Pedoman ini membahas penatalaksanaan kolangitis dan kolesistitis akut. Kolangitis akut didefinisikan sebagai infeksi saluran empedu yang disebabkan oleh obstruksi parsial atau total dari duktus billiar. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium dan gambar. Kolesistitis akut adalah peradangan kandung empedu yang umumnya disebabkan oleh penyumbatan saluran empedu. Diagnosis didasarkan pada gejala
Penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, karena angka kesakitan dan kematian yang masih tinggi. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari.
Kasus pria berusia 55 tahun dengan keluhan sulit buang air kecil. Pemeriksaan fisik menunjukkan prostat membesar. Diagnosis beninga hiperplasia prostat. Pasien diobati dengan open prostatektomi.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang appendisitis. Appendisitis adalah peradangan pada appendix vermiformis yang dapat menyebabkan nyeri perut dan komplikasi seperti peritonitis. Diagnosa appendisitis didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaan penunjang seperti USG atau CT scan. Penatalaksanaannya adalah appendiktomi untuk kasus akut dan komplikasinya, sedangkan kasus kronis dapat ditangani secara elektif.
Abses hati dapat disebabkan oleh amebiasis atau infeksi bakteri. Pasien mengeluh nyeri perut kanan atas dan demam. Pemeriksaan menunjukkan hepatomegalia dan nyeri tekan hati. Diagnosis didasarkan pada kriteria tertentu dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan tambahan. Pengobatan meliputi antibiotik dan drainase abses.
Penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, karena angka kesakitan dan kematian yang masih tinggi. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari.
Kasus pria berusia 55 tahun dengan keluhan sulit buang air kecil. Pemeriksaan fisik menunjukkan prostat membesar. Diagnosis beninga hiperplasia prostat. Pasien diobati dengan open prostatektomi.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang appendisitis. Appendisitis adalah peradangan pada appendix vermiformis yang dapat menyebabkan nyeri perut dan komplikasi seperti peritonitis. Diagnosa appendisitis didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaan penunjang seperti USG atau CT scan. Penatalaksanaannya adalah appendiktomi untuk kasus akut dan komplikasinya, sedangkan kasus kronis dapat ditangani secara elektif.
Abses hati dapat disebabkan oleh amebiasis atau infeksi bakteri. Pasien mengeluh nyeri perut kanan atas dan demam. Pemeriksaan menunjukkan hepatomegalia dan nyeri tekan hati. Diagnosis didasarkan pada kriteria tertentu dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan tambahan. Pengobatan meliputi antibiotik dan drainase abses.
Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial meliputi gejala klinis seperti sakit kepala, muntah, dan gangguan kesadaran. Peningkatan tekanan dapat disebabkan oleh edema otak, perdarahan, atau tumor dan dapat menyebabkan komplikasi seperti herniasi otak. Diagnosis didukung dengan pemeriksaan CT scan dan pemantauan tekanan intrakranial secara terus-menerus. Pengobatan meliputi mannitol, hiper
Cairan intravena terdiri dari cairan kristaloid dan koloid yang digunakan untuk resusitasi akut dan terapi rumatan. Cairan kristaloid meliputi cairan hipotonik, isotonik, dan hipertonik yang berbeda dalam distribusi dan penggunaannya, sementara cairan koloid seperti albumin dan HES berperan sebagai ekspander volume. Prinsip terapi cairan meliputi penggantian kehilangan harian dan abnormal untuk memelihara hidrasi dan elektrolit tub
Orchitis adalah kondisi inflamasi akut pada testis yang biasanya disebabkan oleh infeksi virus seperti mumps. Pada kasus ini, pasien mengeluh nyeri pada buah zakar kiri selama 4 hari disertai demam dan bengkak pipi, yang didiagnosis menderita orchitis sebelah kiri berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang.
