Dokumen tersebut membahas tentang Māyā Tattwa dalam filsafat Hindu. Māyā Tattwa berarti filsafat tentang segala sesuatu yang bersifat semu atau khayalan. Māyā sendiri mengacu pada segala sesuatu yang selalu berubah sesuai waktu, tempat, dan keadaan. Menurut ajaran Hindu, alam semesta dan semua makhluk berada dalam siklus penciptaan dan kemusnahan yang berulang, diatur oleh huk
4. Kata Māyā adalah istilah dalam bahasa sanskerta yang berarti
semu atau khayalan, sedangkan tattwa dalam hubungan ini
dapat diartikan filsafat. Jadi secara singfkat, “Māyā tattwa” itu
bermakna filsafat tentang segala sesuatu yang bersifat semu
atau khayalan/illusion
“ “
Pengertian Māyā Tattwa
Adapun yang dimaksud “Māyā” dalam ajaran filsafat Hindu pada umumnya, ialah segala
sesuatu yang tidak kenal sifatnya dan selalu mengalami perubahan/evolusi menuruti
ketentuan waktu (kala), tempat (desa) dan keadaan (patra).
5. Dunia dengan segala isi dan variasinya ini selalu dalam
proses hukum evolusi / perubahan itu dan tidak ada
sesuatu pun dari elemen dunia ini yang luput dari pada
pengaruh hukum tersebut. Demikianlah pula kita
sebagai manusia dan makhluk lainnya yang hidup dan
menjadi bagian dari pada dunia ini pun juga tidak dapat
bebas dari pengaruhnya hukum perubahan evolusi itu,
misalnya kita selalu mengalami siang berganti malam,
panas bertukar dingin, hidup berakhir mati, susah-
senang berselingan, kecil menjelang besar dan lain
sebagainya.
6. Demikian pula sebaliknya, bahwa
segala sesuatu yang tidak terikat pada gejala-
gejala evolusi dari hukum perubahan di dunia ini
adalah kekal abadi sifat. Segala sesuatu yang
bersifat berubah-ubah, tentu mengalami masa
lahir atau terciptakan saat kematian atau hancur,.
dalam istilah Hinduisme masa penciptaan atau
saat kelahiran ini disebut “Srsti’’ adalah
‘’Brahma-diva’’ (siang hari Brahma) dan saat
pralaya adalah ‘’Brahma-Nakta’’ (malam hari
Brahma).
7. Hukum Perubahan
Dari Māyā Tattwa
Pada waktu Sthiti maka Prakrti atau Pradhana itu
selalu mengalami evolusi dan perubahan, sedangkan pada
waktu pralaya maka semua unsur Pradhana kembali ke
asalnya, dan tidak lagi mengalami evolusi. Menurut ajaran
filsafat Hindu bahwa Sthiti atau Brahma-diwa dan pralaya
atau Brahma-maka itu terjadinya berulang-ulang, namun
lamanya berlangsung Sthiti dan Pralaya itu telah di tentukan
pula oleh Tuhan sendiri.
9. Ketika bertemunya Pradhana dengan Purusa itulah
yang melahirkan Citta dan guna, Citta adalah wujud kasarnya
purusa. Guna adalah hasil Pradhana tattwa yang diberikan
kesadaran oleh Purusa, adapun guna itu ada tiga jenisnya
berbeda-beda, yaitu Sattwa, Rajah, Tamah. Itulah yang disebut
Tri Guna yang di pakai sebagai guna (kwalitas) oleh citta.
Demikianlah Citta sattwam, citta rajah, citta tamas.
10. Berdasarkan hal
tersebut pengaruh bagian-bagian
Tri Guna tersebut di atas beserta
dengan pengaruh unsur Cetana/
Purusa dan Acetana/
Pradhana/Prakrti itu masing-
masing, maka tingkatan
perkembangan alam pikiran atau
“Citta parinama vada”
11. KESIMPULAN
Kata Māyā adalah istilah dalam bahasa
sanskerta yang berarti semu atau
khayalan, sedangkan tattwa dalam
hubungan ini dapat diartikan filsafat.
Jadi secara singfkat, “Māyā tattwa” itu
bermakna filsafat tentang segala
sesuatu yang bersifat semu atau
khayalan/illusion.
Adapun yang dimaksud “Māyā” dalam
ajaran filsafat Hindu pada umumnya,
ialah segala sesuatu yang tidak kenal
sifatnya dan selalu mengalami
perubahan/evolusi menuruti ketentuan
waktu (kala), tempat (desa) dan
keadaan (patra).
Berdasarkan hal tersebut pengaruh bagian-bagian
Tri Guna tersebut di atas beserta dengan
pengaruh unsur Cetana/ Purusa dan Acetana/
Pradhana/Prakrti itu masing-masing, maka
tingkatan perkembangan alam pikiran atau “Citta
parinama vada”
Pada waktu “Srsti’’ maka Prakrti atau Pradhana
itu selalu mengalami evolusi dan perubahan,
sedangkan pada waktu pralaya maka semua unsur
Pradhana kembali ke asalnya, dan tidak lagi
mengalami evolusi. Menurut ajaran filsafat Hindu
bahwa “Srsti’’ atau Brahma-diwa dan pralaya atau
Brahma-maka itu terjadinya berulang-ulang,
namun lamanya berlangsung “Srsti’’ dan Pralaya
itu telah di tentukan pula oleh Tuhan sendiri.
01
02
03
04