SlideShare a Scribd company logo
MAKALAH
RELATIVITAS KHUSUS
(KD 3.7)
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Fisika Sekolah III
Dosen:
Prof. Dr. Parlindungan Sinaga, M.Si
Disusun Oleh:
Kelompok 2
Nanda Ivana Shinta 1700153
Ninda Amalia 1703782
Alifia Chairunnisa Bifani 1705202
DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2019
KD 3.7 Menjelaskan fenomena perubahan panjang, waktu, dan massa dikaitkan dengan
kerangka acuan dan kesetaraan massa dengan energi dalam teori relativitas khusus
KD 4.7 Mempresentasikan konsep relativitas tentang panjang, waktu, massa, dan kesetaraan
massa dengan energi
A. Konsep Eseensial
1. Relativitas Umum
2. Relativitas Khusus
3. Kerangka acuan
4. Kerangka acuan inersial
5. Gerak benda
6. Ttransformasi Galilean
7. Eksperimen Michelson-Morley
8. Transformasi Lorentz
9. Konsekuensi Relativitas Khusus
10. Massa Relativistik
11. Momentum Relativistik
12. Keterkaitan Massa dan Energi Relativistik
B. Peta Konsep
RELATIVITAS
Kerangka Acuan Gerak Benda
Transformasi
Lorentz
Eks.
Michelson-
Morley
Transformasi
Galilean
v<< c
0≤v< c
Relativitas
Umum
Relativitas
Khusus
Kecepatan
cahaya konstan
Kerangka Acuan
Inersia
Konsekuensi
Dilatasi
Waktu
Kontraksi
Panjang
Massa
Relativistik
Momentum
Relativistik
Keterkaitan
massa dan
energy
relativistik
C. Relativitas Umum dan Relativitas Khusus
Relativitas mempelajari bagaimana sebuah gerakan dilihat dari sudut pandang
yang berbeda-beda. Karena sesuatu dikatakan “bergerak” apabila kedudukannya
berubah relativ terhadap sesuatu, maka sebuah gerakan yang dilihat dengan sudut
pandang yang berbeda-beda akan menghasilkan data yang berbeda-beda sesuasi
dengan sudut pandang masing-masing.
Relativitas ini memberikan cara yang memungkinkan hasil dari pengamat
sudut pandang yang satu diubah menjadi sudut pandang lain menggunakan
perhitungan matematis yang disebut dengan transformasi.
Dua orang Fisikawan bernama Albert A. Michelson dan Edward Morley
mempublikasikan hasil eksperimen yang mereka lakukan pada tahun 1887.
Eksperimen tersebut adalah eksperimen pengukuran gerak bumi melalui “eter”, seuatu
medium hipotesis yang memenuhi alam semesta sehingga cahaya dapat merambat.
Yang dilakukan Michelson-Morley pada eksperimennya itu membandingkan
kelajuan cahaya sejajar dengan cahaya tegak lurus pada gerak bumi mengelilingi
matahari.
Dari eksperimen Michelson-Morley tidak mendapatkan gerak bumi terhadap
eter. Artinya tidak adanya keberadaan eter dan tidak adanya “gerak absolut”. Setiap
gerak adalah relatif terhadap kerangka acuan khusus, bukan kerangka acuan universal.
Hasil eksperimen juga menunjukkan bahwa kelajuan cahaya sama bagi setiap
pengamat dan suatu hal yang tidak benar bagi gelombang memerlukan medium
material untuk merambat (seperti gelombang bunyi dan air).
Albert Einstein, Seorang ilmuwan dibalik teori relativitas ini mempublikasikan
bagian pertama dari teori ini yaitu Teori Relativitas Khusus pada tahun 1905.
Kemudian pada 1916, Einstein mempublikasikan bagian keduanya yaitu Teori
Relativitas Umum.
1) Teori Relativitas Khusus
Teori relativitas khusus berlaku untuk kerangka acuan inersia (kerangka acuan
yang dia atau yang bergerak dengan kecepatan konstan). Teori ini bersandar pada
pada dua postulat. Dari postulat inilah Einstein menyimpulkan bahwa tidak ada
kerangka absolut. Semua benda bergerak relative terhadap yang lain.
Postulat relativitas:
1. Prinsip relativitas, yang menyatakan bahwa “hukum fisika dapat dinyatakan
