Dokumen tersebut merangkum berbagai aspek penyakit kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium seperti tuberkulosis kulit, penyakit Buruli, dan penyakit Hansen. Jenis penyakit dan gejalanya dijelaskan beserta pemeriksaan diagnostik dan tatalaksananya.
1. REFRESHING
Penyakit Kulit ec Mycobacterium
Pembimbing:
dr. Afaf Agil A, Sp.KK
Oleh:
Fanny Destiara (2014730026)
Kepaniteraan Klinik Departemen Penyakit Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2. Pendahuluan
◦ Bakteri menyebabkan penyakit dengan invasi langsung ke jaringan,
mengeluarkan racun dan dengan menyebabkan keterlibatan imunologis
yang mengakibatkan penyakit.
◦ Hubungan bakteri dan kulit dapat dipertimbangkan dalam empat
kategori utama: (1) infeksi kulit primer, (2) infeksi sekunder penyakit
kulit primer (misalnya, dermatitis atopic yang terinfeksi), (3) lesi kulit
sebagai manifestasi infeksi primer pada beberapa system organ lain,
biasanya darah, (4) kondisi kulit reaktif yang dihasilkan dari infeksi
bakteri di tempat lain.
3. Tuberkulosis Kutis
Tuberkulosis kutis ialah tuberkulosis pada kulit yang di Indonesia disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis dan mikobakteria atipikal.
Tuberkulosis kutis umumnya pada anak-anak dan dewasa muda,
wanita agak lebih sering daripada pria. Pada kepustakaan sering
disebut tuberkulosis kutis didapati pada orang dengan keadaan
umum dan gizi kurang.
6. Primary Inoculation Tuberculosis
Pada beberapa daerah dengan prevalensi TBC yang tinggi dan kondisi hidup yang buruk.
Lesi oral dapat disebabkan oleh basil bacine pada susu yang tidak dipasteurisasi dan terjadi setelah trauma
mukosa. Lesi awal multibasier tetapi menjadi paucibasiler saat imunitas berkembang.
Gambaran Klinis:
Pada 2-4 minggu muncul papul kecil, krusta dan erosi dengan sedikit kecendrungan untuk sembuh. Predileksi
pada wajah, termasuk konjungtiva dan rongga mulut serta tangan dan ekstremitas bawah.
Pemeriksaan Penunjang:
1. pada tes tuberkulin awalnya negatif kemudian menjadi positif seiring dengan perjalanan penyakitnya.
2. pada pemeriksaan Histopatologi menunjukan reaksi inflamasi. Setelah 3-6 minggu ditemukan gambaran
granuloma dengan giant cells dan penurunan jumlah BTA dan diagnosis dikonfirmasi dengan kultur.
8. Tuberkulosis Verukosa
Tuberkulosis verukosa adalah kelainan paucibaciar yang disebabkan oleh reinfeksi eksogen.
Gambaran Klinis:
Predileksi biasanya terjadi pada tangan atau pada anak anak dapat terjadi pada ekstremitas
bawah.
Lesi berupa papul atau papulopustul dengan lingkaran berwarna ungu.
Pada gambaran Histopatologi didapatkan hiperplasia pseudoepithelial dengan hiperkeratosis,
infiltrat dan abses pada epidermis.
Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan LED meningkat,
10. Lupus Vulgaris
Lupus vulgaris adalah bentuk tuberkulosis postprimary yang disebabkan oleh penyebaran
hematogen dan limfatik.
Wanita lebih sering terkena daripada laki-laki dan dapat mengenai pada semua umur.
Gambaran Klinis: lesi awal berbentuk makula dan papula berwarna merah kecoklatan, lunak
dengan permukaan halus atau hiperkeratotik.
Predileksi dimulai pada hidung, pipi, daun telinga atau kulit kepala dan perlahan meluas ke
daerah yang berdekatan.
