hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
Risiko Karantina
1. Pentingnya Analisis Risiko
Terhadap Fungsi Karantina Hewan
Drh. Tri Satya Putri Naipospos, MPhil, PhD
Bogor, 2 Oktober 2017Workshop Analisis Risiko HPHK -
2. Pendahuluan
❑ Risiko yang berkaitan dengan introduksi penyakit melalui
hewan dan produk hewan telah dikenal secara baik dan telah
dikelola oleh Pemerintah lewat tindakan SPS berdasarkan
bukti-bukti ilmiah yang telah dipublikasi dan pendapat ahli.
❑ Ancaman introduksi penyakit digunakan dalam beberapa kasus
untuk menerapkan tindakan nasional yang ketat (seperti
pelarangan impor) yang tujuan primernya adalah untuk
menghentikan perdagangan dan melindungi industri dalam
negeri.
❑ GATT dan Perjanjian SPS yang diberlakukan sejak tahun 1995,
mengkonvergensikan rejim regulasi berdasarkan risiko melalui
harmonisasi pedoman-pedoman dan standar-standar yang
diterbitkan oleh OIE.
3. Perjanjian SPS
❑ Perjanjian SPS bertujuan untuk mencapai suatu keseimbangan
antara perdagangan bebas dan perlindungan kehidupan dan
kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan melalui suatu
pendekatan yang lebih konsisten dan formal dalam menilai
risiko penyakit yang berkaitan dengan perdagangan.
❑ Satu tujuan kunci dari Perjanjian SPS adalah mengurangi
kesenjangan informasi antara negara pengimpor dengan
negara pengekspor, dan sepakat pada satu pertimbangan yang
sama mengenai tindakan-tindakan mitigasi risiko yang harus
dilakukan.
❑ Pertimbangan tersebut dilakukan melalui ‘risk assessment’
yang diperoleh dari pengetahuan saintifik dan berbasis bukti
(evidence-based).
4. Import Risk Analysis (IRA)
❑ OIE mengembangkan pedoman untuk menilai risiko yang
berkaitan dengan perdagangan hewan dan produk hewan,
yang dikenal sebagai: IMPORT RISK ANALYSIS (IRA).
❑ Analisis Risiko adalah suatu pendekatan untuk menilai baik
kemungkinan dan konsekuensi dari suatu kejadian yang tidak
diinginkan, yang dikenal sebagai bahaya (hazard), dan
digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan dalam
menghadapi ketidakpastian (uncertainty).
❑ Penilaian risiko melibatkan prediksi dan ketidakpastian,
dimana dalam situasi tertentu dapat menimbulkan
kontroversi, terutama di bidang keamanan pangan, sebagai
contoh perselisihan tentang impor daging dari sapi yang
diberi hormon ke Uni Eropa.
5. Karantina dan ‘Risk assessment”
❑ Tindakan karantina dipandang sebagai satu dari sejumlah
opsi mitigasi risiko yang dapat diterapkan Pemerintah
untuk mengurangi kemungkinan HPHK diintroduksi melalui
importasi hewan dan produk hewan.
❑ Peningkatan volume perdagangan hewan dan produk hewan
dan sistim transportasi/pengangkutan yang cepat telah
meningkatkan introduksi HPHK dan untuk itu diperlukan
pendekatan dengan menggunakan “Quarantine IRA”
❑ Program-program karantina harus selalu didasarkan atas
‘risk assessment’ dan ‘risk management’. Langkah pertama
dicapai dengan menilai risiko dan kedua melalui
manajemen risiko.
6. Dukungan bagi petugas karantina
dalam melakukan ‘risk assessment’
• Memahami peraturan perundangan secara baik;
• Pelaksanaan peraturan perundangan secara efektif (seperti:
pemeriksaan di pintu masuk, tindak lanjut ‘post-border’);
• Pengetahuan tentang industri peternakan dan kesehatan hewan;
• Memiliki ‘political will’ yang memadai;
• Dukungan diagnostik yang kompeten dan siap sedia;
• Keberadaan uji diagnostik yang dapat dipercaya untuk HPHK utama;
• Hubungan kerja yang baik antara Otoritas Kompeten negara
pengimpor dengan negara pengekspor;
• Dasar pengetahuan yang baik mengenai keberadaan HPHK yang ada di
negara pengimpor (surveilans dan monitoring, survei penyakit); dan
• Dasar informasi yang baik mengenai sifat biologik HPHK, pencegahan,
perlakuan, program pengendalian dan pemberantasan dlsbnya.
