Batu empedu merupakan masalah kesehatan umum di Indonesia. Diagnosa batu empedu semakin mudah berkat pemeriksaan USG. Kolesistektomi laparoskopik merupakan penanganan operatif standar untuk batu empedu simptomatik. Terdapat tiga tingkat keparahan koleistitis akut yaitu ringan, sedang dan berat, yang masing-masing memiliki kriteria diagnostik dan penanganan.
2. PENDAHULUAN
Insiden
Di Amerika 20 juta orang (5 juta pria, 15
juta wanita)
Autopsi 20 % wanita, 8 % pria
Di Indonesia belum diketahui pasti
Banyak tanpa gejala dan ditemukan saat
FPA, USG atau op lain
3. PENYAKIT BATU EMPEDU
Telah menjadi penyakit yang umum terdapat di
Indonesia
Diketahui akibat cara diagnosa yang lebih baik
› Keluhan dispepsi s/d kolik dan radang akut atau
komplikasi lain
› Penggunaan USG sebagai alat diagnostik awal
Indikasi operasi untuk yang simptomatik saja
Apa itu yang dinamakan batu empedu yang
simptomatik?
4. Predisposisi:
– -jenis kelamin
– -bertambahnya
umur
– -obesitas
– -multipara
– -obat klofibrat
– -suku bangsa
●
-kontrasepsi oral
●
-reseksi atau
gangguan fungsi
ileum
●
-DM
●
-sirosis hati
●
-gangguan
hemolitik
●
-infeksi saluran
empedu
4 F
5. Batu yang bergejala biasanya kalau menyumbat duktus
sistikus atau duktus koledokus
Komplikasi:
-kolesistitis akut
-kolesistitis kronis
-koledokolitiasis
-pankreatitis
-kolangitis
-sirosis bilier sekunder
-ileus batu empedu
-abses hepar
-peritonitis karena perforasi kandung empedu
6. FISIOLOGI KANDUNG
EMPEDU
KE tempat penyimpanan, pengentalan
sebelum disalurkan ke duodenum
Absorbsi air dan elektrolit
Garam empedu, kolesterol, fosfolipid
tidak diabsorbsi
7. Komposisi cairan empedu
No Komponen Hati gr% KE gr%
1 Air 97.5 92
2 Garam empedu 1,1 6
3 Bilirubin 0.04 0,3
4 Kolesterol 0,1 0,3-0,9
5 Asam lemak 0,12 0,3-1,2
6 Lesitin 0,10 0,3
7 Elektrolit - -
8. Etiologi Batu KE
1. Gangguan keseimbangan komposisi cairan
empedu
Kelarutan kolesterol dalam empedu karena garam
empedu dan lesitin yang membentuk agregat
halus disebut Micelle
Adanya micelle ini memungkinkan kolesterol
diangkut dalam empedu melewati traktus biliaris
ke intestinum
Kelarutan micelle mempunyai kapasitas tertentu
yang dilukiskan menurut segitiga Admiral
9. Segitiga Admiral
Daerah ABC mempunyai daya larut maksimal
dari kolesterol dalam campuran garam empedu
dan lesitin. Kolesterol menjadi supersaturated
atau terlalu jenuh. Empedu yang terlalu jenuh
dengan kolesterol disebut Litogenik
10. 2. Gangguan pengosongan KE
-predisposisi infeksi
-peningkatan absorbsi air
-peningkatan absorbsi selektif terhadap zat-zat dalam cairan
empedu
Penyebab : batu, tumor yang menekan
3. Radang
Ok: bakteri, iritasi zat kimia
Mukosa yang meradang memudahkan absorbsi garam empedu
sehingga keseimbangan terganggu.
Peradangan terjadi pembentukan mukus, mukus meningkatkan
viskositas dan unsur seluler atau bakteri sebagai nidus untuk
terbentuknya presipitat
11. Tanda dan Gejala
Keluhan bila batu menyumbat dukt sistikus
atau dukt koledokus, bisa tanpa gejala, ringan,
sedang, atau berat.