Dokumen tersebut merupakan daftar pemeriksaan modul neurologi yang mencakup pemeriksaan motorik, refleks fisiologis dan patologis, serta sensoris umum. Pemeriksaan motorik meliputi inspeksi sikap dan gerakan anggota gerak, tonus otot, dan kekuatan otot. Pemeriksaan refleks meliputi refleks tendon, kulit perut, dan refleks patologis seperti Babinski. Pemeriksaan sensoris meliputi pemeriksaan
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai definisi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, gejala klinis, diagnosis, pengobatan, dan komplikasi stroke. Secara ringkas, stroke terjadi akibat gangguan aliran darah otak yang dapat menyebabkan kematian atau cacat permanen, dengan penyebab utama hipertensi, emboli, dan perdarahan. Diagnosis didasarkan pada gejala neurologis dan pemeriksaan penunjang seperti CT scan dan
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)fikri asyura
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis morfologi penyakit kulit primer dan sekunder beserta contoh-contohnya, seperti makula, papula, plak, urtika, nodul, vesikel, pustula, dan komedo. Jenis-jenis morfologi tersebut dibedakan berdasarkan karakteristik fisiknya seperti ukuran, konsistensi, dan isiannya. Dokumen ini berguna bagi diagnosis penyakit kulit secara
Kasus ini mendiagnosis pasien dengan sindrom nefrotik berdasarkan gejala proteinuria masif, hipoalbuminemia, dan edema. Diagnosis bandingnya adalah glomerulonefritis akut pasca streptokokus karena hasil pemeriksaan anti streptolisin reaktif. Penatalaksanaannya meliputi rawat inap, diet protein rendah, obat prednison dan transfusi albumin.
Dokumen tersebut membahas tentang kasus appendisitis akut pada seorang perempuan berusia 17 tahun. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium, didiagnosis bahwa pasien mengalami appendisitis akut dan direncanakan untuk dilakukan appendektomi.
USG penting untuk kehamilan karena aman, tidak invasif, dan dapat mendeteksi kelainan janin. USG 2D tetap menjadi standar untuk kehamilan sementara USG 3D dan 4D lebih bersifat hiburan. Tenaga kesehatan perlu memahami prinsip dan aplikasi USG untuk manajemen kehamilan dan deteksi dini kelainan.
Inkontinensia urin adalah ketidakmampuan menahan keluarnya urine. Evaluasi meliputi anamnesis jenis dan tingkat inkontinensi, riwayat medis, pemeriksaan fisik, voiding diary, urinalisis, dan pengukuran residu pasca buang air kecil. Pemeriksaan lebih lanjut seperti urodinamik dan imaging hanya dilakukan jika diperlukan.
Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial meliputi gejala klinis seperti sakit kepala, muntah, dan gangguan kesadaran. Peningkatan tekanan dapat disebabkan oleh edema otak, perdarahan, atau tumor dan dapat menyebabkan komplikasi seperti herniasi otak. Diagnosis didukung dengan pemeriksaan CT scan dan pemantauan tekanan intrakranial secara terus-menerus. Pengobatan meliputi mannitol, hiper
Cairan intravena terdiri dari cairan kristaloid dan koloid yang digunakan untuk resusitasi akut dan terapi rumatan. Cairan kristaloid meliputi cairan hipotonik, isotonik, dan hipertonik yang berbeda dalam distribusi dan penggunaannya, sementara cairan koloid seperti albumin dan HES berperan sebagai ekspander volume. Prinsip terapi cairan meliputi penggantian kehilangan harian dan abnormal untuk memelihara hidrasi dan elektrolit tub
Orchitis adalah kondisi inflamasi akut pada testis yang biasanya disebabkan oleh infeksi virus seperti mumps. Pada kasus ini, pasien mengeluh nyeri pada buah zakar kiri selama 4 hari disertai demam dan bengkak pipi, yang didiagnosis menderita orchitis sebelah kiri berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang.