dalam persamaan yang berbentuk sama dalam semua kerangka acuan yang
bergerak dengan kecepatan tetap satu dengan lainnya.”
2. “Kelajuan cahaya dalam ruang hampa sama besar untuk semua pengamat,
tidak bergantung dari keadaan gerak pengamat itu.”
2) Teori Relativitas Umum
Teori relativitas umum berlaku untuk semua kerangka acuan dengan
percepatan relative terhadap kerangka lain. Dasar dari teori ini adalah Prinsip
Keekivalenan.
D. Prinsip Relativistik
1. Tranformasi Galilean
Menurut principle of Newtonian Relativity bahwa hokum-hukum mekanika
haruslah sama diseluruh kerangka referensi inersial. Lokasi dan waktu dari suatu
kejadian dapat dinyatakan oleh koordinat (x,y,z,t). kita dapat mentransformasikan
koordinat ruang dan waktu suatu kejadian dari suatu sistem inersial ke sistem lain
yang bergerak dengan kecepatan konstan relatif terhadap sistem inersial pertama.
Misalkan ada dua sistem inersial S dan S’, sistem inersial S dinyatakan oleh
koordinat (x,y,z,t) dan sistem inersial S’ dinyatakan oleh koordinat (x’, y’, z’, t’),
dimana pada keadaan awal kedua sistem kerangka referensi berimpit. Selanjutnya
sistem inersial S’ bergerak ke kanan searah sumbu x dengan kecepatan konstan v
relatif terhadap kerangka S.
Medan gravitasi yang seragam benar-benar
ekivalen dengan kerangka acuan yang
dipercepat secara seragam
Gambar 11. Kerangka referensi inersial
Maka kedua sitem koordinat dihubungkan oleh persamaan
𝑥′
= 𝑥 − 𝑣𝑡
𝑦′
= 𝑦
𝑧′
= 𝑧
𝑡′
= 𝑡
Persamaan tersebut di atas dikenal sebagai transformasi koordinat Galilean.
Keempat koordinat tersebut waktunya diasumsikan sama dikedua sistem inersial.
Maka konsekuensinya ialah interval waktu antara dua kejadian yang berurutan
haruslah sama diamati oleh kedua pengamat di kerangka S dan S’.
Misalkan ada dua kejadian yang diamati oleh pengamat di S yang jaraknya dx dan
interval waktunya dt, sedangkan menurut pengamat di kerangka S’
perpindahannya ialah dx’=dx-vdt, karena dt=dt’ maka
𝑑𝑥′
𝑑𝑡′ =
𝑑𝑥
𝑑𝑡
− 𝑣 atau
𝑈′
𝑥 = 𝑈𝑥 − 𝑣
Ux disini ialah kecepatan benda relatif tehadap kerangka S, U’x ialah kecepatan
benda relatif terhadap kerangka S’. persamaan tersebut dinamakan Hukum
penjumlahan kecepatan Galilean atau transformasi kecepatan Galilean. Nah
sekarang pertanyaannya adalah apakah hokum penjumlahan kecepatan Galilean
berlaku untuk seluruh rentang kecepatan benda? Misalnya ada dua orang
pengamat A dan B yang sama-sama mengamati cepat rambat cahaya.
A berada di dalam gerbong kereta, dimana kereta api bergerak dengan kecepatan
konstan v relatif terhadap B yang sedang berada di pinggir rel kereta api. Di dalam
gerbong kereta, A juga menyalakan senter dengan arrah rambat cahaya yang
searah dengan arah gerak kereta. Menurut A, cepat rambat cahaya ialah c.
Kemudian muncul pertanyaan, berdasarkan hukum penjumlahan kecepatan
Galilean, berapakah cepat rambat cahaya menurut A? cepat rambat cahaya
menurut A ialah:
Ux=U’x + v= c + v
Nah, berdasarkan perhitungan tersebut di atas, Ux lebih besar dari c. Hal ini
bertentangan dengan fakta bahwa cepat rambat cahaya di ruang hampa adalah
kecepatan objek terbesar. Ini menunjukkan bahwa hukum penjumlahan kecepatan
Galilean memiliki keterbatasan keberlakuannya yaitu hanya berlaku untuk gerak
benda yang kecepatannya jauh lebih kecil dari cepat rambat cahaya. Dan akan
menjadi salah apabila diterapkan pada kasus gerak benda yang kecepatannya
mendekati cepat rambat cahaya.
2. Transformasi Lorentz
