SlideShare a Scribd company logo
Andi, M.Sc.
 Isi Bab Ini
Bab ini berisi contoh aplikasi statistik Maxwell-Boltzmann pada sejumlah
assembli sederhana yang mengandung partikel klasik dan beberapa
perbandingan ramalan menggunakan statistik ini dengan data pengamatan.
 Tujuan Bab Ini
Tujuan bab ini adalah mahasiswa memahami beberapa aplikasi statistik
Maxwell-Boltzmann pada sejumlah assembli klasik dan perbandingan hasil
ramalan tersebut dengan data pengamatan.
 Apa Yang Perlu Dikuasai Lebih Dahulu
Untuk memahami aplikasi statistik Maxwell-Boltzmann mahasiswa perlu
memahami prinsip dasar statistik Maxwell-Boltzmann, kerapatan keadaan klasik
dan beberapa teknik integral.
 Efek Doppler dijumpai pada gelombang bunyi maupun gelombang elektromagnetik.
 Salah satu pesan dari efek ini adalah jika sumber gelombang mendekati pengamat
maka frekuensi yang diukur lebih besar daripada apabila sumber diam terhadap
pengamat. Atau dengan kata lain panjang gelombang yang dikur oleh pengamat
lebih kecil daripada apabila sumber diam terhadap pengamat. Berlaku juga untuk
sebaliknya.
 Khusus untuk gelombang elektromagnetik, panjang gelombang yang dikur oleh
pengamat yang diam yang dihasilkan oleh sumber bergerak dengan kecepatan vx
terhadap pengamat adalah
 Dalam astronomi, efek Dopler digunakan untuk mengukur kecepatan bintang-
bintang
0 1 x
v
c
 
 
 
 
 
0
dengan panjang gelombang yang diukur pengamat
panjang gelombang jika sumber gelombang diam terhadap pengamat
kecepatan cahaya
0 jika sumber mendekati pengama
x
c
v





 t
0 jika sumber menjauhi pengamat
x
v 
 
1
 Perhatikan sebuah atom yang memiliki dua
tingkat energi seperti ditunjukan gambar
disamping!
 Atom tersebut memancarkan spektrum
gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang tertentu, sebut saja λ0, akibat
transisi elektron antar tingkat energi atom
tersebut.
 Jika atom dalam keadaan diam maka panjang
gelombang yang kita ukur adalah λ0, persis
sama dengan panjang gelombang yang
dipancarkan atom.
 Jika atom tersebut bergerak dengan
kecepatan vx maka panjang gelombang
yang diukur oleh pengamat sesuai dengan
yang ditunjukan oleh persamaan (1):
0 1 x
v
c
 
 
 
 
 
0 1 x
v
c
 
 
 
 
 
Sumber mendekati
pengamat
Sumber menjauhi
pengamat
 Jika ada sejumlah atom yang diam maka gelombang yang diukur pengamat
merupakan jumlah gelombang yang dipancarkan oleh semua atom. Panjang
gelombang yang diterima dari semua atom sama, yaitu λ0. Yang dideteksi oleh
pengamat hanyalah gelombang dengan panjang λ0 tetapi memiliki intensitas
tinggi.
 Akan tetapi jika atom yang memancarkan gelombang bergerak secara acak maka
komponen kecepatan ke arah pengamat, yaitu vx juga acak. Akibatnya panjang
gelombang yang diukur pengamat yang berasal dari satu atom berbeda dengan
yang diukur dari atom lainnya.
 Pengamat akan mengukur gelombang yang memiliki panjang yang bervariasi
dalam jangkauan tertentu. Ini berakibat pada pelebaran garis spektrum yang
diamati.
 Selanjutnya kita akan menentukan distribusi intensitas spektrum pada berbagai
panjang gelombang.
 Kecepatan atom gas pemancar spektrum memenuhi fungsi distribusi Maxwell-
Boltzmann karena merupakan partikel klasik. Peluang keberadaan sebuah atom
pada rentang komponen kecepatan antara vx sampai dengan vx+dvx adalah:
 Untuk mendapatkan fungsi distribusi intensitas maka kita harus mentrasformasi
variable kecepatan ke dalam variable panjang gelombang λ dengan menggunakan
persamaan Doppler (1).
 
