SlideShare a Scribd company logo
1 of 35
UVEITIS
   ANTERIOR

Referat Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata
BAB I. PENDAHULUAN
   Uveitis adalah radang pada uvea

   Uveitis : 1. bagian anterior  iritis, siklitis atau
                                        iridosiklitis
            2. bagian posterior  koroiditis

   Uveitis anterior/iridosiklitis biasanya terjadi
    mendadak (selama 6-8 minggu)
   Penyebab uveitis  reaksi
    imunologik, infeksi, trauma, pascabedah, dll

   Diagnosis tepat + penatalaksanaan adekuat
     mencegah komplikasi seperti glaukoma
    sekunder, sinekia, katarak, dan ablasio retina.
BAB II. TINJAUAN
PUSTAKA
      Anatomi Uvea
Uvea adalah lapis vaskular di dalam bola
mata yang terdiri dari iris, badan siliar dan
koroid. Dilindungi oleh kornea dan sklera.
Berfungsi untuk memberikan nutrisi ke mata.

Uvea : - anterior  iris dan badan siliar
     - posterior  koroid
Anatomi uvea
Iris terdiri atas bagian pupil dan bagian
 tepi siliar.
 Iris  reaksi pupil (kemampuan mengatur

 masuknya sinar ke dalam bola mata )
 indikator untuk fungsi saraf simpatis
 (midriasis) dan fungsi saraf parasimpatis
 (miosis) oleh nerves kranialis III.
 Iris sebagai pembatas antara kamera

 anterior dari kamera posterior yang berisi
 akuous humor
 Korpus siliaris berbentuk seperti segitiga
 Terdiri dari : -pars korona (diliputi oleh 2
                       lapisan epitel sebagai
                            kelanjutan dari
  epitel iris)
                 -pars plana
 Memproduksi akuous humor sebagai

  pemberi nutrisi
 Dari processus siliar keluar serat-serat

  zonula zinii sebagai penggantung lensa.
 Koroid merupakan bagian dari segmen
  posterior uvea, yang terletak diantara
  retina dan sklera
 Tersusun dari tiga lapis pembuluh darah

  yang besar, sedang dan kecil
 Semakin dalam letak pembuluh darah,
  semakin lebar lumennya
Uveitis Anterior /
Iridosiklitis
                      Definisi
 Uveitis anterior adalah peradangan yang
 mengenai iris dan badan siliaris yang disebut juga
 iridosiklitis.

                  Epidemiologi
 ±15 : 100.000 penduduk
 75 % uveitis anterior
 usia 20 – 50 tahun
 kebanyakan pada ras kaukasian
Etiologi
Berdasarkan spesifitas penyebab:
Penyebab spesifik (infeksi)
 virus, bakteri, fungi, parasit spesifik
 (Sifilis, Tuberkulosis, Herpes Zoster, Herpes
 simpleks, Morbus Hansen, Adenovirus).

Penyebab non spesifik (non infeksi)/reaksi
 hipersensitivitas
 reaksi hipersensitivitas terhadap mikroorganisme
 atau antigen yang masuk kedalam tubuh dan
 merangsang reaksi antigen antibodi dengan
 predileksi pada traktus uvea.
Berdasarkan asalnya:
Eksogen
 karena trauma, operasi intra okuler, ataupun
 iatrogenik.

Endogen
 karena fokal infeksi di organ lain / reaksi
 autoimun.
 Berdasarkan perjalanan penyakit:
Akut
  serangan terjadi satu atau dua kali, dan penderita
  sembuh sempurna diluar serangan tersebut.

Residif
  serangan terjadi lebih dari dua kali disertai
  penyembuhan yang sempurna di antara serangan-
  serangan tersebut.

Kronis
  serangan terjadi berulang kali tanpa pernah sembuh
  sempurna di antaranya.
Berdasarkan reaksi radang yang terjadi:
Non granulomatosa
 Infiltrat yang terjadi terdiri dari sel plasma dan
 limfosit.

