Dokumen tersebut membahas tentang sila dalam agama Buddha. Sila dijelaskan sebagai ketertiban dan ketenangan dalam mengendalikan pikiran, ucapan, dan perbuatan. Ada berbagai jenis sila seperti sila untuk bhikkhu, bhikkhuni, dan umat awam. Pelanggaran sila dibedakan menjadi pelanggaran berat dan ringan yang masing-masing memiliki konsekuensinya.
3. 1) Kehendak atau sikap batin yang tercetus
sebagai ucapan benar dan perbuatan
benar.
2) Cara untuk mengendalikan diri dari segala
bentuk pikiran yang tidak baik atau
merupakan usaha untuk membebaskan
diri dari kekotoran batin (Lobha, Dosa dan
Moha).
4.
5. Pengendalian diri dari L,D,M ada yang kasar, sedang, dan halus.
Ibarat seseorang menebang sebatang pohon
SĪla Kasar
Samādhi Sedang
Pañña Halus
6. Kekotoran Batin (L D M)
Kasar : orang lain
tahu, kita tahu
Sedang : diri sendiri
tahu, orang Lain tdk
tahu: dendam ,iri
hati
Halus : diri sendiri
juga tdk tahu:
ego (ke’aku’an)
Dibasmi dengan
Sila
Dibasmi dengan
Samadhi
(Samatha Bhavana)
Dibasmi dengan Pabba
(Vipassana Bhavana)
7. Sutta-sutta yg menegaskan tentang sila:
1) Dhammacakkappavattana Sutta
2) Cullavedala Sutta
3) Brahmajala Sutta
4) Samannaphala Sutta
5) Ambattha Sutta
6) Sonadanda Sutta
7) Rathavinita Sutta
8) Vyagghapajja Sutta
9) Sigalovada Sutta
10)Mangala Sutta dll.
8. contoh : Dhammacakkapavattana Sutta
Berisi Jalan Mulia Berunsur Delapan : sila, samadhi, pabba.
Sang Buddha sendiri menekankan SĪla kepada umatNya.
Jadi, sebelum kita menjalankan SĪla, Samādhi, Pabba harus ada pengertian
dahulu.
1. Paññā : Pengertian benar
Pikiran benar 2
2. SĪla : Ucapan benar
Perbuatan benar 3
Penghidupan/pencarian benar
3. Samādhi : Usaha benar
Perhatian benar 3
Konsentrasi benar
• Mengapa umum mengatakan urutan pertama adalah Sīla ? Karena dalam
Ovadapatimokha Sang Buddha babarkan dimulai dari S,S,P , kepada orang-
orang suci. Tetapi dalam Mahacattarisaka Sutta,Majjhima Nikaya “Paññā”
adalah urutan pertama yang dasariah sekali sebagai pengertian, lalu Sīla,
Samādhi dan ditutup Paññā lagi, ini mengarah pada Lokuttara, seperti
Ovadapatimokkha.
9. 3. Ciri, fungsi, wujud, dan sebab-sebab
terdekat yang menimbulkan sīla.
1. Ciri (Lakkhana) dari sīla adalah :
Ketertiban dan ketenangan.
Sīla dengan jalan apapun dijelaskan selalu
menampilkan ciri ketertiban dan ketenangan yang
terpelihara dan dipertahankan dengan mengatur
perbuatan jasmaniah, ucapan, dan pikiran.
10. 2. Fungsi (rasa) dari Sīla :
Pertama adalah menghancurkan kelakuan yang salah
(dussiliya)
Kedua adalah menjaga seseorang agar tetap tidak
bersalah (anavajja)
Jadi, secara ringkas, fungsi dari Sīla adalah:
1. Menghancurkan kejahatan.
2. Memperbaiki perbuatan-perbuatan salah.
3. Menjaga, atau memelihara, atau mempertahankan
perbuatan baik.
11. 3. Wujud (paccupatthana) dari Sīla
Adalah kesucian (soceyya).
Kita mengenal seseorang dengan melihat rupanya,
demikian pula kita dapat mengenal Sīla dengan
wujudnya yang suci yang terlihat pada perbuatan
jasmaniah (kaya soceyya), ucapan (vaci soceyya), dan
pikiran (mano soceyya).
12. 4. Sebab terdekat yang
menimbulkan (padatthana) Sīla
Hiri dan Ottappa.
