini hendaknya banyak
mendengar atau membaca Kitab-Kitab suci Ajaran
Buddha yang mengacu pada Tipitaka.
5 FaktorJhana
 1. Vitaka
merupakan penopang pikiran dalam
menimbulkan pemusatan atau
mempertahankan obyek untuk menuju
peningkatan jhana yang lebih tinggi.
 2. Vicara
muncul setelah vitaka dapat diselami dan tetap
mempertahankan obyek. Vicara adalah gema
dan vitaka di sini adalah pemusatannya/
konsentrasi terhadap obyek. Bila dianalogikan
sebagai lonceng, vitaka merupakan saat
dipukulnya lonceng kemudian vicara
merupakan bunyi/gema dari pukulan tersebut.
Jadi, pada praktiknya vitaka dan vicara
merupakan proses yang bersambung/
berkelanjutan.
 3. Piti
adalah kegiuran dan kenikmatan. Dalam hal ini
(piti) dianalogikan seperti halnya kita sedang jalan-
jalan dan sangat haus lalu menemukan/ melihat
sumber air.
 Perasaan seperti itulah yang dinamakan sebagai
piti atau kegiuran.
 4. Sukha
adalah perasaan gembira dalam batin.
Perasaan/kondisi batin pada saat mencapai ini
dianalogikan seperti halnya contoh di atas,
kesenangan mendapat kebahagiaan karena sudah
meminum air itulah yang disebut sebagai sukha.
 5. Ekaggata
setelah dapat mengatasi sukha/tetap berpegang
pada obyek, maka ekaggata akan muncul.
Ekaggata adalah kondisi pikiran/keadaan batin
yang terpusat.
8 Unsur Jalan Mulia
JALAN MULIA BERUNSUR DELAPAN
(ARIYO ATTHANGIKO MAGGO)
6 7
6 7 6 7
1
1 1
6 7
1
6 7
1
6 7
1
1 2
8
3 4 5
(bersifat duniawi)
Pandangan Benar atas dalil Kamma.
kammassaka (pandangan bahwa semua makhluk
memiliki kammanya masing-masing)
kammadayada (mewarisi kammanya masing2)
kammayoni (terlahir dari kammanya masing2)
kammabandhu (berhubungan dengan kammanya
masing2)
kammapatisarana ( terlindungi oleh kammanya
masing2)
yam kamman karisanti; kalyanam va papakam va
tassa dayada bhavisanti (apapun kamma yang
diperbuatnya, baik atau buruk, itulah yang akan
diwarisinya)
Pandangan benar atas 10 hal yaitu :
 1) atthi dinnam
 pandangan bahwa pemberian dana memberikan hasil / buah dan
bermanfaat
 2) atthi yittham
 pandangan bahwa penghormatan terhadap yang patut di puja
memberikan hasil / buah dan bermanfaat
 3) atthi hutam
 pandangan bahwa penyambutan terhadap tamu memberikan hasil /
buah dan bermanfaat
 4) atthi sukatadukkhatanam kamanam phalam vipako
 pandangan bahwa perbuatan baik dan jahat memeberikan akibat
yang setimpal, secara langsung maupun tidak langsung
 5) atthi ayam loko
 pandangan bahwa ada dunia sekarang
 6) atthi paroloko
 pandangan bahwa ada dunia mendatang
 7) atthi mata
 pandangan bahwa perlakuan baik / buruk terhadap ibu niscaya
 8) atthi pita
 pandangan bahwa perlakuan baik / buruk terhadap ayah
niscaya memberikan akibat di masa datang
 9) atthi satta opapatika
 pandangan bahwa ada makhluk yang terlahir secara spontan
misalnya mahkluk2 niraya, peta, asurakaya, dewa dan
brahma
 10) atthi loke samana brahmana samaggata sammapatipanna
ye imanca lokam paranca lokam sayam abhinna saccikatva
pavedenti
 pandangan bahwa di dunia ini ada petapa atau brahmana
yang telah menjalankan praktik yang benar, yang telah
menempuh kehidupan yang baik; serta memiliki ketenangan
batin, yang dengan kebijaksanaan sendiri telah menembus
dunia sini maupun dunia sana dan selanjutnya mengamalkan
pengetahuannya pada makhluk lain
(mengatasi
duniawi). Yaitu Catusacca Sammaditthi
atau Pandangan Benar terhadap Empat
Kebenaran Mulia
a) Pengetahuan atas kebenaran mulia
tentang dukkha.
b) Pengetahuan atas kebenaran mulia
tentang sebab dukkha.
c) Pengetahuan atas kebenaran mulia
tentang terhentinya dukkha.
d) Pengetahuan atas kebenaran mulia
tentang jalan menuju terhentinya dukkha.
 Pandangan Benar ini muncul dalam
batin para suciwan (ariya puggala),
Merupakan salah satu faktor dari jalan
mulia, yaitu sebagai :
 * kebijaksanaan (panna),
 * indera kebijaksanaan (pannindriya),
 * kekuatan kebijaksanaan (pannabala),
* penelaahan Dhamma yang merupa-
kan pencerahan (Dhammavicaya-
sambojjhanga).
.empat kebenaran mulia

More Related Content

Similar to .empat kebenaran mulia

Pengayaan abhidhamma (2)
Pengayaan abhidhamma (2)Pengayaan abhidhamma (2)
Pengayaan abhidhamma (2)Ruby Santamoko
 
samanaphala, kutadanta, khevadha
samanaphala, kutadanta, khevadhasamanaphala, kutadanta, khevadha
samanaphala, kutadanta, khevadhaSuharno M.Pd.B
 