Pada pemeriksaan darah tepi LED meningkat
Gambaran histopatologis terdapat granuloma tuberkuloid berupa sel epiteloid, sel datia
langerhans dan dijumpai BTA.
12. Scrofuloderma
Merupakan infeksi mikobakterium pada kulit akibat penjalaran langsung organ dibawah kulit
yang telah terkena tuberkulosis, tersering berasal dari KGB, tulang atau sendi.
Predileksi pada kelenjar getah bening (leher, ketiak, jarang pada lipat paha). Gejala awal sebagai
limfadenitis pada beberapa kelenjar. Lalu kelenjar mengalami perlunakan tidak serentak hingga
konsistensi keras, kenyal dan lunak, dapat juga ditemukan jembatan kulit (skin bridge) dan diatas
terdapat sikatrik.
Pada pemeriksaan darah tepi LED meningkat
Pada pemeriksaan histopatologis bagian tengah lesi tampak nekrosis masif dan gambaran tepi
abses/dermis terdiri atas granuloma tuberkuloid.
14. Tuberkulosis orifisial
Bentuk TB yang langka pada selaput lendir dan mulut yang disebabkan oleh autoinkulasi
mikobakteri dari tuberkulosis progresif organ internal.
Penyebab dari tb orifisial adalah tuberkulosis genitourinari paru yang lanjut.
Predileksi pada sekitar mulut, orifisium uretra eksternum, perianal. Terdapat lesi tunggal atau
multiple dengan nodul kekuningan atau kemerahan muncul pada mukosa dan teratur
membentuk tukak lunak dengan tepi yang tidak teratur.
Pada pemeriksaan kultur biasanya positif walaupun tes tuberkulin negatif
Pada pemeriksaan Histopatologis ditemukan granuloma tuberkuloid dengan nekrosis dan
ulserasi dengan banyak ditemukan BTA.
16. Tatalaksana
Tatalaksana tuberkulosis kutis sama dengan tatalaksana tuberkulosis organ lain. Kemoterapi
biasanya merupakan pengobatan pilihan tetapi tindakan tambahan mungkin diperlukan.
17.
18. Mycobacteria other than Mycobacterium tuberculosis (MOTT)
Sekelompok penyakit heterogen yang disebabkan oleh berbagai
mikobakteri pathogen obligat atau fakultatif selain dari kompleks
Mycobacterium tuberculosis.
19.
20. Penyakit Buruli
◦ Mycobacterium ulcerans adalah pathogen mikobakteri ketiga paling
sering setelah M. tuberculosis dan M. leprae. Infeksi Mycobacterium
ulcerans terjadi dalam keadaan basah, daerah rawa dan pada air yang
terkontaminasi.
◦ Temuan klinis pada penyakit ini paling sering ditemukan pada anak-anak
dan dewasa muda dan lebih sering menyerang wanita daripada pria.
Predileksi dapat terjadi dimana saja pada tubuh tetapi cenderung
terbatas pada ekstremitas pada orang dewasa. Nodul subkutan secara
bertahap akan membesar, nodul sebelumnya tidak menimbulkan rasa
sakit, dan pasien terus merasa sehat. Nodul yang membesar dan
akhirnya dapat menyebabkan ulkus.
22. Swimming Pool Granuloma
Infeksi Mycobacterium marinum dapat terjadi di air tawar dan asin.
Mycobacterium marinum adalah penyakit dengan riwayat trauma,
hobi dan pekerjaan yang berkaitan dengan air atau ikan/makanan
laut.
Predileksi biasanya mengenai tangan, kaki, siku atau lutut. Pasien
mungkin memiliki nidul atau plak psoriasiformis atau verukosa
ditempak inokulasi. Biasanya lesi bersifat soliter, tetapi kadang-kadang
terjadi penyebaran limfokutan. Kadang-kadang lesi bersifat supuratif,
bukan granulomatosa, dan mungkin multiple pada host normal dan
imunosupresi.
