2. Ratiyā jāyatī soko, ratiyā jāyatī bhayaṁ Ratiyā vippamuttassa, natthi
soko kuto bhayaṁ
Dari kemelekatan timbul kesedihan,
dari kemelekatan timbul ketakutan;
bagi orang yang telah bebas dari kemelekatan,
tiada lagi kesedihan maupun ketakutan.
-(Dhammapada : 214)-
3.
4.
5. Pada saat dhammacakkha diputar membabarkan 4
kebenaran Mulia
boleh di ringkas dan yang meringkas adalah Sang
Buddha --- bhikkhu Anuraddha
Pubbecaham anuraddha
etarahi ca dukkham ca ceva panna pemi
dukkhasa ca nirodham
artinya:
oh anuruddha dahulu dan sekarang
hanya ini yang aku ajarkan tentang dukkha dan
tentang lenyapnya penderitaan
6. SALLA SUTTA (SN 36.6)
Anak Panah
Perenungan tentang kematian
1. Kehidupan di dunia ini tidak dapat diramalkan dan tidak menentu. Kehidupan di sini
ini sulit, pendek dan dipenuhi penderitaan.
2. Suatu makhluk, sekali dilahirkan, akan mengalami kematian, dan tidak ada jalan
keluar darinya. Ketika usia tua atau penyebab lain tiba, maka kematian pun datang.
Demikianlah adanya makhluk hidup.
3. Ketika buah-buahan masak, mereka mungkin akan jatuh di pagi hari. Seperti itu pula
halnya suatu makhluk, sekali dilahirkan, bisa mati kapan pun juga.
4. Seperti halnya pot-pot tanah liat yang digarap pembuat tembikar cenderung
berakhir hancur lebur, begitu juga kehidupan makhluk hidup.
5. Baik yang muda maupun yang tua, tak peduli apakah mereka tolol atau bijaksana,
akan terjebak dalam kematian. Semua makhluk bergerak menuju kematian.
7. 6. Mereka dikuasai oleh kematian. Mereka akan pergi ke dunia lain. Tak ada
seorang ayah pun yang dapat menyelamatkan putranya. Tak ada keluarga yang
dapat menyelamatkan sanak saudaranya.
7. Lihatlah: Sementara sanak keluarga memandang, menangis dan meraung-
raung, manusia diusung satu demi satu, bagaikan ternak yang dibawa menuju
ke tempat pembantaian.
8. Jadi, kematian dan usia tua adalah penyakit dunia. Oleh karenanya, orang
bijaksana tidak bersedih hati melihat sifat dunia ini.
9. Engkau tidak mengetahui jalan dari mana dia berasal, atau kemana dia pergi.
Maka tidak ada gunanya menangisi dia.
10. Manusia yang bersedih tidak memperoleh apa pun. Dia tidak lebih
hanyalah seorang tolol yang berusaha untuk menyakiti dirinya sendiri. Jika
orang bijaksana melakukan hal ini, berarti dia sama tololnya.
8. 11. Kedamaian pikiran tidak dapat diperoleh dari menangis dan meratap.
Justru sebaliknya, tindakan itu akan membawa menuju penderitaan yang lebih
besar dan rasa sakit yang lebih mendalam
12. Orang yang berkabung akan menjadi pucat dan kurus. Dia melakukan
tindakan kekerasan terhadap dirinya sendiri, dan tetap saja dia tidak dapat
membuat yang mati hidup lagi; tidak ada gunanya dia berkabung.
13. Orang yang tidak dapat meninggalkan kesedihannya hanyalah berkelana
lebih jauh ke dalam penderitaan. Perasaan berkabung itu membuatnya
menjadi budak kesedihan.
14. Lihatlah makhluk yang menghadapi kematian, yang mengalami hasil dari
tindakan-tindakan mereka sebelumnya. Orang-orang amat ketakutan ketika
melihat bahwa mereka terperangkap oleh kematian.
15.Apa yang diharapkan agar terjadi selalu berbeda dari apa yang sebenarnya
terjadi. Dari sini muncul kekecewaan yang besar. Begitulah dunia bekerja.
9. 16. Orang bisa hidup selama seratus tahun, atau bahkan lebih, tetapi akhirnya toh dia terpisah dari
sanak keluarganya, dan dia pun meninggalkan kehidupan di dunia ini.
