SlideShare a Scribd company logo
11.7 Statistik
Maxwell-
Boltzmann
Oleh: Samanta Rumiana
Sianipar
A1C314034
Statistika Maxwell-Boltzmann sering
digambarkan sebagai statistika bagi partikel
klasik yang “terbedakan”. Sistem partikel klasik
terbedakan merupakan sistem partikel yang
konfigurasinya berbeda ketika dua atau lebih
partikel dipertukarkan.
Teori Statistik Maxwell-
Boltzmann
Dengan kata lain, konfigurasi partikel A di dalam
keadaan 1 dan partikel B di dalam keadaan 2
berbeda dengan konfigurasi ketika partikel B
berada dalam keadaan 1 sedangkan partikel A
dalam keadaan 2. Ketika gagasan di atas
diimplementasikan akan dihasilkan distribusi
(Boltzmann) biasa bagi partikel dalam berbagai
tingkat energi.
Fungsi distribusi ini menghasilkan hasil yang
kurang fisis untuk entropi, sebagaimana
ditunjukkan dalam “paradoks Gibbs”. Namun,
masalah itu tidak muncul pada peninjauan
statistik ketika semua partikel dianggap tak
terbedakan.
Pada statistik statistik Maxwell-Boltzmann
dipandang enam dimensi dari pergerakan
molekul, yakni tiga dimensi kedudukan dan tiga
dimensi kecepatan. Ruang enam dimensi
seperti yang dimaksudkan ini disebut ruang
fasa.
Selanjutnya ruang fasa ini masih dibagi lagi ke
dalam volume kecil enam dimensi yang disebut
sel. Molekul terbagi ke dalam sel ini dan
terjadilah secara individu disebut status makro
dari sistem sedangkan penentuan molekul
tertentu (secara individu) dalam tiap status
makro disebut status mikro dari sistem.
Distribusi Maxwel-Boltzmann
Distribusi Maxwell-Boltzmann menggambarkan
kecepatan partikel dalam gas, di mana partikel tidak
terus-menerus berinteraksi satu sama lain, tetapi
bergerak bebas antara tabrakan pendek. Ini
menggambarkan kemungkinan kecepatan partikel
(besarnya vektor kecepatannya) yang dekat dengan
nilai yang diberikan sebagai fungsi dari suhu dari
sistem, massa partikel, dan bahwa nilai kecepatan.
Distribusi probabilitas ini dikemukakan pertama kali
oleh James Clerk Maxwell dan Ludwig Boltzmann.
Distribusi Maxwell-Boltzmann biasanya
dianggap sebagai distribusi kecepatan molekul,
tetapi juga dapat merujuk kepada distribusi
untuk kecepatan, momentum, dan besarnya
momentum molekul, yang masing-masing akan
memiliki fungsi probabilitas distribusi yang
berbeda, semua dari yang terkait. Kecuali
dinyatakan lain, artikel ini akan menggunakan
"distribusi Maxwell-Boltzmann" untuk merujuk
pada distribusi kecepatan.
Distribusi ini dapat dianggap sebagai besaran
vektor 3-dimensi yang komponennya adalah
independen dan terdistribusi normal dengan
mean 0 dan standar deviasi a. Jika Xi
didistribusikan sebagai , maka didistribusikan
sebagai distribusi Maxwell-Boltzmann dengan
parameter a. Selain parameter skala, distribusi
identik dengan distribusi chi dengan 3 derajat
kebebasan.
Turunan asli oleh Maxwell diasumsikan bahwa
ketiga arah akan memikiki perilaku yang sama,
tetapi turunan selanjutnya yang dikembangkan
oleh Boltzmann mematahkan asumsi ini dengan
teori kinetik. Distribusi Maxwell-Boltzmann
(untuk energi) sebagian besar dapat langsung
diturunkan dari distribusi Boltzmann untuk
energi (lihat juga statistik Maxwell-Boltzmann
dari mekanika statistik)
Ingat bahwa kadang-kadang persamaan di atas
ditulis tanpa faktor degenerasi gi. Dalam hal ini i
akan menentukan keadaan masing-masing, bukan
satu set keadaan gi yang memiliki energi Ei yang
sama. Karena vektor kecepatan dan kecepatan
berkaitan dengan energi, maka persamaan 1 dapat
digunakan untuk menurunkan hubungan antara
suhu dan kecepatan molekul dalam gas. Penyebut
dalam persamaan ini dikenal sebagai fungsi partisi
kanonik.
Ruang Fase
Ruang fasa adalah ruang yang dibentuk oleh
ruang spasial dan ruang momentum atau ruang
spasial dan ruang kecepatan. Kita perlu
memahami ruang fasa karena sebenarnya
keadaan system statistik yang telah dan akan
kita bahas adalah keadaan system tersebut
dalam ruang fasa. Misalkan kita memiliki
sebuah partikel. Posisi partikel dapat
diterangkan dengan lengkap oleh tiga koordinat
ruang, yaitu x, y, dan z .
Tetapi posisi saja tidak lengkap mendeskripsikan
dinamika partikel. Kita juga memerlukan informasi
tentang kecepatan partikel tersebut. Kecepatan
partikel dapat didefinisikan dengan lengkap oleh tiga
koordinat kecepatan, yaitu vx, vy, dan vz . Dengan
demikian, dinamika sebuah partikel dapat dijelaskan
secara lengkap oleh enam buah koordinat, yaitu tiga
koordinat ruang: x, y, dan z, serta tiga koordinat
kecepatan: vx, vy , dan vz . Kita dapat
menggabungkan nenam koordinat tersebut dalam
satu ungkapan, yaitu : (x,y,z, vx, vy , vz ).
Karena momentum merupakan perkalian massa
dan kecepatan, yaitu P = mv maka alternatif lain
untuk mendeskripsikan dinamikan partikel
secara lengkap adalah memberikan tiga
koordinat spasial dan tiga koordinat momentum.
Dalam deskripsi ini, dinamika partikel dapat
dijelaskan dengan lengkap jika tiga koordinat
spasial dan tiga koordinat momentum dapat
