Dokumen tersebut membahas tentang Empat Kebenaran Mulia dalam ajaran Buddha. Empat Kebenaran Mulia terdiri dari (1) kebenaran tentang dukkha, (2) sebab-sebab dukkha, (3) terhentinya dukkha, dan (4) jalan menuju terhentinya dukkha."
2. 1. Pendahuluan
A. Salah satu dari Hukum Kebenaran Mutlak
MUTLAK???
Yaitu tidak mengenal
Ke : Keadaan
Tu : Waktu
Pat : Tempat
3. Hukum-hukum Kebenaran Mutlak
1. 4 Kebenaran Mulia
2. Kamma dan Tumimbal-lahir
3. 3 Corak Universal
4. Sebab-akibat yang Saling
Mengondisikan
4. 4 Kebenaran Mulia
1) Kebenaran Mulia tentang Dukkha.
(Dukkha Ariya sacca)
2) Kebenaran Mulia tentang Sebab Dukkha.
(Dukkha Samudaya Ariya Sacca)
3) Kebenaran Mulia tentang Terhentinya Dukkha
(Dukkha Nirodha Ariya Sacca).
4) Kebenaran Mulia tentang Jalan Menuju
Terhentinya Dukkha.
(Dukkha Nirodha Gamini Patipada Ariya
Sacca)
(Cattari Ariya Saccani)
5. Mana yang lebih tepat :
4 Kebenaran Mulia atau
4 Kesunyataan Mulia ?
Kesunyataan berasal berasal dari bahasa Jawa
yang artinya Kebenaran.
Jadi, secara makna 4 Kesunyataan Mulia tidak
salah. Hanya secara kosa kata kurang tepat
karena menggunakan bahasa campuran.
6. Mana yang lebih tepat :
asal mula dukkha atau
sebab dukkha ?
Segala sesuatu timbul karena ada sebab-sebab
yang mengondisikan , jadi ada sebab terdekat
Kalau asal mula tidak dibahas.
Tidak dibahas sebab awal ( Causa Prima)
karena:
segala sesuatu itu merupakan perpaduan. Jadi
banyak kondisi untuk terjadinya sesuatu. Kalau
ada sebab awal, lalu apa yg menyebabkan
adanya sebab awal tersebut?
7. Mana yang lebih tepat :
terhentinya dukkha atau
lenyapnya dukkha ?
Kalau lenyap, dari ada sesuatu lalu tiba tiba
hilang/musnah ditolak Sang Buddha
Kalau terhenti karena bahan bakarnya habis
(LDM nya habis) , sehingga tidak timbul lagi.
9. DUKKHA
Umat Buddha PESIMIS ???
Definisi “Pesimis”
Menurut KBBI online :
orang yg bersikap atau berpandangan tidak
mempunyai harapan baik (khawatir kalah,
rugi, celaka, dsb); orang yg mudah putus
(tipis) harapan
10. Umat Buddha Bukan Pesimis
Lalu apakah umat Buddha Optimis???
Definisi “Optimis” menurut KBBI
online :
orang yg selalu berpengharapan
(berpandangan) baik dalam
menghadapi segala hal
Umat Buddha juga bukan Optimis
12. No. Empat Kebenaran Mulia Sakit dan Dokter
1. Tahu dan mengerti bahwa
hidup adalah DUKKHA
Tahu dan mengerti jika kita
sedang sakit dan pergi ke
dokter
2. Tahu dan mengerti tentang
sebab DUKKHA yang kita
alami
Tahu dan mengerti penyebab
dari sakit yang kita alami
3. Tahu dan mengerti bahwa
ada terhentinya DUKKHA
Tahu dan mengerti ada obat
yg menyembuhkan sakit tsb
sehingga sembuh dari sakit
4. Tahu, mengerti dan
melaksanakan jalan
menuju terhentinya
DUKKHA
Menebus resep obat dan
meminum obat untuk
menyembuhkan sakit.
13. .