Hiri adalah malu berbuat salah, dan Ottappa adalah
takut akan akhibat perbuatan salah/jahat. Hiri dan
Ottappa adalah ‘Pelindung Dunia’
(Lokapaladhamma). Jika tidak ada lagi Hiri dan
Ottappa dalam diri akan berkecamuk kekacauan yang
merugikan diri sendiri maupun masyarakat luas.
Sebaliknya, bila terdapat Hiri dan Ottappa, dunia ini
penuh dengan ketentraman dan damai.
13. 4. PELAKSANAAN SĪLA
ada 2 :
A. Dengan pengendalian diri
(samvara)
1. Patimokkha Samvara:
mentaati peraturan atau disiplin yang telah ditentukan.
2. Sati Samvara:
mengendalikan diri dengan perhatian yang benar (lihat di Bala Sutta)
3. ñana Samvara:
mengendalikan diri dengan pengetahuan.
4. Khanti Samvara:
mengendalikan diri dengan kesabaran.
5. Viriya Samvara (--/++) :
mengendalikan diri dengan kekuatan semangat atau kemauan.
- Mencegah hal-hal negatif yang belum muncul
- Mengikis hal-hal negatif yang sudah ada
+ Mempertahankan hal positif yang sudah ada
+ Mengembangkan hal positif yang belum muncul
14. A. Dengan pengendalian diri (Samvara)
a) Patimokkha
Samvara
Peraturan untuk bhikkhu ada 227
sila dan umat awam 5 atau 8 sila.
b) Sati Samvara Pengendalian diri dengan perhatian.
Cc) Bana Samvara Pengendalian diri dengan
pengetahuan.
d) Khanti Samvara Pengendalian diri dengan kesabaran.
e) Viriya Samvara Pengendalian diri dengan semangat.
(- - + +)
15. Sedangkan cara untuk mengendalikan diri dari
segala pikiran,ucapan dan perbuatan yang tidak baik
dapat juga di golongkan dalam 3 cara, yaitu:
1. Sikkhapada Melaksanakan latihan-latihan
pengendalian diri.
2. Carita Sila Melaksanakan hal-hal yang baik.
3. Varitta Sila Menghindari hal-hal yang tidak
baik
16. Cara untuk mengendalikan diri dari segala
pikiran, ucapan, dan perbuatan
yang tidak baik dapat juga digolongkan 3 cara :
1. Sikkhapada:
melaksanakan latihan-latihan pengendalian diri seperti
melaksanakan Panca Sīla, Atthavga Sīla, Dasa Sīla, dan
lain-lain.
2. Carita Sīla:
dengan jalan melaksanakan hal-hal yang baik, seperti
berdana, merawat orang tua, menolong makhluk lain,
dan sebagainya yang berhubungan dengan kebajikan.
3. Varitta Sīla:
dengan jalan menghindari hal-hal yang tidak baik,
seperti tidak bergaul dengan orang jahat, tidak
melakukan hal-hal yang dilarang, dan sebagainya.
17. B. Dengan pantangan atau viratti
1) Sampatti
Viratti
pantangan seketika
seperti langsung
merespon perbuatan
buruk.
2) Samadana
Viratti
pantangan karena
janji seperti visuddhi
upasaka dan upasika.
3) Samuccheda
Virati
pantangan mutlak
seperti para bhikkhu ,
arahat atau ariya puggala
18. B. Dengan pantangan (viratti)
1. Sampatti Viratti (pantangan seketika)
Pantangan seketika adalah pantangan dari seseorang tanpa rencana terlebih
dahulu untuk menahan diri dari melakukan perbuatan jahat. Walaupun ada
kesempatan untuk melakukannya, dia cukup kuat untuk menahan diri dari
godaan. Jadi, dia tidak membunuh, mencuri, berzinah, berbohong, atau
meminum minuman keras, karena menurut hematnya perbuatan-perbuatan itu
tidak pantas dilakukan.
2. Samadana Viratti (pantangan karena janji)
Pantangan ini dijalankan karena suatu janji (kaul). Misalnya umat Buddha
yang telah berjanji melaksanakan Panca Sīla, juga para bhikkhu dan bhikkhuni
dalam menjalankan Sīla-sīla mereka. Fungsi pantangan di sini adalah untuk
memenuhi janji tersebut.
3. Samuccheda Viratti (pantangan mutlak)
Pantangan mutlak adalah pantangan melalui penghancuran semua sebab yang
akan membawa pada pelanggaran. Ini menunjukkan sifat dari seorang Arahat,
yang mutlak tidak akan melanggar Sila-sila ini pada saat ia telah mencapai
Penerangan Sempurna.
