SlideShare a Scribd company logo
1 of 78
S I LA
1) Kehendak atau sikap batin yang tercetus
sebagai ucapan benar dan perbuatan
benar.
2) Cara untuk mengendalikan diri dari segala
bentuk pikiran yang tidak baik atau
merupakan usaha untuk membebaskan
diri dari kekotoran batin (Lobha, Dosa dan
Moha).
Pengendalian diri dari L,D,M ada yang kasar, sedang, dan halus.
Ibarat seseorang menebang sebatang pohon
SĪla Kasar
Samādhi Sedang
Pañña Halus
Kekotoran Batin (L D M)
Kasar : orang lain
tahu, kita tahu
Sedang : diri sendiri
tahu, orang Lain tdk
tahu: dendam ,iri
hati
Halus : diri sendiri
juga tdk tahu:
ego (ke’aku’an)
Dibasmi dengan
Sila
Dibasmi dengan
Samadhi
(Samatha Bhavana)
Dibasmi dengan Pabba
(Vipassana Bhavana)
Sutta-sutta yg menegaskan tentang sila:
1) Dhammacakkappavattana Sutta
2) Cullavedala Sutta
3) Brahmajala Sutta
4) Samannaphala Sutta
5) Ambattha Sutta
6) Sonadanda Sutta
7) Rathavinita Sutta
8) Vyagghapajja Sutta
9) Sigalovada Sutta
10)Mangala Sutta dll.
contoh : Dhammacakkapavattana Sutta
Berisi Jalan Mulia Berunsur Delapan : sila, samadhi, pabba.
Sang Buddha sendiri menekankan SĪla kepada umatNya.
Jadi, sebelum kita menjalankan SĪla, Samādhi, Pabba harus ada pengertian
dahulu.
1. Paññā : Pengertian benar
Pikiran benar 2
2. SĪla : Ucapan benar
Perbuatan benar 3
Penghidupan/pencarian benar
3. Samādhi : Usaha benar
Perhatian benar 3
Konsentrasi benar
• Mengapa umum mengatakan urutan pertama adalah Sīla ? Karena dalam
Ovadapatimokha Sang Buddha babarkan dimulai dari S,S,P , kepada orang-
orang suci. Tetapi dalam Mahacattarisaka Sutta,Majjhima Nikaya “Paññā”
adalah urutan pertama yang dasariah sekali sebagai pengertian, lalu Sīla,
Samādhi dan ditutup Paññā lagi, ini mengarah pada Lokuttara, seperti
Ovadapatimokkha.
3. Ciri, fungsi, wujud, dan sebab-sebab
terdekat yang menimbulkan sīla.
1. Ciri (Lakkhana) dari sīla adalah :
Ketertiban dan ketenangan.
 Sīla dengan jalan apapun dijelaskan selalu
menampilkan ciri ketertiban dan ketenangan yang
terpelihara dan dipertahankan dengan mengatur
perbuatan jasmaniah, ucapan, dan pikiran.
2. Fungsi (rasa) dari Sīla :
 Pertama adalah menghancurkan kelakuan yang salah
(dussiliya)
 Kedua adalah menjaga seseorang agar tetap tidak
bersalah (anavajja)
 Jadi, secara ringkas, fungsi dari Sīla adalah:
1. Menghancurkan kejahatan.
2. Memperbaiki perbuatan-perbuatan salah.
3. Menjaga, atau memelihara, atau mempertahankan
perbuatan baik.
3. Wujud (paccupatthana) dari Sīla
 Adalah kesucian (soceyya).
 Kita mengenal seseorang dengan melihat rupanya,
demikian pula kita dapat mengenal Sīla dengan
wujudnya yang suci yang terlihat pada perbuatan
jasmaniah (kaya soceyya), ucapan (vaci soceyya), dan
pikiran (mano soceyya).
4. Sebab terdekat yang
menimbulkan (padatthana) Sīla
 Hiri dan Ottappa.
 Hiri adalah malu berbuat salah, dan Ottappa adalah
takut akan akhibat perbuatan salah/jahat. Hiri dan
Ottappa adalah ‘Pelindung Dunia’
(Lokapaladhamma). Jika tidak ada lagi Hiri dan
Ottappa dalam diri akan berkecamuk kekacauan yang
merugikan diri sendiri maupun masyarakat luas.
Sebaliknya, bila terdapat Hiri dan Ottappa, dunia ini
penuh dengan ketentraman dan damai.
4. PELAKSANAAN SĪLA
ada 2 :
A. Dengan pengendalian diri
(samvara)
1. Patimokkha Samvara:
mentaati peraturan atau disiplin yang telah ditentukan.
2. Sati Samvara:
mengendalikan diri dengan perhatian yang benar (lihat di Bala Sutta)
3. ñana Samvara:
mengendalikan diri dengan pengetahuan.
4. Khanti Samvara:
mengendalikan diri dengan kesabaran.
5. Viriya Samvara (--/++) :
mengendalikan diri dengan kekuatan semangat atau kemauan.
- Mencegah hal-hal negatif yang belum muncul
- Mengikis hal-hal negatif yang sudah ada
+ Mempertahankan hal positif yang sudah ada
+ Mengembangkan hal positif yang belum muncul
A. Dengan pengendalian diri (Samvara)
a) Patimokkha
Samvara
Peraturan untuk bhikkhu ada 227
sila dan umat awam 5 atau 8 sila.
b) Sati Samvara Pengendalian diri dengan perhatian.
Cc) Bana Samvara Pengendalian diri dengan
pengetahuan.
d) Khanti Samvara Pengendalian diri dengan kesabaran.
e) Viriya Samvara Pengendalian diri dengan semangat.
(- - + +)
Sedangkan cara untuk mengendalikan diri dari
segala pikiran,ucapan dan perbuatan yang tidak baik
dapat juga di golongkan dalam 3 cara, yaitu:
1. Sikkhapada Melaksanakan latihan-latihan
pengendalian diri.
2. Carita Sila Melaksanakan hal-hal yang baik.
3. Varitta Sila Menghindari hal-hal yang tidak
baik
Cara untuk mengendalikan diri dari segala
pikiran, ucapan, dan perbuatan
yang tidak baik dapat juga digolongkan 3 cara :
1. Sikkhapada:
melaksanakan latihan-latihan pengendalian diri seperti
melaksanakan Panca Sīla, Atthavga Sīla, Dasa Sīla, dan
lain-lain.
2. Carita Sīla:
dengan jalan melaksanakan hal-hal yang baik, seperti
berdana, merawat orang tua, menolong makhluk lain,
dan sebagainya yang berhubungan dengan kebajikan.
3. Varitta Sīla:
dengan jalan menghindari hal-hal yang tidak baik,
seperti tidak bergaul dengan orang jahat, tidak
melakukan hal-hal yang dilarang, dan sebagainya.
B. Dengan pantangan atau viratti
1) Sampatti
Viratti
pantangan seketika
seperti langsung
merespon perbuatan
buruk.
2) Samadana
Viratti
pantangan karena
janji seperti visuddhi
upasaka dan upasika.
3) Samuccheda
Virati
pantangan mutlak
seperti para bhikkhu ,
arahat atau ariya puggala
B. Dengan pantangan (viratti)
1. Sampatti Viratti (pantangan seketika)
Pantangan seketika adalah pantangan dari seseorang tanpa rencana terlebih
dahulu untuk menahan diri dari melakukan perbuatan jahat. Walaupun ada
kesempatan untuk melakukannya, dia cukup kuat untuk menahan diri dari
godaan. Jadi, dia tidak membunuh, mencuri, berzinah, berbohong, atau
meminum minuman keras, karena menurut hematnya perbuatan-perbuatan itu
tidak pantas dilakukan.
2. Samadana Viratti (pantangan karena janji)
Pantangan ini dijalankan karena suatu janji (kaul). Misalnya umat Buddha
yang telah berjanji melaksanakan Panca Sīla, juga para bhikkhu dan bhikkhuni
dalam menjalankan Sīla-sīla mereka. Fungsi pantangan di sini adalah untuk
memenuhi janji tersebut.
3. Samuccheda Viratti (pantangan mutlak)
Pantangan mutlak adalah pantangan melalui penghancuran semua sebab yang
akan membawa pada pelanggaran. Ini menunjukkan sifat dari seorang Arahat,
yang mutlak tidak akan melanggar Sila-sila ini pada saat ia telah mencapai
Penerangan Sempurna.
1) Sikap dan tingkah lakunya sopan , terkendali
dan tertib.
2) Bisa melihat kedalam diri sendiri, apakah diri
sendiri ini berhasil atau tidak dalam
menjalankan atau melatih sila.
a) Pabbati
Sila.
Melatih mengendalikan diri dengan jalan
mentaati atau patuh terhadap peraturan -
peraturan dari luar seperti undang-
undang, adat istiadat dll.
b) Pakati
Sila.
Sila yang alamiah yaitu cara pengendalian diri
yang dipakai untuk membersihkan batin,
seperti sila dalam JMB8, Pancasila, atau sila
yang dilaksanakan terus menerus sehingga
akan menjadi kebiasaan (alamiah)
a) Hina Sila. Dilaksanakan dengan
mengharapkan kedudukan atau
mempunyai pengikut.
b) Majjhima
Sila.
Dilaksanakan dengan
mendambakan jasa kebajikan.
c) Panita Sila. Dilaksanakan dengan pengertian
bahwa ini adalah suatu hal yang
patut dilakukan.
Menurut besar-kecil tujuan atau
maknanya
1. Hina Sīla
Suatu tata tertib yang dilaksanakan dengan kemauan, pikiran,
semangat, dan amatan yang rendah; yaitu dilaksanakan dengan
mengharapkan pengikut atau kedudukan.
2. Majjhima Sīla
Dilaksanakan dengan mendambakan jasa kebajikan.
3. Panita Sīla
Dilaksanakan dengan pengertian bahwa ini adalah suatu hal yang
benar-benar patut dilaksanakan.
Dalam artian lain:
 Sila yang dilaksanakan dengan mengharapkan harta kekayaan
disebut Hina Sīla;
 yang dilaksanakan untuk meraih ‘pembebasan’ bagi diri sendiri
disebut Majjhima Sīla;
 dan yang dilaksanakan demi ‘pembebasan’ makhluk-makhluk lain
disebut Panita Sīla.
- Bhikkhu Sila
- Bhikkhuni Sila
- Anupasampanna Sila
- Gahattha Sila
Menurut penggolongan umat
Buddha
1. Bhikkhu Sīla
Semua tata tertib yang ditetapkan oleh Sang Buddha kepada
para bhikkhu. Bhikkhu Sīla ada 227, yaitu Patimokkha Sīla.
2. Bhikkhuni Sīla
Semua tata tertib yang ditetapkan oleh Sang Buddha kepada
para bhikkhuni. Bhikkhuni Sila ada 311, yaitu Patimokkha Sīla
untuk bhikkhuni.
3. Anupasampanna Sīla
Sīla bagi para samanera dan samaneri, yaitu Dasa Sīla (10 Sila
+ 75 Sekhiya)
4. Gahattha Sīla
Sila bagi para umat awam, yaitu Panca Sīla atau Atthavga Sīla
(pada waktu-waktu tertentu).
Pātimokkha Sila Bhikkhu & Bhikkhuni :
Bhikkhu Bhikkhuni
