1) Dokumen ini membahas pentingnya kerja sama internasional dalam menangani tantangan resistensi antimikroba, khususnya di sektor akuakultur. 2) Standar WHO, FAO, OIE, dan UNEP memungkinkan pendekatan satu kesehatan untuk mengurangi penyebaran resistensi. 3) Pengendalian biosekuritas, vaksinasi, dan pengurangan penggunaan antibiotik diakui sebagai langkah penting.
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
Harmonisasi Pelaksanaan AMR Dengan Regulasi Internasional - Direktorat Kawasan dan Kesehatan Ikan, KKP - Bogor, 24 November 2022
1. Harmonisasi Pelaksanaan
Resistensi Antimikroba (AMR)
Dengan Regulasi Internasional
Drh. TRI SATYA PUTRI NAIPOSPOS, MPhil, PhD
Epidemiolog Veteriner
Pertemuan Evaluasi Pelaksanaan Pengendalian Resistensi Antimikroba
Direktorat Kawasan dan Kesehatan Ikan, Ditjen. Perikanan Budidaya, KKP
Bogor, 23 November 2022
2. 2
Resistensi antimikroba (AMR)
▪ Bayangkan dunia di mana infeksi dan penyakit pada manusia, hewan
dan tumbuhan tidak mungkin diobati.
▪ Skenario terburuk ini bisa menjadi kenyataan ketika bakteri, virus dan
parasit mengembangkan resistensi terhadap obat yang kita gunakan
untuk melawannya.
▪ Resistensi antimikroba (AMR) telah menjadi salah satu masalah
kesehatan paling mendesak di zaman kita sekarang.
▪ Solusi tersedia dan setiap orang memiliki peran untuk dimainkan
dalam perang melawan ancaman global ini.
Sumber: Antimicrobial resistance - WOAH - World Organisation for Animal Health
3. ▪ Resistensi antimikroba terjadi ketika
mikroorganisme (seperti bakteria, jamur, virus dan
parasit) berubah ketika mereka terpapar dengan
obat-obatan antimikroba (seperti antibiotik,
antijamur, antivirus, antimalaria, dan antelmintik).
▪ Mikroorganisme yang mengembangkan resistensi
antimikroba kadang-kadang disebut sebagai
“superbugs”.
3
Bagaimana resistensi berkembang?
Sumber: Presentation Reantaso, M.B. AMR, Aquaculture and One Health.
4. ▪ Resistensi antimikroba terjadi secara alami dari waktu ke waktu, biasanya
melalui perubahan genetik. Namun, penyalahgunaan (misuse) dan
penggunaan yang berlebihan (overuse) antimikroba dapat mempercepat
proses ini.
▪ Di banyak tempat, antibiotik digunakan secara berlebihan dan disalah
gunakan pada manusia dan hewan, dan seringkali diberikan tanpa
pengawasan profesional.
▪ Contoh penyalahgunaan termasuk ketika digunakan oleh orang dengan
infeksi virus seperti pilek dan flu, atau ketika mereka diberikan sebagai
‘pemacu pertumbuhan’ (growth promoter) pada hewan (dan ikan).
4
Apa yang mempercepat kemunculan dan
penyebaran resistensi antimikroba?
Sumber: Presentation Reantaso, M.B. AMR, Aquaculture and One Health.
5. Kolaborasi Tripartit di bidang resistensi
antimikroba (AMR) – sejak 2016
World Organisation for
Animal Health (WOAH)
World Health
Organization (WHO)
Food and Agriculture
Organization (FAO)
6. ▪ Sektor manusia, hewan dan bahkan tumbuhan memiliki tanggung
jawab bersama untuk mencegah atau meminimalkan perkembangan
resistensi antimikroba baik oleh patogen manusia dan non-manusia.
6
RESPONS ‘ONE HEALTH’ TERHADAP RESISTENSI ANTIMIKROBA
Manusia Pangan & Pakan Tumbuhan Lingkungan Hewan darat
dan akuatik
7. ▪ Mikroba resisten dapat ditemukan pada orang,
hewan, makanan, dan lingkungan (di air, tanah
dan udara).
