1. Sebab dukkha adalah keinginan rendah (tanha) yang berhubungan dengan hawa nafsu seperti nafsu makan, minum, dan seks. Semakin banyak keinginan seseorang, semakin banyak pula penderitaan yang akan dialaminya.
2. Manusia terdiri atas lima komponen utama menurut ajaran Buddha, yaitu jasmani, perasaan, pencerahan, faktor batin, dan kesadaran. Ketiga komponen ini memb
2. 3.4 memahami berbagai fenomena dan kejadian
berdasarkan proses kerja hukum-Hukum
Kebanaran
KOMPETENSI DASAR
Melalui kegiatan pembelajaran dengan model discovery learning dan pendekatan saintifik, peserta didik
dapat mengolah, menalar, dan menyaji tentang Hukum Kebanaran Tentang Sebab Dukkha dalam
Perspektif Agama Budhha dalam ranah konkret serta ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, mampu
menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan serta mengembangkan nilai karakter menerima,
menghargai (religiositas), disiplin, dan bertanggung jawab (integritas). dan nasionalisme.
TUJUAN
Pendekatan : Scientific Learning
Model : Discovery Learning (Pembelajaran Penemuan)
Metode : Ceramah, Diskusi,Tanya Jawab, Praktek, Penugasan
.
METODE
3. Hukum empat kebenaran mulia. Hukum karma dan tumimbal-lahir.
Hukum tiga corak atau sifat universal.
Hukum sebab-akibat yang saling
mengondisikan atau bergantung.
Hukum kebenaran menurut Buddha gautama
4. Content Sebab Dukkha
Kebenaran mutlak adalah kebenaran yang berlaku secara universal dan tidak dapat ditawar-tawar. Artinya, kebenaran tersebut selalu
berlaku tanpa dipengaruhi oleh keadaan, waktu, dan tempat. Jadi, berlaku di mana saja, kapan saja, dan terhadap siapa saja. Contoh
usia tua dan kematian, hal ini berlaku terhadap siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. Tidak ada makhluk apa pun yang dapat
terhindar dari usia tua dan kematian.
LATAR BELAKANG MASALAH
Sebab dukkha adalah tanha atau keinginan rendah yang
berhubungan dengan hawa nafsu. Semakin banyak keinginan
seseorang, maka semakin banyak pula munculnya penderitaan
yang akan dialaminya.
definisi.
5. Hawa nafsu atau keinginan rendah
a. Kehausan, nafsu keinginan yang tidak habis-habisnya.
b. Sesuatu yang menghasilkan kelangsungan kembali dan
tumimbal-lahir (ponobhavika).
c. Sesuatu yang terikat oleh hawa nafsu (nandiraga sahagata)
d. Sesuatu yang memperoleh kenikmatan baru di sana sini
(tatratatra bhinandini).
6. Kamma tanha
Keinginan rendah untuk
memuaskan nafsu-nafsu indra.
Misalnya, terbuai ketika melihat
objek-objek yang indah, terbuai
ketika mendengar suara-suara
yang merdu, bebauan yang
harum, rasa yang nikmat,
sentuhan-sentuhan yang lembut,
dan sebagainya.
1
7. bhava tanha
Keinginan rendah untuk
terus berlangsung. Misalnya,
pada waktu terbuai dengan objekobjek
Yang indah, Kemudian ingin
terus-menerus menikmati objek yang indah
tadi.
2
8. Vibhava tanha
Keinginan ini merupakan kebalikan dari bhava-
tanhApabila dalam bhava-tanha dia ingin terus-menerus
menikmati
objek, maka dalam vibhava-tanha adanya kecenderungan
untuk
menolak objek. Dia tidak mau hal tersebut terjadi dalam
dirinya.Misalnya, ketika ada orang yang sedang mengalami
sesuatu yangtidak nyaman, maka dia secara otomatis ingin
lari dari wilayahketidaknyamanan tersebut.
3
9. a. Terbebas sama sekali dari nafsu keinginan (tanha), terealisasinya
Nibbana (kebebasan mutlak).
b. Nibbana adalah kebahagiaan tertinggi sebagai tujuan seluruh
umat Buddha.
c. Nibbana bukan suatu tempat, tetapi tujuan akhir dan tertinggi
yang harus diselami oleh para bijaksana dalam diri masingmasing.
d.Nibbana merupakan kebahagiaan di luar logika dan akal manusia
biasa.