 Pārajika 4 8
 Savghādisesa (penyelewengan karena napsu kpd
wanita, menjodohkan umat, dll) 13 17
* Anīyata (duduk & berbicara 2 -
dengan seorang wanita di tempat tertutup)
 Nissagiya Pācittiya (tentang : jubah, 30 30
wool, patta/mangkok)
 Suddhika Pācittiya (tentang : bicara bohong 92 166
+ tumbuh2an+cara mengajar
+makanan+petapa telanjang+minuman keras
+ makhluk2 hidup+hal2 yang sesuai Dhamma
+ kekayaan
 Pātidesaniya (cara menerima makanan) 4 8
 Sekhiyavatta (tentang sikap tingkah laku 75 75
yang tepat, peraturan makan, cara mengajarkan
Dhamma, aneka macam peraturan)
 Adhikarana – samatha (pembacaan pengumuman 7 7
oleh Savgha, penyelesaikan suatu apatti, keputusan,
pemberian hukuman kepada yang salah, pelaksanakan
perdamaian antara dua pihak)
227 311
Pelanggaran atas peraturan latihan yang menyebabkan seorang bhikkhu
mendapat hukuman yang disebut āpatti yang terdiri dari 2 macam :
1. Atekicchā yang merupakan pelanggaran yang tidak dapat
diperbaiki lagi dan menyebabkan seorang bhikkhu yang
“terkalahkan” , harus keluar dari kebhikkhuan (lepas jubah)
dan tidak dapat ditahbiskan menjadi bhikkhu lagi sepanjang
sisa hidupnya, merupakan pelanggaran berat (garukāpatti)
yang terdiri atas pelanggaran pārājika 4 :
1) Melakukan hubungan kelamin
2) Mencuri sebanyak 5 masaka (5 x 4 butir emas sebesar biji wijen)
3) Membunuh/menganjurkan membunuh manusia
4) Berbohong dengan mengatakan bahwa dirinya mempunyai
kesaktian dan kesucian yang sebenarnya tidak dimiliki
Perumpamaan Pārājika :
1) Ibarat kepala dipenggal tidak bisa disambung
2) Seperti pohon kelapa yang ditebang batangnya
3) Seperti daun tanggal dari ranting/tangkainya
4) Seperti batu yang terbelah
2. Satekiccha : merupakan pelanggaranyang dapat
diperbaiki, yaitu mencakup :
1. Pelanggaran sedang (majjhimāpatti) yaitu :
Savghadisesa 13, yang untuk membersihkan bhikkhu bersangkutan harus
mengakui kesalahannya di hadapan savgha (20 bhikkhu) dan melakukan
manatta (mawas diri selama 6 malam penuh di tempat tersendiri), untuk
kemudian direhabilitasi oleh Savgha dengan minimal 20 bhikkhu.
2. Pelanggaran ringan (lahukāpatti)
Untuk pembersihannya, bhikkhu bersangkutan harus mengakui kesalahannya
di hadapan seorang bhikkhu (atau lebih), pelanggaran ini mempunyai kategori
berbeda-beda dari yang lebih berat sampai yang paling ringan.
Contoh āpatti: seorang bhikkhu yang minum minuman yang memabukkan,
sekalipun ia tidak mengetahui sebelumnya bahwa minuman itu memabukkan.
1
Pārājika bhikkhuni (ada 8):
 No. 1 s/d no. 4 sama dengan 4pārājika bhikkhu
5. Menjalin percintaan dengan seorang pria
6. Berhubungan tidak pantas dengan seorang pria (berkeluarga) yang
mengarah ke perzinahan
7. Menutupi kesalahan bhikkhuni lain terhadap sesama bhikkhuni
8. Berhubungan tidak pantas dengan seorang bhikkhu
Menurut Sang Buddha, ada empat jenis bhikkhu di dunia ini :
1. Maggajina : Penakluk jalan, yaitu : Sang Buddha
2. Maggadesaka : Guru dari jalan
3. Maggajiva : Yang hidup pada jalan
4. Maggadusaka : Yang mengotori jalan,
yaitu orang yang berpura- pura sebagai bhikkhu, menyalahtafsirkan
ajaran, dan berbuat yang bertentangan dengan jalan
Menahan diri dari membunuh makhluk hidup.
a) Ada 5 faktor untuk dapat disebut
membunuh;
1) Ada makhluk hidup.
2) Mengetahui bahwa makhluk itu masih
hidup.
3) Berpikir untuk membunuhnya.
4) Berusaha untuk membunuhnya.
5) Makhluk itu mati.
b) Obyek dari pelanggaran sila pertama;
1) Manusia
2) Binatang
o Binatang berguna
o Binatang tidak berguna
- merugikan
- tidak merugikan
c) Maksud atau motif dari pelanggaran sila
pertama ;
1) Direncanakan atau sengaja.
2) Tidak dikehendaki
- mendadak
- mempertahankan diri
- kecelakaan
d) Usaha dari pelanggaran sila pertama;
1) Dikerjakan langsung.
2) Dengan tidak langsung.
e) Hal-hal lain yang dapat dikategorikan
melanggar sila pertama;
1) Membunuh manusia dan hewan.
2) Menyiksa manusia dan hewan.
3) Menyakiti jasmani manusia dan hewan.
f) Akibat dari melanggar sila pertama;
1) Lahir dalam keadaan cacat.
2) Mempunyai wajah yang buruk.
3) Mempunyai perawakan yang jelek.
4) Berbadan lemah dan penyakitan.
5) Tidak begitu cerdas.
6) Selalu khawatir,cemas dan takut.
7) Dimusuhi dan dibenci banyak orang.
8) Tidak mempunyai pengikut.
9) Terpisahkan dari orang yang dicintai.
10) Berusia pendek.
11) Mati dibunuh orang lain.
Menahan diri dari mengambil sesuatu yang
tidak diberikan.
a) Ada 5 faktor untuk dapat disebut
mencuri;
1) Ada sesuatu atau barang milik pihak
lain.
2) Mengetahui bahwa barang itu ada
pemiliknya.
3) Berpikir untuk mencurinya.
4) Berusaha untuk mencurinya.
5) Berhasil mengambil barang itu melalui
usaha tersebut.
b) Usaha dari pelanggaran sila kedua;
1) Pencurian secara langsung
mencuri, merampas, memeras, merampok, gugatan
palsu, penipuan, pemalsuan, memungkiri benda
yang dititipkan, mencopet, menukar barang,
menyelundupkan, menghindari pajak dan
pengelapan.
1) Pencurian tidak langsung
tukang tadah, merayu orang untuk melakukan
penipuan, menerima suap dan pungutan liar atau
pungli.
c) Hal-hal lain yang dapat dikategorikan
pelanggaran sila kedua;
1) Penghancuran barang orang lain dengan
sengaja untuk balas dendam.
2) Mempergunakan barang orang lain dengan
sewenang-wenang.
d) Akibat dari melanggar sila kedua;
1) Tidak begitu mempunyai harta benda.
2) Terlahir dalam keadaan melarat atau miskin.
3) Menderita kelaparan.
4) Tidak berhasil memperoleh apa yang diinginkan atau
didambakan.
5) Menderita kebangkrutan.
6) Menderita kerugian dalamberdagang.
7) Sering ditipu atau diperdayai orang.
8) Mengalami kehancuran karena bencana.
e) Kebahagiaan yang dimiliki oleh orang yang
mencari nafkah secara benar;
1) Rasa bangga memiliki harta yg didapat secara halal /
tidak melanggar Dhamma.
2) Bebas dari beban yang membuat ia harus hidup
bersembunyi.
3) Sewaktu mempergunakan hartanya itu ia tidak
tertekan batinnya.
4) Hal itu akan memperkuatnya untuk tidak jatuh
kedalam cara-cara penghidupan yang tidak benar.
Menahan diri dari pemuasan nafsu seks yang
salah.
a) Ada 4 faktor untuk dapat disebut
melanggar sila ketiga;
1) Ada obyek yang tidak patut digauli.
2) Mempunyai pikiran untuk menyetubuhi
obyek tersebut.
3) Berusaha untuk menyetubuhi.
4) Berhasil menyetubuhi dalam arti berhasil
memasukan alat kemaluannya ke dalam
salah satu dari tiga lubang,yaitu:
mulut,anus dan liang peranakan, walaupun
hanya sedalam biji wijen.
b) Obyek dari pelanggaran sila ketiga;
1) Obyek yang menyebabkan pelanggaran sila ketiga
oleh laki-laki;
a. Wanita yang telah menikah.
b. Wanita yang masih dibawah pengawasan atau
asuhan keluarga.
c. Wanita yang menurut kebiasaan atau adat istiadat
dilarang yaitu;
 Mereka dilarang karena tradisi keluarga atau masih dalam satu
garis keturunan yang dekat.
 Mereka dilarang karena peraturan agama seperti upasika
atthasila, bhikkhuni).
 Mereka dilarang karena hukum negara pada jaman dahulu
misalnya selir raja.
 Berdasarkan pengertian agamaniya-vatthu, ada 20 wanita yang
tak pantas disetubuhi, yaitu :
1. Wanita dalam perlindungan ibunya (maturakkhita)
2. Wanita dalam perlindungan ayahnya (piturakkhita)
3. Wanita dalam perlindungan ayah dan ibunya
(matapiturakkhita)
4. Wanita dalam perlindungan kakak atau adik perempuannya
(bhaginirakkhita)
5. Wanita dalam perlindungan kakak atau adik lakinya
(bhaturakkhita)
6. Wanita dalam perlidungan sanak keluarganya (natirakkhita)
7. Wanita dalam perlidungan marganya /sukunya (gotarakkhita)
 8. Wanita dalam perlidungan orang orang yang berpraktik
Dhamma (dhammarakkhita)
9. Wanita pesanan raja atau penguasa (saridanda)
10. Wanita yang telah dipertunangkan (sarakkha)
11. Wanita yang telah dibeli oleh seorang laki-laki atau
digadaikan (danakkita)
12. Wanita yang tinggal serumah dengan orang yang
dicintai (chandavasini)
13. Wanita yang rela dinikahi seorang laki-laki karena
mengharapkan memiliki kekayaannya
(bhogavasini)
14. Wanita yang rela dinikahi seorang laki-laki karena
mengharapkan barang sandang (patavasini)
 15. Wanita yang telah dinikahi secara resmi oleh seorang laki-laki
berdasarkan hukum adat (odapattagini)
16. Wanita yang dinikahi secara resmi oleh seorang laki-laki yang telah
menolong membebaskannya dari perbudakan (obhatasumbatta)
17. Wanita tawanan yang kemudian secara resmi dinikahi (dhajahata)
18. Wanita pekerja yang secara resmi dinikahi oleh majikannya
(kammakaribhariya)
19. Budak wanita yang dinikahi secara resmi oleh majikannya
(dasibhariya)
20. Wanita yang dinikahi seorang laki-laki dalam jangka waktu
tertentu (muhuttika)