4 Kaṅkhāvitaraṇavisuddhi.pdf
4 Kaṅkhāvitaraṇavisuddhi.pdf4 Kaṅkhāvitaraṇavisuddhi.pdf
4 Kaṅkhāvitaraṇavisuddhi.pdfRuby Santamoko
 
Pengantar abhidhamma revisi
Pengantar abhidhamma revisiPengantar abhidhamma revisi
Pengantar abhidhamma revisimettadewi wong
 
Samaggi phala.or.id-jilid ii kelompok lima
Samaggi phala.or.id-jilid ii  kelompok limaSamaggi phala.or.id-jilid ii  kelompok lima
Samaggi phala.or.id-jilid ii kelompok limaAman Sajha Ok
 
Jalan Menuju Nibbana
Jalan Menuju NibbanaJalan Menuju Nibbana
Jalan Menuju NibbanaFaisal Wibowo
 
Pohon Kekotoran Bathin
Pohon Kekotoran BathinPohon Kekotoran Bathin
Pohon Kekotoran BathinRuby Santamoko
 
PENGANTAR ILMU PENGETAHUAN AGAMA BUDDHA
PENGANTAR ILMU PENGETAHUAN AGAMA BUDDHAPENGANTAR ILMU PENGETAHUAN AGAMA BUDDHA
PENGANTAR ILMU PENGETAHUAN AGAMA BUDDHAEmilia Wati
 
Ppt part 11 sebab dukkha pab sma tmi
Ppt part 11 sebab dukkha pab sma tmiPpt part 11 sebab dukkha pab sma tmi
Ppt part 11 sebab dukkha pab sma tmitiyo noiss
 
Abhidhammatasangaha Bab 4 Citta Vithi
Abhidhammatasangaha Bab 4 Citta VithiAbhidhammatasangaha Bab 4 Citta Vithi
Abhidhammatasangaha Bab 4 Citta VithiRuby Santamoko
 

Similar to .empat kebenaran mulia (20)

Pengayaan abhidhamma (2)
Pengayaan abhidhamma (2)Pengayaan abhidhamma (2)
Pengayaan abhidhamma (2)
 
samanaphala, kutadanta, khevadha
samanaphala, kutadanta, khevadhasamanaphala, kutadanta, khevadha
samanaphala, kutadanta, khevadha
 
Melihat kedalam
Melihat kedalamMelihat kedalam
Melihat kedalam
 
Menekan keserakahan
Menekan keserakahanMenekan keserakahan
Menekan keserakahan
 
4 Kaṅkhāvitaraṇavisuddhi.pdf
4 Kaṅkhāvitaraṇavisuddhi.pdf4 Kaṅkhāvitaraṇavisuddhi.pdf
4 Kaṅkhāvitaraṇavisuddhi.pdf
 
Pengantar abhidhamma revisi
Pengantar abhidhamma revisiPengantar abhidhamma revisi
Pengantar abhidhamma revisi
 
Samaggi phala.or.id-jilid ii kelompok lima
Samaggi phala.or.id-jilid ii  kelompok limaSamaggi phala.or.id-jilid ii  kelompok lima
Samaggi phala.or.id-jilid ii kelompok lima
 
ambhata sutta
ambhata suttaambhata sutta
ambhata sutta
 
Jalan Menuju Nibbana
Jalan Menuju NibbanaJalan Menuju Nibbana
Jalan Menuju Nibbana
 
Pohon Kekotoran Bathin
Pohon Kekotoran BathinPohon Kekotoran Bathin
Pohon Kekotoran Bathin
 
PENGANTAR ILMU PENGETAHUAN AGAMA BUDDHA
PENGANTAR ILMU PENGETAHUAN AGAMA BUDDHAPENGANTAR ILMU PENGETAHUAN AGAMA BUDDHA
PENGANTAR ILMU PENGETAHUAN AGAMA BUDDHA
 
Samadhi
SamadhiSamadhi
Samadhi
 
Di luar kelahiran dan kematian
Di luar kelahiran dan kematianDi luar kelahiran dan kematian
Di luar kelahiran dan kematian
 
paccayasatti 24.ppt
paccayasatti 24.pptpaccayasatti 24.ppt
paccayasatti 24.ppt
 
Ppt part 11 sebab dukkha pab sma tmi
Ppt part 11 sebab dukkha pab sma tmiPpt part 11 sebab dukkha pab sma tmi
Ppt part 11 sebab dukkha pab sma tmi
 
Praktek Nian Fo
Praktek Nian FoPraktek Nian Fo
Praktek Nian Fo
 
Islam; aqidah &; syari'ah
Islam; aqidah &; syari'ahIslam; aqidah &; syari'ah
Islam; aqidah &; syari'ah
 
Bodhisatta
BodhisattaBodhisatta
Bodhisatta
 
alam semesta
alam semestaalam semesta
alam semesta
 
Abhidhammatasangaha Bab 4 Citta Vithi
Abhidhammatasangaha Bab 4 Citta VithiAbhidhammatasangaha Bab 4 Citta Vithi
Abhidhammatasangaha Bab 4 Citta Vithi
 

More from Ruby Santamoko

7 Ñāṇadassanavisuddhi.pdf
7 Ñāṇadassanavisuddhi.pdf7 Ñāṇadassanavisuddhi.pdf
7 Ñāṇadassanavisuddhi.pdfRuby Santamoko
 
