Dokumen tersebut merupakan daftar pemeriksaan modul neurologi yang mencakup pemeriksaan motorik, refleks fisiologis dan patologis, serta sensoris umum. Pemeriksaan motorik meliputi inspeksi sikap dan gerakan anggota gerak, tonus otot, dan kekuatan otot. Pemeriksaan refleks meliputi refleks tendon, kulit perut, dan refleks patologis seperti Babinski. Pemeriksaan sensoris meliputi pemeriksaan
Hampir semua orang dalam hidupnya mengalami beberapa bentuk trauma kepala. Lansia, bayi, dan mereka yang bermasalah seperti penyalahgunaan alkohol, terapi anti-koagulasi khususnya rentan untuk konsekuensi serius setelah cedera kepala.
Di Singapura, cedera kepala adalah penyebab utama kecacatan dan kematian dewasa di bawah usia 40 tahun yang mempunyai dampak penting pada pasien cedera otak, keluarga dan masyarakat.
Muntah pada Anak
Dipresentasikan oleh DR. dr. Dwi Prasetyo, SpA(K), M.Kes
Departemen Ilmu Kesehatan Anak
FK UNPAD/ RS Hasan Sadikin Bandung
pada PIT VI IDI Kota Bogor | 10 Nopember 2013
Mempelajari tentang pemeriksaan fisik thorax dengan cara inspeksi, pelpasi, perkusi dan auskultasi. serta harus mengetahui suara atau bunyi yang dihasilkan dan batas pemeriksaan antara jantung dan paru. maka perawat dapat mempelajari dan harus mengetahui tentang pemeriksaan paru dan jantung
Hampir semua orang dalam hidupnya mengalami beberapa bentuk trauma kepala. Lansia, bayi, dan mereka yang bermasalah seperti penyalahgunaan alkohol, terapi anti-koagulasi khususnya rentan untuk konsekuensi serius setelah cedera kepala.
Di Singapura, cedera kepala adalah penyebab utama kecacatan dan kematian dewasa di bawah usia 40 tahun yang mempunyai dampak penting pada pasien cedera otak, keluarga dan masyarakat.
Muntah pada Anak
Dipresentasikan oleh DR. dr. Dwi Prasetyo, SpA(K), M.Kes
Departemen Ilmu Kesehatan Anak
FK UNPAD/ RS Hasan Sadikin Bandung
pada PIT VI IDI Kota Bogor | 10 Nopember 2013
Mempelajari tentang pemeriksaan fisik thorax dengan cara inspeksi, pelpasi, perkusi dan auskultasi. serta harus mengetahui suara atau bunyi yang dihasilkan dan batas pemeriksaan antara jantung dan paru. maka perawat dapat mempelajari dan harus mengetahui tentang pemeriksaan paru dan jantung
1. CHECK LIST PEMERIKSAAN MODUL NEUROLOGI 2<br />2.1. MOTORIK<br />No.DiskripsiInspeksi Motorik1.Melihat sikap anggota : secara keseluruhan dan sikap bagian tubuh saat pasien berdiri, duduk berbaring, bergerak dan berjalan, sikap : “Ape hand”, “Claw hand”, “Drop hand”, “Drop Foot”, “ Winging scapula” dsb.3.Menentukan adanya kelainan bentuk anggota : diperhatikan adanya deformitas.4.Menentukan kelainan ukuran anggota : dilihat besar, kontur, atropi, hipertropi, pseudohipertopi dsb.5.Menentukan adanya gerakan abnormal : tremor, khorea, atetose, ballismus, spasme, tic, fasikulasi dan mioklonus, kejang tonik, kejang klonik, kejang mioklonik.Pemeriksaan Tonus6.Mempersilahkan pasien mengistirahatkan relaksasi ekstremitasnya, kemudian gerakkan sendi dari otot yang akan diperiksa, kalau bisa tidak ritmis dan dilakukan mendadak, tangan kiri pemeriksa hanya memfiksasi, tangan kanan pemeriksa yang menggerakkan sendi.7.Menentukan gangguan tonus atau tahanan bila menurun (hipotonus) merupakan kelainan LMN atau meningkat hipertonus) kelainan UMN. Bila tonus meningkat ada 3 macam : Rigiditas, Spasitas dan Klonus.Spastisitas 8.Saat menggerakan sendi dinilai tahanannya. Pada spastisitas