SlideShare a Scribd company logo
FISIKA KUANTUM
    4 SKS




                 1
BAB 1
                      PENDAHULUAN
Mekanika klasik (Newton, Lagrange, Hamilton dll) sukses
  menjelaskan gerak dinamis benda-benda makroskopis.

Cahaya sebagai gelombang (Fresnel, Maxwell, Hertz) sangat
  berhasil menjelaskan sifat-sifat cahaya.

Pada akhir abad 19, teori-teori klasik di atas tidak mampu
  memberikan penjelasan yang memuaskan bagi sejumlah
  fenomena “berskala-kecil” seperti sifat radiasi dan interaksi
  radiasi-materi.

Akibatnya, dasar-dasar fisika yang ada secara radikal diteliti-ulang
   lagi, dan dalam perempat pertama abad 20 muncul berbagai
   pengembangan teori seperti relativitas dan mekanika kuantum.



                                                                       2
1.1 Radiasi Benda-hitam
Benda-hitam: penyerap semua radiasi
elektromagnet yang mengenainya, atau pengemisi     E(λ)
semua radiasi elektromagnet yang dimiliknya.
                                                                       T1>T2
Berdasarkan termodinamika, distribusi panjang
gelombang spektrumnya hanya bergantung pada                          T1
temperatur tidak pada jenis bahan benda-hitam.
Stefan (1879): total energi yang dipancarkan                         T2
adalah:
                                                              Eksp        λ
        E = (4σ / c)T   4
                                                              Raleigh-Jean
                                                              Wien
σ adalah konstanta dan c=3x108 m/s adalah
kecepatan cahaya dalam ruang hampa.
Wien (1893): panjang gelombang di mana rapat energi radiasi maksimum
berbanding lurus dengan 1/T.

        λmaxT=konstan; disebut hukum pergeseran Wien




                                                                               3
Menurut teori medan listrik-magnet, gelombang elektromagnet
diemisikan oleh osilator muatan-muatan listrik.

Bilamana osilator-osilator dalam kesetimbangan dengan radiasi dalam
benda-hitam, maka rapat energi radiasi per satuan volum adalah:

           8πν 2
    E(ν ) = 3 u(ν )        u(ν)= energi rata-rata osilator dengan frekuensi ν.
            c
Hukum energi ekipartisi: energi rata-rata itu adalah u(ν)=kBT di mana
kB=1,3806 x 10-23 J/K adalah konstanta Boltzmann. Dengan c=λ ν,
                8π
      E(λ ) =        kBT
                λ4


Inilah rumusan Raleigh-Jeans, yang ternyata hanya berlaku pada panjang
gelombang yang besar.




                                                                                 4
Max Planck (1900):
Suatu benda-hitam adalah kumpulan osilator dalam kesetimbangan dengan
medan radiasi.

Suatu osilator dengan frekuensi ν hanya bisa memiliki energi:
           ε n = nhν ; n = 0,1, 2, .....
h=6,624 x 10-34 Js disebut konstanta Planck, dan hν disebut kuantum
energi.

Energi rata-rata per osilator dengan frekuensi ν adalah:

                    ∑ ε exp( − ε / k T )
                           n          n       B
                                                                         hν
           u (ν ) = n=0                               u (ν ) =
                    ∑ exp( − ε / k T )
                     n=0
                                  n       B
                                                                 exp( h ν / k B T ) − 1


 Akhirnya diperoleh:

                    8πν 2 hν                      Inilah rumusan Planck yang sesuai kurva
             E(ν ) = 3 hυ / kBT                   radiasi benda hitam secara lengkap.
                     c e        −1
                                                                                            5
Untuk panjang gelombang yang besar berlaku pendekatan

       exp(hυ/kBT)=exp[hc/(λ kBT)] ≈1+ hυ /kBT

              8πν 2  hν        8πν 2              persamaan dari Raleigh-Jeans.
      E (ν ) = 3 hυ / k BT    = 3 kBT
               c e         −1   c

Persamaan dapat diungkapkan dalam λ sebagai berikut:
                       8πhc        1
         E (λ ) =
                         λ5 ehc / λk T − 1
                                   B




Misalkan x=hc/λkBT, maka

             8πk BT 5 x 5
                 5
      E(λ ) = 4 4 x
              c h e −1
Untuk memperoleh E(λ) maksimum, harus dipenuhi dE/dx=0; jadi,

      e−x +   1
                  5   x −1 = 0         x=4,9651

       λT=hc/(4,9651 kB)=2,8978x10-3 mK.                 hukum pergeseran Wien

                                                                                  6
1.2 Efek Foto Listrik

                                   hv


                                        K
                     logam

Dalam pengamatan ternyata:
(i) untuk suatu jenis logam ada frekuensi cahaya minimal yang dapat
    melepaskan elektron, dan
(ii) semakin tingi intensitas cahaya yang mengenai permukaan logam,
     semakin banyak elektron yang dilepaskan.




                                                                      7
1.3 Dualisme Gelombang-Partikel

 Hasil-hasil eksperimen interferensi dan difraksi membuktikan bahwa teori tentang
 cahaya sebagai gelombang telah mantap pada penghujung abad 19, terlebih lagi
 karena keberhasilan teori elektromagnetik Maxwell.

 Einstein (1905) menolak teori tersebut berdasarkan fenomena efek foto-listrik dimana
 permukaan logam melepaskan elektron jika disinari dengan cahaya berfrekuensi

    ν ≥W /h    W adalah fungsi kerja logam (=energi ikat elektron dipermukaan logam).

 Menurut Einstein, dalam fenomena tersebut cahaya harus dipandang sebagai
 kuanta yang disebut foton, yakni partikel cahaya dengan energi kuantum E=hν.
 Dalam teori relativitas khususnya (1905), hubungan energi dan momentum suatu
 partikel diungkapkan sebagai berikut:
       2
   ⎛E⎞                    p adalah momentum partikel, dan mo adalah massa
   ⎜ ⎟ = p + mo c
          2   2 2

   ⎝c⎠                    diam partikel bersangkutan

Untuk foton, karena tidak mempunyai massa diam, sedangkan energinya E=hυ,
maka momentum foton adalah
           E h
     p=     = .     Adanya momentum inilah yang mencirikan sifat partikel dari cahaya.
           c λ
                                                                                         8
Arthur H. Compton (1924)

Mengamati perubahan panjang gelombang sinar-X setelah dihamburkan oleh
elektron bebas.


                                                 sinar-X terhambur
           sinar-X datang              λ’
                                             θ

                  λ                              φ
                                                 elektron terhambur


Jika λ dan λ’ adalah panjang gelombang sinar-X sebelum dan setelah terhambur,
dan me adalah massa diam elektron, maka diperoleh hubungan:
                     h                      Dapat dibuktikan dengan hukum kekekalan
         λ' − λ =       (1 − cos θ )        momentum dan energi
                    mec

 h/mec=0,00243 nm, disebut panjang gelombang Compton.
 λ’>λ     energi foton terhambur (E’) lebih kecil daripada energi foton datang (E).


                                                                                      9
Louis de Broglie :
Mengemukakan bahwa tidak hanya cahaya yang memiliki sifat “mendua”, tetapi juga
partikel.

Suatu partikel dapat juga memiliki sifat gelombang. Menurut de Broglie suatu partikel
yang memiliki momentum p jika dipandang sebagai gelombang, mempunyai panjang
gelombang:

                  h
            λ =     .   Panjang gelombang ini disebut panjang gelombang de Broglie.
                  p
Clinton Davisson dan Lester Germer (1927):
Memperlihatkan efek difraksi dari berkas elektron
ketika melalui celah sempit sebagaimana cahaya.      berkas
                                                      elektron             θ
Andaikan a adalah lebar celah dan posisi sudut
untuk ‘gelap’ pertama adalah θ, maka berlaku

            a sinθ= λ




                                                                                        10
Momentum p=mv dan energi E=p2/2m=½mv2
 Kecepatan fasa:
 vf=λυ=(h/p)(E/h)=E/p=p/2m=½v.
 Aneh tapi tidak penting karena tak punya arti fisis.

Yang penting adalah kecepatan grup, yakni
vg=dω/dk, di mana ω=2πυ dan k=2π/λ.
 Dengan E=p2/2m,

  vg =dω/dk=dE/dp=p/m=v.                                     x

                                                        Δx
 Kecepatan grup dari gelombang partikel
 sama dengan kecepatan partikel itu
 sendiri.




                                                                 11
1.2 Spektroskopi Atom Hidrogen
Johann Balmer (1885):
Eksperimen menunjukkan bahwa panjang gelombang-panjang gelombang semua garis
spektrum atom hidrogen bisa diungkapkan dengan rumus empiris:
       1     ⎛1    1⎞
          = R⎜ 2 − 2 ⎟ dengan R =1.097x107 m-1 disebut konstanta Rydberg.
       λn    ⎝2   n ⎠
Balmer dan Ritz: mengemukakan rumus yang lebih umum,
      1     ⎛ 1    1⎞
         = R⎜ 2 − 2 ⎟; n > m
     λn     ⎝m     n ⎠
Dengan rumusan empiris ini, Lyman menemukan deret ultraviolet untuk m=1, n=2, 3,
4, … dan Paschen menemukan deret inframerah untuk m=3, n=4, 5, 6, …
Bagaimana sebenarnya struktur atom?

Ernest Rutherford (1911):
Berdasarkan percobaan hamburan partikel-α, menyarankan struktur atom terdiri dari inti
bermuatan positif dan elektron-elektron yang mengitarinya.

Sayangnya, teori fisika pada masa itu tak mampu menjelaskan hasil penemuan
Rutherford dalam kaitannya dengan rumusan Balmer-Ritz di atas.

                                                                                     12
BAB 2
                         DASAR-DASAR FISIKA KUANTUM
2.1 Persamaan Gelombang
Tinjaulah getaran sebuah kawat halus yang diregang sepanjang sumbu-x dengan
kedua ujungnya dibuat tetap. Misalkan simpangan pada sembarang posisi dan waktu
adalah ψ(x,t).
Dalam teori gelombang simpangan itu memenuhi persamaan gelombang seperti:
     ∂ 2ψ ( x , t )   1 ∂ 2ψ ( x , t )
                    = 2                   v adalah kecepatan fasa
        ∂x 2         v     ∂t2
Misalkan       ψ ( x , t ) = ψ ( x ) φ (t )
      v 2 d 2ψ ( x )     1 d 2 φ (t )
                     =                =−ω2
     ψ ( x) dx 2
                       φ (t ) dt 2



     d 2 φ (t )                          φ ( t ) = A sin (ω t + δ )
                + ω 2φ (t ) = 0
      dt   2



     d 2ψ (x) ω 2                                      ⎛ 2π ⎞          ⎛ 2π ⎞
             + 2 ψ (x) = 0               ψ ( x) = C sin ⎜   x ⎟ + D cos⎜    x⎟
       dx 2
              v                                        ⎝  λ ⎠          ⎝  λ ⎠

                                                                                  13
ω=2πυ, υ adalah frekuensi dan δ adalah konstanta; karena v adalah kecepatan
merambat maka panjang gelombang λ=v/υ.

Untuk konstanta C dan D diperlukan syarat batas, misalnya untuk fungsi di atas,
pada x=0, dan x=L dengan L adalah panjang kawat. Andaikan, untuk x=0, ψ(0)=0
maka D=0,
                          ⎛ 2π ⎞
          ψ ( x) = C sin ⎜    x⎟
                          ⎝ λ ⎠
Selanjutnya jika di x=L, ψ (L)=C sin(2πL/λ)=0 maka sin(2πL/λ)=0, sehingga:
           2L
                = n; n = 1, 2, .....   n disebut nomor modus normal.
            λ

                            ⎛ nπ ⎞
maka:        ψn ( x) = C sin⎜ x ⎟
                            ⎝L ⎠
                             ⎛ nπ ⎞
Akhirnya: ψn ( x, t ) = B sin⎜ x ⎟ sin (ωt + δ)
                             ⎝L ⎠



                                                                                  14
2.2 Persamaan Schrödinger
Tinjaulah sebuah partikel yang memiliki massa m, bergerak dengan momentum p di
dalam suatu medan konservatif. Menurut mekanika klasik, energi total partikel adalah
jumlah energi kinetik dan potensial:

              p2
          E =    +V                         p = 2 m( E − V )
              2m
Sebagai gelombang, kecepatan fasa gelombang partikel itu
                E              E
         v=       =
                p        2m ( E − V )

Misalkan ψ(x,t) adalah fungsi gelombang partikel, maka persamaan gelombang:
          ∂ 2ψ ( x , t ) 2 m ( E − V ) ∂ 2ψ ( x , t )
                        =
             ∂x 2             E2          ∂t2
 Suatu fungsi gelombang partikel dengan energi tetap berkaitan dengan frekuensi
 tetap. Untuk itu ψ(x,t) memenuhi
                                   − iω t
          ψ ( x, t ) = ψ ( x ) e

                                                                                       15
Mengingat     E = hω            dan           h = h / 2π
       ∂2ψ( x, t )    2m(E −V )
                   =−           ψ( x, t )
         ∂x2             h2
Akhirnya diperoleh persamaan:
         ∂ 2ψ ( x) 2m
                  +   ( E − V )ψ ( x) = 0             Persamaan Schrodinger 1-dimensi
            ∂x 2    h
Untuk tiga dimensi persamaan Schrödinger ini adalah:

                       2m
    ∇2ψ ( x, y, z) +      ( E − V )ψ ( x, y, z) = 0
                       h2
Bagian waktu exp(-iωt) telah dihilangkan sementara karena tak mempunyai pengaruh,
dan selanjutnya persamaan itu disebut persamaan Schrödinger yang tak bergantung
waktu bagi sebuah partikel dalam satu dimensi.

V adalah energi potensial yang bentuknya harus diketahui sebelumnya, sedangkan
fungsi gelombang ψ(x) dan energi E dari partikel bersangkutan merupakan solusi
yang harus dicari dari persamaan tersebut.



                                                                                        16
Persamaan Schrödinger di atas dapat dituliskan sebagai berikut
                Hψ ( x ) = Eψ ( x ) (*)
                ˆ
                        2
dengan               h              disebut hamiltonian partikel, yakni operator energi
                H = − ∇2 +V
                ˆ
                     2m             total dari partikel.

Dalam bahasa matematik, E adalah harga eigen dari operator H dengan fungsi
eigen ψ(x). Persamaan (*) disebut persamaan harga eigen.
Turunan pertama terhadap waktu untuk fungsi gelombang ψ(x,t) dalam hal. 14 adalah:
               ∂ψ ( x, t )
                           = −iωψ ( x, t )
                 ∂t
Karena E=ħω maka diperoleh
                   ∂ψ ( x, t )                                    ∂ψ ( x, t )
                ih             = Eψ ( x , t )    Hψ ( x, t ) = ih
                                                 ˆ
                     ∂t                                             ∂t
Ini disebut persamaan Schrödinger yang bergantung waktu bagi sebuah partikel .




                                                                                          17
2.3 Sifat-sifat suatu Fungsi Gelombang
Untuk fungsi gelombang partikel yang tidak bergantung waktu, ψ(x),
 ψ ( x ) 2 dx disebut peluang menemukan partikel di antara x dan x+dx.

    ψ ( x)   2
                 rapat peluang partikel berada di x

Total peluang untuk menemukan partikel itu disepanjang sumbu-x adalah:
        ∞                  ∞

        ∫ψ ( x)ψ ( x) dx = ∫ ψ ( x) 2 dx = 1 ψ* adalah konjugasi dari ψ.
             *

       −∞                  −∞


Fungsi ψ(x) yang memenuhi persamaan di atas disebut fungsi yang dinormalisasi,
sedangkan disebut rapat peluang.

Suatu fungsi gelombang partikel harus memiliki kelakuan yang baik, yakni:

•    tidak sama dengan nol dan bernilai tunggal, artinya untuk suatu harga x, ψ(x)
     memiliki hanya satu harga saja.

•     fungsi dan turunannya kontinu di semua harga x, dan

•     fungsi (harga mutlaknya) tetap terbatas (finite) untuk x menuju ±∞;
                                                                                     18
⎛ nπ ⎞
Contoh: ψ ( x) = C sin ⎜ x ⎟
                       ⎝ L ⎠
         ∞
                                    ⎛ nπ ⎞
                             L

         ∫ ψ (x) dx = C ∫ sin ⎜         x ⎟ dx = 1
                2      2     2

         −∞                  0      ⎝  L ⎠
sin2θ=(1-cos2θ)/2, maka hasil integral di atas adalah C2(L/2)=1 sehingga C = 2 / L
Jadi secara lengkap fungsi yang dinormalisasi adalah

                      2     ⎛ nπ    ⎞
        ψ ( x) =        sin ⎜      x⎟
                      L     ⎝ L     ⎠
Jika ψ(x) adalah kombinasi linier dari sekumpulan fungsi-fungsi {ϕn(x)}, maka
penulisannya secara umum adalah seperti:

     ψ ( x) = ∑ c nϕ n ( x) cn adalah koefisien bagi fungsi ϕn(x) yang bisa ril atau
                  n          kompleks.
              ∞
     cm = ∫ϕm (x)ψ (x) dx Jika ϕn(x) adalah fungsi-fungsi yang dinormalisasi dan
            *

             −∞                  ortogonal satu sama lain.




                                                                                       19
Jika fungsi-fungsi {ϕn(x)} selain ternormalisasi juga ortogonal (disebut ortonormal)
satu sama lain maka berlaku
         ∞                                 =1; m=n
         ∫ ϕ m ( x ) ϕ n ( x ) dx = δ mn                              δ disebut kronecker delta
             *

        −∞                                 =0; lainnya

Jika ψ(x) fungsi yang dinormalisasi, maka
        ∞                                              ∞

        ∫ ψ ( x )ψ ( x ) dx = 1
                 *
                                           ∑c c  *
                                                 m n   ∫ φm (x)φn (x)dx = 1
                                                          *
                                                                              ∑c c δ
                                                                               m,n
                                                                                     *
                                                                                     m n mn   =1
        −∞                                 m,n         −∞


Jadi,       ∑c c
             n
                     *
                     n n   =1


 Untuk memudahkan penulisan, fungsi-fungsi dituliskan dalam ket seperti φn
 dan konjugasinya dalam bra seperti φn
 Integral overlap dituliskan seperti:
             ∞

             ∫ ϕ k ( x) ϕ l ( x) dx = ϕ k ϕ l
                 *

             −∞




                                                                                                   20
Ortogonalisasi Schmidt
Andaikan φ1 dan φ2 adalah fungsi-fungsi yang non-ortogonal satu terhadap
lainnya.

Misalkan ϕ1=φ1, lalu pilih ϕ2=φ2+αφ1. Besarnya α dihitung atas dasar ϕ1 dan ϕ2
yang ortogonal satu sama lain.

       ∫ ϕ 1 ϕ 2 dx = ∫ φ1*φ 2 dx + α ∫ φ1*φ1 dx = 0
           *




       α =−
               ∫ φ 1*φ 2 dx

               ∫ φ 1*φ 1 dx
2.4 Operator Fisis
Setiap besaran fisis suatu partikel dikaitkan dengan operatornya; misalnya
operator bagi energi total adalah Ĥ seperti diperlihat dalam persamaan:
               2
        ˆ = − h ∇2 + V
        H
              2m
                              Operator energi potensial

                   Operator energi kinetik


                                                                                 21
Bagi suatu operator besaran fisis berlaku istilah matematik berikut:
1. Harga suatu besaran fisis adalah nilai eigen dari operatornya;
2. Setiap nilai eigen dari suatu operator berkaitan dengan suatu fungsi eigen; nilai
    eigen adalah ril.

Persamaan harga eigen:
      Hψ ( x) = Eψ ( x)
      ˆ

                           fungsi eigen partikel
                           nilai eigen; energi partikel

             operator energi total; disebut hamiltonian partikel

 3. Secara umum harga rata-rata suatu besaran fisis pada fungsi keadaannya
     memenuhi persamaan
            ∞
                             operator besaran fisis

             ∫ψ * ( x) Aψ (x) dx
                       ˆ
       Aav = −∞
              ∞

              ∫
             −∞
               ψ * (x)ψ ( x) dx
                                   fungsi keadaan partikel

            harga rata-rata besaran fisis
                                                                                       22
Bagi fungsi keadaan yang dinormalisasi
                     ∞
             Aav = ∫ψ * ( x) Aψ ( x) dx
                             ˆ
                    −∞

Andaikan:     Aϕn (x) = an ϕn (x)
              ˆ
              ψ ( x ) = ∑ c nϕ n ( x )
                         n
Jika {ϕn} adalah fungsi-fungsi yang ortonormal

              Aav = ∫ψ * ( x) Aψ ( x) d x = ∑cm cn ∫ ϕm ( x) Aϕn ( x)dx
                              ˆ               *       *      ˆ
                                            mn

                = ∑cm cn an ∫ ϕm ( x)ϕn ( x)dz = ∑cm cn anδ mn
                    *          *                   *

                   mn                               mn

                = ∑cn cn an
                    *

                    n

Karena harga rata-rata suatu besaran fisis adalah ril maka berlaku

             ∫ψ * ( x) Aψ ( x)dx = ∫ [ Aψ ( x)]*ψ ( x)dx
                       ˆ               ˆ
Secara matematik, operator yang memenuhi persamaan di atas disebut operator
hermitian.
                                                                              23
Operator momentum:
Menurut de Broglie, sebuah partikel yang bergerak sepanjang sumbu-x mempunyai
momentum linier px= ħk dengan k=2π/λ. Fungsi gelombang partikel itu adalah .