6 Patipadañāṇadassanavisuddhi.pdf
6 Patipadañāṇadassanavisuddhi.pdf6 Patipadañāṇadassanavisuddhi.pdf
6 Patipadañāṇadassanavisuddhi.pdfRuby Santamoko
 
5 Maggāmaggañāṇadassanavisuddhi (1).pdf
5 Maggāmaggañāṇadassanavisuddhi  (1).pdf5 Maggāmaggañāṇadassanavisuddhi  (1).pdf
5 Maggāmaggañāṇadassanavisuddhi (1).pdfRuby Santamoko
 
3a Diṭṭhivisuddhi .pdf
3a Diṭṭhivisuddhi .pdf3a Diṭṭhivisuddhi .pdf
3a Diṭṭhivisuddhi .pdfRuby Santamoko
 
2 Cittavisuddhi (1).pdf
2 Cittavisuddhi  (1).pdf2 Cittavisuddhi  (1).pdf
2 Cittavisuddhi (1).pdfRuby Santamoko
 
1 Sīlavisuddhi (1).pdf
1 Sīlavisuddhi (1).pdf1 Sīlavisuddhi (1).pdf
1 Sīlavisuddhi (1).pdfRuby Santamoko
 
BAB 6 RUPA & NIBBANA.pdf
BAB 6 RUPA & NIBBANA.pdfBAB 6 RUPA & NIBBANA.pdf
BAB 6 RUPA & NIBBANA.pdfRuby Santamoko
 
Sayalay-Susila_Mengungkap-Misteri-Batin-dan-Jasmani-melalui-Abhidhamma.pdf
Sayalay-Susila_Mengungkap-Misteri-Batin-dan-Jasmani-melalui-Abhidhamma.pdfSayalay-Susila_Mengungkap-Misteri-Batin-dan-Jasmani-melalui-Abhidhamma.pdf
Sayalay-Susila_Mengungkap-Misteri-Batin-dan-Jasmani-melalui-Abhidhamma.pdfRuby Santamoko
 
dhammacakkapavathana sutta.ppt
dhammacakkapavathana sutta.pptdhammacakkapavathana sutta.ppt
dhammacakkapavathana sutta.pptRuby Santamoko
 
Bhn bintal ad dharma yatra.pptx
Bhn bintal ad dharma yatra.pptxBhn bintal ad dharma yatra.pptx
Bhn bintal ad dharma yatra.pptxRuby Santamoko
 
tak selamanya harus ku genggam.pptx
tak selamanya harus ku genggam.pptxtak selamanya harus ku genggam.pptx
tak selamanya harus ku genggam.pptxRuby Santamoko
 
singkatnya kehidupan.pptx
singkatnya kehidupan.pptxsingkatnya kehidupan.pptx
singkatnya kehidupan.pptxRuby Santamoko
 
MENGATASI DIRI SENDIRI.pptx
MENGATASI DIRI SENDIRI.pptxMENGATASI DIRI SENDIRI.pptx
MENGATASI DIRI SENDIRI.pptxRuby Santamoko
 

More from Ruby Santamoko (20)

7 Ñāṇadassanavisuddhi.pdf
7 Ñāṇadassanavisuddhi.pdf7 Ñāṇadassanavisuddhi.pdf
7 Ñāṇadassanavisuddhi.pdf
 
6 Patipadañāṇadassanavisuddhi.pdf
6 Patipadañāṇadassanavisuddhi.pdf6 Patipadañāṇadassanavisuddhi.pdf
6 Patipadañāṇadassanavisuddhi.pdf
 
5 Maggāmaggañāṇadassanavisuddhi (1).pdf
5 Maggāmaggañāṇadassanavisuddhi  (1).pdf5 Maggāmaggañāṇadassanavisuddhi  (1).pdf
5 Maggāmaggañāṇadassanavisuddhi (1).pdf
 
3b Ditthivisuddhi.pdf
3b Ditthivisuddhi.pdf3b Ditthivisuddhi.pdf
3b Ditthivisuddhi.pdf
 
3a Diṭṭhivisuddhi .pdf
3a Diṭṭhivisuddhi .pdf3a Diṭṭhivisuddhi .pdf
3a Diṭṭhivisuddhi .pdf
 
2 Cittavisuddhi (1).pdf
2 Cittavisuddhi  (1).pdf2 Cittavisuddhi  (1).pdf
2 Cittavisuddhi (1).pdf
 
1 Sīlavisuddhi (1).pdf
1 Sīlavisuddhi (1).pdf1 Sīlavisuddhi (1).pdf
1 Sīlavisuddhi (1).pdf
 
BAB 6 RUPA & NIBBANA.pdf
BAB 6 RUPA & NIBBANA.pdfBAB 6 RUPA & NIBBANA.pdf
BAB 6 RUPA & NIBBANA.pdf
 
mind & matter.ppt
mind & matter.pptmind & matter.ppt
mind & matter.ppt
 
Sayalay-Susila_Mengungkap-Misteri-Batin-dan-Jasmani-melalui-Abhidhamma.pdf
Sayalay-Susila_Mengungkap-Misteri-Batin-dan-Jasmani-melalui-Abhidhamma.pdfSayalay-Susila_Mengungkap-Misteri-Batin-dan-Jasmani-melalui-Abhidhamma.pdf
Sayalay-Susila_Mengungkap-Misteri-Batin-dan-Jasmani-melalui-Abhidhamma.pdf
 
dhammacakkapavathana sutta.ppt
dhammacakkapavathana sutta.pptdhammacakkapavathana sutta.ppt
dhammacakkapavathana sutta.ppt
 
