Dokumen tersebut merupakan referat mengenai pioderma non kokus. Referat ini menjelaskan definisi, etiologi, manifestasi klinis, dan pengobatan pioderma yang disebabkan oleh bakteri selain Staphylococcus dan Streptococcus seperti Pseudomonas, Klebsiella, E. coli, dan Proteus. Manifestasi klinis pioderma non kokus dapat berupa folikulitis, ektima, pionikia, selulitis, ulkus piogenik, dan hidradenitis suppurativa

1. REFERAT
PIODERMA NON KOKUS
Pembimbing: dr. Mahdar Johan, Sp.KK
Oleh: Pricilia Donna Esperansa Sea (2015-061-179)
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH R SYAMSUDIN SH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK ATMA JAYA
PERIODE: 10 JULI 2017 – 12 AGUSTUS 2017

2. PENDAHULUAN
 Pioderma  infeksi pada kulit akibat bakteri
 Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin: 3’th
 WHO: Pioderma,Tinea Kapitis, Skabies
 Pioderma kebanyakan disebabkan Staphylococcus aureus
dan Streptococcus sp (gram positif) tetapi tidak menutup
kemungkinan dapat pula disebabkan oleh kuman gram
negatif misalnya: Pseudomonas aeruginosa, Proteus vulgaris,
Proteus mirabilis, Escherecia coli dan Klebsiella.

3. TINJAUAN PUSTAKA

4. DEFINISI
 Pioderma  infeksi kulit, disebabkan oleh bakteri yang
berhubngan dengan produksi pus
 FKUI  Penyakit kulit yang disebabkan Staphylococcus,
Streptococcus atau oleh kedua-duanya

5. ETIOLOGI
 Sering: Staphylococcus B hemolyticus dan Streptococcus
aureus
 Jarang: Pseudomonas aerugunosa, Proteus vulgaris, Proteus
mirabilis, Escherichia coli dan Klebsiella, juga Acinetobacter.
 Strain dengan resistensi obat

6. PSEUDOMONAS AERUGINOSA
• Bakteri gram negatif
• Flora usus normal, patogen pada
kulit
• Infeksi luka bakar  pus biru
kehijauan.
• Folikulitis hot tub, ektima
gangrenosum
• Meningitis,UTI

7. ESCHERECIA COLI
 Enterobacteriaceae
 Bakteri gram negatif,
basil.
 Microbiota normal,
tetapi dapat patogen
 Selulitis dan SSTI

8. KLEBSIELLA
 Klebsiella merupakan gram-
negatif, nonmotile,
 Berbentuk batang yang
dienkapsulasi, milik keluarga
Enterobacteriaceae
 Saluran pernapasan, bilier dan
urinarius serta lokasi operasi

9. PROTEUS
 Enterobacteriaceae. Basil,
gram negatif.
 Flora normal GIT
 Proteus sering ditemukan
pada luka terinfeksi.
Proteus akan
mengkontaminasi luka dan
menyebabkan infeksi

10. EPIDEMIOLOGI
 Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin: 3’th
 WHO: Penyakit kulit 21-87% (Pioderma,Tinea Kapitis,
Skabies)
 Laki-laki > wanita
 Anak-anak > Dewasa
 Status sosioekonomi rendah

11. Kemiskinan
Penyakit
kulit
Imun Malnutrisi
Kepadatan
penduduk

12. KLASIFIKASI
Primer
impetigo, folikulitis,
furunkel, karbunkel,
ektima, eritrasma,
skisosis barbae
Sekunder
ulser tropik, pemfigus
terinfeksi, dermatitis
kontak terinfeksi,
skabies terinfeksi

13. PENGOBATAN
• Mengikuti bakteri penyebab
• sulfonamid, ampisilin, sefalosporin, floroquinolon dan
aminoglikosida
Sistemik
• Basitrasin, muporisin: gram positif
• Neomisin
• Polimyxin B
• TAO
Topikal
• larutan permanganas kalikus 1/5000,
• larutan rivanol 1 o/oo
• yodium povidon 7,5 % yang dilarutkan 10 kali
Kompres
terbuka