2
/2
2
x
mv kT
x x x
m
n v dv e dv
kT



0 1 x
v
c
 
 
 
 
  0
1
x
v c


 
 
 
  0
x
dv c
d 
 
0
x
c
dv d

 
 Apabila transformasi dilakukan, maka:
 Sehingga:
   
x x
n v dv I d
 

 
dimana : menyatakan intensitas panjang gelombang yang memiliki panjang
gelombang antara samapai
I d
d
 
  

 
2
/2
2
x
mv kT
x
m
I d e dv
kT
 



 Selanjutnya:
 Dalam bentuk sederhana dapat dituliskan:
 
 
2
0
0
2
2
0 0
1
exp
2 2
exp 1
2 2
m c
m c
I d d
kT kT
m c mc
I d d
kT kT


  
 

  
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
   
 
   
   
 
   
 
   
2
2
0
0
exp 1
2
mc
I d I d
kT

   

 
 
 
  
 
 
 
 
 
 
0 0
0
intensitas ketika .
tidak bergantung pada panjang gelombang tapi bergantung pada besaran lain seperti
suhu gas dan massa atom gas
I
I
  

 

 
2
Dari gambar di atas tampak bahwa intensitas terdeteksi disekitar λ0 dengan λ0
merupakan lokasi puncak intensitas. Jika suhu diperbesar maka spektrum akan makin
lebar dan intensitasnya makin lemah. Hal ini disebabkan karena gerakan atom yang
makin acak
 Selanjutnya kita akan bahas suatu assembli yang
mengandung kumpulan atom yang memiliki momen
magnet. Di dalam assembli tersebut kita berikan
medan magnetic B.
 Untuk mempermudah, kita asumsikan sifat-sifat
berikut:
1) Tidak ada interaksi antar atom. Interaksi hanya
terjadi antara atom dengan medan magnet luar
yang diberikan. Pada kenyataanya ada interaksi
antara momen magnetic.
2) Momen magnetik atom hanya bisa mengambil salah
satu dari dua arah orientasi, yaitu searah medan
magnet atau berlawanan arah medan magnet.
 Kita akan menentukan berapa momen magnetik total yang dihasilkan oleh
kumpulan atom-atom tersebut.
 Mula-mula kita hitung energi yang dimiliki masing-masing atom akibat interaksi
momen magnetik dengan medan magnet luar.
 Karena di awal kita sudah membatasi arah orientasi momen magnetic, yaitu
searah medan magnet luar atau berlawanan medan magnet luar, maka:
cos
U B B
  
   
dimana : momen magnetik
medan magnet luar
sudut antara momen magnetik dan medan magnetik
B





cos0
U B B
 

   
cos
U B B
  

  
Momen magnetic searah medan magnet luar
Momen magnetic berlawanan medan magnet luar
 
3
 Probabilitas menemukan atom dengan arah momen searah medan magnet luar
sebanding dengan
 Probabilitas menemukan atom dengan arah momen berlawanan medan magnet
luar sebanding dengan
 Sehingga:
 Karena jumlah probabilitas sama dengan 1, maka faktor normalisasi dapat
dituliskan:
 
n U
 
n U
 
 
P Kn U
P Kn U
 
 


K adalah faktor penormalisasi
   
   
1
P P K n U n U
K n U n U
   
 
 
  
 
 
 
 
   
1
K
n U n U
 


 
4
 
5
 Dengan mensubstitusi persamaan (5) ke persamaan (4) didapat:
 Selanjutnya, karena atom merupakan partikel klasik yang memenuhi distribusi
Maxwell-Boltzman, maka probabilitas masing-masing arah orientasi memenuhi:
 
   
 
   
n U
P
n U n U
n U
P
n U n U


 


 




 
6
 
 
exp exp
exp exp
U B
n U
kT kT
U B
n U
kT kT






   
  
   
 
 
   
   
   
 
 
 
7
 Dengan mensubstitusi persamaan (7) ke persamaan (6) kita peroleh:
 Momen magnetic yang searah medan memberikan kontribusi momen magnetic
+μ, dan yang berlawanan dengan arah medan memberi kontribusi momen
magnetik −μ.Selanjutnya momen magnetic rata-rata dapat dihitung dengan
persamaan sederhana:
exp
exp exp
exp
exp exp
B
kT
P
B B
kT kT
B
kT
P
B B
kT kT

 

 


 
 
 

   
 
   
   
 

 
 

   
 
   
   
P P
  
 
  
 
8
 
9
 Dengan mensubstitusi persamaan (8) ke persamaan (9) kita dapatkan:
exp exp
exp exp exp exp
exp exp
exp exp
B B
kT kT
B B B B
kT kT kT kT
B B
kT kT
B B
kT kT
 
  
   
 
 
 
   

   
   
 
       
   
       
       
 
   
 
 
   
 
   
  
   
 
 
   
 
   
 
:tanh
x x
x x
e e
ingat x
e e





tanh
B
kT

 
 
  
 