Granulomatosa
 Infiltrat yang terjadi terdiri dari sel epiteloid dan
 makrofag.
   Patofisiologi

dilatasi pembuluh darah kecil , hiperemi perikorneal (pericorneal
                       vascular injection)
                                  ↓
                Permeabilitas pembuluh darah ↑
                                 ↓
eksudasi, iris edema, pucat, pupil reflex ↓ sampai dgn hilang,pupil
                              miosis
                                 ↓
  Migrasi sel-sel radang dan fibrin ke COA, COA keruh, flare (+)
                                ↓
   Sel radang menumpuk di COA, hipopion (bila proses akut)
                                ↓
        Migrasi eritrosit ke COA, hifema (bila proses akut)
                                 ↓
 Sel-sel radang melekat pada endotel kornea (keratic precipitate)
Sel-sel radang, fibrin, fibroblast menyebabkan
 iris melekat pada kapsul lensa anterior (sinekia
                     posterior)
    dan pada endotel kornea (sinekia anterior)
                           ↓
   Sel-sel radang, fibrin, fibroblas menutup pupil
         (seklusio pupil / oklusio pupil)
                           ↓
          Gangguan aliran aquous humor
dan peningkatan tekanan intra okuler dan terjadi
                glaukoma sekunder
                           ↓
  Gangguan metabolisme pada lensa, lensa jadi
             keruh, katarak komplikata
                           ↓
Peradangan menyebar bisa menjadi endoftalmitis
                 dan panoftalmitis
   Klasifikasi Secara Klinis
Granulomatosa

 - Terdapat invasi mikroba ke jaringan uvea oleh organisme penyebab
 (Toxoplasma gondii, Mycobacterium tuberculosis).
 - Reaksi seluler >> reaksi vaskular
 - Injeksi silier tidak hebat  iris bengkak dan gambaran radiernya kabur
 - Di tepi pupil dapat terbentuk Koeppe nodule (penimbunan sel di tepi
 pupil)
 - Keratik presipitat besar  mutton fat deposit (makrofag dan pigmen-
 pigmen) memberikan gambaran seperti berminyak.
 -   COA terlihat keruh, lebih banyak sel dibanding fibrin.
 - Badan kaca keruh
 - Visus ↓ ↓  media refrakta terganggu
 - Rasa sakit sedang dan fotofobia sedikit
 - Pemeriksaan PA  sel limfosit, epiteloid, dan makrofag.
Non granulomatosa
 - Lebih sering pada uveitis anterior
 - Penyebabnya diduga alergi
 - Timbulnya akut
 - Reaksi vaskular >> reaksi seluler
 - Injeksinya hebat
 - Badan kaca tidak keruh
 - Cairan COA mengandung lebih banyak fibrin
 daripada sel dapat terbentuk hipopion.
 - Nyeri lebih hebat, fotofobia, dan visus lebih
 menurun
 - Pemeriksaan PA  sel plasma dan sel
 mononuklear pada iris dan badan silier.
   Manifestasi
Keluhan subyektif : - nyeri, terutama di bulbus okuli,
                           spontan
                  - sakit kepala di frontal yang
  menjalar                 ke temporal
                  - blefarospasme
                  - fotofobia (hebat pada keadaan
  akut)
                  - lakrimasi
                  - gangguan visus, unilateral

Pada keadaan kronis gejala dapat minimal sekali, dan
   Pemeriksaan Fisik
   Edema palpebra  disertai dengan ptosis ringan
   Injeksi konjuntiva dan silier
   COA: normal atau dangkal, bila terdapat iris bombe.
    Jika terdapat sinekia posterior, maka COA terlihat
    dalam. Pada pemeriksaan slit lamp, menunjukkan
    efek Tyndal/flare positif sehingga berkas sinar di
    COA menjadi tampak karena dipantulkan oleh sel-
    sel radang yang ada di COA.
Derajat berat ringannya flare
0  tidak ditemukan
1+  flare terlihat dengan pemeriksaan yang
  teliti
2+  flare tingkat sedang, iris masih terlihat
  bersih
3+  kekeruhan lebih berat, iris dan lensa
  sudah keruh
4+  flare sangat berat, fibrin menggumpal
  pada akuous humor
   Iris terlihat suram, gambaran radier menjadi
    tidak nyata karena pelebaran pembuluh darah
    di iris, gambaran kripta tidak nyata, edema dan
    warna dapat berubah, terkadang didapatkan
    iris bombe.
   Pupil miosis, bentuknya irregular (sinekia
    posterior), refleks pupil menurun sampai tidak
    ada.
   Lensa keruh katarak komplikata.
   TIO normal, menurun atau meningkat jika telah
    terjadi glaukoma sekunder.
   Kornea keratik presipitat (kumpulan sel-sel
    yang menempel pada endotel kornea, biasanya
    di bagian bawah)
Pembagian Uveitis Anterior secara
  klinis
       Ringan               Sedang                  Berat
Keluhan ringan -      Keluhan sedang –       Keluhan sedang –
sedang                berat                  berat