        φ( x ) = ae ikx
Bagaimanakah bentuk operator momentum yang memiliki harga eigen px= ħk ?
Untuk itu berlaku persamaan nilai eigen:
                           p xϕ ( x ) = hk ϕ ( x )
                           ˆ

         φ( x ) = ae ikx                       dϕ ( x )
                           h kϕ ( x ) = − ih
                                                dx
                                       ⎛     d ⎞
                           p xϕ ( x) = ⎜ − ih ⎟ϕ ( x)
                           ˆ
                                       ⎝     dx ⎠
Jadi operator momentum linier adalah:
                                      d
                           px ≡ −ih
                           ˆ                        Ingat, energi kinetik:
                                      dx
                                                   px
                                                   ˆ2   1 ⎛     d ⎞⎛    d⎞     h 2 d2
Secara umum, operator momentum:                 K=
                                                ˆ     =   ⎜ − ih ⎟⎜ − ih ⎟ = −
                           p = − ih ∇
                           ˆ                       2m 2m ⎝      dx ⎠⎝   dx ⎠   2m dx2

                                                                                    24
Komutator:
  Tinjau dua buah operator:         ˆ     ˆ
                                    A dan B
  Jika keduanya merupakan operator besaran fisis maka didefinisikan komutatornya
  seperti

            [ A, B] = AB − BA
              ˆ ˆ     ˆ ˆ ˆˆ

Jika   [ A, B ] = 0
         ˆ ˆ                     Kedua operator disebut komut.
 Contoh, tentukan komutator operator-operator x dan d/dx ! Gunakan fungsi ϕ(x)
 sebagai alat bantu:
                  d                dϕ ( x )     d
           [ x,      ]ϕ ( x ) = x[          ]−     [ x ϕ ( x )]
                  dx                 dx        dx
                                 dϕ ( x )                dϕ ( x )
                             = x           − ϕ ( x) − x
                                    dx                       dx
                             = −ϕ ( x )

           ⎡ d ⎤                                          ⎡ d     ⎤
                                                               , x⎥ = 1
           ⎢ x , dx ⎥ = − 1
   Jadi:                                   Buktikan:      ⎢ dx
           ⎣        ⎦                                     ⎣       ⎦


                                                                                   25
Dua buah operator yang komut satu sama lain, mempunyai
fungsieigen yang sama.

 Aψ = aψ ; Bψ = bψ
 ˆ          ˆ
   s
 ABψ − BAψ = baψ − abψ = 0
 ˆ      ˆˆ
 ˆ ˆ ˆˆ          [ ]
 AB − BA = 0 → A, B = 0
               ˆ ˆ




                                                         26
2.5 Persamaan Gerak Heisenberg
Secara umum jika Aav adalah harga rata-rata operator      ˆ
                                                          A   besaran fisis dengan fungsi
gelombang ψ(x,t) maka:
                    ∞
             Aav = ∫ψ * ( x, t ) Aψ ( x, t ) dx
                                 ˆ
                    −∞

Variasi harga rata-rata itu terhadap waktu adalah

           dAav ∞ ⎛ * ∂A ˆ     ∂ψ* ˆ       * ˆ ∂ψ
                                                  ⎞
                 = ∫⎜
                    ⎜ψ     ψ+        Aψ + ψ A ⎟dx
            dt −∞⎝ ∂t           ∂t             ∂t ⎟
                                                  ⎠

 Mengingat: Hψ ( x) = ih
              ˆ          ∂ψ ( x, t )
                            ∂t
                                     dan     ˆ    [  *
                                                      ]
                                            Hψ ( x) = −ih
                                                          ∂ψ * ( x, t )
                                                             ∂t
   ∂ψ * ˆ
    ∂t
                 ˆ ∂ψ    1             1 ˆˆ          1
                                                              [
        Aψ + ψ * A = − ψ * HAψ + ψ* AHψ = ψ * AH − HA ψ = ψ * A, H ψ
                   ∂t   ih
                               ˆˆ
                                      ih            ih
                                                        ˆ ˆ ˆˆ          ]1
                                                                        ih
                                                                           ˆ ˆ    [ ]
                 dAav      ⎛ ˆ 1 ˆ
                          * ∂A
                                       ⎞
 maka                 = ∫ψ ⎜
                           ⎜ + [ A, H ]⎟ψ dx
                                    ˆ
                                       ⎟
                  dt       ⎝ ∂t ih     ⎠


                                                                                            27
Jadi,   dAav
         dt
             = ∫ψ
                     ˆ
                  * dA

                    dt
                       ψ dx        dengan
                                              d A ∂A 1 ˆ ˆ
                                              dt
                                                ˆ
                                                  =
                                                     ˆ
                                                       +
                                                    ∂t ih
                                                             [
                                                          A, H     ]
         dAˆ                            ˆ
                Operator turunan dari   A
         dt
         ∂A
          ˆ
                Turunan dari   ˆ
                               A
         ∂t
                                      d A ∂A
                                        ˆ    ˆ
              ˆ               ˆ
Jika operator A komut dengan H , maka     =
                                      dt    ∂t
                                                                       ˆ
Jika operator   ˆ
                A                       ˆ, juga tak bergantung waktu: dA = 0
                    selain komut dengan H
                                                                         dt
Besaran fisis seperti itu disebut tetapan gerak dari partikel (kekal dalam
pengertian klasik).




                                                                               28
2.6 Representasi Matriks
Tinjau persamaan harga eigen:                             Aψ = aψ
                                                          ˆ
                                 N
Misalkan:              ψ = ∑ c iφ i
                                i =1


 maka                                  ∑c Aφ
                                         j
                                          ˆ
                                              j   j   = a∑c jφ j
                                                               j


 Kalikan dari dengan                   φi*

                     ∑c ∫φ Aφ dτ = a∑c ∫φ φ dτ
                           ˆ
                           j
                                *
                                i        j                 j
                                                                    *
                                                                   i j                     ∑cj
                                                                                                  j   Aij = aci
                       j                              j


 A11c1 + A12c2 + ..........+ A1N cN = ac1
                          .                                         ⎛ ( A11 − a)          A12         A13 .............. A1N ⎞ ⎛ c1 ⎞
                                                                    ⎜                                                             ⎟⎜ ⎟
 A21c1 + A22c2 + ..........+ A2N cN = ac2
                          .                                         ⎜      A21 ( A22 − a ) A23 ...............A2 N ⎟ ⎜ c2 ⎟
 A31c1 + A32c2 + ..........+ A3N cN = ac3
                          .                                         ⎜      A31           A32 ( A33 − a) .......... A3 N ⎟ ⎜ c3 ⎟ = 0
                                                                    ⎜                                                             ⎟⎜ ⎟
..........
         ..........
                  ..........
                           ..........
                                    .......                         ⎜............................................................ ⎟ ⎜... ⎟
                                                                    ⎜                                                             ⎟⎜ ⎟
 AN1c1 + AN 2c2 + ..........+ ANNcN = acN
                           .                                        ⎝     AN1           AN 2          AN 3 ....... ( ANN − a) ⎠ ⎝ c N ⎠


                                                                                                                                      29
Jika elemen-elemen Aij diketahui maka harga a dapat ditentukan sebagai solusi
dari polinom yang diperoleh dari determinan:

                    ( A11 − a) A12 A13 ................... A1N
                    A21 ( A22 − a ) A23 ................... A2 N
                    A31 A32 ( A33 − a) ................... A3N = 0
                    ................................................
                     AN1 AN 2 AN 3 ................... ( ANN − a)

 Contoh
       ˆ ⎛ 0 1⎞            ⎛ − a 1 ⎞⎛ c1 ⎞
       A=⎜
         ⎜1 0 ⎟
              ⎟            ⎜1 − a ⎟⎜ c ⎟ = 0
                           ⎜       ⎟⎜ ⎟
         ⎝    ⎠            ⎝       ⎠⎝ 2 ⎠

           −a 1
                =0               a2-1=0,           a1=-1 dan a2=1.
           1 −a

Dengan a1 diperoleh c1= -c2=1/√2                         ψ1 =     1
                                                                   2
                                                                       (φ1 −φ2 )
dengan a2 diperoleh c1=c2=1/√2                           ψ2 =     1
                                                                   2
                                                                       (φ1 + φ2 )


                                                                                    30
31
BAB 3
                 SISTEM DENGAN POTENSIAL SEDERHANA

Persamaan Schrödinger untuk 1 partikel yang tidak bergantung waktu untuk suatu
partikel  h 2 d 2ψ                               ⎛ h2 d 2       ⎞
                   + ( E − V )ψ = 0              ⎜−
                                                 ⎜ 2 m dx 2 + V ⎟ψ = E ψ
                                                                ⎟
          2 m dx 2                               ⎝              ⎠
dapat diselesaikan jika bentuk potensial V diketahui sebelumnya.


3.1 Potensial Tangga                                                                V

Sebuah elektron datang dari x-negatif menuju x-positif. Di
x=0 elektron itu menghadapi potensial tangga sebesar Vo.                            Vo
Jika energi total elektron, E< Vo, secara klasik elektron
akan terpantul sepenuhnya.                                                                  E

Bagaimana menurut kuantum?
                                                                                        0       x
Di daerah x<0, V=0; misalkan fungsi gelombangnya adalah ψ1(x).

           h 2 d 2 ψ1                                                       2me E
                      + Eψ1 = 0         ψ 1 ( x) = Aeikx + Be−ikx ; k 2 =
          2m e dx 2                                                          h2
                                  gelombang datang          gelombang pantul.


                                                                                                    32
Di daerah x>0, V=Vo; misalkan fungsi gelombang elektron adalah ψ2(x)

              h2 d 2ψ2
                       + (E −Vo )ψ2 = 0
             2me dx2

Karena E<Vo, maka solusi bagi fungsi ψ2(x) merupakan fungsi eksponensial menurun
seperti:
                        −Kx       2me (Vo − E ) 2meVo
             ψ2 (x) = Ce    K2 =                =       − k2
                                       h2            h2
Di x=0, ψ1 dan ψ2 harus bersambung agar fungsi gelombang itu kontinu;
Syarat kontinu:
                                                             ψ1
                            dψ1 ( x)       dψ 2 ( x)                    ψ2
 ψ1 (0) = ψ2 (0); dan                   =
                                dx    x =0      dx        x =0



  A+ B =C                      ik ( A − B ) = − KC                                 0   x


                                                                  k − iK −ikx
                                             ψ 1 ( x) = Aeikx +          Ae ; x < 0
            k − iK          2k                                    k + iK
       B=          A; C =        A
            k + iK        k + iK                            2k
                                             ψ 2 ( x) =          Ae − Kx ; x > 0
                                                          k + iK

                                                                                           33
Kerapatan peluang elektron di x>0 dapat dihitung dengan menggunakan ψ2(x):
                              4k 2               4E 2 −2 Kx
                  ψ 2 ( x) = 2       A e −2 Kx =
                         2            2
                                                    A e
                            k +K   2
                                                 Vo
Jadi, meskipun mengalami potensial penghalang yang lebih besar dari energinya,
elektron masih mempunyai peluang berada di x>0.
Peluang itu menuju nol jika Vo>>E, atau di x=∞.
⏐C/A⏐2= 4k/(k2+K2)=4E/Vo adalah koefisien transmisi yang secara klasik tak dapat
diramalkan.

3.2 Potensial Tangga Persegi
                                                                    V
Sebuah elektron datang dari x-negatif menuju x-
positif. Eleketron menghadapi potensial tangga
seperti:                                                            Vo
          V ( x) = Vo ; 0 ≤ x ≤ a                                            E
               = 0; x < 0, x > a
Sepanjang perjalanannya energi total elektron, E< Vo.                    0       a   x

Karena V=0, fungsi gelombang elektron sebagai solusi persamaan Schrodinger
dalam daerah x<0 sama dengan:
                                           2me E
       ψ 1 ( x) = Aeikx + Be−ikx ; k 2 =
                                            h2                                           34
Dalam daerah 0<x<a, karena E<Vo: fungsi gelombang sebagai solusi persamaan
Schrodinger adalah
                                         2m (V − E) 2meVo
            ψ 2 ( x) = Ce + De
                         Kx   − Kx   K2 = e o
                                             h 2
                                                   = 2 − k2
                                                     h

Di daerah x>a, V=0; maka fungsi gelombang di sana adalah:
                  ψ 3 ( x ) = Fe ikx    Hanya arah ke kanan saja.

Syarat kontinuitas di x=0 dengan menggunakan fungsi-fungsi ψ1(x) dan ψ2(x), akan
memberikan hubungan:

                  A+ B = C + D
                  ik ( A − B) = K (C − D)

dan syarat kontinuitas di x=a dengan menggunakan ψ2(x) dan ψ3(x), memberikan
                  Ce Ka + De − Ka = Fe ika
                  K (Ce Ka − De − Ka ) = ikFe ika
Dengan mengeliminasi C dan D, akan diperoleh:
             2                                     2
         B       Vo2 sinh2 (Ka)                F                    4 E (Vo − E )
            = 2                                        =
         A Vo sinh (Ka) + 4E(Vo − E)
          2       2
                                               A
                                                   2
                                                           Vo2 sinh 2 ( Ka) + 4 E (Vo − E )
                                                                                              35
Ilustrasi fungsi gelombang-fungsi gelombang:
                                             ψ2(x)
                                 ψ1(x)
                                                     ψ3(x)




                                         0     a       x



  2    2
B / A merupakan koefisien pantulan di x=0 dan F 2 / A 2 adalah koefisien transmisi di
x=a. Jadi, secara kuantum elektron dapat menerobos potensial penghalang meskipun
energinya lebih kecil daripada potensial penghalang. Fenomena inilah yang disebut
sebagai efek terobosan (tunnel effect).
Terobosan partikel berlangsung dalam peluruhan radioaktif. Suatu       V(r)
partikel-α (= inti atom He) mengalami gaya dorong elektrostatik inti
hingga jarak 10-8 μm dari inti Uranium. Kurang dari jarak itu gaya      E
bersifat tarikan dan berbentuk sumur potensial seperti diperlihat-
                                                                                        r
kan dalam Gb. Partikel-α dalam sumur itu dapat menerobos
penghalang (tarikan) dan selanjutnya terdorong keluar.
Eksperimen menunjukkan bahwa energi partikel itu lebih kecil
daripada penghalang.

                                                                                    36
3.3 Sumur Potensial Persegi Tak Terhingga
Andaikanlah suatu elektron dalam pengaruh potensial                             V=∞
berbentuk sumur tak terhingga berdimensi-1 seperti
berikut:
               V (x) = 0; − a < x < a
                     = ∞; x ≥ a, x ≤ −a
                                                               -a     0     a         x
Elektron terperangkap dalam daerah –a<x<a, dan sama sekali tak dapat ke luar daerah
itu. Dengan perkata lain peluang elektron berada di x>a dan di x <-a sama dengan nol.
Oleh sebab itu, jika ψ(x) adalah fungsi gelombangnya, maka

                 ψ(−a) = ψ(a) = 0

Karena V=0 dalam daerah –a<x<a, maka persamaan Schrödinger bagi elektron
tersebut adalah:
         h 2 d 2ψ               d 2ψ                  2me E
                  + Eψ = 0 atau      + k 2ψ = 0; k 2 = 2
        2me dx 2                dx2                    h

Solusinya adalah ψ ( x ) = C cos kx dan ψ ( x ) = D sin kx
Dengan syarat batas di x=a diperoleh
         ψ n ( x) = C cos (nπx / 2a ) untuk n=1,3,5,…
        ψ n ( x) = D sin (nπx / 2a) untuk n=2,4,6 ...                                 37
a

Harga C dan D dihitung melalui normalisasi fungsi, yakni: ∫ψ n ( x)ψ n ( x) dx = 1
                                                             *

                                                                              −a

Hasilnya adalah C=D=1/√a, sehingga fungsi-fungsi eigen adalah:
              1   ⎛ nπ ⎞                                        1    ⎛ nπ ⎞
   ψn (x) =    cos⎜ x⎟; n = 1, 3, 5......         .ψn (x) =       sin⎜ x⎟; n = 2, 4, 6.......
              a ⎝ 2a ⎠                                           a ⎝ 2a ⎠
                            ψ3                              ⏐ ψ 3⏐ 2


                            ψ2                                ⏐ ψ 2⏐ 2



                            ψ1                                ⏐ ψ 1⏐ 2


                       -a        0       a    x        -a                0         a     x
Fungsi-fungsi ini membentuk set ortonormal; artinya: ∫ ψ n ( x )ψ n ' ( x ) dx =δ nn '
                                                         *

Selanjutnya, diperoleh harga eigen energi:
                                                                             ψ4
                                                                                       E4=16E1
                        2⎛ π h ⎞
                             2 2
                  En = n ⎜       ⎟
                         ⎜ 8m a2 ⎟; n = 1, 2, 3,....                         ψ3
                         ⎝ e ⎠                                                         E3=9E1
Energi ini berharga diskrit (tidak kontinu, tapi                             ψ2
                                                                                       E2=4E1
bertingkat-tingkat) ditandai oleh bilangan                                   ψ1
                                                                                       E1
kuantum n.
                                                                                                 38
3.4 Sumur Potensial Persegi Terhingga
Misalkan elektron terperangkap dalam sumur                       V
potensial terhingga seperti:                                         Vo
            V (x) = 0; − a < x < a                                             E<Vo
                  = Vo ; x ≥ a, x < −a
                                                           -a              a          x
Jika energi E<Vo secara klasik elektron tak dapat ke luar daerah itu. Tetapi secara
kuantum, karena potensial itu terhingga elektron masih berpeluang berada diluar
daerah –a<x<a. Syarat batas hanyalah: ψ(±∞) = 0
Persamaan Schrödinger untuk daerah –a<x<a adalah:
                    h 2 d 2ψ           d 2ψ                            2me E
                             + Eψ = 0 → 2 + k 2ψ = 0            k2 =
                   2me dx  2
                                       dx                               h2
dengan mana diperoleh solusi berikut:
              ψ ( x) = cos kx dan ψ (x) = sin kx di mana

Untuk daerah ⎟x⎟≥a, persamaan Schrödinger adalah:
                h 2 d 2ψ
             −           + (Vo − E)ψ = 0
               2me dx2


                                                                                          39
Jika energi elektron E<Vo maka ψ(x) merupakan fungsi exponensial yang menurun dan
menuju nol di ⎟x⎟=∞. Jadi, untuk ⎟x⎟≥a:
                                                            2me (Vo − E)
                   ψ ( x) = C e− K x dengan        K2 =
                                                                 h2

Syarat kontinu di x=±a :
 cos ka = Ce − Ka                                                  tg (ka)    ctg (ka) tg (ka) ctg (ka)
                                     ka tg ka = Ka
  − k sin ka = − KCe − Ka                                    Ka
                                                                                                            2meVo a 2
                                                                   n=0                       (ka) + ( Ka) =
                                                                                                 2          2

 sin ka = Ce − Ka                                                                                             h2
                          − Ka
                                    ka ctg ka = − Ka                         n=1
 k cos ka = − KCe
                                                                                       n=2
           2me E
    k2 =
            h2                                  2meVo a 2
                                 (ka) + ( Ka) =
                                     2       2

           2me (Vo − E)                           h2                                                 n=3
    K2 =
                h2                                                     π/2         π         3π/2      2π       ka


Terlihat, jumlah tingkat energi sangat bergantung pada harga Voa2; misalnya untuk
Voa2≤(πħ2/4me) hanya ada satu, dan Voa2≤(πħ2/2me ) ada dua tingkat energi.




                                                                                                                     40
ψ3

                               ψ2

                               ψ1


                               ψo


                          -a         0         a
                          x

Jelas bahwa meskipun potensial yang dialami elektron itu terhingga, namun karena
E<Vo, energinya tetap diskrit.
 Keadaan energi yang diskrit itu merupakan ciri dari partikel yang terikat dalam
sumur potensial.
Karena potensial itu berhingga, fungsi-fungsi eigen mempunyai ekor berbentuk
eksponensial menurun di luar sumur. Artinya, elektron masih mempunyai peluang
berada di luar sumur. Hal ini tidak mungkin secara klasik.