7. ALOR dan ALOP
❑ Perjanjian SPS mengharuskan setiap anggota WTO untuk
mendasarkan tindakan SPSnya pada pedoman dan standar OIE.
❑ Tindakan-tindakan tidak boleh diskriminatif tanpa ada
justifikasi antar anggota atau komoditi dimana diterapkan
persyaratan yang identik atau ekuivalen.
❑ Perjanjian SPS mendefinisikan konsep ‘acceptable level of
risk’ (ALOR) sebagai tingkat risiko yang dinilai kompatibel
dengan perlindungan kesehatan hewan dan manusia.
❑ Perbedaan antara tingkat risiko yang dinilai dan ALOR dikenal
sebagai ‘appropriate level of protection’ (ALOP).
8. Hubungan antara risiko yang
dinilai, ALOR dan ALOP
❑ Perjanjian SPS tidak
menetapkan ALOR,
tetapi menyerahkannya
kepada negara-negara
untuk menetapkan
ALORnya masing-masing
asalkan diterapkan
secara konsisten untuk
produk yang sama atau
hampir sama.
9. A n a l i s a R i s i k o I m p o r t a s i : A I d a n B S E
Kerangka pembuatan keputusan
dalam Analisis Risiko
❑ Tanggung jawab domestik
▪ Peraturan perundangan tentang kesehatan hewan dan karantina
▪ Kebijakan pemerintah
❑ Tanggung jawab internasional
▪ Perjanjian WTO SPS
▪ Standar, pedoman dan rekomendasi OIE (OIE TAHC)
❑ Prinsip-prinsip
▪ Obyektivitas ilmiah/saintifik
▪ Independen dari politik dan komersial
▪ Transparansi dan terbuka
▪ Harmonis dengan standar-standar internasional
▪ Tidak ada ‘risiko nol’ (zero risk atau nil risk)
10. A n a l i s a R i s i k o I m p o r t a s i : A I d a n B S E
Identifikasi masalah
❑ Komoditas
• Apa komoditas yang diperdagangkan ?
• Metoda produksi/pengolahan komersial apa yang
diaplikasikan secara normal ?
• Daging beku, contoh: daging sapi ?
• Daging olahan, contoh: sosis ?
❑ Sumber
• Satu negara atau bagian dari suatu negara ?
• Banyak negara atau semua negara ?
❑ Penggunaan di negara pengimpor ?
❑ Volume perdagangan (kalau memungkinkan)
11. A n a l i s a R i s i k o I m p o r t a s i : A I d a n B S E
Hubungan antara ‘hazard identification’, ‘risk
assessment’ dan proses ‘risk management’
❑ ‘Risk estimation’ adalah integrasi
dari ‘release’, ‘exposure’ dan
‘consequence assessments’.
❑ ‘Risk management’ dan ‘risk communication’
yang dikombinasikan dengan ‘risk assessment’
dan ‘hazard identification’ disebut sebagai
‘RISK ANALYSIS’.
12. A n a l i s a R i s i k o I m p o r t a s i : A I d a n B S E
Kapan dilakukan IRA?
❑ Apabila tidak ada standar internasional
❑ Apabila standar internasional yang ada dianggap
tidak memuaskan
❑ Apabila risiko tidak dimengerti secara jelas,
apakah dapat diterima atau tidak diterima
❑ Apabila asumsi dapat ditantang (challenge)
❑ Apabila informasi baru kemudian tersedia
13. A n a l i s a R i s i k o I m p o r t a s i : A I d a n B S E
Kapan tidak dilakukan IRA?
