6. ALAM SEMESTA
1. Hakikat /wujud asli Alam Semesta
RUPA =‘MATERI’ UNTUK BENDA
‘JASMANI’ UNTUK MAHLUK
NAMA = BATIN
TANAH - PADAT AIR - CAIR API - PANAS ANGIN - GERAK
HAKIKAT =
WUJUD DASAR,
WUJUD ASLI
7. Komponen yang menyusun hakikat alam semesta :
Materi (untuk makhluk disebut ‘jasmani’) = Rupa
Batin(Nama), terdiri dari:
1) Perasaan (Vedana)
2) Pencerapan(Sañña) Cetasika
3) Bentuk- bentuk pikiran (Savkhara)
4) Kesadaran (Viññana) Citta
Jadi, hakikatnya adalah: Citta,Cetasika,dan Rupa
16. Aristoteles dan Ptolomeus menyatakan bumi
tak bergerak serta dikelilingi oleh matahari
dan bintang;
Nicolaus Copernicus menyatakan bumi
berputar pada sumbunya, bumi beserta
planet lain mengelilingi matahari, bulan
mengelilingi bumi;
Galileo mendukung teori Copernicus bahwa
matahari sebagai pusat tata surya
Edwin Hubble membuktikan adanya galaksi di
luar Bimasakti (Milky Way)
17.
18.
19. Sistem Dunia tunggal (single-world system)
Sistem dunia yang beragam (multiple-world
system)
20. Alam semesta = sebuah piringan datar yang
disebut cakkavala;
Di tengah cakkavala terdapat Gunung Meru
dan enam gunung lain yang mengelilingi
cakkavala dan saling berhubungan.
Di antara gunung-gunung terdapat samudera,
salah satunya Mahasamudra dengan empat
benua,yaitu: di utara (Uttarakuru), selatan
(Jambudipa), timur (Pubbavideha), dan barat
(Aparayojana)
21.
22. Dalam Anguttara Nikaya Tikanipata Ananda
Vagga,bagian Abhibhu :
a. Sahassi Culanika-lokadhatu : 1.000 tata
surya
b. Dvisahassi Majjhimanika-lokadhatu :
1.000 x 1.000 = 1.000.000 tata surya;
c. Tisahassi Mahasahassi-lokadhatu :
1.000.000 x 1.000 = 1.000.000.000 tata
surya.
23. Ananda, apakah kau pernah mendengar tentang seribu
Culanika loka dhatu (tata surya kecil) ? .......
Ananda, sejauh matahari dan bulan berotasi pada garis
orbitnya, dan sejauh pancaran sinar matahari dan bulan di
angkasa, sejauh itulah luas seribu tata surya.
Di dalam seribu tata surya terdapat seribu matahari,
seribu bulan, seribu Sineru, seribu Jambudipa, seribu
Aparayojana, seribu Uttarakuru, seribu Pubbavidehana
....... Inilah, Ananda, yang dinamakan seribu tata surya
kecil (sahassi culanika lokadhatu). *
Ananda, seribu kali sahassi culanika lokadhatu dinamakan
"Dvisahassi majjhimanika lokadhatu".
Ananda, seribu kali Dvisahassi majjhimanika lokadhatu
dinamakan "Tisahassi Mahasahassi Lokadhatu".
Ananda, bilamana Sang Tathagata mau, maka ia dapat
memperdengarkan suara-Nya sampai terdengar di
Tisahassi mahasahassi lokadhatu, ataupun melebihi itu
lagi.
24. Dalam Anguttara Nikaya Tikanipata Ananda
Vagga, bagian Abhibhu diceritakan tentang :
A.Culanika – Lokadhatu
( Tata Surya Kecil )
Planet-planet yang mengelilingi
matahari
34. a. Utu Niyama
b. Bijja Niyama
c. Citta Niyama
d. Kamma Niyama
e. Dhamma
Niyama.
35. 2. HUKUM TERTIB KOSMIS (Pañca Niyāma)
A. UTU NIYĀMA = Hukum Tertib Temperatur / Lingkungan
B. BIJJA NIYĀMA = Hukum Tertib Benih / Biologis
C. KAMMA NIYĀMA = Hukum Tertib Sebab Akibat
Contoh :
Panas
Dingin
Temperatur Tubuh
Manusia ± 36°C
Contoh :
Contoh : Perbuatan Baik
Perbuatan Buruk
Hasil Baik
Hasil Buruk
36. D. CITTA NIYĀMA = Hukum Tertib Pikiran
- Telepati, kekuatan-kekuatan batin.