Persamaan transformasi yang sejenis denga transformasi Galilean namun
diterapkan pada kecepatan yang sangat tinggi dinamakan transformasi Lorentz.
Transformasi Lorentz dikembangkan oleh Hendrik A Lorentz pada tahun 1890.
Transformasi Lorentz merupakan suatu set persamaan yang menghubungkan
koordinat ruang dan waktu dari dua kerangka referensi inersial S (Kerangka diam)
dan S’ (Kerangka yang bergerak) dengan kecepatan v relatif terhadap S.
Anggap suatu peristiwa terjadi pada koordinat ruang waktu (x,y,z,t) menurut
pengamat di S dan koordinat ruang dan waktu (x’,y’,z’,t’) menurut pengamat S’.
Agar seluruh koordinat mempunyai dimensi yang sama maka kalikan koordinat
waktu dengan c (kecepatan cahaya), sehingga dapat dituliskan S (x,y,z,ct) dan S’
(x’,y’,z’,ct) yang digambarkan sebagai berikut :
Dari gambar tersebut koordinat y dan z tidak terpengaruh oleh gerakan, artinya y
= y’ dan z = z’ . Sehingga yang dibahas ialah hubungan antara x dan x’ dan antara
t dan t’. Ketika S dan S’ saling berhimpit dan diasumsikan t = t’ = 0, Perkiraan
yang rasional tentang hubungan x’ dengan x dan t ialah
x’= G(x – vt)
dengan G ialah faktor tak berdimensi yang tidak bergantung pada x dan t tapi
merupakan fungsi dari v/c. Seandainya rumusan tersebut benar maka persamaan
invers nya ialah
x = G(x’ + vt’)
Menurut postulat relativitas khusus Einstein ke 2 , laju cahaya haruslah sama c
menurut ke dua pengamat dikerangka S dan S’. Jarak ke titik cahaya pada front
gelombang diukur oleh pengamat dikerangka S ialah r = ct , sedangkan menurut
pengamat di kerangka S’ ialah r’ = c t’. Karena kerangka S’ bergerak sepanjang
sumbu xx’ maka x = ct dan x’ = c t’. Maka persamaan menjadi
ct’ = G(ct – vt)
ct = G(ct’ + vt’)
eleminir t’ dari kedua persamaan tersebut maka akan diperoleh
𝑐𝑡 = 𝐺2 𝑐
(𝑐 + 𝑣)(𝑐 − 𝑣)𝑡
Atau
𝐺 ≡ 𝛾 =
1
√1−(
𝑣2
𝑐2)
Sifat dari faktor gama ditunjukkan pada gambar berikut
Grafik hubungan γ dengan ratio v terhadap c
Dengan demikian
𝑥’ = 𝛾(𝑥 – 𝑣𝑡 ) dan inversnya 𝑥 = 𝛾 (𝑥’ + 𝑣𝑡’)
maka persamaan Transformasi Lorentz :
𝑥′
= (𝛾 − 𝑣𝑡)
𝑦′
= 𝑦
𝑧′
= 𝑧
𝑡′
= 𝛾 (𝑡 −
𝑣𝑥
𝑐2)
Transformasi Lorentz kebalikannya (invers) atau transformasi Lorentz dari S’ ke S
ialah
𝑥 = 𝛾 (𝑥’ + 𝑣𝑡’ )
𝑦 = 𝑦’
𝑧 = 𝑧’
𝑡 = 𝛾 ( 𝑡’ +
𝑣𝑥’
𝑐2 )
Dengan
𝛾 =
1
√1−(
𝑣2
𝑐2)
Pada persmaaan transformasi Lorentz ini, t tidak sama dengan t’ atau waktu
tempuh sinar ke masing – masing pengamat di kerangka S dan S’ tidak sama, hal
ini sesuai dengan dengan postulat relativitas khusus ke 2, dimana t’ bergantung
pada kedua t dan x serta sebaliknya t bergantung pada kedua t’ dan x’, keterkaitan
ini merupakan keterkaitan ruang dan waktu yang dijelaskan oleh Einstein.
E. Konsekuensi Relativitas Khusus
1. Dilatasi Waktu (time dilation)
Dua orang pengamat O dan O’ masing-masing mengamati waktu tempuh
berkas sinar laser.
Gambar 1. Kecepatan cahaya menurut pengamat di kerangka inersial
Sinar laser yang dipancarkan menuju cermin, dipantulkan oleh cermin dan
berkas sinar laser kembali lagi pada sumber laser. Nah, pertanyaannya berapakah
waktu tempuh sinar laser menurut pengamat O’ (di kereta yang bergerak dengan
kecepatan konstan v relatif terhadap pengamat O di pinggir rel kereta) dan menurut
pengamat O?
Menurut pengamat O’, interval waktu sinar laser dari mulai dipancarkan
hingga tiba lagi di sumber laser ialah:
∆𝑇′
=
2𝑑
𝑐
………………………..1
Waktu yang diukur oleh O’ ialah waktu sebenarnya (proper time). Menurut
pengamat O interval waktu sinar laser adalah
Gambar 2. Kecepatan cahaya menurut pengamat di kerangka O