  Quantum well, quantum dot, quantum wire adalah pengembangan dari
  kasus ini dalam riset-riset laser dan optik.                                     41
3.5 Sumur Potensial Persegi dengan Dinding
                                                                       V
Misalkan pertikel berada dalam sumur potensial
terhingga seperti:
                   V (x) = ∞; x ≤ 0                                    0
                                                                           a
                                                                                     x
                     = −Vo ; 0 < x < a                                         E<0

                     = 0; x ≥ a                                      -Vo

Di x=0, potensial itu ∞ sehingga elektron tidak mungkin berada di daerah x<0.
Bagaimanakah energi dan fungsi gelombang elektron jika E<0?
Di dalam daerah 0<x<a, persamaan Schrödinger adalah:

                   h2 d 2ψ1
                            + (−E +Vo )ψ1 = 0
                  2me dx  2



                  d 2ψ 1                            2me
                         + k 2ψ 1 = 0        k2 =       (Vo − E)
                   dx 2
                                                     h2

Solusinya:                 ψ 1 ( x) = Aeikx + Be−ikx

Karena ψ1(0)=0, maka A+B=0 atau B=-A

                        ψ 1 ( x ) = A(e ikx − e − ikx ) = C sin kx
                                                                                         42
Persamaan Schrödinger di daerah x>a adalah:

                           h 2 d 2ψ 2
                        −             − Eψ 2 = 0
                          2me dx2
                        d 2ψ 2                       K2 =
                                                            2 me E
                               − K 2ψ 2 = 0
                         dx 2                                 h2

                        ψ 2 ( x ) = D e − Kx
 Syarat kontinu di x=a harus memenuhi ψ1=ψ2 dan dψ1/dx=dψ2/dx. Jadi,

                  C sin ka = D e − Ka                k 2 exp( Ka)
                                                             2
                                                 D=C
                  kC cos ka = − KDe− Ka                 k2 + K2


 dan                                ka ctg ( ka ) = − Ka


                                             2meVo a 2
 Di pihak lain:                   k a +K a =
                                    2 2        2 2

                                               h2
Dari kedua persamaan ini diperoleh grafik berikut:


                                                                       43
2meVo a 2
                                                  Ka             (ka) + ( Ka) =
                                                                       2     2

                                                                                  h2
Dari rumusan k dan K, tingkat-tingkat energi
elektron adalah:                                                 n=1


          kn h 2
           2
                                   Kn h2
                                     2
     En =        − Vo atau E n = −
          2me                      2 me
 Di mana kn dan Kn diperoleh berdasarkan titik-
 titik potong dalam gambar. Jadi, energi                                          n=2
 elektron diskrit, karena elektron terperangkap
                                                       0   π/2         π   3π/2     2π          ka
 dalam sumur potensial.

                                                                  ψ4
 Untuk Voa2<πħ2/4me tidak ada titik potong,
 untuk πħ2/4me< Voa2<πħ2/2me hanya ada satu                      ψ3
 titik potong, n=1, dan seterusnya.
                                                                 ψ2
 Bentuk fungsi-fungsi keadaan dapat digambarkan
 dengan menggunakan hasil-hasil di atas:                         ψ1

                                                            0                      a        x


                                                                                                44
3.6 Osilator Harmonis Sederhana
Dalam mekanika klasik, osilator harmonis sederhana adalah benda yang bergerak
osilasi dengan simpangan kecil dalam pengaruh gaya konservatif:
                    r         r
                    F = −mω 2 x

m adalah massa, dan ω adalah 2π x frekuensi; gerak osilasi berbentuk sinusoida
dengan amplitudo A adalah:
                                                                      V
                    x ( t ) = A sin ω t
                                                             E=½mω2A2
Dengan gaya konservatif tersebut, energi
potensial yang dimiliki benda adalah:
                                                                              K(x)=E-V(x)
                             x r r
                  V ( x) = − ∫ F . dx = 1 mω 2 x 2
                                        2
                             0                                                V(x)=½mω2x2
Energi total sebagai jumlah energi potensial (V)
                                                        -A        0       A     x
dan energi kinetik (K) diperlihatkan dalam:

                    E = 1 mω 2 A2
                        2

Jadi, secara klasik osilator memiliki energi tunggal.



                                                                                        45
Bagaimana pandangan fisika kuantum?
Persamaan Schrödinger untuk suatu partikel berosilasi adalah:

          d 2ψ ( x) 2m
                   + 2 (E − V )ψ ( x) = 0
            dx2     h

          d 2ψ ( x )
            dx   2
                       +
                           2m
                           h   2
                                   (E −   1
                                          2
                                                          )
                                              mω 2 x 2 ψ ( x ) = 0

                                                       mω      2E
 Lakukan penyederhanaan: a =                              ; c=    ; z = ax
                                                        h      hω
           d 2ψ ( z )
                           + ( c − z 2 )ψ ( z ) = 0
              dz 2
 Persamaan ini dapat diselesaikan dalam dua tahap.
 Tahap pertama: untuk z yang besar c dapat diabaikan: (appr. Asimtotik)
                               − z2 / 2
              ψ( z) ∝ e
 Tahap berikutnya, nyatakan fungsi lengkap seperti:

              ψ ( z) = H ( z) e − z
                                              2
                                                  /2



                                                                             46
Persamaan Schrodinger menjadi:
       d 2 H ( z)          dH
                    − 2z      + (c − 1) H = 0
          dz 2             dz
merupakan persamaan diferensial Hermite. Solusinya adalah polinom Hermite
sebagai berikut:

       H n( z) = (−1) end n −z2
                        dz n
                            z2
                                      ( )
                             e ; n = 0,1, 2, ............                          n = 1 (c − 1) = 0, 1, 2, ......
                                                                                       2

sehingga fungsi-fungsi eigen (keadaan) adalah:
                                     −1 z2      1
        ψ n ( z) = N n H n ( z) e     2
                                             ; Nn =
                                           2 n n!π 1/ 2
                                 − 1 a2 x2          a
        ψ n ( x) = N n H n (ax) e 2 ; N n = n 1/ 2                                        ψ n ( x) = aψ n ( z)
                                               2 n!π
di mana adalah faktor normalisasi dan n merupakan bilangan kuantum .
Contoh fungsi-fungsi keadaan:
                                                    −1        − 1 z2
H o ( z) = 1                      ψ o ( z) = π       2
                                                          e     2



                                                                                  Fungsi-fungsi eigen ini membentuk
H 1 ( z) = 2z                    ψ 1 ( z ) = 2π
                                                     −1
                                                      2
                                                          ze
                                                                − 1 z2
                                                                  2
                                                                                  set yang ortonormal.
H 2 ( z) = 4 z 2 − 2                                −1                   − 1 z2
                                 ψ 2 ( z) =    1
                                               2   π 2 (2 z 2 − 1)e        2

                                                                                                                     47
2E
Dari   c=       dan               n = 1 (c − 1)
                                      2
             hω
diperoleh energi eigen (keadaan) bersangkutan:
       En = (n + 1 )hω; n = 0,1, 2, ......
                 2


Terlihat bahwa, karena partikel terperangkap dalam potensial V, maka energinya diskrit.
Frekuensi osilator lebih kurang sama dengan frekuensi bunyi; oleh sebab itu,
hω disebut fonon. Jadi, fungsi keadaan ψn dikatakan mengandung n buah fonon.
                                                                V
                                                                    ψ2
 Untuk lebih jelasnya, fungsi-fungsi keadaan
                                                                                E2
 diperlihatkan dalam gambar. Fungsi keadaan                         ψ1
                             −1    − 1 z2                                      E1
             ψo ( z) = π e    2      2
                                                                    ψo
                                                                          Eo
 disebut keadaan dasar dengan energi Eo=½ħω.
                                                                                z




                                                                                      48
Sifat-sifat penting polinom Hermite:
(i). Hubungan rekursif:
                               H n +1 ( z ) = 2 z H n ( z ) − 2 n H n −1 ( z )

                                dH n ( z )
                                           = 2n H n−1 ( z )
                                  dz
(ii). Sifat ortogonalitas:
                               ∞

                               ∫ e − z H m ( z ) H n ( z ) dz = 2 n n! π 1 / 2 δ mn
                                        2



                               −∞


Dengan sifat-sifat di atas, diperoleh sifat-sifat fungsi keadaan:
(i) Hubungan rekursif:
                                           2                 n
                             ψn+1 ( z) =      zψn ( z) −        ψn−1 ( z)
                                         n +1              n +1
                             dψ n ( z)   n              n +1
                                       = ψ n−1 ( z) −        ψ n+1 ( z)
                               dz        2                2
(ii) Sifat ortonormalitas:         ∞


                                 −∞
                                   ∫ψ   m   ( z )ψ n ( z ) dz = δ mn


                                                                                      49
Contoh:
1. Hitunglah gaya pegas rata-rata.
 F = − mω 2 x
                              ∞                                                ∞
 Fave = − m ω                 ∫ψ n ( x )xψ n ( x ) dx = −ω         m hω ∫ψ n ( z )zψ n ( z ) dz
                      2

                          −∞                                                  −∞

2. Hitunglah harga rata-rata energi potensial.

       V=     1
                  2   mω 2 x 2
                                       ∞                                       ∞
       Vave =                 mω       ∫ ψ n ( x) x ψ n ( x)dx =           hω ∫ ψ n ( z ) z 2ψ n ( z )dz
                      1            2             2                 1
                          2                                            2
                                       −∞                                      −∞

3. Hitunglah harga rata-rata energi kinetik
           h2 d 2
   K =−
          2m dx 2
                 ∞                                         ∞
             h2              ⎡ d2          ⎤                           ⎡ d2          ⎤
             2m −∫
   K ave = −       ψ n ( x ) ⎢ 2 ψ n ( x ) ⎥ dx = − 1 2 hω ∫ ψ n ( z ) ⎢ 2 ψ n ( z ) ⎥ dz
                  ∞          ⎣ dx          ⎦              −∞           ⎣ dz          ⎦



                                                                                                           50
Ungkapan lain dari osilator harmonik
    d 2ψ n ( z )
                 + (c − z 2 )ψn ( z) = 0
       dz 2
                                         ⎛ d2        ⎞
                                   2 E n ⎜ − 2 + z 2 ⎟ψ n ( z) = 2(n + 1 2 )ψ n ( z)
                             c=          ⎜ dz        ⎟
                                    hω   ⎝           ⎠
                                                                                            a + aψ n = nψ n
                                                                                            ˆ ˆ
Misalkan:
            1      d       1    d                                               d 2         a a + ψ n = ( n + 1)ψ n
                                                                                            ˆˆ
       a=
       ˆ       (z + ); a+ = (z − );
                       ˆ                          2a + a + 1 ≡ 2aa + − 1 = −
                                                   ˆ ˆ          ˆˆ                   + z2
             2     dz       2   dz                                              dz 2
Operator a + a mempunyai nilai eigen n dengan fungsi keadaan ψn; karena n menyatakan
         ˆ ˆ
jumlah fonon dalam keadaan ψn maka operator ini disebut operator okupasi.
Karena       1
             2   hω(2 aa + − 1)ψ n ( z ) = hω(n + 1 ) ψ n ( z )
                      ˆˆ                          2


maka             hω( aa + − 1 2 ) merupakan operator hamiltonian.
                     ˆˆ
Selanjutnya,
                                ⎛    d⎞                                       d
                 a+ψn =
                 ˆ         1
                                ⎜ z − ⎟ψn = n +1ψn+1 a ψn =
                                                     ˆ            1
                                                                       (z +      )ψn = n ψn−1
                            2
                                ⎝    dz ⎠                          2
                                                                              dz
Terlihat, operator a + mengubah ψn menjadi ψn+1; artinya menambah jumlah fonon.
                    ˆ
Dengan alasan itu operator ini disebut operator kreasi, sedangkan a disebut
                                                                  ˆ
operator anihilasi.
                                                                                                              51
3.8 Transisi dan Aturan Seleksi
Suatu medan listrik yang berosilasi, jika berinteraksi dengan elektron, akan menggeser
posisi elektron dari posisi stasionernya. Pergeseran itu akan menimbulkan suatu momen
dipol . Selanjutnya, dipol itu berinteraksi dengan medan menimbulkan Hamiltonian
Misakan medan listrik: E=Eo cos ωt dan dipol listrik elektron: μ=er
Interaksi dipol dan medan menimbulkan Hamiltonian:
                               r r      r r
                           ˆ = μ . E = eE . r cos ω t
                           HD            o

Interaksi itu memungkinkan elektron bertransisi (berpindah keadaan) dari keadaan awal ψi
ke keadaan akhir ψf. Probabilitas transisi diungkapkan sebagai berikut:
                                         r     r                  2
                     Pif ∝ e∫  ψ i* (r )[E o . r ]ψ f   (r ) dv
                                                                               2
                        ∝ e∫ψ i* (r )[E ox .x + E oy y + E oz z ]ψ f (r ) dv

                        ∝ ∑ E oα M ifα ) ; α = x, y, z
                                    (         2
                              2

                           α

 di mana M if = e    ∫ψ i* (r)xψ f (r) dv disebut komponen-x dari momen transisi.
              ( x)


 Transisi dari suatu keadaan ψi ke keadaan ψf disebut terlarang (forbidden) jika Mif=0;
 sebaliknya transisi diperbolehkan (allowed) jika Mif≠0.
                                                                                          52
Contoh:
  Dalam sistem dengan sumur potensial tak hingga, buktikan bahwa momen transisi
     elektron tidak sama dengan nol jika ⏐m±n⏐sama dengan suatu bilangan ganjil.

                           M mn) = e ∫ ψ m xψ n dx
                             (x          *


   Periksa m,n=2,4,6…., m − n = genap

                    ⎛ mπ ⎞ ⎛ nπ ⎞
                  a
             1
  M mn    = e ∫ sin ⎜   x ⎟ sin ⎜ x ⎟ x dx Misalkan πx/2a=θ
             a − a ⎝ 2a ⎠ ⎝ 2a ⎠
                π /2                          π /2                   π /2
          4a                             2a ⎡                                               ⎤
M mn   = e 2 ∫ sin (mθ )sin (nθ )θ dθ = e 2 ⎢ ∫ cos[(m − n)θ ] θ dθ − ∫ cos[(m + n)θ ] θ dθ ⎥
          π −π / 2                       π ⎣−π / 2                   −π / 2                 ⎦
   π/2                                          π/2   π/2
                             sin[(m ± n)θ ]                sin[(m ± n)θ ]
   ∫/ 2
  −π
      cos[(m ± n)θ ] θdθ = θ
                                 m±n        −π / 2
                                                   − ∫
                                                    −π / 2
                                                               m±n
                                                                          dθ

                           π/2
       cos[(m ± n)θ ]
  = 0+                      = 0 → M mn = 0
         ( m ± n) 2 − π / 2
   Periksa m,n=1,3,5…., m − n = genap
                       a
                 1      ⎛ mπ       ⎞     ⎛ nπ ⎞
       M mn   = e ∫ cos ⎜        x ⎟ cos ⎜ x ⎟ xdx
                 a − a ⎝ 2a        ⎠     ⎝ 2a ⎠
                                                                                                53
2a ⎡                                             ⎤
              π/2                              π/2                    π/2
           4a
 M mn   = e 2 ∫ cos (mθ ) cos (nθ )θdθ = e 2 ⎢ ∫ cos[(m − n)θ ] θdθ + ∫ cos[(m + n)θ ] θdθ ⎥
           π −π / 2                       π ⎣ −π / 2                 −π / 2                ⎦
 π/2                                              π/2    π/2
                              sin[( m ± n )θ ]                sin[( m ± n )θ ]
  ∫/ 2
 −π
     cos[( m ± n )θ ] θdθ = θ
                                  m±n          −π / 2
                                                      − ∫
                                                       −π / 2
                                                                  m±n
                                                                               dθ

                         π/2
      cos[( m ± n )θ ]
 = 0+                         =0         M mn = 0
        (m ± n)  2
                       −π / 2


 Periksa m=1,3,5…., n=2,4,6…. m − n = ganjil
              a
           1      ⎛ mπ       ⎞ ⎛ nπ       ⎞
 M mn   = e ∫ cos ⎜        x ⎟ sin ⎜    x ⎟ xdx
           a −a   ⎝ 2a       ⎠ ⎝ 2a       ⎠
                                          2a ⎡                                                 ⎤
             π/2                               π/2                      π/2
          4a
M mn   = e 2 ∫ cos (m θ ) sin (nθ )θdθ = e 2 ⎢ ∫ sin[( m + n )θ ] θdθ − ∫ sin[( m − n )θ ] θdθ ⎥
          π −π / 2                        π ⎣ −π / 2                   −π / 2                  ⎦
 π/2                                               π/2     π/2
                             cos[( m ± n)θ ]                cos[( m ± n)θ ]
 ∫/ 2
−π
    sin[( m ± n)θ ] θdθ = −θ
                                 m±n         −π / 2
                                                    + ∫
                                                     −π / 2
                                                                m±n
                                                                           dθ

                         π/2
     sin[( m ± n)θ ]        2
= 0+                    =
        (m ± n) 2 −π / 2 (m ± n) 2


                                                                                                   54
4a ⎡    1            1     ⎤
 M mn = e      2 ⎢
                             −         2 ⎥
                                           ≠ 0; m ± n = ganjil
              π ⎣ ( m + n) 2
                               ( m − n) ⎦
          ψ6
          ψ5
          ψ4
          ψ3
          ψ2
          ψ1
Transisi dari keadaan dasar ψ1 ke keadaan lebih tinggi



Contoh:
Periksalah momen transisi antara dua keadaan suatu osilator.

                             − 1 z2                 1
 ψ n ( z) = N n H n ( z) e     2
                                      ; Nn =
                                               2 n n!π 1/ 2
          ∞                                                   ∞
                                                      h
M mn = e ∫ ψ m ( x) xψ n ( x)dx
                                                     mω −∫
                                           M mn   =e       ψ m ( z ) zψ n ( z )dz
          −∞                                             ∞
                                                                                    55
n +1            n
zψn ( z) =       ψn+1 ( z) + ψn−1 ( z)
               2             2

           h ⎡ n +1                                                   ⎤
                    ∞                           ∞
                                             n
          me ω ⎣ 2 −∫                        2 −∫
M mn   =e      ⎢      ψ m ( z)ψ n+1 ( z)dz +      ψ m ( z)ψ n−1 ( z)dz⎥
                    ∞                           ∞                     ⎦
∞
                                                           (n + 1)h
∫ ψm ( z)ψn+1 (z)dz = 1 jika m = n + 1 → M n+1,n = e
−∞
                                                            2me ω
∞
                                                            nh
∫ ψm ( z)ψn−1 (z)dz = 1 jika m = n − 1 → M n−1,n = e
−∞
                                                           2me ω

Jelas, aturan seleksi adalah ⏐m-n⏐=1
                                              ∞
    Dari contoh di atas jelas bahwa            ∫ψ m ( x) xψ n ( x)dx   punya harga jika ⏐m-n⏐=1.
                                              −∞

         ⎛ 0 x01        0   ⎞
         ⎜                  ⎟
     ~ = ⎜x
     x         0        x12 ⎟
            10
         ⎜
         ⎜0                 ⎟
         ⎝     x 21     0 ⎟ ⎠
                                                                                              56
BAB 4
                    MOMENTUM SUDUT ELEKTRON TUNGGAL

4.1 Operator Momentum Sudut
Dalam mekanika klasik, momentum sudut suatu partikel merupakan perkalian vektor
                            r r r
posisi dan vektor momentum, L = r xp
Komponen-komponennya merupakan operator-operator dari partikel tersebut:

     Lx = ypz − zp y ;
     ˆ ˆ ˆ ˆˆ                Ly = zpx − xpz ;
                             ˆ ˆˆ ˆ ˆ              Lz = xp y − ypx
                                                   ˆ ˆˆ ˆ ˆ

               ∂   ∂             ∂   ∂             ∂   ∂
     Lx = −ih(y − z ); Ly = −ih(z − x ); Lz = −ih(x − y )
     ˆ                 ˆ                 ˆ
               ∂z ∂y             ∂x ∂z             ∂y ∂x
 Selain itu, momentum kuadrat adalah operator juga:                      z


     L2 = L2 + L2y + L2
     ˆ    ˆ
            x
               ˆ     ˆ
                       z


                                                                             θ   r
Dalam koordinat bola berlaku hubungan berikut:
      x = r sin θ cos ϕ , y = r sin θ sin ϕ , z = r cos θ                ϕ
                                                                     x               y
                                            z                    y
      r 2 = x 2 + y 2 + z 2 ; cos θ =                  ; tgφ =
                                        x2 + y2 + z2             x
                                                                                         57
∂           ∂
Lx = ih(sinϕ + ctgθ cosϕ )
ˆ
            ∂θ          ∂ϕ
               ∂           ∂                                Buktikan sendiri !!
Ly = −ih(cosϕ − ctgθ sinϕ )
ˆ
              ∂θ         ∂ϕ
          ∂
Lz = −ih
ˆ
         ∂ϕ
       ⎡ 1 ∂ ⎛          ∂ ⎞   1 ∂2 ⎤
L = −h ⎢
ˆ                ⎜ sinθ ⎟ + 2
 2        2
                                       ⎥
       ⎣ sinθ ∂θ ⎝     ∂θ ⎠ sin θ ∂ϕ 2 ⎦
Komutator-komutator:

[Lx , Ly ] = ihLz ; [Ly , Lz ] = ihLx ; [Lz , Lx ] = ihLy
 ˆ ˆ           ˆ     ˆ ˆ           ˆ     ˆ ˆ           ˆ

[L2 , Lj ] = 0, j = x, y, z.
 ˆ ˆ                                                        Buktikan sendiri !!

