SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
Bakteri Penyebab Infeksi pada
Kulit dan Jaringan Ikat
Mustika Sari H Hutabarat, S.SiT.,M.Biomed
Universitas Katolik Musi Charitas
Palembang
2019
Introduction
Kulit merupakan organ pembungkus
seluruh permukaan luar tubuh yang
menjadi pembatas tubuh dengan
lingkungan sekitar. Luas kulit dewasa 1,5
m2 , berat 15% dari BB.
Kulit terdiri dari 3 lapisan utama:
- Epidermis
- Dermis
- Subkutis
Sumeber gambar: Giam YC, 2019
Introduction
Kelainan kulit yang
terjadi dapat langsung
disebabkan :
Mikroorganisme
pada kulit
Penyebaran proses
imunologik yang
dihasilkan
mikroorganisme
Penyakit sistemik
berdasarkan proses
imunnologik
Kulit merupakan barier mekanik yang penting untuk mencegah
mikroorganisme dan agen perusak lain masuk ke dalam jaringan yang
lebih dalam.
Flora Normal Kulit
 Pada umumnya di kulit normal terdapat flora normal yang memiliki sifat
protektif.
 Kulit normal dikolonisasi oleh mikroorganisme Gram positif:
Staphylococcus epidermidis dan difteroid
 Namun flora normal dapat menjadi patogen bila:
 Bila ditempatkan pada tempat yang tidak semestinya
 Faktor prediposisi
Patogenesis Infeksi Kulit dan Jaringan Lunak
• Infeksi pada struktur kulit
• Folikel rambut, folikulitis
• Infeksi kulit superfisial
• Epidermis dan dermis ( Impetigo, erisipelas)
• Infeksi jaringan Subkutis
• Selulitis, fasiitis
• Infeksi kulit yang masuk akibat adanya kerusakan bagian kulit/
penyebaran hematogen
• Toksin yang dikeluarkan dari bakteri yang menginfeksi tempat lain
• Strerpcoccus grup A
Folikulitis
• Infeksi folikel rambut yang timbul sebagai nodul keras dan nyeri
tekan dengan pustul di tengah
Furunkel
• Lesi akibat Infeksi akibat folikulitis yang dapat meluas dan
berkembang  Furunkel (bisul)
Karbunkel
• Peristiwa dimana bisul yang pecah disertai dengan keluarnya pus /
Pus yang berkembang menjadi Karbunkel (abses lokulata besar)
Etiologi:
Infeksi ini biasanya disebabkan oleh : Staphylococcus aureus, Staphylococcus scalded skin
sydrom , Pseudomonas aeruginosa
Lesi perianal sering disebabkan oleh : Escherichia coli, Streptococcus millier (bakteri anaerob)
Refrensi: Elliot Tom,et al, Mikrobiologi Kedokteran & Infeksi , EGC: 2013
Folikulitis,Furunkel, dan Karbunkel
Infeksi Superfisial
Impetigo
Etiologi:
Streptococcus β-hemolitikus grup
A: Impetigo krutosa
Stapjylococcus aureus: Impetigo
bullosa
Gambaran Klinis:
Terbentuk lesi berkrusta warna
kuning, terutama di wajah sekitar
hidung.
Penyebaran melalui autoinokulasi
Terapi:
Flukloksasilin merupakan obat
pilihan: eritromisin merupakan
obat alternatif.
Infeksi kulit superfisial yang
menegenai epidermidis
Impetigo bulosa Impetigo krutosa
Infeksi Superfisial
Erisipelas
Etiologi:
Streptococcus
Gambaran Klinis:
Suatu area berwarna merah
terang, sedikit meninggi, dan
nyeri tekan, demam,
mengigil
Terapi:
Benzipenisilin atau
eritromisin.
Bentuk selulitis superfisial yang
mengenai pembukuh limfe
Infeksi Superfisial
• Akne
• Disebabkan oleh Propionibacterium acnes.
• Lesi terbentuk di folikel sebasea yang salurannya tersumbat oleh keratin
sehingga terbentuk ‘blackhead’(komedo terbuka)
• Terapi dilakukan dengan pemberian tetrasiklin dikombinasikan dengann
antiseptik topikal.
Infeksi Jaringan Subkutis
• Selulitis
• Peradangan akut dan meluas dari dermis dan jaringan subkutan akibat adanya infeksi
• Etiologi
• Streptococcus β-hemolitikus grup A  penyebab tersering selulitis
• Staphylococcus aureus yang dapat menyebabkan menyebabkan luka atau pembentukan
abses.
• Haemophilus influenzae tipe B yang menjadi penyebab selulitis pada anak usia < 5 tahun.
• Erysipelothrix rhusiopathiae penyebab selulitis yang umumnya ditemukan pada pengolah
