Rencana Kontinjensi LSD di Indonesia - Ditjen PKH & AIHSP - 6 Agustus 2021
1. Rencana Kontinjensi
Lumpy Skin Disease (LSD)
di Indonesia
Drh TRI SATYA PUTRI NAIPOSPOS MPhil PhD
Komisi Ahli Keswan, Kesmavet dan Karantina Hewan
Webinar Kesiapsiagaan Lumpy Skin Disease (LSD) Seri 3
8 Agustus 2021
2. Apa itu Rencana Kontinjensi?
▰ Rencana untuk memastikan bahwa suatu negara atau wilayah negara
dipersiapkan untuk keadaan darurat;
▰ Rencana Kontinjensi terdiri dari:
▻ informasi tentang sumber daya, aspek legislatif dan administratif;
▻ deskripsi mengenai kebijakan, strategi dan prosedur untuk langkah-
langkah pengendalian penyakit yang efektif terhadap ancaman
besar dari satu atau lebih penyakit hewan lintas batas
(transmissible animal diseases).
2
3. Rencana Kontinjensi
▰ Prosesnya dinamis, fokus pada persiapan dan
fleksibel;
▰ Diintegrasikan ke dalam kegiatan perencanaan
operasional yang sedang berlangsung;
▰ Memberikan input yang berguna kepada pengelola
kedaruratan;
▰ Merupakan bagian integral dari kegiatan
kesiapsiagaan (preparedness).
▰ Tidak digunakan kalau wabah tidak terjadi.
3
4. Pentingnya Rencana Kontinjensi
▰ Tujuan memiliki Rencana Kontinjensi adalah untuk:
▻ mengurangi dampak wabah penyakit terhadap kesehatan
populasi hewan;
▻ meminimalkan kerugian ekonomi (akibat pemusnahan hewan
atau pembatasan lalu lintas hewan)
▻ meminimalkan gangguan perdagangan;
▻ meningkatkan perlindungan terhadap kesehatan masyarakat
pada kejadian wabah penyakit zoonotik.
4
5. Lingkup Rencana Kontinjensi
▰ Pra wabah: pencegahan dan kesiapsiagaan; Wabah: pengendalian dan pemberantasan
penyakit; Pasca wabah: repopulasi dan memperoleh kembali status kesehatan hewan di
tingkat nasional/internasional.
▰ Tantangan selama wabah seringkali bukan tantangan teknis (tetapi manajemen sumber
daya, hubungan masyarakat, manajemen informasi dan ketahanan).
▰ Tantangan pada pra wabah adalah pengambilan keputusan.
5
Pra wabah
(pre-epidemic) Wabah
(epidemic) Pasca wabah
(post epidemic)
‘Peace time’
‘War time’
‘Time of rehabilitation’
6. Tujuan Rencana Kontinjensi LSD
▰ Otoritas Veteriner di Pusat dan Daerah mampu menangani wabah LSD dengan
cepat dan efektif;
▰ Staf kesehatan hewan di semua tingkatan sepenuhnya menyadari peran dan
tanggung jawabnya selama wabah LSD serta terlatih dan kompeten dalam
menjalankan tugasnya;
▰ Masyarakat peternak sapi dan asosiasi yang relevan di mana pemerintah tidak
memiliki kendali langsung bersedia bekerja sama dengan Dinas Prov/Kab/Kota
dan membantu pemerintah dalam pemberantasan LSD;
▰ Personil, peralatan dan sumber daya keuangan tersedia cukup cepat untuk
menghindari keterlambatan dalam menangani situasi darurat.
6
Sumber: FAO Lumpy Skin Disease Contingency Plan Template.