▪ Mikroba dapat menyebar antara orang dan
hewan, dan dari orang ke orang.
▪ Pengendalian infeksi yang buruk, kondisi
sanitasi yang tidak memadai dan penanganan
pangan yang tidak tepat mendorong
penyebaran resistensi antimikroba.
7
Percepatan resistensi antimikroba
8. ▪ Meresmikan kolaborasi dan kemitraan
yang berkelanjutan.
▪ Bertujuan untuk mempercepat strategi
terkoordinasi tentang kesehatan
manusia, hewan dan ekosistim.
▪ Tripartite Joint Secretariat (TJS) on
AMR sekarang menjadi Quadripartite
Joint Secretariate (QJS) on AMR.
▪ UNEP telah menunjuk ‘Liason Officer’
ke QJS pada 1 Januari 2022.
8
17 Mar 2022 – Tripartit menjadi Quadripartit
Sumber: Tim Corrigan, WHO. Quadripartite joint
activities on antimicrobial resistance (2022).
9. ▪ Tujuan: Kerja sama terkonsolidasi antara FAO, UNEP, WHO dan WOAH, dalam
memanfaatkan mandat inti dan keunggulan komparatif masing-masing organisasi
untuk mengatasi berbagai kebutuhan dari respons global terhadap AMR.
9
Fungsi kunci Quadripartite Joint Secretariat on AMR
Mendukung promosi global, advokasi dan keterilbatan politik
Mendukung struktur tata kelola global
Koordinasi AMR Multi-Partner Trust Fund (MPTF)
Koordinasi dan monitoring implementasi rencana kerja
Quadripartit dan pemetaan kesenjangan & peluang
Koordinasi dan kemitraan
10. ▪ Diimplementasi di 10 negara: Moroko, Kenya,
Zimbabwe, Senegal, Ghana, Kamboja, Indonesia,
Ethiopia, Peru dan Tajikistan.
▪ Ekspansi lebih lanjut ke 5 negara: Bangladesh,
Mongolia, Tunisia, Madagaskar, Kamerun.
▪ USD 26 juta dialokasikan untuk kegiatan bersama
Quadripartit dalam kemitraan dengan
pemerintah negara-negara tersebut.
▪ Tujuan: untuk mengkatalisasi respons
multisektoral nasional dan pembiayaan domestik
yang berkelanjutan.
10
AMR Multi-partner Trust Fund (MPTF)
12. 12
Database WOAH AMU Global
Des 2016
Data 2010-2015
Des 2017
Data 2013-2016
Des 2019
Data 2015-2017
Feb 2020
Data 2018-2019
Feb 2021
Data 2017-2020
OIE Annual Report on Antimicrobial Agents Intended for Use in Animals
13. “Dengan pertumbuhan yang pesat dalam permintaan dan
produksi, sektor akuakultur akan menghadapi risiko penyakit dan
tantangan kesehatan hewan yang lebih besar. Tetapi dengan
berkolaborasi secara lintas batas dan menerapkan standar
internasional WOAH, kita dapat membatasi wabah penyakit yang
muncul yang telah menyebabkan kerugian signifikan di seluruh
dunia, berdampak pada ekonomi nasional di beberapa negara
dan mengancam sumber vital protein hewani yang bergizi”.
Dr Monique Eloit, WOAH Director General
13
14. ▪ Akuakultur adalah industri yang berkembang pesat yang saat ini menyumbang
hampir separuh dari ikan yang digunakan untuk konsumsi manusia di seluruh
dunia.
▪ Praktik-praktik intensif dan semi-intensif digunakan untuk menghasilkan stok
ikan yang besar, tetapi wabah penyakit sering terjadi, dan penggunaan
antimikroba telah menjadi praktik kebiasaan untuk mengendalikannya.