dapat ditemukan Fenomena pisau lipat yaitu selalu adanya tahanan pada awal gerakan, hal ini termasuk tanda UMN.9.Pada spastisitas juga bisa didapatkan Fenomena pipa timah, yaitu adanya tahanan selama gerakan , hal ini termasuk juga tanda UMN.Rigiditas 10.Menentukan adanya Rigiditas yaitu saat menggerakan sendi selalu adanya tahanan / kekakuan, sehingga sendi macet/ sulit digerakkan atau tahanan putus-putus, jenisnya rigiditas “decorticate rigidity” dan “ decerebrate rigidity”atau “fenomen cogwheel”, hal ini akibat gangguan extrapiramidal.11.Menentukan adanya”decorticate rigidity” dan “ decerebrate rigid ity”, yaitu saat menggerakan sendi terlihat macet dengan posisi khas lihat gambar rigiditas, keadaan ini penting pada kegawatan herniasi otak :12.Menentukan adanya fenomena roda gigi (fenomena cogwheel) yaitu saat menggerakan sendi adanya tahanan hilang timbul/ putus-putus , keadaan ini pada penyakit Parkinson13.Mempersilahkan pasien menggerakan sendi sekuat-kuatnya untuk melawan gravitasi dan kita menahan gerakan ini. Menilai kekuatan bila bisa menggerakkan melawan gravitasi nilainya 3 s/d 5, bila tidak terangkat melawan gravitasi nilainya 2 s/d 014.Menilai Kekuatan Motorik (internasional) semua otot mulai otot penggerak sendi bahu, sendi siku, pergelangan tangan, jari-jari , otot penggerak sendi panggul, sendi lutut, pergelangan kaki, jari kaki ( lihat lampiran gambar pemeriksaan kekuatan motorik ) Penilaian kekuatan : 5 : Normal 4 : Bisa melawan gravitasi, dapat mempertahan gravitasi dan dapat melawan tahanan sedang. 3 : Bisa melawan gravitasi, sulit mempertahankan gravitasi dan dapat melawan tahanan ringan 2 : Tidak bisa melawan gravitasi, masih ada gerakan sendi dan Otot 1 : Tidak bisa melawan gravitasi, sendi tidak bergerak, masih ada gerakan kontraksi otot. 0 : Tidak bisa melawan gravitasi, sendi tidak bergerak dan tidak ada gerakan kontraksi otot.15.Bila ada parese tentukan “ Myotome “ masing otot, bila tetraparese atau paraparese penting untuk menentukan topis lesinya ( lihat lampiran gambar pemeriksaan otot).Tes Telunjuk-hidung :16.Mempersilahkan dengan telunjuk pasien disuruh menyentuh jari pemeriksa kemudian menyentuh hidungnya sendiri, kedudukan jari pemeriksa dirubah-rubah kedudukannya.17.Mempersilahkan dengan telunjuk pasien disuruh menyentuh jari telunjuk sisi lainnya kemudian menyentuh hidungnya sendiri, kedudukan jari pasien disuruh merubah-rubah kedudukannya, diperiksa saat mata terbuka dan tertutup18.Mempersilahkan kedua lengan pasien direntangkan lurus, secara bergantian telunjuk pasien disuruh menyentuh hidung, dengan mata terbuka dan mata tertutup.Tes Telunjuk-telunjuk :19.Mempersilahkan kedua jari telunjuk pasien saling disentuhkan kemudian dijauhkan, kemudian disuruh menyentuh lagi berulang-ulanng, posisi tangan dirubah, baik mata terbuka dan mata tertutup.Tes Tumit-Lutut-Ibu jari kaki :20.Mempersilahkan tumit pasien diangkat letakkan diatas lutut, geser tumit diatas tibia sampai ibu jari kaki dan diulang-ulang.21.Menentukan adanya Dysmetria tangan yaitu bila tes telunjuk-hidung , telunjuk-telunjuk dan Tes Tumit-Lutut-Ibujari kaki diatas tidak bisa / tidak tepat.Tes Pronasi-Supinasi :22.Mempersilahkan dengan kedua tangan pasien melakukan gerakan pronasi-supinasi secara cepat, berulang-ulang.Tes Plantar fleksi-Dorsum Fleksi :23.Mempersilahkan pasien melakukan gerakan Plantar fleksi-Dorsum Fleksi secara cepat, berulang-ulang.24.Menentukan adanya Dysdiadokokinesia yaitu bila gerakan pronasi-supinasi dan gerakan Plantar fleksi-Dorsum Fleksi lebih lambat atau tidak trampil.