B.Isi dari Empat Kebenaran Mulia
Dukkha
Sebab
Dukkha
Terhenti
Dukkha
Jalan Terhenti
Dukkha
Urutannya tidak boleh dibolak balik, karena sudah
tepat
Dukkha ada sebabnya Terhentinya Dukkha ada
Jalannya
14. Pendekatan Modern Penyelesaian Masalah
VS
Empat Kebenaran Mulia
1. Memahami suatu masalah dan menganalisa
masalah tersebut
2. Menyadari dan menemukan ada penyebab masalah
tersebut
3. Mengetahui bahwa masalah dapat teratasi dan
mencari cara penyelesaiannya
4. Menemukan cara mengatasi masalah tersebut dan
menjalankan caranya
Hal tersebut menunjukkan kecerdasan Sang
Buddha dan cara berpikir yang sangat logis
15. C. Empat Kebenaran Mulia Merupakan
Ajaran Pokok dalam Buddha Dhamma
D. Riwayat dibabarkan Empat Kebenaran
Mulia
- Di Benares, Taman Rusa Isipatana
- Kepada lima orang petapa
- Nama khotbahnya:
Dhammacakkappavatana Sutta
(Khotbah Pemutaran Roda Dhamma)
- Khotbah pertama dan terpenting dalam
proses terbentuknya Tiratana
16. A. Pengertian Dukkha adalah tidak
memuaskan.
B. Jenis-jenis Dukkha.
1) Dukkha
dukkha
Penderitaan biasa yang umum (batin
dan jasmani)
Seperti: lahir,tua, sakit,mati,berpisah
dengan yang dicinta, berkumpul
dengan yang dibenci, tidak tercapai
yang diinginkan.
2) Viparinama
dukkha
Dukkha akibat perubahan
Seperti: senang menjadi tidak
senang, kaya menjadi miskin, sehat
menjadi sakit, untung menjadi rugi,
dipuji menjadi dicela.
17. 1) Jati-dukkha Kelahiran
2) Jara-dukkha Menjadi tua
3) Byadi-dukkha Sakit
4) Marana-dukkha Mati
5) Soka-dukkha Sedih
6) Parideva-dukkha Ratap tangis
7) Dukkha-dukkha Penderitaan jasmani
8) Domanasa-dukkha Penderitaan batin
9) Upayasa Dukkha Penderitaan dari putus asa
10)Appiyehi sampayoga-
dukkha
Berkumpul dengan yg tidak
disenangi
11)Piyehi vippayoga-dukkha Berpisah dengan yang
dicintai
19. Seseorang yang dapat memahami
dukkha secara benar, akan penuh
ketenangan dan kesabaran dalam
menghadapi hidup ini.
Ia tidak terpengaruh oleh perubahan
atau penderitaan yang dialaminya
karena ia telah dapat melihat sendiri
segala sesuatu menurut hakikat yang
sebenarnya.
20. a) Kehausan, nafsu keinginan yang tidak ada
habis-habisnya
b) Yang menghasilkan kelangsungan
kembali dan tumimbal lahir (ponobbhavika)
c) Yang terikat oleh hawa nafsu (nandiraga
sahagata)
d) Yang memperoleh kenikmatan baru di
sana sini (tatra-tatra bhinandini)
21. a) Berdasarkan arammana (obyek) yaitu
kesenangan terhadap 6 obyek
b) Berdasarkan keadaan yang
berlangsung, yaitu:
esenangan indera
menjadi/berlangsung
tidak menjadi atau tidak
berlangsung
c) Berdasarkan pembahasan terperinci
ada 108 tanha
22. 6 INDERA OBYEK KESADARAN
MATA
(K,B,V)
BENDA
(K,B,V)
MELIHAT
TELINGA
(K,B,V)
SUARA
(K,B,V)
MENDENGAR
HIDUNG
(K,B,V)
BEBAUAN
(K,B,V)
MEMBAUI
LIDAH
(K,B,V)
RASA
(K,B,V)
MENGECAP
JASMANI
(K,B,V)
SENTUHAN
(K,B,V)
MERASAKAN
SENTUHAN
PIKIRAN (K,B,V) IDE/GAGASAN
(K,B,V)
BERPIKIR
23. Setiap indera dan obyek
mengondisikan timbulnya tiga Tanha,
yaitu:
- Kama-tanha
- Bhava-tanha
- Vibhava-tanha
36 tanha
36 tanha
36 tanha
Jadi, totalnya adalah 36 x3 = 108 tanha
setiap masa.
24. a) Menimbulkan derita sebagai sifatnya.
b) Mempunyai kesenangan dan
kemelekatan terhadap arammana, bhumi
dan bhava sebagai pekerjaannya.
c) Mempunyai ketidakpuasan terhadap
segala obyek sebagai hasilnya.
d) Ada Vedana sebagai sebab terdekatnya.