ditentukan. Keenam koordinat tersebut
digabung dalam satu ungkapan (x,y,z, Px, Py ,
Pz)
Ruang yang diungkapkan oleh koordinat momentum saja
disebut ruang momentum. Ruang yang direpresentasikan
oleh gabungan koordinat ruang dan dan momentum
disebut ruang fasa.
Bobot Statistik
Andaikan N buah molekul terbagi ke dalam n bilik
dimana masing-masing bilik berisi N1, N2……. Nn,
molekul, maka jumlah keadaan mikroskopik dapat
dihitung sebagai berikut :
Dimana Ω biasa juga disebut sebagai bobot
statistik (Statistical weight). Faktorial dari
bilangan yang ordernya hingga 1023 akan
sangat besar sehingga perlu teknik khusus
untuk menghitungnya. Kita akan menggunakan
pendekatan Stirling yaitu :
Selanjutnya, kita akan merumuskan
entropi yang secara mekanika statistik
didefinsikan sebagai :
APLIKASI STATISTIK
MAXWEL-BOLTZMANN
Pelebaran Spektrum Akibat
Efek Doppler
Setelah menurunkan beberapa jenis fungsi distribusi
untuk system klasik maupun kuantum sekarang kita
akan melihat beberapa aplikasi fungsi distribusi
tersebut. Pada bab ini kita akan melihat beberapa
aplikasi fungsi dirtsibusi Maxwell-Boltzmann.
Pembahasan tersebut diharapkan akan memberikan
petunjuk yang berarti kepada para mahasiswa
dalam menerapkan fungsi distribusi Maxwell-
Boltzmann dalam beberapa bidang fisika.
Efek Doppler dijumpai pada gelombang bunyi
maupun gelombang elektromagnetik. Salah satu
pesan dari efek ini adalah jika sumber gelombang
mendekati pengamat maka panjang gelombang
yang dikur oleh pengamat lebih kecil daripada
apabila sumber diam terhadap pengamat.
Sebaliknya, jika sumber gelombang menjauhi
pengamat maka panjang gelombang yang diukur
pengamat lebih besar daripada apabila sumber
diam terhadap pengamat.
Peristiwa ini dapat diilustrasikan pada Gambar
Gambar 1.a Jika sumber mendekati pengamat maka panjang
gelombang yang diukur pengamat lebih pendek daripada yang
dikeluarkan sumber. Sebaliknya, jika sumber menjauhi pengamat
maka panjang gelombang yang dikur pengamat lebih panjang
daripada yang dikeluarkan sumber
dengan λ panjang gelombang yang dikur pengamat,
λo adalah panjang gelombang yang dikur jika
sumber gelombang diam terhadap pengamat, dan c
adalah kecepatan cahaya.
Khusus untuk gelombang gelombang
elektromagnetik, panjang gelombang yang dikur
oleh pengamat yang diam yang dihasilkan oleh
sumber sumber bergerak dengan kecepatan vx
terhadap pengamat adalah :
Kita definisikan tanda kecepatan yaitu vx > 0 jika sumber
mendekati pengamat dan vx < 0 jika sumber menjauhi
pengamat. Dalam astronomi, efek Dopler digunakan
untuk mengukur kecepatan bitnag-bintang. Berdasarkan
pergeseran panjang gelombang yang dipancarkan
bintang-bintang tersebut maka kecepatan relatif bintang
terhadap bumi dapat diprediksi menggunakan persamaan
(2.a)
Gambar 2.a Atom memancarkan gelombang elektromagnetik ketika
terjadi transisi electron antara tingkat energi
Mari kita perhatikan sebuah aom yang memiliki dua
tingkat energy (gambar2.a). Atom tersebut
memancarkan spektrum gelombang elektromagnetik
dengan panjang gelombang tertentu, sebut saja λo ,
akibat transisi elektron antar tingkat energi atom
tersebut. Jika atom dalam keadaan diam maka
panjang gelombang yang kita ukur adalah λo, persis
sama dengan panjang gelombang yang dipancarkan
atom. Tetapi jika atom mendekati pengamat dengan
laju vx maka panjang gelombang yang dikur
pengamat adalah λ = λo(1 - vx/c ). Dan sebaliknya,
jika atom menjauhi pengamat dengan laju vx maka
panjang gelombang yang dikur pengamat adalah λ =
λo(1 + vx/c ).
Sebagai ilustrasi, lihat Gbr. 3.a. Jika ada sejumlah atom
yang diam maka gelombang yang diukur pengamat
merupakan jumlah gelombang yang dipancarkan oleh
semua atom. Panjang gelombang yang diterima dari
semua atom sama, yaitu λo . Yang dideteksi oleh
pengamat hanyalah gelombang dengan panjang λo tetapi
memiliki intensitas tinggi. Akan tetapi jika atom yang
memancarkan gelombang bergerak secara acak maka
komponen kecepatan ke arah pengamat, yaitu vx juga
acak. Akibatnya panjang gelombang yang diukur
pengamat yang berasal dari satu atom berbeda dengan
yang diukur dari atom lainnya. Pengamat akan mengukur
gelombang yang memiliki panjang yang bervariasi dalam
jangkauan tertentu. Ini berakibat pada pelebaran garis
spektrum yang diamati.
Gambar 3.a Pengamat menangkap panjang gelombang yang berbeda-
beda bergantung pada gerak relative antara atom terhadap pengamat
Selanjutnya kita akan menentukan distribusi
intensitas spektrum pada berbagai panjang
gelombang. Kecepatan atom gas pemancar
spectrum memenuhi fungsi distribusi Maxwell-
Boltzmann karena merupakan partikel klasik.
Jumlah atom gas yang memiliki komponen
kecepatan antara vx sampai vx+dvx adalah :
Untuk mendapatkan fungsi intensitas maka kita
harus mentrasformasi variable kecepatan vx ke
dalam variable panjang gelombang λ dengan
menggunakan persamaan Doppler. Apabila
transformasi tersebut dilakukan maka n(vx)dvx