daging dan ikan.
• Vibrio non-cholera ( Vibrio vulnificus) jarang terjadi, namun dapat menyebabkan
komplikasi selulitis pada luka yang teremar air laut.
• Selulitis anaerob adalah suatu kompikasi dari gigitan flora normal flora anerob oral) atau
infeksi jaringan
Gambaran klinis
• Kulit tampak eritem, hangat, dan membengkak dengan tepi ireguler (berbeda dari
erisipelas)
• Demam dan pembesaran kelanjar getah bening regional.
• Selulitis anaerob dapat menimbulakan bau busuk, disertai krepitus kulit dan kulit
nekrotik.
Terapi
• Penisilin, digunakan untuk Streptococcus/Erysioelothrix spp
• Flukloksasilin, digunakan untuk Staphylococcus spp
• Klindamisin, digunakan untuk pasien yang alergi penisilin
• Metrodinazol, digunakan untuk selulitis yang disebabkan oleh bakteri anaerob dan
debridema jaringan yang mati.
• Sefatoksim, digunakan untuk selulitis yang disebabkan oleh H. influenza tipe B.
Infeksi jaringan Subkutis
Infeksi Kulit Yang Masuk Akibat Adanya Kerusakan Bagian Kulit/
Penyebaran Hematogen
Gangren Bakterial Sinergistik
Infeksi fasial superfisial dan jaringan lemak subkutis yang tidak mengenai jaringan
otot, namun dapat mengenai dingding abdomen/ genitalia pria (gangren Fournier).
 Etiologi
 Infeksi campuran yang disebabkan oleh S. aureus, Streptococcus mikroaerofilik / anaerob,
kadang anaerob Gram-negatif (seperti: Bacteroides spp).
 Faktor presiposisi, trauma lokal, bedah abdominal, dan genital, serta diabetes militus.
Terapi
 Eksisi radikal jaringan nekrotik disertai pemberian antibiotik:
 Flukloksasilin : S.aureus
 Penisilin : Streptococcus
 Metronidazol : bakteri anaerob
 Grntamisin dan Coprofloksasin : Antibiotik spektrum luas untun bakteri Gram-negatif
Infeksi Kulit Yang Masuk Akibat Adanya Kerusakan Bagian Kulit/
Penyebaran Hematogen
Fasiitis Nekrotikans
Infeksi fasial superfisial dan jaringan lemak subkutis yang tidak mengenai jaringan
otot, namun dapat mengenai dingding abdomen/ genitalia pria (gangren Fournier).
 Etiologi
 Infeksi campuran yang disebabkan oleh S. aureus, Streptococcus mikroaerofilik /
anaerob, kadang anaerob Gram-negatif (seperti: Bacteroides spp).
 Faktor presiposisi, trauma lokal, bedah abdominal, dan genital, serta diabetes militus.
Terapi
 Eksisi radikal jaringan nekrotik disertai pemberian antibiotik:
 Flukloksasilin : S.aureus
 Penisilin : Streptococcus
 Metronidazol : bakteri anaerob
 Grntamisin dan Coprofloksasin : Antibiotik spektrum luas untun bakteri Gram-negatif
Selulitas Klostridial Mionekrosis Klostridial
(Gas Gangren)
Patogen
esis
• Akibat trauma atau pembedahan yg dapat terinfeksi oleh Clostridium perfringens
menyebabkan gas gangren atau mionekrosis klostridial.
• Klostridium menghasilkan enzim dan eksotoksin yang menyebabkan penyebaran organisme
melalui permukaan jaringan datar dan menimbulkan hemolisis serta syok.
Gambara
n Klinis
• Selulitis dengan daerah nekrotik dan gangren, krepitus jaringan, demam, toksemia seiring
dengan terjadinya miositis.
Terapi
• Penisilin dan metronidazol
Pencegah
an
• Sanitasi yang rutin terhadap jaringan yang mati selama proses penyembuhan
• Antibiotik profilaksasi (penisilin) pada pasien yg menjalani amputasi mencegah penyakit
vaskuler perifer
Infeksi Kulit Yang Masuk Akibat Adanya Kerusakan Bagian Kulit/
Penyebaran Hematogen
Kulit Bakar
• Dapat terkolonisasi oleh bakteri  S.aureus, Pseudomonas spp, dan Koliform
• Kolonisasi bakteri dapat menyebabkan  bakteremia
• Terapi  diberikan pada pasien viabilitas tandur kulit, terinfeksi Streptococcus β-
hemolitikus grup A
Infeksi Kulit
• Luka Kecelakaan  S.aureus, Streptococcus β-hemolitikus grup A, Clostridium