 
10
 Dari persamaan (10) dapat disimpulkan:
Artinya bahwa pada suhu tersebut momen magnetik rata-rata mengambil arah yang
sama. Ini terjadi karena pada suhu yang mendekati nol, getaran termal atom-atom
menjadi sangat kecil. Interaksi dengan medan magnet luar dapat memaksa atom-
atom mengambil arah orientasi yang sama.
Ini akibat getaran atom-atom yang sangat intensif sehingga medan magnet luar yang
diberikan tidak sanggup mengarahkan momen-momen magnet. Energi termal
electron jauh melampaui energi interkasi dengan medan magnet. . Arah momen
magnet atom-atom menjadi acak. Akibatnya, jumlah momen magnet yang searah
medan menjadi sama dengan yang berlawanan arah medan.
 Tampak juga untuk suhu yang sama, momen magnetic rata-rata makin besar jika
medan makin besar. Ini disebabkan penggunan medan yang besar akan memberikan
paksaan yang lebih besar kepada atom-atom untuk menyearahkan momen
magnetiknya.
Jika 0 maka
T  
 
Jika maka 0
T 
  
 Setelah kita membahas momen magnetic rata-rata dimana hanya ada 2 orientasi
yang diizinkan, selanjutnya jika kasusnya sedikit kita perluas dimana arah
orientasi yang diizinkan menjadi 3 arah orientasi (searah medan magnet, tegak
lurus medan magnet dan berlawanan medan magnet), bagaimana momen
magnetic rata-ratanya?
 Dari persamaan energi interaksi antara momen magnetik dengan magnet luar
yang ditunjukan oleh persamaan (3) kita dapatkan:
cos0
U B B
 

   
cos
U B B
  

  
Momen magnetic searah medan magnet luar
Momen magnetic berlawanan medan magnet luar
cos 0
2
U B


    Momen magnetic tegak lurus medan magnet luar
 Probabilitas untuk mendapatkan momen magnetic pada berbagai arah tersebut
dapat dituliskan sebagai berikut:
 Dengan faktor normalisasi
 
 
 
P Kn U
P Kn U
P Kn U
 
 
 



     
1
K
n U n U n U

 

 
 
     
 
     
 
     
n U
P
n U n U n U
n U
P
n U n U n U
n U
P
n U n U n U



 



 



 

 

 

 
 Dengan cara yang sama ketika membahas dengan 2 arah orientasi kita dapatkan:
 
 
 
exp exp
0
exp exp 1
exp exp
U B
n U
kT kT
U
n U
kT kT
U B
n U
kT kT








   
  
   
 
 
   
   
   
 
 
   
   
   
 
 
exp
exp 1 exp
1
exp 1 exp
exp
exp 1 exp
B
kT
P
B B
kT kT
P
B B
kT kT
B
kT
P
B B
kT kT

 
 

 



 
 
 

   
  
   
   

   
  
   
   
 

 
 

   
  
   
   
 Momen magnetic yang searah medan memberikan kontribusi momen magnetic
+μ, yang tegak lurus memberikan kontribusi momen magnetik nol dan yang
berlawanan dengan arah medan memberi kontribusi momen magnetik −μ.
Selanjutnya momen magnetic rata-rata dapat dihitung:
0
P P P
  

 
   
exp exp
exp 1 exp exp 1 exp
exp exp
exp exp
2
exp 1 exp
1
2
B B
kT kT
B B B B
kT kT kT kT
B B
B B kT kT
kT kT
B B
kT kT
 
  
   
 
 
  
 
   

   
   
 
       
     
       
       
   
 
   
 
       
 
 
   
 
   
 
 
   
 
  
   
 
   
 
exp exp
2
B B
kT kT
 
 
 
 
 
 
   
 
 
   
 
   

 
 
:sinh
2
cosh
2
x x
x x
e e
ingat x
e e
x






exp exp
sinh
2
1
exp exp cosh
1 2
2 2
B B
B
kT kT
kT
B B B
kT kT kT
 

  
  
 
   
 
 
     
   
   
   
 
 
     
 
    
   
 
     

 
 

More Related Content

What's hot

Model inti atom (asti dewi n.)
Model inti atom (asti dewi n.)Model inti atom (asti dewi n.)
Model inti atom (asti dewi n.)kemenag
 
Model-model Energi dalam Zat Padat
Model-model Energi dalam Zat PadatModel-model Energi dalam Zat Padat
Model-model Energi dalam Zat PadatRisdawati Hutabarat
 
Percobaan franck hertz
Percobaan franck hertzPercobaan franck hertz
Percobaan franck hertz
Yunus Muzakki
 
Pert 4 momentum sudut spin
Pert 4 momentum sudut spinPert 4 momentum sudut spin
Pert 4 momentum sudut spinjayamartha
 