Visus 20/20 – 20/30   Visus 20/30 – 20/100   Visus < 20/100

Kemerahan             Kemerahan              Kemerahan
sirkumkorneal         sirkumkorneal dalam    sirkumkorneal dalam
superficial
Tidak ada KPs         Tampak KPs             Tampak Kps

1 + sel dan flare     1-3 + sel dan flare    3-4 + sel dan flare

TIO berkurang < 4     TIO berkurang 3-6      TIO meningkat
mmHh                  mmHg
                      Miosis, sluggish       Pupil terfiksasi
   Pemeriksaan Penunjang
 Umumnya tidak dilakukan terhadap pasien yang
 responsif terhadap terapi, pemeriksaan dilakukan
 untuk menentukan etiologi.
Contoh : - skin test  Tuberkulosis
         - hitung jenis, eosinofilia  alergi, inf.
           parasit
         - foto rontgen Tuberkulosis,
           sarkoidosis
         - ANA  autoimun
         - TORCH
         - IgG, IgM  toxoplasma
Diagnosis
   Anamnesis
    Mata sakit, merah, sekret (-), silau, pandangan
    kabur/penurunan tajam penglihatan
    Perlu ditanyakan mengenai riwayat penyakit sekarang karena
    dapat menjadi faktor penyebab
   Pemeriksaan Oftalmologi
    - visus ↓ ↓
    - perubahan TIO
    - injeksi silier
    - keratik presipitat pada kornea
    - flare pada COA
    - sinekia
   Pemeriksaan penunjang
    Untuk mencari etiologi penyebabnya apabila
    diagnosis uveitis anterior sudah dapat
    ditegakkan. Contoh : skin test, foto
    rontgen, ANA dan lain-lain.
Komplikasi

Terapi tidak
                     UVEITIS
adekuat             ANTERIOR




                  KOMPLIKA
                  SI
Komplikasi yang sering terjadi :
   Sinekia posterior  perlekatan antara iris
    dengan kapsul lensa bagian anterior akibat
    sel-sel radang, fibrin, dan fibroblas.
   Sinekia anterior  perlekatan iris dengan
    endotel kornea akibat sel-sel
    radang, fibrin, dan fibroblas.
   Seklusio pupil  perlekatan pada bagian tepi
    pupil
   Oklusio pupil  seluruh pupil tertutup oleh sel-
    sel radang
   Iris bombe  akibat terjadinya perlekatan-
    perlekatan dan tertutupnya trabekular oleh sel-
    sel radang, maka aliran akuous humor dari
    COP ke COA akan terhambat dan
    mengakibatkan akuous humor terkumpul di
    COP dan akan mendorong iris ke depan.
   Glaukoma sekunder  karena penimbunan
    akuous humor dan menyebabkan peningkatan
    tekanan bola mata.
   Katarak komplikata  akibat dari gangguan
    metabolisme lensa
 Endoftalmitis  peradangan supuratif
  berat dalam rongga mata dan struktur di
  dalamnya dengan abses di dalam badan
  kaca akibat dari peradangan yang meluas.
 Panoftalmitis  peradangan pada seluruh

  bola mata termasuk sklera dan kapsul
  tenon sehingga bola mata merupakan
  rongga abses.
 Ablasio retina
Penatalaksanaan
Topikal
 Midriatikum/sikloplegik

  untuk mengistirahatkan otot-otot iris dan badan silier, sehingga
  dapat mengurangi nyeri dan mempercepat panyembuhan dan
  mencegah terjadinya sinekia, atau melepaskan sinekia yang telah
  ada.
  Midriatikum yang biasa digunakan yaitu:
  - Sulfas atropin 1% sehari 3 kali tetes
  - Homatropin 2% sehari 3 kali tetes
  - Scopolamin 0,2% sehari 3 kali tetes
 Anti inflamasi

  Kortikosteroid diberikan untuk mengurangi peradangan yang terjadi.
  Kortikosteroid yang biasa digunakan ialah dexamethasone 0,1 %
  atau prednisolone 1 %. Perlu diwaspadai komplikasi-komplikasi
  yang mungkin terjadi pada pemberian kortikosteroid, yaitu
  glaukoma sekunder pada penggunaan lokal selama lebih dari dua
  minggu.
 Antibiotik
Sistemik
 Antibiotik