E. DHAMMA NIYĀMA = Hukum Tertib Terjadinya Persamaan
dari suatu gejala yang khas/ Hukum Tertib Fenomena
Adalah gabungan dari keempat hukum-hukum tertib.
Contoh :
-Hukum Gravitasi
-Hukum Relativitas ( E = m.c² )
-Terjadinya gempa bumi, bunga bermekaran bukan
pada musimnya pada saat kelahiran Bodhisatta.
Contoh : ObjekSelalu ada- Pikiran
37. Hukum fisik anorganik (physical laws)
Mengatur fenomena musiman dari angin dan
hujan, perubahan musim, temperatur, energi
dan sebagainya;
38. Hukum biji-bijian atau fisik organik (biological
laws)
Mengatur proses pertumbuhan tanaman dari biji-
bijian, pertumbuhan sel dan pembentukan janin
39.
40. Hukum pikiran (psychic laws)
Mengatur proses kesadaran, kekuatan pikiran,
telepati, mata dewa, telinga dewa, kemampuan
mengingat kehidupan lampau, meramal dan
sebagainya;
41. Hukum perbuatan dan akibatnya (moral laws)
Mengatur akibat perbuatan baik dan buruk
yang dilakukan dengan sengaja (ada cetana
atau kehendak)
42. Hukum realita (the general laws of cause and
effect)
Mengatur gejala alam yang tidak diatur oleh
hukum lain contohnya yang terjadi pada saat
kelahiran terakhir Bodhisatta, parinibbana-
Nya Buddha, dan sebagainya
43. PAÑCA NIYĀMA merupakan Hukum yang
berlaku UNIVERSAL, mengatasi KEadaan,
wakTU dan temPAT
Berlaku terhadap SIAPA saja,
KAPAN saja, dan DIMANA saja
dalam keadaan BERKONDISI
PAÑCA NIYĀMA bukanlah
MAKHLUK , tapi merupakan
HUKUM
44.
45. Bahwa alam semesta adalah sistem yang
“berdenyut”, setelah mengembang secara
maksimal, lalu menciut dengan segala energi
yang ditekan pada suatu bentukan massa;
sedemikian besar sehingga menyebabkan
ledakan yang dikenal sebagai “ BIG BANG”
(dentuman besar), yang berakibat pelepasan
energi.
Dentuman Besar atau teori Big Bang,
dipercaya sebagai kejadian yang membentuk
alam semesta
48. MAKHLUK PERTAMA
A. MANUSIA PERTAMA DĪGHA NIKĀYA,
AGAÑÑA SUTTA
TUMIMBAL LAHIR DARI
ALAM ABHASSARA
LAHIR DI BUMI INI DALAM
JUMLAH YANG BANYAK
49. Suatu masa yang lama sekali, 'bumi ini belum
ada‘, umumnya makhluk hidup di alam dewa
Abhassara, dan ketika bumi mulai ber-evolusi
dalam pembentukan, alam Brahma kelihatan
dan masih kosong.
Mahluk alam Abhassara tersebut meninggal
dan terlahir kembali di alam Brahma, muncul
keinginan adanya makhluk lain;
Makhluk lain muncul kemudian meninggal
dan lahir di bumi, menjadi petapa dan dapat
mengingat kehidupan lampau;
50. Makhluk ?
Dari Alam Abhassara
Keadaan alam semesta (bumi) pada saat itu?
Diliputi cahaya yang terang benderang
Makanan?
Sari tanah dengan warna, bau, dan rasa yang khas
Akibat memakan terlalu banyak?
Lenyaplah cahaya yang terang dan muncul konstelasi
Setelah hidup dengan sari tanah?
Tubuh menjadi semakin padat, lalu saling merendahkan
Akibat saling merendahkan?
Sari tanah lenyap, kemudian muncul tumbuhan dari tanah
(bhumipappatiko), seperti cendawan
Setelah hidup dengan tumbuhan dari tanah?
Tubuh tertampak semakin indah, sehingga muncul sombong
dan congkak
51. Akibat sombong dan congkak?
Tumbuhan lenyap, muncul tumbuhan menjalar (badalata)
Setelah hidup dengan tumbuhan menjalar?
Tubuh semakin lebih indah sehingga muncul lagi sombong
dan congkak
Akibat semakin sombong dan congkak?
Tumbuhan menjalar lenyap, kemudian muncul tumbuhan
padi (sali) yang masak di alam terbuka, tanpa dedak dan
sekam, harum, dengan bulir-bulir yang bersih. Sore di petik,
pagi tumbuh lagi, demikian sebaliknya;
Setelah hidup dengan tumbuhan padi?