25. Tanha Keinginan rendah yang
punya tenaga kecil.
Kepuasan hati terhadap
obyek yang ditemukannya.
Keinginan terhadap obyek
yang belum didapati.
Upadana Yang punya tenaga besar.
Kemelekatan terhadap obyek,
selalu terkenang-kenang akan obyek,
dan tak akan lenyap.
Kemelekatan terhadap obyek ,
dan, tidak akan melepaskan obyek.
26. 1) Kama-
upadana
Kemelekatan terhadap nafsu
indera
2) Ditthi-
upadana
Kemelekatan terhadap
pandangan
3) Silabbata-
upadana
Kemelekatan terhadap
upacara atau ritual
4) Atta-
upadana
Kemelekatan terhadap ‘aku’
yang kekal
27. a) Yaitu terbebas sama sekali dari Tanha,
terealisasinya Nibbana (Kebebasan).
b) Nibbana adalah kebahagiaan tertinggi
yang merupakan tujuan umat Buddha.
c) Nibbana bukan suatu tempat tetapi
merupakan tujuan akhir dan tertinggi
yang harus diselami oleh para bijaksana
dalam diri masing-masing.
d) Nibbana di luar logika dan akal manusia
biasa.
28. a) “O,bhikkhu”, apakah Yang Tidak
Tercipta” (Asankhata) itu? Padamnya
hawa nafsu (ragakhayo) , padamnya
kebencian (dosakhayo) , padamnya
kebodohan batin (mohakhayo) itulah
bhikkhu yang disebut TidakTercipta.
b) ”O,Radha, padamnya Tanha adalah
Nibbana.
29. c) ”O, bhikkhu di antara benda apapun juga
yang tercipta maupun yang tidak tercipta,
maka’viraga’ (sikap yang tidak
terpengaruh) adalah yang paling tinggi”.
“Itu berarti bebas dari kesombongan,
menghancurkan kehausan, membasmi
ikatan-ikatan , memutuskan kelangsungan,
padamnya tanha, tidak terpengaruh. Itulah
Nibbana”.
30. d) Jawaban Ayasma Sariputta siswa utama
Buddha Gotama, atas pertanyaan dari
Parivrajaka tentang “Apakah Nibbana?”
adalah sama dengan definisi Asankhata
yang diberikan oleh Buddha Gotama sendiri
yaitu sbb:”Padamnya hawa nafsu,
padamnya kebencian,padamnya kekotoran
batin”.
31. “O,para bhikkhu, ada yg ‘tak terlahirkan, (ajatam), yg
tak menjelma (abhutam), yang tak terciptakan
(akatam),yang tak bersyarat atau yang mutlak
(asankhatam).
Para bhikkhu, jika tdk ada yg tak terlahirkan, yang
tak terjelma,yang tak terciptakan, yg tak bersyarat /
yg mutlak, maka tdk ada jalan keluar untuk terbebas
dari kelahiran, penjelmaan,keterciptaan,
kemunculan, yang disadari disini.
Tetapi para bhikkhu, karena ada yg tak
terlahirkan,yang tak menjelma, yang tak terciptakan,
yang tak bersyarat atau yang mutlak, maka ada pula
jalan keluar untuk terbebas dari kelahiran,
penjelmaan, keterciptaan,kemunculan yang
disadari.”
32. “Di sini,benda padat, cair, panas dan gerak
(mahabhuta) tidak mempunyai tempat;
pengertian tentang panjang dan lebar,
tentang kecil dan besar, tentang baik dan
buruk, tentang nama dan rupa, semuanya
telah dihancurkan; dan tidak dapat ditemukan
lagi dunia ini atau dunia yang lain, yang
datang, berjalan atau berdiri, kematian atau
kelahiran dan semua obyek-obyek indera”
33. Nibbana bukan “penghancuran diri” karena
tidak ada “diri” yang harus dihancurkan.
Yang harus dihancurkan adalah pandangan
yang menyesatkan tentang adanya “diri” itu
sendiri.
Pemikiran negatif dan positif adalah relatif
dan mengambarkan suatu keadaan yang
dualistis. Kedua hal tsb tdk dapat dipakai
untuk menerangkan Nibbana, suatu
kebenaran mutlak yg berada diluar hal-hal
dualistis dan relatif.
