SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
HEMATURIA
HARI SUBAGIYO
Introduction
Hematuria didefinisikan sebagai keberadaan sel darah merah dalam urin. Ketika
terlihat oleh pasien, itu disebut gross hematuria, sedangkan microscopic hematuria
itu tidak terlihat dengan mata telanjang tetapi lebih terdeteksi oleh pemeriksaan
mikroskopis dari sedimen urin.
Metode dipstick untuk mendeteksi hematuria sering digunakan. Dipstik memiliki sensitivitas
95% dan spesifisitas 75% dan hasil positif perlu dikonfirmasi dengan pemeriksaan mikroskopis
urin.
Free hemoglobin, myoglobin, dan larutan antiseptik tertentu (povidone-iodine) akan
memunculkan pembacaan positif palsu.
Keberadaan proteinuria yang signifikan (2+ atau lebih besar) memungkinkan penyebab berasal
dari nefrologi. Keberadaan sel epitel yang banyak menunjukkan kontaminasi kulit atau vagina.
Untuk melakukan pemeriksaan mikroskopis urin:
Diambil 10 mL spesimen midstream dan bersih yang telah
disentrifus selama 10 menit pada 2000 rpm atau selama 5 menit
pada 3000 rpm. Kemudian sedimen disuspensi ulang dan diperiksa
dengan pembesaran daya tinggi.
Dengan metode ini, microscopic hematuria dapat didefinisikan
sebagai, > 3 blood cells per high powered field (rbc/hpf) on single
specimen
Keberadaan red cell casts, dysmorphic red blood cells, leukosit,
bakteri dan kristal juga harus dimasukkan dalam laporan urinalisis
Epidemiology
Prevalensi hematuria mikroskopis berkisar
dari 1-20% tergantung pada populasi yang
diteliti dengan faktor risiko terkait.
Beberapa sumber tidak merekomendasikan
skrining rutin untuk mikrohematuria pada
pasien tanpa gejala. Sebaliknya, untuk
pemeriksaan urinalisis (secara dipstick atau
mikroskopik) didasarkan pada interpretasi
temuan klinis oleh dokter yang
mengevaluasi, sering dilakukan.
Common Risk Factors for Urinary Tract
Malignancy in Patients with Microhematuria
ETIOLOGY
Penyebab hematuria dapat berasal
darimana saja di saluran kemih antara
glomerulus ginjal-meatus urethra.
Penyebab hematuria secara umum dapat
dikelompokan menjadi: glomerulus atau
non-glomerulal.
Non-glomerulal ini dapat dibagi menjadi:
upper urinary tract (ginjal dan ureter) dan
lower urinary tract (bladder dan urethra).
Evaluation
Landasan mengevaluasi pasien dengan hematuria adalah riwayat medis menyeluruh dan
pemeriksaan fisik terarah.
Riwayat penyakit atau intervensi urologis sebelumnya adalah gambaran penting. Juga, adanya nyeri
panggul, demam atau gejala kemih seperti disuria, frekuensi dan urgensi harus diperhatikan.
Iradiasi panggul dan agen kemoterapi tertentu, khususnya siklofosfamid dan mitotane, telah
dikaitkan dengan hemorrhagic cystitis.
Segala jenis iritasi kronis pada kandung kemih (misalnya kateter yang menetap, batu, dan infeksi
berulang).
Nyeri tekan pada sudut costovertebral menunjukkan obstruksi ureter, seringkali sekunder
akibat penyakit batu, pada pasien afebril. Ketika demam dan nyeri tekan panggul keduanya
hadir, kemungkinan diagnosis penyebab pielonefritis
Jika pasien belum melakukan pemeriksaan urinalisis. Pemeriksaan dengan dipstik dapat
menghasilkan hasil positif palsu pada pasien dengan myoglobinuria. Juga, beberapa pasien
mungkin mengalami “hematuria" yang berkaitan dengan asupan makanan atau penggunaan
obat (phenazopyridine).
Selain mengidentifikasi jumlah red blood cells per high powered field, keberadaan sel darah putih, bakteri, nitrit,
dll dapat dipertimbangkan kemungkinan infeksi.
Jika dicurigai infeksi, kultur urin mungkin perlu dipertimbangkan dan urinalisis berulang dilakukan setelah
pengobatan dimulai.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, termasuk urinalisis, pasien dengan hematuria non-glomerular
dapat dikelompokkan sebagai risiko tinggi atau risiko rendah untuk penyakit urologis mendasarinya.
Pasien dengan hematuria asimptomatik dan tidak ada faktor risiko terkait diklasifikasikan sebagai risiko rendah
namun masih memerlukan evaluasi lengkap.
Tes darah termasuk tes fungsi ginjal, hitung darah lengkap, dan parameter koagulasi serta PSA dapat diperiksa
pada pria.
Pada hematuria non-glomerular, pemeriksaan secara visualisasi menggunakan endoskopi langsung dari