Tubuh padat dan jelas perbedaannya, wanita semakin jelas
kewanitaannya (itthilinga) dan bagi laki-laki nampak jelas
kelaki-lakiannya (purisalinga), mereka saling memperhatikan,
muncul nafsu indera mereka sehingga melakukan hubungan
kelamin
52. B. MAKHLUK PERTAMA DI ALAM SEMESTA
DIJELASKAN DALAM SAṀYUTTA NIKĀYA II, 178-193:
“TIDAK DAPAT DIPIKIRKAN AKHIR RODA TUMIMBAL LAHIR,
TIDAK DAPAT DIPIKIRKAN ASAL MULA MAKHLUK-MAKHLUK
YANG KARENA DILIPUTI OLEH KETIDAKTAHUAN (AVĪJJA) DAN
TERBELENGGU OLEH KEINGINAN RENDAH (TANHA)
MENGEMBARA KE SANA KEMARI.”
53. PEMBENTUKAN & KEHANCURAN PLANET
AṄGUTTARA NIKĀYA, SATTAKANIPĀTA, MAHĀVAGGO DUTIYO, BAGIAN
SATTASURIYA, MENCERITAKAN TENTANG KEHANCURAN BUMI
KIAMAT
KEHANCURAN SELURUH ALAM SEMESTA
DALAM ALAM SEMESTA SELALU
TERJADI KEHANCURAN PLANET, JUGA
PEMBENTUKAN PLANET BARU
KEHANCURAN PLANET / BUMI
54. Visuddhi magga (Bab XIII, 28-65)
(Angguttara Nikaya IV, 100);
Satta Suriya Sutta
55. Visuddhi magga (Bab XIII, 28-65) setelah
kemunculan Buddha terakhir (Buddha
Metteyya) muncul awan tebal yang menyirami
seratus milyar tata surya (Kotisatasahassa
cakkavalesu) yang disebabkan oleh api, air,
dan angin;
56. Anguttara Nikaya IV, 100; Sattakanipata dan Satta Suriya Sutta
Muncul tujuh matahari (karena garis edar tata surya kita akan
bersilangan dengan garis orbit tata surya lain) yang
menghancurkan bumi;
Suatu masa tidak akan ada hujan = tanaman kering dan mati
Muncul matahari ke- 2 = sungai dan danau kecil surut,
kering
Muncul matahari ke- 3 = semua sungai besar surut
Muncul matahari ke- 4 = semua danau besar surut
Muncul matahari ke- 5 = semua air di maha samudera surut
hingga semata kaki
Muncul matahari ke- 6 = Bumi dengan Gunung Sineru
mengeluarkan asap
Muncul matahari ke- 7 = Bumi dengan Gunung Sineru akan
terbakar sampai sebelum alam Abhassara
57. Kehancuran Alam Semesta karena Api
Anguttara Nikaya IV, 100; Sattakanipata dan Satta Suriya Sutta
Muncul tujuh matahari (karena garis edar tata surya kita akan bersilangan dengan
garis orbit tata surya lain) yang akan menghancurkan bumi;
58. Bhikkhu, akan tiba suatu masa setelah bertahun-
tahun, ratusan tahun, ribuan tahun, atau ratusan ribu
tahun, tidak ada hujan. Ketika tidak ada hujan, maka
semua bibit tanaman seperti bibit sayuran, pohon
penghasil obat-obatan, pohon-pohon palem dan
pohon-pohon besar di hutan menjadi layu, kering dan
mati .....
59. Para bhikkhu,
selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu waktu
di akhir masa yang lama, matahari kedua
muncul. Ketika matahari kedua muncul, maka
semua sungai kecil dan danau kecil surut, kering
dan tiada .....
60. Para bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu
masa, suatu waktu di akhir masa yang lama,
matahari ketiga muncul. Ketika matahari ketiga
muncul, maka semua sungai besar, yaitu sungai
Gangga, Yamuna, Aciravati, Sarabhu, dan Mahi
surut, kering dan tiada .
61. Para bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu
masa, suatu waktu di akhir masa yang lama,
matahari keempat muncul. Ketika matahari
keempat muncul, maka semua danau besar
tempat bermuaranya sungai-sungai besar,
yaitu danau Anotatta, Sihapapata, Rathakara,
Kannamunda, Kunala, Chaddanta, dan
Mandakini surut, kering dan tiada .....
62. Para bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu
waktu di akhir masa yang lama, matahari kelima
muncul. Ketika matahari kelima muncul, maka air
maha samudra surut 100 yojana*, lalu surut 200
yojana, 300 yojana, 400 yojana, 500 yojana, 600 yojana
dan surut 700 yojana. Air maha samudra tersisa
sedalam tujuh pohon palem, enam, lima, empat, tiga,
dua pohon palem, dan hanya sedalam sebatang pohon
palem. Selanjutnya, air maha samudra tersisa sedalam
tinggi tujuh orang, enam, lima, empat, tiga, dua dan
hanya sedalam tinggi seorang saja, lalu dalam airnya
setinggi pinggang, setinggi lutut, hingga airnya surut
sampai sedalam tinggi mata kaki.