[ Lz , L± ] = ±hL±
  ˆ ˆ           ˆ              L± = Lx ± iLy
                               ˆ    ˆ     ˆ

[ L+ , L− ] = 2hLz
  ˆ ˆ           ˆ


                                                                                  58
4.2 Komponen-z
                                      ˆ
Harga eigen dan fungsi eigen operator L z dapat ditetapkan sebagai berikut. Misalkan Φ(ϕ)
adalah fungsi eigen bersangkutan dengan harga eigen Lz sehingga:
              Lz Φ = Lz Φ
              ˆ
                                            harga eigen
                                            operator
           ∂                  ∂Φ
 Lz = −ih
 ˆ                     − ih      = Lz Φ        Φ ∝ exp( iL z ϕ / h )
          ∂φ                  ∂ϕ

Karena       Φ (ϕ ) = Φ (ϕ + 2π ) maka
exp(iLz φ / h) = exp[iLz (φ + 2π) / h] = exp( z φ / h) exp(i2πLz / h)
                                            iL
              exp(i2πLz / h) = cos(2πLz / h) + i sin(2πLz / h) = 1
Jadi: 2π L = 0, ± 2π, ± 4π,.....
          z                           Lz = mlh; ml = 0, ±1, ± 2,.....
         h
                                       1
                                          exp(imlϕ ) 1/ 2π adalah faktor normalisasi
                                      Φ ml =
                                       2π
Lz sebagai komponen momentum sudut pada sumbu-z ternyata merupakan besaran yang
diskrit atau terkuantisasi. Dalam eksperimen, sumbu-z dinyatakan sebagai sumbu di mana
arah medan magnet statik ditetapkan. Oleh sebab itu ml disebut bilangan kuantum
magnetik.

                                                                                      59
4.3 Momentum Sudut Total
                                        ˆ
 Harga eigen dan fungsi eigen operator L 2 ditentukan sebagai berikut. Andaikan
 Y(θ,ϕ) adalah fungsi eigen dengan harga eigennya L2:

           L2Y (ϕ , θ ) = L2Y (ϕ , θ )
           ˆ

            ⎡ 1 ∂ ⎛             ∂ ⎞    1   ∂2 ⎤
         −h ⎢          ⎜ sin θ    ⎟+            Y = L2Y
             2
                                             2 ⎥
            ⎣ sin θ ∂θ ⎝       ∂θ ⎠ sin θ ∂ϕ ⎦
                                        2



                ∂ 2Y           ∂Y L2 sin2 θ     ∂ 2Y
           sin θ 2 + sinθ cosθ
                 2
                                  +         Y =− 2
                ∂θ             ∂θ    h 2
                                                ∂ϕ
 Untuk pemisahan variable misalkan Y (θ , ϕ ) = P(θ ) Φ(ϕ )

         1 ⎛ 2 ∂2 P              ∂P L2 sin2 θ ⎞     1 ∂ 2Φ
           ⎜ sin θ 2 + sinθ cosθ    +        P⎟ = −        = ml2
         P⎜⎝      ∂θ             ∂θ    h2     ⎟
                                              ⎠     Φ ∂ϕ 2
         ⎛ 2 ∂2 P                 ∂P L2 sin2 θ ⎞
         ⎜ sin θ      + sinθ cosθ    +        P ⎟ = ml P
                                                     2
         ⎜       ∂θ 2             ∂θ    h2      ⎟
         ⎝                                      ⎠
Persamaan ini identik dengan persamaan Legendre terasosiasi dengan:

             ∂2P          ∂P ⎛ L2    ml2 ⎞
                  + ctg θ   + ⎜ 2 − 2 ⎟P = 0               L2 = h 2 l ( l + 1); l ≥ m l
             ∂θ 2
                          ∂θ ⎜ h
                              ⎝    sin θ ⎟
                                         ⎠
                                                                                          60
m                         l+ ml
                (−1) l
Pl
     ml                     1 m ⎛ d ⎞
          ( w) = l (1 − w2 ) 2 l ⎜ ⎟                  (w −1) ;
                                                        2    l
                                                                  w = cosθ                           z
                 2 l!            ⎝ dw ⎠
                                                                                             Lz=ħ           mℓ=1
Poo ( θ ) = 1;
P1 o ( θ ) = − cos θ
                                                                                                         L=h 2
                                                                                              Lz=0               mℓ=0
P ( θ ) = − sin θ
 1
  1


P2o (θ ) = 1 (3 cos 2 θ − 1);
           2
                                                                                            Lz=-ħ           mℓ=-1
P21 (θ ) = 3 cos θ sin θ ; P22 (θ ) = 3 (1 − cos θ ) 2

ℓ adalah bilangan bulat positif 0, 1, 2, …..; bilangan ini disebut bilangan kuantum orbital.
Untuk suatu harga ℓ ada (2 ℓ +1) buah harga mℓ, yakni mℓ = -ℓ , -(ℓ -1),...,-1, 0, 1,..., (ℓ-1),
ℓ. Lz=mℓħ adalah hasil proyeksi L pada sumbu-z..

Akhirnya, diperoleh fungsi eigen bagi operator:                         ˆ
                                                                        L2
                                                                 1/ 2
                                     ⎡ 2 l + 1 ( l − m l )! ⎤                ml
     Y (θ , ϕ ) ≡ Y l m l (θ , ϕ ) = ⎢                      ⎥           Pl        (θ ) Φ m l (ϕ )
                                     ⎣    2 ( l + m l )! ⎦
 yang biasa disebut fungsi harmonik bola (spherical harmonics).
                                     π 2π
 Sifat ortogonalitas:                ∫
                                     0 0
                                         ∫ (Ylm l )*Yl ' m ' l sin θ dθ dϕ = δ ll 'δ m l m ' l
                                                                                                                        61
Tiga sifat penting dari fungsi ini adalah

     π 2π
1.   ∫
     0 0
         ∫ (Ylml ) *Yl 'm 'l sin θ dθ dφ          = δ ll ' δ ml m 'l

                         ⎡ l 2 − m2
                            1                 (l + 1) 2 − ml2         ⎤
2. cosθ Ylml =           ⎢        l
                                    Yl−1,ml +                 Yl+1,ml ⎥
                  2l + 1 ⎢ 2l − 1
                         ⎣                        2l + 3              ⎥
                                                                      ⎦
                        1 ⎡ (l m ml )(l m ml −1)
3. sinθ e±iϕ Ylml = m        ⎢                    Yl−1,ml ±1
                       2l +1 ⎢
                             ⎣         2l −1
                                          (l ± ml + 2)(l ± ml +1)           ⎤
                                      −                          Yl+1,ml ±1 ⎥
                                                   2l + 3                   ⎥
                                                                            ⎦
 Beberapa contoh fungsi harmonik bola adalah

                            1
            Y00 ( θ ) =           ;                              Y20 (θ ) =
                                                                                5
                                                                                   (3 cos2 θ − 1);
                            4π                                                 16π
                             3                                                     15
            Y10 (θ ) =         cos θ ;                            Y2±1 (θ ) = −       sin 2θ e ±iϕ
                            4π                                                    32π
                                 3                                               15
            Y1±1 (θ ) = −          sin θ e ± iϕ                  Y2±2 (θ ) =        sin 2 θ e ±2iϕ
                                8π                                              32π
                                                                                                     62
Dengan fungsi dan harga eigen seperti di atas, persamaan harga eigen adalah:

    L2Ylml = h 2 l(l + 1)Ylml ; l = 0,1, 2,....
    ˆ

    Lz Ylml = ml h Ylml ; ml = ±l, ± (l − 1),......
    ˆ

Persamaan-persamaan di atas menunjukkan kuantisasi momentum sudut.
Orbital-orbital elektron dibentuk dari fungsi-fungsi Yℓ mℓ dalam bentuk ril.
l = 0;    s ≡ Yoo                            l=2       d z 2 ≡ Y20

l = 1;   pz ≡ Y1o                                     d xz ≡ −
                                                                     1
                                                                             (Y21 + Y2−1 ) =
                                                                                                 15
                                                                                                    sinθ cosθ cosϕ
                                                                         2                       4π
              −1              3
         px ≡ (Y11 + Y1−1) =    sinθ cosϕ
                             4π                                  i                             15
              2                                       d yz ≡             (Y21 − Y2−1 ) =          sinθ cosθ sinϕ
              i               3                                      2                         4π
         py ≡ (Y11 − Y1−1) =    sinθ sinϕ
              2              4π                       d x2 − y 2 ≡
                                                                     1
                                                                             (Y22 + Y2−2 ) =
                                                                                                  15
                                                                                                     sin2 θ cos2 ϕ
                                                                         2                       16π
                                                               −i                               15
                                                      d xy≡          (Y22 − Y2−2 ) =               sin2 θ sin 2ϕ
                                                                 2                             16π


                                                                                                                   63
z                         z                       z                     z
                                                                                                            s untuk ℓ =0,
                             y                     y                       y                       y
                                                                                                            p untuk ℓ =1
     x                            x                        x                     x
             s                            px                       py                        pz
                                                                                                            d untuk ℓ =2
         z
                                      z                z                   z                       z


                     y                         y               y                     y                  y
 x                       x                     x                   x                     x
     dz2                         dxy               dyz                  dx2-y2                    dxy


Dalam pembentukan molekul dari beberapa atom, ikatan antar atom berlangsung
melalui orbital-orbital tersebut di atas.




                                                                                                                            64
4.4 Operator Tangga
                             ˆ
Sehubungan dengan operator L ± akan dikemukakan karakteristik operasinya terhadap
fungsi harmonik bola Yl,ml .

 [ L z , L± ] = ± hL±
   ˆ ˆ             ˆ

 L z L + Ylml = ( L + L z + h L + )Ylml = ( m l + 1) hL + Ylml
 ˆ ˆ              ˆ ˆ         ˆ                       ˆ

 L z L−Ylml +1 = ( L− L z − hL− )Ylml +1 = ml hL−Ylml +1
 ˆ ˆ               ˆ ˆ       ˆ                 ˆ

 ˆ
 L+ Ylml adalah fungsi eigen dari L z dengan harga eigen (mℓ+1)ħ. Demikian pula
                                  ˆ
 ˆ
 L−Yl ,ml +1 adalah fungsi eigen dengan harga eigen mℓħ.

Andaikan      L+Ylml = C Ylml +1 dan L−Ylml +1 = CYlml
              ˆ                      ˆ

            L− L+Ylml = CL−Ylml +1 = C 2Ylml
            ˆ ˆ          ˆ

Tapi   L− L+Ylml = (L2 − L2 − hLz )Ylml = [h2l(l +1) − ml (ml +1)h2 ]Ylml
       ˆ ˆ          ˆ ˆ
                          z
                               ˆ


                                                                                  65
C = h l (l + 1) − ml ( ml + 1)   L+Ylml = h l(l +1) − ml (ml +1) Ylml +1
                                    ˆ

Dengan cara yang sama diperoleh     L−Ylml = h l(l + 1) − ml (ml −1) Ylml −1
                                    ˆ

Kedua persamaan di atas bukan persamaan harga eigen, karena operator-operator itu
menggeser bilangan kuantum mℓ.

          ˆ
Operator L+ menambah bilangan kuantum mℓ menjadi mℓ+1, sedangkan L −ˆ
menguranginya dari m menjadi mℓ-1. Oleh sebab itu, kedua operator itu disebut
sebagai operator tangga (step operator).




                                                                                    66
Tentukanlah matriks L+ untuk l=1


       (L )
        ~
         + m'l , ml   = ∫ Yl*,m'l L+Yl,ml sinθ dθ dϕ = h l(l + 1) − ml (ml + 1)δ m'l ,ml +1
                                  ˆ


        l = 1 → ml , m' l = −1, 0, 1
         m' l = −1 → ml = −2(tidak ada)


         m' l = 0 → ml = −1 → L(+ )
                                1
                                     ( )     0, −1
                                                     =h 2
         m' l = 1 → ml = 0         → (L )(1)
                                         + 1, 0   =h 2


                       -1     0     1
               -1 ⎛ 0
                    0 0⎞
       ~(1)   ⎜        ⎟
       L+ = 0 ⎜ h 2 0 0⎟
              ⎜        ⎟
            1⎝⎜ 0 h 2 0⎟
                       ⎠



                                                                                              67
BAB 5
              ATOM HIDROGEN DAN SEJENISNYA
                                                                      -e
5.1 Atom Hidrogen dan Sejenisnya
                                                                  r
Hamiltonian (operator energi) elektron adalah
                                                            +Ze
     ˆ = − h ∇ 2 − Ze
            2         2
     H
          2m e    4πε o r
Misalkan ψ(r,θ,ϕ) adalah fungsi gelombangnya, maka persamaan Schrödinger
untuk elektron adalah:
         2me ⎛    Ze2 ⎞
    ∇ ψ + 2 ⎜E +
      2
             ⎜          ⎟ψ = 0
          h ⎝    4πεo r ⎟
                        ⎠
 Karena potensial ini bersifat sentral maka perlu dilakukan transformasi ke
 koordinat bola, yakni

       ⎛ ∂2 2 ∂    1 ∂2    ctg θ ∂     1   ∂2 ⎞
    ∇ ≡⎜ 2 +
       2
       ⎜ ∂r      + 2      + 2      + 2         ⎟
                                             2 ⎟
       ⎝     r ∂r r ∂θ  2
                            r ∂θ r sin θ ∂ϕ ⎠
                                         2




                                                                              68
ˆ2 = − h 2 ⎛ ∂ + ctg θ ∂ + 1       ∂2    ⎞
                          2
Tetapi,    L          ⎜                             ⎟
                      ⎜ ∂θ 2      ∂θ sin 2 θ ∂ϕ 2   ⎟
                      ⎝                             ⎠
sehingga
            ∂ 2ψ 2 ∂ ψ   2m        ⎛      Ze 2      ˆ
                                                   L2      ⎞
                 +      + 2e       ⎜                       ⎟ψ = 0
            ∂r 2   r ∂r   h        ⎜ E + 4πε r − 2 m r 2   ⎟
                                   ⎝         o       e     ⎠

Misalkan ψ(r,ϕ,θ)= R(r)Y(ϕ,θ) dimana Y (ϕ , θ ) = Ylm

           ∂ 2 R 2 ∂R 2 m e       ⎛     Ze 2     h 2 l ( l + 1) ⎞
                 +      + 2       ⎜E +         −                ⎟R = 0
           ∂r  2
                   r ∂r   h       ⎜    4πε o r     2m e r   2   ⎟
                                  ⎝                             ⎠
                                                                         h 2 l (l + 1)
                        Ze 2
                                 h l ( l + 1)
                                   2
           V eff = −           +                                           2me r 2
                       4πε o r    2m e r 2
                                                                                             r
Merupakan potensial efektif yang dimiliki elektron, yakni
penjumlahan potensial Coulomb dan kinetik rotasi. Jelas
                                                                                    Ze 2
terlihat, bahwa elektron mengalami sejenis sumur potensial                       −
dengan dinding. Jadi, elektron itu terikat dalam medan inti                        4πε o r
sehingga energinya diskrit.

                                                                                             69
2Z            Z 2e 2           4πε o h 2
Misalkan   ρ=      r; n =
                       2
                                      ; ao =           = 0,53 A o
              na o        8πε o a o E         me e 2




maka       d 2 R 2 dR ⎛ n 1 l(l +1) ⎞
                +    +⎜ − −         ⎟R = 0
           dρ2 ρ dρ ⎜ ρ 4 ρ2 ⎟
                      ⎝             ⎠
Misalkan solusinya,   R( ρ ) = ρ s L ( ρ ) e− ρ / 2

            d 2L             dL
           ρ 2 +[2(s +1) − ρ] +[(n − s −1) + s(s +1) − l(l +1)]L = 0
            dρ               dρ

Agar memberikan solusi yang baik dipilih s(s+1)-l (l +1)=0 atau s= l , sehingga

                  d 2L               dL
                 ρ 2 + [2(l + 1) − ρ] + (n − l −1)L = 0
                  dρ                 dρ

  Persamaan ini dikenal sebagai persamaan diferensial Laguerre terasosiasi, yang
  solusinya merupakan polinom-polinom:



                                                                                   70
dq
    L p (ρ ) = (−1) q q L p (ρ ); p = n + l, q = 2l +1 Laguerre terasosiasi
      q

                     dρ
              ρ   dp
    L p (ρ ) = e      (ρ p e−ρ ); Laguerre
                 dρ p



dimana n dan adalah bilangan-bilangan bulat positif yang harus memenuhi
syarat:

                    n ≥ (l +1); n = 1, 2, 3,.....

Syarat ini menunjukkan bahwa untuk suatu harga n ada n buah harga l .

                                                                              71
n = 1, l = 0 ;      L 11 ( ρ ) = 1,
                   n = 2, l = 0;         L 2 ( ρ ) = 2 ( 2 − ρ ),
                                           1


                   n = 2 , l = 1;       L 3 ( ρ ) = 18 ,
                                          3


                   n = 3, l = 0;        L3 ( ρ ) = 3(6 − 6 ρ + ρ 2 )
                                         1


                   n = 3 , l = 1;       L 4 ( ρ ) = 24 ( 4 − ρ ),
                                          3


                   n = 3, l = 2;        L 5 ( ρ ) = 120 .
                                          5




Syarat ortogonalitas:
        ∞
                                                                     ( p + q )!
        ∫ ρ q +1 e − ρ L qp ( ρ ) L qp ' ( ρ ) d ρ = (2 p + q + 1)              δ p'p
         0
                                                                         p!
         p = n + l, q = 2l + 1




                                                                                        72
∞
                                                                     2 n[( n + l )! ] 3
      ∫ρ
                       −ρ
            2l+2
                   e        L   2 l +1
                                n+l      (ρ )L   2 l +1
                                                 n '+ l   ( ρ ) dρ =                    δ nn '
      0
                                                                      ( n − l − 1)!



   R nl ( ρ ) = N nl ρ l e − ρ / 2 L 2 l +1 ( ρ )
                                     n+l



Sifat ortonormal dari R:

  ∞

  ∫
  0
    R nl ( ρ )R n 'l ( ρ ) ρ 2 dρ = δ nn '

                ∞
  N nl N n 'l ∫ ρ 2 l e − ρ L 2 l +1 ( ρ )L 2 l+ l ( ρ ) ρ 2 dρ = δ nn '
                              n+l           n'
                                               +1

                0


            2n[(n + l)!]3               (n − l − 1)!
          N2
           nl             = 1 → N nl =
             (n − l − 1)!              2n[(n + l)!]3
                                                                                                 73
Akhirnya diperoleh:
                                                                                          ( n − l − 1)!
      R nl ( ρ ) = N nl ρ l e − ρ / 2 Ln ++1 ( ρ )
                                       2l
                                          l                                  N nl =
                                                                                         2n[( n + l )!]3
      atau dengan ρ=(2Z/nao)r .

                                     l         Zr                                                 3/ 2
                    ⎛ 2Z ⎞ l              −                                          ⎛ 2Z ⎞                   (n − l −1)!
    Rnl (r ) = N nl ⎜                                                                ⎜ na ⎟
                                                                               Nnl = ⎜
                    ⎜ na ⎟ r e                                      (ρ )
                                              nao          2 l +1
                         ⎟                          L      n+l                            ⎟
                    ⎝ o⎠                                                             ⎝ o⎠                    2n[(n + l)!]3
;


                                                                                                 3/ 2
                                                                                   1 ⎛Z      ⎞
                       3/ 2
                 ⎛ Z ⎞ −Z / ao
      R10 (r) = 2⎜ ⎟ e                                                R30 ( r ) =     ⎜      ⎟          (6 − 6 ρ + ρ )e   2    −ρ / 2
                                                                                                                                        ,
                                                                                  9 3 ⎜ ao   ⎟
                 ⎜a ⎟          ,
                 ⎝ o⎠                                                                 ⎝      ⎠
                                                                                                 3/ 2
                                                                                   1 ⎛Z      ⎞
                                                                                                        (4 − ρ )ρe − ρ / 2 ,
                              3/ 2
                 1 ⎛Z⎞                                                R31 ( r ) =     ⎜      ⎟
       R20(r) =     ⎜ ⎟              (2− ρ)e  −ρ / 2
                                                       ,                          9 6 ⎜ ao   ⎟
                2 2 ⎜ ao ⎟
                    ⎝ ⎠
                                                                                      ⎝      ⎠
                                                                                                     3/ 2
                              3/ 2                                                    1 ⎛Z       ⎞
                 1 ⎛Z⎞                                                R32 ( r ) =        ⎜       ⎟          ρ 2e −ρ / 2
       R21(r) =     ⎜ ⎟ ρ e−ρ / 2 ,                                                 9 30 ⎜ ao
                                                                                         ⎝
                                                                                                 ⎟
                                                                                                 ⎠
                2 6 ⎜ ao ⎟
                    ⎝ ⎠
                                                                                                                                            74
Energi keadaan:

                             Z 2e 2         Z2
                    En = −               = − 2 (13 ,6 eV )
                           8πε o a o n 2
                                            n

Untuk atom hidrogen di mana Z=1, rumusan ini sama dengan postulat Bohr.
Bilangan n disebut bilangan kuantum utama. Untuk suatu harga n ada n buah
harga ℓ, yakni ℓ=n-1, n-2,….,0.