(
𝑐∆𝑇
2
)
2
= (
𝑣∆𝑇
2
)
2
+ 𝑑2
∆𝑇2(𝑐2
− 𝑣2) = (2𝑑)2
∆𝑇 =
2𝑑
𝑐
1
√1−
𝑣2
𝑐2
= 𝛾∆𝑇′
…………………2
Karena 𝛾>1 maka berarti ∆𝑇 > ∆𝑇′inilah yang disebut dengan dilatasi waktu.
Gambar 3. Dilatasi waktu
Apa sesungguhnya dilatasi waktu itu? Dilatasi waktu memang ada
dikehidupan sehari-hari. Dilatasi waktu merupakan fenomena nyata dan telah
dibuktikan melalui berbagai eksperimen. Sebagai contoh, pengukuran waktu
hidup partikel muon. Muon adalah partikel elementer yang tidak stabil. Muatan
muon sama dengan muatan elektron dan massanya 2017 kali massa elektron.
Waktu hidup muon 2,2 µs bila diukur dikerangka yang diam terhadap muon. Kita
asumsikan 2,2 µs adalah rata-rata waktu hidup muon dan kelajuan muon hampir
sama dengan cepat rambat cahaya, yaitu c. Maka partikel ini dapat menempuh
jarak 650 m sebelum partikel ini meluruh menjadi partikel yang lain. Berdasarkan
perhitungan ini, bila partikel masuk ke bumi tapi tidak akan sampai di bumi.
Namun dari eksperimen membuktikan bahwa banyak partikel muon yang sampai
di bumi. Fenomena ini dapat dijelaskan dengan time dilation sebagai berikut:
waktu hidup muon relatif terhadap pengamat di bumi adalah 𝛾𝑇 dengan T=2,2 µs.
Nilai ini merupakan waktu hidup dikerangka referensi yang bergerak bersama
muon. Misalkan kecepatan muon 0,99c, maka 𝛾=7,1 dan 𝛾𝑇=16 µs. jarak tempuh
rata-rata muon diukur oleh pengamat dibumi ialah 0,99𝑥3.108
𝑥16.10−6
=
4700 𝑚. Dengan demikian, muon yang bergerak dengan kelajuan mendekati
kecepatan cahya memiliki waktu hidup lebih panjang daripada muon yang diam.
Gambar 4. Pengukuran waktu hidup partikel muon ketika diam dan ketika bergerak
dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya
Bagaimana apabila fenomena ini diterapkan pada organisme, misalnya saja
orang yang pergi ke luar angkasa dengan pesawat yang kecepatannya mendekati
kecepatan cahaya, pertanyaannya apakah ketika orang tersebut kembali lagi ke bumi
usianya menjadi lebih muda dari teman sebayanya yang berada di bumi? Fenomena
tersebut disebut juga sebagai paradok anak kembar. Misalnya ada dua teman sebaya,
A dan B. A ini pergi ke luar angkasa dengan pesawat luar angkasa. Sementara B
tinggal di bumi. Ketika A kembali lagi ke bumi, B melihat bahwa A menjadi lebih
muda dibandingkan dirinya. Apakah fenomena ini benar-benar terjadi? Tetapi,
nyatanya belum bias dibuktikan karena manusia belum mampu membuat pesawat
yang kecepatannya mendekati kecepatan cahaya.
Gambar 5. Paradoks anak kembar
Jumlah ketika interval waktu terukur (kecepatan benda mendekati cepat
rambat cahaya) lebih besar daripada interval waktu sesungguhnya (kecepatan
benda dibawah cepat rambat cahaya) yang bersesuaian disebut dilatasi waktu.
(mendilatasi disini berarti memperluas dan meregangkan, dalam kasus ini waktu
diperpanjang atau diregangkan). Seringkali rasio takberdimensi v/c dalam
persamaan 2 dapat diganti dengan 𝛽, atau disebbut dengan parameter kecepatan.
Dan kebalikan dari akar kuadrat takberdimensi dalam persamaan 2 tersebut sering
diganti dengan 𝛾 yang disebut faktor Lorentz:
𝛾 =
1
√1−𝛽2 =
1
√1−(
𝑣
𝑐
)
2
……………………..3
Dengan pergantian ini, dapat menuliskan ulang persamaan 3 menjadi
∆𝑇 = 𝛾∆𝑇′…………………………..4
Parameter kecepatan 𝛽 selalu lebih kecil dari satu dan asalkan v tidak nol,
𝛾 selalu lebih besar dari satu. Semakin besar kecepatan relatif antara si A dan B,
akan semakin besar interval waktu yang diukur oleh B, sampai pada kecepatan
yang cukup besar, interval akan menjadi “selamanya”.