<br />CHECK LIST PEMERIKSAAN MODUL NEUROLOGI 2 2.<br />2. REFLEK FISIOLOGIS<br />No.DiskripsiRefleks tendon biseps (BPR) saat duduk1.Mempersilahkan pasien duduk dengan sikap lengan setengah ditekuk di sendi siku, letakkan tangan di lipat paha, atau lengan bawah pasien diletakkan pada lengan bawah pemeriksa dengan ibu jari pemeriksa meraba tendon Biceps. Stimulasi : ketukan hammer pada ibu jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon otot biseps terssebut Respon : fleksi lengan di sendi siku Menentukan nilai reflek fisiologis :-,+1, +2, +3 atau + 4Refleks tendon biseps (BPR) saat tiduran2.Mempersilahkan pasien tidur telentang dengan sikap lengan setengah ditekuk di sendi siku, letakkan tangan di lipat paha, pemeriksa dengan ibu jari meraba tendon Biceps. Stimulasi : ketukan hammer pada ibu jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon otot biseps terssebut Respon : fleksi lengan di sendi siku Menentukan nilai reflek fisiologis :-,+1, +2, +3 atau + 4Refleks triseps (TPR) saat duduk3.Mempersilahkan pasien duduk, pemeriksa mengangkat siku pasien, lengan tergantung , Stimulasi : ketukan hammer pada tendon otot triseps langsung. Respons: ekstensi lengan bawah di sendi siku Menentukan nilai reflek fisiologis :-,+1, +2, +3 atau +4Refleks triseps (TPR) saat tiduran4.Mempersilahkan pasien tidur telentang, dengan sikap lengan setengah ditekuk di sendi siku, letakkan tangan di lipat paha pasien, Stimulasi : ketukan hammer pada tendon otot triseps langsung. Respons: ekstensi lengan bawah di sendi siku Menentukan nilai reflek fisiologis :-,+1, +2, +3 atau +4<br />Refleks tendon lutut (KPR) saat duduk5.Mempersilahkan pasien duduk dengan sikap kedua kakinya digantung Stimulasi : ketukan hammer pada tendon patela Respons : tungkai bawah berekstensi Menentukan nilai reflek fisiologis :-,+1, +2, +3 atau +4Refleks tendon lutut (KPR) saat tiduran6.Mempersilahkan pasien tidur telentang dengan sikap pemeriksan mengangkat lutut pada poplitea Stimulasi : ketukan hammer pada tendon patela Respons : tungkai bawah berekstensi Menentukan nilai reflek fisiologis :-,+1, +2, +3 atau +4Refleks tendon Achilles (APR) saat duduk7.Mempersilahkan pasien duduk dengan sikap kedua kakinya tergantung, pemeriksa mendorsofleksikan kaki pasien maksimal. Stimulus : ketukan pada tendon Achilles Respons : Plantar fleksi kaki Menentukan nilai reflek fisiologis :-,+1, +2, +3 atau +4Refleks tendon lutut (KPR) saat tiduran8.Mempersilahkan pasien tidur telentang dengan sikap pergelangan kaki diletakkan diatas tungkai bawah seberangnya Stimulasi : ketukan hammer pada tendon patela Respons : tungkai bawah berekstensi Menentukan nilai reflek fisiologis :-,+1, +2, +3 atau +4REFLEKS SUPERFISIAL Refleks kulit dinding perut9.Mempersilahkan pasien tidur telentang dengan kulit perut terbuka, pemeriksa menggores kulit dinding perut ujung kunci atau ujung hammer yang runcing, menggores dari lateral menuju kemedial pada setiap segmen supraumbilikal , umbilikal dan infraumbilikal. Menentukan Refleks kulit dinding perut positip, yaitu bila umbilicus bergerak mendekati rangsangan<br />CHECK LIST PEMERIKSAAN MODUL NEUROLOGI 2<br />2.3. REFLEK PATOLOGIS dan REGRESI<br />No.DiskripsiREFLEKS PATOLOGIS KAKI l. Refleks Babinski / Extensor plantar response1.Melakukan penggoresan telapak kaki bagian lateral dari tumit melengkung sampai pangkal ibu jari, Menentukan reflek Babinski positif bila timbul dorsum flexi ibujari kaki., diikuti pengembangan dan ekstensi jari-jari kaki (fanning)Refleks Chaddock2.Melakukan penggoresan terhadap melingkari maleolus sampai kulit dorsum pedis bagian lateral atau eksterna, hasil positipnya sama dengan reflek Babinski.Refleks Oppenheim3.Melakukan pengurutan dari proksimal kedistal secara keras dengan jari telunjuk dan ibujari tangan terhadap kulit yang menutupi os tibia atau dengan menggunakan sendi interfalangeal jari telunjuk dan jari tengah dengan tangan mengepal, hasil positipnya sama dengan reflek Babinski.Refleks Gordon4.Melakukan pemencetan otot betis secara keras, hasil positipnya sama dengan reflek Babinski.Refleks Schaeffer5.Melakukan pemencetan tendon Achilles secara keras, hasil positipnya sama dengan reflek Babinski.Refleks Gonda6.Melakukan penjepitan jari kaki keempat pasien, di plantar fleksikan maksimal , dilepas, hasil positipnya sama dengan reflek Babinski.REFLEKS PATOLOGIS TANGANRefleks Tromner7.Pemeriksa men-dorso-fleksikan jari tengah pasien, kemudian melakukan pencolekan pada ujung jari tengah , hasil positipnya akan diikuti fleksi jari telunjuk dan ibujari serta jari-jari lainnya setiap kali dicolek-colekRefleks Hoffman8.Jari tengah pasien dijepit dan digoreskan pada kuku dengan ujung kuku ibujari pemeriksa akan diikuti fleksi sejenak ibujari, jari telunjuk serta jari-jari lainnya setiap kali kuku jari tengah digoresREFLEKS PATOLOGIK REGRESIRefleks menetek9.Sentuhan pada bibir akan diikuti gerakan bibir, lidah dan rahang bawah seolah-olah menetek.Snout reflex10.Pengetukan pada bibir atas maka bibir atas dan bawah menjungur atau kontraksi otot-otot sekitar bibir atau bawah hidungRefleks memegang11.Penekanan atau penempatan jari pemeriksa pada telapak tangan pasien maka tangan pasien akan mengepalRefleks palmomental12.Penggoresan dengan ujung pensil atau ujng gagang palu refleks terhadap kulit telapak tangan bagian tenar maka didikuti kontraksi otot mentalis dan orbikularis oris isilateral.<br />CHECK LIST PEMERIKSAAN MODUL NEUROLOGI 2 <br />2.4. SENSORIS UMUM<br />No.DiskripsiI. NYERI1.Mempersiapkan alat yaitu jarum bundel, roda gigi (rader) yang tajam dan memberi informasi ke penderita apa yang mau kita kerjakan.2.Mempersilahkan pasien harus menutup mata.3.Melakukan pemeriksaan dengan memegang jarum dan menusuk jarum tegak lurus, sebatas pada permukaan kulit pasien mulai dari kaki terus ke arah kepala (dari distal ke proksimal) disesuaikan dengan dermatom. Bandingkan sisi kanan dan kiri, sisi yang dianggap normal dan yang sakit, bandingkan juga distal dan proksimal.4.Menggambarkan kelainan nyeri berupa titik-titik, sesuai dengan dermatomnya, atau sesuai pola gangguannya.II. RABA5.Mempersiapankan alat yaitu kuas halus, kapas dan memberi informasikan ke penderita apa yang akan kita kerjakan.6.Mempersilahkan pasien harus menutup mata.7.Seutas kapas yang digulung lancip digoreskan pada permukaan kulit dari distal ke proksimal, bandingkan kanan dan kiri, sisi normal dan sisi yang sakit. Sisi tubuh lateral kurang peka dibanding sisi medial/mesial.8.Menggambarkan kelainan nyeri berupa arsir garis miring,sesuai dengan dermatomnya atau pola