Kolesistitis adalah radang pada kandung empedu yang sering disebabkan batu empedu. Gejalanya berupa nyeri kuadran kanan atas abdomen, demam, mual dan muntah. Diagnosis didukung dengan adanya tanda inflamasi lokal dan sistemik serta hasil pencitraan. Pengobatan meliputi antibiotik, analgesik, dan kolesistektomi laparoskopi untuk mencegah komplikasi seperti perforasi dan peritonitis. Prognosis umumnya baik bila tidak berkompl
3. ● Kolelitiasis penyakit batu empedu.
● Sebagian batu berupa batu kolesterol yang
terbentuk dalam kandung empedu.
● Sebagian besar kasus tidak memiliki keluhan dan
seringkali ditemukan secara incidental saat
pemeriksaan USG.
● Gejala akan timbul bila batu menyumbat duktus
sistikus atau duktus koledokus rasa nyeri
RUQ (kolik bilier)
Latar Belakang
4. ● Kolelitiasi yang tidak ditangani dengan baik
dapat menimbulkan komplikasi, salah satunya
adalah rada kandung empedu (kolelsistitis)
● Kolesistitis dapat terjadi secara akut maupun
kronik (inflamasi dengan episode kolik bilier)
● Gejala berupa nyeri RUQ, demam, mual, muntah
● Murhphy Sign (+)
5. Metode Penulisan
Data pemeriksaan fisik pasien dengan tinjauan
pustaka yang mengacu kepada beberapa
literatur Batasan Penulisan
definisi, etiologi, epidemiologi, faktor resiko,
manifestasi klinis, diagnosis, tatalaksana,
komplikasi, dan prognosis dari batu empedu
dan radang kandung empedu.
Tujuan Penulisan
menambah pengetahuan penulis dan diharapkan
bisa sebagai sumber bacaan tambahan
mengenai batu empedu dan radang kandung
empedu.
7. ● Gallbladder terdiri atas 3 bagian fundus, corpus,
dan colluum
● Secara histologi disusun atas epitel silinder yang
mampu menghasilkan secret musin dan cepat
mengabsorbsi air dan elektrolit, tetapi tidak garam
empedu atau pigmen garam empedu menjadi
pekat pengentala 5-10 kali
● Pengeluaran garam empedu dari gallbladder
dirangsang oleh Kolesistokinin mengalir ke
ductus sistikus ductus koledukus
Kandung Empedu
9. ● Arteri : artery sistic (cystic artery),cabang dari arteri
hepatika kanan
● Vena : Vena sistis mengalirkan darah langsung
ke vena porta
● Persarafan : berasal dari nervus vagus dan dari
cabang simpatis melewati pleksus celiaca. Tingkat
preganglionik simpatisnya adalah T8 dan T9
● Rangsang dari hepar, kandung empedu, dan duktus
biliaris akan menujuserat aferen simpatis melewati
nervus splanchnic memediasi nyeri kolik bilier.
11. ● Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam
kandung empedu.
● Sedangkan koledokolitiasis adalah batu empedu yang berada di saluran
empedu.
● Terdapat beberapa mekanisme terbentuknya kolelitiasis supersaturasi
kolesterol, produksi bilirubin berlebih, dan hipomotilitas atau gangguan
kontraktilitas kantung empedu.
Definisi
12. ● Di negara maju angka kejadian dapat mencapai 10-15% populasi dewasa
6% pria dan 9% Wanita
● Batu empedu kolesterol merupakan jenis yang paling sering ditemukan, sebesar
90%
● 80% kasus tidak bergejala. 1-2% pasien mengalami kolik bilier, dan sebesar
0.1-0.3% tiap tahunnya berkembang menjadi kolisistitis
● Angka mortalitas kolelitiasis sekitar 0.6% dipengaruhi komplikasi yang
muncul (pankreatitis akut dan kolangiosarcom). Prosedur kolesistektomi pun
memiliki angka kematian sekitar 1%
Epidemiologi
14. ● Etiologi pasti belum diketahui
● Pada teori batu kolesterol, dimulai dari supersaturasi kolesterol nukleasi
kristal pertumbuhan batu
● pada batu pigmentasi :
○ Batu hitam kecil berkaitan dengan kondisi hemolitik (sferosistosis
herediter, anemia sel sabit, sirosis hati)
○ Batu cokelat halus terkait infeksi bakteri E.coli hidrolisis enzimatik
bilirubin glukoronida terkonjugasi menghasilkan bilirubin tak
terkonjgasi terjadi presipitasi kalsium
Etiologi
15. ● Batu Kolesterol, mengandung paling sedikit 70%
kolesterol, dan sisanya berupa kalsium karbomat,
kalsium palminit. akibat konsentrasi kolesterol
yang tinggi percepat pengendapan
● Batu Pigmen, merupakan batu kalsium bilirubinat
tak terkonjugasi pengendapan garam bilirubin
kalsium
● Batu Campuran, paling banyak dijumpai. Terdiri
dari kolesterol, pigmen empedu, dan berbagai
garam kalsium. Bersifat radioopaq
Jenis Batu
16.