63. Para bhikkhu, bagaikan di musim rontok,
ketika terjadi hujan dengan tetes air hujan
yang besar, mengakibatkan ada lumpur di
bekas tapak-tapak kaki sapi, demikianlah
dimana-mana air yang tersisa dari maha
samudra hanya bagaikan lumpur yang ada di
bekas tapak-tapak kaki sapi.
64. Para bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa,
suatu waktu di akhir masa yang lama, matahari
keenam muncul. Ketika matahari keenam muncul,
maka bumi ini dengan gunung Sineru sebagai raja
gunung-gunung, mengeluarkan, memuntahkan dan
menyemburkan asap. Para bhikkhu, bagaikan
tungku pembakaran periuk yang mengeluarkan,
memuntahkan dan menyemburkan asap, begitulah
yang terjadi dengan bumi ini.
65. Demikianlah, para bhikkhu, semua bentuk
(sankhara) apa pun adalah tidak kekal, tidak
abadi atau tidak tetap. Janganlah kamu merasa
puas dengan semua bentuk itu, itu menjijikkan,
bebaskanlah diri kamu dari semua hal.
66. Para bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa,
suatu waktu di akhir masa yang lama, matahari
ketujuh muncul. Ketika matahari ketujuh muncul,
maka bumi ini dengan gunung Sineru sebagai raja
gunung-gunung terbakar, menyala berkobar-kobar,
dan menjadi seperti bola api yang berpijar. Cahaya
nyala kebakaran sampai terlihat di alam Brahma,
demikian pula dengan debu asap dari bumi dengan
gunung Sineru tertiup angin sampai ke alam
Brahma.
67. Bagian-bagian dari puncak gunung Sineru
setinggi 1, 2, 3, 4, 5 ratus yojana terbakar dan
menyala ditaklukkan oleh amukan nyala yang
berkobar-kobar, hancur lebur. Disebabkan oleh
nyala yang berkobar-kobar bumi dengan
gunung Sineru hangus total tanpa ada bara
maupun abu yang tersisa. Bagaikan mentega
atau minyak yang terbakar hangus tanpa sisa.
Demikian pula bumi maupun debu tidak tersisa
sama sekali.
69. Alam semesta diliputi kegelapan hingga
muncul awan besar, hujan turun perlahan
kemudian bertambah besar dan menyirami
tempat bekas terbakar pada seratus milyar
tata surya sampai menjadi terendam.
Kemudian angin (energi) di sekelilingnya
muncul dan menekan serta membulatkannya,
sehingga membentuk alam yang diawali dari
alam Maha Brahma
70. Empat asankheyya = satu maha kappa yaitu :
Periode waktu munculnya awan yang mengawali kehancuran
kappa sampai apinya padam disebut satu Asankheyya, dan
disebut masa penyusutan (contraction/pali: samvatto).
Setelah padamnya api sampai timbulnya awan besar
pemulihan yang menyirami seratus milyar tata-surya
merupakan Asankheyya kedua, dan disebut masa setelah
penyusutan (samvattathayi).
Periode setelah pemulihan sampai munculnya bulan dan
matahari merupakan asankheyya ketiga dan disebut
pengembangan (expansion/vivatto).
Periode setelah munculnya bulan matahari sampai munculnya
awan yang mengawali kehancuran merupakan asankheyya
keempat dan disebut masa setelah ekspansi (vivatthayi).
71. 1. Samvatta-kappa
2. Samvattathaayi
3. Vivatta-kappa
4. Vivattathaayi
.
Setelah padamnya api sampai timbulnya awan
besar pemulihan yang menyirami seratus milyar
tata-surya merupakan Asankheyya kedua, dan
disebut masa setelah penyusutan
Periode setelah pemulihan sampai munculnya
bulan dan matahari merupakan asankheyya
ketiga dan disebut pengembangan.
.
Periode Pembentukan dan Kehancuran Alam
Semesta yang disebabkan karena api
Periode waktu munculnya awan yang mengawali
kehancuran kappa sampai apinya padam disebut
satu Asankheyya, dan disebut masa penyusutan
Periode setelah munculnya bulan matahari sampai
munculnya awan yang mengawali kehancuran
merupakan asankheyya keempat dan disebut masa
setelah ekspansi
72. Muncul awan kaustik yang maha besar
(kharudaka);
Hujan perlahan, kemudian bertambah besar
sampai menyirami seratus milyar tata surya,
setelah tersentuh air kaustik, bumi gunung
dan sebagainya mencair dan semua air yang
timbul ditunjang oleh angin (energi).