17. Jadi kita dapat mendengar dan belajar dari orang yang agung ketika dia meninggalkan
kesedihannya. Ketika dia melihat bahwa seseorang telah mati dan meninggalkan kehidupan
mereka, dia berkata ‘dia tidak akan terlihat olehku lagi.
18. Ketika sebuah rumah terbakar, apinya dipadamkan dengan air. Seperti itu pula orang bijaksana,
yang terampil, berpengetahuan dan mandiri, segera memadamkan kesedihan begitu kesedihan itu
muncul dalam dirinya, bagaikan angin yang menghalau segumpal kapas.
19. Orang yang berusaha mencari kebahagiaan untuk dirinya sendiri harus menarik keluar anak
panah yang telah ditancapkannya pada dirinya sendiri. Kepala anak panah ini adalah kesedihan,
nafsu keinginan, keputus-asaan.
20. Orang yang telah mencabut keluar anak panah itu, yang tidak lagi memiliki kemelekatan, yang
telah memperoleh kedamaian pikiran, berjalan melampaui semua kesedihan. Orang ini, karena
telah terbebas dari kesedihan, menjadi tenang.
10. Perpisahan
Perpisahan adalah hal yang pasti.
Kehilangan bisa terjadi pada siapa
saja.Namun, tak semua dari kita tahu
bagaimana cara menghadapi kehilangan.
Tidak jarang, kita harus melalui proses
yang cukup Panjang untuk menerima
sebuah perpisahan. Ada beberapa hal
yang perlu kita ketahui supaya proses
penerimaan ini tak perlu berlarut-larut,
dan agar kesedihan tak akan membuat
kita terus terpuruk.
11. Berusaha Menggenggam
Terkadang kita merasakan sakit yang amat dalam
ketika mengalami kehilangan. saat seseorang
sedang dirundung duka dan kesedihan akibat
kehilangan, ia bisa berubah menjadi orang yang
super sensitif. Kehilangan sesuatu yang kita
cintai dan kita sayangi merupakan mimpi buruk
dan banyak orang berusaha sekuat tenaga
menghindarinya.
Sepandai-pandainya tupai melompat, suatu saat
akan jatuh juga.Demikian pula, Sekuat apa pun
kita berusaha menggenggam, padaakhirnya
akan kehilangan juga.
12. Melekat Karena Merasa Memiliki
Kita merasa kehilangan karena kita merasa memiliki. "Kita tidak akan pernah
kehilangan jika kita tidak pernah memiliki. Dalam ajaran Buddha kehilangan
termasuk salah satu dukkha yang dialami manusia. Kehilangan seseorang
yang dicinta, kehilangan sanak keluarga, kehilangan hartabenda, kehilangan
pangkat, jabatan, dan sebagainya.
Ketika seseorang mengalami kehilangan, biasanya orang menjadi sedih dan
menangis.Dalam paticcasamuppada, ada yang namanya upadana &
kemelekatan'.Kemelekatan ini yang membuat seseorang amat bersedih
Ketika mengalami kehilangan. bahkan ketika seseorang kehilangan benda
yang kecil sekalipun, ia bisa merasa sedih yang begitu dalam. Kehilangan
hal-hal yang kecil saja membuat kita mederita, apalagi kehilangan hal-hal
yang lebih besar( Apalagi jika kita kehilangan hal-hal yang begitu berartibagi
kita, yang begitu dekat dengan kita. Apakah kita mampu melewatinya
13. Mengapa Kita Melekat?
Mengapa kita menjadi melekat terhadap suatu hal ? jawabannya
karena kita menyenanginya. misalnya saja para perempuan, Wajar
bila perempuan menyukai boneka, namun jika melekat pada boneka
perlu dipertanyakan.
mengapa begitu melekat terhadap boneka! Tidak bisa tidur tanpa
boneka! Jawabannya? karena aku menyenanginya, karena akusuka
boneka.
Kemelekatan &upadana' berawal / bermula dari na!su keinginan
&tanha'.Karena na!su keinginan kita jadi melekat. Karena melekat kita
jadi ingin menggenggam hal-hal yang kita senangi, menggenggam hal-
hal yang kita senangi begitu erat. Kita ingin mempertahankannya.
Karena melekat kita jadi menderita ketika kehilangan.
14. Tidak Melekat, Pada yang Dicintai dan yang Tidak Dicintai
Dalam dhammapada syair 210 dikatakan, “janganlah melekat pada apa yang
dicintai atau yang tidak dicintai. Berpisah dengan mereka yang dicintai dan
bertemu dengan mereka yang tidak dicintai, keduanya merupakan penderitaan.