Seorang pria yang telah terikat tali pernikahan apabila menggauli satu
atau lebih dari 20 jenis perempuan kategori ini, maka dapat dikatakan
telah melakukan perzinahan
2) Obyek yang menyebabkan pelanggaran sila
ketiga oleh wanita;
o Laki-laki yang sudah menikah.
o Laki-laki yang berada di bawah peraturan
agama misalnya bhikkhu, samanera.
c) Hal-hal lain yang dapat dikategorikan
pelanggaran sila ketiga yang harus juga kita
hindari.
1) Berzinah (melakukan hubungan kelamin bukan
dengan suami atau istrinya yang sah).
2) Berciuman dengan lain jenis kelamin yang disertai
nafsu birahi.
3) Menyenggol , mencolek, dan sejenisnya yang
disertai dengan nafsu birahi.
d) Akibat dari melanggar sila ketiga;
1) Mempunyai banyak musuh.
2) Dibenci banyak orang.
3) Sering diancam dan dicelakai.
4) Terlahirkan sebagai banci/waria/wanita.
5) Mempunyai kelainan jiwa.
6) Diperkosa orang lain.
7) Sering mendapatkan malu atau aib.
8) Tidur / bangun tidur dalam keadaan gelisah.
9) Tidak begitu disenangi oleh orang.
10) Gagal dalam bercinta.
11) Sukar mendapat jodoh.
12) Tidak memperoleh kebahagiaan dalam rumah tangga.
13) Terpisahkan dari orang yang dicintainya.
Menahan diri dari berkata yang tidak benar.
a) Ada 4 faktor untuk dapat disebut
berdusta;
1) Ada sesuatu yang tidak benar.
2) Mempunyai pikiran untuk berdusta.
3) Berusaha untuk berdusta.
4) Pihak lain mempercayainya.
Musāvādā veramanī(menahan diri dari berbicara
yang tidak benar/pendustaan)
a. Ada empat faktor melakukan pendustaan, yaitu :
1. ada sesuatu atau hal yang tidak benar.
2. mempunyai pikiran untuk berdusta.
3. berusaha berdusta.
4. orang lain mempercayainya.
Ada empat faktor yang dikatakan “Perkataan benar”
1. Datanya benar
2. Beralasan
3. Bermanfaat
4. Tepat pada waktunya
b) Usaha dari pelanggaran sila keempat;
1) Kebohongan langsung;
o Bohong terang-terangan seperti menjilat,
menghasut, menipu, memperdayai, pembatalan
sepihak.
o Pelanggaran sumpah atau ikrar.
o Muslihat atau tipu daya.
o Munafik atau perbuatan yang pura-pura.
o Permainan kata-kata secara licin.
o Melebih-lebihkan dari yang sebenarnya.
o Menyembunyikan atau mengurangi dari yang
sebenarnya.
2) Kebohongan tidak langsung;
o Kata-kata yang melukai seperti sarkasme atau
pujian yang tajam dan penghinaan yang bersifat
merendahkan dan menjatuhkan.
o Kebohongan yang tidak terpikir.
o Sindiran untuk menimbulkan perselisihan.
3) Melanggar janji;
o Perjanjian antara dua pihak.
o Perjanjian satu pihak.
o Pembatalan kata-kata.
c) Hal-hal lain yang dapat dikategorikan
pelanggaran sila keempat
1) Euphemisme atau basa-basi.
2) Cerita perumpamaan atau kiasan
3) Salah pengertian.
4) Salah ucapan.
d) Akibat dari melanggar sila keempat;
1) Bicaranya tidak jelas.
2) Giginya jelek dan tidak rata atau tidak rapi.
3) Mulutnya berbau busuk.
4) Perawakannya tidak normal
(terlalu kurus,gemuk,tinggi atau pendek)
5) Sorot matanya tidak wajar.
6) Perkataannya tidak dipercayai walaupun oleh
orang-orang terdekat atau bawahannya.
Menahan diri dari menggunakan makanan
atau minuman yang dapat menyebabkan
lemahnya kewaspadaan.
a) Ada 4 faktor untuk dapat disebut mabuk;
1) Ada sesuatu yang merupakan sura,
meraya,atau majja yaitu sesuatu yang
membuat nekat, mabuk, tak sadarkan diri,
yang menjadi dasar dari kelengahan.
2) Mempunyai keinginan untuk menggunakan.
3) Menggunakannya
4) Timbul gejala mabuk atau sudah
mengunakannya atau meminumnya hingga
masuk melalui tenggorokan.
b) Obyek yang menyebabkan pelanggaran sila
kelima;
1) Segala jenis minuman atau makanan yang
memabukan.
2) Barang yang bila digunakan atau dimasukan ke dalam
tubuh bisa membuat kita tidak sadar dan ketagihan.
c) Hal-hal yang dapat dikategorikan
pelanggaran sila kelima ;
o Makan atau minum sampai terlalu kenyang atau
kekenyangan sehingga bisa mengakibatkan muntah-
muntah.
d) Keburukan-keburukan dari makanan dan
minuman yang memabukkan;
1) Pemborosan uang karena keinginan tidak
terkendali.
2) Menjadi sebab timbulnya pertengkaran.
3) Menjadi sebab timbulnya penyakit.
4) Sebab utama hancurnya nama keluarga.
5) Hilangnya pengendalian diri.
6) Menimbulkan gangguan pada fungsi otak.
e) Akibat dari melanggar sila kelima;
1) Dalam Avguttara Nikaya,Sutta Pitaka,
Sang Buddha menekankan betapa besar
akibat negatif yang ditimbulkan dari
pemabukan.“Duhai para bhikkhu, peminum
minuman keras secara berlebihan dan terus
menerus niscaya dapat menyeret seseorang
ke alam neraka, alam binatang, alam setan,
Akibat paling ringan yang ditanggung mereka
yang karena didukung oleh kebajikan lain,
maka dapat terlahirkan dalam keadaan gila
atau sinting”.
“Ada
tiga macam hal, duhai para bhikkhu, yang
apabila dilakukan tidak pernah dapat membuat
kenyang. Apakah tiga macam hal itu? Tiga
macam hal itu adalah;
1) Tidur
2) Bermabuk-mabukan
3) Bersetubuh”
3) - Terlahirkan kembali sebagai orang gila;
- Terlahirkan kembali dengan tingkat
kesadaran atau kewaspadaan yang
rendah;
- Terlahirkan kembali dengan tingkat
kecerdasan yang rendah atau bodoh;
- Terlahirkan kembali dengan tidak memiliki
banyak
pengetahuan dan ketrampilan;
- Ceroboh; pemalas; sulit mencari pekerjaan,
- Sulit mendapatkan kepercayaan dari orang
o Kalau Pancasila bersifat pasif maka
Pancadhamma (lima sifat mulia) adalah bersifat
aktif.
o Karena itu, disebut pula sebagai Kalyana
Dhamma,yaitu yang akan memuliakan atau
mendukung mereka yang mempraktikkan sila.
o Pancadhamma ini ada lima yang masing-masing
berhubungan secara berpasangan dengan sila-
sila yang terdapat dalam pancasila.
1) Metta-
Karuna
Cinta kasih dan belas kasihan.
2) Samma-
ajiva
Bermata pencaharian yang benar.
3) Santutthi - Sadarasantutthi : suami puas hanya
dengan satu isteri.
- Pativati : istriyang setia kepada satu
suami.
4) Sacca Kejujuran atau kebenaran.
5) Sati-
sampajanna
- Waspada dalam makanan
- Waspada dalam pekerjaan
- Waspada dalam kelakuan
- Waspada dalam hakekat hidup.
1) Secara umum
o Dapat melaksanakan sila dengan baik, maka
akan bebas dari penyesalan.
o Bebas dari penyesalan menimbulkan
kegembiraan.
o Kegembiraan dpt menimbulkan kegiuran.
o Kegiuran dapat menimbulkan ketenangan.
o Ketenangan dapat menimbulkan
kebahagiaan.
o Kebahagiaan dapat menimbulkan pemusatan
pikiran.
o Pemusatan pikiran akan menimbulkan
pengetahuan mengenai kebenaran mutlak.
o Pengetahuan kebenaran mutlak akan
mendorong untuk mencari kebebasan.
o Usaha dalam mencari pembebasan akan
mendapatkan pengetahuan tentang
kebebasan.
o Pengetahuan tentang kebebasan akan
membawa orang kedalam kebebasan.
9.PAHALA DARI SĪLA
1. SECARA UMUM.
- Dapat melaksanakan Sīla dengan baik, kemudian akan bebas dari
penyesalan (karena bisa menjaga Sīla dengan baik).
- Bebas dari penyesalan dapat menimbulkan kegembiraan.
- Kegembiraan dapat menimbulkan kegiuran (piti).
- Kegiuran dapat menimbulkan ketenangan (passadi).
- Ketenangan dapat menimbulkan kebahagiaan (sukkha).
- Kebahagiaan dapat menimbulkan pemusatan pikiran (ekaggata).
- Pemusatan pikiran akan menimbulkan “pengetahuan mengenai
kesunyataan” (anuloma ñana).
- Pengetahuan mengenai kesunyataan akan mendorong untuk
“mencari
kebebasan” (muncitukamyata ñana).
- Usaha dalam mencari kebebasan akan mendapatkan “pengetahuan
tentang kebebasan” (Nibbāna ñana).
- Pengetahuan tentang kebebasan akan membawa orang ke dalam
“kebebasan’ (Nibbāna).
2) Avguttara Nikaya IV (Hal.99)
Buddha Gotama bersabda kepada YA Ananda
“Ananda, sila memiliki tiada penyesalan
sebagai tujuan dan buahnya”.
3) Mahaparinibbana Sutta.
Buddha Gotama berkata kepada upasaka-
upasika tentang pahala dari sila sebagai
berikut;
o Sila menyebabkan seseorang memiliki harta
kekayaan yang banyak.
o Nama dan kemasyuran akan tersebar luas.
o Dia dapat menghadiri setiap pertemuan tanpa
ketakutan atau keragu-raguan karena dia
menyadari bahwa dia tidak akan dicela atau
didakwa orang banyak.
o Sewaktu meninggal batinnya tentram.
4) Digha Nikaya II (Hal 69-70)
Buddha Gotama bersabda kepada para
bhikkhu”Jika seorang bhikkhu ingin dicintai dan
dihormati sesama bhikkhu, maka dia harus
menjalankan sila”
o Sila adalah dasar dari penghidupan yang benar
dari perumahtangga untuk mencapai kehidupan
surga.
o Namun, tujuan tertinggi pelaksanaan sila adalah
perealisasian Nibbana.
o Oleh sebab itu, ciri-ciri sila adalah juga
merupakan “jalan” untuk merealisasi Nibbana.
1) Panatipata veramani.
Menghindari membunuh makhluk hidup.
2) Adinnadana veramani.
Menghindari mengambil barang atau sesuatu yang
tidak diberikan.
3) Abrahmacariya veramani.
Menghindari melakukan hubungan seks.
4) Musavada veramani.
Menghindari mengucapkan kata-kata yang tidak
benar.
5) Surameraya-majjapamadatthana veramani.
Menghindari mengunakan segala makanan
dan minuman yang dapat menyebabkan
ketagihan dan lemahnya kewaspadaan.
6) Vikalabhojana veramani.
Menghindari makan pada waktu yang tidak
tepat,yaitu lewat tengah hari.
7) Naccagitavadita-visukadassana-
malagandhavilepana-dharanamandana-
vibhusanatthana veramani.
Menghindari menari,menyanyi, bermain musik,
pergi melihat pertunjukan, tidak memakai
bunga-bungaan,wangi-wangian kosmetik, atau
perhiasan lain yang tujuannya untuk menghias
dan mempercantik diri.
8) Uccasayana-mahasayana veramani.
Menghindari menggunakan tempat tidur dan
tempat duduk yang tinggi, besar, dan mewah.
Sila 1 sampai 6 sama dengan Atthavga Sila.
7) Naccagitavadita-visukadassana veramani.
Menghindari menari, menyanyi, bermain musik, dan
melihat pertunjukan.
8) Malagandhavilepana-dharanamandana-
vibhusanatthana veramani.
Menghindari memakai bunga-bungaan, wangi-
wangian, kosmetik atau perhiasan bersolek lainnya.
9) Uccasayana-mahasayana veramani.
Menghindari menggunakan tempat duduk dan
tempat tidur yang tinggi , besar, dan mewah.
10) Jataruparajata-patiggahana veramani.
Menghindari menerima emas dan perak
(yang juga berarti “uang”).
 s i l a