7. Penilaian risiko LSD di Asia Tenggara
7
NEGARA
PROBABILITAS
TERTULAR
TERJADI WABAH
Kamboja, Laos, Myanmar,
Thailand, dan Vietnam
TINGGI (sangat
mungkin terjadi)
Vietnam (Okt 2020); Myanmar (Nov 2020),
Thailand (Mar 2021), Kamboja dan Laos
(Mei 2021)
Pakistan, Afghanistan dan
Mongolia
MODERAT (potensial
terjadi)
Belum ada wabah
Brunei Darussalam,
Korea Selatan, Indonesia,
Malaysia, Filipina, Srilangka
dan Timor-Leste
RENDAH hingga
MODERAT
Malaysia (Mei 2021)
Singapura DAPAT DIABAIKAN Belum ada wabah
Sumber: Roche, X. et al. (2020). FAO. Paper 183.
8. Negara Populasi
sapi/kerbau
(S/K)
Berbatasan
darat dengan
negara
tertular LSD
Impor resmi
S/K dari
negara
tertular LSD
Impor semi
informal S/K
dari negara
tertular LSD
Ekspor
resmi
S/K
Ekspor
semi
informal
S/K
Impor produk
S/K** dari
negara
tertular LSD
Brunei
Darussalam
3.000 Tidak Tidak Tidak Tidak TAD Ya
Kamboja* 3.507.298 Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Indonesia 17.327.223 Tidak Tidak Ya Tidak Ya Ya
Laos* 3.240.947 Ya Tidak Ya Ya Ya Ya
Malaysia* 870.254 Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Myanmar* 21.208.395 Ya Tidak Ya Ya Ya Ya
Filipina 5.436.592 Tidak Tidak TAD TAD TAD Ya
Singapura 179 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Thailand* 5.914.926 Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Timor Leste 334.864 Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak
Vietnam* 8.228.012 Ya Tidak Ya Tidak Ya Ya
* Negara tertular LSD ** Misal: daging, susu atau kulit
Faktor risiko introduksi LSD di Asia Tenggara
Sumber: Modifikasi Roche, X. et al. 2020. FAO. Paper 183.
9. Penilaian risiko LSD untuk Indonesia
▰ Keterpencilan negara (kepulauan tapi memiliki perbatasan
yang panjang).
▰ Kepadatan sapi/kerbau rentan lebih rendah dibandingkan
dengan negara-negara Sub-regional Mekong Raya (kecuali
pulau Jawa).
▰ Kelimpahan vektor kompeten LSD dianggap moderat.
▰ Biosekuriti yang buruk dari sistim produksi sapi/kerbau dan
sepanjang rantai pasar.
▰ Sebagian besar impor sapi/kerbau (sapi bakalan) berasal
dari Oceania (Australia & Selandia Baru).
▰ Perdagangan semi informal sapi/kerbau dan produknya
dengan negara tertular tidak signifikan.
9
Sumber: Roche, X. et al. (2020). FAO. Paper 183.
10. Peringatan dini LSD
10
▰ Peringatan dini (early warning) dari introduksi baru
LSD di Indonesia dapat ditargetkan di daerah-daerah
yang berbatasan laut dan darat dengan negara
tertular:
▻ perbatasan laut antara Pulau Sumatera (Aceh,
Sumatera Utara, Riau dan Kepulauan Riau) dan
Semenanjung Malaysia.
▻ perbatasan darat antara Kalimantan Utara dan
Kalimantan Barat dengan negara bagian Sabah
dan Sarawak di Malaysia.
11. 11
Modus penularan virus LSD
Langsung Tidak Langsung
Penularan non-
vektor
Penularan vektor
Penyebaran
jarak dekat
Sapi terinfeksi LSD
Penyebaran
jarak jauh
Sapi terinfeksi
Sapi tidak terinfeksi
Fomit dan jarum
terinfeksi Sapi terinfeksi
Intraurin
Sapi baru lahir
Kendaraan pembawa
sapi terinfeksi
Gigitan lalat, nyamuk,
tungau terinfeksi
Makanan atau minuman
di bak bersama
Melalui sekresi tubuh
(oral, nasal, okular, susu,
semen)
Sumber: Das et al., J Adv
Biotechnol Exp Ther.