Jika dalam pandangan umum biasanya kita dianjurkan untuk tidak melekat pada
mereka yang kita cintai, mampu melepas apa yang kita cintai, Buddha
memberikan anjuran yang berbeda. Buddha mengajarkan kepada kita untuk tidak
melekat, tidak hanya pada mereka yang dicintai,namun juga pada mereka yang
tidak dicintai, pada mereka yang kita benci. Karena membenci sendiri merupakan
sebuah kemelekatan. Yaitu melekat pada mereka yang dibenci
15. Langkah langkah Menghadapi Kehilangan
1. Memahami bahwa segala sesuatu tidak kekal (ANICCA)
semua orang pernah mengalami kehilangan . lepaskanlah, segala sesuatu pasti berubah, tidak ada yang
bisa kita pertahankan untuk tidak berubah. Kita tidak bisa melawan hukum alam.
2. Tetap Sabar Ketika Kehilangan yang dicintai ,merasa puas dengan kondisi saat ini (Khanti)
Dunia tidak serta merta hancur ketika kita mengalami kehilangan. Kehilangan justru merupakan awal yang baru
dalam hidup kita. Terima perubahan, terima kehilangan, bersyukurlah dengan apa yang kamu miliki, maka hatimu
akan menjadi lapang
3. Jangan Bersedih ada teman sejati yang peduli dengan kita (Kalyanamitta)
Masih ada sahabat sejati yang selalu berada di samping kita, mereka akan menyembuhkan luka hati kita, kapan pun
kita berduka karena kehilanganyang kita alami.
4. Lakukanlah sesuatu yang bermanfaat bagi Orang lain(Atthacariya)
Buat dirimu berharga dan berguna bagi orang lain, berbuat baik, luangkan waktu untuk orang lain, dengan begitu
kamu akan lupa bahwa kamu sedang mengalami kehilangan.Pernahkah kita mengalami kehilangan sesuatu yang
berharga dalam hidup kita, kemudian kita menjadi frustasi? saat kehilangan begitu melukai kita, itu berarti kita
terlalu !okus pada kehilangan tersebut. Kita merasa hidup kita tidak berarti lagi. merasa putus asa. Tidak ada
semangat hidup.
16. ABHIṆHAPACCAVEKKHAṆA PĀṬHA
Aṅguttara Nikāya 5.57 Abhiṇhapaccavekkhitabbaṭāra Sutta
1.Perenungan akan usia tua;
2.Perenungan akan mendapat penyakit;
3.Perenungan akan meninggal dunia;
4.Perenungan akan perpisahan;
5.Perenungan akan KAMMA yang diperoleh.
17. kesimpulan
Kehilangan orang yang dicinta dan disayangi adalah hal yang wajar.Adakah seseorang yang tidak pernah mengalami
kehilangan orang yang dicinta ?Kehilangan ibu? Kehilangan ayah ?Kehilangan sanak keluarga dan sahabat? Kita harus ingat
bahwa perpisahan akan terjadi pada siapa saja. siap atau tidak, kita pasti akan mengalaminya. Kita tidak tahu kapan
perpisahan itu bisa terjadi. yang terpenting untuk saat ini adalah menikmati Waktu yang kita punya, bersama orang-orang
terkasih yang ada di sekeliling kita.
Jadi, jelas bahwa kita tidak hanya berusaha menerima ketika kehilangan orang yang dicinta, namun disaat yang sama kita
juga berusaha menerima kehadiran orang-orang yang tidak kita sukai yang tentu ada disekeliling kita. Karena, keduanya
merupakan penderitaan. sungguh baik sekali jika kita mampu menghilangkan perasaan tidak suka kita terhadap orang
lain.
Kita bisa mengatasi duka akibat kehilangan dengan langkah-Langkah mudah tadi sesuai dengan yang diajarkan Buddha.
yaitu pengertian benar tentang anicca, Dengan demikian, dukaakibat kehilangan tidak lagi membuat kita
bermempraktikkan kesabaran, memiliki sahabat sejati, dan melakukan hal yang berman!aat bagi orang lain.larut-larut
dalam kesedihan.Kita jadikan perpisahan sebagai pelecut untuk membuat kita lebih bersemangat dalam menjalani hidup.
Kita semua bisa melewati kehilangan dengan tetap tersenyum dan lapang dada. Kuncinya adalahmelepas.