L2 = h2 l(l +1) = h2 (n −1)n        Untuk n>>:   L = nh
                               Ini sesuai dengan Bohr; jadi postulat Bohr
                               berlaku hanya untuk n>>




                                                                            75
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum
Fisika kuantum

More Related Content

What's hot

Fisika Zat Padat "Model Einstein"
Fisika Zat Padat "Model Einstein"Fisika Zat Padat "Model Einstein"
Fisika Zat Padat "Model Einstein"
Hendra Trisurya
 
Model inti atom (asti dewi n.)
Model inti atom (asti dewi n.)Model inti atom (asti dewi n.)
Model inti atom (asti dewi n.)kemenag
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika Inti
FKIP UHO
 
MODUL FISIKA KUANTUM
MODUL FISIKA KUANTUMMODUL FISIKA KUANTUM
MODUL FISIKA KUANTUM
Nurin Nurhasanah
 
Potensial Termodinamika
 Potensial Termodinamika Potensial Termodinamika
Potensial Termodinamika
Mutiara Cess
 
Makalah osilator harmonik
Makalah osilator harmonikMakalah osilator harmonik
Makalah osilator harmonik
bestricabebest
 
Osilasi teredam
Osilasi teredamOsilasi teredam
Osilasi teredam
Aris Widodo
 
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi &amp; andi)
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi &amp; andi)Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi &amp; andi)
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi &amp; andi)
SMP IT Putra Mataram
 
Laporan Eksperimen Efek Fotolistrik
Laporan Eksperimen Efek FotolistrikLaporan Eksperimen Efek Fotolistrik
Laporan Eksperimen Efek Fotolistrik
Nurfaizatul Jannah
 
Fisika Kuantum part 2
Fisika Kuantum part 2Fisika Kuantum part 2
Fisika Kuantum part 2
radar radius
 
081211332010 eksperimen franck hertz
081211332010 eksperimen franck hertz081211332010 eksperimen franck hertz
081211332010 eksperimen franck hertzFakhrun Nisa
 
Bandul Fisis (M5)
Bandul Fisis (M5)Bandul Fisis (M5)
Bandul Fisis (M5)
GGM Spektafest
 
Efek hall ugm2014
Efek hall ugm2014Efek hall ugm2014
Efek hall ugm2014
Erva Eriezt
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika Inti
fahmimn21
 
Bab iii(fix)
Bab iii(fix)Bab iii(fix)
Bab iii(fix)
tedykorupselalu
 
Ikatan Kristal - Fisika Zat Padat
Ikatan Kristal - Fisika Zat PadatIkatan Kristal - Fisika Zat Padat
Ikatan Kristal - Fisika Zat Padat
Ahmad Faisal Harish
 
PERCOBAAN GEIGER MULLER
PERCOBAAN GEIGER MULLERPERCOBAAN GEIGER MULLER
PERCOBAAN GEIGER MULLER
Millathina Puji Utami
 

What's hot (20)

Fisika Zat Padat "Model Einstein"
Fisika Zat Padat "Model Einstein"Fisika Zat Padat "Model Einstein"
Fisika Zat Padat "Model Einstein"
 
Model inti atom (asti dewi n.)
Model inti atom (asti dewi n.)Model inti atom (asti dewi n.)
Model inti atom (asti dewi n.)
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika Inti
 
MODUL FISIKA KUANTUM
MODUL FISIKA KUANTUMMODUL FISIKA KUANTUM
MODUL FISIKA KUANTUM
 
Potensial Termodinamika
 Potensial Termodinamika Potensial Termodinamika
Potensial Termodinamika
 
Makalah osilator harmonik
Makalah osilator harmonikMakalah osilator harmonik
Makalah osilator harmonik
 
Osilasi teredam
Osilasi teredamOsilasi teredam
Osilasi teredam
 
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi &amp; andi)
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi &amp; andi)Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi &amp; andi)
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi &amp; andi)
 
Laporan Eksperimen Efek Fotolistrik
Laporan Eksperimen Efek FotolistrikLaporan Eksperimen Efek Fotolistrik
Laporan Eksperimen Efek Fotolistrik
 
Fisika Kuantum part 2
Fisika Kuantum part 2Fisika Kuantum part 2
Fisika Kuantum part 2
 
081211332010 eksperimen franck hertz
081211332010 eksperimen franck hertz081211332010 eksperimen franck hertz
081211332010 eksperimen franck hertz
 
Bandul Fisis (M5)
Bandul Fisis (M5)Bandul Fisis (M5)
Bandul Fisis (M5)
 
Efek hall ugm2014
Efek hall ugm2014Efek hall ugm2014
Efek hall ugm2014
 
Efek zeeman
Efek zeemanEfek zeeman
Efek zeeman
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika Inti
 
Teori Pita Energi
Teori Pita EnergiTeori Pita Energi
Teori Pita Energi
 
Bab iii(fix)
Bab iii(fix)Bab iii(fix)
Bab iii(fix)
 
Ikatan Kristal - Fisika Zat Padat
Ikatan Kristal - Fisika Zat PadatIkatan Kristal - Fisika Zat Padat
Ikatan Kristal - Fisika Zat Padat
 
Peluruhan alfa
Peluruhan alfaPeluruhan alfa
Peluruhan alfa
 
PERCOBAAN GEIGER MULLER
PERCOBAAN GEIGER MULLERPERCOBAAN GEIGER MULLER
PERCOBAAN GEIGER MULLER
 

Similar to Fisika kuantum

Fisika kuantum
Fisika kuantumFisika kuantum
Fisika kuantumkeynahkhun
 
Fisika kuantum edit
Fisika kuantum editFisika kuantum edit
Fisika kuantum edit
Fauzan Amir
 
Fisika kuantum
Fisika kuantumFisika kuantum
Fisika kuantum
YuniartiUlfa1
 
Bahan ajar fisika radiasi benda hitam
Bahan ajar fisika radiasi benda hitamBahan ajar fisika radiasi benda hitam
Bahan ajar fisika radiasi benda hitam
eli priyatna laidan
 
Radiasi benda hitam
Radiasi benda hitamRadiasi benda hitam
Radiasi benda hitamVJ Asenk
 
Struktur Atom Presentation
Struktur Atom PresentationStruktur Atom Presentation
Struktur Atom Presentation
hafizona
 
Struktur atom dan sistem periodik
Struktur atom dan sistem periodikStruktur atom dan sistem periodik
Struktur atom dan sistem periodik
ujangsupiandi
 
Makalah fisika rbh
Makalah fisika rbhMakalah fisika rbh
Makalah fisika rbhSalsa Fariza
 
Benda hitam astronomi
Benda hitam astronomiBenda hitam astronomi
Benda hitam astronomi
Ajeng Rizki Rahmawati
 
Ringkasan fisika 3 sma smt 2 (fix)
Ringkasan fisika 3 sma smt 2 (fix)Ringkasan fisika 3 sma smt 2 (fix)
Ringkasan fisika 3 sma smt 2 (fix)
Saifurrahman Santoso
 
Efek Fotolistrik
Efek FotolistrikEfek Fotolistrik
Efek Fotolistrik
farahdibacm
 
Stuktur atom
Stuktur atomStuktur atom
Stuktur atomahmaddzul
 
S T R U K T U R A T O M
S T R U K T U R  A T O MS T R U K T U R  A T O M
S T R U K T U R A T O MIwan Setiawan
 
Sifat partikel dan gelombang
Sifat partikel dan gelombangSifat partikel dan gelombang
Sifat partikel dan gelombang
SMA Negeri 9 KERINCI
 
fisika
 fisika fisika
fisika
Meisin Rahman
 
fisika
 fisika fisika
fisika
Meisin Rahman
 
Fisika kuantum part 1
Fisika kuantum part 1 Fisika kuantum part 1
Fisika kuantum part 1
radar radius
 

Similar to Fisika kuantum (20)

Fisika kuantum
Fisika kuantumFisika kuantum
Fisika kuantum
 
Fisika kuantum edit
Fisika kuantum editFisika kuantum edit
Fisika kuantum edit
 
Fisika kuantum
Fisika kuantumFisika kuantum
Fisika kuantum
 
Ppt
PptPpt
Ppt
 
Bahan ajar fisika radiasi benda hitam
Bahan ajar fisika radiasi benda hitamBahan ajar fisika radiasi benda hitam
Bahan ajar fisika radiasi benda hitam
 
Radiasi benda hitam
Radiasi benda hitamRadiasi benda hitam
Radiasi benda hitam
 
Struktur Atom Presentation
Struktur Atom PresentationStruktur Atom Presentation
Struktur Atom Presentation
 
Struktur atom dan sistem periodik
Struktur atom dan sistem periodikStruktur atom dan sistem periodik
Struktur atom dan sistem periodik
 
Makalah fisika rbh
Makalah fisika rbhMakalah fisika rbh
Makalah fisika rbh
 
Benda hitam astronomi
Benda hitam astronomiBenda hitam astronomi
Benda hitam astronomi
 
Ringkasan fisika 3 sma smt 2 (fix)
Ringkasan fisika 3 sma smt 2 (fix)Ringkasan fisika 3 sma smt 2 (fix)
Ringkasan fisika 3 sma smt 2 (fix)
 
Radiasi benda hitam xii ipa 2
Radiasi benda hitam xii ipa 2Radiasi benda hitam xii ipa 2
Radiasi benda hitam xii ipa 2
 
Efek Fotolistrik
Efek FotolistrikEfek Fotolistrik
Efek Fotolistrik
 
Fisika atom sma kelas 12
Fisika atom sma kelas 12Fisika atom sma kelas 12
Fisika atom sma kelas 12
 
Stuktur atom
Stuktur atomStuktur atom
Stuktur atom
 
S T R U K T U R A T O M
S T R U K T U R  A T O MS T R U K T U R  A T O M
S T R U K T U R A T O M
 
Sifat partikel dan gelombang
Sifat partikel dan gelombangSifat partikel dan gelombang
Sifat partikel dan gelombang
 
fisika
 fisika fisika
fisika
 
fisika
 fisika fisika
fisika
 
Fisika kuantum part 1
Fisika kuantum part 1 Fisika kuantum part 1
Fisika kuantum part 1
 

Recently uploaded

Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
suprihatin1885
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
TarkaTarka
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
WILDANREYkun
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
SABDA
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
johan199969
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 

Recently uploaded (20)

Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 

Fisika kuantum

  • 1. FISIKA KUANTUM 4 SKS 1
  • 2. BAB 1 PENDAHULUAN Mekanika klasik (Newton, Lagrange, Hamilton dll) sukses menjelaskan gerak dinamis benda-benda makroskopis. Cahaya sebagai gelombang (Fresnel, Maxwell, Hertz) sangat berhasil menjelaskan sifat-sifat cahaya. Pada akhir abad 19, teori-teori klasik di atas tidak mampu memberikan penjelasan yang memuaskan bagi sejumlah fenomena “berskala-kecil” seperti sifat radiasi dan interaksi radiasi-materi. Akibatnya, dasar-dasar fisika yang ada secara radikal diteliti-ulang lagi, dan dalam perempat pertama abad 20 muncul berbagai pengembangan teori seperti relativitas dan mekanika kuantum. 2
  • 3. 1.1 Radiasi Benda-hitam Benda-hitam: penyerap semua radiasi elektromagnet yang mengenainya, atau pengemisi E(λ) semua radiasi elektromagnet yang dimiliknya. T1>T2 Berdasarkan termodinamika, distribusi panjang gelombang spektrumnya hanya bergantung pada T1 temperatur tidak pada jenis bahan benda-hitam. Stefan (1879): total energi yang dipancarkan T2 adalah: Eksp λ E = (4σ / c)T 4 Raleigh-Jean Wien σ adalah konstanta dan c=3x108 m/s adalah kecepatan cahaya dalam ruang hampa. Wien (1893): panjang gelombang di mana rapat energi radiasi maksimum berbanding lurus dengan 1/T. λmaxT=konstan; disebut hukum pergeseran Wien 3
  • 4. Menurut teori medan listrik-magnet, gelombang elektromagnet diemisikan oleh osilator muatan-muatan listrik. Bilamana osilator-osilator dalam kesetimbangan dengan radiasi dalam benda-hitam, maka rapat energi radiasi per satuan volum adalah: 8πν 2 E(ν ) = 3 u(ν ) u(ν)= energi rata-rata osilator dengan frekuensi ν. c Hukum energi ekipartisi: energi rata-rata itu adalah u(ν)=kBT di mana kB=1,3806 x 10-23 J/K adalah konstanta Boltzmann. Dengan c=λ ν, 8π E(λ ) = kBT λ4 Inilah rumusan Raleigh-Jeans, yang ternyata hanya berlaku pada panjang gelombang yang besar. 4
  • 5. Max Planck (1900): Suatu benda-hitam adalah kumpulan osilator dalam kesetimbangan dengan medan radiasi. Suatu osilator dengan frekuensi ν hanya bisa memiliki energi: ε n = nhν ; n = 0,1, 2, ..... h=6,624 x 10-34 Js disebut konstanta Planck, dan hν disebut kuantum energi. Energi rata-rata per osilator dengan frekuensi ν adalah: ∑ ε exp( − ε / k T ) n n B hν u (ν ) = n=0 u (ν ) = ∑ exp( − ε / k T ) n=0 n B exp( h ν / k B T ) − 1 Akhirnya diperoleh: 8πν 2 hν Inilah rumusan Planck yang sesuai kurva E(ν ) = 3 hυ / kBT radiasi benda hitam secara lengkap. c e −1 5
  • 6. Untuk panjang gelombang yang besar berlaku pendekatan exp(hυ/kBT)=exp[hc/(λ kBT)] ≈1+ hυ /kBT 8πν 2 hν 8πν 2 persamaan dari Raleigh-Jeans. E (ν ) = 3 hυ / k BT = 3 kBT c e −1 c Persamaan dapat diungkapkan dalam λ sebagai berikut: 8πhc 1 E (λ ) = λ5 ehc / λk T − 1 B Misalkan x=hc/λkBT, maka 8πk BT 5 x 5 5 E(λ ) = 4 4 x c h e −1 Untuk memperoleh E(λ) maksimum, harus dipenuhi dE/dx=0; jadi, e−x + 1 5 x −1 = 0 x=4,9651 λT=hc/(4,9651 kB)=2,8978x10-3 mK. hukum pergeseran Wien 6
  • 7. 1.2 Efek Foto Listrik hv K logam Dalam pengamatan ternyata: (i) untuk suatu jenis logam ada frekuensi cahaya minimal yang dapat melepaskan elektron, dan (ii) semakin tingi intensitas cahaya yang mengenai permukaan logam, semakin banyak elektron yang dilepaskan. 7
  • 8. 1.3 Dualisme Gelombang-Partikel Hasil-hasil eksperimen interferensi dan difraksi membuktikan bahwa teori tentang cahaya sebagai gelombang telah mantap pada penghujung abad 19, terlebih lagi karena keberhasilan teori elektromagnetik Maxwell. Einstein (1905) menolak teori tersebut berdasarkan fenomena efek foto-listrik dimana permukaan logam melepaskan elektron jika disinari dengan cahaya berfrekuensi ν ≥W /h W adalah fungsi kerja logam (=energi ikat elektron dipermukaan logam). Menurut Einstein, dalam fenomena tersebut cahaya harus dipandang sebagai kuanta yang disebut foton, yakni partikel cahaya dengan energi kuantum E=hν. Dalam teori relativitas khususnya (1905), hubungan energi dan momentum suatu partikel diungkapkan sebagai berikut: 2 ⎛E⎞ p adalah momentum partikel, dan mo adalah massa ⎜ ⎟ = p + mo c 2 2 2 ⎝c⎠ diam partikel bersangkutan Untuk foton, karena tidak mempunyai massa diam, sedangkan energinya E=hυ, maka momentum foton adalah E h p= = . Adanya momentum inilah yang mencirikan sifat partikel dari cahaya. c λ 8
  • 9. Arthur H. Compton (1924) Mengamati perubahan panjang gelombang sinar-X setelah dihamburkan oleh elektron bebas. sinar-X terhambur sinar-X datang λ’ θ λ φ elektron terhambur Jika λ dan λ’ adalah panjang gelombang sinar-X sebelum dan setelah terhambur, dan me adalah massa diam elektron, maka diperoleh hubungan: h Dapat dibuktikan dengan hukum kekekalan λ' − λ = (1 − cos θ ) momentum dan energi mec h/mec=0,00243 nm, disebut panjang gelombang Compton. λ’>λ energi foton terhambur (E’) lebih kecil daripada energi foton datang (E). 9
  • 10. Louis de Broglie : Mengemukakan bahwa tidak hanya cahaya yang memiliki sifat “mendua”, tetapi juga partikel. Suatu partikel dapat juga memiliki sifat gelombang. Menurut de Broglie suatu partikel yang memiliki momentum p jika dipandang sebagai gelombang, mempunyai panjang gelombang: h λ = . Panjang gelombang ini disebut panjang gelombang de Broglie. p Clinton Davisson dan Lester Germer (1927): Memperlihatkan efek difraksi dari berkas elektron ketika melalui celah sempit sebagaimana cahaya. berkas elektron θ Andaikan a adalah lebar celah dan posisi sudut untuk ‘gelap’ pertama adalah θ, maka berlaku a sinθ= λ 10
  • 11. Momentum p=mv dan energi E=p2/2m=½mv2 Kecepatan fasa: vf=λυ=(h/p)(E/h)=E/p=p/2m=½v. Aneh tapi tidak penting karena tak punya arti fisis. Yang penting adalah kecepatan grup, yakni vg=dω/dk, di mana ω=2πυ dan k=2π/λ. Dengan E=p2/2m, vg =dω/dk=dE/dp=p/m=v. x Δx Kecepatan grup dari gelombang partikel sama dengan kecepatan partikel itu sendiri. 11
  • 12. 1.2 Spektroskopi Atom Hidrogen Johann Balmer (1885): Eksperimen menunjukkan bahwa panjang gelombang-panjang gelombang semua garis spektrum atom hidrogen bisa diungkapkan dengan rumus empiris: 1 ⎛1 1⎞ = R⎜ 2 − 2 ⎟ dengan R =1.097x107 m-1 disebut konstanta Rydberg. λn ⎝2 n ⎠ Balmer dan Ritz: mengemukakan rumus yang lebih umum, 1 ⎛ 1 1⎞ = R⎜ 2 − 2 ⎟; n > m λn ⎝m n ⎠ Dengan rumusan empiris ini, Lyman menemukan deret ultraviolet untuk m=1, n=2, 3, 4, … dan Paschen menemukan deret inframerah untuk m=3, n=4, 5, 6, … Bagaimana sebenarnya struktur atom? Ernest Rutherford (1911): Berdasarkan percobaan hamburan partikel-α, menyarankan struktur atom terdiri dari inti bermuatan positif dan elektron-elektron yang mengitarinya. Sayangnya, teori fisika pada masa itu tak mampu menjelaskan hasil penemuan Rutherford dalam kaitannya dengan rumusan Balmer-Ritz di atas. 12
  • 13. BAB 2 DASAR-DASAR FISIKA KUANTUM 2.1 Persamaan Gelombang Tinjaulah getaran sebuah kawat halus yang diregang sepanjang sumbu-x dengan kedua ujungnya dibuat tetap. Misalkan simpangan pada sembarang posisi dan waktu adalah ψ(x,t). Dalam teori gelombang simpangan itu memenuhi persamaan gelombang seperti: ∂ 2ψ ( x , t ) 1 ∂ 2ψ ( x , t ) = 2 v adalah kecepatan fasa ∂x 2 v ∂t2 Misalkan ψ ( x , t ) = ψ ( x ) φ (t ) v 2 d 2ψ ( x ) 1 d 2 φ (t ) = =−ω2 ψ ( x) dx 2 φ (t ) dt 2 d 2 φ (t ) φ ( t ) = A sin (ω t + δ ) + ω 2φ (t ) = 0 dt 2 d 2ψ (x) ω 2 ⎛ 2π ⎞ ⎛ 2π ⎞ + 2 ψ (x) = 0 ψ ( x) = C sin ⎜ x ⎟ + D cos⎜ x⎟ dx 2 v ⎝ λ ⎠ ⎝ λ ⎠ 13
  • 14. ω=2πυ, υ adalah frekuensi dan δ adalah konstanta; karena v adalah kecepatan merambat maka panjang gelombang λ=v/υ. Untuk konstanta C dan D diperlukan syarat batas, misalnya untuk fungsi di atas, pada x=0, dan x=L dengan L adalah panjang kawat. Andaikan, untuk x=0, ψ(0)=0 maka D=0, ⎛ 2π ⎞ ψ ( x) = C sin ⎜ x⎟ ⎝ λ ⎠ Selanjutnya jika di x=L, ψ (L)=C sin(2πL/λ)=0 maka sin(2πL/λ)=0, sehingga: 2L = n; n = 1, 2, ..... n disebut nomor modus normal. λ ⎛ nπ ⎞ maka: ψn ( x) = C sin⎜ x ⎟ ⎝L ⎠ ⎛ nπ ⎞ Akhirnya: ψn ( x, t ) = B sin⎜ x ⎟ sin (ωt + δ) ⎝L ⎠ 14
  • 15. 2.2 Persamaan Schrödinger Tinjaulah sebuah partikel yang memiliki massa m, bergerak dengan momentum p di dalam suatu medan konservatif. Menurut mekanika klasik, energi total partikel adalah jumlah energi kinetik dan potensial: p2 E = +V p = 2 m( E − V ) 2m Sebagai gelombang, kecepatan fasa gelombang partikel itu E E v= = p 2m ( E − V ) Misalkan ψ(x,t) adalah fungsi gelombang partikel, maka persamaan gelombang: ∂ 2ψ ( x , t ) 2 m ( E − V ) ∂ 2ψ ( x , t ) = ∂x 2 E2 ∂t2 Suatu fungsi gelombang partikel dengan energi tetap berkaitan dengan frekuensi tetap. Untuk itu ψ(x,t) memenuhi − iω t ψ ( x, t ) = ψ ( x ) e 15
  • 16. Mengingat E = hω dan h = h / 2π ∂2ψ( x, t ) 2m(E −V ) =− ψ( x, t ) ∂x2 h2 Akhirnya diperoleh persamaan: ∂ 2ψ ( x) 2m + ( E − V )ψ ( x) = 0 Persamaan Schrodinger 1-dimensi ∂x 2 h Untuk tiga dimensi persamaan Schrödinger ini adalah: 2m ∇2ψ ( x, y, z) + ( E − V )ψ ( x, y, z) = 0 h2 Bagian waktu exp(-iωt) telah dihilangkan sementara karena tak mempunyai pengaruh, dan selanjutnya persamaan itu disebut persamaan Schrödinger yang tak bergantung waktu bagi sebuah partikel dalam satu dimensi. V adalah energi potensial yang bentuknya harus diketahui sebelumnya, sedangkan fungsi gelombang ψ(x) dan energi E dari partikel bersangkutan merupakan solusi yang harus dicari dari persamaan tersebut. 16
  • 17. Persamaan Schrödinger di atas dapat dituliskan sebagai berikut Hψ ( x ) = Eψ ( x ) (*) ˆ 2 dengan h disebut hamiltonian partikel, yakni operator energi H = − ∇2 +V ˆ 2m total dari partikel. Dalam bahasa matematik, E adalah harga eigen dari operator H dengan fungsi eigen ψ(x). Persamaan (*) disebut persamaan harga eigen. Turunan pertama terhadap waktu untuk fungsi gelombang ψ(x,t) dalam hal. 14 adalah: ∂ψ ( x, t ) = −iωψ ( x, t ) ∂t Karena E=ħω maka diperoleh ∂ψ ( x, t ) ∂ψ ( x, t ) ih = Eψ ( x , t ) Hψ ( x, t ) = ih ˆ ∂t ∂t Ini disebut persamaan Schrödinger yang bergantung waktu bagi sebuah partikel . 17
  • 18. 2.3 Sifat-sifat suatu Fungsi Gelombang Untuk fungsi gelombang partikel yang tidak bergantung waktu, ψ(x), ψ ( x ) 2 dx disebut peluang menemukan partikel di antara x dan x+dx. ψ ( x) 2 rapat peluang partikel berada di x Total peluang untuk menemukan partikel itu disepanjang sumbu-x adalah: ∞ ∞ ∫ψ ( x)ψ ( x) dx = ∫ ψ ( x) 2 dx = 1 ψ* adalah konjugasi dari ψ. * −∞ −∞ Fungsi ψ(x) yang memenuhi persamaan di atas disebut fungsi yang dinormalisasi, sedangkan disebut rapat peluang. Suatu fungsi gelombang partikel harus memiliki kelakuan yang baik, yakni: • tidak sama dengan nol dan bernilai tunggal, artinya untuk suatu harga x, ψ(x) memiliki hanya satu harga saja. • fungsi dan turunannya kontinu di semua harga x, dan • fungsi (harga mutlaknya) tetap terbatas (finite) untuk x menuju ±∞; 18
  • 19. ⎛ nπ ⎞ Contoh: ψ ( x) = C sin ⎜ x ⎟ ⎝ L ⎠ ∞ ⎛ nπ ⎞ L ∫ ψ (x) dx = C ∫ sin ⎜ x ⎟ dx = 1 2 2 2 −∞ 0 ⎝ L ⎠ sin2θ=(1-cos2θ)/2, maka hasil integral di atas adalah C2(L/2)=1 sehingga C = 2 / L Jadi secara lengkap fungsi yang dinormalisasi adalah 2 ⎛ nπ ⎞ ψ ( x) = sin ⎜ x⎟ L ⎝ L ⎠ Jika ψ(x) adalah kombinasi linier dari sekumpulan fungsi-fungsi {ϕn(x)}, maka penulisannya secara umum adalah seperti: ψ ( x) = ∑ c nϕ n ( x) cn adalah koefisien bagi fungsi ϕn(x) yang bisa ril atau n kompleks. ∞ cm = ∫ϕm (x)ψ (x) dx Jika ϕn(x) adalah fungsi-fungsi yang dinormalisasi dan * −∞ ortogonal satu sama lain. 19
  • 20. Jika fungsi-fungsi {ϕn(x)} selain ternormalisasi juga ortogonal (disebut ortonormal) satu sama lain maka berlaku ∞ =1; m=n ∫ ϕ m ( x ) ϕ n ( x ) dx = δ mn δ disebut kronecker delta * −∞ =0; lainnya Jika ψ(x) fungsi yang dinormalisasi, maka ∞ ∞ ∫ ψ ( x )ψ ( x ) dx = 1 * ∑c c * m n ∫ φm (x)φn (x)dx = 1 * ∑c c δ m,n * m n mn =1 −∞ m,n −∞ Jadi, ∑c c n * n n =1 Untuk memudahkan penulisan, fungsi-fungsi dituliskan dalam ket seperti φn dan konjugasinya dalam bra seperti φn Integral overlap dituliskan seperti: ∞ ∫ ϕ k ( x) ϕ l ( x) dx = ϕ k ϕ l * −∞ 20
  • 21. Ortogonalisasi Schmidt Andaikan φ1 dan φ2 adalah fungsi-fungsi yang non-ortogonal satu terhadap lainnya. Misalkan ϕ1=φ1, lalu pilih ϕ2=φ2+αφ1. Besarnya α dihitung atas dasar ϕ1 dan ϕ2 yang ortogonal satu sama lain. ∫ ϕ 1 ϕ 2 dx = ∫ φ1*φ 2 dx + α ∫ φ1*φ1 dx = 0 * α =− ∫ φ 1*φ 2 dx ∫ φ 1*φ 1 dx 2.4 Operator Fisis Setiap besaran fisis suatu partikel dikaitkan dengan operatornya; misalnya operator bagi energi total adalah Ĥ seperti diperlihat dalam persamaan: 2 ˆ = − h ∇2 + V H 2m Operator energi potensial Operator energi kinetik 21
  • 22. Bagi suatu operator besaran fisis berlaku istilah matematik berikut: 1. Harga suatu besaran fisis adalah nilai eigen dari operatornya; 2. Setiap nilai eigen dari suatu operator berkaitan dengan suatu fungsi eigen; nilai eigen adalah ril. Persamaan harga eigen: Hψ ( x) = Eψ ( x) ˆ fungsi eigen partikel nilai eigen; energi partikel operator energi total; disebut hamiltonian partikel 3. Secara umum harga rata-rata suatu besaran fisis pada fungsi keadaannya memenuhi persamaan ∞ operator besaran fisis ∫ψ * ( x) Aψ (x) dx ˆ Aav = −∞ ∞ ∫ −∞ ψ * (x)ψ ( x) dx fungsi keadaan partikel harga rata-rata besaran fisis 22
  • 23. Bagi fungsi keadaan yang dinormalisasi ∞ Aav = ∫ψ * ( x) Aψ ( x) dx ˆ −∞ Andaikan: Aϕn (x) = an ϕn (x) ˆ ψ ( x ) = ∑ c nϕ n ( x ) n Jika {ϕn} adalah fungsi-fungsi yang ortonormal Aav = ∫ψ * ( x) Aψ ( x) d x = ∑cm cn ∫ ϕm ( x) Aϕn ( x)dx ˆ * * ˆ mn = ∑cm cn an ∫ ϕm ( x)ϕn ( x)dz = ∑cm cn anδ mn * * * mn mn = ∑cn cn an * n Karena harga rata-rata suatu besaran fisis adalah ril maka berlaku ∫ψ * ( x) Aψ ( x)dx = ∫ [ Aψ ( x)]*ψ ( x)dx ˆ ˆ Secara matematik, operator yang memenuhi persamaan di atas disebut operator hermitian. 23
  • 24. Operator momentum: Menurut de Broglie, sebuah partikel yang bergerak sepanjang sumbu-x mempunyai momentum linier px= ħk dengan k=2π/λ. Fungsi gelombang partikel itu adalah . φ( x ) = ae ikx Bagaimanakah bentuk operator momentum yang memiliki harga eigen px= ħk ? Untuk itu berlaku persamaan nilai eigen: p xϕ ( x ) = hk ϕ ( x ) ˆ φ( x ) = ae ikx dϕ ( x ) h kϕ ( x ) = − ih dx ⎛ d ⎞ p xϕ ( x) = ⎜ − ih ⎟ϕ ( x) ˆ ⎝ dx ⎠ Jadi operator momentum linier adalah: d px ≡ −ih ˆ Ingat, energi kinetik: dx px ˆ2 1 ⎛ d ⎞⎛ d⎞ h 2 d2 Secara umum, operator momentum: K= ˆ = ⎜ − ih ⎟⎜ − ih ⎟ = − p = − ih ∇ ˆ 2m 2m ⎝ dx ⎠⎝ dx ⎠ 2m dx2 24
  • 25. Komutator: Tinjau dua buah operator: ˆ ˆ A dan B Jika keduanya merupakan operator besaran fisis maka didefinisikan komutatornya seperti [ A, B] = AB − BA ˆ ˆ ˆ ˆ ˆˆ Jika [ A, B ] = 0 ˆ ˆ Kedua operator disebut komut. Contoh, tentukan komutator operator-operator x dan d/dx ! Gunakan fungsi ϕ(x) sebagai alat bantu: d dϕ ( x ) d [ x, ]ϕ ( x ) = x[ ]− [ x ϕ ( x )] dx dx dx dϕ ( x ) dϕ ( x ) = x − ϕ ( x) − x dx dx = −ϕ ( x ) ⎡ d ⎤ ⎡ d ⎤ , x⎥ = 1 ⎢ x , dx ⎥ = − 1 Jadi: Buktikan: ⎢ dx ⎣ ⎦ ⎣ ⎦ 25