Bhn bintal ad dharma yatra.pptx
Bhn bintal ad dharma yatra.pptxBhn bintal ad dharma yatra.pptx
Bhn bintal ad dharma yatra.pptx
 
pelimpahan jasa.ppt
pelimpahan jasa.pptpelimpahan jasa.ppt
pelimpahan jasa.ppt
 
mengenali kilesa.pptx
mengenali kilesa.pptxmengenali kilesa.pptx
mengenali kilesa.pptx
 
tak selamanya harus ku genggam.pptx
tak selamanya harus ku genggam.pptxtak selamanya harus ku genggam.pptx
tak selamanya harus ku genggam.pptx
 
singkatnya kehidupan.pptx
singkatnya kehidupan.pptxsingkatnya kehidupan.pptx
singkatnya kehidupan.pptx
 
podomoro.pdf
podomoro.pdfpodomoro.pdf
podomoro.pdf
 
MENGATASI DIRI SENDIRI.pptx
MENGATASI DIRI SENDIRI.pptxMENGATASI DIRI SENDIRI.pptx
MENGATASI DIRI SENDIRI.pptx
 
canki sutta.pptx
canki sutta.pptxcanki sutta.pptx
canki sutta.pptx
 
Bea cukai
Bea cukaiBea cukai
Bea cukai
 

.empat kebenaran mulia

  • 2. 1. Pendahuluan A. Salah satu dari Hukum Kebenaran Mutlak MUTLAK??? Yaitu tidak mengenal Ke : Keadaan Tu : Waktu Pat : Tempat
  • 3. Hukum-hukum Kebenaran Mutlak 1. 4 Kebenaran Mulia 2. Kamma dan Tumimbal-lahir 3. 3 Corak Universal 4. Sebab-akibat yang Saling Mengondisikan
  • 4. 4 Kebenaran Mulia 1) Kebenaran Mulia tentang Dukkha. (Dukkha Ariya sacca) 2) Kebenaran Mulia tentang Sebab Dukkha. (Dukkha Samudaya Ariya Sacca) 3) Kebenaran Mulia tentang Terhentinya Dukkha (Dukkha Nirodha Ariya Sacca). 4) Kebenaran Mulia tentang Jalan Menuju Terhentinya Dukkha. (Dukkha Nirodha Gamini Patipada Ariya Sacca) (Cattari Ariya Saccani)
  • 5. Mana yang lebih tepat : 4 Kebenaran Mulia atau 4 Kesunyataan Mulia ? Kesunyataan berasal berasal dari bahasa Jawa yang artinya Kebenaran. Jadi, secara makna 4 Kesunyataan Mulia tidak salah. Hanya secara kosa kata kurang tepat karena menggunakan bahasa campuran.
  • 6.  Mana yang lebih tepat : asal mula dukkha atau sebab dukkha ? Segala sesuatu timbul karena ada sebab-sebab yang mengondisikan , jadi ada sebab terdekat Kalau asal mula tidak dibahas. Tidak dibahas sebab awal ( Causa Prima) karena: segala sesuatu itu merupakan perpaduan. Jadi banyak kondisi untuk terjadinya sesuatu. Kalau ada sebab awal, lalu apa yg menyebabkan adanya sebab awal tersebut?
  • 7.  Mana yang lebih tepat :  terhentinya dukkha atau  lenyapnya dukkha ? Kalau lenyap, dari ada sesuatu lalu tiba tiba hilang/musnah ditolak Sang Buddha Kalau terhenti karena bahan bakarnya habis (LDM nya habis) , sehingga tidak timbul lagi.
  • 8. DUKKHA Ketidak-puasan Kondisi LDM Dukkha karena kondisi tidak bisa dihindari
  • 9. DUKKHA Umat Buddha PESIMIS ??? Definisi “Pesimis” Menurut KBBI online : orang yg bersikap atau berpandangan tidak mempunyai harapan baik (khawatir kalah, rugi, celaka, dsb); orang yg mudah putus (tipis) harapan
  • 10. Umat Buddha Bukan Pesimis Lalu apakah umat Buddha Optimis??? Definisi “Optimis” menurut KBBI online : orang yg selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi segala hal Umat Buddha juga bukan Optimis
  • 11. Lantas ??? REALISTIS  Bersifat wajar Analogi Sakit dan Dokter
  • 12. No. Empat Kebenaran Mulia Sakit dan Dokter 1. Tahu dan mengerti bahwa hidup adalah DUKKHA Tahu dan mengerti jika kita sedang sakit dan pergi ke dokter 2. Tahu dan mengerti tentang sebab DUKKHA yang kita alami Tahu dan mengerti penyebab dari sakit yang kita alami 3. Tahu dan mengerti bahwa ada terhentinya DUKKHA Tahu dan mengerti ada obat yg menyembuhkan sakit tsb sehingga sembuh dari sakit 4. Tahu, mengerti dan melaksanakan jalan menuju terhentinya DUKKHA Menebus resep obat dan meminum obat untuk menyembuhkan sakit.
  • 13. . B.Isi dari Empat Kebenaran Mulia Dukkha Sebab Dukkha Terhenti Dukkha Jalan Terhenti Dukkha  Urutannya tidak boleh dibolak balik, karena sudah tepat Dukkha ada sebabnya Terhentinya Dukkha ada Jalannya
  • 14. Pendekatan Modern Penyelesaian Masalah VS Empat Kebenaran Mulia 1. Memahami suatu masalah dan menganalisa masalah tersebut 2. Menyadari dan menemukan ada penyebab masalah tersebut 3. Mengetahui bahwa masalah dapat teratasi dan mencari cara penyelesaiannya 4. Menemukan cara mengatasi masalah tersebut dan menjalankan caranya Hal tersebut menunjukkan kecerdasan Sang Buddha dan cara berpikir yang sangat logis