2021 Sep; 4(3): 322-333
12. Faktor risiko potensial LSD
12
Tipe Faktor Status/Daya tahan
Faktor terkait
hospes
Spesies
Jenis kelamin
Umur
Jenis
Sapi lebih rentan dari kerbau
Baik jantan dan betina keduanya rentan
Sapi muda lebih rentan dari yang tua
Persilangan (crossbred) lebih rentan dari yang asli
Faktor terkait agen Keropeng mengering
Lapisan es dan pencairan
Darah sapi terinfeksi
Dalam semen
Dalam air liur (saliva)
Dalam fomit
Virus LSD bertahan hidup
Virus LSD stabil
Virus LSD bertahan 8,8 hari dan DNA virus bertahan 16,3 hari
Virus LSD bertahan sekitar 22 hari
Virus LSD bertahan sekitar 11 hari
Virus LSD bertahan untuk waktu tak terbatas
Faktor Lingkungan &
Manajemen
Iklim panas dan lembab
Musim hujan/basah
Pelanggaran karantina
Mendukung proliferasi nyamuk, lalat dan caplak
Mendukung berlimpahnya insekta penghisap darah
Hewan baru tiba-tiba masuk ke kelompok ternak
Sumber: Das et al., J Adv Biotechnol Exp Ther. 2021 Sep; 4(3): 322-333
13. Instruksi dalam keadaan darurat
▰ Rantai instruksi (chain of command) harus ditetapkan untuk menjamin
pengambilan keputusan yang cepat dan efektif dalam menangani wabah
penyakit;
▰ Pengaturan yang berbeda untuk Indonesia bisa saja dilakukan dengan
mempertimbangkan luas wilayah, sistim administratif pemerintahan, hirarkhi
birokrasi, dan pendelegasian wewenang dlsbnya;
▰ Pada prinsipnya pada saat wabah harus ada:
▻ Tim Kesiapsiagaan Darurat dan Respons Nasional;
▻ Tim Kesiapsiagaan Darurat dan Respons Provinsi;
▻ Tim Respons Cepat Kabupaten/Kota.
13
14. Aktivasi TKDR di Pusat
▰ Mengevaluasi situasi darurat wabah secara menyeluruh;
▰ Merumuskan/mengevaluasi opsi kebijakan yang mungkin dilakukan;
▰ Membuat rekomendasi kepada Menteri tentang langkah-langkah kebijakan yang
akan diambil;
▰ Menjalankan langkah-langkah yang diambil oleh Menteri untuk memastikan
pelaksanaan keputusan kebijakan yang legal dan efisien;
▰ Menerjemahkan keputusan kebijakan (policy decision) menjadi penugasan bagi
tim operasional;
▰ Merumuskan/mengevaluasi strategi komunikasi/informasi (risk communication)
yang akan diterapkan.
14
15. Dukungan legislasi (1)
▰ LSD masuk Gol. I HPHK menurut Kepmentan No. 3238/Kpts/PD.630/9/2009.
▰ Dasar hukum pengambilan sampel untuk penyidikan wabah (UU 18/2009 Pasal 46 ayat 1).
▰ Dasar hukum pemberlakuan kawasan karantina terhadap daerah tertular (UU 18/2009
Pasal 41; UU No. 21/2019 Pasal 71).
▰ Dasar hukum untuk pembatasan lalu lintas hewan (UU 18/2009 Pasal 44 ayat 1).
▰ Dasar hukum untuk melakukan tindakan pemusnahan terhadap seluruh hewan yang
tertular di peternakan/desa (UU 18/2009 Pasal 46 ayat 3).
▰ Dasar hukum untuk melakukan vaksinasi (UU 18/2009 Pasal 44 ayat 1).