Dokumen tersebut merupakan daftar pemeriksaan modul neurologi yang mencakup pemeriksaan motorik, refleks fisiologis dan patologis, serta sensoris umum. Pemeriksaan motorik meliputi inspeksi sikap dan gerakan anggota gerak, tonus otot, dan kekuatan otot. Pemeriksaan refleks meliputi refleks tendon, kulit perut, dan refleks patologis seperti Babinski. Pemeriksaan sensoris meliputi pemeriksaan
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai definisi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, gejala klinis, diagnosis, pengobatan, dan komplikasi stroke. Secara ringkas, stroke terjadi akibat gangguan aliran darah otak yang dapat menyebabkan kematian atau cacat permanen, dengan penyebab utama hipertensi, emboli, dan perdarahan. Diagnosis didasarkan pada gejala neurologis dan pemeriksaan penunjang seperti CT scan dan
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)fikri asyura
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis morfologi penyakit kulit primer dan sekunder beserta contoh-contohnya, seperti makula, papula, plak, urtika, nodul, vesikel, pustula, dan komedo. Jenis-jenis morfologi tersebut dibedakan berdasarkan karakteristik fisiknya seperti ukuran, konsistensi, dan isiannya. Dokumen ini berguna bagi diagnosis penyakit kulit secara
Kasus ini mendiagnosis pasien dengan sindrom nefrotik berdasarkan gejala proteinuria masif, hipoalbuminemia, dan edema. Diagnosis bandingnya adalah glomerulonefritis akut pasca streptokokus karena hasil pemeriksaan anti streptolisin reaktif. Penatalaksanaannya meliputi rawat inap, diet protein rendah, obat prednison dan transfusi albumin.
Dokumen tersebut membahas tentang kasus appendisitis akut pada seorang perempuan berusia 17 tahun. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium, didiagnosis bahwa pasien mengalami appendisitis akut dan direncanakan untuk dilakukan appendektomi.
USG penting untuk kehamilan karena aman, tidak invasif, dan dapat mendeteksi kelainan janin. USG 2D tetap menjadi standar untuk kehamilan sementara USG 3D dan 4D lebih bersifat hiburan. Tenaga kesehatan perlu memahami prinsip dan aplikasi USG untuk manajemen kehamilan dan deteksi dini kelainan.
Inkontinensia urin adalah ketidakmampuan menahan keluarnya urine. Evaluasi meliputi anamnesis jenis dan tingkat inkontinensi, riwayat medis, pemeriksaan fisik, voiding diary, urinalisis, dan pengukuran residu pasca buang air kecil. Pemeriksaan lebih lanjut seperti urodinamik dan imaging hanya dilakukan jika diperlukan.
Kolesistitis adalah radang pada kandung empedu yang sering disebabkan batu empedu. Gejalanya berupa nyeri kuadran kanan atas abdomen, demam, mual dan muntah. Diagnosis didukung dengan adanya tanda inflamasi lokal dan sistemik serta hasil pencitraan. Pengobatan meliputi antibiotik, analgesik, dan kolesistektomi laparoskopi untuk mencegah komplikasi seperti perforasi dan peritonitis. Prognosis umumnya baik bila tidak berkompl
Batu empedu merupakan masalah kesehatan umum di Indonesia. Diagnosa batu empedu semakin mudah berkat pemeriksaan USG. Kolesistektomi laparoskopik merupakan penanganan operatif standar untuk batu empedu simptomatik. Terdapat tiga tingkat keparahan koleistitis akut yaitu ringan, sedang dan berat, yang masing-masing memiliki kriteria diagnostik dan penanganan.
Dokumen tersebut membahas tentang jaundice dan penyakit hati. Secara ringkas, dokumen menjelaskan tentang definisi jaundice, penyebab-penyebabnya, gejala klinis, pemeriksaan laboratorium, diagnosis, dan penatalaksanaan berbagai penyakit hati seperti hepatitis, kolesistitis akut, dan kolesilitiasis.
Kolangitis adalah peradangan akut pada saluran empedu yang disebabkan infeksi bakteri. Pasien kolangitis mengeluh nyeri perut dan demam. Diagnosa kasus ini adalah syok septik dan kolangitis yang disebabkan oleh batu empedu. Masalah keperawatan pasien terkait gangguan sirkulasi, nutrisi, dan keseimbangan cairan.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang diagnosis, etiologi, penilaian risiko, dan penatalaksanaan awal pasien pankreatitis akut, termasuk peran hidrasi agresif, antibiotik, dan tindakan lainnya.