Air merendam bumi sampai alam jhana kedua
terus naik hingga ke alam jhana ketiga yang
lebih rendah dan berhenti sebelum sampai di
alam Subhakinha;
74. Alam semesta diliputi kegelapan hingga
muncul awan besar, air kaustik menyusut di
seratus milyar tata surya. Kemudian angin
(energi) di sekelilingnya muncul dan menekan
serta membulatkannya, sehingga membentuk
alam yang diawali dari alam Subhakinha;
75. Empat asankheyya = satu maha kappa yaitu :
Periode waktu munculnya awan yang mengawali kehancuran
kappa sampai air kaustik surut disebut satu Asankheyya, dan
disebut masa penyusutan (contraction/pali: samvatto).
Setelah surutnya air kaustik sampai timbulnya awan besar
pemulihan yang menyirami seratus milyar tata-surya
merupakan Asankheyya kedua, dan disebut masa setelah
penyusutan (samvattathayi).
Periode setelah pemulihan sampai munculnya bulan dan
matahari merupakan asankheyya ketiga dan disebut
pengembangan (expansion/vivatto).
Periode setelah munculnya bulan matahari sampai munculnya
awan yang mengawali kehancuran merupakan asankheyya
keempat dan disebut masa setelah ekspansi (vivatthayi).
76. Muncul angin ;
Pertama muncul angin yang menerbangkan debu
(flue) kasar, flue halus lalu pasir halus, pasir kasar,
kerikil, batu sampai mengangkat batu sebesar batu
nisan dan pohon-pohon besar tertiup ke angkasa,
hancur berkeping-keping dan musnah;
Kemudian angin muncul dari bawah permukaan bumi
dan membalikkan bumi melemparnya ke angkasa
hingga hancur berkeping-keping lalu musnah;
Gunung di tatasurya dan gunung Sineru tercabut ke
luar angkasa saling bertumbukan hingga berkeping-
keping lalu lenyap;
Angin menghancurkan bumi sampai alam vehapphala
78. Alam semesta diliputi kegelapan hingga
muncul awan besar, angin mereda. Kemudian
angin (energi) di sekelilingnya muncul dan
menekan serta membulatkannya, sehingga
membentuk alam yang diawali dari alam
Subhakinha;
79. Empat asankheyya = satu maha kappa yaitu :
Periode waktu munculnya awan yang mengawali kehancuran
kappa sampai angin mereda disebut satu Asankheyya, dan
disebut masa penyusutan (contraction/pali: samvatto).
Setelah surutnya air kaustik sampai timbulnya awan besar
pemulihan yang menyirami seratus milyar tata-surya
merupakan Asankheyya kedua, dan disebut masa setelah
penyusutan (samvattathayi).
Periode setelah pemulihan sampai munculnya bulan dan
matahari merupakan asankheyya ketiga dan disebut
pengembangan (expansion/vivatto).
Periode setelah munculnya bulan matahari sampai munculnya
awan yang mengawali kehancuran merupakan asankheyya
keempat dan disebut masa setelah ekspansi (vivatthayi).
80. Kemunculan Matahari kedua dstnya:
- Pengenalan binary system.
- Binary system ada yang hingga 6 matahari saling
mengorbit
Jenis-jenis binary system:
- Biner Visual yaitu suatu
pasangan bintang yang
nampak besar dan dapat
dilihat walaupun kita hanya
menggunakan teleskop kecil,
contoh: Sirius.
81. Pada kehancuran karena angin, partikel-
partikel terangkat dan berbenturan di
angkasa hingga hancur dan lenyap.
Kemungkinan kehancuran yang mirip dengan
ini hanya terjadi pada
benturan dua galaksi
yang ada di alam
semesta.
82. Kehancuran karena angin adalah
kehancuran yang paling dahsyat
dan spektakuler.
Secara iseng-iseng Alan Toomre
dari joint institute for laboratory
of astrophysics di Colorado,
membuat simulasi yang
menggambarkan kedahsyatan
tabrakan galaksi:
83. Kehancuran karena air agak sukar
diselidiki, karena kesulitan melihat air
yang ada di alam semesta.
Dugaan kehancuran karena air mungkin
bisa diasumsikan sebagai fase galaksi
yang tidak dapat dijelaskan,
umpamanya galaksi BL Lac.
BL Lac adalah galaksi ellips yang tidak
memiliki gas dan debu pembentuk,
intensitas pancaran cahayanya
berubah-ubah dalam periode tertentu.