More Related Content

What's hot

73. syakhsiyah islam
73. syakhsiyah islam73. syakhsiyah islam
73. syakhsiyah islamAhmad Harmoko
 
Berbusana muslim dan muslimah merupakan cermin kepribadian dan Keindahan Diri
Berbusana muslim dan muslimah merupakan cermin kepribadian dan Keindahan DiriBerbusana muslim dan muslimah merupakan cermin kepribadian dan Keindahan Diri
Berbusana muslim dan muslimah merupakan cermin kepribadian dan Keindahan DiriAulia Dina Wulandani
 
Qishash,diyat,dan kaffarah
Qishash,diyat,dan kaffarahQishash,diyat,dan kaffarah
Qishash,diyat,dan kaffarahANishie_
 
Fiqih materi "Puasa"
Fiqih materi "Puasa" Fiqih materi "Puasa"
Fiqih materi "Puasa" Audra
 
Makalah tentang syirik
Makalah tentang syirikMakalah tentang syirik
Makalah tentang syirikamrin syahrafi
 
Ilmu tasawuf
Ilmu tasawufIlmu tasawuf
Ilmu tasawufLia Lia
 
Asmaul husna (ppt pai sma kelas x 2013)
Asmaul husna (ppt pai sma kelas x 2013)Asmaul husna (ppt pai sma kelas x 2013)
Asmaul husna (ppt pai sma kelas x 2013)Ulin Nuha
 
BUKU SAKU DAKWAH SEKOLAH
BUKU SAKU DAKWAH SEKOLAHBUKU SAKU DAKWAH SEKOLAH
BUKU SAKU DAKWAH SEKOLAHandri zulfikar
 
Mempertahankan kejujuran sebagai cermin kepribadian Agama
Mempertahankan kejujuran sebagai cermin kepribadian AgamaMempertahankan kejujuran sebagai cermin kepribadian Agama
Mempertahankan kejujuran sebagai cermin kepribadian AgamaDwiTriska Novemia
 
Menuju muslimkaffah
Menuju muslimkaffahMenuju muslimkaffah
Menuju muslimkaffahtarwanjaya
 
Presentasi dakwah nabi di madinah
Presentasi dakwah nabi di madinahPresentasi dakwah nabi di madinah
Presentasi dakwah nabi di madinahAdinda Khairunnisa
 
Materi pai sd puasa
Materi pai sd puasaMateri pai sd puasa
Materi pai sd puasaebo_bohari
 
ADAB SHALAT DAN DZIKIR
ADAB SHALAT DAN DZIKIRADAB SHALAT DAN DZIKIR
ADAB SHALAT DAN DZIKIRYudiIskandar10
 
Menutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPT
Menutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPTMenutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPT
Menutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPTAnas Wibowo
 

What's hot (20)

73. syakhsiyah islam
73. syakhsiyah islam73. syakhsiyah islam
73. syakhsiyah islam
 
Berbusana muslim dan muslimah merupakan cermin kepribadian dan Keindahan Diri
Berbusana muslim dan muslimah merupakan cermin kepribadian dan Keindahan DiriBerbusana muslim dan muslimah merupakan cermin kepribadian dan Keindahan Diri
Berbusana muslim dan muslimah merupakan cermin kepribadian dan Keindahan Diri
 
Qishash,diyat,dan kaffarah
Qishash,diyat,dan kaffarahQishash,diyat,dan kaffarah
Qishash,diyat,dan kaffarah
 
Materi Dakwah
Materi DakwahMateri Dakwah
Materi Dakwah
 
Fiqih materi "Puasa"
Fiqih materi "Puasa" Fiqih materi "Puasa"
Fiqih materi "Puasa"
 
Makalah tentang syirik
Makalah tentang syirikMakalah tentang syirik
Makalah tentang syirik
 
Ilmu tasawuf
Ilmu tasawufIlmu tasawuf
Ilmu tasawuf
 
Infaq, Shodaqoh, dan Zakat
Infaq, Shodaqoh, dan ZakatInfaq, Shodaqoh, dan Zakat
Infaq, Shodaqoh, dan Zakat
 
Kedudukan doa dalam islam
Kedudukan doa dalam islamKedudukan doa dalam islam
Kedudukan doa dalam islam
 
Asmaul husna (ppt pai sma kelas x 2013)
Asmaul husna (ppt pai sma kelas x 2013)Asmaul husna (ppt pai sma kelas x 2013)
Asmaul husna (ppt pai sma kelas x 2013)
 
BUKU SAKU DAKWAH SEKOLAH
BUKU SAKU DAKWAH SEKOLAHBUKU SAKU DAKWAH SEKOLAH
BUKU SAKU DAKWAH SEKOLAH
 
Mempertahankan kejujuran sebagai cermin kepribadian Agama
Mempertahankan kejujuran sebagai cermin kepribadian AgamaMempertahankan kejujuran sebagai cermin kepribadian Agama
Mempertahankan kejujuran sebagai cermin kepribadian Agama
 
Menuju muslimkaffah
Menuju muslimkaffahMenuju muslimkaffah
Menuju muslimkaffah
 
Presentasi dakwah nabi di madinah
Presentasi dakwah nabi di madinahPresentasi dakwah nabi di madinah
Presentasi dakwah nabi di madinah
 
Materi pai sd puasa
Materi pai sd puasaMateri pai sd puasa
Materi pai sd puasa
 
Retorika dakwah
Retorika dakwahRetorika dakwah
Retorika dakwah
 
ADAB SHALAT DAN DZIKIR
ADAB SHALAT DAN DZIKIRADAB SHALAT DAN DZIKIR
ADAB SHALAT DAN DZIKIR
 
Tauhid ppt
Tauhid pptTauhid ppt
Tauhid ppt
 
empat kebenaran mulia
empat kebenaran muliaempat kebenaran mulia
empat kebenaran mulia
 
Menutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPT
Menutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPTMenutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPT
Menutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPT
 

Similar to s i l a

Ek101 042082-763-7
Ek101 042082-763-7Ek101 042082-763-7
Ek101 042082-763-7nonnjesse
 
Jalan utama berunsur delapan
Jalan utama berunsur delapanJalan utama berunsur delapan
Jalan utama berunsur delapanRuby Santamoko
 
Jalan Menuju Nibbana
Jalan Menuju NibbanaJalan Menuju Nibbana
Jalan Menuju NibbanaFaisal Wibowo
 
Pohon Kekotoran Bathin
Pohon Kekotoran BathinPohon Kekotoran Bathin
Pohon Kekotoran BathinRuby Santamoko
 
Etika, Moral, Akhlak (Agama) ppt
Etika, Moral, Akhlak (Agama) pptEtika, Moral, Akhlak (Agama) ppt
Etika, Moral, Akhlak (Agama) pptAisyah Turidho
 
Berpikir_Kritis_dan_Demokratis.pptx
Berpikir_Kritis_dan_Demokratis.pptxBerpikir_Kritis_dan_Demokratis.pptx
Berpikir_Kritis_dan_Demokratis.pptxAndrianoLakitan1
 
Berpikir_Kritis_dan_Demokratis.pptx
Berpikir_Kritis_dan_Demokratis.pptxBerpikir_Kritis_dan_Demokratis.pptx
Berpikir_Kritis_dan_Demokratis.pptxAliifahLusiana
 
Manusiadanpandanganhidup 160502220122
Manusiadanpandanganhidup 160502220122Manusiadanpandanganhidup 160502220122
Manusiadanpandanganhidup 160502220122Must Hmpc
 
Manusia dan Pandangan Hidup
Manusia dan Pandangan HidupManusia dan Pandangan Hidup
Manusia dan Pandangan HidupVinda Syakira
 
Ebook stage hypnosis
Ebook stage hypnosisEbook stage hypnosis
Ebook stage hypnosisMikha_Houdini
 
Etika terhadap diri sendiri,orang lain,dan lingkungan hidup
Etika terhadap diri sendiri,orang lain,dan lingkungan hidupEtika terhadap diri sendiri,orang lain,dan lingkungan hidup
Etika terhadap diri sendiri,orang lain,dan lingkungan hidupNadya Syabilla Arviadea
 
Adaabut ta'aamul fil jama'aah
Adaabut ta'aamul fil jama'aahAdaabut ta'aamul fil jama'aah
Adaabut ta'aamul fil jama'aahulfah
 
Etika, norma, dan kode etik profesi
Etika, norma, dan kode etik profesiEtika, norma, dan kode etik profesi
Etika, norma, dan kode etik profesizia safira
 
Agama Islam : Akhlak Terpuji
Agama Islam : Akhlak TerpujiAgama Islam : Akhlak Terpuji
Agama Islam : Akhlak TerpujiMaya Hadiyuni
 
Akhlak(religion presentation)
Akhlak(religion presentation) Akhlak(religion presentation)
Akhlak(religion presentation) mikacuuuu
 

Similar to s i l a (20)

Ek101 042082-763-7
Ek101 042082-763-7Ek101 042082-763-7
Ek101 042082-763-7
 
Jalan utama berunsur delapan
Jalan utama berunsur delapanJalan utama berunsur delapan
Jalan utama berunsur delapan
 
Jalan Menuju Nibbana
Jalan Menuju NibbanaJalan Menuju Nibbana
Jalan Menuju Nibbana
 
Pohon Kekotoran Bathin
Pohon Kekotoran BathinPohon Kekotoran Bathin
Pohon Kekotoran Bathin
 
Etika, Moral, Akhlak (Agama) ppt
Etika, Moral, Akhlak (Agama) pptEtika, Moral, Akhlak (Agama) ppt
Etika, Moral, Akhlak (Agama) ppt
 