   Kortikosteroid oral
    Dosis yang diberikan ialah 1 mg/ kg BB yang
    kemudian dosis tersebut diturunkan perlahan-
    lahan setiap 1 minggu.
Prognosis
   Pada umumnya pasien dengan uveitis anterior
    akan berespon baik jika sudah didiagnosis dari
    awal dan diberikan pengobatan yang adekuat.
    Uveitis anterior ini mungkin akan berulang,
    terutama jika ada penyebab sistemik.
    Prognosis visual pada iritis kebanyakan akan
    pulih dengan baik, tanpa adanya katarak,
    glaukoma atau posterior uveitis maupun
    komplikasi lainnya. Apabila sudah terjadi
    komplikasi ablasio retina maka prognosisnya
    akan menjadi buruk.
uveitis-anterior-referat

More Related Content

What's hot

225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasusaauyahilda
 
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisMengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisSeascape Surveys
 
Pembedahan pada mata
Pembedahan pada mataPembedahan pada mata
Pembedahan pada mataRizal_mz
 
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)fikri asyura
 
Case Report BPPV
Case Report BPPVCase Report BPPV
Case Report BPPVKharima SD
 
Status Dermatologikus
Status DermatologikusStatus Dermatologikus
Status Dermatologikuspeternugraha
 
Ppt osteomielitis
Ppt osteomielitisPpt osteomielitis
Ppt osteomielitisKANDA IZUL
 
Kaspan katarak senilis imatur
Kaspan   katarak senilis imaturKaspan   katarak senilis imatur
Kaspan katarak senilis imaturKarin Survival
 
1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi
1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi
1. tajam penglihatan dan kelainan refraksifikri asyura
 
Dermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergiDermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergiUsqi Krizdiana
 
Referat Mata Kabur
Referat Mata KaburReferat Mata Kabur
Referat Mata KaburKharima SD
 

What's hot (20)

225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
 
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisMengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
 
Pembedahan pada mata
Pembedahan pada mataPembedahan pada mata
Pembedahan pada mata
 
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
 
2. konjungtiva
2. konjungtiva2. konjungtiva
2. konjungtiva
 
Ileus obstruktif
Ileus obstruktifIleus obstruktif
Ileus obstruktif
 
Blefaritis
BlefaritisBlefaritis
Blefaritis
 
Case Report BPPV
Case Report BPPVCase Report BPPV
Case Report BPPV
 
Status Dermatologikus
Status DermatologikusStatus Dermatologikus
Status Dermatologikus
 
3. lensa
3. lensa3. lensa
3. lensa
 
Konjungtivitis
KonjungtivitisKonjungtivitis
Konjungtivitis
 
Ppt osteomielitis
Ppt osteomielitisPpt osteomielitis
Ppt osteomielitis
 
Hemoroid
HemoroidHemoroid
Hemoroid
 
Peri apendikuler infiltrat
Peri apendikuler infiltratPeri apendikuler infiltrat
Peri apendikuler infiltrat
 
Kaspan katarak senilis imatur
Kaspan   katarak senilis imaturKaspan   katarak senilis imatur
Kaspan katarak senilis imatur
 
1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi
1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi
1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi
 
Keseimbangan cairan & elektrolit
Keseimbangan cairan & elektrolitKeseimbangan cairan & elektrolit
Keseimbangan cairan & elektrolit
 
Kolesistitis
KolesistitisKolesistitis
Kolesistitis
 
Dermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergiDermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergi
 
Referat Mata Kabur
Referat Mata KaburReferat Mata Kabur
Referat Mata Kabur
 

Similar to uveitis-anterior-referat

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT UVEITIS MATA
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT UVEITIS MATAASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT UVEITIS MATA
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT UVEITIS MATAHEALCORP
 
JR Mata Kelompok B_Uveitis Kronik Pada Kusta.pptx
JR Mata Kelompok B_Uveitis Kronik Pada Kusta.pptxJR Mata Kelompok B_Uveitis Kronik Pada Kusta.pptx
JR Mata Kelompok B_Uveitis Kronik Pada Kusta.pptxDionPHutasoit
 
Konjungtivitis Vernalis 3.pptx
Konjungtivitis Vernalis 3.pptxKonjungtivitis Vernalis 3.pptx
Konjungtivitis Vernalis 3.pptxIlhamMayzar1
 
PPT_KATARAK_pptx.pptx
PPT_KATARAK_pptx.pptxPPT_KATARAK_pptx.pptx
PPT_KATARAK_pptx.pptxDiasPradika1
 
Ultrasonografi Okular yang Difokuskan pada Segmen Posterior Mata.pptx
Ultrasonografi Okular yang Difokuskan pada Segmen Posterior Mata.pptxUltrasonografi Okular yang Difokuskan pada Segmen Posterior Mata.pptx
Ultrasonografi Okular yang Difokuskan pada Segmen Posterior Mata.pptxAditya70651
 