❑ Apabila tidak ada bahaya (hazard) yang berhasil
diidentifikasi
❑ Apabila tersedia standar internasional yang
memuaskan mengenai persyaratan/tindakan impor
yang dapat dilakukan
❑ Apabila ada kesepakatan yang luas mengenai
kecenderungan risiko yang terjadi
❑ Apabila komoditi tersebut memenuhi tingkat
perlindungan (ALOP) yang diperlukan oleh
negara/zona pengimpor
14. A n a l i s a R i s i k o I m p o r t a s i : A I d a n B S E
Menggunakan standar OIE
❑ Tetapkan status kesehatan hewan dari negara/zona
pengekspor menggunakan informasi OIE
❑ Urutkan penyakit-penyakit yang berbahaya di negara
pengekspor
❑ Bahas bab dalam standar OIE yang relevan untuk
menetapkan ‘keamanan’ dan ‘ketidakamanan’ komoditi
tersebut
❑ Gambarkan tindakan kesehatan hewan yang diperlukan
dalam importasi menurut bab dalam standar OIE yang
relevan tersebut
15. Komoditi menurut OIE
❑ Komoditi aman (safe commodities)
▪ Apabila memberikan otorisasi impor atau transit dari
komoditi dalam ketegori ini, maka Otoritas Veteriner
tidak perlu menetapkan persyaratan impor, apapun status
di negara/zona pengekspor.
▪ Contoh komoditi aman untuk FMD: embryo sapi
▪ Contoh komoditi aman untuk BSE: semen sapi, susu
❑ Komoditi tidak aman (unsafe commodities)
▪ Apabila memberikan otorisasi impor atau transit dari
komoditi dalam kategori ini, maka Otoritas Veteriner
memerlukan persyaratan seperti yang diuraikan dalam Bab
yang relevan dengan status negara/zona pengekspor.
16. A n a l i s a R i s i k o I m p o r t a s i : A I d a n B S E
Faktor penting lainnya
❑ Evaluasi Sistem Kesehatan Hewan (siskeswan) dari
negara/zona pengekspor
➢ Dokumen OIE PVS Evaluation
➢ Desk-review (kuesioner)
➢ On-site review
❑ Status perwilayahan (zona/kompartementalisasi)
➢ Bebas atau tidak bebas
➢ Vaksinasi atau tidak vaksinasi
❑ Program surveilans dan monitoring kesehatan hewan
❑ Etika sertifikasi veteriner
17. Rute penyebaran penyakit dalam
kerangka ‘risk assessment’
Komponen-komponen kunci (entry, exposure, establishment dan consequences)
tidak independen. Sebagai contoh, kemungkinan ‘exposure’ bergantung pada pola
perdagangan yang dihasilkan pada ‘entry’. Hasil ‘exposure’ dalam ‘establishment’
bergantung pada tingkat ‘exposure’.
18. ‘Qualitative’ atau ‘Quantitative’ IRA
❑ IRA dapat dikategorikan ‘qualitative’ atau ‘quantitative’
bergantung pada seberapa besar kemungkinan yang
diperkirakan terjadi.
❑ Dalam suatu analisis ‘qualitative’, kemungkinan dari
‘release’ dan ‘exposure’ dari bahaya dan magnituda
‘consequence’ dapat diekspresikan menggunakan kata kunci
yang non-numerik seperti: tinggi (high), sedang (medium),
rendah (low) atau dapat diabaikan (negligible).
❑ Dalam suatu analisis ‘quantitative’, kemungkinan dari
‘release’ dan ‘exposure’ dari bahaya diekspresikan numerik.
19. Ketidakpastian (uncertainty)
❑ Ketidakpastian yang berhubungan dengan suatu input, dikenal
sebagai ‘variability’, dapat dibuat model dengan ‘probability
distributions’.
❑ Simulasi Monte Carlo adalah yang umum digunakan dalam
‘quantitative risk analysis’ untuk mengasimilasi komponen
‘probability’ dan memungkinkan dilakukan ‘sensitivity analysis’.
❑ Kebanyakan publikasi tentang IRA penyakit hewan adalah
‘qualitative’ (Peeler et al., 2007; de Vos et al., 2011).