34. “Vana sankhataya tanhaya nikkhantatta
Nibbanam”
Artinya: Yang terbebas dari Tanha
disebut Nibbana.
“Nathi vanam ethani Nibbanam”
Artinya: Ketenangan yang timbul dengan
terbebasnya dari Tanha disebut
Nibbana.
37. Kata (arti sebenarnya
”sisa-sisa”) dapat dipergunakan
untuk menyatakan:
a) Sisa lima kelompok kehidupan.
b) Perasaan-perasaan pengalaman
jasmaniah (rasa panas,dingin dll)
serta perasaan menyenangkan dan
menyakitkan.
c) Sisa belenggu-belenggu batin
(samyojana) yang belum dihancurkan.
39. Nibbana yang terbebas dari obyek bayangan.
Obyek anicca yg dominan.
Nibbana yang terbebas dari obyek keinginan.
Obyek dukkha yang dominan.
Nibbana yg terbebas dari kilesa dan panca
khandha, habis dan kosong. Obyek anatta yang
dominan.
40. a) Disebut juga “Jalan Tengah” dan
merupakan satu-satunya jalan
menuju pembebasan.
b) Jalan Tengah yang tidak mengarah
pada “kekekalan diri” (sassata)
ataupun “kemusnahan diri”
(uccheda).
c) Jalan Tengah juga disebut Jalan
Mulia Berunsur Delapan yaitu;
41. Tentang 4 Kebenaran Mulia (masing-masing terdiri
3 tahap) : Saccanana , Kiccanana dan Katanana.
Pandangan Benar menurut kitab Uparipannasa;
Pandangan Benar tentang kamma niyama.
Pandangan Benar yang timbul setelah penyadaran
jeli terhadap Nama (batin) dan Rupa (jasmani).
Berupa pengetahuan dalam perenungan terhadap
obyek-obyek indera dan batin sebagaimana
adanya (yaitu dicengkeram oleh anicca,dukkha
dan anatta).
42. Pandangan Benar yang menyertai
empat tingkat “buah” yang
merupakan hasil dari empat tingkat
“jalan”.
Pandangan Benar berupa perenungan
yang terjadi dengan sendirinya setelah
pencapaian “jalan” dan “buah”.
43. Pikiran yang bersih dari kilesa atau pikiran yang tidak
mengandung L,D,M.
Adalah berusaha menahan diri dari :
Berbohong (musavada)
Menfitnah (pisunavaca)
Berucap kasar/caci maki (pharusavaca)
Percakapan yang tidak bermanfaat /
pergunjingan (samphapalapa).
Dapat dinamakan Ucapan Benar, jika memenuhi syarat
dibawah ini :
- Ucapan itu benar
- Ucapan itu beralasan
- Ucapan itu berfaedah
- Ucapan itu tepat pada waktunya
44. Sang Buddha bersabda :
“ Kata-kata yang mempunyai empat nilai
adalah yang diucapkan baik, bukan
pembicaraan jahat, tidak salah dan tidak
dicela para bijaksana. Apa empat itu
? Mengenai ini,……….
seseorang berbicara dengan kata-kata yang
indah, bukannya buruk;
seorang berbicara dengan kata-kata yang
benar, bukannya salah;
seseorang berbicara dengan kata-kata yang
halus, bukannya kasar ;
seorang berbicara dengan kata-kata penuh
kebenaran, bukan
kepalsuan”.
( Sutta Nipata : 449-450 )
45. Perbuatan yang tidak bertentangan dengan
Pancasila Buddhis.
Bermata pencaharian yang sesuai dengan
dhamma.
Terdapat lima objek perdagangan yang seharusnya
dihindari (Anguttara Nikaya, III, 153), yaitu:
Makhluk hidup
Senjata
Daging atau segala sesuatu yang berasal dari penganiayaan
makhluk-makhluk hidup
Minum-minuman yang memabukkan atau yang dapat
menimbulkan ketagihan
Racun
Dan terdapat pula lima mata pencaharian salah yang
harus dihindari (Majjima Nikaya. 117), yaitu:
Penipuan
Ketidak-setiaan
Penujuman
Kecurangan
Memungut bunga yang tinggi (praktik lintah darat)
46. o Usaha untuk menghindari perbuatan buruk
yang belum muncul (-)
o Menghilangkan perbuatan jahat yang
sudah ada (-)
o Memunculkan perbuatan baik yang belum
ada (+)
o Mengembangkan perbuatan baik yang
sudah ada (+)
47. adalah perenungan terhadap badan jasmani.