Berpikir_Kritis_dan_Demokratis.pptx
Berpikir_Kritis_dan_Demokratis.pptxBerpikir_Kritis_dan_Demokratis.pptx
Berpikir_Kritis_dan_Demokratis.pptx
 
Berpikir_Kritis_dan_Demokratis.pptx
Berpikir_Kritis_dan_Demokratis.pptxBerpikir_Kritis_dan_Demokratis.pptx
Berpikir_Kritis_dan_Demokratis.pptx
 
Topik 6 ( tugas 4 )
Topik 6 ( tugas 4 )Topik 6 ( tugas 4 )
Topik 6 ( tugas 4 )
 
Manusiadanpandanganhidup 160502220122
Manusiadanpandanganhidup 160502220122Manusiadanpandanganhidup 160502220122
Manusiadanpandanganhidup 160502220122
 
Manusia dan Pandangan Hidup
Manusia dan Pandangan HidupManusia dan Pandangan Hidup
Manusia dan Pandangan Hidup
 
Ebook stage hypnosis
Ebook stage hypnosisEbook stage hypnosis
Ebook stage hypnosis
 
Etika terhadap diri sendiri,orang lain,dan lingkungan hidup
Etika terhadap diri sendiri,orang lain,dan lingkungan hidupEtika terhadap diri sendiri,orang lain,dan lingkungan hidup
Etika terhadap diri sendiri,orang lain,dan lingkungan hidup
 
Akhlak Madzmumah
Akhlak MadzmumahAkhlak Madzmumah
Akhlak Madzmumah
 
Adaabut ta'aamul fil jama'aah
Adaabut ta'aamul fil jama'aahAdaabut ta'aamul fil jama'aah
Adaabut ta'aamul fil jama'aah
 
Etika, norma, dan kode etik profesi
Etika, norma, dan kode etik profesiEtika, norma, dan kode etik profesi
Etika, norma, dan kode etik profesi
 
Samadhi
SamadhiSamadhi
Samadhi
 
Agama Islam : Akhlak Terpuji
Agama Islam : Akhlak TerpujiAgama Islam : Akhlak Terpuji
Agama Islam : Akhlak Terpuji
 
Akhlak(religion presentation)
Akhlak(religion presentation) Akhlak(religion presentation)
Akhlak(religion presentation)
 
Akhlak
Akhlak Akhlak
Akhlak
 
Spe Bab4
Spe Bab4Spe Bab4
Spe Bab4
 

More from Ruby Santamoko

7 Ñāṇadassanavisuddhi.pdf
7 Ñāṇadassanavisuddhi.pdf7 Ñāṇadassanavisuddhi.pdf
7 Ñāṇadassanavisuddhi.pdfRuby Santamoko
 
6 Patipadañāṇadassanavisuddhi.pdf
6 Patipadañāṇadassanavisuddhi.pdf6 Patipadañāṇadassanavisuddhi.pdf
6 Patipadañāṇadassanavisuddhi.pdfRuby Santamoko
 
5 Maggāmaggañāṇadassanavisuddhi (1).pdf
5 Maggāmaggañāṇadassanavisuddhi  (1).pdf5 Maggāmaggañāṇadassanavisuddhi  (1).pdf
5 Maggāmaggañāṇadassanavisuddhi (1).pdfRuby Santamoko
 
4 Kaṅkhāvitaraṇavisuddhi.pdf
4 Kaṅkhāvitaraṇavisuddhi.pdf4 Kaṅkhāvitaraṇavisuddhi.pdf
4 Kaṅkhāvitaraṇavisuddhi.pdfRuby Santamoko
 
3a Diṭṭhivisuddhi .pdf
3a Diṭṭhivisuddhi .pdf3a Diṭṭhivisuddhi .pdf
3a Diṭṭhivisuddhi .pdfRuby Santamoko
 
2 Cittavisuddhi (1).pdf
2 Cittavisuddhi  (1).pdf2 Cittavisuddhi  (1).pdf
2 Cittavisuddhi (1).pdfRuby Santamoko
 
1 Sīlavisuddhi (1).pdf
1 Sīlavisuddhi (1).pdf1 Sīlavisuddhi (1).pdf
1 Sīlavisuddhi (1).pdfRuby Santamoko
 
BAB 6 RUPA & NIBBANA.pdf
BAB 6 RUPA & NIBBANA.pdfBAB 6 RUPA & NIBBANA.pdf
BAB 6 RUPA & NIBBANA.pdfRuby Santamoko
 
Sayalay-Susila_Mengungkap-Misteri-Batin-dan-Jasmani-melalui-Abhidhamma.pdf
Sayalay-Susila_Mengungkap-Misteri-Batin-dan-Jasmani-melalui-Abhidhamma.pdfSayalay-Susila_Mengungkap-Misteri-Batin-dan-Jasmani-melalui-Abhidhamma.pdf
Sayalay-Susila_Mengungkap-Misteri-Batin-dan-Jasmani-melalui-Abhidhamma.pdfRuby Santamoko
 
dhammacakkapavathana sutta.ppt
dhammacakkapavathana sutta.pptdhammacakkapavathana sutta.ppt
dhammacakkapavathana sutta.pptRuby Santamoko
 
Bhn bintal ad dharma yatra.pptx
Bhn bintal ad dharma yatra.pptxBhn bintal ad dharma yatra.pptx
Bhn bintal ad dharma yatra.pptxRuby Santamoko
 
tak selamanya harus ku genggam.pptx
tak selamanya harus ku genggam.pptxtak selamanya harus ku genggam.pptx
tak selamanya harus ku genggam.pptxRuby Santamoko
 
singkatnya kehidupan.pptx
singkatnya kehidupan.pptxsingkatnya kehidupan.pptx
singkatnya kehidupan.pptxRuby Santamoko
 
MENGATASI DIRI SENDIRI.pptx
MENGATASI DIRI SENDIRI.pptxMENGATASI DIRI SENDIRI.pptx
MENGATASI DIRI SENDIRI.pptxRuby Santamoko
 

More from Ruby Santamoko (20)

7 Ñāṇadassanavisuddhi.pdf
7 Ñāṇadassanavisuddhi.pdf7 Ñāṇadassanavisuddhi.pdf
7 Ñāṇadassanavisuddhi.pdf
 
6 Patipadañāṇadassanavisuddhi.pdf
6 Patipadañāṇadassanavisuddhi.pdf6 Patipadañāṇadassanavisuddhi.pdf
6 Patipadañāṇadassanavisuddhi.pdf
 
5 Maggāmaggañāṇadassanavisuddhi (1).pdf
5 Maggāmaggañāṇadassanavisuddhi  (1).pdf5 Maggāmaggañāṇadassanavisuddhi  (1).pdf
5 Maggāmaggañāṇadassanavisuddhi (1).pdf
 
4 Kaṅkhāvitaraṇavisuddhi.pdf
4 Kaṅkhāvitaraṇavisuddhi.pdf4 Kaṅkhāvitaraṇavisuddhi.pdf
4 Kaṅkhāvitaraṇavisuddhi.pdf
 
3b Ditthivisuddhi.pdf
3b Ditthivisuddhi.pdf3b Ditthivisuddhi.pdf
3b Ditthivisuddhi.pdf
 
3a Diṭṭhivisuddhi .pdf
3a Diṭṭhivisuddhi .pdf3a Diṭṭhivisuddhi .pdf
3a Diṭṭhivisuddhi .pdf
 
2 Cittavisuddhi (1).pdf
2 Cittavisuddhi  (1).pdf2 Cittavisuddhi  (1).pdf
2 Cittavisuddhi (1).pdf
 
1 Sīlavisuddhi (1).pdf
1 Sīlavisuddhi (1).pdf1 Sīlavisuddhi (1).pdf
1 Sīlavisuddhi (1).pdf
 
BAB 6 RUPA & NIBBANA.pdf
BAB 6 RUPA & NIBBANA.pdfBAB 6 RUPA & NIBBANA.pdf
BAB 6 RUPA & NIBBANA.pdf
 
mind & matter.ppt
mind & matter.pptmind & matter.ppt
mind & matter.ppt
 
Sayalay-Susila_Mengungkap-Misteri-Batin-dan-Jasmani-melalui-Abhidhamma.pdf
Sayalay-Susila_Mengungkap-Misteri-Batin-dan-Jasmani-melalui-Abhidhamma.pdfSayalay-Susila_Mengungkap-Misteri-Batin-dan-Jasmani-melalui-Abhidhamma.pdf
Sayalay-Susila_Mengungkap-Misteri-Batin-dan-Jasmani-melalui-Abhidhamma.pdf
 
paccayasatti 24.ppt
paccayasatti 24.pptpaccayasatti 24.ppt
paccayasatti 24.ppt
 
dhammacakkapavathana sutta.ppt
dhammacakkapavathana sutta.pptdhammacakkapavathana sutta.ppt
dhammacakkapavathana sutta.ppt
 
Bhn bintal ad dharma yatra.pptx
Bhn bintal ad dharma yatra.pptxBhn bintal ad dharma yatra.pptx
Bhn bintal ad dharma yatra.pptx
 
pelimpahan jasa.ppt
pelimpahan jasa.pptpelimpahan jasa.ppt
pelimpahan jasa.ppt
 
mengenali kilesa.pptx
mengenali kilesa.pptxmengenali kilesa.pptx
mengenali kilesa.pptx
 
tak selamanya harus ku genggam.pptx
tak selamanya harus ku genggam.pptxtak selamanya harus ku genggam.pptx
tak selamanya harus ku genggam.pptx
 
singkatnya kehidupan.pptx
singkatnya kehidupan.pptxsingkatnya kehidupan.pptx
singkatnya kehidupan.pptx
 