▪ Tekanan selektif yang diberikan oleh obat-obatan ini yang biasanya ada dalam
tingkat sub-terapeutik untuk waktu yang lama di dalam air dam sedimen,
memberikan kondisi yang ideal untuk kemunculan dan seleksi strain bakteri
yang resisten dan menstimulasi gen horizontal.
14
Akuakultur dan AMR
Sumber: Santos L. and Ramos F. International Journal of Antimicrobial
Agents. Volume 52, Issue 2, August 2018, Pages 135-143
15. ▪ Saat ini diakui secara luas bahwa perjalanan gen resisten antimikroba
dan bakteri resisten dari peternakan akuatik ke darat dan ke
lingkungan manusia dan sebaliknya dapat memiliki efek merugikan
baik bagi kesehatan manusia dan hewan dan bagi ekosistim akuatik.
▪ Suatu upaya global harus dilakukan untuk menghentikan penggunaan
berlebihan antimikroba pada akuakultur dan mendorong pemangku
kepentingan untuk mengadopsi tindakan-tindakan pencegahan
penyakit lainnya.
▪ Membentuk jalur baru sangat penting untuk menahan meningkatnya
ancaman resistensi antimikroba.
15
Dari hewan akuatik ke hewan darat
16. 1) Peningkatan biosekuriti di peternakan dan budidaya (misal penggunaan
vaksin dan disinfektan).
Vaksin contohnya dikenal sebagai alat penting untuk pencegahan penyakit
pada ikan dan tindakan untuk mengurangi penggunaan antimikroba yang
tidak diatur dalam akuakultur;
1) Pengobatan penyakit kronis yang dapat menyebabkan berkurangnya
pertumbuhan, tingkat konversi pakan rendah dan kelangsungan hidup yang
buruk sehingga menyebabkan berkurangnya produksi; dan
2) Pengobatan penyakit epizootik yang dapat menyebabkan kematian masal.
16
Manfaat penggunaan antimikroba
di akuakultur
Sumber: Presentation Reantaso, M.B. AMR, Aquaculture and One Health.
17. ▪ AMR pada patogen hewan akuatik telah dilaporkan dari sistim yang berbeda.
▪ Pada pembenihan udang, kematian masal akibat bakteri luminous resisten antibiotik
(Vibrio spp.) dapat menimbulkan masalah (Karunasagar et al., 1994).
▪ Resistensi yang diperoleh pada Aeromonas salmonicida menyebabkan furunculosis
di perairan beriklim sedang telah dilaporkan di sejumlah negara (FAO/OIE/WHO, 2006).
▪ Beberapa elemen genetik seperti plasmid, transposon, integron yang membawa gen
AMR telah terdeteksi pada Aeromonas spp. dari situs akuakultur di berbagai belahan
dunia (Piotrowska and Popowska, 2015).
▪ Lebih dari 80% Vibrio harveyi pada sistim akuakultur ikan bersirip halus (finfish) di
Italia menunjukkan resistensi terhadap amoxicillin, ampicillin dan erythromycin,
sedangkan 76% strain menunjukkan resistensi terhadap sulphadiazine (Scarano et
al., 2014).
17
AMR pada bakteri terkait akuakultur
Sumber: Presentation Reantaso, M.B. AMR, Aquaculture and One Health.
18. 18
Standar WOAH untuk akuakultur
Aquatic Animal
Health Code
Manual of Diagnostic
Tests for Aquatic Animals
Code: Standar untuk peningkatan
kesehatan dan kesejahteraan
hewan akuatik, termasuk
perdagangan yang aman dan
penatagunaan antimikroba (AMU).
Manual: Standar untuk metoda
diagnostik laboratorium (dan
persyaratan untuk produksi dan
kontrol vaksin dan metodologi untuk
uji kepekaan antimikroba (AST).
19. ▪ Bagian 6. Penggunaan agen antimikroba pada hewan akuatik
• Bab 6.1. Pengantar rekomendasi untuk mengendalikan resistensi
antimikroba.