Disini ada enam jenis perenungan, yaitu :
1) Pengamatan keluar-masuknya nafas
(Anapanasati)
2) Pengamatan gerakan jasmani (Iriyapatha)
3) Perhatian dan penyadaran (Sati-
Sampajanna)
4) Menganalisis semua organ badan jasmani
(Pathikulamanasikara)
5) Menganalisis keempat unsur badan
jasmani (Dhatumanasikara)
6) Perenungan terhadap proses kerusakan
mayat (Navasivathika).
48. adalah perenungan terhadap perasaan.
Disini ada tiga perenungan terhadap perasaan
yaitu :
1) Perasaan yang menyenangkan (Sukhavedana)
2) Perasaan yang tidak menyenangkan
(Dukkhavedana)
3) Perasaan yang netral (Adukkhasukhavedana)
adalah perenungan terhadap pikiran.
yang berarti perhatian terhadap kesadaran
dan bentuk-bentuk batin (cetasika).
50. yaitu pemusatan pikiran pada Upacara
Samadhi dan Jhana
Yaitu bermeditasi mencapai Upacara Samadhi,
karena pada tingkat ini 5 Rintangan Batin /
Nivarana sudah ditekan oleh faktor-faktor Jhana.
5 Nivarana Faktor-faktor Jhana
Tina Midha Vitaka
Vicikiccha Vicara
Byapada Piti
Uddacca Kukkuccha Sukkha
Kamachanda Ekaggata
Menekan
Menekan
Menekan
Menekan
Menekan
51. Jadi, pada tingkat Upacara Samadhi ini
sudah muncul faktor-faktor Jhana,
meski belum sampai menyerap obyek
(Jhana)
Oleh karena itu, Konsentrasi Benar
dimulai dari tahap Upacara Samadhi
sampai Appanna Samadhi (Jhana)
52. 5 macam rintangan batin
(Nivarana)
1. Kamachanda
yaitu nafsu keinginan yang timbul saat
meditasi, hal ini muncul karena meditator
pernah/ingin melihat keindahan-keindahan,
yang merangsang pikiran meditator.
2. Byapada
yaitu kemauan jahat, ingin menyakiti, iri, tidak
suka dll. Hal ini timbul karena meditator pernah
melihat, bertemu dengan obyek yang membuat
tidak senang.
3. Tinamidha
yaitu kemalasan dan kelelahan/kelambanan,
lelah, ngantuk, capek, sakit kakinya dan lain-
lain.
53. 4. Uddaccakukkuccha
yaitu kecemasan kekhawatiran. Cemas dan
khawatir tentang apa yang dilakukannya
menyimpang, dapat menyebabkan stress atau yang
lainnya.
5. Vicikiccha
yaitu keragu-raguan, misal ragu-ragu tentang
pencapaian meditasi yang sedang dilakukan,
termasuk ragu akan pencapaian kesucian, Jhana,
dan Abhinna. Orang ini hendaknya banyak
mendengar atau membaca Kitab-Kitab suci Ajaran
Buddha yang mengacu pada Tipitaka.
54. 5 FaktorJhana
1. Vitaka
merupakan penopang pikiran dalam
menimbulkan pemusatan atau
mempertahankan obyek untuk menuju
peningkatan jhana yang lebih tinggi.
2. Vicara
muncul setelah vitaka dapat diselami dan tetap
mempertahankan obyek. Vicara adalah gema
dan vitaka di sini adalah pemusatannya/
konsentrasi terhadap obyek. Bila dianalogikan
sebagai lonceng, vitaka merupakan saat
dipukulnya lonceng kemudian vicara
merupakan bunyi/gema dari pukulan tersebut.
Jadi, pada praktiknya vitaka dan vicara
merupakan proses yang bersambung/
berkelanjutan.
55. 3. Piti
adalah kegiuran dan kenikmatan. Dalam hal ini
(piti) dianalogikan seperti halnya kita sedang jalan-
jalan dan sangat haus lalu menemukan/ melihat
sumber air.
Perasaan seperti itulah yang dinamakan sebagai
piti atau kegiuran.
4. Sukha
adalah perasaan gembira dalam batin.