podomoro.pdf
podomoro.pdfpodomoro.pdf
podomoro.pdf
 
MENGATASI DIRI SENDIRI.pptx
MENGATASI DIRI SENDIRI.pptxMENGATASI DIRI SENDIRI.pptx
MENGATASI DIRI SENDIRI.pptx
 

s i l a

  • 2.
  • 3. 1) Kehendak atau sikap batin yang tercetus sebagai ucapan benar dan perbuatan benar. 2) Cara untuk mengendalikan diri dari segala bentuk pikiran yang tidak baik atau merupakan usaha untuk membebaskan diri dari kekotoran batin (Lobha, Dosa dan Moha).
  • 4.
  • 5. Pengendalian diri dari L,D,M ada yang kasar, sedang, dan halus. Ibarat seseorang menebang sebatang pohon SĪla Kasar Samādhi Sedang Pañña Halus
  • 6. Kekotoran Batin (L D M) Kasar : orang lain tahu, kita tahu Sedang : diri sendiri tahu, orang Lain tdk tahu: dendam ,iri hati Halus : diri sendiri juga tdk tahu: ego (ke’aku’an) Dibasmi dengan Sila Dibasmi dengan Samadhi (Samatha Bhavana) Dibasmi dengan Pabba (Vipassana Bhavana)
  • 7. Sutta-sutta yg menegaskan tentang sila: 1) Dhammacakkappavattana Sutta 2) Cullavedala Sutta 3) Brahmajala Sutta 4) Samannaphala Sutta 5) Ambattha Sutta 6) Sonadanda Sutta 7) Rathavinita Sutta 8) Vyagghapajja Sutta 9) Sigalovada Sutta 10)Mangala Sutta dll.
  • 8. contoh : Dhammacakkapavattana Sutta Berisi Jalan Mulia Berunsur Delapan : sila, samadhi, pabba. Sang Buddha sendiri menekankan SĪla kepada umatNya. Jadi, sebelum kita menjalankan SĪla, Samādhi, Pabba harus ada pengertian dahulu. 1. Paññā : Pengertian benar Pikiran benar 2 2. SĪla : Ucapan benar Perbuatan benar 3 Penghidupan/pencarian benar 3. Samādhi : Usaha benar Perhatian benar 3 Konsentrasi benar • Mengapa umum mengatakan urutan pertama adalah Sīla ? Karena dalam Ovadapatimokha Sang Buddha babarkan dimulai dari S,S,P , kepada orang- orang suci. Tetapi dalam Mahacattarisaka Sutta,Majjhima Nikaya “Paññā” adalah urutan pertama yang dasariah sekali sebagai pengertian, lalu Sīla, Samādhi dan ditutup Paññā lagi, ini mengarah pada Lokuttara, seperti Ovadapatimokkha.
  • 9. 3. Ciri, fungsi, wujud, dan sebab-sebab terdekat yang menimbulkan sīla. 1. Ciri (Lakkhana) dari sīla adalah : Ketertiban dan ketenangan.  Sīla dengan jalan apapun dijelaskan selalu menampilkan ciri ketertiban dan ketenangan yang terpelihara dan dipertahankan dengan mengatur perbuatan jasmaniah, ucapan, dan pikiran.
  • 10. 2. Fungsi (rasa) dari Sīla :  Pertama adalah menghancurkan kelakuan yang salah (dussiliya)  Kedua adalah menjaga seseorang agar tetap tidak bersalah (anavajja)  Jadi, secara ringkas, fungsi dari Sīla adalah: 1. Menghancurkan kejahatan. 2. Memperbaiki perbuatan-perbuatan salah. 3. Menjaga, atau memelihara, atau mempertahankan perbuatan baik.
  • 11. 3. Wujud (paccupatthana) dari Sīla  Adalah kesucian (soceyya).  Kita mengenal seseorang dengan melihat rupanya, demikian pula kita dapat mengenal Sīla dengan wujudnya yang suci yang terlihat pada perbuatan jasmaniah (kaya soceyya), ucapan (vaci soceyya), dan pikiran (mano soceyya).
  • 12. 4. Sebab terdekat yang menimbulkan (padatthana) Sīla  Hiri dan Ottappa.  Hiri adalah malu berbuat salah, dan Ottappa adalah takut akan akhibat perbuatan salah/jahat. Hiri dan Ottappa adalah ‘Pelindung Dunia’ (Lokapaladhamma). Jika tidak ada lagi Hiri dan Ottappa dalam diri akan berkecamuk kekacauan yang merugikan diri sendiri maupun masyarakat luas. Sebaliknya, bila terdapat Hiri dan Ottappa, dunia ini penuh dengan ketentraman dan damai.
  • 13. 4. PELAKSANAAN SĪLA ada 2 : A. Dengan pengendalian diri (samvara) 1. Patimokkha Samvara: mentaati peraturan atau disiplin yang telah ditentukan. 2. Sati Samvara: mengendalikan diri dengan perhatian yang benar (lihat di Bala Sutta) 3. ñana Samvara: mengendalikan diri dengan pengetahuan. 4. Khanti Samvara: mengendalikan diri dengan kesabaran. 5. Viriya Samvara (--/++) : mengendalikan diri dengan kekuatan semangat atau kemauan. - Mencegah hal-hal negatif yang belum muncul - Mengikis hal-hal negatif yang sudah ada + Mempertahankan hal positif yang sudah ada + Mengembangkan hal positif yang belum muncul
  • 14. A. Dengan pengendalian diri (Samvara) a) Patimokkha Samvara Peraturan untuk bhikkhu ada 227 sila dan umat awam 5 atau 8 sila. b) Sati Samvara Pengendalian diri dengan perhatian. Cc) Bana Samvara Pengendalian diri dengan pengetahuan. d) Khanti Samvara Pengendalian diri dengan kesabaran. e) Viriya Samvara Pengendalian diri dengan semangat. (- - + +)
  • 15. Sedangkan cara untuk mengendalikan diri dari segala pikiran,ucapan dan perbuatan yang tidak baik dapat juga di golongkan dalam 3 cara, yaitu: 1. Sikkhapada Melaksanakan latihan-latihan pengendalian diri. 2. Carita Sila Melaksanakan hal-hal yang baik. 3. Varitta Sila Menghindari hal-hal yang tidak baik
  • 16. Cara untuk mengendalikan diri dari segala pikiran, ucapan, dan perbuatan yang tidak baik dapat juga digolongkan 3 cara : 1. Sikkhapada: melaksanakan latihan-latihan pengendalian diri seperti melaksanakan Panca Sīla, Atthavga Sīla, Dasa Sīla, dan lain-lain. 2. Carita Sīla: dengan jalan melaksanakan hal-hal yang baik, seperti berdana, merawat orang tua, menolong makhluk lain, dan sebagainya yang berhubungan dengan kebajikan. 3. Varitta Sīla: dengan jalan menghindari hal-hal yang tidak baik, seperti tidak bergaul dengan orang jahat, tidak melakukan hal-hal yang dilarang, dan sebagainya.
  • 17. B. Dengan pantangan atau viratti 1) Sampatti Viratti pantangan seketika seperti langsung merespon perbuatan buruk. 2) Samadana Viratti pantangan karena janji seperti visuddhi upasaka dan upasika. 3) Samuccheda Virati pantangan mutlak seperti para bhikkhu , arahat atau ariya puggala
  • 18. B. Dengan pantangan (viratti) 1. Sampatti Viratti (pantangan seketika) Pantangan seketika adalah pantangan dari seseorang tanpa rencana terlebih dahulu untuk menahan diri dari melakukan perbuatan jahat. Walaupun ada kesempatan untuk melakukannya, dia cukup kuat untuk menahan diri dari godaan. Jadi, dia tidak membunuh, mencuri, berzinah, berbohong, atau meminum minuman keras, karena menurut hematnya perbuatan-perbuatan itu tidak pantas dilakukan. 2. Samadana Viratti (pantangan karena janji) Pantangan ini dijalankan karena suatu janji (kaul). Misalnya umat Buddha yang telah berjanji melaksanakan Panca Sīla, juga para bhikkhu dan bhikkhuni dalam menjalankan Sīla-sīla mereka. Fungsi pantangan di sini adalah untuk memenuhi janji tersebut. 3. Samuccheda Viratti (pantangan mutlak) Pantangan mutlak adalah pantangan melalui penghancuran semua sebab yang akan membawa pada pelanggaran. Ini menunjukkan sifat dari seorang Arahat, yang mutlak tidak akan melanggar Sila-sila ini pada saat ia telah mencapai Penerangan Sempurna.
  • 19. 1) Sikap dan tingkah lakunya sopan , terkendali dan tertib. 2) Bisa melihat kedalam diri sendiri, apakah diri sendiri ini berhasil atau tidak dalam menjalankan atau melatih sila.
  • 20. a) Pabbati Sila. Melatih mengendalikan diri dengan jalan mentaati atau patuh terhadap peraturan - peraturan dari luar seperti undang- undang, adat istiadat dll. b) Pakati Sila. Sila yang alamiah yaitu cara pengendalian diri yang dipakai untuk membersihkan batin, seperti sila dalam JMB8, Pancasila, atau sila yang dilaksanakan terus menerus sehingga akan menjadi kebiasaan (alamiah)
  • 21. a) Hina Sila. Dilaksanakan dengan mengharapkan kedudukan atau mempunyai pengikut. b) Majjhima Sila. Dilaksanakan dengan mendambakan jasa kebajikan. c) Panita Sila. Dilaksanakan dengan pengertian bahwa ini adalah suatu hal yang patut dilakukan.
  • 22. Menurut besar-kecil tujuan atau maknanya 1. Hina Sīla Suatu tata tertib yang dilaksanakan dengan kemauan, pikiran, semangat, dan amatan yang rendah; yaitu dilaksanakan dengan mengharapkan pengikut atau kedudukan. 2. Majjhima Sīla Dilaksanakan dengan mendambakan jasa kebajikan. 3. Panita Sīla Dilaksanakan dengan pengertian bahwa ini adalah suatu hal yang benar-benar patut dilaksanakan. Dalam artian lain:  Sila yang dilaksanakan dengan mengharapkan harta kekayaan disebut Hina Sīla;  yang dilaksanakan untuk meraih ‘pembebasan’ bagi diri sendiri disebut Majjhima Sīla;  dan yang dilaksanakan demi ‘pembebasan’ makhluk-makhluk lain disebut Panita Sīla.
  • 23. - Bhikkhu Sila - Bhikkhuni Sila - Anupasampanna Sila - Gahattha Sila
  • 24. Menurut penggolongan umat Buddha 1. Bhikkhu Sīla Semua tata tertib yang ditetapkan oleh Sang Buddha kepada para bhikkhu. Bhikkhu Sīla ada 227, yaitu Patimokkha Sīla. 2. Bhikkhuni Sīla Semua tata tertib yang ditetapkan oleh Sang Buddha kepada para bhikkhuni. Bhikkhuni Sila ada 311, yaitu Patimokkha Sīla untuk bhikkhuni. 3. Anupasampanna Sīla Sīla bagi para samanera dan samaneri, yaitu Dasa Sīla (10 Sila + 75 Sekhiya) 4. Gahattha Sīla Sila bagi para umat awam, yaitu Panca Sīla atau Atthavga Sīla (pada waktu-waktu tertentu).
  • 25. Pātimokkha Sila Bhikkhu & Bhikkhuni : Bhikkhu Bhikkhuni  Pārajika 4 8  Savghādisesa (penyelewengan karena napsu kpd wanita, menjodohkan umat, dll) 13 17 * Anīyata (duduk & berbicara 2 - dengan seorang wanita di tempat tertutup)  Nissagiya Pācittiya (tentang : jubah, 30 30 wool, patta/mangkok)  Suddhika Pācittiya (tentang : bicara bohong 92 166 + tumbuh2an+cara mengajar +makanan+petapa telanjang+minuman keras + makhluk2 hidup+hal2 yang sesuai Dhamma + kekayaan  Pātidesaniya (cara menerima makanan) 4 8  Sekhiyavatta (tentang sikap tingkah laku 75 75 yang tepat, peraturan makan, cara mengajarkan Dhamma, aneka macam peraturan)  Adhikarana – samatha (pembacaan pengumuman 7 7 oleh Savgha, penyelesaikan suatu apatti, keputusan, pemberian hukuman kepada yang salah, pelaksanakan perdamaian antara dua pihak) 227 311