2. Kontraksi Panjang
Kontraksi panjang merupakan konsekuensi langsung dari dilatasi waktu.
Kita kembali lagi mempertimbangkan dua pengamat A dan B. Kali ini, baik A,
yang duduk di dalam kereta yang bergerak melewati stasiun, maupun B yang
menggunakan pita pengukur mendapati panjangnya adalah 𝐿𝑜, suatu panjang
wajar (panjang sesungguhnya) karena peron ini diam terhadap B. B juga mencatat
bahwa A yang di dalam kereta, bergerak melewati panjang ini dalam waktu ∆𝑡 =
𝐿𝑜/𝑣, di mana v adalah kecepatan kereta yaitu:
𝐿′ = 𝑣∆𝑇 (menurut B)……………5
Interval waktu ∆𝑡 ini bukan interval waktu wajar (waktu sesungguhnya)
karena kedua peristiwa yang mendefinisikannya terjadi di dua tempat yang
berbeda. Dan oleh karena itu, B harus menggunakan dua jam yang disinkronkan
untuk mengukur interval waktu ∆𝑡.
Namun bagi A, peron bergerak melewatinya. Ia mendapati bahwa kedua peristiwa
yang diukur oleh B terjadi di tempat yang sama dalam kerangka acuannya. Ia dapat
mengukur waktunya dengan jam stasioner tunggal sehingga interval ∆𝑡𝑜 yang diukur
merupakan interval waktu wajar (interval waktu sesungguhnya). Bagi A, panjang
peron L adalah
𝐿 = 𝑣∆𝑇′ (menurut A)……………6
Jika kita membagi persamaan 5 dengan persamaan 6 dan menerapkan persamaan
4, yaitu kita dapat memperoleh persamaan dilatasi waktu sebagai berikut:
𝐿
𝐿′
=
𝑣∆𝑇′
𝑣∆𝑇
=
1
𝛾
,
𝐿 =
𝐿′
𝛾
…………………….7
Persamaan 7 merupakan persamaan kontraksi panjang.
Bagaimana waktu tempuh astronot hingga tiba di bintang menurut pengamat di
bumi? Menurut pengamat di bumi, jarak bumi-bintang ialah 4,3 tahun cahaya dan
pesawat bergerak dengan keceapan konstan 0,95c, maka waktu tempuh astronot tiba di
bintang ialah
𝑡𝑏𝑢𝑚𝑖 =
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘
𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
=
4,3 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑐𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎
0,95𝑐
= 4,5 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Sedangkan waktu tempuh menurut astronot adalah
𝑡𝑎𝑠𝑡𝑟𝑜𝑛𝑜𝑡 =
𝑡𝑏𝑢𝑚𝑖
𝛾
=
4,5 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
3,2
= 1,4 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Menurut pengamat di bumi, pesawat bergerak meninggalkan bumi dan jarak
bumi-bintang itu tetap. Sedangkan pengamat di pesawat berpendapat bahwa dia diam
tapi bumi dan bintanglah yang bergerak meninggalkannya. Mengapa hasil pengukuran
mereka terhadap waktu tempuh mendapatkan hasil yang berbeda, padahal kedua
pengamat setuju bahwa kecepatan pesawat ialah konstan 0,95c? hal ini menunjukkan
bahwa jarak bumi-bintang yang diukur oleh pengamat di bumi berbeda dengan yang
diukur oleh astronot. Jarak bumi-bintang yang diukur astronot lebih pendek dari yang
diukur oleh pengamat di bumi. Inilah konsekuensi relativitas khusus yang disebut
dengan kontraksi panjang.
Gambar 6. Kontraksi panjang
F. Dinamika Relativistik
1. Massa Relativistik
Massa ketika diukur oleh pengamat yang diam terhadap benda disebut
dengan massa diam. Ketika benda bergerak dengan kelajuan mendekati cahaya
atau pengamat bergerak dengan kelajuan mendekati kelajuan cahaya kemudian
mengukur massa suatu benda, maka massa benda dalam kedaan ini lebih besar dari
massa diamnya. Massa ini disebut sebagai massa relativistik benda. Secara
matematis dituliskan sebagai berikut:
Keterangan untuk persamaan di atas, m menunjukkan massa relativistik, mo
menunjukkan massa diam benda, v menunjukkan kelajuan benda atau kelajuat