1. Makalah ini membahas manajemen dan perawatan pasca operasi caesar.
2. Terdapat berbagai perawatan pasca operasi seperti observasi tanda vital, diet, perawatan luka, dan antisepsis untuk mencegah berbagai komplikasi seperti demam, infeksi, dan gangguan pencernaan.
3. Pentingnya diagnosis dan penanganan dini komplikasi untuk memastikan pemulihan yang baik bagi ibu dan janin.
Dokumen tersebut membahas berbagai topik mengenai infeksi, diantaranya:
1. Pneumonia, yang dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme termasuk S. pneumoniae, H. influenzae, dan virus. Gejala klinisnya dapat bervariasi.
2. Infeksi saluran kemih, yang umumnya disebabkan oleh E. coli. Bisa terjadi di bagian bawah atau atas saluran kemih.
3. Infeksi tulang dan jaringan lunak se
Peran pengukuran nilai unit hounsfield dan pemeriksaan computed.pptxDedeKurniawan56670
Tiga pendekatan utama digunakan dalam penelitian ini untuk membedakan hidronefrosis dan pionefrosis: (1) pengukuran nilai Hounsfield pada CT scan, (2) temuan klinis dan laboratorium, dan (3) karakteristik pasien. Hasilnya menunjukkan bahwa nilai Hounsfield >6,2 HU memiliki sensitivitas 92,3% untuk mendiagnosis pionefrosis. Temuan ini dapat membantu dalam diagnosis dan pengelolaan kondisi yang berpotens
Advances in The Study of Acute Acalculous Cholecystitis.pptxSombolayukPriska
AAC atau kolesistitis akalkulus akut merupakan radang akut kandung empedu tanpa batu empedu. Jurnal ini meninjau pengetahuan terkini tentang patogenesis, diagnosis, dan pengobatan AAC. Faktor risiko AAC meliputi iskemia kandung empedu, kolestasis, infeksi bakteri, dan kelainan anatomi saluran empedu. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis, pemeriksaan laboratorium, USG, CT, MRCP, atau HIDA. Pengobatan bervari
Pneumonia adalah infeksi paru yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Gejala klinis umumnya meliputi demam, batuk, dan nyeri dada. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik, hasil rontgen dada, dan riwayat pasien. Pneumonia dapat dibedakan menjadi komunitas dan nosokomial berdasarkan lokasi perolehan infeksinya.
Dokumen tersebut membahas tentang transfusi darah dan reaksi transfusi. Terdapat beberapa komponen darah yang dapat ditransfusikan seperti eritrosit, leukosit, trombosit, dan plasma. Reaksi transfusi dapat terjadi secara imunologis maupun non-imunologis, dengan manifestasi yang bervariasi dari ringan hingga fatal. Pencegahan dan penatalaksanaan reaksi transfusi perlu dilakukan.
Dokumen tersebut membahas toksoplasmosis, termasuk siklus hidup parasit Toxoplasma gondii, epidemiologi, patogenesis, gejala klinis, diagnosis, dan penatalaksanaannya pada berbagai kondisi seperti infeksi akut, infeksi kongenital, dan pasien imunokompromais."
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit rabies, termasuk penyebabnya (virus rabies), gejalanya, diagnosis, pemeriksaan laboratorium, pengobatannya, dan pencegahannya. Penyakit ini sangat berbahaya dan hampir selalu berakibat kematian jika tidak ditangani dengan tepat. Vaksinasi merupakan cara utama untuk mencegah penularan penyakit ini.