19. 1) Sikap dan tingkah lakunya sopan , terkendali
dan tertib.
2) Bisa melihat kedalam diri sendiri, apakah diri
sendiri ini berhasil atau tidak dalam
menjalankan atau melatih sila.
20. a) Pabbati
Sila.
Melatih mengendalikan diri dengan jalan
mentaati atau patuh terhadap peraturan -
peraturan dari luar seperti undang-
undang, adat istiadat dll.
b) Pakati
Sila.
Sila yang alamiah yaitu cara pengendalian diri
yang dipakai untuk membersihkan batin,
seperti sila dalam JMB8, Pancasila, atau sila
yang dilaksanakan terus menerus sehingga
akan menjadi kebiasaan (alamiah)
21. a) Hina Sila. Dilaksanakan dengan
mengharapkan kedudukan atau
mempunyai pengikut.
b) Majjhima
Sila.
Dilaksanakan dengan
mendambakan jasa kebajikan.
c) Panita Sila. Dilaksanakan dengan pengertian
bahwa ini adalah suatu hal yang
patut dilakukan.
22. Menurut besar-kecil tujuan atau
maknanya
1. Hina Sīla
Suatu tata tertib yang dilaksanakan dengan kemauan, pikiran,
semangat, dan amatan yang rendah; yaitu dilaksanakan dengan
mengharapkan pengikut atau kedudukan.
2. Majjhima Sīla
Dilaksanakan dengan mendambakan jasa kebajikan.
3. Panita Sīla
Dilaksanakan dengan pengertian bahwa ini adalah suatu hal yang
benar-benar patut dilaksanakan.
Dalam artian lain:
Sila yang dilaksanakan dengan mengharapkan harta kekayaan
disebut Hina Sīla;
yang dilaksanakan untuk meraih ‘pembebasan’ bagi diri sendiri
disebut Majjhima Sīla;
dan yang dilaksanakan demi ‘pembebasan’ makhluk-makhluk lain
disebut Panita Sīla.
23. - Bhikkhu Sila
- Bhikkhuni Sila
- Anupasampanna Sila
- Gahattha Sila
24. Menurut penggolongan umat
Buddha
1. Bhikkhu Sīla
Semua tata tertib yang ditetapkan oleh Sang Buddha kepada
para bhikkhu. Bhikkhu Sīla ada 227, yaitu Patimokkha Sīla.
2. Bhikkhuni Sīla
Semua tata tertib yang ditetapkan oleh Sang Buddha kepada
para bhikkhuni. Bhikkhuni Sila ada 311, yaitu Patimokkha Sīla
untuk bhikkhuni.
3. Anupasampanna Sīla
Sīla bagi para samanera dan samaneri, yaitu Dasa Sīla (10 Sila
+ 75 Sekhiya)
4. Gahattha Sīla
Sila bagi para umat awam, yaitu Panca Sīla atau Atthavga Sīla
(pada waktu-waktu tertentu).
25. Pātimokkha Sila Bhikkhu & Bhikkhuni :
Bhikkhu Bhikkhuni
Pārajika 4 8
Savghādisesa (penyelewengan karena napsu kpd
wanita, menjodohkan umat, dll) 13 17
* Anīyata (duduk & berbicara 2 -
dengan seorang wanita di tempat tertutup)
Nissagiya Pācittiya (tentang : jubah, 30 30
wool, patta/mangkok)
Suddhika Pācittiya (tentang : bicara bohong 92 166
+ tumbuh2an+cara mengajar
+makanan+petapa telanjang+minuman keras
+ makhluk2 hidup+hal2 yang sesuai Dhamma
+ kekayaan
Pātidesaniya (cara menerima makanan) 4 8
Sekhiyavatta (tentang sikap tingkah laku 75 75
yang tepat, peraturan makan, cara mengajarkan
Dhamma, aneka macam peraturan)
Adhikarana – samatha (pembacaan pengumuman 7 7
oleh Savgha, penyelesaikan suatu apatti, keputusan,
pemberian hukuman kepada yang salah, pelaksanakan
perdamaian antara dua pihak)
227 311
26. Pelanggaran atas peraturan latihan yang menyebabkan seorang bhikkhu
mendapat hukuman yang disebut āpatti yang terdiri dari 2 macam :
1. Atekicchā yang merupakan pelanggaran yang tidak dapat
diperbaiki lagi dan menyebabkan seorang bhikkhu yang