• Bab 6.2. Prinsip-prinsip penggunaan agen antimikroba yang bertanggung
jawab dan bijak pada hewan akuatik.
• Bab 6.3. Monitoring jumlah dan pola penggunaan agen antimikroba yang
digunakan pada hewan akuatik.
• Bab 6.4. Pengembangan dan harmonisasi program surveilans dan
monitoring AMR nasional untuk hewan akuatik.
• Bab 6.5. Analisis risiko untuk AMR yang timbul dari penggunaan agen
antimikroba pada hewan akuatik.
19
Standar WOAH & pedoman terkait AMR
20. ▪ Tujuan dari Bab ini adalah untuk memberikan panduan bagi Negara Anggota
untuk secara tepat mengatasi seleksi dan penyebaran mikroorganisme
resisten dan determinan resistensi antimikroba dari penggunaan agen
antimikroba pada hewan akuatik.
▪ Sesuai mandatnya dalam memproteksi kesehatan hewan dan keamanan
pangan, WOAH mengembangkan Bab ini untuk memberikan panduan kepada
Negara Anggota dalam kaitannya dengan risiko bagi sektor hewan (dan ikan).
▪ Penerapan ‘penilaian risiko’ (risk assessment) dan ‘manajemen risiko’ (risk
management) harus berdasarkan pada standar internasional yang relevan
dan didukung oleh data dan informasi jika tersedia.
20
Bab 6.1. Pengantar rekomendasi untuk
mengendalikan resistensi antimikroba
21. 1) mempertahankan kemanjuran agen antimikroba baik untuk kedokteran
hewan dan manusia dan memastikan penggunaan yang rasional
antimikroba pada hewan akuatik dengan tujuan mengoptimalkan baik
efikasi dan keamanannya;
2) mematuhi kewajiban etik dan kebutuhan ekonomi untuk menjaga hewan
akuatik dalam keadaan sehat;
3) mencegah atau mengurangi transfer mikroorganisme dan determinan
resisten dari hewan akuatik ke manusia dan hewan darat;
4) mencegah residu antimikroba yang melebihi batas ambang residu
(maximum residue limit/MRL) yang terjadi pada makanan.
21
Bab 6.2. Prinsip-prinsip penggunaan agen antimikroba
yang bertanggung jawab dan bijak pada hewan akuatik
22. ▪ Tujuan dari Bab ini adalah untuk menggambarkan pendekatan untuk
memonitor jumlah agen antimikroba yang digunakan pada hewan akuatik,
termasuk spesies yang dipelihara untuk keperluan makanan dan ikan hias.
▪ Rekomendasi ini dimaksudkan untuk digunakan dalam pengumpulan
informasi untuk mengevaluasi pola penggunaan berdasarkan kelas
antimkroba, rute pemberian dan spesies hewan akuatik untuk mengevaluasi
paparan mikroorganisme terhadap agen antimikroba.
▪ Pengumpulan data penggunaan agen antimikroba di akuakultur mungkin
terkendala di beberapa negara oleh kurangnya sumber daya yang tersedia,
kurangnya produk berlabel akurat, kanal distribusi yang tidak terdokumentasi
dengan baik dan kurangnya konsultasi atau supervisi profesional.
22
Bab 6.3. Monitoring jumlah dan pola penggunaan agen
antimikroba yang digunakan pada hewan akuatik
23. 1) menetapkan data baseline mengenai prevalensi mikroorganisme
resisten antimikroba dan determinan;
2) mengumpulkan informasi tentang tren resistensi antimikroba pada
mikroorganisme yang relevan;
3) mengeksplorasi hubungan potensial antara resistensi antimikroba
pada mikroorganisme hewan akuatik dan penggunaan agen
antimikroba;
4) Mendeteksi munculnya mekanisme resistensi antimikroba;
5) melakukan analisis risiko yang relevan dengan kesehatan hewan
akuatik dan kesehatan manusia;
23
Bab 6.4. Pengembangan & harmonisasi program surveilans
dan monitoring AMR nasional untuk hewan akuatik
24. 6) menyediakan rekomendasi mengenai kebijakan dan program kesehatan
manusia dan kesehatan hewan akuatik;
7) menyediakan informasi untuk memfasilitasi penggunaan yang bijak, termasuk
panduan untuk profesional yang meresepkan penggunaan agen antimikroba
pada hewan akuatik.