24. Mycobacterium avium
Infeksi M. avium biasanya menyebabkan penyakit paru-paru
atau lebih jarang osteomyelitis. Temuan klinis penyakit kulit
primer yang disebabkan oleh M. avium telah dilaporakan
salam kasus yang jarang muncul sebagai plak kekuningan
bersisik tunggal atau ganda tanpa rasa sakit, kadang-kdang
menyerupai LV atau sebagai nodul subkutan dengan
kecenderungan untuk mengalami ulserasi. Lesi kulit
termasuk ulserasi yang umum, granuloma, lesi eritematosa
yang terinfiltrasi pada ekstremitas, pustule, dan
pembengkakan jaringan lunak.
26. Epidemiologi
Indonesia urutan ke 3
setelah India dan Brazil
WHO menurun
dalam 10 tahun
terakhir, dari 265.661
pada 2006 menjadi
210.758 pada 2015
27. Patogenensis Saraf Tepi
M. Leprae -
droplet udara
Kontak erat dan
lama
Mukosa hidung
Proses binding 13
hari
Inkubasi 3-7 tahun
Menyerang sel
schwan dengan
mengikat molekul
laminin-2 dalam
lamina basal sel
Schwann
Dimediasi oleh 2
komponen dinding sel
bakteri, protein pengikat
laminin (dikodekan oleh
ML1683c) dan terminal
trisaccharide dari M.
leprae-glikolipid fenolik
spesifik I (PGL- I)
kerusakan
saraf,
demielinisasi,
dan neuropati
40. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan bakterioskopik (kerokan jaringan kulit)
• BTA pewarnaan ZIEHL-NEELSEN
• Indeks Bakteri (IB) dengan nilai 0 sampai 6+ menurut RIDLEY. 0 bila tidak ada BTA dalam 100
lapang pandang.
• 1+ bila 1-10 BTA dalam 100 LP
• 2+ bila 1-10 BTA dalam 10 LP
• 3+ bila 1-10 BTA rata-rata dalam 1 LP
• 4+ bila 11-100 BTA rata-rata dalam 1 LP
• 5+ bila 101-1000 BTA rata-rata dalam 1 LP
• 6+ bila >1000 BTA rata-rata dalam 1 LP
43. Tatalaksana
Pasien Dewasa Pausibasiler (PB)
Pengobatan bulanan : hari pertama (obat diminum di depan
petugas)
-. 2 kapsul rifampisin @ 300 mg (600 mg)
-. 1 tablet dapson/DDS 100 mg
Pengobatan harian : hari ke 2-28
-. 1 tablet dapson/DDS 100 mg
Satu blister untuk 1 bulan. Dibutuhkan 6 blister yang diminum
selama 6-9 bulan.
44. Tatalaksana
Pasien Dewasa Multibasiler (MB)
Pengobatan bulanan : hari pertama ( obat diminum di depan petugas)
-. 2 kapsul rifampisin @ 300 mg (600 mg)
-. 3 tablet lampren/klofazimin @ 100 mg (300 mg)
-. 1 tablet dapson/DDS 100mg
pengobatan harian : hari ke 2-28
-. 1 tablet lampren/klofazimin 50 mg
-. 1 tablet dapson/DDS 100 mg
satu blister untuk 1 bulan. Dibutuhkan 12 blister yang diminum selama 12-18
bulan
45. Tatalaksana
PB untuk anak (umur 10-15 tahun)
Pengobatan bulanan : hari pertama (obat diminum di depan
petugas)
-. 2 kapsul rifampisin 150 mg dan 300 mg
-. 1 tablet dapson/DDS 50 mg
Pengobatan harian : hari ke 2-28
-. 1 tablet dapson/DDS 50 mg
satu blister untuk 1 bulan. Dibutuhkan 6 blister yang diminum
selama 6-9bulan
46. Tatalaksana
MB untuk anak (umur 10-15 tahun)
Pengobatan bulanan : hari pertama (obat diminum di depan petugas)
-. 2 kapsul rifampisin 150 mg dan 300 mg
-. 3 tablet lampren/klofazimin @ 50 mg (150mg)
-. 1 tablet dapson/DDS 50 mg
Pengobatan harian : hari ke 2-28
-. 1 tablet lampren/klofazimin 50 mg selang sehari
-. 1 tablet dapson/DDS 50 mg
Satu blister untuk 1 bulan. Dibutuhkan 12 blister yang diminum selama 12-18
bulan.