Askep truma-mata
Askep truma-mataAskep truma-mata
Askep truma-mataSurya Yama
 
Matamerah konjuktivitis
Matamerah konjuktivitisMatamerah konjuktivitis
Matamerah konjuktivitisRizal_mz
 
Tugas jurnal-kesimpulan Hordeolum kel 3.docx
Tugas jurnal-kesimpulan Hordeolum kel 3.docxTugas jurnal-kesimpulan Hordeolum kel 3.docx
Tugas jurnal-kesimpulan Hordeolum kel 3.docxSebastianNusantara
 
Askep trauma mata
Askep trauma mataAskep trauma mata
Askep trauma matamateri-x2
 
SGL Mata Merah - TEMPLATE SLIDE FK UMI NEW (1).pptx
SGL Mata Merah - TEMPLATE SLIDE FK UMI NEW (1).pptxSGL Mata Merah - TEMPLATE SLIDE FK UMI NEW (1).pptx
SGL Mata Merah - TEMPLATE SLIDE FK UMI NEW (1).pptxAmaliYahILm
 
Mata merah konjuktivitis
Mata merah  konjuktivitisMata merah  konjuktivitis
Mata merah konjuktivitisfaizalairul
 
Modul-Benda-Asing-di-Konjunctiva.pdf
Modul-Benda-Asing-di-Konjunctiva.pdfModul-Benda-Asing-di-Konjunctiva.pdf
Modul-Benda-Asing-di-Konjunctiva.pdfErita12
 

Similar to uveitis-anterior-referat (20)

Eyes injury
Eyes injuryEyes injury
Eyes injury
 
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT UVEITIS MATA
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT UVEITIS MATAASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT UVEITIS MATA
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT UVEITIS MATA
 
G3 mata
G3 mataG3 mata
G3 mata
 
JR Mata Kelompok B_Uveitis Kronik Pada Kusta.pptx
JR Mata Kelompok B_Uveitis Kronik Pada Kusta.pptxJR Mata Kelompok B_Uveitis Kronik Pada Kusta.pptx
JR Mata Kelompok B_Uveitis Kronik Pada Kusta.pptx
 
Konjungtivitis Vernalis 3.pptx
Konjungtivitis Vernalis 3.pptxKonjungtivitis Vernalis 3.pptx
Konjungtivitis Vernalis 3.pptx
 
PPT_KATARAK_pptx.pptx
PPT_KATARAK_pptx.pptxPPT_KATARAK_pptx.pptx
PPT_KATARAK_pptx.pptx
 
Ultrasonografi Okular yang Difokuskan pada Segmen Posterior Mata.pptx
Ultrasonografi Okular yang Difokuskan pada Segmen Posterior Mata.pptxUltrasonografi Okular yang Difokuskan pada Segmen Posterior Mata.pptx
Ultrasonografi Okular yang Difokuskan pada Segmen Posterior Mata.pptx
 
Askep truma-mata
Askep truma-mataAskep truma-mata
Askep truma-mata
 
Matamerah konjuktivitis
Matamerah konjuktivitisMatamerah konjuktivitis
Matamerah konjuktivitis
 
Tugas jurnal-kesimpulan Hordeolum kel 3.docx
Tugas jurnal-kesimpulan Hordeolum kel 3.docxTugas jurnal-kesimpulan Hordeolum kel 3.docx
Tugas jurnal-kesimpulan Hordeolum kel 3.docx
 
Trauma mata
Trauma mataTrauma mata
Trauma mata
 
Askep trauma mata
Askep trauma mataAskep trauma mata
Askep trauma mata
 
Satuan pembelajaran sindrom steven johnson
Satuan pembelajaran  sindrom steven johnsonSatuan pembelajaran  sindrom steven johnson
Satuan pembelajaran sindrom steven johnson
 
Refrat vogt
Refrat vogt Refrat vogt
Refrat vogt
 
SGL Mata Merah - TEMPLATE SLIDE FK UMI NEW (1).pptx
SGL Mata Merah - TEMPLATE SLIDE FK UMI NEW (1).pptxSGL Mata Merah - TEMPLATE SLIDE FK UMI NEW (1).pptx
SGL Mata Merah - TEMPLATE SLIDE FK UMI NEW (1).pptx
 
Mata merah konjuktivitis
Mata merah  konjuktivitisMata merah  konjuktivitis
Mata merah konjuktivitis
 
