3. "Para Bhikkhu, siapapun yang berkata
demikian 'Tanpa merealisasi kebenaran mulia
akan penderitaan sesuai sebagaimana adanya,
... tanpa merealisasi kebenaraan mulia akan
jalan menuju lenyapnya dukkha sesuai
sebagaimana adanya, saya akan mencapai
akhir dari dukkha' - Ini adalah tidak mungkin.
Saṁyutta Nikāya | Mahāvagga Pāḷi (Saṃyutta); hal. 394
kutagara sutta
‘‘Yo hi, bhikkhave, evaṃ vadeyya –
‘ahaṃ dukkhaṃ ariyasaccaṃ
yathābhūtaṃ anabhisamecca .pe.
dukkhanirodhagāminiṃ
paṭipadaṃ ariyasaccaṃ
yathābhūtaṃ anabhisamecca
sammā dukkhassantaṃ
karissāmī’ti – netaṃ ṭhānaṃ
vijjati.
.
4. "Para Bhikkhu, seseorang tidaklah mungkin menghancurkan
penderitaan (dukkha), tanpa mengetahui semua secara langsung,
tanpa memahami semua* sepenuhnya, tanpa memiliki
ketidaktertarikan terhadap semua, dan tanpa melepaskan semua.
"Tetapi, Para Bhikkhu, seseorang mungkin menghancurkan
penderitaan (dukkha), (setelah) mengetahui semua secara langsung,
memahami semua sepenuhnya, memiliki ketidaktertarikan terhadap
semua, dan melepaskan semua.
aparijananasuttam
Saṁyutta Nikāya | Saḷāyatanavagga Pāḷi; hal.249
.
‘‘Sabbaṃ, bhikkhave, anabhijānaṃ
aparijānaṃ avirājayaṃ appajahaṃ
abhabbo dukkhakkhayāya.
‘‘Sabbañca kho, bhikkhave, abhijānaṃ
parijānaṃ virājayaṃ pajahaṃ
bhabbo dukkhakkhayāya.
Vatthu Ārammaṇa Viññāṇa Phassa 18 Jenis Vedanā
Cakkhuvatthu Rūpārammaṇa Cakkhuviññāṇa Cakkhusamphassa Dukkhaṁ Sukhaṁ Adukkhamasukhaṁ
Sotavatthu Saddārammaṇa Sotaviññāṇa Sotasamphassa " " "
Ghānavatthu Gandārammaṇa Ghānaviññāṇa Ghānasamphassa " " "
Jihvāvatthu Rasārammaṇa Jivhāviññāṇa Jivhāsamphassa " " "
Kayāvatthu Phoṭṭhabbārammaṇa Kāyaviññāṇa Kāyasamphassa " " "
Hadayavatthu Dhammārammaṇa Manoviññāṇa Manosamphassa " " "
6 Phassa x 3 Vedanā = 18 Jenis Vedanā
semua*
5. Pāḷi : ‘‘Yo hi koci, āvuso, bhikkhu vā bhikkhunī vā
mama santike arahattappattiṃ byākaroti, sabbo
so catūhi maggehi, etesaṃ vā aññatarena.
1. Samathapubbaṅgamaṃ vipassanaṃ
bhāveti.
Ṭīkā - idaṃ samathayānikassa vasena vuttaṃ.
So hi paṭhamaṃ upacārasamādhiṃ vā
appanāsamādhiṃ vā uppādeti, ayaṃ samatho. So
tañca taṃsampayutte ca dhamme aniccādīhi
vipassati, ayaṃ vipassanā, iti paṭhamaṃ
samatho, pacchā vipassanā. Tena vuccati
‘‘samathapubbaṅgamaṃ vipassanaṃ bhāvetī’’ti.
yuganaddhasuttam
AN.IV.4.2.10
.
Pāḷi : "Āvuso, bhikkhu atau bhikkhunī manapun yang
menyatakan pencapaian kesucian arahat kepada Saya, semua
menyatakan melalui empat jalan, di antaranya;
1. Mengembangkan vipassanā diawali dengan
samatha.
Ṭīkā - "Di sini mengacu pada samathayānika. Ia pertama-
tama memunculkan upacārasamādhi atau appanāsamādhi,
ini adalah samatha. Ia kemudian merenungkan sifat anicca
dll pada samādhi itu beserta fenomena batin lain yang
berasosiasi dengan samādhi tersebut, ini adalah vipassanā.
Dengan demikian awalnya samatha kemudian vipassanā."