kandung kemih dan uretra diperlukan untuk mengetahui keadaan lower urinary tract.
Cystoscopy direkomendasikan oleh AUA pada semua pasien yang berusia minimal 35 tahun dengan
mikrohematuria dan pada semua pasien yang datang dengan gross hematuria.
Untuk pasien yang berusia kurang dari 35 tahun dengan mikrohematuria, cystoscopy dapat dilakukan atas
pertimbangan adanya faktor-faktor risiko untuk keganasan.
Saat ini sitologi urin atau penanda tumor lainnya tidak direkomendasikan secara rutin dalam evaluasi
mikrohematuria asimptomatik, tetapi dapat dipertimbangkan pada pasien dengan faktor risiko.
Dengan sensitivitas dan spesifisitas yang relatif tinggi, CT urography (CTU) adalah modalitas yang lebih
disukai.
Jika fungsi ginjal meningkat atau terdapat alergi yodium, maka MR urografi atau pyelograms retrograde
dengan pencitraan ginjal non-kontras dapat dipertimbangkan.
Urinary Incontinence
Pendahuluan
Inkontinensia Urin adalah ketidakmampuan seseorang untuk menahan keluarnya urine.
Inkontinensia Urin merupakan keluhan yang sangat umum di setiap bagian dunia. Ini menyebabkan
banyak kesusahan dan rasa malu, serta biaya yang signifikan, baik bagi individu maupun masyarakat.
Prevalensi kejadian ini cukup tinggi, yakni pada wanita kurang lebih 10-40% dan 4-8% sudah dalam
keadaan cukup parah pada saat datang berobat. Pada pria prevalensinya lebih rendah.
Anamnesis harus mencakup perincian jenis, waktu, dan tingkat keparahan Inkontinensia Urine, berhubungan
dengan voiding, dan gejala kemih lainnya.
Anamnesis harus memungkinkan Inkontinensia Urine dikategorikan ke dalam stres urinary incontinence (SUI),
urgensi urinary incontinence (UUI) atau mixed urinary incontinence (MUI).
Apakah pasien terdapat nyeri, hematuria, riwayat infeksi saluran kemih berulang (ISK), operasi panggul
(terutama operasi prostat) atau radioterapi, kebocoran konstan yang menunjukkan fistula, kesulitan berkemih,
atau dugaan penyakit neurologis.
Pada wanita, riwayat obstetri dan ginekologi dapat membantu untuk menemukan penyebab yang mendasari dan
mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat berdampak pada pengobatan.
Beberapa rekomendasi
Pemeriksaan perut, untuk mendeteksi kandung kemih yang membesar atau massa perut
lainnya, dan pemeriksaan perineum dan Digital Rectal Examination (prostat) dan vagina pada
perempuan.
Voiding diaries adalah metode semi-objektif untuk mengukur gejala, seperti frekuensi episode
Inkontinensia Urine. Voiding diaries juga mengukur variabel urodinamik, seperti voided volume
dan volume urin total 24 jam atau volume urine nocturnal. Dapat digunakan antara 3-7 hari.
Reagent strip (‘dipstick’) urinalysis, dapat mengindikasikan infeksi saluran kemih (ISK), proteinuria,
hematuria atau glikosuria yang membutuhkan penilaian lebih lanjut.
Lakukan analisis urin sebagai bagian dari penilaian awal pasien dengan inkontinensia urin.
Jika infeksi saluran kemih simptomatik ada dengan inkontinensia urin, periksa kembali pasien setelah
dilakukan perawatan.
Jangan secara rutin mengobati bakteriuria asimptomatik pada pasien usia lanjut karena dapat
meningkatkan inkontinensia urin.
Post-voiding residual (PVR) volume adalah jumlah urin yang tersisa di kandung kemih setelah berkemih.
Lower urinary tract symptoms bersamaan dengan Inkontinensia Urine dikaitkan dengan tingkat PVR yang
lebih tinggi dibandingkan dengan subyek tanpa gejala.
 Saat mengukur volume urine Post-voiding residual , dapat mengunakan ultrasonografi.
Mengukur residu pasca berkemih pada pasien dengan inkontinensia urin yang memiliki gejala berkemih.
Post-voiding residual harus dipantau pada pasien yang melakukan tindakan operasi (for stress urinary
incontinence), karena dapat menyebabkan atau memperburuk disfungsi berkemih.
 Dapat melakukan pemeriksaan urodinamik jika temuan dapat mengubah pilihan pengobatan invasif.
Pad Test dapat mendiagnosis Inkontinensia Urine secara akurat dan lakukan pengujian ulang berkala
setelah pengobatan dilakukan.
Jangan melakukan pemeriksaan imaging pada saluran kemih bagian atas atau bawah secara rutin sebagai
bagian dari penilaian inkontinensia urine.
Hematuria dan inkontensia urine by hari 1