  • 15. C. Empat Kebenaran Mulia Merupakan Ajaran Pokok dalam Buddha Dhamma D. Riwayat dibabarkan Empat Kebenaran Mulia - Di Benares, Taman Rusa Isipatana - Kepada lima orang petapa - Nama khotbahnya: Dhammacakkappavatana Sutta (Khotbah Pemutaran Roda Dhamma) - Khotbah pertama dan terpenting dalam proses terbentuknya Tiratana
  • 16. A. Pengertian Dukkha adalah tidak memuaskan. B. Jenis-jenis Dukkha. 1) Dukkha dukkha Penderitaan biasa yang umum (batin dan jasmani) Seperti: lahir,tua, sakit,mati,berpisah dengan yang dicinta, berkumpul dengan yang dibenci, tidak tercapai yang diinginkan. 2) Viparinama dukkha Dukkha akibat perubahan Seperti: senang menjadi tidak senang, kaya menjadi miskin, sehat menjadi sakit, untung menjadi rugi, dipuji menjadi dicela.
  • 17. 1) Jati-dukkha Kelahiran 2) Jara-dukkha Menjadi tua 3) Byadi-dukkha Sakit 4) Marana-dukkha Mati 5) Soka-dukkha Sedih 6) Parideva-dukkha Ratap tangis 7) Dukkha-dukkha Penderitaan jasmani 8) Domanasa-dukkha Penderitaan batin 9) Upayasa Dukkha Penderitaan dari putus asa 10)Appiyehi sampayoga- dukkha Berkumpul dengan yg tidak disenangi 11)Piyehi vippayoga-dukkha Berpisah dengan yang dicintai
  • 18. Penderitaan jasmani. Penderitaan batin. Atau Penderitaan dengan mata kail berumpan. Penderitaan tanpa mata kail berumpan.
  • 19. Seseorang yang dapat memahami dukkha secara benar, akan penuh ketenangan dan kesabaran dalam menghadapi hidup ini. Ia tidak terpengaruh oleh perubahan atau penderitaan yang dialaminya karena ia telah dapat melihat sendiri segala sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya.
  • 20. a) Kehausan, nafsu keinginan yang tidak ada habis-habisnya b) Yang menghasilkan kelangsungan kembali dan tumimbal lahir (ponobbhavika) c) Yang terikat oleh hawa nafsu (nandiraga sahagata) d) Yang memperoleh kenikmatan baru di sana sini (tatra-tatra bhinandini)
  • 21. a) Berdasarkan arammana (obyek) yaitu kesenangan terhadap 6 obyek b) Berdasarkan keadaan yang berlangsung, yaitu: esenangan indera menjadi/berlangsung tidak menjadi atau tidak berlangsung c) Berdasarkan pembahasan terperinci ada 108 tanha
  • 22. 6 INDERA OBYEK KESADARAN MATA (K,B,V) BENDA (K,B,V) MELIHAT TELINGA (K,B,V) SUARA (K,B,V) MENDENGAR HIDUNG (K,B,V) BEBAUAN (K,B,V) MEMBAUI LIDAH (K,B,V) RASA (K,B,V) MENGECAP JASMANI (K,B,V) SENTUHAN (K,B,V) MERASAKAN SENTUHAN PIKIRAN (K,B,V) IDE/GAGASAN (K,B,V) BERPIKIR
  • 23.  Setiap indera dan obyek mengondisikan timbulnya tiga Tanha, yaitu: - Kama-tanha - Bhava-tanha - Vibhava-tanha 36 tanha 36 tanha 36 tanha Jadi, totalnya adalah 36 x3 = 108 tanha setiap masa.
  • 24. a) Menimbulkan derita sebagai sifatnya. b) Mempunyai kesenangan dan kemelekatan terhadap arammana, bhumi dan bhava sebagai pekerjaannya. c) Mempunyai ketidakpuasan terhadap segala obyek sebagai hasilnya. d) Ada Vedana sebagai sebab terdekatnya.
  • 25. Tanha Keinginan rendah yang punya tenaga kecil. Kepuasan hati terhadap obyek yang ditemukannya. Keinginan terhadap obyek yang belum didapati. Upadana Yang punya tenaga besar. Kemelekatan terhadap obyek, selalu terkenang-kenang akan obyek, dan tak akan lenyap. Kemelekatan terhadap obyek , dan, tidak akan melepaskan obyek.
  • 26. 1) Kama- upadana Kemelekatan terhadap nafsu indera 2) Ditthi- upadana Kemelekatan terhadap pandangan 3) Silabbata- upadana Kemelekatan terhadap upacara atau ritual 4) Atta- upadana Kemelekatan terhadap ‘aku’ yang kekal
  • 27. a) Yaitu terbebas sama sekali dari Tanha, terealisasinya Nibbana (Kebebasan). b) Nibbana adalah kebahagiaan tertinggi yang merupakan tujuan umat Buddha. c) Nibbana bukan suatu tempat tetapi merupakan tujuan akhir dan tertinggi yang harus diselami oleh para bijaksana dalam diri masing-masing. d) Nibbana di luar logika dan akal manusia biasa.
  • 28. a) “O,bhikkhu”, apakah Yang Tidak Tercipta” (Asankhata) itu? Padamnya hawa nafsu (ragakhayo) , padamnya kebencian (dosakhayo) , padamnya kebodohan batin (mohakhayo) itulah bhikkhu yang disebut TidakTercipta. b) ”O,Radha, padamnya Tanha adalah Nibbana.