  • 26. Pelanggaran atas peraturan latihan yang menyebabkan seorang bhikkhu mendapat hukuman yang disebut āpatti yang terdiri dari 2 macam : 1. Atekicchā yang merupakan pelanggaran yang tidak dapat diperbaiki lagi dan menyebabkan seorang bhikkhu yang “terkalahkan” , harus keluar dari kebhikkhuan (lepas jubah) dan tidak dapat ditahbiskan menjadi bhikkhu lagi sepanjang sisa hidupnya, merupakan pelanggaran berat (garukāpatti) yang terdiri atas pelanggaran pārājika 4 : 1) Melakukan hubungan kelamin 2) Mencuri sebanyak 5 masaka (5 x 4 butir emas sebesar biji wijen) 3) Membunuh/menganjurkan membunuh manusia 4) Berbohong dengan mengatakan bahwa dirinya mempunyai kesaktian dan kesucian yang sebenarnya tidak dimiliki Perumpamaan Pārājika : 1) Ibarat kepala dipenggal tidak bisa disambung 2) Seperti pohon kelapa yang ditebang batangnya 3) Seperti daun tanggal dari ranting/tangkainya 4) Seperti batu yang terbelah
  • 27. 2. Satekiccha : merupakan pelanggaranyang dapat diperbaiki, yaitu mencakup : 1. Pelanggaran sedang (majjhimāpatti) yaitu : Savghadisesa 13, yang untuk membersihkan bhikkhu bersangkutan harus mengakui kesalahannya di hadapan savgha (20 bhikkhu) dan melakukan manatta (mawas diri selama 6 malam penuh di tempat tersendiri), untuk kemudian direhabilitasi oleh Savgha dengan minimal 20 bhikkhu. 2. Pelanggaran ringan (lahukāpatti) Untuk pembersihannya, bhikkhu bersangkutan harus mengakui kesalahannya di hadapan seorang bhikkhu (atau lebih), pelanggaran ini mempunyai kategori berbeda-beda dari yang lebih berat sampai yang paling ringan. Contoh āpatti: seorang bhikkhu yang minum minuman yang memabukkan, sekalipun ia tidak mengetahui sebelumnya bahwa minuman itu memabukkan. 1
  • 28. Pārājika bhikkhuni (ada 8):  No. 1 s/d no. 4 sama dengan 4pārājika bhikkhu 5. Menjalin percintaan dengan seorang pria 6. Berhubungan tidak pantas dengan seorang pria (berkeluarga) yang mengarah ke perzinahan 7. Menutupi kesalahan bhikkhuni lain terhadap sesama bhikkhuni 8. Berhubungan tidak pantas dengan seorang bhikkhu Menurut Sang Buddha, ada empat jenis bhikkhu di dunia ini : 1. Maggajina : Penakluk jalan, yaitu : Sang Buddha 2. Maggadesaka : Guru dari jalan 3. Maggajiva : Yang hidup pada jalan 4. Maggadusaka : Yang mengotori jalan, yaitu orang yang berpura- pura sebagai bhikkhu, menyalahtafsirkan ajaran, dan berbuat yang bertentangan dengan jalan
  • 29. Menahan diri dari membunuh makhluk hidup.
  • 30. a) Ada 5 faktor untuk dapat disebut membunuh; 1) Ada makhluk hidup. 2) Mengetahui bahwa makhluk itu masih hidup. 3) Berpikir untuk membunuhnya. 4) Berusaha untuk membunuhnya. 5) Makhluk itu mati.
  • 31. b) Obyek dari pelanggaran sila pertama; 1) Manusia 2) Binatang o Binatang berguna o Binatang tidak berguna - merugikan - tidak merugikan c) Maksud atau motif dari pelanggaran sila pertama ; 1) Direncanakan atau sengaja. 2) Tidak dikehendaki - mendadak - mempertahankan diri - kecelakaan
  • 32. d) Usaha dari pelanggaran sila pertama; 1) Dikerjakan langsung. 2) Dengan tidak langsung. e) Hal-hal lain yang dapat dikategorikan melanggar sila pertama; 1) Membunuh manusia dan hewan. 2) Menyiksa manusia dan hewan. 3) Menyakiti jasmani manusia dan hewan.
  • 33. f) Akibat dari melanggar sila pertama; 1) Lahir dalam keadaan cacat. 2) Mempunyai wajah yang buruk. 3) Mempunyai perawakan yang jelek. 4) Berbadan lemah dan penyakitan. 5) Tidak begitu cerdas. 6) Selalu khawatir,cemas dan takut. 7) Dimusuhi dan dibenci banyak orang. 8) Tidak mempunyai pengikut. 9) Terpisahkan dari orang yang dicintai. 10) Berusia pendek. 11) Mati dibunuh orang lain.
  • 34. Menahan diri dari mengambil sesuatu yang tidak diberikan.
  • 35. a) Ada 5 faktor untuk dapat disebut mencuri; 1) Ada sesuatu atau barang milik pihak lain. 2) Mengetahui bahwa barang itu ada pemiliknya. 3) Berpikir untuk mencurinya. 4) Berusaha untuk mencurinya. 5) Berhasil mengambil barang itu melalui usaha tersebut.
  • 36. b) Usaha dari pelanggaran sila kedua; 1) Pencurian secara langsung mencuri, merampas, memeras, merampok, gugatan palsu, penipuan, pemalsuan, memungkiri benda yang dititipkan, mencopet, menukar barang, menyelundupkan, menghindari pajak dan pengelapan. 1) Pencurian tidak langsung tukang tadah, merayu orang untuk melakukan penipuan, menerima suap dan pungutan liar atau pungli.
  • 37. c) Hal-hal lain yang dapat dikategorikan pelanggaran sila kedua; 1) Penghancuran barang orang lain dengan sengaja untuk balas dendam. 2) Mempergunakan barang orang lain dengan sewenang-wenang.
  • 38. d) Akibat dari melanggar sila kedua; 1) Tidak begitu mempunyai harta benda. 2) Terlahir dalam keadaan melarat atau miskin. 3) Menderita kelaparan. 4) Tidak berhasil memperoleh apa yang diinginkan atau didambakan. 5) Menderita kebangkrutan. 6) Menderita kerugian dalamberdagang. 7) Sering ditipu atau diperdayai orang. 8) Mengalami kehancuran karena bencana.
  • 39. e) Kebahagiaan yang dimiliki oleh orang yang mencari nafkah secara benar; 1) Rasa bangga memiliki harta yg didapat secara halal / tidak melanggar Dhamma. 2) Bebas dari beban yang membuat ia harus hidup bersembunyi. 3) Sewaktu mempergunakan hartanya itu ia tidak tertekan batinnya. 4) Hal itu akan memperkuatnya untuk tidak jatuh kedalam cara-cara penghidupan yang tidak benar.
  • 40. Menahan diri dari pemuasan nafsu seks yang salah.
  • 41. a) Ada 4 faktor untuk dapat disebut melanggar sila ketiga; 1) Ada obyek yang tidak patut digauli. 2) Mempunyai pikiran untuk menyetubuhi obyek tersebut. 3) Berusaha untuk menyetubuhi. 4) Berhasil menyetubuhi dalam arti berhasil memasukan alat kemaluannya ke dalam salah satu dari tiga lubang,yaitu: mulut,anus dan liang peranakan, walaupun hanya sedalam biji wijen.
  • 42. b) Obyek dari pelanggaran sila ketiga; 1) Obyek yang menyebabkan pelanggaran sila ketiga oleh laki-laki; a. Wanita yang telah menikah. b. Wanita yang masih dibawah pengawasan atau asuhan keluarga. c. Wanita yang menurut kebiasaan atau adat istiadat dilarang yaitu;  Mereka dilarang karena tradisi keluarga atau masih dalam satu garis keturunan yang dekat.  Mereka dilarang karena peraturan agama seperti upasika atthasila, bhikkhuni).  Mereka dilarang karena hukum negara pada jaman dahulu misalnya selir raja.
  • 43.  Berdasarkan pengertian agamaniya-vatthu, ada 20 wanita yang tak pantas disetubuhi, yaitu : 1. Wanita dalam perlindungan ibunya (maturakkhita) 2. Wanita dalam perlindungan ayahnya (piturakkhita) 3. Wanita dalam perlindungan ayah dan ibunya (matapiturakkhita) 4. Wanita dalam perlindungan kakak atau adik perempuannya (bhaginirakkhita) 5. Wanita dalam perlindungan kakak atau adik lakinya (bhaturakkhita) 6. Wanita dalam perlidungan sanak keluarganya (natirakkhita) 7. Wanita dalam perlidungan marganya /sukunya (gotarakkhita)
  • 44.  8. Wanita dalam perlidungan orang orang yang berpraktik Dhamma (dhammarakkhita) 9. Wanita pesanan raja atau penguasa (saridanda) 10. Wanita yang telah dipertunangkan (sarakkha) 11. Wanita yang telah dibeli oleh seorang laki-laki atau digadaikan (danakkita) 12. Wanita yang tinggal serumah dengan orang yang dicintai (chandavasini) 13. Wanita yang rela dinikahi seorang laki-laki karena mengharapkan memiliki kekayaannya (bhogavasini) 14. Wanita yang rela dinikahi seorang laki-laki karena mengharapkan barang sandang (patavasini)
  • 45.  15. Wanita yang telah dinikahi secara resmi oleh seorang laki-laki berdasarkan hukum adat (odapattagini) 16. Wanita yang dinikahi secara resmi oleh seorang laki-laki yang telah menolong membebaskannya dari perbudakan (obhatasumbatta) 17. Wanita tawanan yang kemudian secara resmi dinikahi (dhajahata) 18. Wanita pekerja yang secara resmi dinikahi oleh majikannya (kammakaribhariya) 19. Budak wanita yang dinikahi secara resmi oleh majikannya (dasibhariya) 20. Wanita yang dinikahi seorang laki-laki dalam jangka waktu tertentu (muhuttika)  Seorang pria yang telah terikat tali pernikahan apabila menggauli satu atau lebih dari 20 jenis perempuan kategori ini, maka dapat dikatakan telah melakukan perzinahan
  • 46. 2) Obyek yang menyebabkan pelanggaran sila ketiga oleh wanita; o Laki-laki yang sudah menikah. o Laki-laki yang berada di bawah peraturan agama misalnya bhikkhu, samanera.
  • 47. c) Hal-hal lain yang dapat dikategorikan pelanggaran sila ketiga yang harus juga kita hindari. 1) Berzinah (melakukan hubungan kelamin bukan dengan suami atau istrinya yang sah). 2) Berciuman dengan lain jenis kelamin yang disertai nafsu birahi. 3) Menyenggol , mencolek, dan sejenisnya yang disertai dengan nafsu birahi.