❑ Jika data yang diperlukan untuk IRA sebagian besar tidak
tersedia, output dari suatu analisis ‘quantitative’ akan memiliki
‘confidence interval’ yang lebar, sehingga menyebabkan (1) sulit
untuk dikomunikasikan dan (2) tidak lebih berguna dari
pengambilan keputusan yang didasarkan atas ‘qualitative’.
20. Definisi yang paling umum digunakan
Kemungkinan Penjelasan definisi
Tinggi (high) Kejadian sangat mungkin terjadi
Sedang (moderate) Kejadian mungkin terjadi dengan probabilitas
tertentu
Rendah (low) Kejadian tidak mungkin terjadi
Sangat rendah (very low) Kejadian sangat tidak mungkin terjadi
Sangat rendah (extremely low) Kejadian pasti sangat tidak mungkin terjadi
Dapat diabaikan (negligible) Kejadian sudah pasti tidak terjadi
Sumber: Bisecurity Australia (2009)
21. Sumber informasi untuk IRA
❑ Proses ‘risk assessment’ sangat terbantu dengan
pengetahuan yang akurat mengenai FAKTOR RISIKO (risk
factor) sebagai berikut:
• Prevalensi penyakit yang ditetapkan sebagai ‘hazard’ pada
spesies yang akan diekspor dan spesies lain yang sangat terkait
di negara pengekspor dan wilayah sekitarnya.
• Epidemiologi penyakit yang ditetapkan sebagai ‘hazard’.
• Efektivitas sistim surveilans dan monitoring penyakit di
negara/zona pengekspor dan kewenangan dari otoritas
veteriner terhadap lalulintas hewan dan produk hewan.
• Sensitivitas dan spesifitas dari uji diagnostik.
• Efek pengolahan (processing) produk hewan terhadap
introduksi risiko penyakit.
22. Database status penyakit di
negara pengekspor
❑ OIE WAHIS dan FAO-OIE-WHO Animal Health Yearbook:
▪ Informasi statistik penyakit hewan.
▪ Situasi wabah penyakit yang sedang terjadi.
▪ Populasi hewan.
▪ Infrastruktur veteriner.
▪ Kebijakan pengendalian penyakit dan kebijakan impor
▪ Situasi penyakit di negara-negara tetangga.
❑ OIE code dan manual
▪ Prosedur karantina yang direkomendasikan untuk lalulintas
internasional hewan, material genetik, produk hewan dan
produk biologik asal hewan.
▪ Standar uji diagnostik yang mendukung OIE Code.
▪ Standar teknik diagnostik untuk perdagangan internasional.
23. Database penyakit, inaktivasi
patogen dan pemrosesan
❑ Database penyakit:
▪ Kepekaan hospes (host susceptibilities)
▪ Cara penularan
▪ Karakteristik penyakit.
❑ Database inaktivasi patogen:
▪ Daya tahan agen penyakit
▪ Inaktivasi oleh perubahan pH, temperatur, kimiawi,
penyimpanan dlsbnya.
❑ Produk hewan:
▪ Standar proses manufaktur industri.
24. Metoda penilaian risiko penyakit
❑ Faktor negara/zona
▪ Penyakit ada dalam populasi hewan di negara/zona pengekspor.
❑ Faktor komoditi
▪ Penyakit ada dalam hewan atau produk hewan.
❑ Faktor reduksi risiko (risk reduction)
▪ Metoda pengurangan risiko, seperti perlakuan terhadap produk,
pengujian hewan atau karantina.
❑ Probabilitas ‘exposure’ domestik
▪ Risiko patogen dari hewan atau produk hewan yang diimpor
terhadap populasi hewan yang peka di negara pengimpor.
25. ‘Scenario tree’ atau ‘risk pathway’
❑ ‘Scenario tree’ disebut sebagai suatu penggambaran
grafis alur biologik (biological pathway) dari introduksi
‘hazard’ ke dalam suatu negara pengimpor.
❑ ‘Scenario tree’ dalam suatu analisis ‘qualitative’
digunakan untuk menyediakan representasi dari setiap
peristiwa dalam proses importasi, sehingga tidak harus
mencakup seluruh kejadian yang diperlukan untuk
suatu ‘hazard’ terjadi.