“terkalahkan” , harus keluar dari kebhikkhuan (lepas jubah)
dan tidak dapat ditahbiskan menjadi bhikkhu lagi sepanjang
sisa hidupnya, merupakan pelanggaran berat (garukāpatti)
yang terdiri atas pelanggaran pārājika 4 :
1) Melakukan hubungan kelamin
2) Mencuri sebanyak 5 masaka (5 x 4 butir emas sebesar biji wijen)
3) Membunuh/menganjurkan membunuh manusia
4) Berbohong dengan mengatakan bahwa dirinya mempunyai
kesaktian dan kesucian yang sebenarnya tidak dimiliki
Perumpamaan Pārājika :
1) Ibarat kepala dipenggal tidak bisa disambung
2) Seperti pohon kelapa yang ditebang batangnya
3) Seperti daun tanggal dari ranting/tangkainya
4) Seperti batu yang terbelah
27. 2. Satekiccha : merupakan pelanggaranyang dapat
diperbaiki, yaitu mencakup :
1. Pelanggaran sedang (majjhimāpatti) yaitu :
Savghadisesa 13, yang untuk membersihkan bhikkhu bersangkutan harus
mengakui kesalahannya di hadapan savgha (20 bhikkhu) dan melakukan
manatta (mawas diri selama 6 malam penuh di tempat tersendiri), untuk
kemudian direhabilitasi oleh Savgha dengan minimal 20 bhikkhu.
2. Pelanggaran ringan (lahukāpatti)
Untuk pembersihannya, bhikkhu bersangkutan harus mengakui kesalahannya
di hadapan seorang bhikkhu (atau lebih), pelanggaran ini mempunyai kategori
berbeda-beda dari yang lebih berat sampai yang paling ringan.
Contoh āpatti: seorang bhikkhu yang minum minuman yang memabukkan,
sekalipun ia tidak mengetahui sebelumnya bahwa minuman itu memabukkan.
1
28. Pārājika bhikkhuni (ada 8):
No. 1 s/d no. 4 sama dengan 4pārājika bhikkhu
5. Menjalin percintaan dengan seorang pria
6. Berhubungan tidak pantas dengan seorang pria (berkeluarga) yang
mengarah ke perzinahan
7. Menutupi kesalahan bhikkhuni lain terhadap sesama bhikkhuni
8. Berhubungan tidak pantas dengan seorang bhikkhu
Menurut Sang Buddha, ada empat jenis bhikkhu di dunia ini :
1. Maggajina : Penakluk jalan, yaitu : Sang Buddha
2. Maggadesaka : Guru dari jalan
3. Maggajiva : Yang hidup pada jalan
4. Maggadusaka : Yang mengotori jalan,
yaitu orang yang berpura- pura sebagai bhikkhu, menyalahtafsirkan
ajaran, dan berbuat yang bertentangan dengan jalan
30. a) Ada 5 faktor untuk dapat disebut
membunuh;
1) Ada makhluk hidup.
2) Mengetahui bahwa makhluk itu masih
hidup.
3) Berpikir untuk membunuhnya.
4) Berusaha untuk membunuhnya.
5) Makhluk itu mati.
31. b) Obyek dari pelanggaran sila pertama;
1) Manusia
2) Binatang
o Binatang berguna
o Binatang tidak berguna
- merugikan
- tidak merugikan
c) Maksud atau motif dari pelanggaran sila
pertama ;
1) Direncanakan atau sengaja.
2) Tidak dikehendaki
- mendadak
- mempertahankan diri
- kecelakaan
32. d) Usaha dari pelanggaran sila pertama;
1) Dikerjakan langsung.
2) Dengan tidak langsung.
e) Hal-hal lain yang dapat dikategorikan
melanggar sila pertama;
1) Membunuh manusia dan hewan.
2) Menyiksa manusia dan hewan.
3) Menyakiti jasmani manusia dan hewan.
33. f) Akibat dari melanggar sila pertama;
1) Lahir dalam keadaan cacat.
2) Mempunyai wajah yang buruk.
3) Mempunyai perawakan yang jelek.
4) Berbadan lemah dan penyakitan.
5) Tidak begitu cerdas.
6) Selalu khawatir,cemas dan takut.
7) Dimusuhi dan dibenci banyak orang.
8) Tidak mempunyai pengikut.
9) Terpisahkan dari orang yang dicintai.