Samatha - kilese sametī'ti samatho | cittaṁ sametī'ti samatho |
vitakkādi oḷārikadhamme sametī'ti samatho
Vipassanā - visesena passatī'ti vipassanā | vividhena aniccādi
ākārena passatī'ti vipassanā
ARTI DARI
SAMATHA DAN
VIPASSANA
6. 2. Vipassanāpubbaṅgamaṃ
samathaṃ bhāveti.
Ṭīkā - idaṃ pana vipassanāyānikassa
vasena vuttaṃ. So taṃ vuttappakāraṃ
samathaṃ asampādetvā
pañcupādānakkhandhe aniccādīhi
vipassati.
3. Samathavipassanaṃ yuganaddhaṃ
bhāveti.
Aṭṭhakathā - Kathaṃ? Paṭhamajjhānaṃ
samāpajjati, tato vuṭṭhāya saṅkhāre
sammasati, saṅkhāre sammasitvā
dutiyajjhānaṃ samāpajjati. Tato vuṭṭhāya
puna saṅkhāre sammasati. Saṅkhāre
sammasitvā tatiyajjhānaṃ…pe…
nevasaññānāsaññāyatanasamāpattiṃ
samāpajjati, tato vuṭṭhāya saṅkhāre
sammasati.
2. Mengembangkan samatha diawali
dengan vipassanā
Ṭīkā - Ini mengacu pada vipassanāyānika. Ia
tidak masuk ke samatha yang sudah dijelaskan,
mencermati sifat anicca dll pada 5 agregat
kemelekatan.
3. Mengembangkan samatha dan
vipassanā secara berpasangan,
Aṭṭhakathā - Bagaimana? Masuk jhāna 1,
keluar dari jhāna tersebut, merenungkan
saṅkhāra, setelah merenungkan saṅkhāra,
masuk ke jhāna 2, keluar dari sana
merenungkan saṅkhāra lagi. Setelah
merenungkan saṅkhāra, masuk ke jhāna 3 ...
masuk ke jhāna 8, keluar dari sana lalu
merenungkan saṅkhāra.
7. 4. Dhammuddhaccaviggahitaṃ mānasaṃ hoti.
Pāḷi - Hoti so, āvuso, samayo yaṃ taṃ cittaṃ
ajjhattameva santiṭṭhati sannisīdati ekodi hoti
samādhiyati. Tassa maggo sañjāyati.
Aṭṭhakathā - Dhammuddhaccaviggahitanti
samathavipassanādhammesu
dasavipassanupakkilesasaṅkhātena uddhaccena
viggahitaṃ, suggahitanti attho.
4. Pikiran yang terpengaruhi oleh
'kegelisahan Dhamma'.
Pāḷi - Āvuso, Pada saat batin terkukuhkan dengan
baik, terselami dengan baik dan tertempatkan
dengan baik secara internal pada kemanunggalan.
Momen itu muncul dalam dirinya. Ia memahaminya
sebagai magga (pencerahan)
Aṭṭhakathā - Pikiran yang terpengaruhi oleh
'Kegelisahan Dhamma' artinya, kegelisahan yang
disebut sebagai 10 pengotor vipassanā menjerat
(batin meditator) terhadap fenomena samatha dan
vipassanā, terjerat dengan kuat itu maksudnya.
8. Taṃ sampādetukāmena
samathayānikena tāva ṭhapetvā
nevasaññānāsaññāyatanaṃ
avasesarūpārūpāvacarajjhānānaṃ
aññatarato vuṭṭhāya vitakkādīni
jhānaṅgāni, taṃsampayuttā ca
dhammā lakkhaṇarasādivasena
pariggahetabbā.
Pariggahetvā sabbampetaṃ
ārammaṇābhimukhaṃ namanato
namanaṭṭhena nāmanti
vavatthapetabbaṃ.
memulai dengan fenomena batin
samathayānika
Bagi mereka yang kendaraannya adalah konsentrasi
(samatha) dan ingin mencapai itu (diṭṭhivisuddhi),
setelah ia menyisakan jhāna 8, kemudian keluar dari
salah satu di antara jhāna sisanya yaitu jhāna 1 - 7, lalu
ia harus mencermati faktor-faktor jhāna seperti vitakka
dll dan fenomena-fenomena batin yg berasosiasi
dengannya (masing-masing jhāna tersebut) sesuai ciri,
fungsi, dll.
Setelah mencermati demikian, (lalu) ia harus
menetapkan semua (fenomena) ini sebagai, 'fenomena
batin', maksudnya adalah condong, karena condong
(mengacu/mengarah) ke objek.