• Gigitan  Pasteurella multocida
• Luka Pasca Operasi
• Tubuh bagian atas  S.aureus , Streptococcus β-hemolitikus grup A,
• Tubuh bagia bawah Bakteri koliform, Pseudomonas aeruginosa (bakteri anaerob)
Infeksi Kulit Yang Masuk Akibat Adanya Kerusakan
Bagian Kulit/ Penyebaran Hematogen
Gambaran Klinis
• Demam, eksudat luka, selulitis
Terapi  Tergantung dari organisme penyebab (hasil biakan)
• Ko-amoksiklav untuk mencegah penyebaran mikroorganisme
Pencegahan
• Dekontaminasi daerah operasi
• Pemakaian antibiotik profilaksis
• Teknik pembedahan yang baik
• Tindakan untuk mencegah kontaminasi
Penyakit Kulit Akibat Toksin
Scarlet fever
• Merupakan infeksi tenggorokan yg disebabkakn oleh
Streptococcus grup A yang menghasilkan Toksin Eritrogenik
• Toksin menyebabkan ruam eritematosa dann lida merah.
Ketika ruam mulai menghilang terjadi deskuamasi kulit.
Staphtlococcus scalded skin sydrom
• Banyak terjadi pada bayi kecil (penyakit Ritter), dann orang
dewasa (nekrolisis epidermal toksik/ penyakit Lyell).
LEPRA (Morbus Hansen)
• Merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang
manifestasi nya dibagi sebagai berikut
• Lepra tuberkuloid
• Penebalan saraf terutama saraf ulnaris dan radialis superfisial, dan sering
mengenai saraf peroneus dan aurikula mayor
• Lepra lepromatosa
• Kulit mengalami penebalan difus dan pembengkakan di wajah, hidung,
dan bibir.
• Lepra borderline
• Berada diantara tuberkulin dan lepromatosa dengan gambaran klinis
campuran.
Penyakit Lyme (Boreliosis Lyme)
KESIMPULAN
1. Menurut kriteria WHO sebanyak 210 kasus dengue dgn kriteria demam
dan 53 kasus dengan hemoragic fever (termasuk 1 kasus DSS)
2. Secara pemeriksaan asymptomatic kasus yang paling banyak adalah
DENV-4 di Jawa Barat tahun 2006-2009
TERIMA KASIH
REFERENCES
1. Henchal EA, Putnak JR (1990) The dengue viruses. Clin Microbiol Rev 3: 376–396. PMID: 2224837
6. Gupta N, Srivastava S, Jain A, Chaturvedi UC (2012) Dengue in India. Indian J Med Res 136: 373–390. PMID: 23041731
7. Humayoun MA, Waseem T, Jawa AA, Hashmi MS, Akram J (2010) Multiple dengue serotypes and highfrequency of dengue hemorrhagic fever at two tertiary care
hospitals in Lahore during the 2008 dengue virus outbreak in Punjab, Pakistan. Int J Infect Dis 14 Suppl 3: e54–59. doi: 10.1016/j.ijid.2009.10.008 PMID: 20171916
8. Tapia-Conyer R, Mendez-Galvan JF, Gallardo-Rincon H (2009) The growing burden of dengue in Latin America. J Clin Virol 46 Suppl 2:S3–6. doi: 10.1016/S1386-
6532(09)70286-0 PMID: 19800563
9. Bouldouyre MA, Baumann F, Berlioz-Arthaud A, Chungue E, Lacassin F (2006) Factors of severity at admission during an epidemic of dengue 1 in New Caledonia
(South Pacific) in 2003. Scand J Infect
Dis 38: 675–681. PMID: 16857614
10. George R, Lam SK (1997) Dengue virus infection—the Malaysian experience. Ann Acad Med Singapore 26: 815–819. PMID: 9522985
11. Teixeira MG, Costa MC, Coelho G, Barreto ML (2008) Recent shift in age pattern of dengue hemorrhagic fever, Brazil. Emerg Infect Dis 14: 1663. doi:
10.3201/eid1410.071164 PMID: 18826842
12. Ibrahim NM, Cheong I (1995) Adult dengue haemorrhagic fever at Kuala Lumpur Hospital: retrospective study of 102 cases. Br J Clin Pract 49: 189–191. PMID:
7547159
25. Porter KR, Beckett CG, Kosasih H, Tan RI, Alisjahbana B, et al. (2005) Epidemiology of dengue and dengue hemorrhagic fever in a cohort of adults living in
Bandung, West Java, Indonesia. Am J TropMed Hyg 72: 60–66. PMID: 15728868
27. Clarke DH, Casals J (1958) Techniques for hemagglutination and hemagglutination-inhibition with arthropod-borne viruses. Am J Trop Med Hyg 7: 561–573. PMID:
13571577