.
10. Seorang Arahat yang masih
hidup dikatakan telah
merealisasi saupadisesa
nibbana karena sudah
mengalami kebahagiaan
batin yang kekal, tetapi masih
mengalami kehidupan yang
tidak kekal tetapi masih memiliki lima kelompok
k e h i d u p a n (pancakkhandha).
a. Saupadisesa-nibbana,
1
11. Seorang Arahat yang telah
meninggal dunia dikatakan
telah merealisasi anupadisesa
nibbana karena mengalami
kebahagiaan batin yang kekal
dan sudah terbebas dari
ketidakkekalan kehidupan. Hal
ini dikarenakan tiada tumimbal
lahir lagi bagi seorang Arahat.
b. Anupadisesa-nibbana,
2
12. Content pancakhandha
Menurut ajaran Buddha,manusia atau makhluk terdiri dari lima
perpaduan
yang bersyarat atau berkondisi. Artinya, kalau syarat-syarat atau
kondisi-kondisi yang membentuknya itu tidak lengkap, maka hal itu
tidak dapat terjadi atau terbentuk sebagai makhluk. Lima kondisi
tersebut adalah jasmani, perasaan, pencerahan, faktor-factor batin, dan
kesadaran. Kelima kondisi ini disebut pancakkhandha yang berpadu
menjadi satu dan membentuk makhluk.
definisi.
LATAR BELAKANG MASALAH
13. Penderitaan jasmani ini erat kaitannya dengan kondisi
jasmani sewaktu-waktu terganggu oleh penyakit, rasa lapar
atau haus, atau sewaktu terganggu oleh unsur-unsur yang
merangsang seperti panas dan dingin yang luar biasa. Hal ini
terjadi di antaranya karena jasmani terganggu.
a. Kayika-dukkha–penderitaan jasmani.
14. b. Cetasika-dukkha–penderitaan batin.
Penderitaan batin berarti penderitaan yang disebabkan
oleh kesedihan, duka cita, kekecewaan, ratap tangis, penyesalan,
dan sebagainya. Ringkasnya, hal ini terjadi karena gangguan
batin.
15. Penderitaan yang timbul karena hilang atau padamnya
objek-objek kesenangan indera. Hal ini dapat berupa penderitaan
jasmani seperti terserang penyakit, terluka, kematian; atau
dapat juga berupa penderitaan batin seperti kesedihan, duka
cita, penyesalan, dan sebagainya karena hilang atau padamnya
objek-objek kesenangan indera.
a. Samisa-dukkha–penderitaan dengan mata kail berumpan.
16. b. Niramisa-dukkha–penderitaan tanpa mata kail berumpan.
Penderitaan yang timbul dari suatu usaha berbuat baik seperti
kesukaran-kesukaran, gangguan-gangguan, dan kesakitan
akibat positif yang timbul dari melaksanakan perbuatan baik
di antaranya adalah mudah berdana, dapat menjalankan
sila, dapat bermeditasi, dapat mengajarkan Dhamma, dapat
belajar Dhamma, dapat melatih kesabaran, dan sebagainya.
17. Sukarāni asādhūni,
attano ahitāni ca
yaṁ ve hitañ ca
sādhuñ ca, taṁ ve
paramadukkaraṁ.
Sungguh mudah
untuk melakukan
hal-hal yang buruk
dan tidak
bermanfaat,
tetapi sungguh sulit
untuk melakukan
hal-hal yang
bermanfaat.
sebab dukkha bermula dari suatu keinginan
yang di landasi keserakahan, kebencian dan
ketidaktahuan serta tidak
terwujudnya/tercapainya keinginan tersebut
maka itulah muara dari penderitaan(dukkha).
Buddha mengajarkan dalam kotbahnya bahwa
seseorang dapat terbebas dari penderitaan
harus mampu memahami dengan bijaksana
mengatasi keinginan yang muncul secara
berlebihan yang tanpa disadari melemahkan
kewaspadaan.
KESIMPULAN