9. Tato yathā nāma puriso antogehe
sappaṃ disvā taṃ anubandhamāno
tassa āsayaṃ passati, evameva ayampi
yogāvacaro taṃ nāmaṃ
upaparikkhanto ‘‘idaṃ nāmaṃ kiṃ
nissāya pavattatī’’ti pariyesamāno
tassa nissayaṃ hadayarūpaṃ passati.
Tato hadayarūpassa nissayabhūtāni,
bhūtanissitāni ca sesupādāyarūpānīti
rūpaṃ pariggaṇhāti. So sabbampetaṃ
ruppanato rūpanti vavatthapeti. Tato
namanalakkhaṇaṃ nāmaṃ,
ruppanalakkhaṇaṃ rūpanti saṅkhepato
nāmarūpaṃ vavatthapeti.
(Visuddhimagga-2, hal.2)
"Anatomy of the lungs and heart" by liverpoolhls
is licensed under CC BY-SA 2.0
Seperti seorang lelaki yang melihat ular di dalam rumah, setelah
mengikutinya, ia melihat sarangnya, dengan demikian di sini juga, saat
seorang meditator mencermati fenomena batin tersebut, mencari,
"fenomena batin ini kemunculannya bergantung pada apa?"
Setelahnya dia melihat (bahwa fenomena batin) itu bergantung pada
hadayavatthu, yang mana bergantung pada fenomena materi empat unsur
besar dan fenomena materi lainnya yang bergantung pada empat unsur
besar.
(Dengan demikian) Ia menentukan (vavatthapeti) bahwa semua
(fenomena materi itu) selalu berubah (ruppana), oleh sebab itu disebut
rūpa (fenomena materi).
Sementara karena memiliki ciri condong (ke objek) (namanalakkhaṇa),
oleh sebab itu disebut nāma (fenomena batin). Dengan demikian
menentukan (vavatthapeti) atau membedakan nāmarūpa secara singkat.
perumpamaan mencari landasan
10. Duvidhañhi kammaṭṭhānaṃ –
rūpakammaṭṭhānaṃ,
arūpakammaṭṭhānañca. Rūpapariggaho,
arūpapariggahotipi etadeva vuccati.
Tattha bhagavā yassa rūpaṃ pākaṭaṃ,
tassa saṅkhepamanasikāravasena vā
vitthāramanasikāravasena vā
catudhātuvavatthānaṃ vitthārento
rūpakammaṭṭhānaṃ katheti.
rupakammatthana
Terdapat 2 jenis kammaṭṭhāna -
rūpakammaṭṭhāna (rūpapariggaha) dan
arūpakammaṭṭhāna (arūpapariggaha).
Saat Sang Buddha menjelaskan tentang
cara melatih rūpakammaṭṭhāna,
Beliau menjelaskan meditasi 4 unsur
(catudhātuvavatthāna) dengan cara
singkat dan cara detail.
Mahāvagga Aṭṭhakathā (Dīgha); 314
. .
bagi vipassanayanika dimulai dari mana?
11. ‘‘Puna caparaṃ, bhikkhave,
bhikkhu imameva kāyaṃ
yathāṭhitaṃ
yathāpaṇihitaṃ dhātuso
paccavekkhati – ‘atthi
imasmiṃ kāye pathavīdhātu
āpodhātu tejodhātu
vāyodhātū’ti.
cara singkat
Menurut Mahāsatipaṭṭhānasuttaṃ
DN II. 9
Kemudian Para Bhikkhu,
bagaimana pun tubuh diposisikan,
bagaimanapun tubuh diletakkan,
seorang bhikkhu merenungkan unsur-
unsur di dalam tubuh ini,
'di dalam tubuh ini terdapat unsur
tanah, unsur angin, unsur api, dan
unsur air.'
12. cara detail
Menurut Mahāhatthipadopamasuttaṃ
"Katamā cāvuso, pathavīdhātu? Pathavīdhātu siyā
ajjhattikā, siyā bāhirā. Katamā cāvuso, ajjhattikā
pathavīdhātu? Yaṃ ajjhattaṃ paccattaṃ kakkhaḷaṃ
kharigataṃ upādinnaṃ, seyyathidaṃ – kesā lomā
nakhā dantā taco...."
"Para āvuso, apa yang dimaksud dengan unsur tanah?
Para āvuso terdapatlah unsur tanah internal dan unsur
tanah eksternal.
Para āvuso apakah yang dimaksud dengan unsur tanah
internal, unsur tanah apapun yang terdapat di dalam
tubuh sendiri, yang bergantung pada tubuh sendiri,
yang keras dan kasar, yang dilekati merupakan unsur
tanah internal. Yang manakah unsur tanah ini?
rambut, bulu badan, kuku, gigi, kulit, ..."