pengamat, dan c adalah kelajuan cahaya.
Berdasarkan grafik tersebut, massa relativistik menjadi lebih besar jika benda
tersebut bergerak mendekati cepat rambat cahaya.
2. Momentum Relativistik
Dalam kerangka acuan inersia, untuk kelajuan yang jauh lebih kecil dari
kelajuan cahaya. Momentum didefinisikan sebagai perkalian massa dengan
kecepatan. Hal ini menunjukkan bahwa momentum juga akan bersifat relative
karena faktor massa yang berubah ketika benda bergerak mendekati kelajuan
cahaya. Momentum suatu benda akan terlihat bertambah besar ketika benda
bergerak. Momentum ini disebut memontum relativistik benda. Secara matematis,
persamaan momentum dituliskan sebagai berikut:
Keterangan untuk persamaan di atas, p menunjukkan momentum relativistik suatu
benda yang bergerak dengan kelajuan mendekati kelajuan cahaya.
Grafik hubungan ratio v/c terhadap momentum relativistik
Harga momentum klasik akan semakin membesar terus menerus sebanding
dengan kecepatan bendanya seperti pada kurva berwarna hitam. Harga momentum
relativistic harganya mula – mula meningkat dan ketika kecepatannya mendekatai
cepat rambat cahaya maka harga momentumnya hamper konstan dan tidak
membesar lagi.
3. Energi Relativistik
Ketika sebuah partikel atau benda dalam keadaan diam, partikel
tersebut memiliki energi diam yang ditunjukkan dengan perkalian massa diam
dengan kuadrat kelajuan cahaya. Tentunya energi ini bukanlah energi
potensial kimia yang tersimpan dalam benda. Jika benda bergerak dengan
kalajuan mendekati kelajuan cahaya, energi total benda membesar sama
halnya seperti massanya yang ikut membesar. Energi ini sering pula disebut
sebagai energi relativistik benda. Selisih energi relativistik terhadap energi
diamnya merupakan energi kinetik benda. Secara matematis energi relativistik
dapat dituliskan sebagai berikut:
Keterangan untuk persamaan di atas adalah, Eo merupakan energi diam, E
menunjukkan energi relativistik atau energi total, dan Ek menunjukkan energi
kinetik yang dimiliki partikel saat bergerak.
4. Energi Kinetik Relativistik
Kita dapat menggunakan teorema usaha-energi untuk memperoleh bentuk
relativistik energi kinetik. Berdasarkan definisi usaha yang dikerjakan oleh
suatu gaya
𝑊 = ∫ 𝐹𝑑𝑥 = ∫
𝑑𝑝
𝑑𝑡
𝑑𝑥
𝑥2
𝑥1
𝑥2
𝑥1
Pada persamaan tersebut di atas, kita asumsikan bahwa gaya dan gerak benda
searah dengan sumbu x. p adalah momentum relativistik, maka
𝑑𝑝
𝑑𝑡
=
𝑑
𝑑𝑡
𝑚𝑣
√1 − (
𝑣2
𝑐2 )
=
𝑚(
𝑑𝑣
𝑑𝑡
)
[1 − (
𝑣2
𝑐2)]
3
2
Untuk usaha dengan asumsi partikel dipercepat dari keadaan diam hingga
kecepatan v, pernyataannya menjadi
𝑊 = ∫
𝑚 (
𝑑𝑣
𝑑𝑡
)𝑣𝑑𝑡
[1 − (
𝑣2
𝑐2 )]
3
2
= 𝑚 ∫
𝑣𝑑𝑣
[1 − (
𝑣2
𝑐2)]
3
2
𝑣
0
𝑥2
𝑥1
atau dapat ditulis
𝑊 =
𝑚𝑐2
√1 − (
𝑣2
𝑐2)
− 𝑚𝑐2
Pada teorema usaha energi, menyatakan bahwa usaha yang dilakukan oleh
gaya yang bekerja pada benda adalah sama dengan perubahan energi kinetik
benda tersebut. Karena energi kinetik awal sama dengan nol maka dapat
disimpulkan bahwa usaha W ekuivalen dengan energi kinetik relativistik K
𝐾 =
𝑚𝑐2
√1 − (
𝑣2
𝑐2)
− 𝑚𝑐2
Atau dapat ditulis 𝐾 = 𝛾𝑚𝑜𝑐2
− 𝑚𝑜𝑐2
𝑚𝑜𝑐2
adalah energi partikel dalam keadaan diam, 𝐸𝑜 merupakan kesetaraan
massa-energi dari Einstein, sedangkan 𝛾𝑚𝑐2
adalah energi total partikel E, E
dapat ditulis 𝐸 = 𝛾𝐸𝑜. Dengan demikian pernyataan untuk energi kinetik
relativistik dapat dituliskan
𝐾 = (𝛾 − 1)𝐸𝑜
Grafik hubungan antara energy kinetic terhadap rasio v/c
Grafik di atas memperlihatkan energi kinetik klasik dan energi kinetik