ganguannya.II. RABA9.Mempersiapan alat yaitu satu botol / tabung reaksi yang berisi air panas dengan suhu 40 - 45°C dan satu berisi air dingin/es batu dengan suhu 10-15°C. Sebaiknya botol dibungkus kain untuk membuat botol betul betul kering.10.Memberi informasi ke penderita apa yang akan kita kerjakan11.Mempersilahkan pasien harus menutup mata12.Memeriksa rasa dingin dan panas bergantian, dengan botol dingin dan panas ditempelkan bergantian pada kulit pasien , menanyakan apa terasa dingin atau panas yaitu dari distal ke proksimal, dibandingkan kanan dan kiri, yang normal dan sisi yang sakit.PROPRIOSEPTIF Tes Posisi / Rasa gerak pasif13.Menginformasikan ke penderita apa yang mau kita kerjakan.14.Mempersilahkan pasien harus menutup mata.15.Melakukan tes posisi/ perasan gerak pasif yaitu gerakan pada anggota gerak pasien yang dilakukan oleh pemeriksa.16.Menggerakan ibu jari kaki atau jari tangan, dengan cara memegang bagian lateral jari, pasien disuruh menyimpulkan berdasar atas terasanya posisi atau gerakan keatas atau kebawah, atau pasien diminta segera menjawab “ya” setiap perubahan sikap jarinya. Pemeriksa melakukannya dengan cepat dan berulang.Tes perasaan getar17.Mempersiapkan alat garpu tala 128 Hz dan 512Hz dan memberi informasi apa yang dilakukan18.Mempersilahkan pasien harus menutup mata.19.Menggetarkan garpu tala 128 Hz dan atau 512 Hz, meletakkan pangkal garputala pada anggota gerak pasien yang dibawah kulit ada tulangnya.20.Menanyakan perasaan getar (bukan rasa dingin, raba, bunyi atau tekan) dan kadang pemeriksa getaran ini hentikan tiba-tiba garputala dan tanyakan pada pasien apakah masih terasa getar.Perasaan nyeri dalam21.Secara umum rasa nyeri dalam dengan memencet otot-otot di lengan atas, lengan bawah, paha, beds. Hal ini untuk mengetahui lesi pada funikulus posterior. Tanda kelainan tabes dorsalis:Tanda Abadie22.Menekanan atau pemencetan kuat pada tendon achilles tidak membangkitkan nyeri atau mengeluhnya terlambat (“delayed pain”)Tanda Biernacki23.Menekanan atau pemencetan kuat pada nervus ulnaris di sulcus ulnaris tidak membangkitkan nyeri atau (“delayed pain”)Menekanan atau pemencetan pada testis tidak menimbulkan nyeri atau (“delayed pain”)<br />CHECK LIST PEMERIKSAAN MODUL NEUROLOGI 2 <br />2.5. SENSORIS KHUSUS<br />No.DiskripsiTES PERASAAN DISKRIMINASIPerasaan stereognosis1.Menyiapkan alat (kunci, uang logam, kancing, cincin dll.), memberi informasi apa yang akan dilakukan.2.Mempersilahkan pasien harus menutup mata dan memberi informasi apa yang akan diperiksa.3.Meletakkan benda didalam tangan pasien, Mempersilahkan pasien meraba-raba benda tersebut dan identifikasi terhadap benda yang dirabanya.Perasaan gramestesia4.Mempersilahkan pasien harus menutup mata dan memberi informasi apa yang akan diperiksa.5.Pemeriksa membuat tulisan satu huruf atau angka di telapak tangan pasien dengan benda runcing, Mempersilahkan pasien menebak tulisan tersebut.Perasaan diskriminalissi dua titik :6.Mempersiapkan 2 jarum bundel dan memberi informasi apa yang akan dilakukan.7.Mempersilahkan pasien harus menutup mata.8.Melakukan tusukan dengan 1 atau 2 jarum pada kulit pasien di dua tempat dalam waktu yang bersamaan pada jarak tertentu9.Menentukan pada jarak berapa cm/mm -> dapat mengenali dengan jelas 2 rangsangan tersebut. Jarak normal : Lidah 1 mm, ujung jari tangan 2-7 mm, dorsum manus 20-30, telapak tangan 