Perkembangan dan evolusi infeksi bakteri melibatkan tiga faktor utama: (1) Pintu masuk dan fungsi sawar kulit, (2) pertahanan inang dan respons inflamasi terhadap invasi mikroba, (3) sifat pathogen organisme.
Penyebab utama tuberkulosis kutis di RSCM ialah Mycobacterium tuberculosis berjumlah 91,5%. Sisanya (8,5%) disebabkan oleh mikobakteria atipikal, yang terdiri atas golongan II atau skotokromogen, yakni M. scrofulaceum (80%) dan golongan IV atau rapid growers (20%). M. bovis dan M. avium belum pernah ditemukan. Demikian pula mikobakteria golongan lain.
Bentuk tuberkulosis kulit yang paling sering adalah lupus vulgaris (LV) dan scrofuloderma. Di daerah tropis, LV jarang terjadi, sedangkan scrofuloderma dan lesi verukosa mendominasi.
Penyakit Lepra atau kusta atau Morbus Hansen adalah penyakit infeksi granulomatosa kronis yang disebabkan oleh basil Mycobacterium leprae yang bersifat obligat intraselular. Penyakit ini menyerang jaringan mukosa kulit dan saraf perifer, yang dapat menyebabkan kehilangan sensasi pada kulit dengan atau tanpa adanya lesi.1,2 Selama penyakit berlangsung dapat menyebar ke organ lain (mukosa mulut, traktus respiratorius bagian atas, sistem retikuloendotelial, mata, otot, tulang, dan testis), kecuali susunan saraf pusat
SALAH SATU TANDA LARDINAL DX LEPRA
SARAF
1. SENSORIS, MOTORIK, FUNGSI OTONOM
TT : Tuberkuloid polar, bentuk yang stabil
Ti : Tuberkuloid indefinite
BT : Borderline tuberculoid
BB : Mid borderline
BL : Borderline lepromatous
Li : Lepromatosa indefinite
LL : Lepromatosa polar, bentuk yang stabil
Multibasilar berarti mengandung banyak kuman yaitu tipe LL, BL dan BB. Sedangkan pausibasilar berarti mengandung sedikit kuman, yakni tipe TT, BT dan I
PAUSIBASILER : LESI KULIT 1-5 LESI, HIPOPIGMENTASI/ERITEMA, DISTRIUSI TIDAK SIMETRIS, HIPOASTESIA JELAS, KERUSAKAN SARAF HANYA 1 CABANG SARAF
MULTIBASILER : LESI KULIT >5, DISTRIBUSI SIMETRIS, HIPOASTESI KURANG JELAS, KERUSAKAN SARAF BANYAK CABANG SARAF
Pertama-tama harus ditentukan lesi di kulit yang diharapkan paling padat oleh kuman CUPING HIDUNG
Pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan minyak emersi pada pembesaran lensa obyektif 100x
INDEKS MORFOLOGI
Apabila SIS-nya tinggi, makrofag akan mampu memfagosit M. leprae. Datangnya histiosit ke tempat kuman disebabkan karena proses imunologik dengan adanya faktor kemotaktik. Kalau datangnya berlebihan dan tidak ada lagi yang harus difagosit, makrofag akan berubah bentuk menjadi sel epiteloid yang tidak dapat bergerak dan kemudian akan dapat berubah menjadi sel datia Langhans
Lesi TT : Terdapat sel epiteloid, banyak sel datia langerhans, limfosit, dan infiltrat zona sub epidermal.