Nyeri hipokondrium kanan, kolik
Dijalarkan sampai subskapula
Neusea, vomitus, dispepsia
Nyeri tekan hipokondrium kanan, teraba
pembesaran KE, Murphy’s sign +
12. Pemeriksaan Penunjang
Lab: tidak spesifik, lekositosis
FPA: < 10% radioopaque
Kolesistografi oral, iv
USG: sensitifitas sampai 98%, spesifitas 97,7%
mudah, aman, non invasif, tidak perlu persiapan,
murah, dapat dilakukan pada semua penderita
CT scan
MRCP
ERCP
18. Pengelolaan
Diet rendah lemak
Non operatif
-Disolusi
Menggunakan garam empedu yaitu asam kenodioksikolat
(CDCA), dapat melarutkan sekitar 60 % pend, dosis 10-
15mg/kg, 6-24 bulan. Penghentian sering timbulkan
rekurensi. Menghambat kerja enzim 3-hydroxy 3-methyl
glutaryl coenzyme A (HMG Co-A) reduktase sehingga
mengurangi sintesis dan ekskresi kolesterol ke KE.
Menggunakan asam ursodioksikolat (UDCA), tidak
sebabkan diare, gangguan hati. Mahal.
20. INDIKASI KOLESISTEKTOMI MASA KINI
1. Batu empedu simptomatik
2. Batu empedu yang asimptomatik
› Salmonella carrier feses (+) S. Typhi
› Pasien immunodefisiensi
› Bertugas jauh dari fasilitas kesehatan atau anggota
ekspedisi ke daerah terpencil
› Porcelain gallbladder
› Kandidat transplantasi ginjal
3. Gallstone pancreatitis
4. Biliary dyskinesia: <35% ejection setelah penyuntikan
cholecystokinin 20 mg/kg IV atau glucagon 1 mg/kg W
untuk relaksasi sfingter
21. TERAPI BEDAH
Terbaik : Kolesistektomi
Cara operasi:
› Lap-Chole : kolesistektomi laparoskopik
“Gold Standard”
› Open-Chole : untuk kasus sulit (relatif)
atau fasilitas lap-chole tidak ada
26. KRITERIA DIAGNOSTIK KOLESISTITIS AKUT
A. Gejala inflamasi lokal : tanda Murphy,
RUQ pain, nyeri tekan, rigiditas, massa
B. Gejala inflamasi sistemik : Febris, CRP ,
lekosit
C. Penemuan imajing : khas kolesistits
DIAGNOSIS DEFINITIF
1. Satu gejala di A dan satu gejala di B (+)
2. Penemuan C memastikan gejala klinik
28. TYPES OF ACUTE CHOLECYSTITIS
Grade 1 : Mild acute cholecystitis
Grade 2 : Moderate acute cholecystitis :
difficult cholecystectomy due to local
inflamation
Grade 3 : Severe acute cholecystitis :
organ dysfunction
29. Mild (Grade I) acute
cholecystitis
Does not meet the criteria of severe or
moderate. It can also be defined as
acute cholecystitis in a healthy patient
with no organ dysfunction and mild
Inflammatory changes in the gallbladder,
making cholecystectomy a safe and low-
risk operative procedure
30. Moderate (Grade II) acute cholecystitis
Is associated with any one of the following
conditions:
1. Elevated WBC count > 18000/mm3
2. Palpable tender mass in the RUQ
3. Duration of complaints > 72 hrs
4. Marked local inflammation : biliary peritonitis,
pericholecystic abscess, hepatic abscess,
gangrenous cholecystitis, emphysematous
cholecystitis
Laparoscopic surgery should be performed within 96 hrs of the
onset of acute cholecystitis
31. Severe (Grade III) acute cholecystitis
Is associated with dysfunction of one of the
following organ/systems:
1. Cardiovascular dysfunction: hypotension requiring
treatment with dopamine > 5 µ g/kg per min, or any
dose of dobutamine
2. Neurological dysfunction : decreased level of
consciousness
3. Respiratory dysfunction: PaO2/FiO2 ratio < 300
4. Renal dysfunction : oliguria, creatinine > 2.0 mg/dL
5. Hepatic dysfunction : PT-INR > 1.5
6. Hematological dysfunction : platelet count <
100.000/mm3
32. GENERAL GUIDANCE FOR THE MANAGEMENT OF
ACUTE BILIARY INFECTION
Tokyo Guidelines , J Hepatobiliary Pancreas vol 14 No.1 Surg 2007
33. FLOWCHART FOR THE MANAGEMENT OF ACUTE
CHOLECYSTITIS
Tokyo Guidelines , J Hepatobiliary Pancreas vol 14 No.1 Surg 2007