Perasaan/kondisi batin pada saat mencapai ini
dianalogikan seperti halnya contoh di atas,
kesenangan mendapat kebahagiaan karena sudah
meminum air itulah yang disebut sebagai sukha.
5. Ekaggata
setelah dapat mengatasi sukha/tetap berpegang
pada obyek, maka ekaggata akan muncul.
Ekaggata adalah kondisi pikiran/keadaan batin
yang terpusat.
58. (bersifat duniawi)
Pandangan Benar atas dalil Kamma.
kammassaka (pandangan bahwa semua makhluk
memiliki kammanya masing-masing)
kammadayada (mewarisi kammanya masing2)
kammayoni (terlahir dari kammanya masing2)
kammabandhu (berhubungan dengan kammanya
masing2)
kammapatisarana ( terlindungi oleh kammanya
masing2)
yam kamman karisanti; kalyanam va papakam va
tassa dayada bhavisanti (apapun kamma yang
diperbuatnya, baik atau buruk, itulah yang akan
diwarisinya)
59. Pandangan benar atas 10 hal yaitu :
1) atthi dinnam
pandangan bahwa pemberian dana memberikan hasil / buah dan
bermanfaat
2) atthi yittham
pandangan bahwa penghormatan terhadap yang patut di puja
memberikan hasil / buah dan bermanfaat
3) atthi hutam
pandangan bahwa penyambutan terhadap tamu memberikan hasil /
buah dan bermanfaat
4) atthi sukatadukkhatanam kamanam phalam vipako
pandangan bahwa perbuatan baik dan jahat memeberikan akibat
yang setimpal, secara langsung maupun tidak langsung
5) atthi ayam loko
pandangan bahwa ada dunia sekarang
6) atthi paroloko
pandangan bahwa ada dunia mendatang
7) atthi mata
pandangan bahwa perlakuan baik / buruk terhadap ibu niscaya
60. 8) atthi pita
pandangan bahwa perlakuan baik / buruk terhadap ayah
niscaya memberikan akibat di masa datang
9) atthi satta opapatika
pandangan bahwa ada makhluk yang terlahir secara spontan
misalnya mahkluk2 niraya, peta, asurakaya, dewa dan
brahma
10) atthi loke samana brahmana samaggata sammapatipanna
ye imanca lokam paranca lokam sayam abhinna saccikatva
pavedenti
pandangan bahwa di dunia ini ada petapa atau brahmana
yang telah menjalankan praktik yang benar, yang telah
menempuh kehidupan yang baik; serta memiliki ketenangan
batin, yang dengan kebijaksanaan sendiri telah menembus
dunia sini maupun dunia sana dan selanjutnya mengamalkan
pengetahuannya pada makhluk lain
61. (mengatasi
duniawi). Yaitu Catusacca Sammaditthi
atau Pandangan Benar terhadap Empat
Kebenaran Mulia
a) Pengetahuan atas kebenaran mulia
tentang dukkha.
b) Pengetahuan atas kebenaran mulia
tentang sebab dukkha.
c) Pengetahuan atas kebenaran mulia
tentang terhentinya dukkha.
d) Pengetahuan atas kebenaran mulia
tentang jalan menuju terhentinya dukkha.
62. Pandangan Benar ini muncul dalam
batin para suciwan (ariya puggala),
Merupakan salah satu faktor dari jalan
mulia, yaitu sebagai :
* kebijaksanaan (panna),
* indera kebijaksanaan (pannindriya),
* kekuatan kebijaksanaan (pannabala),
* penelaahan Dhamma yang merupa-
kan pencerahan (Dhammavicaya-
sambojjhanga).
Editor's Notes
1, 6 ,7 merupakan alas, dinding dan atap bagi faktor lainnya untuk berkembang. Bisa dikatakan juga sebagai pilar/tiang penyangga.
Bila 3,4,5 berkembang, maka 8, 7 dan 6 akan berkembang, sehingga 1 dan 2 akan menjadi semakin kuat.
Perlu ditekankan bahwa pada saat kita menjalankan point 3,4 dan 5, sebenarnya, point 1 dan 2 sudah ada. Artinya semua unsur di dalam Jalan Mulia ini saling berkaitan satu sama lain. Yang pasti, Sang Buddha telah menguraikan dari point 1 – 8 yang paling utama harus kita miliki.