84. Lobha (keserakahan) = hancur oleh air;
Dosa (kebencian) = hancur oleh api;
Moha (kegelapan batin) = hancur oleh angin,
85. 1 sampai 7 oleh api, 8 oleh air;
9 hingga 15 oleh api, 16 oleh air;
17 hingga 23 oleh api, dstnya ;
Setelah kehancuran ke 56 oleh air,
lalu 57 hingga 63 oleh api, ke 64 oleh angin,
setelah itu mulai lagi hitungan satu
Setelah 7 kali hancur oleh api,
kemudian hancur oleh air sampai 7 kali,
kemudian hancur oleh angin sampai 7 kali
86. Definisi Kappa:
a) Maha Kappa. Umur bumi dari terbentuk
sampai hancur.
b) Asankkheyya Kappa. Jumlah kappa yg tidak
terhitung dalam konteks perjuangan parami
bodhisatta atau ¼ maha kappa = 20 antara
kappa.
c) Antara Kappa. Jarak waktu umur manusia rata-
rata 10 tahun kemudian naik dan turun lagi
menjadi rata-rata 10 tahun.
87. a) Perumpamaan batu karang
Panjang=1 Yojana
Lebar = 1 Yojana
Tinggi = 1 Yojana
1 Yojana = 1,6 km atau 1600m
Batu karang tersebut di gosok dengan kain sutera
100 tahun sekali sampai batu karang tsb hancur.
88. Jika sebuah batu karang akan habis tergosok kira-kira
sebesar 1 mm kubik setelah 10.000 kali gosokan.
Maka, batu setebal 1 mil kubik ( 1,6 x 10 6)3 yang
digosok setiap 100 tahun sekali lamanya adalah :
4,096 x 10 18 mm 3 x 10.000 gosokan x 100 tahun
= 4,096 x 10 23 tahun
= 409.600.000.000.000.000.000.000 tahun
Itulah kira-kira lamanya umur bumi.
89. Panjang =1Yojana
Lebar = 1 Yojana
Tinggi = 1 Yojana
1 Yojana = 1,6km / 1600 meter
Kemudian kotak itu di isi oleh satu biji sesawi
setiap 100 tahun sekali sampai penuh.
90. Satu mil (1,6 km) = 1.600.000 mm = 1,6 x 10 6 mm
Satu mil kubik = ( 1,6 x 10 6)3 = 4,096 x 10 18 mm 3
Ukuran biji mustrad /sesawi = 3mm x 3mm x 3mm= 27 mm 3
Jadi, banyaknya biji mustrad /sesawi dalam satu mil kubik=
4,096 x 10 18 mm 3 / 27 mm 3 = 1,517 x 10 16 butir
Bila biji mustard tersebut diambil 1 butir setiap 100 tahun,
maka lamanya Maha Kappa adalah :
1,517 x 1016 x 100 tahun = 1,517 x 10 18 tahun
1 Asankheya Kappa adalah = 1,517 x 10 18 tahun/4
= 3,793 x 10 17 tahun
= 379.300.000.000.000.000 tahun
91. SIKLUS MORAL MANUSIA
BERHUBUNGAN DENGAN RATA-RATA UMUR MANUSIA
MORAL
MORAL
UMUR RATA-RATA MANUSIA
UMUR RATA-RATA MANUSIA
SIKLUS UMUR MANUSIA
MASA KELAHIRAN SAMMĀSAMBUDDHA GOTAMA
MASA KELAHIRAN SAMMĀSAMBUDDHA METTEYA
MASA KELAHIRAN PACCEKA BUDDHA
MASA KELAHIRAN SAMMĀSAMBUDDHA
UMUR RATA-RATA MANUSIA 100 TAHUN
UMUR RATA-RATA MANUSIA 80.000 TAHUN
UMUR RATA-RATA MANUSIA 10 – 100 TAHUN
UMUR RATA-RATA MANUSIA 100 – 100.000 TAHUN
1 ANTARA KAPPA
1 KAPPA ( UMUR BUMI )
1 SIKLUS MORAL ( UMUR RATA-RATA 10 TAHUN S/D UMUR RATA-RATA 10 TAHUN )
± 80 ANTARA KAPPA
10 THN 10 THN 10 THN 10 THN
AJARAN BUDDHA TIDAK DIKENAL ANTARA KAPPA ANTARA KAPPA
MORAL TURUN MORAL NAIK MORAL NAIK
S.S.B GOTAMA
100 THN
100.000 THN
100 THN 100 THN
100 THN 100 THN
100 THN
100.000 THN
100.000 THN
100.000 THN
100.000 THN
SAMMA
SAMBUDDHA
PACCEKA BUDDHA
S.S.B METTEYA
92. Selama bumi berproses terjadi siklus moral
yang berhubungan dengan panjangnya usia
manusia rata-rata pada waktu itu;
Usia manusia rata-rata dapat berlangsung
dari 100.000 tahun sampai kira-kira 10
tahun (terjadi pada ‘jaman Kaliyuga’)
Jarak umur manusia antara rata-rata 10
tahun sampai dengan 10 tahun lagi disebut
satu ‘antara kappa’.