14. PEMERIKSAAN
 Darah tepi
 Kultur
 Tes resistensi

15. FOLIKULITIS
 Folikulitis adalah radang folikel rambut.
Penyebab terseringnya Staphylococcus,
tetapi infeksi Pseudomonas juga dapat
bermanifestasi sebagai folikulitis.
 Folikulitis superfisialis
 Folikulitis profunda
 Th/ antibiotik sistemik/topikal

16. EKTIMA
 Ektima ialah ulkus superficial dengan krusta diatasnya
disebabkan infeksi Streptococcus, biasanya Streptococcus B
hemolyticus.
 Pseudomonas  ektima gangrenosum
 Gejala: krusta tebal berwarna kuning berlokasi di tungkai
bawah, yaitu tempat yang relative banyak trauma. Jika
krusta diangkat ternyata lekat dan tampak ulkus yang
dangkal.
 Ektima gangrenosum biasanya pusnya sudah tidak ada.
 DD/ impetigo krustosa,Th/ krusta diangkat dan disalep
antibiotic. Jika banyak, gabungkan dengan antibiotic
sistemik.

18. PIONIKIA
 Radang sekitar kuku oleh piokokus. (Staphylococcus
dan/atau Streptococcus B hemolyticus).
 Gejala: didahului trauma, mulai infeksi pada lipatan kuku,
terlihat tanda-tanda radang dan menjalar ke matriks dan
lempeng kuku, dapat terbentuk abses subungual.
 Th/ kompres dengan larutan antiseptic dan berikan
antibiotic sistemik. Jika terjadi abses subungual, kuku
diekstraksi.
 Pseudomonas  green nail syndrome  terdapat trias
warna hijau pada nail plate, paroksimal paronikia kronik dan
onkolisis disto-lateral.

20. SELULITIS
 Infeksi kulit subkutan. Staphylococcus, Pseudomonas, E.coli,
Klebsiella, dan bakteri lain
 Gejala: demam, malaise.
 Lapisan kulit yang diserang ialah epidermis dan dermis,
didahului dengan trauma, tempat predileksinya tungkai
bawah. kelainan yang utama adalah eritema merah cerah,
berbatas tegas, dan pinggirnya meninggi dengan tanda
radang akut. Dapat disertai edem, vesikel dan bula.Terdapat
leukosistosis.
 Jika sering residif ditempat yang sama dapat terjadi
elephantiasis.

21. ULKUS PIOGENIK
 Merupakan ulkus dengan gambaran klinisnya tidak khas
dengan disertai pus diatasnya. Ulkus ini disebabkan oleh
kuman gram negatif sehingga perlu dilakukan kultur.

22. HIDRADENITIS SUPURATIVA
 Infeksi kelenjar apokrin. Staphylococcus, E coli, maupun
Streptococccus
 Sering didahului oleh trauma, dengan gejala konstitusi
berupa demam, malaise. Ruam berupa nodus, dengan
kelima tanda radang akut (rubor, dolor, kalor, tumor,
fungsiolesa abses  fistel hidradenitis supuratif.
 Pada yang menahun dapat terbentuk abses, fistel, sinus
yang multiple.
 Terbanyak berlokasi di ketiak, juga di perineum.Terdapat
leukositosis.
 DD/ skrofuloderma, perbedaannya pada hidradenitis
didahului tanda radang akut dan terdapat gejala konstitusi.