  • 26. Dua buah operator yang komut satu sama lain, mempunyai fungsieigen yang sama. Aψ = aψ ; Bψ = bψ ˆ ˆ s ABψ − BAψ = baψ − abψ = 0 ˆ ˆˆ ˆ ˆ ˆˆ [ ] AB − BA = 0 → A, B = 0 ˆ ˆ 26
  • 27. 2.5 Persamaan Gerak Heisenberg Secara umum jika Aav adalah harga rata-rata operator ˆ A besaran fisis dengan fungsi gelombang ψ(x,t) maka: ∞ Aav = ∫ψ * ( x, t ) Aψ ( x, t ) dx ˆ −∞ Variasi harga rata-rata itu terhadap waktu adalah dAav ∞ ⎛ * ∂A ˆ ∂ψ* ˆ * ˆ ∂ψ ⎞ = ∫⎜ ⎜ψ ψ+ Aψ + ψ A ⎟dx dt −∞⎝ ∂t ∂t ∂t ⎟ ⎠ Mengingat: Hψ ( x) = ih ˆ ∂ψ ( x, t ) ∂t dan ˆ [ * ] Hψ ( x) = −ih ∂ψ * ( x, t ) ∂t ∂ψ * ˆ ∂t ˆ ∂ψ 1 1 ˆˆ 1 [ Aψ + ψ * A = − ψ * HAψ + ψ* AHψ = ψ * AH − HA ψ = ψ * A, H ψ ∂t ih ˆˆ ih ih ˆ ˆ ˆˆ ]1 ih ˆ ˆ [ ] dAav ⎛ ˆ 1 ˆ * ∂A ⎞ maka = ∫ψ ⎜ ⎜ + [ A, H ]⎟ψ dx ˆ ⎟ dt ⎝ ∂t ih ⎠ 27
  • 28. Jadi, dAav dt = ∫ψ ˆ * dA dt ψ dx dengan d A ∂A 1 ˆ ˆ dt ˆ = ˆ + ∂t ih [ A, H ] dAˆ ˆ Operator turunan dari A dt ∂A ˆ Turunan dari ˆ A ∂t d A ∂A ˆ ˆ ˆ ˆ Jika operator A komut dengan H , maka = dt ∂t ˆ Jika operator ˆ A ˆ, juga tak bergantung waktu: dA = 0 selain komut dengan H dt Besaran fisis seperti itu disebut tetapan gerak dari partikel (kekal dalam pengertian klasik). 28
  • 29. 2.6 Representasi Matriks Tinjau persamaan harga eigen: Aψ = aψ ˆ N Misalkan: ψ = ∑ c iφ i i =1 maka ∑c Aφ j ˆ j j = a∑c jφ j j Kalikan dari dengan φi* ∑c ∫φ Aφ dτ = a∑c ∫φ φ dτ ˆ j * i j j * i j ∑cj j Aij = aci j j A11c1 + A12c2 + ..........+ A1N cN = ac1 . ⎛ ( A11 − a) A12 A13 .............. A1N ⎞ ⎛ c1 ⎞ ⎜ ⎟⎜ ⎟ A21c1 + A22c2 + ..........+ A2N cN = ac2 . ⎜ A21 ( A22 − a ) A23 ...............A2 N ⎟ ⎜ c2 ⎟ A31c1 + A32c2 + ..........+ A3N cN = ac3 . ⎜ A31 A32 ( A33 − a) .......... A3 N ⎟ ⎜ c3 ⎟ = 0 ⎜ ⎟⎜ ⎟ .......... .......... .......... .......... ....... ⎜............................................................ ⎟ ⎜... ⎟ ⎜ ⎟⎜ ⎟ AN1c1 + AN 2c2 + ..........+ ANNcN = acN . ⎝ AN1 AN 2 AN 3 ....... ( ANN − a) ⎠ ⎝ c N ⎠ 29
  • 30. Jika elemen-elemen Aij diketahui maka harga a dapat ditentukan sebagai solusi dari polinom yang diperoleh dari determinan: ( A11 − a) A12 A13 ................... A1N A21 ( A22 − a ) A23 ................... A2 N A31 A32 ( A33 − a) ................... A3N = 0 ................................................ AN1 AN 2 AN 3 ................... ( ANN − a) Contoh ˆ ⎛ 0 1⎞ ⎛ − a 1 ⎞⎛ c1 ⎞ A=⎜ ⎜1 0 ⎟ ⎟ ⎜1 − a ⎟⎜ c ⎟ = 0 ⎜ ⎟⎜ ⎟ ⎝ ⎠ ⎝ ⎠⎝ 2 ⎠ −a 1 =0 a2-1=0, a1=-1 dan a2=1. 1 −a Dengan a1 diperoleh c1= -c2=1/√2 ψ1 = 1 2 (φ1 −φ2 ) dengan a2 diperoleh c1=c2=1/√2 ψ2 = 1 2 (φ1 + φ2 ) 30
  • 31. 31
  • 32. BAB 3 SISTEM DENGAN POTENSIAL SEDERHANA Persamaan Schrödinger untuk 1 partikel yang tidak bergantung waktu untuk suatu partikel h 2 d 2ψ ⎛ h2 d 2 ⎞ + ( E − V )ψ = 0 ⎜− ⎜ 2 m dx 2 + V ⎟ψ = E ψ ⎟ 2 m dx 2 ⎝ ⎠ dapat diselesaikan jika bentuk potensial V diketahui sebelumnya. 3.1 Potensial Tangga V Sebuah elektron datang dari x-negatif menuju x-positif. Di x=0 elektron itu menghadapi potensial tangga sebesar Vo. Vo Jika energi total elektron, E< Vo, secara klasik elektron akan terpantul sepenuhnya. E Bagaimana menurut kuantum? 0 x Di daerah x<0, V=0; misalkan fungsi gelombangnya adalah ψ1(x). h 2 d 2 ψ1 2me E + Eψ1 = 0 ψ 1 ( x) = Aeikx + Be−ikx ; k 2 = 2m e dx 2 h2 gelombang datang gelombang pantul. 32
  • 33. Di daerah x>0, V=Vo; misalkan fungsi gelombang elektron adalah ψ2(x) h2 d 2ψ2 + (E −Vo )ψ2 = 0 2me dx2 Karena E<Vo, maka solusi bagi fungsi ψ2(x) merupakan fungsi eksponensial menurun seperti: −Kx 2me (Vo − E ) 2meVo ψ2 (x) = Ce K2 = = − k2 h2 h2 Di x=0, ψ1 dan ψ2 harus bersambung agar fungsi gelombang itu kontinu; Syarat kontinu: ψ1 dψ1 ( x) dψ 2 ( x) ψ2 ψ1 (0) = ψ2 (0); dan = dx x =0 dx x =0 A+ B =C ik ( A − B ) = − KC 0 x k − iK −ikx ψ 1 ( x) = Aeikx + Ae ; x < 0 k − iK 2k k + iK B= A; C = A k + iK k + iK 2k ψ 2 ( x) = Ae − Kx ; x > 0 k + iK 33
  • 34. Kerapatan peluang elektron di x>0 dapat dihitung dengan menggunakan ψ2(x): 4k 2 4E 2 −2 Kx ψ 2 ( x) = 2 A e −2 Kx = 2 2 A e k +K 2 Vo Jadi, meskipun mengalami potensial penghalang yang lebih besar dari energinya, elektron masih mempunyai peluang berada di x>0. Peluang itu menuju nol jika Vo>>E, atau di x=∞. ⏐C/A⏐2= 4k/(k2+K2)=4E/Vo adalah koefisien transmisi yang secara klasik tak dapat diramalkan. 3.2 Potensial Tangga Persegi V Sebuah elektron datang dari x-negatif menuju x- positif. Eleketron menghadapi potensial tangga seperti: Vo V ( x) = Vo ; 0 ≤ x ≤ a E = 0; x < 0, x > a Sepanjang perjalanannya energi total elektron, E< Vo. 0 a x Karena V=0, fungsi gelombang elektron sebagai solusi persamaan Schrodinger dalam daerah x<0 sama dengan: 2me E ψ 1 ( x) = Aeikx + Be−ikx ; k 2 = h2 34
  • 35. Dalam daerah 0<x<a, karena E<Vo: fungsi gelombang sebagai solusi persamaan Schrodinger adalah 2m (V − E) 2meVo ψ 2 ( x) = Ce + De Kx − Kx K2 = e o h 2 = 2 − k2 h Di daerah x>a, V=0; maka fungsi gelombang di sana adalah: ψ 3 ( x ) = Fe ikx Hanya arah ke kanan saja. Syarat kontinuitas di x=0 dengan menggunakan fungsi-fungsi ψ1(x) dan ψ2(x), akan memberikan hubungan: A+ B = C + D ik ( A − B) = K (C − D) dan syarat kontinuitas di x=a dengan menggunakan ψ2(x) dan ψ3(x), memberikan Ce Ka + De − Ka = Fe ika K (Ce Ka − De − Ka ) = ikFe ika Dengan mengeliminasi C dan D, akan diperoleh: 2 2 B Vo2 sinh2 (Ka) F 4 E (Vo − E ) = 2 = A Vo sinh (Ka) + 4E(Vo − E) 2 2 A 2 Vo2 sinh 2 ( Ka) + 4 E (Vo − E ) 35
  • 36. Ilustrasi fungsi gelombang-fungsi gelombang: ψ2(x) ψ1(x) ψ3(x) 0 a x 2 2 B / A merupakan koefisien pantulan di x=0 dan F 2 / A 2 adalah koefisien transmisi di x=a. Jadi, secara kuantum elektron dapat menerobos potensial penghalang meskipun energinya lebih kecil daripada potensial penghalang. Fenomena inilah yang disebut sebagai efek terobosan (tunnel effect). Terobosan partikel berlangsung dalam peluruhan radioaktif. Suatu V(r) partikel-α (= inti atom He) mengalami gaya dorong elektrostatik inti hingga jarak 10-8 μm dari inti Uranium. Kurang dari jarak itu gaya E bersifat tarikan dan berbentuk sumur potensial seperti diperlihat- r kan dalam Gb. Partikel-α dalam sumur itu dapat menerobos penghalang (tarikan) dan selanjutnya terdorong keluar. Eksperimen menunjukkan bahwa energi partikel itu lebih kecil daripada penghalang. 36
  • 37. 3.3 Sumur Potensial Persegi Tak Terhingga Andaikanlah suatu elektron dalam pengaruh potensial V=∞ berbentuk sumur tak terhingga berdimensi-1 seperti berikut: V (x) = 0; − a < x < a = ∞; x ≥ a, x ≤ −a -a 0 a x Elektron terperangkap dalam daerah –a<x<a, dan sama sekali tak dapat ke luar daerah itu. Dengan perkata lain peluang elektron berada di x>a dan di x <-a sama dengan nol. Oleh sebab itu, jika ψ(x) adalah fungsi gelombangnya, maka ψ(−a) = ψ(a) = 0 Karena V=0 dalam daerah –a<x<a, maka persamaan Schrödinger bagi elektron tersebut adalah: h 2 d 2ψ d 2ψ 2me E + Eψ = 0 atau + k 2ψ = 0; k 2 = 2 2me dx 2 dx2 h Solusinya adalah ψ ( x ) = C cos kx dan ψ ( x ) = D sin kx Dengan syarat batas di x=a diperoleh ψ n ( x) = C cos (nπx / 2a ) untuk n=1,3,5,… ψ n ( x) = D sin (nπx / 2a) untuk n=2,4,6 ... 37
  • 38. a Harga C dan D dihitung melalui normalisasi fungsi, yakni: ∫ψ n ( x)ψ n ( x) dx = 1 * −a Hasilnya adalah C=D=1/√a, sehingga fungsi-fungsi eigen adalah: 1 ⎛ nπ ⎞ 1 ⎛ nπ ⎞ ψn (x) = cos⎜ x⎟; n = 1, 3, 5...... .ψn (x) = sin⎜ x⎟; n = 2, 4, 6....... a ⎝ 2a ⎠ a ⎝ 2a ⎠ ψ3 ⏐ ψ 3⏐ 2 ψ2 ⏐ ψ 2⏐ 2 ψ1 ⏐ ψ 1⏐ 2 -a 0 a x -a 0 a x Fungsi-fungsi ini membentuk set ortonormal; artinya: ∫ ψ n ( x )ψ n ' ( x ) dx =δ nn ' * Selanjutnya, diperoleh harga eigen energi: ψ4 E4=16E1 2⎛ π h ⎞ 2 2 En = n ⎜ ⎟ ⎜ 8m a2 ⎟; n = 1, 2, 3,.... ψ3 ⎝ e ⎠ E3=9E1 Energi ini berharga diskrit (tidak kontinu, tapi ψ2 E2=4E1 bertingkat-tingkat) ditandai oleh bilangan ψ1 E1 kuantum n. 38
  • 39. 3.4 Sumur Potensial Persegi Terhingga Misalkan elektron terperangkap dalam sumur V potensial terhingga seperti: Vo V (x) = 0; − a < x < a E<Vo = Vo ; x ≥ a, x < −a -a a x Jika energi E<Vo secara klasik elektron tak dapat ke luar daerah itu. Tetapi secara kuantum, karena potensial itu terhingga elektron masih berpeluang berada diluar daerah –a<x<a. Syarat batas hanyalah: ψ(±∞) = 0 Persamaan Schrödinger untuk daerah –a<x<a adalah: h 2 d 2ψ d 2ψ 2me E + Eψ = 0 → 2 + k 2ψ = 0 k2 = 2me dx 2 dx h2 dengan mana diperoleh solusi berikut: ψ ( x) = cos kx dan ψ (x) = sin kx di mana Untuk daerah ⎟x⎟≥a, persamaan Schrödinger adalah: h 2 d 2ψ − + (Vo − E)ψ = 0 2me dx2 39
  • 40. Jika energi elektron E<Vo maka ψ(x) merupakan fungsi exponensial yang menurun dan menuju nol di ⎟x⎟=∞. Jadi, untuk ⎟x⎟≥a: 2me (Vo − E) ψ ( x) = C e− K x dengan K2 = h2 Syarat kontinu di x=±a : cos ka = Ce − Ka tg (ka) ctg (ka) tg (ka) ctg (ka) ka tg ka = Ka − k sin ka = − KCe − Ka Ka 2meVo a 2 n=0 (ka) + ( Ka) = 2 2 sin ka = Ce − Ka h2 − Ka ka ctg ka = − Ka n=1 k cos ka = − KCe n=2 2me E k2 = h2 2meVo a 2 (ka) + ( Ka) = 2 2 2me (Vo − E) h2 n=3 K2 = h2 π/2 π 3π/2 2π ka Terlihat, jumlah tingkat energi sangat bergantung pada harga Voa2; misalnya untuk Voa2≤(πħ2/4me) hanya ada satu, dan Voa2≤(πħ2/2me ) ada dua tingkat energi. 40
  • 41. ψ3 ψ2 ψ1 ψo -a 0 a x Jelas bahwa meskipun potensial yang dialami elektron itu terhingga, namun karena E<Vo, energinya tetap diskrit. Keadaan energi yang diskrit itu merupakan ciri dari partikel yang terikat dalam sumur potensial. Karena potensial itu berhingga, fungsi-fungsi eigen mempunyai ekor berbentuk eksponensial menurun di luar sumur. Artinya, elektron masih mempunyai peluang berada di luar sumur. Hal ini tidak mungkin secara klasik. Quantum well, quantum dot, quantum wire adalah pengembangan dari kasus ini dalam riset-riset laser dan optik. 41
  • 42. 3.5 Sumur Potensial Persegi dengan Dinding V Misalkan pertikel berada dalam sumur potensial terhingga seperti: V (x) = ∞; x ≤ 0 0 a x = −Vo ; 0 < x < a E<0 = 0; x ≥ a -Vo Di x=0, potensial itu ∞ sehingga elektron tidak mungkin berada di daerah x<0. Bagaimanakah energi dan fungsi gelombang elektron jika E<0? Di dalam daerah 0<x<a, persamaan Schrödinger adalah: h2 d 2ψ1 + (−E +Vo )ψ1 = 0 2me dx 2 d 2ψ 1 2me + k 2ψ 1 = 0 k2 = (Vo − E) dx 2 h2 Solusinya: ψ 1 ( x) = Aeikx + Be−ikx Karena ψ1(0)=0, maka A+B=0 atau B=-A ψ 1 ( x ) = A(e ikx − e − ikx ) = C sin kx 42
  • 43. Persamaan Schrödinger di daerah x>a adalah: h 2 d 2ψ 2 − − Eψ 2 = 0 2me dx2 d 2ψ 2 K2 = 2 me E − K 2ψ 2 = 0 dx 2 h2 ψ 2 ( x ) = D e − Kx Syarat kontinu di x=a harus memenuhi ψ1=ψ2 dan dψ1/dx=dψ2/dx. Jadi, C sin ka = D e − Ka k 2 exp( Ka) 2 D=C kC cos ka = − KDe− Ka k2 + K2 dan ka ctg ( ka ) = − Ka 2meVo a 2 Di pihak lain: k a +K a = 2 2 2 2 h2 Dari kedua persamaan ini diperoleh grafik berikut: 43
  • 44. 2meVo a 2 Ka (ka) + ( Ka) = 2 2 h2 Dari rumusan k dan K, tingkat-tingkat energi elektron adalah: n=1 kn h 2 2 Kn h2 2 En = − Vo atau E n = − 2me 2 me Di mana kn dan Kn diperoleh berdasarkan titik- titik potong dalam gambar. Jadi, energi n=2 elektron diskrit, karena elektron terperangkap 0 π/2 π 3π/2 2π ka dalam sumur potensial. ψ4 Untuk Voa2<πħ2/4me tidak ada titik potong, untuk πħ2/4me< Voa2<πħ2/2me hanya ada satu ψ3 titik potong, n=1, dan seterusnya. ψ2 Bentuk fungsi-fungsi keadaan dapat digambarkan dengan menggunakan hasil-hasil di atas: ψ1 0 a x 44
  • 45. 3.6 Osilator Harmonis Sederhana Dalam mekanika klasik, osilator harmonis sederhana adalah benda yang bergerak osilasi dengan simpangan kecil dalam pengaruh gaya konservatif: r r F = −mω 2 x m adalah massa, dan ω adalah 2π x frekuensi; gerak osilasi berbentuk sinusoida dengan amplitudo A adalah: V x ( t ) = A sin ω t E=½mω2A2 Dengan gaya konservatif tersebut, energi potensial yang dimiliki benda adalah: K(x)=E-V(x) x r r V ( x) = − ∫ F . dx = 1 mω 2 x 2 2 0 V(x)=½mω2x2 Energi total sebagai jumlah energi potensial (V) -A 0 A x dan energi kinetik (K) diperlihatkan dalam: E = 1 mω 2 A2 2 Jadi, secara klasik osilator memiliki energi tunggal. 45
  • 46. Bagaimana pandangan fisika kuantum? Persamaan Schrödinger untuk suatu partikel berosilasi adalah: d 2ψ ( x) 2m + 2 (E − V )ψ ( x) = 0 dx2 h d 2ψ ( x ) dx 2 + 2m h 2 (E − 1 2 ) mω 2 x 2 ψ ( x ) = 0 mω 2E Lakukan penyederhanaan: a = ; c= ; z = ax h hω d 2ψ ( z ) + ( c − z 2 )ψ ( z ) = 0 dz 2 Persamaan ini dapat diselesaikan dalam dua tahap. Tahap pertama: untuk z yang besar c dapat diabaikan: (appr. Asimtotik) − z2 / 2 ψ( z) ∝ e Tahap berikutnya, nyatakan fungsi lengkap seperti: ψ ( z) = H ( z) e − z 2 /2 46
  • 47. Persamaan Schrodinger menjadi: d 2 H ( z) dH − 2z + (c − 1) H = 0 dz 2 dz merupakan persamaan diferensial Hermite. Solusinya adalah polinom Hermite sebagai berikut: H n( z) = (−1) end n −z2 dz n z2 ( ) e ; n = 0,1, 2, ............ n = 1 (c − 1) = 0, 1, 2, ...... 2 sehingga fungsi-fungsi eigen (keadaan) adalah: −1 z2 1 ψ n ( z) = N n H n ( z) e 2 ; Nn = 2 n n!π 1/ 2 − 1 a2 x2 a ψ n ( x) = N n H n (ax) e 2 ; N n = n 1/ 2 ψ n ( x) = aψ n ( z) 2 n!π di mana adalah faktor normalisasi dan n merupakan bilangan kuantum . Contoh fungsi-fungsi keadaan: −1 − 1 z2 H o ( z) = 1 ψ o ( z) = π 2 e 2 Fungsi-fungsi eigen ini membentuk H 1 ( z) = 2z ψ 1 ( z ) = 2π −1 2 ze − 1 z2 2 set yang ortonormal. H 2 ( z) = 4 z 2 − 2 −1 − 1 z2 ψ 2 ( z) = 1 2 π 2 (2 z 2 − 1)e 2 47
  • 48. 2E Dari c= dan n = 1 (c − 1) 2 hω diperoleh energi eigen (keadaan) bersangkutan: En = (n + 1 )hω; n = 0,1, 2, ...... 2 Terlihat bahwa, karena partikel terperangkap dalam potensial V, maka energinya diskrit. Frekuensi osilator lebih kurang sama dengan frekuensi bunyi; oleh sebab itu, hω disebut fonon. Jadi, fungsi keadaan ψn dikatakan mengandung n buah fonon. V ψ2 Untuk lebih jelasnya, fungsi-fungsi keadaan E2 diperlihatkan dalam gambar. Fungsi keadaan ψ1 −1 − 1 z2 E1 ψo ( z) = π e 2 2 ψo Eo disebut keadaan dasar dengan energi Eo=½ħω. z 48
  • 49. Sifat-sifat penting polinom Hermite: (i). Hubungan rekursif: H n +1 ( z ) = 2 z H n ( z ) − 2 n H n −1 ( z ) dH n ( z ) = 2n H n−1 ( z ) dz (ii). Sifat ortogonalitas: ∞ ∫ e − z H m ( z ) H n ( z ) dz = 2 n n! π 1 / 2 δ mn 2 −∞ Dengan sifat-sifat di atas, diperoleh sifat-sifat fungsi keadaan: (i) Hubungan rekursif: 2 n ψn+1 ( z) = zψn ( z) − ψn−1 ( z) n +1 n +1 dψ n ( z) n n +1 = ψ n−1 ( z) − ψ n+1 ( z) dz 2 2 (ii) Sifat ortonormalitas: ∞ −∞ ∫ψ m ( z )ψ n ( z ) dz = δ mn 49
  • 50. Contoh: 1. Hitunglah gaya pegas rata-rata. F = − mω 2 x ∞ ∞ Fave = − m ω ∫ψ n ( x )xψ n ( x ) dx = −ω m hω ∫ψ n ( z )zψ n ( z ) dz 2 −∞ −∞ 2. Hitunglah harga rata-rata energi potensial. V= 1 2 mω 2 x 2 ∞ ∞ Vave = mω ∫ ψ n ( x) x ψ n ( x)dx = hω ∫ ψ n ( z ) z 2ψ n ( z )dz 1 2 2 1 2 2 −∞ −∞ 3. Hitunglah harga rata-rata energi kinetik h2 d 2 K =− 2m dx 2 ∞ ∞ h2 ⎡ d2 ⎤ ⎡ d2 ⎤ 2m −∫ K ave = − ψ n ( x ) ⎢ 2 ψ n ( x ) ⎥ dx = − 1 2 hω ∫ ψ n ( z ) ⎢ 2 ψ n ( z ) ⎥ dz ∞ ⎣ dx ⎦ −∞ ⎣ dz ⎦ 50