menjadi sebanding dengan I(λ)d λ yang menyatakan
intensitas gelombang yang memiliki panjang antara
λ sampai λ+dλ. Dengan demikian kita peroleh :
Substitusi kedua persamaan diatas, maka akan
diperoleh :
Dari persaman diatas kita dapatkan:
Yang selanjutnya bisa ditulis dalam bentuk lebih
sederhana sebagai :
dengan I(λ0) adalah intensitas ketika λ = λ0 . I (λ0)
tidak bergantung pada panjang gelombang tetapi
bergantung pada besaran lain seperti suhu gas dan
massa atom gas.
Atom Magnetik Dalam Medan
Magnet
Selanjutnya kita akan bahas suatu assembli
yang mengandung kumpulan atom yang
memiliki momen magnet. Di dalam assembli
tersebut kita berikan edan magnetic B.
Untuk mempermudah kita assumsikan beberapa
sifat berikut ini:
 Tidak ada interaksi antar atom. Interaksi hanya
terjadi antara atom dengan medan magnet luar
yang diberikan. Ini adalah penyederhanaan yang
cukup drastik karena sebenarnya antara momen
magnetic ada interaksi.
 Momen magnetik atom hanya bisa mengambil
salah satu dari dua arah orientasi, yaitu searah
medan magnet atau berlawanan arah medan
magnet. Ilustrasi dari asumsi tersebut tampak
pada Gambar 1.b
Gambar 1.b Dalam medan magnet, momen
magnetic hanya dapat mengambil salah satu
dari dua arah orientasi: searah atau berlawanan
dari medan magnet
Kita akan menentukan berapa momen magnetik
total yang dihasilkan oleh kumpulan atom-atom
tersebut. Kita mulai dengan menghitung energi yang
dimiliki asing-masing atom akibat interaksi
momenmagnetik dengan magnet luar. Interaksi
antara momen magnetic µ dengan medan magnet
luar B memberikan tambahan energi pada atom
sebesar :
Dipol Listrik
Fenomena yang mirip dengan atom magnetik
dijumpai pula pada assembli momen dipol
listrik. Misalkan kita memiliki sejumlah atom
atau molekul sejenis yang masing-masing
memiliki momen dipol P . Di dalam assembli
tersebut kita berikan Medan listrk E . Kita ingin
mencari beberapa momen dipol rata-rata yang
dimiliki atom/molekul.
Untuk kemudahan kita
mengansumsikanbeberapa sifat berikut
 i) Tidak ada interaksi antra sesama dipol.
Interaksi hanya terjadi antra dipol dengan
medan listrik luar.
 ii) Tiap dipol hanya boleh mengambil salah
satu dari dua arah orinetasi, yaitu searah
medan listrik dan berlawanan arah dengan
arah medan listrik
Energi interaksi antara dipol dengan medan listrik adalah
:
dengan θ adalah sudut antara momen dipol dengan medan listrik. Jika dipol
searah medan maka energi interaksinya adalah :
dan jika berlawanan medan maka energi interaksinya
adalah :
Dengan demikianlah,pencarian momen dipol total persis sama
dengan saat kita mencari momen magnetic total, hanya saja
mengganti variable-veriabel yang ekivalen sebagai berikut:
Dengan melakukan penggantian tersebut akhirnya
kita dapatkan momen dipol rata-rata atom menjadi :
Persamaan Difusi Einstein
Selanjutnya kita meninjau difusi ion di ini sering
dimanfaatkan dalam proses elektroforesis di
mana medan listrik digunakan ntuk
menggerakkan partikel-partikel bermuatan
dalam zat cair.
Mari kita lihat sebuah assembel yang mengandung
sejumlah ion. Kita anggap tidak ada interaksi antar ion.
Interaksi hanya terjadi antara ion dan medan listrik yang
diterapkan. Misalkan muatan semua ion sama, yaitu q.
misalkan pula arah medan listrik sumbu sejajar adalah x.
Difusi yang akan kita bahas hanya difusi dalam arah
sejajar sumbu x. Kita menganggap kuat medan listrik
sama pada tiap titik dalam bahan. Gaya yang dialam ion
yang berada pada posisi x adalah F = qE sehingga
Energi potensial yang dimiliki ion yang berada pada
posisi x adalah :
Karena ion merupakan partikel klasik maka
distribusi Maxwell-Boltzmann digunakan
sehingga konsentrasi ion pada posisi x
memenuhi :
11.8 Interpretasi
Statistik
tentang Entropi
Oleh: Samanta Rumiana
Sianipar
A1C314034
Pada suatu sistem PVT:
disini μ merupakan potensial Kimia.
Dari sudut pandang statistik, perubahan energi
adalah akibat perubahan jumlah “microstate” yang
mungkin.
ada hubungan antara model statistik dengan
entropi.
Dalam hal ini entropi dapat dihubungkan dengan
probabilitas termodinamik (jumlah “microstate”
dalam assembly)
Karena entropi merupakan besaran ekstensif, maka
entropi total S merupakan jumlah entropi-entropi S1
dan S2 dari individual sistem.
S = S1 + S2
Sementara itu
Ω = Ω1Ω2
Jadi entropi tidak mungkin berbanding lurus
dengan probabilitas termodinamika. Katakanlah
S merupakan fungsi tertentu dari Ω seperti S =
J(Ω), maka
J(Ω1) + J(Ω2) = J(Ω1Ω2)
Karena J(Ω1) hanya fungsi Ω1, maka
dengan cara yang sama:
sehingga
dari persamaan-persamaan tersebut:
dan karena Ω1 dan Ω2 independen, maka persamaan
tersebut hanya benar bila sama dengan suatu konstanta,
misal = a. Jadi untuk sebarang sistem:
sehingga J(Ω) = a ln Ω
Supaya sesuai dengan termodinamika klassik, a = k
(konstanta Boltzmann)
Kita tahu bahwa Ω merupakan jumlah “microstate”, penambahan
jumlah ini mencerminkan ketidakteraturan.