1.struktur kristal(kuliah)
1.struktur kristal(kuliah)1.struktur kristal(kuliah)
1.struktur kristal(kuliah)
rina mirda
 
Diktat fisika statistik mikrajuddin abdullah
Diktat fisika statistik   mikrajuddin abdullahDiktat fisika statistik   mikrajuddin abdullah
Diktat fisika statistik mikrajuddin abdullah
Petrus Bahy
 
Fisika SMP kelas 9 oleh Evi Damayanti
Fisika SMP kelas 9 oleh Evi DamayantiFisika SMP kelas 9 oleh Evi Damayanti
Fisika SMP kelas 9 oleh Evi Damayanti
Evi Damayanti
 
Fisika Kuantum (4) metodologi
Fisika Kuantum (4) metodologiFisika Kuantum (4) metodologi
Fisika Kuantum (4) metodologi
jayamartha
 
46146592 konduktivitas-termal-kisi
46146592 konduktivitas-termal-kisi46146592 konduktivitas-termal-kisi
46146592 konduktivitas-termal-kisifitra010592
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
Akmalia Mn
 
Medan magnetik[1]
Medan magnetik[1]Medan magnetik[1]
Medan magnetik[1]
yasinta daul
 
Makalah perkembangan fisika klasik
Makalah perkembangan fisika klasik Makalah perkembangan fisika klasik
Makalah perkembangan fisika klasik
Muhammad Sudarbi
 
Bab iii(fix)
Bab iii(fix)Bab iii(fix)
Bab iii(fix)
tedykorupselalu
 
Susunan Inti dan Sifat Inti
Susunan Inti dan Sifat IntiSusunan Inti dan Sifat Inti
Susunan Inti dan Sifat Inti
Fita Permata
 
Ppt listrik statis
Ppt listrik statisPpt listrik statis
Ppt listrik statis
rikaomamih
 
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balik
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balikPpt 2 difraksi kristal dan kisi balik
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balik
windyramadhani52
 

What's hot (20)

Model inti atom (asti dewi n.)
Model inti atom (asti dewi n.)Model inti atom (asti dewi n.)
Model inti atom (asti dewi n.)
 
Model-model Energi dalam Zat Padat
Model-model Energi dalam Zat PadatModel-model Energi dalam Zat Padat
Model-model Energi dalam Zat Padat
 
Hukum coulomb
Hukum coulombHukum coulomb
Hukum coulomb
 
Percobaan franck hertz
Percobaan franck hertzPercobaan franck hertz
Percobaan franck hertz
 
Pert 4 momentum sudut spin
Pert 4 momentum sudut spinPert 4 momentum sudut spin
Pert 4 momentum sudut spin
 
1.struktur kristal(kuliah)
1.struktur kristal(kuliah)1.struktur kristal(kuliah)
1.struktur kristal(kuliah)
 
Teori relativitas
Teori relativitasTeori relativitas
Teori relativitas
 
Diktat fisika statistik mikrajuddin abdullah
Diktat fisika statistik   mikrajuddin abdullahDiktat fisika statistik   mikrajuddin abdullah
Diktat fisika statistik mikrajuddin abdullah
 
Fisika SMP kelas 9 oleh Evi Damayanti
Fisika SMP kelas 9 oleh Evi DamayantiFisika SMP kelas 9 oleh Evi Damayanti
Fisika SMP kelas 9 oleh Evi Damayanti
 
Fisika Kuantum (4) metodologi
Fisika Kuantum (4) metodologiFisika Kuantum (4) metodologi
Fisika Kuantum (4) metodologi
 
46146592 konduktivitas-termal-kisi
46146592 konduktivitas-termal-kisi46146592 konduktivitas-termal-kisi
46146592 konduktivitas-termal-kisi
 
STATISTIK BOSE-EINSTEIN
STATISTIK BOSE-EINSTEINSTATISTIK BOSE-EINSTEIN
STATISTIK BOSE-EINSTEIN
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Struktur atom
Struktur atomStruktur atom
Struktur atom
 
Medan magnetik[1]
Medan magnetik[1]Medan magnetik[1]
Medan magnetik[1]
 
Makalah perkembangan fisika klasik
Makalah perkembangan fisika klasik Makalah perkembangan fisika klasik
Makalah perkembangan fisika klasik
 
Bab iii(fix)
Bab iii(fix)Bab iii(fix)
Bab iii(fix)
 
Susunan Inti dan Sifat Inti
Susunan Inti dan Sifat IntiSusunan Inti dan Sifat Inti
Susunan Inti dan Sifat Inti
 
Ppt listrik statis
Ppt listrik statisPpt listrik statis
Ppt listrik statis
 
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balik
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balikPpt 2 difraksi kristal dan kisi balik
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balik
 