10) Berusia pendek.
11) Mati dibunuh orang lain.
35. a) Ada 5 faktor untuk dapat disebut
mencuri;
1) Ada sesuatu atau barang milik pihak
lain.
2) Mengetahui bahwa barang itu ada
pemiliknya.
3) Berpikir untuk mencurinya.
4) Berusaha untuk mencurinya.
5) Berhasil mengambil barang itu melalui
usaha tersebut.
36. b) Usaha dari pelanggaran sila kedua;
1) Pencurian secara langsung
mencuri, merampas, memeras, merampok, gugatan
palsu, penipuan, pemalsuan, memungkiri benda
yang dititipkan, mencopet, menukar barang,
menyelundupkan, menghindari pajak dan
pengelapan.
1) Pencurian tidak langsung
tukang tadah, merayu orang untuk melakukan
penipuan, menerima suap dan pungutan liar atau
pungli.
37. c) Hal-hal lain yang dapat dikategorikan
pelanggaran sila kedua;
1) Penghancuran barang orang lain dengan
sengaja untuk balas dendam.
2) Mempergunakan barang orang lain dengan
sewenang-wenang.
38. d) Akibat dari melanggar sila kedua;
1) Tidak begitu mempunyai harta benda.
2) Terlahir dalam keadaan melarat atau miskin.
3) Menderita kelaparan.
4) Tidak berhasil memperoleh apa yang diinginkan atau
didambakan.
5) Menderita kebangkrutan.
6) Menderita kerugian dalamberdagang.
7) Sering ditipu atau diperdayai orang.
8) Mengalami kehancuran karena bencana.
39. e) Kebahagiaan yang dimiliki oleh orang yang
mencari nafkah secara benar;
1) Rasa bangga memiliki harta yg didapat secara halal /
tidak melanggar Dhamma.
2) Bebas dari beban yang membuat ia harus hidup
bersembunyi.
3) Sewaktu mempergunakan hartanya itu ia tidak
tertekan batinnya.
4) Hal itu akan memperkuatnya untuk tidak jatuh
kedalam cara-cara penghidupan yang tidak benar.
41. a) Ada 4 faktor untuk dapat disebut
melanggar sila ketiga;
1) Ada obyek yang tidak patut digauli.
2) Mempunyai pikiran untuk menyetubuhi
obyek tersebut.
3) Berusaha untuk menyetubuhi.
4) Berhasil menyetubuhi dalam arti berhasil
memasukan alat kemaluannya ke dalam
salah satu dari tiga lubang,yaitu:
mulut,anus dan liang peranakan, walaupun
hanya sedalam biji wijen.
42. b) Obyek dari pelanggaran sila ketiga;
1) Obyek yang menyebabkan pelanggaran sila ketiga
oleh laki-laki;
a. Wanita yang telah menikah.
b. Wanita yang masih dibawah pengawasan atau
asuhan keluarga.
c. Wanita yang menurut kebiasaan atau adat istiadat
dilarang yaitu;
Mereka dilarang karena tradisi keluarga atau masih dalam satu
garis keturunan yang dekat.
Mereka dilarang karena peraturan agama seperti upasika
atthasila, bhikkhuni).
Mereka dilarang karena hukum negara pada jaman dahulu
misalnya selir raja.