24
Bab 6.4. Pengembangan dan harmonisasi program surveilans
dan monitoring AMR nasional untuk hewan akuatik (lanjutan)
25. ▪ Untuk tujuan Bab ini, prinsip utama dari analisis risiko adalah
menyediakan kepada Negara Anggota dengan metoda yang transparan,
objektif dan dapat dipertahankan secara ilmiah dalam menilai dan
mengelola risiko kesehatan manusia dan kesehatan hewan akuatik yang
terkait dengan seleksi dan penyebaran resistensi yang timbul dari
penggunaan agen antimikroba pada hewan akuatik.
▪ Panduan tentang masalah resistensi antimikroba yang ditimbulkan oleh
makanan terkait dengan penggunaan agen antimikroba dicakup dalam
Codex Guidelines for Risk Analysis of Foodborne Antimicrobial Resistance
(CAC/GL77-2011).
25
Bab 6.5. Analisis risiko untuk AMR yang timbul dari
penggunaan agen antimikroba pada hewan akuatik
26. ▪ Veterinary Critically Important Antimicrobial
Agents (VCIA) – PALING PENTING
▪ Veterinary Highly Important Antimicrobial
Agents (VHIA) – SANGAT PENTING
▪ Veterinary Important Antimicrobial Agents
(VIA) – PENTING
▪ 32 agen antimikroba (termasuk kombinasi)
untuk hewan akuatik
26
Daftar WOAH Agen Antimikroba yang
Penting bagi Veteriner
Sumber: https://www.oie.int/app/uploads/2021/06/a-oie-list-antimicrobials-june2021.pdf
27. ▪ Dua kali Expert Workshop FAO/WOAH/WHO tentang Penggunaan
Antimikroba Non-manusia & Resistensi Antimikroba diselenggarakan
pada 2003 dan 2004.
▪ Dari workshop tersebut, direkomendasikan bahwa kelas Antimikroba
yang “paling penting” (critically important) untuk obat manusia dan
hewan perlu didefinisikan dan diidentifikasi oleh WHO dan WOAH.
▪ Semua agen antimikroba digunakan untuk hewan penghasil pangan
(food producing animals).
27
WOAH List of Antimicrobial Agents of
Veterinary Importance
28. ▪ ‘WOAH List’ dikembangkan oleh WOAH ad hoc Group
berdasarkan kuesioner yang dikirimkan ke semua Negara
Anggota WOAH dan organisasi internasional dan didukung oleh
Biological Standard Commission.
▪ ‘WOAH List’ diadopsi pada Mei 2007 oleh World Assembly of
Delegates (Resolusi No. XXVII) selama Sidang Umum WOAH.
▪ ‘WOAH List’ diperbaharui pada 2013 untuk mempertimbangkan
kekhawatiran akan kesehatan manusia (WHO dan FAO
berpartisipasi dalam tugas ini).
28
Latar belakang ‘WOAH List’
29. ▪ Tujuan: untuk menjaga efikasi dan
ketersediaan Agen Antimikroba Veteriner
(Veterinary Antimicrobial Agent) untuk
penyakit di mana mereka sedikit atau
tidak ada antimikroba alternatif.
▪ Daftar ini dimaksudkan untuk membantu
dokter hewan dalam pilihan terapeutik
mereka.
29
Tujuan ‘WOAH List’
30. ▪ Kriteria 1 – Tingkat respons terhadap kuesioner mengenai Agen
Antimikroba yang Paling Penting (Veterinary Critically Important
Antimicrobial Agents): kriteria terpenuhi ketika mayoritas responden
(lebih dari 50%) mengidentifikasi pentingnya kelas antimikroba dalam
respons mereka terhadap kuesioner.