17. ● Anamnesis
○ 2/3 kasus kolelitiasi asimptomatis. Keluhan yang mungkin timbul berupa
dyspepsia disertai intoleran makanan berlemak
○ Pada yang simptomatis, keluhan utama berupa nyeri RUQ (kolik bilier)
yang berlangsung lebih 15 menit, seringkali munculnya nyeri perlahan-
lahan dapat menjalar ke punggung bagian tengah, scapula, puncak
bahu, dan disertai mual dan muntah
○ Beberapa nyeri berkurang setelah pasien mengkonsumsi antasida
Diagnosis
18. ● Pemeriksaan Fisik
○ Pada pemeriksaan fisik seringkali tidak ditemukan kelainan
○ Adanya kelainan berkaitan dengan komplikasi yang muncul, misalnya Murphy Sign (+) pada
kejadian kolesistitis
Diagnosis
● Pemeriksaan Penunjang
○ BNO Hanya 10-15% batu empedu yang bersifat radioopak
○ USG modalitas awal terbaik mampu mendeteksi adanya batu serta pelebaran saluran
empedu
○ Kolesistografi dengan kontras
19.
20. ● Drug Dissolution Therapy
○ Prinsip : melarutkan kristal kolesterol menggunakan garam empedu
○ Contoh ; Chenodeoxycholic acid(chenodiol) dan Ursodeoxycholic acid (ursodiol )
○ Efek samping : Diare
Medikamentosa
● Analgetik
○ Pemberian NSAID berupa ketorolac (IV atau IM) atau ibuprofen
21. ● Laparoscopycholecystectomy
○ Indikasi Laparoskopi ditunjukkan pada gejala batu empedu dengan kolik bilier, akut / kroniskolesistitis,
pankreatitis batu empedu, empedudiskinesia, ataukomplikasi dan manifestasi lainnya penyakit batu
empedu.
○ Kontra indikasi Laparoskopi merupakan kontraindikasi pada pasien yang tidak dapat dilakukan anestesi
umum.
Bedah
● Laparoscopycholecystectomy
○ Dengan operasi dapatmenghilangkan asal gejala, dan mencegah pembentukan batu lebih lanjut
○ Kandung empedu diangkat, dan semua saluran dijepit dan dijahit
24. ● Kolesistitis merupakan inflamasi pada kandung empedu yang sering kali disebabkan oleh batu empedu (kolelitiasis).
○ Kolesistitis akut obstruksi dari duktus sistikus proses inflamasi. gejala nyeri abdomen kuadran kanan
atas, mual, muntah, anoreksia, dan demam..
○ Kolesistitis kronis disfungsi mekanik maupun fungsional pengosongan kandung empedu. Obstruksi yang
hilang timbul pada kolesistitis kronis menyebabkan peradangan dan abrasi pada dinding kandung empedu.
● Sebuah studi observasi yang dilakukan selama 5-7 tahun, menunjukkan bahwa dari subjek dengan kolelitiasis,
sebanyak 12% berkembang menjadi kolesistitis. Kejadian kolesistitis pada wanita 2 kali lipat lebih sering dibanding
pria.
● Dahulu, pasien dengan kolesistitis akut memiliki angka mortalitas antara 0-5%. Setelah tahun 2000, angka mortalitas
menurun menjadi <1%. Mortalitas pada pasien usia tua lebih tinggi dibanding dengan pasien usia muda.
25. ● 4F
● riwayat keluarga, penurunan berat badan berlebih, kurangnya aktivitas fisik,
penggunaan kontrasepsi oral, obat octreotide dan ceftriaxone juga dapat
meningkatkan risiko kolesistitis
Faktor Resiko
26. ● Batu Empedu (90%)
● Stasis cairan empedu biaasanya terjadi pada pasien sepsis, riwayat menjalani pembedahan besar, luka
bakar, dan pasien dengan nutrisi parenteral total jangka panjang
● Infeksi Bakteri
○ Escherichia coli, Klebsiella, Streptococcus faecalis, Clostridium welchii, Proteus, Enterobacter,
dan Streptococcus anaerob
○ komplikasi, seperti nekrosis, gangren, dan perforasi kandung empedu sepsis
● Infeksi parasit
○ Helminth : Obstruksi duktus sistikus dapat ditimbulkan oleh cacing, telur, atau nidus dari Ascaris
lumbricoides.