More Related Content

What's hot (19)

lapkas soft tissue
lapkas soft tissuelapkas soft tissue
lapkas soft tissue
 
Koledokolitiasis
KoledokolitiasisKoledokolitiasis
Koledokolitiasis
 
Askep ca. colorektal
Askep ca. colorektalAskep ca. colorektal
Askep ca. colorektal
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPH
 
Ca pankreas
Ca pankreasCa pankreas
Ca pankreas
 
Askep Benigna Prostat Hiperplasia
Askep Benigna Prostat Hiperplasia Askep Benigna Prostat Hiperplasia
Askep Benigna Prostat Hiperplasia
 
post op Tur-p
post op Tur-ppost op Tur-p
post op Tur-p
 
Rectal toucher KDM I by pangestu chaesar
Rectal toucher KDM I by pangestu chaesarRectal toucher KDM I by pangestu chaesar
Rectal toucher KDM I by pangestu chaesar
 
Ruptur esofagus&trauma hepar
Ruptur esofagus&trauma heparRuptur esofagus&trauma hepar
Ruptur esofagus&trauma hepar
 
Bedah emir jehan
Bedah emir jehanBedah emir jehan
Bedah emir jehan
 
Ca Colon
Ca ColonCa Colon
Ca Colon
 
Askep Batu Ginjal
Askep Batu GinjalAskep Batu Ginjal
Askep Batu Ginjal
 
Asuhan keperawatan colorektal
Asuhan keperawatan colorektalAsuhan keperawatan colorektal
Asuhan keperawatan colorektal
 
Abses hati
Abses hatiAbses hati
Abses hati
 
Penydalam srimaryani
Penydalam srimaryaniPenydalam srimaryani
Penydalam srimaryani
 
Askep kista coledocal
Askep kista coledocalAskep kista coledocal
Askep kista coledocal
 
Askep isk kelompok 4 b11 a
Askep isk kelompok 4 b11 aAskep isk kelompok 4 b11 a
Askep isk kelompok 4 b11 a
 
Atresia esofagus
Atresia esofagusAtresia esofagus
Atresia esofagus
 
176175164 case-mola-hidatidosa-doc
176175164 case-mola-hidatidosa-doc176175164 case-mola-hidatidosa-doc
176175164 case-mola-hidatidosa-doc
 

Similar to Hematuria dan inkontensia urine by hari 1

Similar to Hematuria dan inkontensia urine by hari 1 (20)

BPH.pdf
BPH.pdfBPH.pdf
BPH.pdf
 
kelompok199
kelompok199kelompok199
kelompok199
 
slide perdarahan scba.pptx
slide perdarahan scba.pptxslide perdarahan scba.pptx
slide perdarahan scba.pptx
 
BOOKREADING - ISK.pptx
BOOKREADING - ISK.pptxBOOKREADING - ISK.pptx
BOOKREADING - ISK.pptx
 
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptxDigestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
 
Urinalisis
UrinalisisUrinalisis
Urinalisis
 
Askep Benigna Prostat Hiperplasia (BPH).pptx
Askep Benigna Prostat Hiperplasia (BPH).pptxAskep Benigna Prostat Hiperplasia (BPH).pptx
Askep Benigna Prostat Hiperplasia (BPH).pptx
 
Peran pengukuran nilai unit hounsfield dan pemeriksaan computed.pptx
Peran pengukuran nilai unit hounsfield dan pemeriksaan computed.pptxPeran pengukuran nilai unit hounsfield dan pemeriksaan computed.pptx
Peran pengukuran nilai unit hounsfield dan pemeriksaan computed.pptx
 
Buku saku klinik_penyakit_dalam
Buku saku klinik_penyakit_dalamBuku saku klinik_penyakit_dalam
Buku saku klinik_penyakit_dalam
 