43. Berdasarkan pengertian agamaniya-vatthu, ada 20 wanita yang
tak pantas disetubuhi, yaitu :
1. Wanita dalam perlindungan ibunya (maturakkhita)
2. Wanita dalam perlindungan ayahnya (piturakkhita)
3. Wanita dalam perlindungan ayah dan ibunya
(matapiturakkhita)
4. Wanita dalam perlindungan kakak atau adik perempuannya
(bhaginirakkhita)
5. Wanita dalam perlindungan kakak atau adik lakinya
(bhaturakkhita)
6. Wanita dalam perlidungan sanak keluarganya (natirakkhita)
7. Wanita dalam perlidungan marganya /sukunya (gotarakkhita)
44. 8. Wanita dalam perlidungan orang orang yang berpraktik
Dhamma (dhammarakkhita)
9. Wanita pesanan raja atau penguasa (saridanda)
10. Wanita yang telah dipertunangkan (sarakkha)
11. Wanita yang telah dibeli oleh seorang laki-laki atau
digadaikan (danakkita)
12. Wanita yang tinggal serumah dengan orang yang
dicintai (chandavasini)
13. Wanita yang rela dinikahi seorang laki-laki karena
mengharapkan memiliki kekayaannya
(bhogavasini)
14. Wanita yang rela dinikahi seorang laki-laki karena
mengharapkan barang sandang (patavasini)
45. 15. Wanita yang telah dinikahi secara resmi oleh seorang laki-laki
berdasarkan hukum adat (odapattagini)
16. Wanita yang dinikahi secara resmi oleh seorang laki-laki yang telah
menolong membebaskannya dari perbudakan (obhatasumbatta)
17. Wanita tawanan yang kemudian secara resmi dinikahi (dhajahata)
18. Wanita pekerja yang secara resmi dinikahi oleh majikannya
(kammakaribhariya)
19. Budak wanita yang dinikahi secara resmi oleh majikannya
(dasibhariya)
20. Wanita yang dinikahi seorang laki-laki dalam jangka waktu
tertentu (muhuttika)
Seorang pria yang telah terikat tali pernikahan apabila menggauli satu
atau lebih dari 20 jenis perempuan kategori ini, maka dapat dikatakan
telah melakukan perzinahan
46. 2) Obyek yang menyebabkan pelanggaran sila
ketiga oleh wanita;
o Laki-laki yang sudah menikah.
o Laki-laki yang berada di bawah peraturan
agama misalnya bhikkhu, samanera.
47. c) Hal-hal lain yang dapat dikategorikan
pelanggaran sila ketiga yang harus juga kita
hindari.
1) Berzinah (melakukan hubungan kelamin bukan
dengan suami atau istrinya yang sah).
2) Berciuman dengan lain jenis kelamin yang disertai
nafsu birahi.
3) Menyenggol , mencolek, dan sejenisnya yang
disertai dengan nafsu birahi.
48. d) Akibat dari melanggar sila ketiga;
1) Mempunyai banyak musuh.
2) Dibenci banyak orang.
3) Sering diancam dan dicelakai.
4) Terlahirkan sebagai banci/waria/wanita.
5) Mempunyai kelainan jiwa.
6) Diperkosa orang lain.
7) Sering mendapatkan malu atau aib.
8) Tidur / bangun tidur dalam keadaan gelisah.
9) Tidak begitu disenangi oleh orang.
10) Gagal dalam bercinta.
11) Sukar mendapat jodoh.
12) Tidak memperoleh kebahagiaan dalam rumah tangga.
13) Terpisahkan dari orang yang dicintainya.
50. a) Ada 4 faktor untuk dapat disebut
berdusta;
1) Ada sesuatu yang tidak benar.
2) Mempunyai pikiran untuk berdusta.
3) Berusaha untuk berdusta.
4) Pihak lain mempercayainya.
51. Musāvādā veramanī(menahan diri dari berbicara
yang tidak benar/pendustaan)
a. Ada empat faktor melakukan pendustaan, yaitu :
1. ada sesuatu atau hal yang tidak benar.
2. mempunyai pikiran untuk berdusta.
3. berusaha berdusta.
4. orang lain mempercayainya.
Ada empat faktor yang dikatakan “Perkataan benar”
1. Datanya benar
2. Beralasan
3. Bermanfaat
4. Tepat pada waktunya
52. b) Usaha dari pelanggaran sila keempat;
1) Kebohongan langsung;
o Bohong terang-terangan seperti menjilat,
menghasut, menipu, memperdayai, pembatalan
sepihak.
o Pelanggaran sumpah atau ikrar.
o Muslihat atau tipu daya.
o Munafik atau perbuatan yang pura-pura.
o Permainan kata-kata secara licin.
o Melebih-lebihkan dari yang sebenarnya.
o Menyembunyikan atau mengurangi dari yang
sebenarnya.
53. 2) Kebohongan tidak langsung;
o Kata-kata yang melukai seperti sarkasme atau
pujian yang tajam dan penghinaan yang bersifat
merendahkan dan menjatuhkan.
o Kebohongan yang tidak terpikir.
o Sindiran untuk menimbulkan perselisihan.
3) Melanggar janji;
o Perjanjian antara dua pihak.
o Perjanjian satu pihak.
o Pembatalan kata-kata.
54. c) Hal-hal lain yang dapat dikategorikan
pelanggaran sila keempat
1) Euphemisme atau basa-basi.
2) Cerita perumpamaan atau kiasan
3) Salah pengertian.
4) Salah ucapan.
55. d) Akibat dari melanggar sila keempat;
1) Bicaranya tidak jelas.