  • 51. Ungkapan lain dari osilator harmonik d 2ψ n ( z ) + (c − z 2 )ψn ( z) = 0 dz 2 ⎛ d2 ⎞ 2 E n ⎜ − 2 + z 2 ⎟ψ n ( z) = 2(n + 1 2 )ψ n ( z) c= ⎜ dz ⎟ hω ⎝ ⎠ a + aψ n = nψ n ˆ ˆ Misalkan: 1 d 1 d d 2 a a + ψ n = ( n + 1)ψ n ˆˆ a= ˆ (z + ); a+ = (z − ); ˆ 2a + a + 1 ≡ 2aa + − 1 = − ˆ ˆ ˆˆ + z2 2 dz 2 dz dz 2 Operator a + a mempunyai nilai eigen n dengan fungsi keadaan ψn; karena n menyatakan ˆ ˆ jumlah fonon dalam keadaan ψn maka operator ini disebut operator okupasi. Karena 1 2 hω(2 aa + − 1)ψ n ( z ) = hω(n + 1 ) ψ n ( z ) ˆˆ 2 maka hω( aa + − 1 2 ) merupakan operator hamiltonian. ˆˆ Selanjutnya, ⎛ d⎞ d a+ψn = ˆ 1 ⎜ z − ⎟ψn = n +1ψn+1 a ψn = ˆ 1 (z + )ψn = n ψn−1 2 ⎝ dz ⎠ 2 dz Terlihat, operator a + mengubah ψn menjadi ψn+1; artinya menambah jumlah fonon. ˆ Dengan alasan itu operator ini disebut operator kreasi, sedangkan a disebut ˆ operator anihilasi. 51
  • 52. 3.8 Transisi dan Aturan Seleksi Suatu medan listrik yang berosilasi, jika berinteraksi dengan elektron, akan menggeser posisi elektron dari posisi stasionernya. Pergeseran itu akan menimbulkan suatu momen dipol . Selanjutnya, dipol itu berinteraksi dengan medan menimbulkan Hamiltonian Misakan medan listrik: E=Eo cos ωt dan dipol listrik elektron: μ=er Interaksi dipol dan medan menimbulkan Hamiltonian: r r r r ˆ = μ . E = eE . r cos ω t HD o Interaksi itu memungkinkan elektron bertransisi (berpindah keadaan) dari keadaan awal ψi ke keadaan akhir ψf. Probabilitas transisi diungkapkan sebagai berikut: r r 2 Pif ∝ e∫ ψ i* (r )[E o . r ]ψ f (r ) dv 2 ∝ e∫ψ i* (r )[E ox .x + E oy y + E oz z ]ψ f (r ) dv ∝ ∑ E oα M ifα ) ; α = x, y, z ( 2 2 α di mana M if = e ∫ψ i* (r)xψ f (r) dv disebut komponen-x dari momen transisi. ( x) Transisi dari suatu keadaan ψi ke keadaan ψf disebut terlarang (forbidden) jika Mif=0; sebaliknya transisi diperbolehkan (allowed) jika Mif≠0. 52
  • 53. Contoh: Dalam sistem dengan sumur potensial tak hingga, buktikan bahwa momen transisi elektron tidak sama dengan nol jika ⏐m±n⏐sama dengan suatu bilangan ganjil. M mn) = e ∫ ψ m xψ n dx (x * Periksa m,n=2,4,6…., m − n = genap ⎛ mπ ⎞ ⎛ nπ ⎞ a 1 M mn = e ∫ sin ⎜ x ⎟ sin ⎜ x ⎟ x dx Misalkan πx/2a=θ a − a ⎝ 2a ⎠ ⎝ 2a ⎠ π /2 π /2 π /2 4a 2a ⎡ ⎤ M mn = e 2 ∫ sin (mθ )sin (nθ )θ dθ = e 2 ⎢ ∫ cos[(m − n)θ ] θ dθ − ∫ cos[(m + n)θ ] θ dθ ⎥ π −π / 2 π ⎣−π / 2 −π / 2 ⎦ π/2 π/2 π/2 sin[(m ± n)θ ] sin[(m ± n)θ ] ∫/ 2 −π cos[(m ± n)θ ] θdθ = θ m±n −π / 2 − ∫ −π / 2 m±n dθ π/2 cos[(m ± n)θ ] = 0+ = 0 → M mn = 0 ( m ± n) 2 − π / 2 Periksa m,n=1,3,5…., m − n = genap a 1 ⎛ mπ ⎞ ⎛ nπ ⎞ M mn = e ∫ cos ⎜ x ⎟ cos ⎜ x ⎟ xdx a − a ⎝ 2a ⎠ ⎝ 2a ⎠ 53
  • 54. 2a ⎡ ⎤ π/2 π/2 π/2 4a M mn = e 2 ∫ cos (mθ ) cos (nθ )θdθ = e 2 ⎢ ∫ cos[(m − n)θ ] θdθ + ∫ cos[(m + n)θ ] θdθ ⎥ π −π / 2 π ⎣ −π / 2 −π / 2 ⎦ π/2 π/2 π/2 sin[( m ± n )θ ] sin[( m ± n )θ ] ∫/ 2 −π cos[( m ± n )θ ] θdθ = θ m±n −π / 2 − ∫ −π / 2 m±n dθ π/2 cos[( m ± n )θ ] = 0+ =0 M mn = 0 (m ± n) 2 −π / 2 Periksa m=1,3,5…., n=2,4,6…. m − n = ganjil a 1 ⎛ mπ ⎞ ⎛ nπ ⎞ M mn = e ∫ cos ⎜ x ⎟ sin ⎜ x ⎟ xdx a −a ⎝ 2a ⎠ ⎝ 2a ⎠ 2a ⎡ ⎤ π/2 π/2 π/2 4a M mn = e 2 ∫ cos (m θ ) sin (nθ )θdθ = e 2 ⎢ ∫ sin[( m + n )θ ] θdθ − ∫ sin[( m − n )θ ] θdθ ⎥ π −π / 2 π ⎣ −π / 2 −π / 2 ⎦ π/2 π/2 π/2 cos[( m ± n)θ ] cos[( m ± n)θ ] ∫/ 2 −π sin[( m ± n)θ ] θdθ = −θ m±n −π / 2 + ∫ −π / 2 m±n dθ π/2 sin[( m ± n)θ ] 2 = 0+ = (m ± n) 2 −π / 2 (m ± n) 2 54
  • 55. 4a ⎡ 1 1 ⎤ M mn = e 2 ⎢ − 2 ⎥ ≠ 0; m ± n = ganjil π ⎣ ( m + n) 2 ( m − n) ⎦ ψ6 ψ5 ψ4 ψ3 ψ2 ψ1 Transisi dari keadaan dasar ψ1 ke keadaan lebih tinggi Contoh: Periksalah momen transisi antara dua keadaan suatu osilator. − 1 z2 1 ψ n ( z) = N n H n ( z) e 2 ; Nn = 2 n n!π 1/ 2 ∞ ∞ h M mn = e ∫ ψ m ( x) xψ n ( x)dx mω −∫ M mn =e ψ m ( z ) zψ n ( z )dz −∞ ∞ 55
  • 56. n +1 n zψn ( z) = ψn+1 ( z) + ψn−1 ( z) 2 2 h ⎡ n +1 ⎤ ∞ ∞ n me ω ⎣ 2 −∫ 2 −∫ M mn =e ⎢ ψ m ( z)ψ n+1 ( z)dz + ψ m ( z)ψ n−1 ( z)dz⎥ ∞ ∞ ⎦ ∞ (n + 1)h ∫ ψm ( z)ψn+1 (z)dz = 1 jika m = n + 1 → M n+1,n = e −∞ 2me ω ∞ nh ∫ ψm ( z)ψn−1 (z)dz = 1 jika m = n − 1 → M n−1,n = e −∞ 2me ω Jelas, aturan seleksi adalah ⏐m-n⏐=1 ∞ Dari contoh di atas jelas bahwa ∫ψ m ( x) xψ n ( x)dx punya harga jika ⏐m-n⏐=1. −∞ ⎛ 0 x01 0 ⎞ ⎜ ⎟ ~ = ⎜x x 0 x12 ⎟ 10 ⎜ ⎜0 ⎟ ⎝ x 21 0 ⎟ ⎠ 56
  • 57. BAB 4 MOMENTUM SUDUT ELEKTRON TUNGGAL 4.1 Operator Momentum Sudut Dalam mekanika klasik, momentum sudut suatu partikel merupakan perkalian vektor r r r posisi dan vektor momentum, L = r xp Komponen-komponennya merupakan operator-operator dari partikel tersebut: Lx = ypz − zp y ; ˆ ˆ ˆ ˆˆ Ly = zpx − xpz ; ˆ ˆˆ ˆ ˆ Lz = xp y − ypx ˆ ˆˆ ˆ ˆ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ Lx = −ih(y − z ); Ly = −ih(z − x ); Lz = −ih(x − y ) ˆ ˆ ˆ ∂z ∂y ∂x ∂z ∂y ∂x Selain itu, momentum kuadrat adalah operator juga: z L2 = L2 + L2y + L2 ˆ ˆ x ˆ ˆ z θ r Dalam koordinat bola berlaku hubungan berikut: x = r sin θ cos ϕ , y = r sin θ sin ϕ , z = r cos θ ϕ x y z y r 2 = x 2 + y 2 + z 2 ; cos θ = ; tgφ = x2 + y2 + z2 x 57
  • 58. ∂ Lx = ih(sinϕ + ctgθ cosϕ ) ˆ ∂θ ∂ϕ ∂ ∂ Buktikan sendiri !! Ly = −ih(cosϕ − ctgθ sinϕ ) ˆ ∂θ ∂ϕ ∂ Lz = −ih ˆ ∂ϕ ⎡ 1 ∂ ⎛ ∂ ⎞ 1 ∂2 ⎤ L = −h ⎢ ˆ ⎜ sinθ ⎟ + 2 2 2 ⎥ ⎣ sinθ ∂θ ⎝ ∂θ ⎠ sin θ ∂ϕ 2 ⎦ Komutator-komutator: [Lx , Ly ] = ihLz ; [Ly , Lz ] = ihLx ; [Lz , Lx ] = ihLy ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ [L2 , Lj ] = 0, j = x, y, z. ˆ ˆ Buktikan sendiri !! [ Lz , L± ] = ±hL± ˆ ˆ ˆ L± = Lx ± iLy ˆ ˆ ˆ [ L+ , L− ] = 2hLz ˆ ˆ ˆ 58
  • 59. 4.2 Komponen-z ˆ Harga eigen dan fungsi eigen operator L z dapat ditetapkan sebagai berikut. Misalkan Φ(ϕ) adalah fungsi eigen bersangkutan dengan harga eigen Lz sehingga: Lz Φ = Lz Φ ˆ harga eigen operator ∂ ∂Φ Lz = −ih ˆ − ih = Lz Φ Φ ∝ exp( iL z ϕ / h ) ∂φ ∂ϕ Karena Φ (ϕ ) = Φ (ϕ + 2π ) maka exp(iLz φ / h) = exp[iLz (φ + 2π) / h] = exp( z φ / h) exp(i2πLz / h) iL exp(i2πLz / h) = cos(2πLz / h) + i sin(2πLz / h) = 1 Jadi: 2π L = 0, ± 2π, ± 4π,..... z Lz = mlh; ml = 0, ±1, ± 2,..... h 1 exp(imlϕ ) 1/ 2π adalah faktor normalisasi Φ ml = 2π Lz sebagai komponen momentum sudut pada sumbu-z ternyata merupakan besaran yang diskrit atau terkuantisasi. Dalam eksperimen, sumbu-z dinyatakan sebagai sumbu di mana arah medan magnet statik ditetapkan. Oleh sebab itu ml disebut bilangan kuantum magnetik. 59
  • 60. 4.3 Momentum Sudut Total ˆ Harga eigen dan fungsi eigen operator L 2 ditentukan sebagai berikut. Andaikan Y(θ,ϕ) adalah fungsi eigen dengan harga eigennya L2: L2Y (ϕ , θ ) = L2Y (ϕ , θ ) ˆ ⎡ 1 ∂ ⎛ ∂ ⎞ 1 ∂2 ⎤ −h ⎢ ⎜ sin θ ⎟+ Y = L2Y 2 2 ⎥ ⎣ sin θ ∂θ ⎝ ∂θ ⎠ sin θ ∂ϕ ⎦ 2 ∂ 2Y ∂Y L2 sin2 θ ∂ 2Y sin θ 2 + sinθ cosθ 2 + Y =− 2 ∂θ ∂θ h 2 ∂ϕ Untuk pemisahan variable misalkan Y (θ , ϕ ) = P(θ ) Φ(ϕ ) 1 ⎛ 2 ∂2 P ∂P L2 sin2 θ ⎞ 1 ∂ 2Φ ⎜ sin θ 2 + sinθ cosθ + P⎟ = − = ml2 P⎜⎝ ∂θ ∂θ h2 ⎟ ⎠ Φ ∂ϕ 2 ⎛ 2 ∂2 P ∂P L2 sin2 θ ⎞ ⎜ sin θ + sinθ cosθ + P ⎟ = ml P 2 ⎜ ∂θ 2 ∂θ h2 ⎟ ⎝ ⎠ Persamaan ini identik dengan persamaan Legendre terasosiasi dengan: ∂2P ∂P ⎛ L2 ml2 ⎞ + ctg θ + ⎜ 2 − 2 ⎟P = 0 L2 = h 2 l ( l + 1); l ≥ m l ∂θ 2 ∂θ ⎜ h ⎝ sin θ ⎟ ⎠ 60
  • 61. m l+ ml (−1) l Pl ml 1 m ⎛ d ⎞ ( w) = l (1 − w2 ) 2 l ⎜ ⎟ (w −1) ; 2 l w = cosθ z 2 l! ⎝ dw ⎠ Lz=ħ mℓ=1 Poo ( θ ) = 1; P1 o ( θ ) = − cos θ L=h 2 Lz=0 mℓ=0 P ( θ ) = − sin θ 1 1 P2o (θ ) = 1 (3 cos 2 θ − 1); 2 Lz=-ħ mℓ=-1 P21 (θ ) = 3 cos θ sin θ ; P22 (θ ) = 3 (1 − cos θ ) 2 ℓ adalah bilangan bulat positif 0, 1, 2, …..; bilangan ini disebut bilangan kuantum orbital. Untuk suatu harga ℓ ada (2 ℓ +1) buah harga mℓ, yakni mℓ = -ℓ , -(ℓ -1),...,-1, 0, 1,..., (ℓ-1), ℓ. Lz=mℓħ adalah hasil proyeksi L pada sumbu-z.. Akhirnya, diperoleh fungsi eigen bagi operator: ˆ L2 1/ 2 ⎡ 2 l + 1 ( l − m l )! ⎤ ml Y (θ , ϕ ) ≡ Y l m l (θ , ϕ ) = ⎢ ⎥ Pl (θ ) Φ m l (ϕ ) ⎣ 2 ( l + m l )! ⎦ yang biasa disebut fungsi harmonik bola (spherical harmonics). π 2π Sifat ortogonalitas: ∫ 0 0 ∫ (Ylm l )*Yl ' m ' l sin θ dθ dϕ = δ ll 'δ m l m ' l 61
  • 62. Tiga sifat penting dari fungsi ini adalah π 2π 1. ∫ 0 0 ∫ (Ylml ) *Yl 'm 'l sin θ dθ dφ = δ ll ' δ ml m 'l ⎡ l 2 − m2 1 (l + 1) 2 − ml2 ⎤ 2. cosθ Ylml = ⎢ l Yl−1,ml + Yl+1,ml ⎥ 2l + 1 ⎢ 2l − 1 ⎣ 2l + 3 ⎥ ⎦ 1 ⎡ (l m ml )(l m ml −1) 3. sinθ e±iϕ Ylml = m ⎢ Yl−1,ml ±1 2l +1 ⎢ ⎣ 2l −1 (l ± ml + 2)(l ± ml +1) ⎤ − Yl+1,ml ±1 ⎥ 2l + 3 ⎥ ⎦ Beberapa contoh fungsi harmonik bola adalah 1 Y00 ( θ ) = ; Y20 (θ ) = 5 (3 cos2 θ − 1); 4π 16π 3 15 Y10 (θ ) = cos θ ; Y2±1 (θ ) = − sin 2θ e ±iϕ 4π 32π 3 15 Y1±1 (θ ) = − sin θ e ± iϕ Y2±2 (θ ) = sin 2 θ e ±2iϕ 8π 32π 62
  • 63. Dengan fungsi dan harga eigen seperti di atas, persamaan harga eigen adalah: L2Ylml = h 2 l(l + 1)Ylml ; l = 0,1, 2,.... ˆ Lz Ylml = ml h Ylml ; ml = ±l, ± (l − 1),...... ˆ Persamaan-persamaan di atas menunjukkan kuantisasi momentum sudut. Orbital-orbital elektron dibentuk dari fungsi-fungsi Yℓ mℓ dalam bentuk ril. l = 0; s ≡ Yoo l=2 d z 2 ≡ Y20 l = 1; pz ≡ Y1o d xz ≡ − 1 (Y21 + Y2−1 ) = 15 sinθ cosθ cosϕ 2 4π −1 3 px ≡ (Y11 + Y1−1) = sinθ cosϕ 4π i 15 2 d yz ≡ (Y21 − Y2−1 ) = sinθ cosθ sinϕ i 3 2 4π py ≡ (Y11 − Y1−1) = sinθ sinϕ 2 4π d x2 − y 2 ≡ 1 (Y22 + Y2−2 ) = 15 sin2 θ cos2 ϕ 2 16π −i 15 d xy≡ (Y22 − Y2−2 ) = sin2 θ sin 2ϕ 2 16π 63
  • 64. z z z z s untuk ℓ =0, y y y y p untuk ℓ =1 x x x x s px py pz d untuk ℓ =2 z z z z z y y y y y x x x x x dz2 dxy dyz dx2-y2 dxy Dalam pembentukan molekul dari beberapa atom, ikatan antar atom berlangsung melalui orbital-orbital tersebut di atas. 64
  • 65. 4.4 Operator Tangga ˆ Sehubungan dengan operator L ± akan dikemukakan karakteristik operasinya terhadap fungsi harmonik bola Yl,ml . [ L z , L± ] = ± hL± ˆ ˆ ˆ L z L + Ylml = ( L + L z + h L + )Ylml = ( m l + 1) hL + Ylml ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ L z L−Ylml +1 = ( L− L z − hL− )Ylml +1 = ml hL−Ylml +1 ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ L+ Ylml adalah fungsi eigen dari L z dengan harga eigen (mℓ+1)ħ. Demikian pula ˆ ˆ L−Yl ,ml +1 adalah fungsi eigen dengan harga eigen mℓħ. Andaikan L+Ylml = C Ylml +1 dan L−Ylml +1 = CYlml ˆ ˆ L− L+Ylml = CL−Ylml +1 = C 2Ylml ˆ ˆ ˆ Tapi L− L+Ylml = (L2 − L2 − hLz )Ylml = [h2l(l +1) − ml (ml +1)h2 ]Ylml ˆ ˆ ˆ ˆ z ˆ 65
  • 66. C = h l (l + 1) − ml ( ml + 1) L+Ylml = h l(l +1) − ml (ml +1) Ylml +1 ˆ Dengan cara yang sama diperoleh L−Ylml = h l(l + 1) − ml (ml −1) Ylml −1 ˆ Kedua persamaan di atas bukan persamaan harga eigen, karena operator-operator itu menggeser bilangan kuantum mℓ. ˆ Operator L+ menambah bilangan kuantum mℓ menjadi mℓ+1, sedangkan L −ˆ menguranginya dari m menjadi mℓ-1. Oleh sebab itu, kedua operator itu disebut sebagai operator tangga (step operator). 66
  • 67. Tentukanlah matriks L+ untuk l=1 (L ) ~ + m'l , ml = ∫ Yl*,m'l L+Yl,ml sinθ dθ dϕ = h l(l + 1) − ml (ml + 1)δ m'l ,ml +1 ˆ l = 1 → ml , m' l = −1, 0, 1 m' l = −1 → ml = −2(tidak ada) m' l = 0 → ml = −1 → L(+ ) 1 ( ) 0, −1 =h 2 m' l = 1 → ml = 0 → (L )(1) + 1, 0 =h 2 -1 0 1 -1 ⎛ 0 0 0⎞ ~(1) ⎜ ⎟ L+ = 0 ⎜ h 2 0 0⎟ ⎜ ⎟ 1⎝⎜ 0 h 2 0⎟ ⎠ 67
  • 68. BAB 5 ATOM HIDROGEN DAN SEJENISNYA -e 5.1 Atom Hidrogen dan Sejenisnya r Hamiltonian (operator energi) elektron adalah +Ze ˆ = − h ∇ 2 − Ze 2 2 H 2m e 4πε o r Misalkan ψ(r,θ,ϕ) adalah fungsi gelombangnya, maka persamaan Schrödinger untuk elektron adalah: 2me ⎛ Ze2 ⎞ ∇ ψ + 2 ⎜E + 2 ⎜ ⎟ψ = 0 h ⎝ 4πεo r ⎟ ⎠ Karena potensial ini bersifat sentral maka perlu dilakukan transformasi ke koordinat bola, yakni ⎛ ∂2 2 ∂ 1 ∂2 ctg θ ∂ 1 ∂2 ⎞ ∇ ≡⎜ 2 + 2 ⎜ ∂r + 2 + 2 + 2 ⎟ 2 ⎟ ⎝ r ∂r r ∂θ 2 r ∂θ r sin θ ∂ϕ ⎠ 2 68
  • 69. ˆ2 = − h 2 ⎛ ∂ + ctg θ ∂ + 1 ∂2 ⎞ 2 Tetapi, L ⎜ ⎟ ⎜ ∂θ 2 ∂θ sin 2 θ ∂ϕ 2 ⎟ ⎝ ⎠ sehingga ∂ 2ψ 2 ∂ ψ 2m ⎛ Ze 2 ˆ L2 ⎞ + + 2e ⎜ ⎟ψ = 0 ∂r 2 r ∂r h ⎜ E + 4πε r − 2 m r 2 ⎟ ⎝ o e ⎠ Misalkan ψ(r,ϕ,θ)= R(r)Y(ϕ,θ) dimana Y (ϕ , θ ) = Ylm ∂ 2 R 2 ∂R 2 m e ⎛ Ze 2 h 2 l ( l + 1) ⎞ + + 2 ⎜E + − ⎟R = 0 ∂r 2 r ∂r h ⎜ 4πε o r 2m e r 2 ⎟ ⎝ ⎠ h 2 l (l + 1) Ze 2 h l ( l + 1) 2 V eff = − + 2me r 2 4πε o r 2m e r 2 r Merupakan potensial efektif yang dimiliki elektron, yakni penjumlahan potensial Coulomb dan kinetik rotasi. Jelas Ze 2 terlihat, bahwa elektron mengalami sejenis sumur potensial − dengan dinding. Jadi, elektron itu terikat dalam medan inti 4πε o r sehingga energinya diskrit. 69
  • 70. 2Z Z 2e 2 4πε o h 2 Misalkan ρ= r; n = 2 ; ao = = 0,53 A o na o 8πε o a o E me e 2 maka d 2 R 2 dR ⎛ n 1 l(l +1) ⎞ + +⎜ − − ⎟R = 0 dρ2 ρ dρ ⎜ ρ 4 ρ2 ⎟ ⎝ ⎠ Misalkan solusinya, R( ρ ) = ρ s L ( ρ ) e− ρ / 2 d 2L dL ρ 2 +[2(s +1) − ρ] +[(n − s −1) + s(s +1) − l(l +1)]L = 0 dρ dρ Agar memberikan solusi yang baik dipilih s(s+1)-l (l +1)=0 atau s= l , sehingga d 2L dL ρ 2 + [2(l + 1) − ρ] + (n − l −1)L = 0 dρ dρ Persamaan ini dikenal sebagai persamaan diferensial Laguerre terasosiasi, yang solusinya merupakan polinom-polinom: 70
  • 71. dq L p (ρ ) = (−1) q q L p (ρ ); p = n + l, q = 2l +1 Laguerre terasosiasi q dρ ρ dp L p (ρ ) = e (ρ p e−ρ ); Laguerre dρ p dimana n dan adalah bilangan-bilangan bulat positif yang harus memenuhi syarat: n ≥ (l +1); n = 1, 2, 3,..... Syarat ini menunjukkan bahwa untuk suatu harga n ada n buah harga l . 71
  • 72. n = 1, l = 0 ; L 11 ( ρ ) = 1, n = 2, l = 0; L 2 ( ρ ) = 2 ( 2 − ρ ), 1 n = 2 , l = 1; L 3 ( ρ ) = 18 , 3 n = 3, l = 0; L3 ( ρ ) = 3(6 − 6 ρ + ρ 2 ) 1 n = 3 , l = 1; L 4 ( ρ ) = 24 ( 4 − ρ ), 3 n = 3, l = 2; L 5 ( ρ ) = 120 . 5 Syarat ortogonalitas: ∞ ( p + q )! ∫ ρ q +1 e − ρ L qp ( ρ ) L qp ' ( ρ ) d ρ = (2 p + q + 1) δ p'p 0 p! p = n + l, q = 2l + 1 72
  • 73. 2 n[( n + l )! ] 3 ∫ρ −ρ 2l+2 e L 2 l +1 n+l (ρ )L 2 l +1 n '+ l ( ρ ) dρ = δ nn ' 0 ( n − l − 1)! R nl ( ρ ) = N nl ρ l e − ρ / 2 L 2 l +1 ( ρ ) n+l Sifat ortonormal dari R: ∞ ∫ 0 R nl ( ρ )R n 'l ( ρ ) ρ 2 dρ = δ nn ' ∞ N nl N n 'l ∫ ρ 2 l e − ρ L 2 l +1 ( ρ )L 2 l+ l ( ρ ) ρ 2 dρ = δ nn ' n+l n' +1 0 2n[(n + l)!]3 (n − l − 1)! N2 nl = 1 → N nl = (n − l − 1)! 2n[(n + l)!]3 73
  • 74. Akhirnya diperoleh: ( n − l − 1)! R nl ( ρ ) = N nl ρ l e − ρ / 2 Ln ++1 ( ρ ) 2l l N nl = 2n[( n + l )!]3 atau dengan ρ=(2Z/nao)r . l Zr 3/ 2 ⎛ 2Z ⎞ l − ⎛ 2Z ⎞ (n − l −1)! Rnl (r ) = N nl ⎜ ⎜ na ⎟ Nnl = ⎜ ⎜ na ⎟ r e (ρ ) nao 2 l +1 ⎟ L n+l ⎟ ⎝ o⎠ ⎝ o⎠ 2n[(n + l)!]3 ; 3/ 2 1 ⎛Z ⎞ 3/ 2 ⎛ Z ⎞ −Z / ao R10 (r) = 2⎜ ⎟ e R30 ( r ) = ⎜ ⎟ (6 − 6 ρ + ρ )e 2 −ρ / 2 , 9 3 ⎜ ao ⎟ ⎜a ⎟ , ⎝ o⎠ ⎝ ⎠ 3/ 2 1 ⎛Z ⎞ (4 − ρ )ρe − ρ / 2 , 3/ 2 1 ⎛Z⎞ R31 ( r ) = ⎜ ⎟ R20(r) = ⎜ ⎟ (2− ρ)e −ρ / 2 , 9 6 ⎜ ao ⎟ 2 2 ⎜ ao ⎟ ⎝ ⎠ ⎝ ⎠ 3/ 2 3/ 2 1 ⎛Z ⎞ 1 ⎛Z⎞ R32 ( r ) = ⎜ ⎟ ρ 2e −ρ / 2 R21(r) = ⎜ ⎟ ρ e−ρ / 2 , 9 30 ⎜ ao ⎝ ⎟ ⎠ 2 6 ⎜ ao ⎟ ⎝ ⎠ 74
  • 75. Energi keadaan: Z 2e 2 Z2 En = − = − 2 (13 ,6 eV ) 8πε o a o n 2 n Untuk atom hidrogen di mana Z=1, rumusan ini sama dengan postulat Bohr. Bilangan n disebut bilangan kuantum utama. Untuk suatu harga n ada n buah harga ℓ, yakni ℓ=n-1, n-2,….,0. L2 = h2 l(l +1) = h2 (n −1)n Untuk n>>: L = nh Ini sesuai dengan Bohr; jadi postulat Bohr berlaku hanya untuk n>> 75