  • 29. c) ”O, bhikkhu di antara benda apapun juga yang tercipta maupun yang tidak tercipta, maka’viraga’ (sikap yang tidak terpengaruh) adalah yang paling tinggi”. “Itu berarti bebas dari kesombongan, menghancurkan kehausan, membasmi ikatan-ikatan , memutuskan kelangsungan, padamnya tanha, tidak terpengaruh. Itulah Nibbana”.
  • 30. d) Jawaban Ayasma Sariputta siswa utama Buddha Gotama, atas pertanyaan dari Parivrajaka tentang “Apakah Nibbana?” adalah sama dengan definisi Asankhata yang diberikan oleh Buddha Gotama sendiri yaitu sbb:”Padamnya hawa nafsu, padamnya kebencian,padamnya kekotoran batin”.
  • 31. “O,para bhikkhu, ada yg ‘tak terlahirkan, (ajatam), yg tak menjelma (abhutam), yang tak terciptakan (akatam),yang tak bersyarat atau yang mutlak (asankhatam). Para bhikkhu, jika tdk ada yg tak terlahirkan, yang tak terjelma,yang tak terciptakan, yg tak bersyarat / yg mutlak, maka tdk ada jalan keluar untuk terbebas dari kelahiran, penjelmaan,keterciptaan, kemunculan, yang disadari disini. Tetapi para bhikkhu, karena ada yg tak terlahirkan,yang tak menjelma, yang tak terciptakan, yang tak bersyarat atau yang mutlak, maka ada pula jalan keluar untuk terbebas dari kelahiran, penjelmaan, keterciptaan,kemunculan yang disadari.”
  • 32. “Di sini,benda padat, cair, panas dan gerak (mahabhuta) tidak mempunyai tempat; pengertian tentang panjang dan lebar, tentang kecil dan besar, tentang baik dan buruk, tentang nama dan rupa, semuanya telah dihancurkan; dan tidak dapat ditemukan lagi dunia ini atau dunia yang lain, yang datang, berjalan atau berdiri, kematian atau kelahiran dan semua obyek-obyek indera”
  • 33. Nibbana bukan “penghancuran diri” karena tidak ada “diri” yang harus dihancurkan. Yang harus dihancurkan adalah pandangan yang menyesatkan tentang adanya “diri” itu sendiri. Pemikiran negatif dan positif adalah relatif dan mengambarkan suatu keadaan yang dualistis. Kedua hal tsb tdk dapat dipakai untuk menerangkan Nibbana, suatu kebenaran mutlak yg berada diluar hal-hal dualistis dan relatif.
  • 34. “Vana sankhataya tanhaya nikkhantatta Nibbanam” Artinya: Yang terbebas dari Tanha disebut Nibbana. “Nathi vanam ethani Nibbanam” Artinya: Ketenangan yang timbul dengan terbebasnya dari Tanha disebut Nibbana.
  • 35. Nibbana adalah kebahagiaan yang terbebas dari kilesa. Nibbana adalah kebahagiaan tertinggi.
  • 36. Nibbana dengan adanya “sisa”. Nibbana tanpa adanya “sisa”.
  • 37.  Kata (arti sebenarnya ”sisa-sisa”) dapat dipergunakan untuk menyatakan: a) Sisa lima kelompok kehidupan. b) Perasaan-perasaan pengalaman jasmaniah (rasa panas,dingin dll) serta perasaan menyenangkan dan menyakitkan. c) Sisa belenggu-belenggu batin (samyojana) yang belum dihancurkan.
  • 38. padamnya atau habisnya kilesa. padamnya pancakkhandha. padamnya semua sisa peninggalan tubuh , relik Sang Buddha.
  • 39. Nibbana yang terbebas dari obyek bayangan. Obyek anicca yg dominan. Nibbana yang terbebas dari obyek keinginan. Obyek dukkha yang dominan. Nibbana yg terbebas dari kilesa dan panca khandha, habis dan kosong. Obyek anatta yang dominan.
  • 40. a) Disebut juga “Jalan Tengah” dan merupakan satu-satunya jalan menuju pembebasan. b) Jalan Tengah yang tidak mengarah pada “kekekalan diri” (sassata) ataupun “kemusnahan diri” (uccheda). c) Jalan Tengah juga disebut Jalan Mulia Berunsur Delapan yaitu;
  • 41. Tentang 4 Kebenaran Mulia (masing-masing terdiri 3 tahap) : Saccanana , Kiccanana dan Katanana. Pandangan Benar menurut kitab Uparipannasa; Pandangan Benar tentang kamma niyama. Pandangan Benar yang timbul setelah penyadaran jeli terhadap Nama (batin) dan Rupa (jasmani). Berupa pengetahuan dalam perenungan terhadap obyek-obyek indera dan batin sebagaimana adanya (yaitu dicengkeram oleh anicca,dukkha dan anatta).
  • 42. Pandangan Benar yang menyertai empat tingkat “buah” yang merupakan hasil dari empat tingkat “jalan”. Pandangan Benar berupa perenungan yang terjadi dengan sendirinya setelah pencapaian “jalan” dan “buah”.