Similar to Pertemuan 9 Aplikasi Statistik Maxwell-Boltzmann.pptx

Bab 12-listrik-magnet
Bab 12-listrik-magnetBab 12-listrik-magnet
Bab 12-listrik-magnet
Heny Suvita
 
ppt elektro.pdf
ppt elektro.pdfppt elektro.pdf
ppt elektro.pdf
SintyaAsiah1
 
Makalah fisika magnet
Makalah fisika magnetMakalah fisika magnet
Makalah fisika magnetAnnis Kenny
 
Contoh Makalah Fisika Magnet
Contoh Makalah Fisika MagnetContoh Makalah Fisika Magnet
Contoh Makalah Fisika Magnet
Hendri saputra
 
KEMAGNETAN.pdf
KEMAGNETAN.pdfKEMAGNETAN.pdf
KEMAGNETAN.pdf
AmiliaIndah1
 
Ringkasan fisika 3 sma smt 2 (fix)
Ringkasan fisika 3 sma smt 2 (fix)Ringkasan fisika 3 sma smt 2 (fix)
Ringkasan fisika 3 sma smt 2 (fix)
Saifurrahman Santoso
 
Struktur atom dan sistem periodik
Struktur atom dan sistem periodikStruktur atom dan sistem periodik
Struktur atom dan sistem periodik
ujangsupiandi
 
magnetostatika.ppt
magnetostatika.pptmagnetostatika.ppt
magnetostatika.ppt
muliani7
 
Astro
AstroAstro
Fisikaaaaaaaaa
FisikaaaaaaaaaFisikaaaaaaaaa
Fisikaaaaaaaaa
nasrul ah
 
Fsk atom lengkap
Fsk atom lengkapFsk atom lengkap
Fsk atom lengkap
Lilis Sartika
 
Gelombang Elektromagnetik
Gelombang ElektromagnetikGelombang Elektromagnetik
Gelombang Elektromagnetiknurwani
 
Rpp 3.14 jun
Rpp 3.14 junRpp 3.14 jun
Rpp 3.14 jun
Jun Hidayat
 
01b model atom
01b model atom01b model atom
01b model atom
Sonitehe Waruwu
 
Gelombana EM
Gelombana EMGelombana EM
Gelombana EM
Alin_24
 
Ppt medan magnetik
Ppt medan magnetikPpt medan magnetik
Ppt medan magnetik
emri3
 
KONSEP DAN PENOMENA KUANTUM.pptx
KONSEP DAN PENOMENA KUANTUM.pptxKONSEP DAN PENOMENA KUANTUM.pptx
KONSEP DAN PENOMENA KUANTUM.pptx
AgiesSahirwan
 
Struktur Atom Presentation
Struktur Atom PresentationStruktur Atom Presentation
Struktur Atom Presentation
hafizona
 

Similar to Pertemuan 9 Aplikasi Statistik Maxwell-Boltzmann.pptx (20)

Massa atom
Massa atomMassa atom
Massa atom
 
Bab 12-listrik-magnet
Bab 12-listrik-magnetBab 12-listrik-magnet
Bab 12-listrik-magnet
 
ppt elektro.pdf
ppt elektro.pdfppt elektro.pdf
ppt elektro.pdf
 
Makalah fisika magnet
Makalah fisika magnetMakalah fisika magnet
Makalah fisika magnet
 
Contoh Makalah Fisika Magnet
Contoh Makalah Fisika MagnetContoh Makalah Fisika Magnet
Contoh Makalah Fisika Magnet
 
KEMAGNETAN.pdf
KEMAGNETAN.pdfKEMAGNETAN.pdf
KEMAGNETAN.pdf
 
Ringkasan fisika 3 sma smt 2 (fix)
Ringkasan fisika 3 sma smt 2 (fix)Ringkasan fisika 3 sma smt 2 (fix)
Ringkasan fisika 3 sma smt 2 (fix)
 
Struktur atom dan sistem periodik
Struktur atom dan sistem periodikStruktur atom dan sistem periodik
Struktur atom dan sistem periodik
 
magnetostatika.ppt
magnetostatika.pptmagnetostatika.ppt
magnetostatika.ppt
 
Astro
AstroAstro
Astro
 
Fisikaaaaaaaaa
FisikaaaaaaaaaFisikaaaaaaaaa
Fisikaaaaaaaaa
 
Fsk atom lengkap
Fsk atom lengkapFsk atom lengkap
Fsk atom lengkap
 
Gelombang Elektromagnetik
Gelombang ElektromagnetikGelombang Elektromagnetik
Gelombang Elektromagnetik
 