❑ ‘Scenario tree’ dalam suatu analisis ‘quantitative’.
harus mencakup detil seluruh kejadian yang diperlukan
untuk suatu ‘hazard’ terjadi.
26. Fungsi karantina dalam
‘risk management’
❑ ‘Risk management’ adalah proses untuk mengidentifikasi,
menyeleksi dan mengimplementasikan tindakan-tindakan
karantina yang dapat diterapkan untuk mengurangi tingkat
risiko.
❑ ‘Risk management’ dilakukan untuk memanipulasi risiko dalam
upaya mencapai ALOP atau mentoleransi suatu risiko, dan
sekaligus memastikan bahwa efek negatif terhadap perdagangan
dapat diminimalisir.
❑ Apabila tingkat risiko yang diperkirakan ‘negligible’ atau ‘very
low’ dalam memenuhi ALOP, maka dalam situasi ini ‘risk
management’ tidak dijustifikasi.
❑ Apabila ‘low’, ‘moderate’, ‘high’ atau ‘extreme’, maka ‘risk
management’ perlu diidentifikasi dan diterapkan. Proses ini
dalam teori IRA dikenal sebagai: ‘option evaluation’.
27. Contoh tindakan ‘risk management’ untuk
importasi hewan dan produk hewan
❑ Membatasi asal hewan hanya dari stok yang diketahui status
penyakitnya, termasuk penggunaan stok ‘specific pathogen
free’ (SPF).
❑ Mengimportasi hanya daging beku tanpa tulang saja.
❑ Memerlukan karantina dan tindakan pemeriksaan di negara
asal.
❑ Memerlukan karantina dan pengujian di negara penerima.
❑ Menggunakan protokol CITES.
❑ Memerlukan penggunaan uji dan standar diagnostik spesifik.
❑ Memerlukan tindakan karantina ‘pre-shipment’ dan/atau
‘post-shipment’.
28. Contoh kombinasi ‘risk management’
❑ Pemeriksaan atau pengujian untuk dinyatakan bebas HPHK tertentu.
❑ Besaran sampel harus memadai untuk memberikan tingkat
probabilitas yang dapat diterima untuk dapat mendeteksi HPHK.
❑ Pelarangan sebagian dari hospes (hewan hidup).
❑ Sistem karantina ‘pre-entry’ atau ‘post-entry’— sistim ini sebagai
bentuk paling intensif dari pemeriksaan atau pengujian dimana
fasilitas dan sumberdaya tersedia, dan bahkan merupakan satu-
satunya opsi untuk HPHK tertentu terdeteksi pada saat masuk.
❑ Persyaratan khusus dalam penyiapan konsinyasi (seperti penanganan
untuk mencegah kontaminasi atau pre-kontaminasi).
❑ Perlakuan khusus terhadap konsinyasi — seperti perlakuan setelah
proses akhir, dan meliputi kimiawi, termal, irradiasi atau metoda
fisik lainnya.
❑ Restriksi baik dalam penggunaan akhir (end use), distribusi atau
periode pemasukan dari komoditi tertentu.
29. Ringkasan
❑ Kegunaan IRA adalah untuk menilai HPHK yang berkaitan dengan
impor secara objektif dan transparan, sehingga:
▪ penularan HPHK dapat dicegah;
▪ tindakan-tindakan impor dapat dijustifikasi secara ilmiah; dan
▪ restriksi perdagangan dapat diminimalkan.
❑ Suatu IRA yang baik berguna bagi negara pengimpor dan negara
pengekspor.
❑ Baik pendekatan ‘qualitative’ dan ‘quantitative’ sah (valid),
akan tetapi harus sesuai dengan peristiwa yang berbeda-beda.
❑ ‘Risk management’ merupakan suatu proses pengambilan
keputusan dalam fungsi karantina yang digunakan untuk
mengimplementasikan tindakan-tindakan karantina baik
sebelum, selama atau setelah importasi untuk mengurangi risiko
sampai pada tingkat yang dapat diterima atau dapat dikelola.