Lesi BT : Terdapat sel epiteloid, sel datia lengerhans namun tidak sebanyak seperti lesi TT, limfosit, dan infiltrat zona sub epidermal.
Lesi BB : Terdapat sel epiteloid, sel datia langerhans tidak sebanyak lesi BT, limfosit, kadang terdapat infiltrat zona sub epidermal.
Tipe BL : Terdapat sel epiteloid, sel datia langerhans lebih sedikit dari lesi BB, sedikit limfosit, dan tidak ada infiltrat zona sub epidermal.
Tipe LL : Terdapat Globi, banyak sel busa/virchow, kadang terdapat limfosit, dan tidak ada infiltrat zona sub epidermal.
MLPA : pemeriksaan aglutinasi partikel gelatin menggunakan partikel gelatin dengan trisakarida. Sensitivitas dan spesifisitas setara dengan ELISA. Pemeriksaan menggunakan serum pasien waktu 2 jam inkubasi 1 jam 37oc setelah campuran gelatin+serum. Deteksi kusta stadium subklinis dengan penentuan titer antibodi IgM anti PGL-1 M.LEPRAE. TITER ANTIBODI IgG ANTI PGL-1 M. LEPRAE TIDAK DAPAT DIDETKSI OLEH UJI MLPA KARENA RENDAH KEMAMPUAN AGLUTINASI. HASIL KUALITATIF POSITIF BILA TERJADI AGLUTINASI. HASIL KUANTITATIF POSITIF BILA TITER 1;32, 1;64, 1;128 SETERUSNYA. SEMAKIN BESAR PENGENCERAN SEMAKI TINGGI KADAR ANTIBODI.
ELISA : METODE KUANTIFIKASI ANTIGEN DIATAS PERMUKAAN SOLID MENGGUNAKAN ANTIBODI SPESIFIK DENGAN PASANGAN ENZIM KONVALENNYA. JUMLAH ANTIBODI YANG BERIKATAN DENGAN ANTIGEN DITENTUKAN OLEH PENGUKURAN SPEKTROFOTOMETRI DENGAN ADANYA PERUBAHAN WARNA OLEH ENZIM PASANGANNYA. SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS >99%.
KEUNTUNGAN ELISA : KEMUDAHAN PENGGUNAAN DAN PEMBACAAN, CEPAT, SENSITIF, REAGEN MUDAH DIPEROLEH, DAPAT DIGUNAKAN UNTUK UJI BERBAGAI ANTIBODI KARENA DAPAT MENGGUNAKAN BERBAGAI ANTIGEN DAN AMAN
ELISA UNTUK MENGUKUR TITER ANTIBODI ANTI PGL-1 DAN ANTIBODI ANTI PROTEIN 35KD.
ML DIPSTIK : MENDETEKSI ANTIBODI IgM PGL-1 M.LEPRAE dengan SENSITIVITAS YANG HAMPIR SAMA DENGAN UJI ELISA. HASIL MENGGUAKAN PITA
ML FLOWTEST : PEMERIKSAAN IMUNOKROMATOGRAFI YANG TERDIRI ATAS STRIP NITROSELULOSA. BAHAN DARAH ATAU SERUM
DDS/DAPSON/DIAMINODIPHENYL SULFONE ANTIBIOTIK SULFONAMIDA MENGHAMBAT PABA UNTUK SISTESIS ASAM FOLAT
KLOFAZIMIN DERIVAT FENAZIN BERSIFAT BAKTERIOSID/HANCURKAN SEL BAKTERI, DIMETABOLISME DI HATI
SETELAH PENGOBATAN DIHENTIKAN/RELEASE FROM TREATMENT KONTROL : PENDERITA DIKONTROL SECARA KLINIK DAN BAKTERIOSKOPIK MINIMAL 1X SETAHUN SELAMA 5 THN UNTUK MULTIBASILER2 THN UNTUK PAUSIBASILER
JIKA SDH TIDAK ADA BERARTI RELASE FROM CONTROL