Etiologi
27. ● Kolelitiasis obstruksi pada duktus sistikus menghalangi pengosongan cairan empedu terjadi
peningkatan tekanan intralumen dan iritasi pada dinding empedu. distensi dan edema dinding
kandung empedu stasis vena serta trombosis arteri sistikus.
● batu empedu trauma mekanik menstimulasi pengeluaran prostaglandin (PGI2 dan PGE2) dan
menginisiasi proses inflamasi.
● Pada beberapa kasus, terjadi infeksi sekunder (gram negative dari GIT : E.Coli dan Klabsiella sp)
gangren dan perforasi kandung empedu. Fundus merupakan bagian terjauh yang disuplai oleh arteri
sistikus, sehingga paling sering mengalami iskemia dan nekrosis
Patofisiologi
28. ● Nyeri RUQ. Dimulai dari hilang timbul, menjadi
menetap, bahkan menjalar ke bahu kanan dan regio
subscaoula
● nyeri epigastrik, mual, muntah, perut kembung, dan
demam
● Gejala memberat bila makan berlemak
Anamnesis
Episodik dan berulang
32. 1. Tanda lokal inflamasi : Murphy’s sign, nyeri tekan kuadran kanan atas abdomen
2. Tanda sistemik inflamasi : demam, peningkatan CRP, peningkatan leukosit
3. Hasil pencitraan : pencitraan menunjukkan karakteristik kolesistitis akut
Diagnosis suspek kolesistitis ditegakkan jika terdapat satu poin A dan satu poin B.
Diagnosis definitif kolesistitis ditegakkan jika terdapat satu poin A, satu poin B, dan satu poin C.
Kriteria Diagnosis Tokyo Guidline
33. • Antibiotik
penicillin (ampicillin-sulbactam).
Untuk kasus yang lebih berat, piperacillin-tazobactam
• Analgesik
OAINS injeksi ketorolac meredakan nyeri dalam 20-30 menit.
Jika tidak membaik analgesik golongan opioid (petidine)
Medikamentosa
34. • Kolesistektomi Laparoskopi
Teknik pembedahan pilihan minimal invasif, dapat menurunkan mortalitas,
morbiditas, risiko infeksi post operasi, dan memperpendek waktu perawatan di
rumah sakit
Sebaiknya dilakukan sebelum 72 jam onset gejala
• Kolesistektomi Laparotomi
sebaiknya dipilih pada pasien dengan sirosis, kelainan koagulasi, kehamilan, dan
kecurigaan terdapat kanker kandung empedu
Bedah
35. Perforasi kandung empedu, yang terjadi akibat iskemik dan nekrosis dari kandung
empedu yang mengalami proses inflamasi.
Peritonitis, terjadi karena kebocoran cairan empedu yang mengalir ke kavitas peritoneum.
Abses perikolesistik, perforasi kandung empedu dikelilingi oleh jaringan dan membentuk
abses.
Fistula bilier, erosi akibat batu empedu pada dinding kandung empedu yang membentuk
fistula dari kandung empedu ke duodenum.
Komplikasi akibat operasi meliputi perdarahan dan infeksi area operasi.
Komplikasi
36. ○ Kolesistitis non-komplikata prognosis yang baik remisi dalam 4 hari.
○ 25% pasien menimbulkan komplikasi membutuhkan pembedahan.
○ Komplikasi perforasi terjadi pada 10-15% kasus meningkatkan mortalitas menjadi
30%.
○ pasien kolesistitis akut yang tidak ditangani, angka mortalitas meningkat menjadi 50%.
○ Komorbiditas diabetes mellitus akan meningkatkan risiko kematian
Prognnosis
40. Anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang
- Nyeri perut kanan atas yang meningkat sejak 2 minggu SMRS, hilang timbul, berkurang dengan
pergerakan, dan menjalar ke bahu kanan dan punggung kanan. Nyeri telah dirasakan sejak 2 bulan
yang awalnya bersifat hilang timbul, namun saat ini nyeri yang dirasakan semakin bertambah.