8-12 mm, dada-lengan bawah-tungkai bawah 40 mm, punggung-lengan atas dan paha 70-75 mm, jari kaki 3-8 mm.Perasaan barognosia10.Mempersiapkan alat sekrup, kancing, karet, gabus dan member! informasi apa yang akan dilakukan.11.Mempersilahkan pasien harus menutup mata.12.Meletakkan benda satu persatu diatas telapak tangan pasien Mempersilahkan pasien untuk memberitahukan terbuat dari bahan apa (berat yang mana) barang-barang yang diberikan padanya.Perasaan Topognosia13.Mempersilahkan pasien harus menutup mata dan memberi informasi apa yang akan dilakukan.14.Melakukan perabaan dengan jari pada beberapa bagian kulit pasien , Mempersilahkan pasien memberitahukan bagian tubuh mana yang disentuh oleh pemeriksa.PEMERIKSAAN SENSOSIS KHUSUSLhermitte15.Memberi informasikan yang akan dilakukan dan minja ijin dahulu ke pasien.16.Memegang kepala pasien di vertek dengan kedua tangan, tekan kebawah, apakah ada nyeri menjalar radikular, miringkan kepala pasien ke kiri kemudan kekanan lalu tekan dengan kedua tangan pemeriksa, tanyakan apakah ada nyeri menjalar (radikular) dan menanyakan menjalar ke dermatome mana, bila timbul nyeri menjalar (radikular) disebut positip.Valsava17.Mempersilahkan pasien mengejan kemudian tahan nafas beberapa menit apakah ada nyeri radikular dan menanyakan menjalar ke dermatome mana, bila timbul nyeri menjalar (radikular) disebut positip.Nafziger18.Memberi informasikan yang akan dilakukan dan minja ijin dahulu ke pasien.19.Menekan vena jugularis kanan dan kiri pasien bersamaan selama beberapa menit apakah nyeri radikular, dan menanyakan menjalar ke dermatome mana, bila timbul nyeri menjalar (radikular) disebut positip.Lasseque (SLR = Straight Leg Raising test)20.Mempersilahkan pasien tidur terlentang, mem-fleksikan tungkai bawah pada sendi panggul dengan tungkai bawah ekstensi pada sendi lutut, kanan dan kiri bergantian.21.Menentukan tes Lasseque positif.bila ada nyeri radikular dengan sudut kurang 60°, mencatat hasil positip, sudutnya.Bragard22.Melakukan tes seperti Lasseque, tetapi dengan ditambah men-dorsifleksi kaki.23.Menentukan tes Bragard positif.bila ada nyeri radikular dengan sudut kurang 60°, mencatat hasil positip, sudutnya.Sicard24.Melakukan tes seperti Lasseque, tetapi dengan ditambah men-dorsifleksi ibujari kaki.25.Menentukan tes Sicard positif.bila ada nyeri radikular dengan sudut kurang 60°, mencatat hasil positip, sudutnya.Patrick (Fabere : fleksi, abduksi, rotasi eksternal dan ekstensi)26.Mempersilahkan pasien tidur terlentang, tumit dari tungkai yang nyeri ditaruh di lutut satunya, kemudian tangan kiri pemeriksa memegang lutut / paha dan ditekan ke bawah, bila terdapat nyeri di sendi panggul (Coxae) disebut positip.Contra Patrik (Fadire: fleksi, adduksi, rotasi internal , ekstensi).27.Mempersilahkan pasien tidur terlentang, tangan kiri pemeriksa memegang lutut , tangan kanan pemeriksa memegang tumit dan lutut ditekan ke bawah sedang tumit diangkat keatas, bila terdapat nyeri di sendi panggul (Coxae) disebut positip.Tinnel28.Mengetuk saraf perifer yang akan diperiksa, positif bila ada nyeri yang menjalar sesuai dermatom dari lokasi ketukan kedistal. Sering diperiksa pada sindroma semua jepitan sarafPhalen29.Melakukan volar fleksi kedua tangan pasien dan tempelkan pada punggung tangan dan tekan kedua tangan pasien yang sudah fleksi, tes positip bila ada nyeri menjalar ke jari-jari.<br />