  • 43. Pikiran yang bersih dari kilesa atau pikiran yang tidak mengandung L,D,M. Adalah berusaha menahan diri dari :  Berbohong (musavada)  Menfitnah (pisunavaca)  Berucap kasar/caci maki (pharusavaca)  Percakapan yang tidak bermanfaat / pergunjingan (samphapalapa). Dapat dinamakan Ucapan Benar, jika memenuhi syarat dibawah ini :  - Ucapan itu benar  - Ucapan itu beralasan  - Ucapan itu berfaedah  - Ucapan itu tepat pada waktunya
  • 44. Sang Buddha bersabda : “ Kata-kata yang mempunyai empat nilai adalah yang diucapkan baik, bukan pembicaraan jahat, tidak salah dan tidak dicela para bijaksana. Apa empat itu ? Mengenai ini,………. seseorang berbicara dengan kata-kata yang indah, bukannya buruk; seorang berbicara dengan kata-kata yang benar, bukannya salah; seseorang berbicara dengan kata-kata yang halus, bukannya kasar ; seorang berbicara dengan kata-kata penuh kebenaran, bukan kepalsuan”. ( Sutta Nipata : 449-450 )
  • 45. Perbuatan yang tidak bertentangan dengan Pancasila Buddhis. Bermata pencaharian yang sesuai dengan dhamma. Terdapat lima objek perdagangan yang seharusnya dihindari (Anguttara Nikaya, III, 153), yaitu:  Makhluk hidup  Senjata  Daging atau segala sesuatu yang berasal dari penganiayaan makhluk-makhluk hidup  Minum-minuman yang memabukkan atau yang dapat menimbulkan ketagihan  Racun Dan terdapat pula lima mata pencaharian salah yang harus dihindari (Majjima Nikaya. 117), yaitu:  Penipuan  Ketidak-setiaan  Penujuman  Kecurangan  Memungut bunga yang tinggi (praktik lintah darat)
  • 46. o Usaha untuk menghindari perbuatan buruk yang belum muncul (-) o Menghilangkan perbuatan jahat yang sudah ada (-) o Memunculkan perbuatan baik yang belum ada (+) o Mengembangkan perbuatan baik yang sudah ada (+)
  • 47. adalah perenungan terhadap badan jasmani. Disini ada enam jenis perenungan, yaitu : 1) Pengamatan keluar-masuknya nafas (Anapanasati) 2) Pengamatan gerakan jasmani (Iriyapatha) 3) Perhatian dan penyadaran (Sati- Sampajanna) 4) Menganalisis semua organ badan jasmani (Pathikulamanasikara) 5) Menganalisis keempat unsur badan jasmani (Dhatumanasikara) 6) Perenungan terhadap proses kerusakan mayat (Navasivathika).
  • 48. adalah perenungan terhadap perasaan.  Disini ada tiga perenungan terhadap perasaan yaitu : 1) Perasaan yang menyenangkan (Sukhavedana) 2) Perasaan yang tidak menyenangkan (Dukkhavedana) 3) Perasaan yang netral (Adukkhasukhavedana) adalah perenungan terhadap pikiran. yang berarti perhatian terhadap kesadaran dan bentuk-bentuk batin (cetasika).
  • 50. yaitu pemusatan pikiran pada Upacara Samadhi dan Jhana Yaitu bermeditasi mencapai Upacara Samadhi, karena pada tingkat ini 5 Rintangan Batin / Nivarana sudah ditekan oleh faktor-faktor Jhana. 5 Nivarana Faktor-faktor Jhana Tina Midha Vitaka Vicikiccha Vicara Byapada Piti Uddacca Kukkuccha Sukkha Kamachanda Ekaggata Menekan Menekan Menekan Menekan Menekan
  • 51.  Jadi, pada tingkat Upacara Samadhi ini sudah muncul faktor-faktor Jhana, meski belum sampai menyerap obyek (Jhana)  Oleh karena itu, Konsentrasi Benar dimulai dari tahap Upacara Samadhi sampai Appanna Samadhi (Jhana)
  • 52. 5 macam rintangan batin (Nivarana)  1. Kamachanda yaitu nafsu keinginan yang timbul saat meditasi, hal ini muncul karena meditator pernah/ingin melihat keindahan-keindahan, yang merangsang pikiran meditator.  2. Byapada yaitu kemauan jahat, ingin menyakiti, iri, tidak suka dll. Hal ini timbul karena meditator pernah melihat, bertemu dengan obyek yang membuat tidak senang.  3. Tinamidha yaitu kemalasan dan kelelahan/kelambanan, lelah, ngantuk, capek, sakit kakinya dan lain- lain.
  • 53.  4. Uddaccakukkuccha yaitu kecemasan kekhawatiran. Cemas dan khawatir tentang apa yang dilakukannya menyimpang, dapat menyebabkan stress atau yang lainnya.  5. Vicikiccha yaitu keragu-raguan, misal ragu-ragu tentang pencapaian meditasi yang sedang dilakukan, termasuk ragu akan pencapaian kesucian, Jhana, dan Abhinna. Orang ini hendaknya banyak mendengar atau membaca Kitab-Kitab suci Ajaran Buddha yang mengacu pada Tipitaka.
  • 54. 5 FaktorJhana  1. Vitaka merupakan penopang pikiran dalam menimbulkan pemusatan atau mempertahankan obyek untuk menuju peningkatan jhana yang lebih tinggi.  2. Vicara muncul setelah vitaka dapat diselami dan tetap mempertahankan obyek. Vicara adalah gema dan vitaka di sini adalah pemusatannya/ konsentrasi terhadap obyek. Bila dianalogikan sebagai lonceng, vitaka merupakan saat dipukulnya lonceng kemudian vicara merupakan bunyi/gema dari pukulan tersebut. Jadi, pada praktiknya vitaka dan vicara merupakan proses yang bersambung/ berkelanjutan.