▪ Kriteria 2 – Pengobatan penyakit hewan yang serius dan ketersediaan
agen antimikroba alternatif: kriteria terpenuhi ketika kandungan
dalam kelas diidentifikasi sebagai penting untuk melawan infeksi yang
spesifik dan terjadi kekurangan alternatif terapi yang memadai.
30
Kriteria kategorisasi Agen Antimikroba
menurut kepentingan
31. ▪ Veterinary Critically Important Antimicrobial Agents (VCIA):
memenuhi BAIK kriteria 1 DAN 2
▪ Veterinary Highly Important Antimicrobial Agents (VHIA):
memenuhi kriteria 1 ATAU 2
▪ Veterinary Important Antimicrobial Agents (VIA): tidak
memenuhi KEDUANYA baik kriteria 1 ATAU kriteria 2.
31
Kriteria yang digunakan
32. ▪ Setiap penggunaan Agen Antimikroba pada hewan harus sesuai
dengan standar WOAH tentang penggunaan yang bertanggung jawab
dan bijak yang ditetapkan dalam Bab 6.9. Terrestrial Animal Health
Code dan Bab 6.3. Aquatic Animal Health Code.
▪ Agen Antimikroba dalam ‘WOAH List’ harus diklasifikasikan menurut 3
kategori yaitu VCIA, VHIA dan VIA.
▪ Untuk sejumlah Agen Antimikroba yang tidak ada atau hanya ada
beberapa alternatif untuk pengobatan penyakit pada target spesies.
Dalam konteks ini, perhatian khusus diberikan pada VCIA dan VHIA.
32
Kesimpulan
33. ▪ Di antara VCIA, beberapa juga dianggap paling penting (critically
importance) untuk kesehatan manusia dan hewan (generasi ketiga dan
keempat Cephalosporins, dan Fluoroquinolones).
▪ Untuk VCIA:
◂ Tidak digunakan untuk pengobatan pencegahan (preventive
treatment) dalam pakan atau air atau tidak adanya gejala klinis;
◂ Tidak digunakan sebagai baris pertama (first line) pengobatan,
kecuali ada uji yang dapat dijustifikasi dan bakteriologis;
◂ Label ekstra / tanpa label terbatas dan dicadangkan untuk
kejadian di mana tidak ada alternatif yang tersedia.
33
Kesimpulan (lanjutan)
34. ▪ Upaya pencegahan penggunaan berlebihan antimikroba dalam akuakultur
harus mencakup edukasi semua pemangku kepentingan tentang
dampaknya terhadap kesehatan ikan, manusia dan ekosistim akuatik
(pendekatan One Health), dan mendorong tindakan-tindakan pencegahan
penyakit yang ramah lingkungan, termasuk vaksin, probiotik, dan
bakteriofag.
▪ Adopsi tindakan-tindakan ini adalah suplemen penting dalam upaya
menangani resistensi antimikroba dengan mengembangkan agen terapi
baru, jika kemajuan harus dibuat terhadap meningkatnya masalah
resistensi antimikroba pada kedokteran manusia dan hewan.
34
Kesimpulan (lanjutan)
35. ▪ Untuk berkolaborasi dalam memerangi resistensi antimikroba,
akuakultur skala kecil harus secara bertahap dengan dukungan
pemerintah, menerapkan, praktik-praktik kesehatan hewan yang baik
(good animal health practices) untuk menghindari keberadaan
dan/atau penyebaran penyakit menular.
▪ Dengan cara ini, akuakultur skala kecil yang sangat penting di
Indonesia, dapat meningkatkan kondisi sanitasi dari spesies yang
dibudidayakan, mencegah kerugian akibat penyakit, dan dengan
demikian mengurangi penggunaan antimikroba dan mencegah
resistensi antimikroba.
35
Saran bagi akuakultur skala kecil