Demam reumatik adalah penyakit inflamasi sistemik yang disebabkan oleh infeksi streptokokus yang dapat menyerang jantung, sendi, dan sistem saraf pusat. Gejalanya meliputi karditis, artritis, dan korea. Diagnosa didasarkan pada kriteria Jones yang memerlukan bukti infeksi streptokokus dan gejala klinis. Pengobatannya meliputi antibiotik untuk menghilangkan infeksi streptokokus dan obat antiinflamasi untuk m
Dokumen ini membahas tentang askariasis, infeksi cacing Ascaris lumbricoides. Cacing dewasa hidup di usus halus manusia dan bertelur, telur tersebar lewat kontaminasi makanan atau air minum. Siklus hidupnya meliputi telur, larva yang bermigrasi, dan cacing dewasa di usus. Gejalanya bervariasi mulai dari tidak bergejala hingga gangguan pencernaan, infeksi paru, atau komplikasi lain. Diagnosa didasarkan p
Ankylostomiasis disebabkan oleh cacing tambang yang menginfeksi usus halus manusia. Cacing betina mengeluarkan telur yang menjadi larva di lingkungan basah dan hangat sebelum menginfeksi manusia melalui kulit atau mulut. Gejalanya bervariasi mulai dari ruam kulit hingga anemia berat tergantung jumlah cacing dewasa. Diagnosis didasarkan pada temuan telur cacing dalam tinja dan pengobatan spesifik menggunakan obat-
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxEmohAsJohn
PENGKAJIAN MUSKULOSKELETAL
Gangguan neurologi sangat beragam bentuknya, banyak dari pasien yang menderita gangguan memori dan tidak mampu menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Penyakit-penyakit neurologi kebanyakan memiliki efek melemahkan kehidupan pasien, sehingga memberikan pengobatan neurologis sangat penting bagi kehidupan pasien.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
3. Kolangitis
Definisi :
Infeksi kandung empedu yang disebabkan
adanya obstruksi partial atau total dari ductus
billiary
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan klinical
yaitu :
- Charcot’s triad
- pemeriksaan laboratorium
- pemeriksaan Rontgen
5. Kriteria diagnosis TG13
A. Inflamasi sistemik
A-1 demam+/-, menggigil
A-2 Laboratorium : tanda inflamasi +
B. Cholestasis
B-1 ikterik
B-2 Laboratori um: tes Faal Hati abnormal
C. Rontgen
C-1 Dilatasi duktus billaria
C-2 Ditemukan Adanya Batu
Sus. Diagnosis ditegakkan : bila ditemukan 1 dari poin A
+ salah satu Poin B atau salah satu Poin C
Diagosis Pasti ditegakkan : diemun satu dari poin A,
Satu dari poiB dan satu dari poin C.
7. Grade II (Sedang)
ditemukan dua dari lima kriteria berikut :
1. Leukosit > 12000/mm3, < 4000/mm3
2. Demam (>39 0c)
3. umur > 75 tahun
4. Peningkatan bilirubin (Total bilirubin >5 mg/dl)
5. Hipoalbuminemia (<STD x 0,7)
8. Grade III (berat)
disertai disfungsi salah satu organ dari kriteria
tersebut :
1. disfungsi jantung : hipotensi
2. disfungsi syaraf : Gangguan kesadaran
3. disfungsi pernafasan : PaO2 < 300
4. disfungsi ginjal : oliguria, serum kretinin > 2.0
mg/dl
5. disfungsi hepar : PT-INR > 1.5
6. Disfungsi kelainan darah : trombosit <
100.000/mm3
9. Stadium I (ringan)
- Antimikroba
Stadium II (sedang)
- Drainase Endoskopi dilakukan setelah keadaan
umum pasien stabil
Stadium III (berat)
- Kegagalan Organ Ventilator dan Vasoppresor
- Drainase biliar dilakukan setelah kegagalan
organ sudah teratasi.
Manajemen Kolangitis akut
11. Penilaian diagnosis suspek kolangitis akut dapat menggunakan kriteria
TG13 setiap 6-12 jam.
Pemeriksaan penunjang untuk diagnostic kolangitis akut adalah EUS,
MRCP,ERCP dan CT-Scan.
Nilai ulang tingkat keparahan dalam waktu 24 jam.
Penanganan dini Segera berikan antibiotik dan lakukan pemantauan
keadaan umum
Pada pasien dengan grade I : jika tidak adarespon dengan penganan awal,
drainase saluran empedu dapat dilakukan segera.