More Related Content

What's hot

Fisika kuantum
Fisika kuantumFisika kuantum
Fisika kuantum
Hana Dango
 
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannyaContoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
AyuShaleha
 
Penurunan rumus pemantulan
Penurunan rumus pemantulanPenurunan rumus pemantulan
Penurunan rumus pemantulan
nooraisy22
 
Perbedaan fisika klasik dengan fisika kuantum
Perbedaan fisika klasik dengan fisika kuantumPerbedaan fisika klasik dengan fisika kuantum
Perbedaan fisika klasik dengan fisika kuantum
Smile Fiz
 
Model-model Energi dalam Zat Padat
Model-model Energi dalam Zat PadatModel-model Energi dalam Zat Padat
Model-model Energi dalam Zat Padat
Risdawati Hutabarat
 
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi &amp; andi)
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi &amp; andi)Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi &amp; andi)
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi &amp; andi)
SMP IT Putra Mataram
 

What's hot (20)

Makalah osilator harmonik
Makalah osilator harmonikMakalah osilator harmonik
Makalah osilator harmonik
 
Persamaan Schrodinger
Persamaan SchrodingerPersamaan Schrodinger
Persamaan Schrodinger
 
Ikatan Kristal - Fisika Zat Padat
Ikatan Kristal - Fisika Zat PadatIkatan Kristal - Fisika Zat Padat
Ikatan Kristal - Fisika Zat Padat
 
9 semikonduktor
9 semikonduktor9 semikonduktor
9 semikonduktor
 
Bab iii(fix)
Bab iii(fix)Bab iii(fix)
Bab iii(fix)
 
Spektrum Garis Atom Hidrogen
Spektrum Garis Atom HidrogenSpektrum Garis Atom Hidrogen
Spektrum Garis Atom Hidrogen
 
Fisika kuantum
Fisika kuantumFisika kuantum
Fisika kuantum
 
Fluks Listrik dan Hukum Gauss
Fluks Listrik dan Hukum GaussFluks Listrik dan Hukum Gauss
Fluks Listrik dan Hukum Gauss
 
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannyaContoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
 
Hamburan partikel alfa rutherford
Hamburan partikel alfa rutherfordHamburan partikel alfa rutherford
Hamburan partikel alfa rutherford
 
Penurunan rumus pemantulan
Penurunan rumus pemantulanPenurunan rumus pemantulan
Penurunan rumus pemantulan
 
Perbedaan fisika klasik dengan fisika kuantum
Perbedaan fisika klasik dengan fisika kuantumPerbedaan fisika klasik dengan fisika kuantum
Perbedaan fisika klasik dengan fisika kuantum
 
Difraksi Sinar-X
Difraksi Sinar-XDifraksi Sinar-X
Difraksi Sinar-X
 
Model-model Energi dalam Zat Padat
Model-model Energi dalam Zat PadatModel-model Energi dalam Zat Padat
Model-model Energi dalam Zat Padat
 
Fisika Zat Padat
Fisika Zat PadatFisika Zat Padat
Fisika Zat Padat
 
Termodinamika modul
Termodinamika modulTermodinamika modul
Termodinamika modul
 
Teori Pita Energi
Teori Pita EnergiTeori Pita Energi
Teori Pita Energi
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika Inti
 
Difraksi, partikel dalam kotak dan prinsip ketaktentuan
Difraksi, partikel dalam kotak dan prinsip ketaktentuanDifraksi, partikel dalam kotak dan prinsip ketaktentuan
Difraksi, partikel dalam kotak dan prinsip ketaktentuan
 
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi &amp; andi)
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi &amp; andi)Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi &amp; andi)
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi &amp; andi)
 

Viewers also liked

Fungsi Distribusi Bose-Enstein & Fungsi Distribusi Fermi Dirac
Fungsi Distribusi Bose-Enstein & Fungsi Distribusi Fermi DiracFungsi Distribusi Bose-Enstein & Fungsi Distribusi Fermi Dirac
Fungsi Distribusi Bose-Enstein & Fungsi Distribusi Fermi Dirac
Samantars17
 
Fungsi Distribusi Klasik & Perbandingan Fungsi distribusi pada Partikel Tak T...
Fungsi Distribusi Klasik & Perbandingan Fungsi distribusi pada Partikel Tak T...Fungsi Distribusi Klasik & Perbandingan Fungsi distribusi pada Partikel Tak T...
Fungsi Distribusi Klasik & Perbandingan Fungsi distribusi pada Partikel Tak T...
Samantars17
 
Computational physics
Computational physicsComputational physics
Computational physics
Alen Pepa
 
SKL 5 - MENENTUKAN ENTALPI REAKSI BERDASARKAN DATA ENERGI IKATAN RATA-RATA
SKL 5 - MENENTUKAN ENTALPI REAKSI BERDASARKAN DATA ENERGI IKATAN RATA-RATASKL 5 - MENENTUKAN ENTALPI REAKSI BERDASARKAN DATA ENERGI IKATAN RATA-RATA
SKL 5 - MENENTUKAN ENTALPI REAKSI BERDASARKAN DATA ENERGI IKATAN RATA-RATA
kimia12ipa1213
 
Fungsi Distribusi Bose-Enstein & Fungsi Distribusi Fermi Dirac
Fungsi Distribusi Bose-Enstein & Fungsi Distribusi Fermi DiracFungsi Distribusi Bose-Enstein & Fungsi Distribusi Fermi Dirac
Fungsi Distribusi Bose-Enstein & Fungsi Distribusi Fermi Dirac
Samantars17
 
T U G A S 2 K A L K U L U S A F I T M I R A N T O G1 D009001
T U G A S 2  K A L K U L U S  A F I T  M I R A N T O  G1 D009001T U G A S 2  K A L K U L U S  A F I T  M I R A N T O  G1 D009001
T U G A S 2 K A L K U L U S A F I T M I R A N T O G1 D009001
Afit Miranto
 

Viewers also liked (20)

PENGENALAN STATISTIK
PENGENALAN STATISTIKPENGENALAN STATISTIK
PENGENALAN STATISTIK
 
Ppt.termodinamika entropi-dan-hk-kedua
Ppt.termodinamika entropi-dan-hk-keduaPpt.termodinamika entropi-dan-hk-kedua
Ppt.termodinamika entropi-dan-hk-kedua
 
Hukum Termodinamika 2 & 3 Dan Mesin Panas
Hukum Termodinamika 2 & 3 Dan Mesin PanasHukum Termodinamika 2 & 3 Dan Mesin Panas
Hukum Termodinamika 2 & 3 Dan Mesin Panas
 
Termodinamika
TermodinamikaTermodinamika
Termodinamika
 
Analisa data &amp; uji statistik
Analisa data &amp; uji statistikAnalisa data &amp; uji statistik
Analisa data &amp; uji statistik
 
Statistik (Bab 1)
Statistik (Bab 1) Statistik (Bab 1)
Statistik (Bab 1)
 
Lecture 14 maxwell-boltzmann distribution. heat capacities
Lecture 14   maxwell-boltzmann distribution. heat capacitiesLecture 14   maxwell-boltzmann distribution. heat capacities
Lecture 14 maxwell-boltzmann distribution. heat capacities
 
Educación obligatoria v4
Educación obligatoria v4Educación obligatoria v4
Educación obligatoria v4
 
Fungsi Distribusi Bose-Enstein & Fungsi Distribusi Fermi Dirac
Fungsi Distribusi Bose-Enstein & Fungsi Distribusi Fermi DiracFungsi Distribusi Bose-Enstein & Fungsi Distribusi Fermi Dirac
Fungsi Distribusi Bose-Enstein & Fungsi Distribusi Fermi Dirac
 
Fungsi Distribusi Klasik & Perbandingan Fungsi distribusi pada Partikel Tak T...
Fungsi Distribusi Klasik & Perbandingan Fungsi distribusi pada Partikel Tak T...Fungsi Distribusi Klasik & Perbandingan Fungsi distribusi pada Partikel Tak T...
Fungsi Distribusi Klasik & Perbandingan Fungsi distribusi pada Partikel Tak T...
 