  • 48. d) Akibat dari melanggar sila ketiga; 1) Mempunyai banyak musuh. 2) Dibenci banyak orang. 3) Sering diancam dan dicelakai. 4) Terlahirkan sebagai banci/waria/wanita. 5) Mempunyai kelainan jiwa. 6) Diperkosa orang lain. 7) Sering mendapatkan malu atau aib. 8) Tidur / bangun tidur dalam keadaan gelisah. 9) Tidak begitu disenangi oleh orang. 10) Gagal dalam bercinta. 11) Sukar mendapat jodoh. 12) Tidak memperoleh kebahagiaan dalam rumah tangga. 13) Terpisahkan dari orang yang dicintainya.
  • 49. Menahan diri dari berkata yang tidak benar.
  • 50. a) Ada 4 faktor untuk dapat disebut berdusta; 1) Ada sesuatu yang tidak benar. 2) Mempunyai pikiran untuk berdusta. 3) Berusaha untuk berdusta. 4) Pihak lain mempercayainya.
  • 51. Musāvādā veramanī(menahan diri dari berbicara yang tidak benar/pendustaan) a. Ada empat faktor melakukan pendustaan, yaitu : 1. ada sesuatu atau hal yang tidak benar. 2. mempunyai pikiran untuk berdusta. 3. berusaha berdusta. 4. orang lain mempercayainya. Ada empat faktor yang dikatakan “Perkataan benar” 1. Datanya benar 2. Beralasan 3. Bermanfaat 4. Tepat pada waktunya
  • 52. b) Usaha dari pelanggaran sila keempat; 1) Kebohongan langsung; o Bohong terang-terangan seperti menjilat, menghasut, menipu, memperdayai, pembatalan sepihak. o Pelanggaran sumpah atau ikrar. o Muslihat atau tipu daya. o Munafik atau perbuatan yang pura-pura. o Permainan kata-kata secara licin. o Melebih-lebihkan dari yang sebenarnya. o Menyembunyikan atau mengurangi dari yang sebenarnya.
  • 53. 2) Kebohongan tidak langsung; o Kata-kata yang melukai seperti sarkasme atau pujian yang tajam dan penghinaan yang bersifat merendahkan dan menjatuhkan. o Kebohongan yang tidak terpikir. o Sindiran untuk menimbulkan perselisihan. 3) Melanggar janji; o Perjanjian antara dua pihak. o Perjanjian satu pihak. o Pembatalan kata-kata.
  • 54. c) Hal-hal lain yang dapat dikategorikan pelanggaran sila keempat 1) Euphemisme atau basa-basi. 2) Cerita perumpamaan atau kiasan 3) Salah pengertian. 4) Salah ucapan.
  • 55. d) Akibat dari melanggar sila keempat; 1) Bicaranya tidak jelas. 2) Giginya jelek dan tidak rata atau tidak rapi. 3) Mulutnya berbau busuk. 4) Perawakannya tidak normal (terlalu kurus,gemuk,tinggi atau pendek) 5) Sorot matanya tidak wajar. 6) Perkataannya tidak dipercayai walaupun oleh orang-orang terdekat atau bawahannya.
  • 56. Menahan diri dari menggunakan makanan atau minuman yang dapat menyebabkan lemahnya kewaspadaan.
  • 57. a) Ada 4 faktor untuk dapat disebut mabuk; 1) Ada sesuatu yang merupakan sura, meraya,atau majja yaitu sesuatu yang membuat nekat, mabuk, tak sadarkan diri, yang menjadi dasar dari kelengahan. 2) Mempunyai keinginan untuk menggunakan. 3) Menggunakannya 4) Timbul gejala mabuk atau sudah mengunakannya atau meminumnya hingga masuk melalui tenggorokan.
  • 58. b) Obyek yang menyebabkan pelanggaran sila kelima; 1) Segala jenis minuman atau makanan yang memabukan. 2) Barang yang bila digunakan atau dimasukan ke dalam tubuh bisa membuat kita tidak sadar dan ketagihan. c) Hal-hal yang dapat dikategorikan pelanggaran sila kelima ; o Makan atau minum sampai terlalu kenyang atau kekenyangan sehingga bisa mengakibatkan muntah- muntah.
  • 59. d) Keburukan-keburukan dari makanan dan minuman yang memabukkan; 1) Pemborosan uang karena keinginan tidak terkendali. 2) Menjadi sebab timbulnya pertengkaran. 3) Menjadi sebab timbulnya penyakit. 4) Sebab utama hancurnya nama keluarga. 5) Hilangnya pengendalian diri. 6) Menimbulkan gangguan pada fungsi otak.
  • 60. e) Akibat dari melanggar sila kelima; 1) Dalam Avguttara Nikaya,Sutta Pitaka, Sang Buddha menekankan betapa besar akibat negatif yang ditimbulkan dari pemabukan.“Duhai para bhikkhu, peminum minuman keras secara berlebihan dan terus menerus niscaya dapat menyeret seseorang ke alam neraka, alam binatang, alam setan, Akibat paling ringan yang ditanggung mereka yang karena didukung oleh kebajikan lain, maka dapat terlahirkan dalam keadaan gila atau sinting”.
  • 61. “Ada tiga macam hal, duhai para bhikkhu, yang apabila dilakukan tidak pernah dapat membuat kenyang. Apakah tiga macam hal itu? Tiga macam hal itu adalah; 1) Tidur 2) Bermabuk-mabukan 3) Bersetubuh”
  • 62. 3) - Terlahirkan kembali sebagai orang gila; - Terlahirkan kembali dengan tingkat kesadaran atau kewaspadaan yang rendah; - Terlahirkan kembali dengan tingkat kecerdasan yang rendah atau bodoh; - Terlahirkan kembali dengan tidak memiliki banyak pengetahuan dan ketrampilan; - Ceroboh; pemalas; sulit mencari pekerjaan, - Sulit mendapatkan kepercayaan dari orang
  • 63. o Kalau Pancasila bersifat pasif maka Pancadhamma (lima sifat mulia) adalah bersifat aktif. o Karena itu, disebut pula sebagai Kalyana Dhamma,yaitu yang akan memuliakan atau mendukung mereka yang mempraktikkan sila. o Pancadhamma ini ada lima yang masing-masing berhubungan secara berpasangan dengan sila- sila yang terdapat dalam pancasila.
  • 64. 1) Metta- Karuna Cinta kasih dan belas kasihan. 2) Samma- ajiva Bermata pencaharian yang benar. 3) Santutthi - Sadarasantutthi : suami puas hanya dengan satu isteri. - Pativati : istriyang setia kepada satu suami. 4) Sacca Kejujuran atau kebenaran. 5) Sati- sampajanna - Waspada dalam makanan - Waspada dalam pekerjaan - Waspada dalam kelakuan - Waspada dalam hakekat hidup.
  • 65. 1) Secara umum o Dapat melaksanakan sila dengan baik, maka akan bebas dari penyesalan. o Bebas dari penyesalan menimbulkan kegembiraan. o Kegembiraan dpt menimbulkan kegiuran. o Kegiuran dapat menimbulkan ketenangan. o Ketenangan dapat menimbulkan kebahagiaan. o Kebahagiaan dapat menimbulkan pemusatan pikiran.
  • 66. o Pemusatan pikiran akan menimbulkan pengetahuan mengenai kebenaran mutlak. o Pengetahuan kebenaran mutlak akan mendorong untuk mencari kebebasan. o Usaha dalam mencari pembebasan akan mendapatkan pengetahuan tentang kebebasan. o Pengetahuan tentang kebebasan akan membawa orang kedalam kebebasan.
  • 67. 9.PAHALA DARI SĪLA 1. SECARA UMUM. - Dapat melaksanakan Sīla dengan baik, kemudian akan bebas dari penyesalan (karena bisa menjaga Sīla dengan baik). - Bebas dari penyesalan dapat menimbulkan kegembiraan. - Kegembiraan dapat menimbulkan kegiuran (piti). - Kegiuran dapat menimbulkan ketenangan (passadi). - Ketenangan dapat menimbulkan kebahagiaan (sukkha). - Kebahagiaan dapat menimbulkan pemusatan pikiran (ekaggata). - Pemusatan pikiran akan menimbulkan “pengetahuan mengenai kesunyataan” (anuloma ñana). - Pengetahuan mengenai kesunyataan akan mendorong untuk “mencari kebebasan” (muncitukamyata ñana). - Usaha dalam mencari kebebasan akan mendapatkan “pengetahuan tentang kebebasan” (Nibbāna ñana). - Pengetahuan tentang kebebasan akan membawa orang ke dalam “kebebasan’ (Nibbāna).
  • 68. 2) Avguttara Nikaya IV (Hal.99) Buddha Gotama bersabda kepada YA Ananda “Ananda, sila memiliki tiada penyesalan sebagai tujuan dan buahnya”.
  • 69. 3) Mahaparinibbana Sutta. Buddha Gotama berkata kepada upasaka- upasika tentang pahala dari sila sebagai berikut; o Sila menyebabkan seseorang memiliki harta kekayaan yang banyak. o Nama dan kemasyuran akan tersebar luas. o Dia dapat menghadiri setiap pertemuan tanpa ketakutan atau keragu-raguan karena dia menyadari bahwa dia tidak akan dicela atau didakwa orang banyak. o Sewaktu meninggal batinnya tentram.
  • 70. 4) Digha Nikaya II (Hal 69-70) Buddha Gotama bersabda kepada para bhikkhu”Jika seorang bhikkhu ingin dicintai dan dihormati sesama bhikkhu, maka dia harus menjalankan sila”
  • 71. o Sila adalah dasar dari penghidupan yang benar dari perumahtangga untuk mencapai kehidupan surga. o Namun, tujuan tertinggi pelaksanaan sila adalah perealisasian Nibbana. o Oleh sebab itu, ciri-ciri sila adalah juga merupakan “jalan” untuk merealisasi Nibbana.
  • 72. 1) Panatipata veramani. Menghindari membunuh makhluk hidup. 2) Adinnadana veramani. Menghindari mengambil barang atau sesuatu yang tidak diberikan. 3) Abrahmacariya veramani. Menghindari melakukan hubungan seks. 4) Musavada veramani. Menghindari mengucapkan kata-kata yang tidak benar.
  • 73. 5) Surameraya-majjapamadatthana veramani. Menghindari mengunakan segala makanan dan minuman yang dapat menyebabkan ketagihan dan lemahnya kewaspadaan. 6) Vikalabhojana veramani. Menghindari makan pada waktu yang tidak tepat,yaitu lewat tengah hari.
  • 74. 7) Naccagitavadita-visukadassana- malagandhavilepana-dharanamandana- vibhusanatthana veramani. Menghindari menari,menyanyi, bermain musik, pergi melihat pertunjukan, tidak memakai bunga-bungaan,wangi-wangian kosmetik, atau perhiasan lain yang tujuannya untuk menghias dan mempercantik diri.
  • 75. 8) Uccasayana-mahasayana veramani. Menghindari menggunakan tempat tidur dan tempat duduk yang tinggi, besar, dan mewah.
  • 76. Sila 1 sampai 6 sama dengan Atthavga Sila. 7) Naccagitavadita-visukadassana veramani. Menghindari menari, menyanyi, bermain musik, dan melihat pertunjukan. 8) Malagandhavilepana-dharanamandana- vibhusanatthana veramani. Menghindari memakai bunga-bungaan, wangi- wangian, kosmetik atau perhiasan bersolek lainnya.
  • 77. 9) Uccasayana-mahasayana veramani. Menghindari menggunakan tempat duduk dan tempat tidur yang tinggi , besar, dan mewah. 10) Jataruparajata-patiggahana veramani. Menghindari menerima emas dan perak (yang juga berarti “uang”).