More Related Content

What's hot (15)

Impetigo Bullosa
Impetigo BullosaImpetigo Bullosa
Impetigo Bullosa
 
Makalah penyakit jamur 2
Makalah penyakit jamur 2Makalah penyakit jamur 2
Makalah penyakit jamur 2
 
Sap yiyik
Sap yiyikSap yiyik
Sap yiyik
 
Akne vulgaris
Akne vulgarisAkne vulgaris
Akne vulgaris
 
Lp pemfigus vulgaris
Lp pemfigus vulgarisLp pemfigus vulgaris
Lp pemfigus vulgaris
 
Impetigo bullosa
Impetigo bullosaImpetigo bullosa
Impetigo bullosa
 
Makalah penyakit kurap
Makalah penyakit kurapMakalah penyakit kurap
Makalah penyakit kurap
 
Makalah frambusia irmayani
Makalah frambusia irmayaniMakalah frambusia irmayani
Makalah frambusia irmayani
 
Ektima
EktimaEktima
Ektima
 
LP askep acne vulgaris
LP askep acne vulgarisLP askep acne vulgaris
LP askep acne vulgaris
 
INFEKSI ALAT KANDUNGAN
 INFEKSI ALAT KANDUNGAN INFEKSI ALAT KANDUNGAN
INFEKSI ALAT KANDUNGAN
 
Melioidosis
MelioidosisMelioidosis
Melioidosis
 
Makalah penyakit kulit
Makalah penyakit kulitMakalah penyakit kulit
Makalah penyakit kulit
 
Makalah furunkel
Makalah furunkelMakalah furunkel
Makalah furunkel
 
Tetanus
TetanusTetanus
Tetanus
 

Similar to Infeksi kulit dan jaringan lunak

Makalah penyakit jamur
Makalah penyakit jamurMakalah penyakit jamur
Makalah penyakit jamur
Warnet Raha
 
Pp.... infeksi sist integumen
Pp.... infeksi sist integumenPp.... infeksi sist integumen
Pp.... infeksi sist integumen
arniwianti
 
Penyakit Bula Ilmu Kesehatan Kulit
Penyakit Bula Ilmu Kesehatan KulitPenyakit Bula Ilmu Kesehatan Kulit
Penyakit Bula Ilmu Kesehatan Kulit
Meta A
 
Materi Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdf
Materi Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdfMateri Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdf
Materi Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdf
AsharEmong
 

Similar to Infeksi kulit dan jaringan lunak (20)

Pioderma Non Kokus
Pioderma Non KokusPioderma Non Kokus
Pioderma Non Kokus
 
Makalah penyakit jamur
Makalah penyakit jamurMakalah penyakit jamur
Makalah penyakit jamur
 
Tinea korporis ( infeksi jamur)
Tinea korporis ( infeksi jamur)Tinea korporis ( infeksi jamur)
Tinea korporis ( infeksi jamur)
 
Fitz Pioderma Translate .docx
Fitz Pioderma Translate .docxFitz Pioderma Translate .docx
Fitz Pioderma Translate .docx
 
Pp.... infeksi sist integumen
Pp.... infeksi sist integumenPp.... infeksi sist integumen
Pp.... infeksi sist integumen
 
Materi Tentan Pengendalian infeksi_ Mahasisw Keperawatan
Materi Tentan Pengendalian infeksi_ Mahasisw KeperawatanMateri Tentan Pengendalian infeksi_ Mahasisw Keperawatan
Materi Tentan Pengendalian infeksi_ Mahasisw Keperawatan
 
Eflorecensi
EflorecensiEflorecensi
Eflorecensi
 
Warna dasar luka 2
Warna dasar luka 2Warna dasar luka 2
Warna dasar luka 2
 
LAPORAN KASUS WULAN RSUD KLK.pptx
LAPORAN KASUS WULAN RSUD KLK.pptxLAPORAN KASUS WULAN RSUD KLK.pptx
LAPORAN KASUS WULAN RSUD KLK.pptx
 