Pada pasien dengan grade II : drainase saluran empedu segera dan juga
dilakukan pengobatan awal, jika drainase billiary tidak dapat dilakukan
karena kurang fasilitas atau tenaga kesehatan,pasien dapat di rujuk.
Pada pasien dengan grade III : keadaan yang segera drainase saluran
empedu dapat dilakukan dan disertai dengan pengobatan dini dan
pemantauan keadaan umum.
12. Pada pasien dengan grade III : adanya mengenaiorga (non
invasif / invasi ventilasi tekanan positif, penggunaan
vasopressor dan antimikroba) segera dilakukan.
Kultur darah dapat dilakukan pada pasien grade II dan
grade III.
Penanganan untuk penyebab dari cholangitis akut dapat
dilakukan dengan endoscopic, perkutaneus, atau
intervensi operasi di anggap sekali dapat mengatasi nyeri
akut.
colesystectomy dapat dilakukan untuk cholesystolithiais
setelah kolangitis akut terselesaikan.
14. Definisi
Proses inflamasi atau peradangan akut pada
kandung empedu yang umumnya terjadi akibat
penyumbatan pada saluran empedu.
15. Kriteria Diagnostik
TG13 Diagnostic criteria for acute cholecystitis
A. Local signs of
inflammation etc.
1. Murphy’s sign
2. RUQ
mass/pain/tenderness
B. Systemic signs of
inflammation etc.
1. Fever
2. Elevated CRP
3. Elevated WBC count
C. Imaging findings Characteristic of acute
cholecystitis
SUSPECTED DIAGNOSIS: one item in A + one item in B
DEFINITE DIAGNOSIS: one item in A + one item in B + C
16. Kebanyakan tanda klinis yang khas dari
kolesistitis akut :
Nyeri perut (RHC atau epigastrium) -72-93%
Diikuti frekuensi mual dan muntah
Demam> 38oC hanya dalam 30% kasus
Teraba tumor, nyeri lepas, kekakuan (rigiditas)
jarang terjadi
17. Tes Darah
Tidak ada tes darah khusus untuk membuat
diagnosis kolesistitis akut
Temuan :
Leukosit > 10.000 mm3 / dL
Peningkatan ringan enzim serum dalam sistem
hepatobilier
Meningkat bilirubin (hingga 4 mg / dL) bahkan
dalam ketiadaan komplikasi
18. USG
harus dilakukan pada konsultasi awal untuk
semua kasus yang dicurigai kolesistitis akut .
Ultrasonografi menunjukkan% sensitivitas 50-88
dan 80-88% spesifisitas.
Temuan :
Penebalan dinding GB (5mm atau lebih)
Cairan Pericholecystic
Ada lumpur/batu
22. Penanganan awal :
Hidrasi IV dan koreksi elektrolit
Antimikroba
Analgesik
Pantau pernafasan dan hemodinamik
NSAID (diklofenak 75 mg IM) efektif untuk
dampak serangan batu untuk MENCEGAH
kolesistitis akut
26. GB Drainage
Grade II only when patient does not respond to
conservative treatment
Grade III recommended with intensive care
PREDICTOR FOR FAILURE OF
CONSERVATIVE TREATMENT:
AT 24-h and 48-h
follow-up
• WBC >15000 cell/µl
• Elevated temperature
• Age > 70 years
AT ADMISSION
• Age > 70 years
• Diabetes
• Tachycardia
• Distended GB
27. Surgical Management
Grade I (mild) EARLY laparoscopic
Cholecystectomy
Grade II
(moderate)
MOST CASES EARLY laparoscopic or open
cholecystectomy (within 72 hr after
onset of acute cholecystitis) in
experienced centers
“difficult gallbladder” ( severe
local inflammation i.e. >72 h
from onset, WBC count
>18,000 and palpable tender
mass in RUQ)
continues medical
treatment or drainage
(PTGBD or surgical
cholecystostomy) preferable
DELAYED
cholecystectomy
Serious local
complications(biliary
peritonitis, pericholecystic
abscess, liver abscess, GB
torsion or emphysematous/
gangrenous/ purulent
cholecystitis
EMERGENCY open or
laparoscopic depending on
experience (along with general
supportive care)