▰ Dasar hukum pengeluaran hewan, produk hewan dan media pembawa lainnya dari daerah
tertular/terduga ke daerah bebas (UU 18/2009 Pasal 46 ayat 5)
15
16. Dukungan legislasi (2)
▰ Dasar hukum kompensasi bagi hewan yang dimusnahkan (UU No.18/2009
Pasal 44 ayat 4).
Dukungan legislasi tambahan yang diperlukan:
▰ Dasar hukum klasifikasi LSD sebagai penyakit wajib lapor (notifiable disease).
▰ Dasar hukum pemberlakuan karantina di area terinfeksi dan tertular.
▰ Dasar hukum untuk disposal karkas dan material terkontaminasi melalui
pembakaran atau penguburan.
▰ Dasar hukum prosedur impor cepat vaksin pada keadaan darurat, terutama bagi
penyakit baru (eksotik) yang mewabah di Indonesia.
▰ Dasar hukum vaksinasi wajib (compulsory vaccination).
▰ Dasar hukum untuk registrasi peternakan dan identifikasi sapi.
16
17. Kebutuhan pendanaan
▰ Biaya petugas
▰ Biaya transpor
▰ Biaya peralatan dan bahan habis pakai
▰ Biaya vaksin dan kampanye vaksinasi
▰ Biaya database rekording identifikasi ternak,
vaksinasi, lalu lintas dan kesehatan sapi (i-SIKHNAS)
▰ Biaya lain-lain (bukan oleh pemerintah):
▻ Biaya obat-obatan suportif untuk hewan sakit.
▻ Kerugian akibat sapi/susu yang tidak bisa dijual.
▻ Kerugian terkait bisnis pemrosesan produk sapi (kulit).
17
18. Definisi kasus LSD (ditentukan saat ‘peace time’)
1. Sapi atau kerbau rawa yang menunjukkan gejala klinis konsisten dengan LSD dan
virus LSD (LSDV) telah diisolasi dari sampel; ATAU
2. Sapi atau kerbau rawa yang menunjukkan gejala klinis konsisten dengan LSD
atau secara epidemiologi terkait dengan kasus dicurigai atau dikonfirmasi dan
diidentifikasi positif antigen atau asam nukleat spesifik untuk LSDV; ATAU
3. Sapi atau kerbau rawa yang menunjukkan gejala klinis konsisten dengan LSD,
atau secara epidemiologi terkait dengan kasus dicurigai atau dikonfirmasi dan
telah terdeteksi antibodi spesifik untuk LSDV.
18
Sumber: OIE Code. CHAPTER 11.9. Infection with Lumpy Skin Disease Virus.
19. Deteksi dini LSD
▰ Tujuan deteksi dini adalah menemukan LSD
sebelum menyebar secara signifikan. Mungkin
tidak bisa dilakukan pada kasus pertama (index
case), tetapi sedini mungkin.
▰ Jika deteksi dini terlambat, tindakan respons
termasuk vaksinasi darurat juga akan terlambat,
dan situasi epidemiologi akan memburuk.
▰ Deteksi dini harus menjadi prioritas tertinggi
bersamaan dengan rencana vaksinasi darurat
(emergency vaccination plan).
19
20. Kebijakan LSD (ditentukan saat ‘peace time’)
▰ Kebijakan menyeluruhnya adalah memberantas LSD secara cepat.
▰ Pemberantasan dicapai dengan menerapkan kampanye vaksinasi LSD skala
besar (hingga 90%) di daerah tertular dan berisiko, menggunakan vaksin yang
terbukti efikasinya terhadap virus LSD (Catatan: vaksin harus diimpor).
▰ Keputusan memusnahkan seluruh sapi terinfeksi dan yang kontak atau hanya
yang menunjukkan gejala klinis LSD, bergantung apakah kebijakan
pemusnahan mungkin dilakukan, dengan mempertimbangkan luasan dan
lokasi unit epidemiologi, dan tersedianya dana kompensasi.