93. Terdapat enam macam kappa, yaitu :
1. Maha kappa;
2. Asankhyeyya kappa;
3. Antara kappa;
4. Ayu kappa;
5. Hayana kappa;
6. Vaddhana kappa.
94. Satu siklus dunia yaitu siklus dari hancur, lalu terbentuk
hingga hancur kembali.
1 Maha Kappa = 4 Asankheyya Kappa
Pembagian Maha Kappa
Subba kappa atau kappa kosong = tidak ada Buddha
Asubba kappa atau kappa tidak kosong= ada Buddha
Asubba Kappa (ada Buddha muncul) ada lima jenis :
o 1. Sara kappa = muncul satu Buddha
o 2. Manda kappa = muncul dua Buddha
o 3. Vara kappa = muncul tiga Buddha
o 4. Saramanda kappa = muncul empat Buddha
o 5. Bhadda kappa = muncul lima Buddha
95. 1 Asankheya Kappa adalah = 1,517 x 10 18
tahun/4 = 3,793 x 10 17 tahun
= 379.300.000.000.000.000 tahun
4 Asankheyya Kappa : 20 Antara Kappa
96. Selang waktu umur rata-rata manusia 10 tahun naik menjadi tak
terhitung dan turun kembali menjadi rata-rata 10 tahun
Macam antara kappa :
Penurunan umur kehidupan disebut hàyana kappa
Penurunan karena keserakahan sehingga kekurangan makanan
disebut dubbhikkhantara kappa atau kappa kelaparan.
Penurunan karena kebodohan yang menyebabkan wabah
penyakit disebut rogantara kappa atau kappa penyakit.
Penurunan karena kebencian yang menyebabkan saling bunuh
di antara sesama manusia dengan menggunakan senjata yang
disebut satthantara kappa atau kappa senjata
Tiga sebab ini membuat semua orang jahat akan binasa dalam
tujuh hari terakhir sebelum berakhirnya kappa.
Peningkatan umur kehidupan disebut vaddhana kappa
Meningkat kemudian menurunnya umur kehidupan disebut
antara kappa
97. Masa yang dihitung berdasarkan umur
kehidupan (àyu) pada masa itu.
Jika umur kehidupan adalah seratus tahun,
maka satu abad adalah satu àyu kappa.
Jika umur kehidupan adalah seribu tahun,
maka satu millenium adalah satu àyu kappa.
100. DALAM 1 BUMI, PALING BANYAK HANYA ADA 5 KELAHIRAN
SAMMĀSAMBUDDHA
DI BUMI KITA INI TERDAPAT 5 SAMMĀSAMBUDDHA
KAKUSANDHA KONĀGAMANA KASSAPA GOTAMA METTEYYA
SAMMĀSAMBUDDHA
PACCEKA BUDDHA
PACCEKA BUDDHA
PACCEKA BUDDHA
PACCEKA BUDDHA
UMUR
RATA-RATA
40.000 thn 30.000 thn 20.000 thn 80-100 thn 80.000 thn
101. Di alam semesta yang berkondisi,
Terdapat 31 dimensi (gelombang)
Yaitu:
A. Apaya 4
B. Manussa 1
C. Deva 6
D. Rupa Brahma 16
E. Arupa Brahma 4
102. Niraya Tiracchana Peta Asura
Manussa
Catumaharajika
Tavatimsa
Yama
Tusita
Nimmanarati
Parinimmita-Vasawati
Parisajja Purohita Maha Brahma
Parittabha Appamanabha Abhhassara
Parittasubha
Appamana
subha
Subhankinha
Vehapphala Asannasatta
Aviha
Atappa
Sudassa
Sudassi
Akanittha
Akasanancatana
Vinnanancayatana
Akincannayatana
Nevasannanasanna
yatana
Deva 6
Manusia 1
Apaya 4
Rupa Jhana 5
Rupa Jhana4
Rupa Jhana 2/3
Rupa Jhana1
Arupa Jhana 4
Suddhavassa 5
103. Tidak Terhingga Tidak Terhingga
75 tahun
9 juta tahun
36 juta tahun
144 juta tahun
576 juta tahun
2304 juta tahun
9.216 juta tahun
1/4 MK 1/2 MK 1 MK
2 MK 4 MK 8 MK
16 MK 32 MK 64 MK
500 MK 500 MK
1000 MK
2000 MK
4000 MK
8000 MK
16000 MK
20000 MK
40000 MK
60000 MK
84000 MK
Deva 6
Manusia 1
Apaya 4
Rupa Jhana 5
Rupa Jhana 4
Rupa Jhana 2/3
Rupa Jhana 1
Arupa Jhana 4
Suddhavassa
104. ALAM - ALAM KEHIDUPAN Batas Umur
4 - ARŪPA BHŪMI
(Alam Tanpa
Bentuk)