  • 55.  3. Piti adalah kegiuran dan kenikmatan. Dalam hal ini (piti) dianalogikan seperti halnya kita sedang jalan- jalan dan sangat haus lalu menemukan/ melihat sumber air.  Perasaan seperti itulah yang dinamakan sebagai piti atau kegiuran.  4. Sukha adalah perasaan gembira dalam batin. Perasaan/kondisi batin pada saat mencapai ini dianalogikan seperti halnya contoh di atas, kesenangan mendapat kebahagiaan karena sudah meminum air itulah yang disebut sebagai sukha.  5. Ekaggata setelah dapat mengatasi sukha/tetap berpegang pada obyek, maka ekaggata akan muncul. Ekaggata adalah kondisi pikiran/keadaan batin yang terpusat.
  • 56. 8 Unsur Jalan Mulia
  • 57. JALAN MULIA BERUNSUR DELAPAN (ARIYO ATTHANGIKO MAGGO) 6 7 6 7 6 7 1 1 1 6 7 1 6 7 1 6 7 1 1 2 8 3 4 5
  • 58. (bersifat duniawi) Pandangan Benar atas dalil Kamma. kammassaka (pandangan bahwa semua makhluk memiliki kammanya masing-masing) kammadayada (mewarisi kammanya masing2) kammayoni (terlahir dari kammanya masing2) kammabandhu (berhubungan dengan kammanya masing2) kammapatisarana ( terlindungi oleh kammanya masing2) yam kamman karisanti; kalyanam va papakam va tassa dayada bhavisanti (apapun kamma yang diperbuatnya, baik atau buruk, itulah yang akan diwarisinya)
  • 59. Pandangan benar atas 10 hal yaitu :  1) atthi dinnam  pandangan bahwa pemberian dana memberikan hasil / buah dan bermanfaat  2) atthi yittham  pandangan bahwa penghormatan terhadap yang patut di puja memberikan hasil / buah dan bermanfaat  3) atthi hutam  pandangan bahwa penyambutan terhadap tamu memberikan hasil / buah dan bermanfaat  4) atthi sukatadukkhatanam kamanam phalam vipako  pandangan bahwa perbuatan baik dan jahat memeberikan akibat yang setimpal, secara langsung maupun tidak langsung  5) atthi ayam loko  pandangan bahwa ada dunia sekarang  6) atthi paroloko  pandangan bahwa ada dunia mendatang  7) atthi mata  pandangan bahwa perlakuan baik / buruk terhadap ibu niscaya
  • 60.  8) atthi pita  pandangan bahwa perlakuan baik / buruk terhadap ayah niscaya memberikan akibat di masa datang  9) atthi satta opapatika  pandangan bahwa ada makhluk yang terlahir secara spontan misalnya mahkluk2 niraya, peta, asurakaya, dewa dan brahma  10) atthi loke samana brahmana samaggata sammapatipanna ye imanca lokam paranca lokam sayam abhinna saccikatva pavedenti  pandangan bahwa di dunia ini ada petapa atau brahmana yang telah menjalankan praktik yang benar, yang telah menempuh kehidupan yang baik; serta memiliki ketenangan batin, yang dengan kebijaksanaan sendiri telah menembus dunia sini maupun dunia sana dan selanjutnya mengamalkan pengetahuannya pada makhluk lain
  • 61. (mengatasi duniawi). Yaitu Catusacca Sammaditthi atau Pandangan Benar terhadap Empat Kebenaran Mulia a) Pengetahuan atas kebenaran mulia tentang dukkha. b) Pengetahuan atas kebenaran mulia tentang sebab dukkha. c) Pengetahuan atas kebenaran mulia tentang terhentinya dukkha. d) Pengetahuan atas kebenaran mulia tentang jalan menuju terhentinya dukkha.
  • 62.  Pandangan Benar ini muncul dalam batin para suciwan (ariya puggala), Merupakan salah satu faktor dari jalan mulia, yaitu sebagai :  * kebijaksanaan (panna),  * indera kebijaksanaan (pannindriya),  * kekuatan kebijaksanaan (pannabala), * penelaahan Dhamma yang merupa- kan pencerahan (Dhammavicaya- sambojjhanga).

Editor's Notes

  1. 1, 6 ,7 merupakan alas, dinding dan atap bagi faktor lainnya untuk berkembang. Bisa dikatakan juga sebagai pilar/tiang penyangga. Bila 3,4,5 berkembang, maka 8, 7 dan 6 akan berkembang, sehingga 1 dan 2 akan menjadi semakin kuat. Perlu ditekankan bahwa pada saat kita menjalankan point 3,4 dan 5, sebenarnya, point 1 dan 2 sudah ada. Artinya semua unsur di dalam Jalan Mulia ini saling berkaitan satu sama lain. Yang pasti, Sang Buddha telah menguraikan dari point 1 – 8 yang paling utama harus kita miliki.