▰ Dukungan kebijakan yang kuat seperti pembatasan pergerakan ternak yang
ketat dan penerapan prosedur karantina di area terinfeksi dan area tetangga.
20
Sumber: FAO Lumpy Skin Disease Contingency Plan Template.
21. Rantai pelaporan wabah LSD
▰ Pemilik, penggembala, pemelihara
sapi, pedagang ternak, personil RPH
atau setiap orang yang kontak dengan
sapi wajib melapor kasus yang
dicurigai LSD tanpa penundaan ke
dokter hewan Dinas Kab/Kota.
▰ Dokter hewan, laboratorium keswan,
atau orang lain yang aktivitasnya
terkait hewan rentan, meengumpulkan
sampel atau produk asal hewan ini
wajib melapor kasus yang dicurigai
atau teridentifikasi ke Otoritas
Veteriner Nasional.
21
Pemilik sapi/peternak Dokter hewan Lapangan
Dokter hewan Dinas Kab/Kota
Dokter hewan Dinas Provinsi
Dokter hewan DJPKH
Office International des Epizooties (OIE)
Otovet Nasional wajib lapor ke OIE
i-SIKHNAS
i-SIKHNAS
22. Tujuan surveilans LSD
▰ Pra wabah: surveilans untuk mendeteksi keberadaan LSD sepanjang perbatasan
dengan negara tertular, untuk memastikan deteksi dini dan respons cepat.
▰ Wabah:
1) surveilans untuk mendeteksi kasus LSD ketika LSD sudah ada, dengan tujuan
melaksanakan tindakan pengendalian di peternakan terduga/tertular.
2) surveilans untuk mendeteksi keberadaan LSD di sekitar area vaksinasi
(surveilans zone) untuk membuktikan LSD tidak menyebar dari area vaksinasi.
▰ Pasca wabah: surveilans untuk membuktikan bebas setelah tindakan
pengendalian dan memperoleh kembali status bebas penyakit sesuai OIE TAHC
Chapter 11.9. (exit strategy).
22
Sumber: FAO Lumpy Skin Disease Contingency Plan Template.
23. Pengendalian Vektor
▰ Pengendalian serangga yang efisien pada sapi atau di dalam peternakan dapat
mengurangi laju penularan mekanis, tetapi tidak sepenuhnya mencegah,
terutama pada sapi yang bebas berkeliaran atau di padang rumput.
▰ Penerapan alat pengusir serangga dapat bekerja untuk perlindungan hanya
untuk waktu singkat.
▰ Jika menggunakan penyemprotan insektisida, perlu mempertimbangkan waktu
henti (withdrawal time) untuk susu dan daging.
▰ Pembatasan tempat berkembangbiak vektor, seperti sumber air, lumpur
limbah dan kotoran kandang, dan memperbaiki drainase di peternakan adalah
cara berkelanjutan untuk mengurangi jumlah vektor pada dan sekitar sapi.
23
24. Strategi pengendalian LSD
▰ Jika pilihan utama strategi untuk mengendalikan/memberantas LSD
adalah melalui vaksinasi, maka diperlukan rencana dan persiapan
yang memadai maka harus ada = RENCANA VAKSINASI DARURAT
(emergency vaccination plan) yaitu:
▻ program vaksinasi yang diterapkan sebagai respons cepat
terhadap wabah yang terjadi di dalam suatu wilayah atau
peningkatan risiko introduksi/munculnya penyakit.
▰ Vaksinasi darurat adalah respons langsung terhadap wabah dan
dilakukan segera setelah deteksi kasus pertama.
24
Sumber: FAO Lumpy Skin Disease Contingency Plan Template.
25. Strategi vaksinasi LSD
1. Vaksinasi terbatas (Barrier vaccination): vaksinasi di daerah sepanjang
perbatasan negara atau zona untuk mencegah penyebaran infeksi ke atau dari
negara atau zona tetangga.