relativistik sebagai fungsi dari kelajuan. Energi kinetik klasik akan semakin
membesar seiring pertambahan kecepatan benda ditunjukkan oleh kurva biru.
Sedangkan energi kinetik relativistik awalnya membesar namun ketika
kelajuan benda mendekati cepat rambat cahaya, harganya hampir konstan
(tidak bertambah lagi).
Selain hubungan energi di atas, salah satu hubungan yang sering kali
menguntungkan dalam menyelesaikan permasalahan fisika adalah hubungan
energi dengan momentum. Hubungan kedua besaran tersebut dapat dituliskan
sebagai berikut:
Keterangan untuk persamaan di atas yaitu p menunjukkan momentum benda, c
adalah kelajuan cahaya, dan E menunjukkan energi relativistik atau total
partikel.
G. Penerapan Relativitas Khusus
Relativitas merupakan salah satu teori paling sukses yang pernah dijumpai Albert
Einstein. Relativitas adalah sesuatu yang kita alami setiap hari. Berikut ini merupakan
contoh relativitas dalam kehidupan sehari-hari:
1. GPS
Meskipun satelit tidak bergerak mendekati kecepatan cahaya, namun mereka
tetap berjalan cukup cepat. Satelit mengirimkan sinyal ke stasiun bumi di bumi.
Stasiun ini dan unit GPS dimobil anda semuanya mengalami akselerasi lebih tinggi
karena gravitasi daripada satelit di orbit. Satelit menggunakan jam yang tingkat
keakuratannya sampai beberapa miliar detik (nanodetik) untuk memperoleh akurasi
yang tepat.
Gambar 7
Satelit mengelilingi bumi dengan kecepatan yang cukup cepat, sekitar 10.000
kilometer per jam ( sekitar 6213 mil per jam). Namun, kecepatan satelit hanya
sekitar seperseribu kecepatan cahaya. Meskipun dengan kecepatan yang jauh lebih
lambat daripada kecepatan cahaya, satelit masih mengalami dilatasi waktu, yaitu
satelit masih “lebih tua” sekitar 4 mikrodetik setiap harinya. Selain itu, efek
gravitasi menyebabkan dilatasi waktu dan angkanya mendekati sekitar 7
mikrodetik. Jika efek dilatasi waktu ini tidak diketahui, maka GPS akan membuat
anda tersesat dengan sangat cepat. Dalam waktu hanya sehari, lokasi sesuai GPS
bias menyimpang sampai 8 kilometer (sekitar 5 mil) dari lokasi yang sebenarnya.
2. Tabung Sinar Katoda Pada TV
Pada televise lama dipasang instrument yang disebut tabung sinar katoda atau
Cathode Rays Tube (CRT). Perangkat ini yang kemudian akan mempercepat
elektron dan diarahkan ke layar. Pada bagian belakang layar dilapisi oleh lapisan
yang akan mengeluarkan cahaya ketika elektron menumbuk belakang layar.
Elektron bermuatan negatif ini akan diarahkan ke titik yang benar dan tepat pada
layar menggunakan medan magnet sehingga penonton dapat menonton gambar
yang sempurna seperti yang biasa di lihat di TV. Elektron ini bergerak kira-kira
sepertiga kali kecepatan cahaya. Ini berarti elektron mengalami pengaruh dari
relativitas dan para insinyur harus memperhitungkan kontraksi panjang saat
merancang magnet yang mengarahkan elektron untuk membentuk gambar pada
layar. Apabila efek ini tidak diperhitungkan, maka berkas elektron mungkin tidak
akan sampai pada layar atau kemungkinan dapat sampai pada layar namun
posisinya salah sehingga akan menciptakan gambar yang tidak dapat dipahami oleh
penonton.
H. Referensi
Tipler. 2001. Fisika Dasar Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Walker, Halliday, Resnick. 2010. Fisika dasar Edisi ketujuh Jilid 3. Jakarta: Erlangga
Krane, Kanneth. 2012. Modern Physics 3rd Edition. USA: John Wiley & Sons, Inc.
Beiser, Arthur. 1987. Konsep Fisika Moderen Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.