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTAOBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
 
HELMIN KEL 7.pptx
HELMIN KEL 7.pptxHELMIN KEL 7.pptx
HELMIN KEL 7.pptx
 
BPH KELOMPOK 1.pptx
BPH KELOMPOK 1.pptxBPH KELOMPOK 1.pptx
BPH KELOMPOK 1.pptx
 
Askep kolitis
Askep kolitisAskep kolitis
Askep kolitis
 
Bph
BphBph
Bph
 
Bph AKPER PEMKAB MUNA
Bph AKPER PEMKAB MUNA Bph AKPER PEMKAB MUNA
Bph AKPER PEMKAB MUNA
 
Bph AKPER PEMKAB MUNA
Bph AKPER PEMKAB MUNABph AKPER PEMKAB MUNA
Bph AKPER PEMKAB MUNA
 
Patofisiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
Patofisiologi isk AKPER PEMKAB MUNA Patofisiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
Patofisiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
 
Patofisiologi isk
Patofisiologi iskPatofisiologi isk
Patofisiologi isk
 
Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
 
Etiologi isk
Etiologi iskEtiologi isk
Etiologi isk
 

More from Hari Subagiyo

Hematuria dan inkontensia urine
Hematuria dan inkontensia urineHematuria dan inkontensia urine
Hematuria dan inkontensia urineHari Subagiyo
 
Fisiologi tiroid dan paratioid
Fisiologi tiroid dan paratioidFisiologi tiroid dan paratioid
Fisiologi tiroid dan paratioidHari Subagiyo
 
Patologi sistem respiratorik dan kardiovaskular
Patologi sistem respiratorik dan kardiovaskularPatologi sistem respiratorik dan kardiovaskular
Patologi sistem respiratorik dan kardiovaskularHari Subagiyo
 
Mucosal immune system of the gastrointestinal tract
Mucosal immune system of the gastrointestinal tractMucosal immune system of the gastrointestinal tract
Mucosal immune system of the gastrointestinal tractHari Subagiyo
 
Keseimbangan cairan dan elektrolit
Keseimbangan cairan dan elektrolitKeseimbangan cairan dan elektrolit
Keseimbangan cairan dan elektrolitHari Subagiyo
 
Fisiologi tiroid dan paratioid
Fisiologi tiroid dan paratioidFisiologi tiroid dan paratioid
Fisiologi tiroid dan paratioidHari Subagiyo
 

More from Hari Subagiyo (8)

pulmonary contusion
pulmonary contusionpulmonary contusion
pulmonary contusion
 
Hematuria dan inkontensia urine
Hematuria dan inkontensia urineHematuria dan inkontensia urine
Hematuria dan inkontensia urine
 
Fisiologi tiroid dan paratioid
Fisiologi tiroid dan paratioidFisiologi tiroid dan paratioid
Fisiologi tiroid dan paratioid
 
Patologi sistem respiratorik dan kardiovaskular
Patologi sistem respiratorik dan kardiovaskularPatologi sistem respiratorik dan kardiovaskular
Patologi sistem respiratorik dan kardiovaskular
 
Mucosal immune system of the gastrointestinal tract
Mucosal immune system of the gastrointestinal tractMucosal immune system of the gastrointestinal tract
Mucosal immune system of the gastrointestinal tract
 
Keseimbangan cairan dan elektrolit
Keseimbangan cairan dan elektrolitKeseimbangan cairan dan elektrolit
Keseimbangan cairan dan elektrolit
 
Fisiologi tiroid dan paratioid
Fisiologi tiroid dan paratioidFisiologi tiroid dan paratioid
Fisiologi tiroid dan paratioid
 
Ppt lapsus ika
Ppt lapsus ikaPpt lapsus ika
Ppt lapsus ika
 

Recently uploaded

materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 

Recently uploaded (18)

materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 

Hematuria dan inkontensia urine by hari 1

  • 2. Introduction Hematuria didefinisikan sebagai keberadaan sel darah merah dalam urin. Ketika terlihat oleh pasien, itu disebut gross hematuria, sedangkan microscopic hematuria itu tidak terlihat dengan mata telanjang tetapi lebih terdeteksi oleh pemeriksaan mikroskopis dari sedimen urin.
  • 3. Metode dipstick untuk mendeteksi hematuria sering digunakan. Dipstik memiliki sensitivitas 95% dan spesifisitas 75% dan hasil positif perlu dikonfirmasi dengan pemeriksaan mikroskopis urin. Free hemoglobin, myoglobin, dan larutan antiseptik tertentu (povidone-iodine) akan memunculkan pembacaan positif palsu. Keberadaan proteinuria yang signifikan (2+ atau lebih besar) memungkinkan penyebab berasal dari nefrologi. Keberadaan sel epitel yang banyak menunjukkan kontaminasi kulit atau vagina.
  • 4. Untuk melakukan pemeriksaan mikroskopis urin: Diambil 10 mL spesimen midstream dan bersih yang telah disentrifus selama 10 menit pada 2000 rpm atau selama 5 menit pada 3000 rpm. Kemudian sedimen disuspensi ulang dan diperiksa dengan pembesaran daya tinggi. Dengan metode ini, microscopic hematuria dapat didefinisikan sebagai, > 3 blood cells per high powered field (rbc/hpf) on single specimen Keberadaan red cell casts, dysmorphic red blood cells, leukosit, bakteri dan kristal juga harus dimasukkan dalam laporan urinalisis
  • 5. Epidemiology Prevalensi hematuria mikroskopis berkisar dari 1-20% tergantung pada populasi yang diteliti dengan faktor risiko terkait. Beberapa sumber tidak merekomendasikan skrining rutin untuk mikrohematuria pada pasien tanpa gejala. Sebaliknya, untuk pemeriksaan urinalisis (secara dipstick atau mikroskopik) didasarkan pada interpretasi temuan klinis oleh dokter yang mengevaluasi, sering dilakukan.
  • 6. Common Risk Factors for Urinary Tract Malignancy in Patients with Microhematuria
  • 7. ETIOLOGY Penyebab hematuria dapat berasal darimana saja di saluran kemih antara glomerulus ginjal-meatus urethra. Penyebab hematuria secara umum dapat dikelompokan menjadi: glomerulus atau non-glomerulal. Non-glomerulal ini dapat dibagi menjadi: upper urinary tract (ginjal dan ureter) dan lower urinary tract (bladder dan urethra).
  • 8. Evaluation Landasan mengevaluasi pasien dengan hematuria adalah riwayat medis menyeluruh dan pemeriksaan fisik terarah. Riwayat penyakit atau intervensi urologis sebelumnya adalah gambaran penting. Juga, adanya nyeri panggul, demam atau gejala kemih seperti disuria, frekuensi dan urgensi harus diperhatikan. Iradiasi panggul dan agen kemoterapi tertentu, khususnya siklofosfamid dan mitotane, telah dikaitkan dengan hemorrhagic cystitis. Segala jenis iritasi kronis pada kandung kemih (misalnya kateter yang menetap, batu, dan infeksi berulang).
  • 9. Nyeri tekan pada sudut costovertebral menunjukkan obstruksi ureter, seringkali sekunder akibat penyakit batu, pada pasien afebril. Ketika demam dan nyeri tekan panggul keduanya hadir, kemungkinan diagnosis penyebab pielonefritis Jika pasien belum melakukan pemeriksaan urinalisis. Pemeriksaan dengan dipstik dapat menghasilkan hasil positif palsu pada pasien dengan myoglobinuria. Juga, beberapa pasien mungkin mengalami “hematuria" yang berkaitan dengan asupan makanan atau penggunaan obat (phenazopyridine).
  • 10. Selain mengidentifikasi jumlah red blood cells per high powered field, keberadaan sel darah putih, bakteri, nitrit, dll dapat dipertimbangkan kemungkinan infeksi. Jika dicurigai infeksi, kultur urin mungkin perlu dipertimbangkan dan urinalisis berulang dilakukan setelah pengobatan dimulai. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, termasuk urinalisis, pasien dengan hematuria non-glomerular dapat dikelompokkan sebagai risiko tinggi atau risiko rendah untuk penyakit urologis mendasarinya. Pasien dengan hematuria asimptomatik dan tidak ada faktor risiko terkait diklasifikasikan sebagai risiko rendah namun masih memerlukan evaluasi lengkap. Tes darah termasuk tes fungsi ginjal, hitung darah lengkap, dan parameter koagulasi serta PSA dapat diperiksa pada pria.