2. Endemik Mycoses.pdf
2. Endemik Mycoses.pdf2. Endemik Mycoses.pdf
2. Endemik Mycoses.pdf
 
Penyakit Bula Ilmu Kesehatan Kulit
Penyakit Bula Ilmu Kesehatan KulitPenyakit Bula Ilmu Kesehatan Kulit
Penyakit Bula Ilmu Kesehatan Kulit
 
penyakit pada kulit
penyakit pada kulitpenyakit pada kulit
penyakit pada kulit
 
Obat_Anti_Jamur(1).ppt
Obat_Anti_Jamur(1).pptObat_Anti_Jamur(1).ppt
Obat_Anti_Jamur(1).ppt
 
Obat obat anti jamur
Obat obat anti jamurObat obat anti jamur
Obat obat anti jamur
 
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
 
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
 
1. Dermatofitosis (1).pptx
1. Dermatofitosis (1).pptx1. Dermatofitosis (1).pptx
1. Dermatofitosis (1).pptx
 
Lp eritroderma
Lp eritrodermaLp eritroderma
Lp eritroderma
 
Materi Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdf
Materi Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdfMateri Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdf
Materi Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdf
 
Penyakit Bula
Penyakit BulaPenyakit Bula
Penyakit Bula
 

Recently uploaded

seminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptx
seminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptxseminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptx
seminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptx
sariakmida
 
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratioIMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
Safrina Ramadhani
 
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngccccccccccccccccaskep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
anangkuniawan
 
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
cels17082019
 
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank MaybankUNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
csooyoung073
 
Presentasi contoh Visum et Repertum.ppt
Presentasi contoh  Visum et Repertum.pptPresentasi contoh  Visum et Repertum.ppt
Presentasi contoh Visum et Repertum.ppt
SuwandiKhowanto1
 
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksiTM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
haslinahaslina3
 

Recently uploaded (20)

seminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptx
seminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptxseminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptx
seminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptx
 
Penyuluhan Kesehatan gigi dan mulut.pptx
Penyuluhan Kesehatan gigi dan mulut.pptxPenyuluhan Kesehatan gigi dan mulut.pptx
Penyuluhan Kesehatan gigi dan mulut.pptx
 
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdfPPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
 
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratioIMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
 
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptParasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
 
asuhan keperawatan manajemen bencana pada pasien bencana konsep bencana
asuhan keperawatan manajemen bencana pada pasien bencana konsep bencanaasuhan keperawatan manajemen bencana pada pasien bencana konsep bencana
asuhan keperawatan manajemen bencana pada pasien bencana konsep bencana
 
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.pptPPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
 
partograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
partograf. pencatatan proses kelahiran.pptpartograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
partograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
 
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologijenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
 
Kartu Kembang Anak - Pemantauan Perkembangan Anak Bina Keluarga Balita (BKB)
Kartu Kembang Anak - Pemantauan Perkembangan Anak Bina Keluarga Balita (BKB)Kartu Kembang Anak - Pemantauan Perkembangan Anak Bina Keluarga Balita (BKB)
Kartu Kembang Anak - Pemantauan Perkembangan Anak Bina Keluarga Balita (BKB)
 
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngccccccccccccccccaskep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
 
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
 
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smeardokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
 
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank MaybankUNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
 
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
 
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
 
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHANKONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
 
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbregulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
 
Presentasi contoh Visum et Repertum.ppt
Presentasi contoh  Visum et Repertum.pptPresentasi contoh  Visum et Repertum.ppt
Presentasi contoh Visum et Repertum.ppt
 
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksiTM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
 