2. Vaksinasi menyeluruh (Blanket vaccination): vaksinasi semua hewan rentan di
daerah atau seluruh negara atau zona.
3. Ring Vaksinasi (Ring vaccination): vaksinasi semua hewan rentan di daerah
sekitar lokasi di mana wabah terjadi.
4. Vaksinasi bertarget (Targeted vaccination): vaksinasi subpopulasi hewan rentan.
Vaksinasi terbatas dan Ring vaksinasi dapat menjadi PENDEKATAN UTAMA
dalam strategi vaksinasi LSD.
25
Sumber: OIE Code. CHAPTER 4.18. Vaccination.
26. Spesifikasi teknis vaksin LSD
▰ Vaksin terbuat dari strain virus LSD yang ‘life attenuated’, homologous
(spesifikasi OIE dan EFSA).
▰ Vaksin harus memberikan imunitas yang memadai terhadap LSD;
▰ Vaksin harus steril, aman dan efektif.
▰ Vaksin dapat diterapkan pada sapi/kerbau semua umur.
▰ Masa kadaluwarsa (expiry date) dari ‘batch’ setidaknya 12 bulan sejak
tanggal produksi.
▰ Vaksin diproduksi sesuai dengan Manual Diagnostik OIE.
▰ Leaflet untuk petunjuk penggunaan harus dalam bahasa Indonesia atau
paling tidak dalam bahasa Inggris.
26
Sumber: Presentasi Alexandrov: Emergency response to an outbreak of Lumpy Skin Disease.
27. Apa keuntungan vaksinasi?
▰ Terbukti sebagai alat terbaik untuk pengendalian LSD yang cepat dan efektif.
▰ Mengurangi jumlah total hewan rentan dalam populasi, sehingga mencegah
menyebarnya LSD;
▰ Melindungi hewan dari manifestasi klinis LSD, sehingga mencegah kerugian
ekonomi langsung dan tidak langsung;
▰ Lebih mudah diterapkan dari pemusnahan (seperti ‘stamping out’);
▰ Dalam kebanyakan kasus, biaya lebih sedikit dibandingkan dengan strategi
‘stamping out’;
▰ Keuntungan dibandingkan strategi lain dari aspek kesejahteraan hewan,
lingkungan dan sosiologis.
27
Sumber: APPENDIX II - Guide To Develop A Lumpy Skin Disease Emergency Vaccination Plan
28. Apa potensi kelemahan vaksinasi?
▰ Masa tunggu yang lebih lama setelah wabah terakhir
untuk mencapai status bebas penyakit;
▰ Karena gejala klinis tidak akan muncul, surveilans klinis
LSD akan terbatas pada subpopulasi (stok ternak baru
lahir, setelah imunitas maternal menghilang) dan hewan
tidak divaksinasi karena sejumlah alasan;
▰ Reaksi merugikan pernah dicatat, meskipun sangat
jarang, ringan dan tidak lama, dan perlu dijelaskan secara
baik kepada peternak untuk mencegah penolakan untuk
hewannya divaksinasi.
28
Sumber: APPENDIX II - Guide To Develop A Lumpy Skin Disease Emergency Vaccination Plan
29. Penutup
▰ Setiap wabah penyakit eksotik yang termasuk dalam “OIE listed diseases’
(seperti LSD) harus diperlakukan sebagai suatu keadaan darurat (emergency).
▰ Tantangan dalam menghadapi wabah LSD:
▻ Respon cepat terhadap wabah yang terjadi secara bersamaan;
▻ Prosedur impor/tender/kontrak untuk penyediaan cepat vaksin
yang diperlukan;
▻ Pelaksanaan vaksinasi darurat segera setelah wabah pertama;
▻ Pergerakan dan lalu lintas ternak yang sulit dikendalikan;
▻ Pengendalian massal dari vektor insekta penghisap darah.
29