  • 11. Pada hematuria non-glomerular, pemeriksaan secara visualisasi menggunakan endoskopi langsung dari kandung kemih dan uretra diperlukan untuk mengetahui keadaan lower urinary tract. Cystoscopy direkomendasikan oleh AUA pada semua pasien yang berusia minimal 35 tahun dengan mikrohematuria dan pada semua pasien yang datang dengan gross hematuria. Untuk pasien yang berusia kurang dari 35 tahun dengan mikrohematuria, cystoscopy dapat dilakukan atas pertimbangan adanya faktor-faktor risiko untuk keganasan. Saat ini sitologi urin atau penanda tumor lainnya tidak direkomendasikan secara rutin dalam evaluasi mikrohematuria asimptomatik, tetapi dapat dipertimbangkan pada pasien dengan faktor risiko.
  • 12. Dengan sensitivitas dan spesifisitas yang relatif tinggi, CT urography (CTU) adalah modalitas yang lebih disukai. Jika fungsi ginjal meningkat atau terdapat alergi yodium, maka MR urografi atau pyelograms retrograde dengan pencitraan ginjal non-kontras dapat dipertimbangkan.
  • 14. Pendahuluan Inkontinensia Urin adalah ketidakmampuan seseorang untuk menahan keluarnya urine. Inkontinensia Urin merupakan keluhan yang sangat umum di setiap bagian dunia. Ini menyebabkan banyak kesusahan dan rasa malu, serta biaya yang signifikan, baik bagi individu maupun masyarakat. Prevalensi kejadian ini cukup tinggi, yakni pada wanita kurang lebih 10-40% dan 4-8% sudah dalam keadaan cukup parah pada saat datang berobat. Pada pria prevalensinya lebih rendah.
  • 15. Anamnesis harus mencakup perincian jenis, waktu, dan tingkat keparahan Inkontinensia Urine, berhubungan dengan voiding, dan gejala kemih lainnya. Anamnesis harus memungkinkan Inkontinensia Urine dikategorikan ke dalam stres urinary incontinence (SUI), urgensi urinary incontinence (UUI) atau mixed urinary incontinence (MUI). Apakah pasien terdapat nyeri, hematuria, riwayat infeksi saluran kemih berulang (ISK), operasi panggul (terutama operasi prostat) atau radioterapi, kebocoran konstan yang menunjukkan fistula, kesulitan berkemih, atau dugaan penyakit neurologis. Pada wanita, riwayat obstetri dan ginekologi dapat membantu untuk menemukan penyebab yang mendasari dan mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat berdampak pada pengobatan.
  • 16. Beberapa rekomendasi Pemeriksaan perut, untuk mendeteksi kandung kemih yang membesar atau massa perut lainnya, dan pemeriksaan perineum dan Digital Rectal Examination (prostat) dan vagina pada perempuan. Voiding diaries adalah metode semi-objektif untuk mengukur gejala, seperti frekuensi episode Inkontinensia Urine. Voiding diaries juga mengukur variabel urodinamik, seperti voided volume dan volume urin total 24 jam atau volume urine nocturnal. Dapat digunakan antara 3-7 hari.
  • 17. Reagent strip (‘dipstick’) urinalysis, dapat mengindikasikan infeksi saluran kemih (ISK), proteinuria, hematuria atau glikosuria yang membutuhkan penilaian lebih lanjut. Lakukan analisis urin sebagai bagian dari penilaian awal pasien dengan inkontinensia urin. Jika infeksi saluran kemih simptomatik ada dengan inkontinensia urin, periksa kembali pasien setelah dilakukan perawatan. Jangan secara rutin mengobati bakteriuria asimptomatik pada pasien usia lanjut karena dapat meningkatkan inkontinensia urin.
  • 18. Post-voiding residual (PVR) volume adalah jumlah urin yang tersisa di kandung kemih setelah berkemih. Lower urinary tract symptoms bersamaan dengan Inkontinensia Urine dikaitkan dengan tingkat PVR yang lebih tinggi dibandingkan dengan subyek tanpa gejala.  Saat mengukur volume urine Post-voiding residual , dapat mengunakan ultrasonografi. Mengukur residu pasca berkemih pada pasien dengan inkontinensia urin yang memiliki gejala berkemih. Post-voiding residual harus dipantau pada pasien yang melakukan tindakan operasi (for stress urinary incontinence), karena dapat menyebabkan atau memperburuk disfungsi berkemih.
  • 19.  Dapat melakukan pemeriksaan urodinamik jika temuan dapat mengubah pilihan pengobatan invasif. Pad Test dapat mendiagnosis Inkontinensia Urine secara akurat dan lakukan pengujian ulang berkala setelah pengobatan dilakukan. Jangan melakukan pemeriksaan imaging pada saluran kemih bagian atas atau bawah secara rutin sebagai bagian dari penilaian inkontinensia urine.