Infeksi kulit dan jaringan lunak

  • 1. Bakteri Penyebab Infeksi pada Kulit dan Jaringan Ikat Mustika Sari H Hutabarat, S.SiT.,M.Biomed Universitas Katolik Musi Charitas Palembang 2019
  • 2. Introduction Kulit merupakan organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh yang menjadi pembatas tubuh dengan lingkungan sekitar. Luas kulit dewasa 1,5 m2 , berat 15% dari BB. Kulit terdiri dari 3 lapisan utama: - Epidermis - Dermis - Subkutis Sumeber gambar: Giam YC, 2019
  • 3. Introduction Kelainan kulit yang terjadi dapat langsung disebabkan : Mikroorganisme pada kulit Penyebaran proses imunologik yang dihasilkan mikroorganisme Penyakit sistemik berdasarkan proses imunnologik Kulit merupakan barier mekanik yang penting untuk mencegah mikroorganisme dan agen perusak lain masuk ke dalam jaringan yang lebih dalam.
  • 4. Flora Normal Kulit  Pada umumnya di kulit normal terdapat flora normal yang memiliki sifat protektif.  Kulit normal dikolonisasi oleh mikroorganisme Gram positif: Staphylococcus epidermidis dan difteroid  Namun flora normal dapat menjadi patogen bila:  Bila ditempatkan pada tempat yang tidak semestinya  Faktor prediposisi
  • 5. Patogenesis Infeksi Kulit dan Jaringan Lunak • Infeksi pada struktur kulit • Folikel rambut, folikulitis • Infeksi kulit superfisial • Epidermis dan dermis ( Impetigo, erisipelas) • Infeksi jaringan Subkutis • Selulitis, fasiitis • Infeksi kulit yang masuk akibat adanya kerusakan bagian kulit/ penyebaran hematogen • Toksin yang dikeluarkan dari bakteri yang menginfeksi tempat lain • Strerpcoccus grup A
  • 6. Folikulitis • Infeksi folikel rambut yang timbul sebagai nodul keras dan nyeri tekan dengan pustul di tengah Furunkel • Lesi akibat Infeksi akibat folikulitis yang dapat meluas dan berkembang  Furunkel (bisul) Karbunkel • Peristiwa dimana bisul yang pecah disertai dengan keluarnya pus / Pus yang berkembang menjadi Karbunkel (abses lokulata besar) Etiologi: Infeksi ini biasanya disebabkan oleh : Staphylococcus aureus, Staphylococcus scalded skin sydrom , Pseudomonas aeruginosa Lesi perianal sering disebabkan oleh : Escherichia coli, Streptococcus millier (bakteri anaerob) Refrensi: Elliot Tom,et al, Mikrobiologi Kedokteran & Infeksi , EGC: 2013 Folikulitis,Furunkel, dan Karbunkel
  • 7. Infeksi Superfisial Impetigo Etiologi: Streptococcus β-hemolitikus grup A: Impetigo krutosa Stapjylococcus aureus: Impetigo bullosa Gambaran Klinis: Terbentuk lesi berkrusta warna kuning, terutama di wajah sekitar hidung. Penyebaran melalui autoinokulasi Terapi: Flukloksasilin merupakan obat pilihan: eritromisin merupakan obat alternatif. Infeksi kulit superfisial yang menegenai epidermidis Impetigo bulosa Impetigo krutosa
  • 8. Infeksi Superfisial Erisipelas Etiologi: Streptococcus Gambaran Klinis: Suatu area berwarna merah terang, sedikit meninggi, dan nyeri tekan, demam, mengigil Terapi: Benzipenisilin atau eritromisin. Bentuk selulitis superfisial yang mengenai pembukuh limfe
  • 9. Infeksi Superfisial • Akne • Disebabkan oleh Propionibacterium acnes. • Lesi terbentuk di folikel sebasea yang salurannya tersumbat oleh keratin sehingga terbentuk ‘blackhead’(komedo terbuka) • Terapi dilakukan dengan pemberian tetrasiklin dikombinasikan dengann antiseptik topikal.
  • 10. Infeksi Jaringan Subkutis • Selulitis • Peradangan akut dan meluas dari dermis dan jaringan subkutan akibat adanya infeksi • Etiologi • Streptococcus β-hemolitikus grup A  penyebab tersering selulitis • Staphylococcus aureus yang dapat menyebabkan menyebabkan luka atau pembentukan abses. • Haemophilus influenzae tipe B yang menjadi penyebab selulitis pada anak usia < 5 tahun. • Erysipelothrix rhusiopathiae penyebab selulitis yang umumnya ditemukan pada pengolah daging dan ikan. • Vibrio non-cholera ( Vibrio vulnificus) jarang terjadi, namun dapat menyebabkan komplikasi selulitis pada luka yang teremar air laut. • Selulitis anaerob adalah suatu kompikasi dari gigitan flora normal flora anerob oral) atau infeksi jaringan