Rpp 3.14 jun
Rpp 3.14 junRpp 3.14 jun
Rpp 3.14 jun
 
01b model atom
01b model atom01b model atom
01b model atom
 
Gelombana EM
Gelombana EMGelombana EM
Gelombana EM
 
Model atom bohr(full version)
Model atom bohr(full version)Model atom bohr(full version)
Model atom bohr(full version)
 
Ppt medan magnetik
Ppt medan magnetikPpt medan magnetik
Ppt medan magnetik
 
KONSEP DAN PENOMENA KUANTUM.pptx
KONSEP DAN PENOMENA KUANTUM.pptxKONSEP DAN PENOMENA KUANTUM.pptx
KONSEP DAN PENOMENA KUANTUM.pptx
 
Struktur Atom Presentation
Struktur Atom PresentationStruktur Atom Presentation
Struktur Atom Presentation
 

Recently uploaded

Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
mtsarridho
 
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
renprogarksd3
 
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITASSURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
Pemdes Wonoyoso
 
Materi matriks dan determinan matriks.pptx
Materi matriks dan determinan matriks.pptxMateri matriks dan determinan matriks.pptx
Materi matriks dan determinan matriks.pptx
BanjarMasin4
 
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIPPERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
Pemdes Wonoyoso
 
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdfM. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
AjrunAzhiima
 
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis JurnalA.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
Ekhwan2
 
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffffLAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
acehirfan
 
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
MhdFadliansyah1
 
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan - Fase B.pdf
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan  - Fase B.pdfModul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan  - Fase B.pdf
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan - Fase B.pdf
MiliaSumendap
 
Analisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasi
Analisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasiAnalisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasi
Analisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasi
afaturooo
 
Transformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera Pendidikan
Transformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera PendidikanTransformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera Pendidikan
Transformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera Pendidikan
deamardiana1
 
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptxApa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
AssyifaFarahDiba1
 
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gatewaybahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
subbidtekinfo813
 

Recently uploaded (14)

Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
 
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
 
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITASSURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
 
Materi matriks dan determinan matriks.pptx
Materi matriks dan determinan matriks.pptxMateri matriks dan determinan matriks.pptx
Materi matriks dan determinan matriks.pptx
 
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIPPERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
 
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdfM. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis JurnalA.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
 
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffffLAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
 
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
 
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan - Fase B.pdf
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan  - Fase B.pdfModul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan  - Fase B.pdf
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan - Fase B.pdf
 
Analisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasi
Analisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasiAnalisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasi
Analisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasi
 
Transformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera Pendidikan
Transformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera PendidikanTransformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera Pendidikan
Transformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera Pendidikan
 
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptxApa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
 
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gatewaybahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
 