Modul-Benda-Asing-di-Konjunctiva.pdf
Modul-Benda-Asing-di-Konjunctiva.pdfModul-Benda-Asing-di-Konjunctiva.pdf
Modul-Benda-Asing-di-Konjunctiva.pdf
 
Anatomi fisiologi retina AKPER MUNA
Anatomi fisiologi retina AKPER MUNA Anatomi fisiologi retina AKPER MUNA
Anatomi fisiologi retina AKPER MUNA
 
Tugas 2 tuti
Tugas 2 tutiTugas 2 tuti
Tugas 2 tuti
 
Makalah infeksi mata
Makalah infeksi mataMakalah infeksi mata
Makalah infeksi mata
 

Recently uploaded

PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 

Recently uploaded (18)

PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 

uveitis-anterior-referat

  • 1. UVEITIS ANTERIOR Referat Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata
  • 2. BAB I. PENDAHULUAN  Uveitis adalah radang pada uvea  Uveitis : 1. bagian anterior  iritis, siklitis atau iridosiklitis 2. bagian posterior  koroiditis  Uveitis anterior/iridosiklitis biasanya terjadi mendadak (selama 6-8 minggu)
  • 3. Penyebab uveitis  reaksi imunologik, infeksi, trauma, pascabedah, dll  Diagnosis tepat + penatalaksanaan adekuat  mencegah komplikasi seperti glaukoma sekunder, sinekia, katarak, dan ablasio retina.
  • 4. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Anatomi Uvea Uvea adalah lapis vaskular di dalam bola mata yang terdiri dari iris, badan siliar dan koroid. Dilindungi oleh kornea dan sklera. Berfungsi untuk memberikan nutrisi ke mata. Uvea : - anterior  iris dan badan siliar - posterior  koroid
  • 6. Iris terdiri atas bagian pupil dan bagian tepi siliar.  Iris  reaksi pupil (kemampuan mengatur masuknya sinar ke dalam bola mata ) indikator untuk fungsi saraf simpatis (midriasis) dan fungsi saraf parasimpatis (miosis) oleh nerves kranialis III.  Iris sebagai pembatas antara kamera anterior dari kamera posterior yang berisi akuous humor
  • 7.  Korpus siliaris berbentuk seperti segitiga  Terdiri dari : -pars korona (diliputi oleh 2 lapisan epitel sebagai kelanjutan dari epitel iris) -pars plana  Memproduksi akuous humor sebagai pemberi nutrisi  Dari processus siliar keluar serat-serat zonula zinii sebagai penggantung lensa.
  • 8.
  • 9.  Koroid merupakan bagian dari segmen posterior uvea, yang terletak diantara retina dan sklera  Tersusun dari tiga lapis pembuluh darah yang besar, sedang dan kecil  Semakin dalam letak pembuluh darah, semakin lebar lumennya
  • 10. Uveitis Anterior / Iridosiklitis  Definisi Uveitis anterior adalah peradangan yang mengenai iris dan badan siliaris yang disebut juga iridosiklitis.  Epidemiologi ±15 : 100.000 penduduk 75 % uveitis anterior usia 20 – 50 tahun kebanyakan pada ras kaukasian
  • 11. Etiologi Berdasarkan spesifitas penyebab: Penyebab spesifik (infeksi) virus, bakteri, fungi, parasit spesifik (Sifilis, Tuberkulosis, Herpes Zoster, Herpes simpleks, Morbus Hansen, Adenovirus). Penyebab non spesifik (non infeksi)/reaksi hipersensitivitas reaksi hipersensitivitas terhadap mikroorganisme atau antigen yang masuk kedalam tubuh dan merangsang reaksi antigen antibodi dengan predileksi pada traktus uvea.
  • 12. Berdasarkan asalnya: Eksogen karena trauma, operasi intra okuler, ataupun iatrogenik. Endogen karena fokal infeksi di organ lain / reaksi autoimun.
  • 13.  Berdasarkan perjalanan penyakit: Akut serangan terjadi satu atau dua kali, dan penderita sembuh sempurna diluar serangan tersebut. Residif serangan terjadi lebih dari dua kali disertai penyembuhan yang sempurna di antara serangan- serangan tersebut. Kronis serangan terjadi berulang kali tanpa pernah sembuh sempurna di antaranya.
  • 14. Berdasarkan reaksi radang yang terjadi: Non granulomatosa Infiltrat yang terjadi terdiri dari sel plasma dan limfosit. Granulomatosa Infiltrat yang terjadi terdiri dari sel epiteloid dan makrofag.