  • 11. Gambaran klinis • Kulit tampak eritem, hangat, dan membengkak dengan tepi ireguler (berbeda dari erisipelas) • Demam dan pembesaran kelanjar getah bening regional. • Selulitis anaerob dapat menimbulakan bau busuk, disertai krepitus kulit dan kulit nekrotik. Terapi • Penisilin, digunakan untuk Streptococcus/Erysioelothrix spp • Flukloksasilin, digunakan untuk Staphylococcus spp • Klindamisin, digunakan untuk pasien yang alergi penisilin • Metrodinazol, digunakan untuk selulitis yang disebabkan oleh bakteri anaerob dan debridema jaringan yang mati. • Sefatoksim, digunakan untuk selulitis yang disebabkan oleh H. influenza tipe B. Infeksi jaringan Subkutis
  • 12. Infeksi Kulit Yang Masuk Akibat Adanya Kerusakan Bagian Kulit/ Penyebaran Hematogen Gangren Bakterial Sinergistik Infeksi fasial superfisial dan jaringan lemak subkutis yang tidak mengenai jaringan otot, namun dapat mengenai dingding abdomen/ genitalia pria (gangren Fournier).  Etiologi  Infeksi campuran yang disebabkan oleh S. aureus, Streptococcus mikroaerofilik / anaerob, kadang anaerob Gram-negatif (seperti: Bacteroides spp).  Faktor presiposisi, trauma lokal, bedah abdominal, dan genital, serta diabetes militus. Terapi  Eksisi radikal jaringan nekrotik disertai pemberian antibiotik:  Flukloksasilin : S.aureus  Penisilin : Streptococcus  Metronidazol : bakteri anaerob  Grntamisin dan Coprofloksasin : Antibiotik spektrum luas untun bakteri Gram-negatif
  • 13. Infeksi Kulit Yang Masuk Akibat Adanya Kerusakan Bagian Kulit/ Penyebaran Hematogen Fasiitis Nekrotikans Infeksi fasial superfisial dan jaringan lemak subkutis yang tidak mengenai jaringan otot, namun dapat mengenai dingding abdomen/ genitalia pria (gangren Fournier).  Etiologi  Infeksi campuran yang disebabkan oleh S. aureus, Streptococcus mikroaerofilik / anaerob, kadang anaerob Gram-negatif (seperti: Bacteroides spp).  Faktor presiposisi, trauma lokal, bedah abdominal, dan genital, serta diabetes militus. Terapi  Eksisi radikal jaringan nekrotik disertai pemberian antibiotik:  Flukloksasilin : S.aureus  Penisilin : Streptococcus  Metronidazol : bakteri anaerob  Grntamisin dan Coprofloksasin : Antibiotik spektrum luas untun bakteri Gram-negatif
  • 14. Selulitas Klostridial Mionekrosis Klostridial (Gas Gangren) Patogen esis • Akibat trauma atau pembedahan yg dapat terinfeksi oleh Clostridium perfringens menyebabkan gas gangren atau mionekrosis klostridial. • Klostridium menghasilkan enzim dan eksotoksin yang menyebabkan penyebaran organisme melalui permukaan jaringan datar dan menimbulkan hemolisis serta syok. Gambara n Klinis • Selulitis dengan daerah nekrotik dan gangren, krepitus jaringan, demam, toksemia seiring dengan terjadinya miositis. Terapi • Penisilin dan metronidazol Pencegah an • Sanitasi yang rutin terhadap jaringan yang mati selama proses penyembuhan • Antibiotik profilaksasi (penisilin) pada pasien yg menjalani amputasi mencegah penyakit vaskuler perifer
  • 15. Infeksi Kulit Yang Masuk Akibat Adanya Kerusakan Bagian Kulit/ Penyebaran Hematogen Kulit Bakar • Dapat terkolonisasi oleh bakteri  S.aureus, Pseudomonas spp, dan Koliform • Kolonisasi bakteri dapat menyebabkan  bakteremia • Terapi  diberikan pada pasien viabilitas tandur kulit, terinfeksi Streptococcus β- hemolitikus grup A Infeksi Kulit • Luka Kecelakaan  S.aureus, Streptococcus β-hemolitikus grup A, Clostridium • Gigitan  Pasteurella multocida • Luka Pasca Operasi • Tubuh bagian atas  S.aureus , Streptococcus β-hemolitikus grup A, • Tubuh bagia bawah Bakteri koliform, Pseudomonas aeruginosa (bakteri anaerob)
  • 16. Infeksi Kulit Yang Masuk Akibat Adanya Kerusakan Bagian Kulit/ Penyebaran Hematogen Gambaran Klinis • Demam, eksudat luka, selulitis Terapi  Tergantung dari organisme penyebab (hasil biakan) • Ko-amoksiklav untuk mencegah penyebaran mikroorganisme Pencegahan • Dekontaminasi daerah operasi • Pemakaian antibiotik profilaksis • Teknik pembedahan yang baik • Tindakan untuk mencegah kontaminasi