4. N'eva Saññā N'āsaññāyatanaBhūmi
3. Akiñcaññāyatana Bhūmi
2. Viññānañcāyatana Bhūmi
1. Ãkāsānañcāyatana Bhūmi
84.000 M.K.
60.000 M.K.
40.000 M.K.
20.000 M.K.
16 - RŪPABHŪMI
(Alam Bentuk)
Catuttha Jhāna
Bhūmi
Alam Jhāna IV
Suddhavassa Akanittha Bhūmi
Sudassi Bhūmi
Sudassa Bhūmi
Atappa Bhūmi
Aviha Bhūmi
16.000 M.K.
8.000 M.K.
4.000 M.K.
2.000 M.K.
1.000 M.K.
500 M.K.
500 M.K.
Asaññasatta Bhūmi
Vehapphala Bhūmi
Tatiya Jhāna Bhūmi
Alam Jhāna IV
Brahma Subhakinha Bhūmi
Brahma Appamãnasubha Bhūmi
Brahma Parittasubha Bhūmi
64 M.K.
32 M.K.
16 M.K.
Dutiya Jhāna Bhūmi
Alam Jhāna II/III
Brahma Abhassarā Bhūmi
Brahma Appamãnabhā Bhūmi
Brahma Parittābhā Bhūmi
8 M.K.
4 M.K
2 M.K.
Pathama Jhāna
Bhūmi
Alam Jhāna I
Mahā Brahma Bhūmi
Brahma Purohita Bhūmi
Brahma Pārisajja Bhūmi
1 A.K.
1/2 A.K.
1/3 A.K.
11 - KĀMABHŪMI
(Alam Nafsu)
Kāmasugati Bhūmi 7
(7 Alam Bahagia)
Deva Bhūmi 6
(Alam Dewa)
Paranimmitavasavatti Bhūmi
Nimmānarati Bhūmi
Tusitā Bhūmi
Yāmā Bhūmi
Tāvatimsa Bhūmi
Cātummahārājikā Bhūmi
16.000 T.S.
8.000 T.S.
4.000 T.S.
2.000 T.S.
1.000 T.S.
500 T.S
Manussa Bhūmi - Alam Manusia Tak Terbatas
Apāya Bhūmi 4 (4 Alam Menderita)
Asurakāya Bhūmi
Peta Bhūmi
Tiracchāna Bhūmi
Niraya Bhūmi
Tak Terbatas
Tak Terbatas
Tak Terbatas
Tak Terbatas
106. Jika 0 para siswa, beberapa butir debu yang berada di
ujung kuku dari jari-Ku ini, dibandingkan dengan
banyaknya debu yang ada di semesta alam ini, yang
manakah yang akan dikatakan lebih sedikit, dan yang
manakah lebih banyak?
Para siswa menjawab : Yang Mulia, debu yang ada di
ujung kuku itu yang lebih sedikit, dan debu yang ada di
semesta alam ini lebih banyak.
Kemudian YMS Buddha Gotama bersabda lagi :
Demikian juga, para siswa, mereka yang telah
meninggal dunia sangat sedikit sekali yang
bertumimbal-lahir di alam manusia dan di alam dewa,
laksana beberapa butir debu yang berada di ujung
kuku jari-Ku ini, dan mereka yang bertumimbal-lahir di
alam yang menyedihkan (APAYA) yaitu alam-alam
neraka, setan, binatang, raksasa asura) itu adalah
banyak sekali, laksana banyaknya debu di semesta
alam ini.
107. • Sutta Penyu Buta
• (Kanakacchapa Sutta)
Dalam sutta ini dijelaskan bahwa sulitnya
terlahir di alam manusia adalah lebih sulit
dibandingkan dengan sulitnya kemungkinan
seekor penyu buta yang muncul ke
permukaan laut hanya 100 tahun sekali dan
ketika muncul ke permukaan kepalanya
masuk ke dalam gelang-gelang yang
terapung di permukaan lautan.