Pertemuan 9 Aplikasi Statistik Maxwell-Boltzmann.pptx

  • 2.  Isi Bab Ini Bab ini berisi contoh aplikasi statistik Maxwell-Boltzmann pada sejumlah assembli sederhana yang mengandung partikel klasik dan beberapa perbandingan ramalan menggunakan statistik ini dengan data pengamatan.  Tujuan Bab Ini Tujuan bab ini adalah mahasiswa memahami beberapa aplikasi statistik Maxwell-Boltzmann pada sejumlah assembli klasik dan perbandingan hasil ramalan tersebut dengan data pengamatan.  Apa Yang Perlu Dikuasai Lebih Dahulu Untuk memahami aplikasi statistik Maxwell-Boltzmann mahasiswa perlu memahami prinsip dasar statistik Maxwell-Boltzmann, kerapatan keadaan klasik dan beberapa teknik integral.
  • 3.  Efek Doppler dijumpai pada gelombang bunyi maupun gelombang elektromagnetik.  Salah satu pesan dari efek ini adalah jika sumber gelombang mendekati pengamat maka frekuensi yang diukur lebih besar daripada apabila sumber diam terhadap pengamat. Atau dengan kata lain panjang gelombang yang dikur oleh pengamat lebih kecil daripada apabila sumber diam terhadap pengamat. Berlaku juga untuk sebaliknya.
  • 4.  Khusus untuk gelombang elektromagnetik, panjang gelombang yang dikur oleh pengamat yang diam yang dihasilkan oleh sumber bergerak dengan kecepatan vx terhadap pengamat adalah  Dalam astronomi, efek Dopler digunakan untuk mengukur kecepatan bintang- bintang 0 1 x v c           0 dengan panjang gelombang yang diukur pengamat panjang gelombang jika sumber gelombang diam terhadap pengamat kecepatan cahaya 0 jika sumber mendekati pengama x c v       t 0 jika sumber menjauhi pengamat x v    1
  • 5.  Perhatikan sebuah atom yang memiliki dua tingkat energi seperti ditunjukan gambar disamping!  Atom tersebut memancarkan spektrum gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang tertentu, sebut saja λ0, akibat transisi elektron antar tingkat energi atom tersebut.  Jika atom dalam keadaan diam maka panjang gelombang yang kita ukur adalah λ0, persis sama dengan panjang gelombang yang dipancarkan atom.
  • 6.  Jika atom tersebut bergerak dengan kecepatan vx maka panjang gelombang yang diukur oleh pengamat sesuai dengan yang ditunjukan oleh persamaan (1): 0 1 x v c           0 1 x v c           Sumber mendekati pengamat Sumber menjauhi pengamat
  • 7.  Jika ada sejumlah atom yang diam maka gelombang yang diukur pengamat merupakan jumlah gelombang yang dipancarkan oleh semua atom. Panjang gelombang yang diterima dari semua atom sama, yaitu λ0. Yang dideteksi oleh pengamat hanyalah gelombang dengan panjang λ0 tetapi memiliki intensitas tinggi.  Akan tetapi jika atom yang memancarkan gelombang bergerak secara acak maka komponen kecepatan ke arah pengamat, yaitu vx juga acak. Akibatnya panjang gelombang yang diukur pengamat yang berasal dari satu atom berbeda dengan yang diukur dari atom lainnya.  Pengamat akan mengukur gelombang yang memiliki panjang yang bervariasi dalam jangkauan tertentu. Ini berakibat pada pelebaran garis spektrum yang diamati.
  • 8.  Selanjutnya kita akan menentukan distribusi intensitas spektrum pada berbagai panjang gelombang.  Kecepatan atom gas pemancar spektrum memenuhi fungsi distribusi Maxwell- Boltzmann karena merupakan partikel klasik. Peluang keberadaan sebuah atom pada rentang komponen kecepatan antara vx sampai dengan vx+dvx adalah:  Untuk mendapatkan fungsi distribusi intensitas maka kita harus mentrasformasi variable kecepatan ke dalam variable panjang gelombang λ dengan menggunakan persamaan Doppler (1).   2 /2 2 x mv kT x x x m n v dv e dv kT    0 1 x v c           0 1 x v c           0 x dv c d    0 x c dv d   
  • 9.  Apabila transformasi dilakukan, maka:  Sehingga:     x x n v dv I d      dimana : menyatakan intensitas panjang gelombang yang memiliki panjang gelombang antara samapai I d d         2 /2 2 x mv kT x m I d e dv kT     
  • 10.  Selanjutnya:  Dalam bentuk sederhana dapat dituliskan:     2 0 0 2 2 0 0 1 exp 2 2 exp 1 2 2 m c m c I d d kT kT m c mc I d d kT kT                                                                               2 2 0 0 exp 1 2 mc I d I d kT                            0 0 0 intensitas ketika . tidak bergantung pada panjang gelombang tapi bergantung pada besaran lain seperti suhu gas dan massa atom gas I I          2
  • 11. Dari gambar di atas tampak bahwa intensitas terdeteksi disekitar λ0 dengan λ0 merupakan lokasi puncak intensitas. Jika suhu diperbesar maka spektrum akan makin lebar dan intensitasnya makin lemah. Hal ini disebabkan karena gerakan atom yang makin acak
  • 12.  Selanjutnya kita akan bahas suatu assembli yang mengandung kumpulan atom yang memiliki momen magnet. Di dalam assembli tersebut kita berikan medan magnetic B.  Untuk mempermudah, kita asumsikan sifat-sifat berikut: 1) Tidak ada interaksi antar atom. Interaksi hanya terjadi antara atom dengan medan magnet luar yang diberikan. Pada kenyataanya ada interaksi antara momen magnetic. 2) Momen magnetik atom hanya bisa mengambil salah satu dari dua arah orientasi, yaitu searah medan magnet atau berlawanan arah medan magnet.