  • 15. Patofisiologi dilatasi pembuluh darah kecil , hiperemi perikorneal (pericorneal vascular injection) ↓ Permeabilitas pembuluh darah ↑ ↓ eksudasi, iris edema, pucat, pupil reflex ↓ sampai dgn hilang,pupil miosis ↓ Migrasi sel-sel radang dan fibrin ke COA, COA keruh, flare (+) ↓ Sel radang menumpuk di COA, hipopion (bila proses akut) ↓ Migrasi eritrosit ke COA, hifema (bila proses akut) ↓ Sel-sel radang melekat pada endotel kornea (keratic precipitate)
  • 16. Sel-sel radang, fibrin, fibroblast menyebabkan iris melekat pada kapsul lensa anterior (sinekia posterior) dan pada endotel kornea (sinekia anterior) ↓ Sel-sel radang, fibrin, fibroblas menutup pupil (seklusio pupil / oklusio pupil) ↓ Gangguan aliran aquous humor dan peningkatan tekanan intra okuler dan terjadi glaukoma sekunder ↓ Gangguan metabolisme pada lensa, lensa jadi keruh, katarak komplikata ↓ Peradangan menyebar bisa menjadi endoftalmitis dan panoftalmitis
  • 17. Klasifikasi Secara Klinis Granulomatosa - Terdapat invasi mikroba ke jaringan uvea oleh organisme penyebab (Toxoplasma gondii, Mycobacterium tuberculosis). - Reaksi seluler >> reaksi vaskular - Injeksi silier tidak hebat  iris bengkak dan gambaran radiernya kabur - Di tepi pupil dapat terbentuk Koeppe nodule (penimbunan sel di tepi pupil) - Keratik presipitat besar  mutton fat deposit (makrofag dan pigmen- pigmen) memberikan gambaran seperti berminyak. - COA terlihat keruh, lebih banyak sel dibanding fibrin. - Badan kaca keruh - Visus ↓ ↓  media refrakta terganggu - Rasa sakit sedang dan fotofobia sedikit - Pemeriksaan PA  sel limfosit, epiteloid, dan makrofag.
  • 18. Non granulomatosa - Lebih sering pada uveitis anterior - Penyebabnya diduga alergi - Timbulnya akut - Reaksi vaskular >> reaksi seluler - Injeksinya hebat - Badan kaca tidak keruh - Cairan COA mengandung lebih banyak fibrin daripada sel dapat terbentuk hipopion. - Nyeri lebih hebat, fotofobia, dan visus lebih menurun - Pemeriksaan PA  sel plasma dan sel mononuklear pada iris dan badan silier.
  • 19. Manifestasi Keluhan subyektif : - nyeri, terutama di bulbus okuli, spontan - sakit kepala di frontal yang menjalar ke temporal - blefarospasme - fotofobia (hebat pada keadaan akut) - lakrimasi - gangguan visus, unilateral Pada keadaan kronis gejala dapat minimal sekali, dan
  • 20. Pemeriksaan Fisik  Edema palpebra  disertai dengan ptosis ringan  Injeksi konjuntiva dan silier  COA: normal atau dangkal, bila terdapat iris bombe. Jika terdapat sinekia posterior, maka COA terlihat dalam. Pada pemeriksaan slit lamp, menunjukkan efek Tyndal/flare positif sehingga berkas sinar di COA menjadi tampak karena dipantulkan oleh sel- sel radang yang ada di COA.
  • 21. Derajat berat ringannya flare 0  tidak ditemukan 1+  flare terlihat dengan pemeriksaan yang teliti 2+  flare tingkat sedang, iris masih terlihat bersih 3+  kekeruhan lebih berat, iris dan lensa sudah keruh 4+  flare sangat berat, fibrin menggumpal pada akuous humor
  • 22. Iris terlihat suram, gambaran radier menjadi tidak nyata karena pelebaran pembuluh darah di iris, gambaran kripta tidak nyata, edema dan warna dapat berubah, terkadang didapatkan iris bombe.  Pupil miosis, bentuknya irregular (sinekia posterior), refleks pupil menurun sampai tidak ada.
  • 23. Lensa keruh katarak komplikata.  TIO normal, menurun atau meningkat jika telah terjadi glaukoma sekunder.  Kornea keratik presipitat (kumpulan sel-sel yang menempel pada endotel kornea, biasanya di bagian bawah)