Computational physics
Computational physicsComputational physics
Computational physics
 
Kimia komputasi
Kimia komputasiKimia komputasi
Kimia komputasi
 
Ppt tugas termokimia
Ppt tugas termokimiaPpt tugas termokimia
Ppt tugas termokimia
 
SKL 5 - MENENTUKAN ENTALPI REAKSI BERDASARKAN DATA ENERGI IKATAN RATA-RATA
SKL 5 - MENENTUKAN ENTALPI REAKSI BERDASARKAN DATA ENERGI IKATAN RATA-RATASKL 5 - MENENTUKAN ENTALPI REAKSI BERDASARKAN DATA ENERGI IKATAN RATA-RATA
SKL 5 - MENENTUKAN ENTALPI REAKSI BERDASARKAN DATA ENERGI IKATAN RATA-RATA
 
Fungsi Distribusi Bose-Enstein & Fungsi Distribusi Fermi Dirac
Fungsi Distribusi Bose-Enstein & Fungsi Distribusi Fermi DiracFungsi Distribusi Bose-Enstein & Fungsi Distribusi Fermi Dirac
Fungsi Distribusi Bose-Enstein & Fungsi Distribusi Fermi Dirac
 
Makalah manajemen operasi
Makalah manajemen operasiMakalah manajemen operasi
Makalah manajemen operasi
 
Filsafat dan kebenaran
Filsafat dan kebenaranFilsafat dan kebenaran
Filsafat dan kebenaran
 
T U G A S 2 K A L K U L U S A F I T M I R A N T O G1 D009001
T U G A S 2  K A L K U L U S  A F I T  M I R A N T O  G1 D009001T U G A S 2  K A L K U L U S  A F I T  M I R A N T O  G1 D009001
T U G A S 2 K A L K U L U S A F I T M I R A N T O G1 D009001
 
Statistik Bose-Enstein & Statistik Fermi-Dirac
Statistik Bose-Enstein & Statistik Fermi-DiracStatistik Bose-Enstein & Statistik Fermi-Dirac
Statistik Bose-Enstein & Statistik Fermi-Dirac
 
Termodinamika (5) a kesetimbangan_kimia
Termodinamika (5) a kesetimbangan_kimiaTermodinamika (5) a kesetimbangan_kimia
Termodinamika (5) a kesetimbangan_kimia
 

Similar to Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang Entropi

5 teori mekanika kuantum
5 teori mekanika kuantum5 teori mekanika kuantum
5 teori mekanika kuantum
Rahmanifitriah
 
Ralativitas Khusus
Ralativitas KhususRalativitas Khusus
Ralativitas Khusus
nurwani
 
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docxMAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
Roida1
 
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docxMAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
Roida1
 
Bab i-teori-relativitas-khusus
Bab i-teori-relativitas-khususBab i-teori-relativitas-khusus
Bab i-teori-relativitas-khusus
RiiNii Sukrini
 

Similar to Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang Entropi (20)

Makalah fistat (autosaved)
Makalah fistat (autosaved)Makalah fistat (autosaved)
Makalah fistat (autosaved)
 
Pertemuan 9 Aplikasi Statistik Maxwell-Boltzmann.pptx
Pertemuan 9 Aplikasi Statistik Maxwell-Boltzmann.pptxPertemuan 9 Aplikasi Statistik Maxwell-Boltzmann.pptx
Pertemuan 9 Aplikasi Statistik Maxwell-Boltzmann.pptx
 
5 teori mekanika kuantum
5 teori mekanika kuantum5 teori mekanika kuantum
5 teori mekanika kuantum
 
Ringkasan fisika 3 sma smt 2 (fix)
Ringkasan fisika 3 sma smt 2 (fix)Ringkasan fisika 3 sma smt 2 (fix)
Ringkasan fisika 3 sma smt 2 (fix)
 
Ralativitas Khusus
Ralativitas KhususRalativitas Khusus
Ralativitas Khusus
 
Bab Relativitas
Bab RelativitasBab Relativitas
Bab Relativitas
 
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docxMAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
 
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docxMAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
 
Astro
AstroAstro
Astro
 
TUGAS KELOMPOK FISIKA DASAR 2.LARANGAN PAULI
TUGAS KELOMPOK FISIKA DASAR 2.LARANGAN PAULITUGAS KELOMPOK FISIKA DASAR 2.LARANGAN PAULI
TUGAS KELOMPOK FISIKA DASAR 2.LARANGAN PAULI
 
Fisika kuantum part 4
Fisika kuantum part 4Fisika kuantum part 4
Fisika kuantum part 4
 
Pertemuan iv-v
Pertemuan iv-vPertemuan iv-v
Pertemuan iv-v
 
Sifat gelombang dari_partikel
Sifat gelombang dari_partikelSifat gelombang dari_partikel
Sifat gelombang dari_partikel
 
Bab i-teori-relativitas-khusus
Bab i-teori-relativitas-khususBab i-teori-relativitas-khusus
Bab i-teori-relativitas-khusus
 
Presentation1.pptx
Presentation1.pptxPresentation1.pptx
Presentation1.pptx
 
Asas persesuaian
Asas persesuaianAsas persesuaian
Asas persesuaian
 
Asas persesuaian
Asas persesuaianAsas persesuaian
Asas persesuaian
 
Fisika gelombang
Fisika gelombangFisika gelombang
Fisika gelombang
 
Transformasi lorenz
Transformasi lorenzTransformasi lorenz
Transformasi lorenz
 
tugas1
tugas1tugas1
tugas1
 

More from Samantars17 (7)

Termodinamika Statistika
Termodinamika StatistikaTermodinamika Statistika
Termodinamika Statistika
 