  • 17. Penyakit Kulit Akibat Toksin Scarlet fever • Merupakan infeksi tenggorokan yg disebabkakn oleh Streptococcus grup A yang menghasilkan Toksin Eritrogenik • Toksin menyebabkan ruam eritematosa dann lida merah. Ketika ruam mulai menghilang terjadi deskuamasi kulit. Staphtlococcus scalded skin sydrom • Banyak terjadi pada bayi kecil (penyakit Ritter), dann orang dewasa (nekrolisis epidermal toksik/ penyakit Lyell).
  • 18. LEPRA (Morbus Hansen) • Merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang manifestasi nya dibagi sebagai berikut • Lepra tuberkuloid • Penebalan saraf terutama saraf ulnaris dan radialis superfisial, dan sering mengenai saraf peroneus dan aurikula mayor • Lepra lepromatosa • Kulit mengalami penebalan difus dan pembengkakan di wajah, hidung, dan bibir. • Lepra borderline • Berada diantara tuberkulin dan lepromatosa dengan gambaran klinis campuran.
  • 20. KESIMPULAN 1. Menurut kriteria WHO sebanyak 210 kasus dengue dgn kriteria demam dan 53 kasus dengan hemoragic fever (termasuk 1 kasus DSS) 2. Secara pemeriksaan asymptomatic kasus yang paling banyak adalah DENV-4 di Jawa Barat tahun 2006-2009 TERIMA KASIH
  • 21. REFERENCES 1. Henchal EA, Putnak JR (1990) The dengue viruses. Clin Microbiol Rev 3: 376–396. PMID: 2224837 6. Gupta N, Srivastava S, Jain A, Chaturvedi UC (2012) Dengue in India. Indian J Med Res 136: 373–390. PMID: 23041731 7. Humayoun MA, Waseem T, Jawa AA, Hashmi MS, Akram J (2010) Multiple dengue serotypes and highfrequency of dengue hemorrhagic fever at two tertiary care hospitals in Lahore during the 2008 dengue virus outbreak in Punjab, Pakistan. Int J Infect Dis 14 Suppl 3: e54–59. doi: 10.1016/j.ijid.2009.10.008 PMID: 20171916 8. Tapia-Conyer R, Mendez-Galvan JF, Gallardo-Rincon H (2009) The growing burden of dengue in Latin America. J Clin Virol 46 Suppl 2:S3–6. doi: 10.1016/S1386- 6532(09)70286-0 PMID: 19800563 9. Bouldouyre MA, Baumann F, Berlioz-Arthaud A, Chungue E, Lacassin F (2006) Factors of severity at admission during an epidemic of dengue 1 in New Caledonia (South Pacific) in 2003. Scand J Infect Dis 38: 675–681. PMID: 16857614 10. George R, Lam SK (1997) Dengue virus infection—the Malaysian experience. Ann Acad Med Singapore 26: 815–819. PMID: 9522985 11. Teixeira MG, Costa MC, Coelho G, Barreto ML (2008) Recent shift in age pattern of dengue hemorrhagic fever, Brazil. Emerg Infect Dis 14: 1663. doi: 10.3201/eid1410.071164 PMID: 18826842 12. Ibrahim NM, Cheong I (1995) Adult dengue haemorrhagic fever at Kuala Lumpur Hospital: retrospective study of 102 cases. Br J Clin Pract 49: 189–191. PMID: 7547159 25. Porter KR, Beckett CG, Kosasih H, Tan RI, Alisjahbana B, et al. (2005) Epidemiology of dengue and dengue hemorrhagic fever in a cohort of adults living in Bandung, West Java, Indonesia. Am J TropMed Hyg 72: 60–66. PMID: 15728868 27. Clarke DH, Casals J (1958) Techniques for hemagglutination and hemagglutination-inhibition with arthropod-borne viruses. Am J Trop Med Hyg 7: 561–573. PMID: 13571577

Editor's Notes

  1. Epidermis Lapisan epidermis tebalnya relatif, bervariasi dengan 75-150µ, kecuali pada telapak tangan dan kaki yang lebih tebal, terdiri dari: Stratum korneum dan lapisan Mapighi, desmosom, melanosit dll Dermis Dermis merupakan jaringan metabolik aktif, mengandung kolagen, elastin, sel saraf, pembuluh darah, jaringan limfatik, kelenjar ekrin, apokrin, sebaseus di samping folikel rambut. Subkutis Terdapat di bawah dermis, terdiri dari jaringan ikat dan lemak. Refrensi: Johnson & Johnson. Principles of infant skin care. Johnson & Johnson Consumer Product, Inc:6-12. Langerholm B, Lodin A. New acidifying preparation for skin care. Lakartidningen, 1966; 63:1472-6.