  • 24. Pembagian Uveitis Anterior secara klinis Ringan Sedang Berat Keluhan ringan - Keluhan sedang – Keluhan sedang – sedang berat berat Visus 20/20 – 20/30 Visus 20/30 – 20/100 Visus < 20/100 Kemerahan Kemerahan Kemerahan sirkumkorneal sirkumkorneal dalam sirkumkorneal dalam superficial Tidak ada KPs Tampak KPs Tampak Kps 1 + sel dan flare 1-3 + sel dan flare 3-4 + sel dan flare TIO berkurang < 4 TIO berkurang 3-6 TIO meningkat mmHh mmHg Miosis, sluggish Pupil terfiksasi
  • 25. Pemeriksaan Penunjang Umumnya tidak dilakukan terhadap pasien yang responsif terhadap terapi, pemeriksaan dilakukan untuk menentukan etiologi. Contoh : - skin test  Tuberkulosis - hitung jenis, eosinofilia  alergi, inf. parasit - foto rontgen Tuberkulosis, sarkoidosis - ANA  autoimun - TORCH - IgG, IgM  toxoplasma
  • 26. Diagnosis  Anamnesis Mata sakit, merah, sekret (-), silau, pandangan kabur/penurunan tajam penglihatan Perlu ditanyakan mengenai riwayat penyakit sekarang karena dapat menjadi faktor penyebab  Pemeriksaan Oftalmologi - visus ↓ ↓ - perubahan TIO - injeksi silier - keratik presipitat pada kornea - flare pada COA - sinekia
  • 27. Pemeriksaan penunjang Untuk mencari etiologi penyebabnya apabila diagnosis uveitis anterior sudah dapat ditegakkan. Contoh : skin test, foto rontgen, ANA dan lain-lain.
  • 28. Komplikasi Terapi tidak UVEITIS adekuat ANTERIOR KOMPLIKA SI
  • 29. Komplikasi yang sering terjadi :  Sinekia posterior  perlekatan antara iris dengan kapsul lensa bagian anterior akibat sel-sel radang, fibrin, dan fibroblas.  Sinekia anterior  perlekatan iris dengan endotel kornea akibat sel-sel radang, fibrin, dan fibroblas.  Seklusio pupil  perlekatan pada bagian tepi pupil  Oklusio pupil  seluruh pupil tertutup oleh sel- sel radang
  • 30. Iris bombe  akibat terjadinya perlekatan- perlekatan dan tertutupnya trabekular oleh sel- sel radang, maka aliran akuous humor dari COP ke COA akan terhambat dan mengakibatkan akuous humor terkumpul di COP dan akan mendorong iris ke depan.  Glaukoma sekunder  karena penimbunan akuous humor dan menyebabkan peningkatan tekanan bola mata.  Katarak komplikata  akibat dari gangguan metabolisme lensa
  • 31.  Endoftalmitis  peradangan supuratif berat dalam rongga mata dan struktur di dalamnya dengan abses di dalam badan kaca akibat dari peradangan yang meluas.  Panoftalmitis  peradangan pada seluruh bola mata termasuk sklera dan kapsul tenon sehingga bola mata merupakan rongga abses.  Ablasio retina
  • 32. Penatalaksanaan Topikal  Midriatikum/sikloplegik untuk mengistirahatkan otot-otot iris dan badan silier, sehingga dapat mengurangi nyeri dan mempercepat panyembuhan dan mencegah terjadinya sinekia, atau melepaskan sinekia yang telah ada. Midriatikum yang biasa digunakan yaitu: - Sulfas atropin 1% sehari 3 kali tetes - Homatropin 2% sehari 3 kali tetes - Scopolamin 0,2% sehari 3 kali tetes  Anti inflamasi Kortikosteroid diberikan untuk mengurangi peradangan yang terjadi. Kortikosteroid yang biasa digunakan ialah dexamethasone 0,1 % atau prednisolone 1 %. Perlu diwaspadai komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi pada pemberian kortikosteroid, yaitu glaukoma sekunder pada penggunaan lokal selama lebih dari dua minggu.  Antibiotik
  • 33. Sistemik  Antibiotik  Kortikosteroid oral Dosis yang diberikan ialah 1 mg/ kg BB yang kemudian dosis tersebut diturunkan perlahan- lahan setiap 1 minggu.
  • 34. Prognosis  Pada umumnya pasien dengan uveitis anterior akan berespon baik jika sudah didiagnosis dari awal dan diberikan pengobatan yang adekuat. Uveitis anterior ini mungkin akan berulang, terutama jika ada penyebab sistemik. Prognosis visual pada iritis kebanyakan akan pulih dengan baik, tanpa adanya katarak, glaukoma atau posterior uveitis maupun komplikasi lainnya. Apabila sudah terjadi komplikasi ablasio retina maka prognosisnya akan menjadi buruk.