- Demam (+)
- Mual (+), muntah (+)
- Penurunan nafsu makan (+)
- BAB kurang lancar dalam 2 minggu ini. Warna dan konsistensi normal
- BAK dalam batas normal
41. Riwayat Penyakit Dahulu
Anamnesis
• Riwayat hipertensi (-), DM (-)
• Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama seperti pasien
Riwayat Penyakit Keluarga
42. Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, Kejiwaan dan Kebiasaan
Anamnesis
• Pasien seorang ibu rumah tangga
• Riwayat merokok (-)
• Riwayat minum alcohol (-)
43. Pemeriksaan Fisik
Vital Sign
Keadaan umum : Sakit Sedang
Kesadaran : GCS 15 (E4M6V 5)
Tekanan darah : 120/88 mmH g
Nadi : 84 kali/ menit
Nafas : 20 kali/ menit
Suhu : 36,7 °C
V AS Score : 4
44. Pemeriksaan Fisik
R ambut : Tidak ditemukan kelainan
Kulit : Turgor kulit baik. Tidak sianosis
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtive anemis -/-, sklera ikterik -/-
Telinga : Tidak ditemukan kelainan
H idung : Tidak ditemukan kelainan
Tenggorokan : Tidak hiperemis
Gigi dan Mulut : Tidak ditemukan kelainan
L eher : Tidak ditemukan kelainan
Status Generalisata
45. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Thoraks
Paru
• Inspeksi : Simetris antara kiri dan kanan
• Palpasi : Fremitus kiri = kanan
• Perkusi : Sonor
• Auskultasi : SN V esikuler, R onkhi -/-, wheezing -/-
46. J antung
• Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
• Palpasi : Iktus cordis teraba 2 jari medial
L MCS R IC V
• Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
• Auskultasi : S1 S2 regular, murmur (-), gallop (-)
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Thoraks
47. Pemeriksaan Fisik
Abdomen
• Inspeksi : Distensi (-), asites (-), massa (-)
• Palpasi : Nyeri tekan (+) pada kuadran kanan atas, nyeri lepas (-),
murphy’s sign (+ )
• Perkusi : Timpani
• Auskultasi : Bising usus (+ ) N
Pemeriksaan Abdomen
48. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
H b : 13 g/dl
L eukosit : 11.070/mm3
Trombosit : 250.000/mm3
H t : 39%
PT : 10,3 detik
APTT : 28,6 detik
Kesan : L eukositosis, Kalium menurun
GDS : 71 mg/dl
U r/Cr : 13/0,7 mg/dl
Na/K/Cl : 140/3,3/108
Bilirubin total : 0,3 mg/dl
SGOT : 15 µ/l
SGPT : 15 µ/l
55. • Pasien perempuan berusia 30 tahun dengan keluhan utama
nyeri perut kanan atas yang semakin meningkat sejak 2
minggu SMR S
• Nyeri perut dirasakan hilang timbul sudah dirasakan sejak 2
bulan SMR S, kemudian disertai nyeri yang dirasakan seperti
ditusuk tusuk di perut kanan atas yang hilang timbul dan
menjalar ke bahu dan pinggang kanan pasien.
Anamnesis
56. • Berdasarkan anamnesis didapatkan keluhan nyeri perut pada regio
kanan atas.
Nyeri perut kanan atas :
Kolesistitis, kolelitiasis, hepatitis, hepatoma, abses hepar, kelainan-
kelainan pada pankreas,dan juga penyakit pada usus besar
Berkaitan dengan kasus diatas
• Faktor risiko terjadinya batu empedu : 4F (Female, Fertile, Forty, Fat)
• Pada pasien ini terdapat risiko dari komponen 4F yang ada yaitu
female, fat dan fertile
Anamnesis
57. • Berdasarkan pemeriksaan fisik di dapatkan keadaan umum sakit
sedang, GCS 15, TD 120/88 mmH g, nadi 84 x/ menit, R R 20 x/menit,
suhu 36,70 C,
• Skala nyeri 4, menandakan nyeri pasien sedang
• Berat Badan 71 Kg, TB 155 cm, didapatkan IMT 29,61 kg/m2 obesitas
tingkat 1.
58. Pemeriksaan Penunjang
USG abdomen : spesifisitas dan
sensitifitas yang tinggi untuk
mendeteksi batu kandung empedu
dan pelebaran saluran empedu
intrahepatik maupun ekstra hepatik
• USG melihat : dinding kandung
empedu yang menebal karena
fibrosis atau udem yang diakibatkan
oleh peradangan, batu disertai
dengan acoustic shadow.
59. • Antibiotik : Cetfriaxone
• Anti nyeri : NSAID, ketorolac
• R anitidine
• Dasar penatalaksanaan : menghilangkan penyebab sumbatan atau
mengalirkan aliran empedu.
• Tindakan dapat berupa pembedahan pengangkatan batu (kolesistektomi) :
terbuka maupun laparoskopik
• Batasi makanan berlemak dan memperbanyak makanan berserat : serat
dapat mencegah pembentukan batu empedu lebih lanjut.
• Pada Ny.AN dilakukan laparoskopi cholecystectomy
• pengobatan umum dapat berupa diet rendah lemak, obat penghilang
rasa nyeri dan pemberian antibiotik.