2) Giginya jelek dan tidak rata atau tidak rapi.
3) Mulutnya berbau busuk.
4) Perawakannya tidak normal
(terlalu kurus,gemuk,tinggi atau pendek)
5) Sorot matanya tidak wajar.
6) Perkataannya tidak dipercayai walaupun oleh
orang-orang terdekat atau bawahannya.
56. Menahan diri dari menggunakan makanan
atau minuman yang dapat menyebabkan
lemahnya kewaspadaan.
57. a) Ada 4 faktor untuk dapat disebut mabuk;
1) Ada sesuatu yang merupakan sura,
meraya,atau majja yaitu sesuatu yang
membuat nekat, mabuk, tak sadarkan diri,
yang menjadi dasar dari kelengahan.
2) Mempunyai keinginan untuk menggunakan.
3) Menggunakannya
4) Timbul gejala mabuk atau sudah
mengunakannya atau meminumnya hingga
masuk melalui tenggorokan.
58. b) Obyek yang menyebabkan pelanggaran sila
kelima;
1) Segala jenis minuman atau makanan yang
memabukan.
2) Barang yang bila digunakan atau dimasukan ke dalam
tubuh bisa membuat kita tidak sadar dan ketagihan.
c) Hal-hal yang dapat dikategorikan
pelanggaran sila kelima ;
o Makan atau minum sampai terlalu kenyang atau
kekenyangan sehingga bisa mengakibatkan muntah-
muntah.
59. d) Keburukan-keburukan dari makanan dan
minuman yang memabukkan;
1) Pemborosan uang karena keinginan tidak
terkendali.
2) Menjadi sebab timbulnya pertengkaran.
3) Menjadi sebab timbulnya penyakit.
4) Sebab utama hancurnya nama keluarga.
5) Hilangnya pengendalian diri.
6) Menimbulkan gangguan pada fungsi otak.
60. e) Akibat dari melanggar sila kelima;
1) Dalam Avguttara Nikaya,Sutta Pitaka,
Sang Buddha menekankan betapa besar
akibat negatif yang ditimbulkan dari
pemabukan.“Duhai para bhikkhu, peminum
minuman keras secara berlebihan dan terus
menerus niscaya dapat menyeret seseorang
ke alam neraka, alam binatang, alam setan,
Akibat paling ringan yang ditanggung mereka
yang karena didukung oleh kebajikan lain,
maka dapat terlahirkan dalam keadaan gila
atau sinting”.
61. “Ada
tiga macam hal, duhai para bhikkhu, yang
apabila dilakukan tidak pernah dapat membuat
kenyang. Apakah tiga macam hal itu? Tiga
macam hal itu adalah;
1) Tidur
2) Bermabuk-mabukan
3) Bersetubuh”
62. 3) - Terlahirkan kembali sebagai orang gila;
- Terlahirkan kembali dengan tingkat
kesadaran atau kewaspadaan yang
rendah;
- Terlahirkan kembali dengan tingkat
kecerdasan yang rendah atau bodoh;
- Terlahirkan kembali dengan tidak memiliki
banyak
pengetahuan dan ketrampilan;
- Ceroboh; pemalas; sulit mencari pekerjaan,
- Sulit mendapatkan kepercayaan dari orang
63. o Kalau Pancasila bersifat pasif maka
Pancadhamma (lima sifat mulia) adalah bersifat
aktif.
o Karena itu, disebut pula sebagai Kalyana
Dhamma,yaitu yang akan memuliakan atau
mendukung mereka yang mempraktikkan sila.
o Pancadhamma ini ada lima yang masing-masing
berhubungan secara berpasangan dengan sila-
sila yang terdapat dalam pancasila.
64. 1) Metta-
Karuna
Cinta kasih dan belas kasihan.
2) Samma-
ajiva
Bermata pencaharian yang benar.
3) Santutthi - Sadarasantutthi : suami puas hanya
dengan satu isteri.
- Pativati : istriyang setia kepada satu
suami.
4) Sacca Kejujuran atau kebenaran.
5) Sati-
sampajanna
- Waspada dalam makanan
- Waspada dalam pekerjaan
- Waspada dalam kelakuan
- Waspada dalam hakekat hidup.
65. 1) Secara umum
o Dapat melaksanakan sila dengan baik, maka
akan bebas dari penyesalan.
o Bebas dari penyesalan menimbulkan
kegembiraan.
o Kegembiraan dpt menimbulkan kegiuran.
o Kegiuran dapat menimbulkan ketenangan.
o Ketenangan dapat menimbulkan
kebahagiaan.
o Kebahagiaan dapat menimbulkan pemusatan
pikiran.