MN I. 28
http://freedesign
f
ile.com/
13. di tubuh ini :
apapun yang keras dan kasar
adalah unsur tanah,
apapun yang mengalir dan
merekat adalah unsur air,
apapun yang mematangkan
dan panas adalah unsur api,
apapun yang mendorong dan
menopang adalah unsur angin.
kesimpulan
visuddhimagga
cara melatih meditasi empat unsur
14. yang dilatih di pa-auk tawya
bersesuaian dengan Dhammasaṅgaṇī
Unsur Tanah Unsur Air Unsur Api Unsur Angin
1. Keras 4. Lunak 7. Mengalir 9. Panas 11. Mendorong
2. Kasar 5. Halus 8. Merekat 10. Dingin 12. Menyokong
3. Berat 6. Ringan
15. 1. Berurutan
2. Tidak terlalu cepat
3. Tidak terlalu lambat
4. Menyingkirkan gangguan
5. Melampaui konsep
6. Melewatkan yang tidak jelas
7. Mencermati ciri
8. Berdasarkan Adhicitta Sutta
(A.III.II.v.11 atau Nimitta Sutta)
9. Berdasarkan Sītibhāva Sutta (A.VI.IX.1)
10. Berdasarkan Bojjhaṅga Sutta
(S.V.II.vi.3 atau Aggi Sutta)
10 ketentuan
Visuddhimagga Mahāṭīkā - 1 Catudhātuvavatthānabhāvanā
1. Anupubbato
2. Nātisīgahito
3. Nātisaṇikato
4. Vikkhepapaṭibāhanato
5. Paṇṇattisamatikkamanato
6. Anupaṭṭhānamuñcanato
7. Lakkhaṇato
8-10. Tayo ca suttantāti
yang harus diperhatikan dalam meditasi 4 unsur
16. Dikarenakan merupakan penggabungan
dari unsur tanah, air, api, angin, warna,
bau, rasa, sari nutrisi, unsur daya hidup,
dan unsur translusens, 5 jenis fenomena
materi translusens : mata, telinga, hidung,
lidah, dan tubuh, jernih seperti
permukaan cermin (cermin kuningan)
tubuh translusens
Visuddhimagga - 2 hal. 81
Cakkhādipañcavidhaṃ rūpādīnaṃ
gahaṇapaccayabhāvena ādāsatalaṃ viya
vippasannattā pasādarūpaṃ
17. mencermati rupa
1. Mencermati fenomena materi internal :
a. Mencermati unsur tanah, air, api, angin,
warna, bau, dan sari nutrisi di setiap
rūpakalāpa.
b. Mencermati fenomena materi unsur
translusens mata, telinga, hidung, lidah,
dan tubuh di dalam rūpakalāpa yang
translusens.
c. Mencermati fenomena materi daya
hidup, penentu kelamin dan landasan
batin (hadayavatthu), di dalam
rūpakalāpa yang non-translusens.
d. Mencermati fenomena materi yang
terdapat di dalam rūpakalāpa yang
dihasilkan oleh pikiran, nutrisi dan suhu.
e. Mencermati fenomena materi yang
terdapat di organ mata, telinga, hidung,
lidah, seluruh tubuh dan di sekitar organ
jantung. (contoh : lihat tabel)
f. Mencermati fenomena materi di seluruh
42 bagian tubuh internal.
2. Mencermati fenomena materi
eksternal.
3. Perenungan akan fenomena materi
internal dan ekternal sebagai "rūpa
dhamma.. rūpa dhamma..".