Laporan observasi rpp dan laboratorium
Laporan observasi rpp dan laboratoriumLaporan observasi rpp dan laboratorium
Laporan observasi rpp dan laboratorium
 
pengelolaan laboratorium
pengelolaan laboratoriumpengelolaan laboratorium
pengelolaan laboratorium
 
Laporan Praktikum Elektronika Dasar 2
Laporan Praktikum Elektronika Dasar 2Laporan Praktikum Elektronika Dasar 2
Laporan Praktikum Elektronika Dasar 2
 
Pesawat sederhana 2 baru
Pesawat sederhana 2 baruPesawat sederhana 2 baru
Pesawat sederhana 2 baru
 
Pesawat sederhana
Pesawat sederhanaPesawat sederhana
Pesawat sederhana
 
Metode Eksperimen Fisika
Metode Eksperimen FisikaMetode Eksperimen Fisika
Metode Eksperimen Fisika
 

Recently uploaded

Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 

Recently uploaded (20)

Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptxModul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
 
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docxCONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
 
Sejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptx
Sejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptxSejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptx
Sejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptx
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...
RENCANA + Link2 MATERI  Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...RENCANA + Link2 MATERI  Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...
RENCANA + Link2 MATERI Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...
 
AKSI NYATA PENYEBARAN PEMAHAMAN MERDEKA BELAJAR
AKSI NYATA PENYEBARAN PEMAHAMAN MERDEKA BELAJARAKSI NYATA PENYEBARAN PEMAHAMAN MERDEKA BELAJAR
AKSI NYATA PENYEBARAN PEMAHAMAN MERDEKA BELAJAR
 
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfNajwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptxSolusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
 
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis JurnalRepi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
 

Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang Entropi

  • 2. Statistika Maxwell-Boltzmann sering digambarkan sebagai statistika bagi partikel klasik yang “terbedakan”. Sistem partikel klasik terbedakan merupakan sistem partikel yang konfigurasinya berbeda ketika dua atau lebih partikel dipertukarkan. Teori Statistik Maxwell- Boltzmann
  • 3. Dengan kata lain, konfigurasi partikel A di dalam keadaan 1 dan partikel B di dalam keadaan 2 berbeda dengan konfigurasi ketika partikel B berada dalam keadaan 1 sedangkan partikel A dalam keadaan 2. Ketika gagasan di atas diimplementasikan akan dihasilkan distribusi (Boltzmann) biasa bagi partikel dalam berbagai tingkat energi.
  • 4. Fungsi distribusi ini menghasilkan hasil yang kurang fisis untuk entropi, sebagaimana ditunjukkan dalam “paradoks Gibbs”. Namun, masalah itu tidak muncul pada peninjauan statistik ketika semua partikel dianggap tak terbedakan.
  • 5. Pada statistik statistik Maxwell-Boltzmann dipandang enam dimensi dari pergerakan molekul, yakni tiga dimensi kedudukan dan tiga dimensi kecepatan. Ruang enam dimensi seperti yang dimaksudkan ini disebut ruang fasa.
  • 6. Selanjutnya ruang fasa ini masih dibagi lagi ke dalam volume kecil enam dimensi yang disebut sel. Molekul terbagi ke dalam sel ini dan terjadilah secara individu disebut status makro dari sistem sedangkan penentuan molekul tertentu (secara individu) dalam tiap status makro disebut status mikro dari sistem.
  • 7. Distribusi Maxwel-Boltzmann Distribusi Maxwell-Boltzmann menggambarkan kecepatan partikel dalam gas, di mana partikel tidak terus-menerus berinteraksi satu sama lain, tetapi bergerak bebas antara tabrakan pendek. Ini menggambarkan kemungkinan kecepatan partikel (besarnya vektor kecepatannya) yang dekat dengan nilai yang diberikan sebagai fungsi dari suhu dari sistem, massa partikel, dan bahwa nilai kecepatan. Distribusi probabilitas ini dikemukakan pertama kali oleh James Clerk Maxwell dan Ludwig Boltzmann.
  • 8. Distribusi Maxwell-Boltzmann biasanya dianggap sebagai distribusi kecepatan molekul, tetapi juga dapat merujuk kepada distribusi untuk kecepatan, momentum, dan besarnya momentum molekul, yang masing-masing akan memiliki fungsi probabilitas distribusi yang berbeda, semua dari yang terkait. Kecuali dinyatakan lain, artikel ini akan menggunakan "distribusi Maxwell-Boltzmann" untuk merujuk pada distribusi kecepatan.
  • 9. Distribusi ini dapat dianggap sebagai besaran vektor 3-dimensi yang komponennya adalah independen dan terdistribusi normal dengan mean 0 dan standar deviasi a. Jika Xi didistribusikan sebagai , maka didistribusikan sebagai distribusi Maxwell-Boltzmann dengan parameter a. Selain parameter skala, distribusi identik dengan distribusi chi dengan 3 derajat kebebasan.
  • 10. Turunan asli oleh Maxwell diasumsikan bahwa ketiga arah akan memikiki perilaku yang sama, tetapi turunan selanjutnya yang dikembangkan oleh Boltzmann mematahkan asumsi ini dengan teori kinetik. Distribusi Maxwell-Boltzmann (untuk energi) sebagian besar dapat langsung diturunkan dari distribusi Boltzmann untuk energi (lihat juga statistik Maxwell-Boltzmann dari mekanika statistik)
  • 11.
  • 12. Ingat bahwa kadang-kadang persamaan di atas ditulis tanpa faktor degenerasi gi. Dalam hal ini i akan menentukan keadaan masing-masing, bukan satu set keadaan gi yang memiliki energi Ei yang sama. Karena vektor kecepatan dan kecepatan berkaitan dengan energi, maka persamaan 1 dapat digunakan untuk menurunkan hubungan antara suhu dan kecepatan molekul dalam gas. Penyebut dalam persamaan ini dikenal sebagai fungsi partisi kanonik.
  • 13. Ruang Fase Ruang fasa adalah ruang yang dibentuk oleh ruang spasial dan ruang momentum atau ruang spasial dan ruang kecepatan. Kita perlu memahami ruang fasa karena sebenarnya keadaan system statistik yang telah dan akan kita bahas adalah keadaan system tersebut dalam ruang fasa. Misalkan kita memiliki sebuah partikel. Posisi partikel dapat diterangkan dengan lengkap oleh tiga koordinat ruang, yaitu x, y, dan z .
  • 14. Tetapi posisi saja tidak lengkap mendeskripsikan dinamika partikel. Kita juga memerlukan informasi tentang kecepatan partikel tersebut. Kecepatan partikel dapat didefinisikan dengan lengkap oleh tiga koordinat kecepatan, yaitu vx, vy, dan vz . Dengan demikian, dinamika sebuah partikel dapat dijelaskan secara lengkap oleh enam buah koordinat, yaitu tiga koordinat ruang: x, y, dan z, serta tiga koordinat kecepatan: vx, vy , dan vz . Kita dapat menggabungkan nenam koordinat tersebut dalam satu ungkapan, yaitu : (x,y,z, vx, vy , vz ).
  • 15. Karena momentum merupakan perkalian massa dan kecepatan, yaitu P = mv maka alternatif lain untuk mendeskripsikan dinamikan partikel secara lengkap adalah memberikan tiga koordinat spasial dan tiga koordinat momentum. Dalam deskripsi ini, dinamika partikel dapat dijelaskan dengan lengkap jika tiga koordinat spasial dan tiga koordinat momentum dapat ditentukan. Keenam koordinat tersebut digabung dalam satu ungkapan (x,y,z, Px, Py , Pz)
  • 16. Ruang yang diungkapkan oleh koordinat momentum saja disebut ruang momentum. Ruang yang direpresentasikan oleh gabungan koordinat ruang dan dan momentum disebut ruang fasa.
  • 17. Bobot Statistik Andaikan N buah molekul terbagi ke dalam n bilik dimana masing-masing bilik berisi N1, N2……. Nn, molekul, maka jumlah keadaan mikroskopik dapat dihitung sebagai berikut :
  • 18. Dimana Ω biasa juga disebut sebagai bobot statistik (Statistical weight). Faktorial dari bilangan yang ordernya hingga 1023 akan sangat besar sehingga perlu teknik khusus untuk menghitungnya. Kita akan menggunakan pendekatan Stirling yaitu :
  • 19. Selanjutnya, kita akan merumuskan entropi yang secara mekanika statistik didefinsikan sebagai :
  • 21. Pelebaran Spektrum Akibat Efek Doppler Setelah menurunkan beberapa jenis fungsi distribusi untuk system klasik maupun kuantum sekarang kita akan melihat beberapa aplikasi fungsi distribusi tersebut. Pada bab ini kita akan melihat beberapa aplikasi fungsi dirtsibusi Maxwell-Boltzmann. Pembahasan tersebut diharapkan akan memberikan petunjuk yang berarti kepada para mahasiswa dalam menerapkan fungsi distribusi Maxwell- Boltzmann dalam beberapa bidang fisika.
  • 22. Efek Doppler dijumpai pada gelombang bunyi maupun gelombang elektromagnetik. Salah satu pesan dari efek ini adalah jika sumber gelombang mendekati pengamat maka panjang gelombang yang dikur oleh pengamat lebih kecil daripada apabila sumber diam terhadap pengamat. Sebaliknya, jika sumber gelombang menjauhi pengamat maka panjang gelombang yang diukur pengamat lebih besar daripada apabila sumber diam terhadap pengamat.
  • 23. Peristiwa ini dapat diilustrasikan pada Gambar Gambar 1.a Jika sumber mendekati pengamat maka panjang gelombang yang diukur pengamat lebih pendek daripada yang dikeluarkan sumber. Sebaliknya, jika sumber menjauhi pengamat maka panjang gelombang yang dikur pengamat lebih panjang daripada yang dikeluarkan sumber
  • 24. dengan λ panjang gelombang yang dikur pengamat, λo adalah panjang gelombang yang dikur jika sumber gelombang diam terhadap pengamat, dan c adalah kecepatan cahaya. Khusus untuk gelombang gelombang elektromagnetik, panjang gelombang yang dikur oleh pengamat yang diam yang dihasilkan oleh sumber sumber bergerak dengan kecepatan vx terhadap pengamat adalah :