23. KESIMPULAN
 Pioderma  infeksi kulit disebabkan bakteri, produksi pus
 Pioderma disebabkan Streptococus dan atau
Staphylococcus, Pseudomonas, Klebsiella, E Coli, Proteus,
dan lainnya
 Prevalensi Pioderma cukup banyak
 Manifestasi Pioderma nonkokus berupa folikulitis, ektima,
pionikia, selulitis, ulkus piogenik dan hidradenitis supurativa
 Terapi sesuai etiologi. Dan edukasi sesuai faktor predisposisi

24. DAFTAR PUSTAKA
 1. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ,Wollf K. Fitzpatrick’s Dermatology in
General Medicine. 8th ed. McGraw Hill: 2012.
 2. DjuandaA, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 6th ed. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2013.
 3. WHO. Epidemiology and Management Of Skin Disease. 2005;
 4. Bowen AC, MahéA, Hay RJ, Andrews RM, SteerAC,Tong SYC, et al.TheGlobal Epidemiology of
Impetigo:A Systematic Review of the Population Prevalence of Impetigo and Pyoderma. PLoS ONE. 28
Agustus 2015;10(8).
 5. Gandhi S, Ojha AK, Ranjan KP, Neelima. Clinical and BacteriologicalAspects of Pyoderma. North
Am J Med Sci. Oktober 2012;4(10):492–5.
 6. Bacterial Skin and SoftTissue Infection in Dhaka, Bangladesh (PDF DownloadAvailable) [Internet].
ResearchGate.Tersedia pada:
https://www.researchgate.net/publication/292963526_Bacterial_Skin_and_Soft_Tissue_Infection_in_Dhaka_B
angladesh
 7. Brooks, George F., Ernest Jawetz, Joseph L. Melnick, and EdwardA.Adelberg. 2015. Jawetz,
Melnick, & Adelberg's medical microbiology. NewYork: McGraw Hill Medical.
 8. Wu DC, Chan WW, MetelitsaAI, Fiorillo L, Lin AN. Pseudomonas skin infection: clinical features,
epidemiology, and management. Am J Clin Dermatol. 1 Juni 2011;12(3):157–69.
 9. Heaton D. E.coli [Internet].Southwest Utah Public Health Department. 2017 [dikutip 2 Agustus
2017].Tersedia pada: http://swuhealth.org/ecoli/

25.  10. Escherichia coli and Staphylococcus aureus most common source of infection [Internet].Tersedia pada:
https://www.researchgate.net/publication/291946995_Escherichia_coli_and_Staphylococcus_aureus_most_co
mmon_source_of_infection
 11. Sunder S, Haguenoer E, Bouvet D, Lissandre S, Bree A, Perrotin D, et al. Life-threatening
Escherichia coli cellulitis in patients with haematological malignancies. J Med Microbiol. September 2012;61(Pt
9):1324–7.
 12. Petkovšek Ž, Eleršič K,Gubina M, Žgur-Bertok D, Starčič Erjavec M.Virulence Potential of
Escherichia coli Isolates from Skin and SoftTissue Infections. J Clin Microbiol. Juni 2009;47(6):1811–7.
 13. Government of Canada PHA of C. Klebsiella spp. - Pathogen Safety Data Sheets [Internet]. 2011.
Tersedia pada: http://www.phac-aspc.gc.ca/lab-bio/res/psds-ftss/klebsiella-eng.php
 14. Skin and SoftTissue Infection. Medical Diagnostic Laboratories. 2014.Tersedia pada:
https://www.mdlab.com/forms/TechBulletin/Skin_Soft_Tissue_Infections.pdf
 15. Government of Canada PHA of C. Proteus spp. - Pathogen Safety Data Sheets [Internet]. 2011.
Tersedia pada: http://www.phac-aspc.gc.ca/lab-bio/res/psds-ftss/proteus-eng.php
 16. Mordi RM, Momoh MI. Incidence of Proteus species in wound infections and their sensitivity pattern
in the University of BeninTeaching Hospital.Afr J Biotechnol. 2009;8(5).
 17. The Role ofTopicalAntibiotics in Dermatologic Practice [Internet]. Medscape.Tersedia pada:
http://www.medscape.org/viewarticle/457542
 18. Yazdanyar S, Jemec GBE. Hidradenitis suppurativa: a review of cause and treatment.Curr Opin
Infect Dis. April 2011;24(2):118–23.