Visuddhimagga 2 | Diṭṭhivisuddhi
18. Jenis
Cakkhudasaka
kalāpa
Kāyadasaka
kalāpa
Bhāvadasaka
kalāpa
Jīvitanavaka
kalāpa
Aṭṭhamaka kalāpa
Kualitas translusens translusens non-translusens non-translusens non-translusens non-translusens non-translusens
Asal kamma kamma kamma kamma pikiran suhu nutrisi
Fungsi
landasan/pintu
masuk proses
melihat
landasan/ pintu
masuk proses
sentuhan
penentu jenis
kelamin
1 tanah tanah tanah tanah tanah tanah tanah
2 air air air air air air air
3 api api api api api api api
4 angin angin angin angin angin angin angin
5 warna warna warna warna warna warna warna
6 bau bau bau bau bau bau bau
7 rasa rasa rasa rasa rasa rasa rasa
8 sari nutrisi sari nutrisi sari nutrisi sari nutrisi sari nutrisi sari nutrisi sari nutrisi
9 daya hidup daya hidup daya hidup daya hidup
10 transluses mata translusens tubuh bhāva rūpa
fenomena-fenomena materi
pada organ mata
19. 42 bagian tubuh
untuk c
a
r
a
det
a
il d
a
l
a
m mengemb
a
ngk
a
n medit
a
si 4 elemen
20 bagian dimana Unsur Tanah dominan | 5 dalam 4 set
I II III IV
1. Kesā - rambut 6. Maṁsaṁ - daging 11. Hadayaṁ - jantung 16. Antaṁ - usus
2. Lomā- bulu badan 7. Nhāru - otot 12. Yakanaṁ - hati 17. Antagunaṁ - mesenteri
3. Nakhā - kuku 8. Aṭṭhi - tulang 13. Kilomakaṁ - selaput 18. Udariyaṁ - isi lambung
4. Dantā - gigi 9. Aṭṭhimiñjaṁ - sum-sum tulang 14. Pihakaṁ - limpa 19. Karīsaṁ - feses
5. Taco - kulit 10. Vakkaṁ - ginjal 15. Papphāsaṁ - paru-paru 20. Matthaluṅgaṁ - otak
12 bagian dimana Unsur Air dominan| 6 dalam 2 set
I II
21. Pittaṁ - empedu 24. Lohitaṁ - darah 27. Assu - air mata 30. Siṅghāṇikā - ingus/mukus
22. Semhaṁ - dahak 25. Sedo - keringat 28. Vasā - minyak 31. Lasikā - pelumas sendi
23. Pubbo - nanah 26. Medo - lemak 29. Kheḷo - air liur 32. Muttaṁ - urin
20. 4 bagian dimana Unsur Api dominan
1. Santappana tejo panas yang menghangatkan tubuh
2. Jīrana tejo panas yang menyebabkan tumbuh dewasa dan menjadi tua
3. Daha tejo panas dari demam
4. Pācaka tejo panas dari sistem pencernaan (mode dari jīvita navaka kalāpa)
6 komponen dimana Unsur Angin dominan
1. Uddhaṅgama vātā angin yang mendorong keatas
2. Adhogama vātā angin yang mendorong kebawah
3. Kucchisaya vātā angin yang ada di daerah perut diluar usus
4. Koṭṭhasaya vātā angin di dalam usus
5. Aṅgamangānusarino vātā angin yang meliputi anggota-anggota badan,
6. Assāsa passāsaso nafas masuk dan nafas keluar
21. 12 Karakteristik
12 Karakteristik
4 Unsur 10 Kemahiran
Upacāra Samadhi ( Cittavisuddhi)
Tubuh Translusens
Terurai
Rūpakālapa
Mencermati rūpa satu persatu
22. Nānādhātuyo vinibbhujitvā ghanavinibbhoge
kate anattalakkhaṇaṃ yāthāvasarasato
upaṭṭhāti.
Dengan penguraian hingga menjadi bermacam-
macam unsur, kepadatan (materi dan batin)
teruraikan.
Saat kepadatan materi dan batin itu teruraikan,
sifat alami dari anatta (bukan diri) akan muncul.
(Visuddhimagga-2; 276)
4 Jenis Kepadatan:
1. Santatighana - kepadatan keberlangsungan,
2. Samūhaghana - kepadatan agregat/ gabungan,
3. Kiccaghana - kepadatan fungsi,
4. Ārammaṇaghana (khusus kepadatan batin) -
kepadatan subjek.
23. Rūpa Nāma
Menguraikan hingga melihat
Santatighana -
kepadatan
keberlangsungan
Rūpakalāpa (konsep terkecil). Nāmakalāpa.
Samūhaghana -
kepadatan agregat/
gabungan
Paramattha Rūpa (fenomena
materi hakiki) di setiap Rūpakalāpa.
Paramattha Nāma (fenomena batin
hakiki) di setiap proses batin.
Kiccaghana - kepadatan
fungsi
Lakkhaṇa - Ciri Lakkhaṇa - Ciri
Rasa - Fungsi Rasa - Fungsi
Paccupaṭṭhāna - Manifestasi Paccupaṭṭhāna - Manifestasi
Padaṭṭhāna - Penyebab Terdekat Padaṭṭhāna - Penyebab Terdekat
Ārammaṇaghana -
kepadatan subjek.
--
Menguraikan bahwa batin yang ber-
vipassanā juga hanya merupakan
rangkaian fenomena batin hakiki
(bukan aku).
24. Baik internal maupun eksternal seluruh materi di segenap
alam, hanya merupakan :
kammajarūpa - fenomena materi hasil kamma,
cittajarūpa - fenomena materi hasil pikiran ,
utujarūpa - fenomena materi hasil temperatur,
āhārajarūpa - fenomena materi hasil nutrisi.
kesimpulan