66. o Pemusatan pikiran akan menimbulkan
pengetahuan mengenai kebenaran mutlak.
o Pengetahuan kebenaran mutlak akan
mendorong untuk mencari kebebasan.
o Usaha dalam mencari pembebasan akan
mendapatkan pengetahuan tentang
kebebasan.
o Pengetahuan tentang kebebasan akan
membawa orang kedalam kebebasan.
67. 9.PAHALA DARI SĪLA
1. SECARA UMUM.
- Dapat melaksanakan Sīla dengan baik, kemudian akan bebas dari
penyesalan (karena bisa menjaga Sīla dengan baik).
- Bebas dari penyesalan dapat menimbulkan kegembiraan.
- Kegembiraan dapat menimbulkan kegiuran (piti).
- Kegiuran dapat menimbulkan ketenangan (passadi).
- Ketenangan dapat menimbulkan kebahagiaan (sukkha).
- Kebahagiaan dapat menimbulkan pemusatan pikiran (ekaggata).
- Pemusatan pikiran akan menimbulkan “pengetahuan mengenai
kesunyataan” (anuloma ñana).
- Pengetahuan mengenai kesunyataan akan mendorong untuk
“mencari
kebebasan” (muncitukamyata ñana).
- Usaha dalam mencari kebebasan akan mendapatkan “pengetahuan
tentang kebebasan” (Nibbāna ñana).
- Pengetahuan tentang kebebasan akan membawa orang ke dalam
“kebebasan’ (Nibbāna).
68. 2) Avguttara Nikaya IV (Hal.99)
Buddha Gotama bersabda kepada YA Ananda
“Ananda, sila memiliki tiada penyesalan
sebagai tujuan dan buahnya”.
69. 3) Mahaparinibbana Sutta.
Buddha Gotama berkata kepada upasaka-
upasika tentang pahala dari sila sebagai
berikut;
o Sila menyebabkan seseorang memiliki harta
kekayaan yang banyak.
o Nama dan kemasyuran akan tersebar luas.
o Dia dapat menghadiri setiap pertemuan tanpa
ketakutan atau keragu-raguan karena dia
menyadari bahwa dia tidak akan dicela atau
didakwa orang banyak.
o Sewaktu meninggal batinnya tentram.
70. 4) Digha Nikaya II (Hal 69-70)
Buddha Gotama bersabda kepada para
bhikkhu”Jika seorang bhikkhu ingin dicintai dan
dihormati sesama bhikkhu, maka dia harus
menjalankan sila”
71. o Sila adalah dasar dari penghidupan yang benar
dari perumahtangga untuk mencapai kehidupan
surga.
o Namun, tujuan tertinggi pelaksanaan sila adalah
perealisasian Nibbana.
o Oleh sebab itu, ciri-ciri sila adalah juga
merupakan “jalan” untuk merealisasi Nibbana.
72. 1) Panatipata veramani.
Menghindari membunuh makhluk hidup.
2) Adinnadana veramani.
Menghindari mengambil barang atau sesuatu yang
tidak diberikan.
3) Abrahmacariya veramani.
Menghindari melakukan hubungan seks.
4) Musavada veramani.
Menghindari mengucapkan kata-kata yang tidak
benar.
73. 5) Surameraya-majjapamadatthana veramani.
Menghindari mengunakan segala makanan
dan minuman yang dapat menyebabkan
ketagihan dan lemahnya kewaspadaan.
6) Vikalabhojana veramani.
Menghindari makan pada waktu yang tidak
tepat,yaitu lewat tengah hari.
76. Sila 1 sampai 6 sama dengan Atthavga Sila.
7) Naccagitavadita-visukadassana veramani.
Menghindari menari, menyanyi, bermain musik, dan
melihat pertunjukan.
8) Malagandhavilepana-dharanamandana-
vibhusanatthana veramani.
Menghindari memakai bunga-bungaan, wangi-
wangian, kosmetik atau perhiasan bersolek lainnya.
77. 9) Uccasayana-mahasayana veramani.
Menghindari menggunakan tempat duduk dan
tempat tidur yang tinggi , besar, dan mewah.
10) Jataruparajata-patiggahana veramani.
Menghindari menerima emas dan perak
(yang juga berarti “uang”).