  • 13.  Kita akan menentukan berapa momen magnetik total yang dihasilkan oleh kumpulan atom-atom tersebut.  Mula-mula kita hitung energi yang dimiliki masing-masing atom akibat interaksi momen magnetik dengan medan magnet luar.  Karena di awal kita sudah membatasi arah orientasi momen magnetic, yaitu searah medan magnet luar atau berlawanan medan magnet luar, maka: cos U B B        dimana : momen magnetik medan magnet luar sudut antara momen magnetik dan medan magnetik B      cos0 U B B        cos U B B        Momen magnetic searah medan magnet luar Momen magnetic berlawanan medan magnet luar   3
  • 14.  Probabilitas menemukan atom dengan arah momen searah medan magnet luar sebanding dengan  Probabilitas menemukan atom dengan arah momen berlawanan medan magnet luar sebanding dengan  Sehingga:  Karena jumlah probabilitas sama dengan 1, maka faktor normalisasi dapat dituliskan:   n U   n U     P Kn U P Kn U       K adalah faktor penormalisasi         1 P P K n U n U K n U n U                        1 K n U n U       4   5
  • 15.  Dengan mensubstitusi persamaan (5) ke persamaan (4) didapat:  Selanjutnya, karena atom merupakan partikel klasik yang memenuhi distribusi Maxwell-Boltzman, maka probabilitas masing-masing arah orientasi memenuhi:             n U P n U n U n U P n U n U               6     exp exp exp exp U B n U kT kT U B n U kT kT                                        7
  • 16.  Dengan mensubstitusi persamaan (7) ke persamaan (6) kita peroleh:  Momen magnetic yang searah medan memberikan kontribusi momen magnetic +μ, dan yang berlawanan dengan arah medan memberi kontribusi momen magnetik −μ.Selanjutnya momen magnetic rata-rata dapat dihitung dengan persamaan sederhana: exp exp exp exp exp exp B kT P B B kT kT B kT P B B kT kT                                                    P P           8   9
  • 17.  Dengan mensubstitusi persamaan (8) ke persamaan (9) kita dapatkan: exp exp exp exp exp exp exp exp exp exp B B kT kT B B B B kT kT kT kT B B kT kT B B kT kT                                                                                                      :tanh x x x x e e ingat x e e      tanh B kT             10
  • 18.  Dari persamaan (10) dapat disimpulkan: Artinya bahwa pada suhu tersebut momen magnetik rata-rata mengambil arah yang sama. Ini terjadi karena pada suhu yang mendekati nol, getaran termal atom-atom menjadi sangat kecil. Interaksi dengan medan magnet luar dapat memaksa atom- atom mengambil arah orientasi yang sama. Ini akibat getaran atom-atom yang sangat intensif sehingga medan magnet luar yang diberikan tidak sanggup mengarahkan momen-momen magnet. Energi termal electron jauh melampaui energi interkasi dengan medan magnet. . Arah momen magnet atom-atom menjadi acak. Akibatnya, jumlah momen magnet yang searah medan menjadi sama dengan yang berlawanan arah medan.  Tampak juga untuk suhu yang sama, momen magnetic rata-rata makin besar jika medan makin besar. Ini disebabkan penggunan medan yang besar akan memberikan paksaan yang lebih besar kepada atom-atom untuk menyearahkan momen magnetiknya. Jika 0 maka T     Jika maka 0 T    
  • 19.  Setelah kita membahas momen magnetic rata-rata dimana hanya ada 2 orientasi yang diizinkan, selanjutnya jika kasusnya sedikit kita perluas dimana arah orientasi yang diizinkan menjadi 3 arah orientasi (searah medan magnet, tegak lurus medan magnet dan berlawanan medan magnet), bagaimana momen magnetic rata-ratanya?  Dari persamaan energi interaksi antara momen magnetik dengan magnet luar yang ditunjukan oleh persamaan (3) kita dapatkan: cos0 U B B        cos U B B        Momen magnetic searah medan magnet luar Momen magnetic berlawanan medan magnet luar cos 0 2 U B       Momen magnetic tegak lurus medan magnet luar
  • 20.  Probabilitas untuk mendapatkan momen magnetic pada berbagai arah tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:  Dengan faktor normalisasi       P Kn U P Kn U P Kn U                1 K n U n U n U                               n U P n U n U n U n U P n U n U n U n U P n U n U n U                        
  • 21.  Dengan cara yang sama ketika membahas dengan 2 arah orientasi kita dapatkan:       exp exp 0 exp exp 1 exp exp U B n U kT kT U n U kT kT U B n U kT kT                                                        exp exp 1 exp 1 exp 1 exp exp exp 1 exp B kT P B B kT kT P B B kT kT B kT P B B kT kT                                                                        
  • 22.  Momen magnetic yang searah medan memberikan kontribusi momen magnetic +μ, yang tegak lurus memberikan kontribusi momen magnetik nol dan yang berlawanan dengan arah medan memberi kontribusi momen magnetik −μ. Selanjutnya momen magnetic rata-rata dapat dihitung: 0 P P P           exp exp exp 1 exp exp 1 exp exp exp exp exp 2 exp 1 exp 1 2 B B kT kT B B B B kT kT kT kT B B B B kT kT kT kT B B kT kT                                                                                                                           exp exp 2 B B kT kT                                   
  • 23. :sinh 2 cosh 2 x x x x e e ingat x e e x       exp exp sinh 2 1 exp exp cosh 1 2 2 2 B B B kT kT kT B B B kT kT kT                                                                       