  • 25. Kita definisikan tanda kecepatan yaitu vx > 0 jika sumber mendekati pengamat dan vx < 0 jika sumber menjauhi pengamat. Dalam astronomi, efek Dopler digunakan untuk mengukur kecepatan bitnag-bintang. Berdasarkan pergeseran panjang gelombang yang dipancarkan bintang-bintang tersebut maka kecepatan relatif bintang terhadap bumi dapat diprediksi menggunakan persamaan (2.a) Gambar 2.a Atom memancarkan gelombang elektromagnetik ketika terjadi transisi electron antara tingkat energi
  • 26. Mari kita perhatikan sebuah aom yang memiliki dua tingkat energy (gambar2.a). Atom tersebut memancarkan spektrum gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang tertentu, sebut saja λo , akibat transisi elektron antar tingkat energi atom tersebut. Jika atom dalam keadaan diam maka panjang gelombang yang kita ukur adalah λo, persis sama dengan panjang gelombang yang dipancarkan atom. Tetapi jika atom mendekati pengamat dengan laju vx maka panjang gelombang yang dikur pengamat adalah λ = λo(1 - vx/c ). Dan sebaliknya, jika atom menjauhi pengamat dengan laju vx maka panjang gelombang yang dikur pengamat adalah λ = λo(1 + vx/c ).
  • 27. Sebagai ilustrasi, lihat Gbr. 3.a. Jika ada sejumlah atom yang diam maka gelombang yang diukur pengamat merupakan jumlah gelombang yang dipancarkan oleh semua atom. Panjang gelombang yang diterima dari semua atom sama, yaitu λo . Yang dideteksi oleh pengamat hanyalah gelombang dengan panjang λo tetapi memiliki intensitas tinggi. Akan tetapi jika atom yang memancarkan gelombang bergerak secara acak maka komponen kecepatan ke arah pengamat, yaitu vx juga acak. Akibatnya panjang gelombang yang diukur pengamat yang berasal dari satu atom berbeda dengan yang diukur dari atom lainnya. Pengamat akan mengukur gelombang yang memiliki panjang yang bervariasi dalam jangkauan tertentu. Ini berakibat pada pelebaran garis spektrum yang diamati.
  • 28. Gambar 3.a Pengamat menangkap panjang gelombang yang berbeda- beda bergantung pada gerak relative antara atom terhadap pengamat
  • 29. Selanjutnya kita akan menentukan distribusi intensitas spektrum pada berbagai panjang gelombang. Kecepatan atom gas pemancar spectrum memenuhi fungsi distribusi Maxwell- Boltzmann karena merupakan partikel klasik. Jumlah atom gas yang memiliki komponen kecepatan antara vx sampai vx+dvx adalah :
  • 30. Untuk mendapatkan fungsi intensitas maka kita harus mentrasformasi variable kecepatan vx ke dalam variable panjang gelombang λ dengan menggunakan persamaan Doppler. Apabila transformasi tersebut dilakukan maka n(vx)dvx menjadi sebanding dengan I(λ)d λ yang menyatakan intensitas gelombang yang memiliki panjang antara λ sampai λ+dλ. Dengan demikian kita peroleh :
  • 31. Substitusi kedua persamaan diatas, maka akan diperoleh : Dari persaman diatas kita dapatkan:
  • 32. Yang selanjutnya bisa ditulis dalam bentuk lebih sederhana sebagai : dengan I(λ0) adalah intensitas ketika λ = λ0 . I (λ0) tidak bergantung pada panjang gelombang tetapi bergantung pada besaran lain seperti suhu gas dan massa atom gas.
  • 33. Atom Magnetik Dalam Medan Magnet Selanjutnya kita akan bahas suatu assembli yang mengandung kumpulan atom yang memiliki momen magnet. Di dalam assembli tersebut kita berikan edan magnetic B.
  • 34. Untuk mempermudah kita assumsikan beberapa sifat berikut ini:  Tidak ada interaksi antar atom. Interaksi hanya terjadi antara atom dengan medan magnet luar yang diberikan. Ini adalah penyederhanaan yang cukup drastik karena sebenarnya antara momen magnetic ada interaksi.  Momen magnetik atom hanya bisa mengambil salah satu dari dua arah orientasi, yaitu searah medan magnet atau berlawanan arah medan magnet. Ilustrasi dari asumsi tersebut tampak pada Gambar 1.b
  • 35. Gambar 1.b Dalam medan magnet, momen magnetic hanya dapat mengambil salah satu dari dua arah orientasi: searah atau berlawanan dari medan magnet
  • 36. Kita akan menentukan berapa momen magnetik total yang dihasilkan oleh kumpulan atom-atom tersebut. Kita mulai dengan menghitung energi yang dimiliki asing-masing atom akibat interaksi momenmagnetik dengan magnet luar. Interaksi antara momen magnetic µ dengan medan magnet luar B memberikan tambahan energi pada atom sebesar :
  • 37. Dipol Listrik Fenomena yang mirip dengan atom magnetik dijumpai pula pada assembli momen dipol listrik. Misalkan kita memiliki sejumlah atom atau molekul sejenis yang masing-masing memiliki momen dipol P . Di dalam assembli tersebut kita berikan Medan listrk E . Kita ingin mencari beberapa momen dipol rata-rata yang dimiliki atom/molekul.
  • 38. Untuk kemudahan kita mengansumsikanbeberapa sifat berikut  i) Tidak ada interaksi antra sesama dipol. Interaksi hanya terjadi antra dipol dengan medan listrik luar.  ii) Tiap dipol hanya boleh mengambil salah satu dari dua arah orinetasi, yaitu searah medan listrik dan berlawanan arah dengan arah medan listrik
  • 39. Energi interaksi antara dipol dengan medan listrik adalah : dengan θ adalah sudut antara momen dipol dengan medan listrik. Jika dipol searah medan maka energi interaksinya adalah : dan jika berlawanan medan maka energi interaksinya adalah :
  • 40. Dengan demikianlah,pencarian momen dipol total persis sama dengan saat kita mencari momen magnetic total, hanya saja mengganti variable-veriabel yang ekivalen sebagai berikut: Dengan melakukan penggantian tersebut akhirnya kita dapatkan momen dipol rata-rata atom menjadi :
  • 41. Persamaan Difusi Einstein Selanjutnya kita meninjau difusi ion di ini sering dimanfaatkan dalam proses elektroforesis di mana medan listrik digunakan ntuk menggerakkan partikel-partikel bermuatan dalam zat cair.
  • 42. Mari kita lihat sebuah assembel yang mengandung sejumlah ion. Kita anggap tidak ada interaksi antar ion. Interaksi hanya terjadi antara ion dan medan listrik yang diterapkan. Misalkan muatan semua ion sama, yaitu q. misalkan pula arah medan listrik sumbu sejajar adalah x. Difusi yang akan kita bahas hanya difusi dalam arah sejajar sumbu x. Kita menganggap kuat medan listrik sama pada tiap titik dalam bahan. Gaya yang dialam ion yang berada pada posisi x adalah F = qE sehingga Energi potensial yang dimiliki ion yang berada pada posisi x adalah :
  • 43. Karena ion merupakan partikel klasik maka distribusi Maxwell-Boltzmann digunakan sehingga konsentrasi ion pada posisi x memenuhi :
  • 44. 11.8 Interpretasi Statistik tentang Entropi Oleh: Samanta Rumiana Sianipar A1C314034
  • 45. Pada suatu sistem PVT: disini μ merupakan potensial Kimia.
  • 46. Dari sudut pandang statistik, perubahan energi adalah akibat perubahan jumlah “microstate” yang mungkin. ada hubungan antara model statistik dengan entropi. Dalam hal ini entropi dapat dihubungkan dengan probabilitas termodinamik (jumlah “microstate” dalam assembly)
  • 47. Karena entropi merupakan besaran ekstensif, maka entropi total S merupakan jumlah entropi-entropi S1 dan S2 dari individual sistem. S = S1 + S2 Sementara itu Ω = Ω1Ω2
  • 48. Jadi entropi tidak mungkin berbanding lurus dengan probabilitas termodinamika. Katakanlah S merupakan fungsi tertentu dari Ω seperti S = J(Ω), maka J(Ω1) + J(Ω2) = J(Ω1Ω2)
  • 49. Karena J(Ω1) hanya fungsi Ω1, maka dengan cara yang sama: sehingga dari persamaan-persamaan tersebut:
  • 50. dan karena Ω1 dan Ω2 independen, maka persamaan tersebut hanya benar bila sama dengan suatu konstanta, misal = a. Jadi untuk sebarang sistem: sehingga J(Ω) = a ln Ω Supaya sesuai dengan termodinamika klassik, a = k (konstanta Boltzmann)
  • 51. Kita tahu bahwa Ω merupakan jumlah “microstate”, penambahan jumlah ini mencerminkan ketidakteraturan.