More Related Content

What's hot

Bab i-teori-relativitas-khusus
Bab i-teori-relativitas-khususBab i-teori-relativitas-khusus
Bab i-teori-relativitas-khususRiiNii Sukrini
 
Relativitas
RelativitasRelativitas
Relativitas
Fauzia1112
 
Fisika modern (teori relativitas)
Fisika modern (teori relativitas)Fisika modern (teori relativitas)
Fisika modern (teori relativitas)
VirdhanAiman
 
Bahan ajar fisika relativitas khusus
Bahan ajar fisika relativitas  khususBahan ajar fisika relativitas  khusus
Bahan ajar fisika relativitas khusus
eli priyatna laidan
 
Relativitas yang belum direfisi
Relativitas yang belum direfisi Relativitas yang belum direfisi
Relativitas yang belum direfisi
eli priyatna laidan
 
Transformasi lorenz
Transformasi lorenzTransformasi lorenz
Transformasi lorenz
Anggita Rizqia
 
Tugas fisika nadiva
Tugas fisika nadivaTugas fisika nadiva
Tugas fisika nadiva
caesarrizta- nadiva
 
Kinematika relativitas
Kinematika relativitasKinematika relativitas
Kinematika relativitas
SMA Negeri 9 KERINCI
 
Fisika Modern "Transformasi Lorenzt"
Fisika Modern "Transformasi Lorenzt"Fisika Modern "Transformasi Lorenzt"
Fisika Modern "Transformasi Lorenzt"
Hendra Trisurya
 
Relativitas khusus
Relativitas khususRelativitas khusus
Relativitas khusus
Mutiara Dwi Faiska
 
Teori Relativitas
Teori RelativitasTeori Relativitas
Teori Relativitas
SMPN 3 TAMAN SIDOARJO
 
Materi 01 teori relativitas khusus (i)
Materi 01   teori relativitas khusus (i)Materi 01   teori relativitas khusus (i)
Materi 01 teori relativitas khusus (i)
FauzulAreUzura
 
Teori relativitas einstein
Teori relativitas einsteinTeori relativitas einstein
Teori relativitas einstein
Reza Habiib Aulia
 
TEORI RELATIVITAS KHUSUS
TEORI RELATIVITAS KHUSUSTEORI RELATIVITAS KHUSUS
TEORI RELATIVITAS KHUSUSshofia ranti
 
Fisika Modern 02 relativity lorentz
Fisika Modern 02 relativity lorentzFisika Modern 02 relativity lorentz
Fisika Modern 02 relativity lorentz
jayamartha
 
08 bab7
08 bab708 bab7
08 bab7
1habib
 
POSTULAT EINSTEIN KELAS 12 IPA
POSTULAT EINSTEIN KELAS 12 IPAPOSTULAT EINSTEIN KELAS 12 IPA
POSTULAT EINSTEIN KELAS 12 IPA
sanrumi221098
 

What's hot (18)

Bab i-teori-relativitas-khusus
Bab i-teori-relativitas-khususBab i-teori-relativitas-khusus
Bab i-teori-relativitas-khusus
 
Relativitas
RelativitasRelativitas
Relativitas
 
Fisika modern (teori relativitas)
Fisika modern (teori relativitas)Fisika modern (teori relativitas)
Fisika modern (teori relativitas)
 
Bahan ajar fisika relativitas khusus
Bahan ajar fisika relativitas  khususBahan ajar fisika relativitas  khusus
Bahan ajar fisika relativitas khusus
 
Relativitas yang belum direfisi
Relativitas yang belum direfisi Relativitas yang belum direfisi
Relativitas yang belum direfisi
 
Transformasi lorenz
Transformasi lorenzTransformasi lorenz
Transformasi lorenz
 
Teori relativitas
Teori relativitasTeori relativitas
Teori relativitas
 
Tugas fisika nadiva
Tugas fisika nadivaTugas fisika nadiva
Tugas fisika nadiva
 
Kinematika relativitas
Kinematika relativitasKinematika relativitas
Kinematika relativitas
 
Fisika Modern "Transformasi Lorenzt"
Fisika Modern "Transformasi Lorenzt"Fisika Modern "Transformasi Lorenzt"
Fisika Modern "Transformasi Lorenzt"
 
Relativitas khusus
Relativitas khususRelativitas khusus
Relativitas khusus
 
Teori Relativitas
Teori RelativitasTeori Relativitas
Teori Relativitas
 
Materi 01 teori relativitas khusus (i)
Materi 01   teori relativitas khusus (i)Materi 01   teori relativitas khusus (i)
Materi 01 teori relativitas khusus (i)
 
Teori relativitas einstein
Teori relativitas einsteinTeori relativitas einstein
Teori relativitas einstein
 
TEORI RELATIVITAS KHUSUS
TEORI RELATIVITAS KHUSUSTEORI RELATIVITAS KHUSUS
TEORI RELATIVITAS KHUSUS
 
Fisika Modern 02 relativity lorentz
Fisika Modern 02 relativity lorentzFisika Modern 02 relativity lorentz
Fisika Modern 02 relativity lorentz
 
08 bab7
08 bab708 bab7
08 bab7
 
POSTULAT EINSTEIN KELAS 12 IPA
POSTULAT EINSTEIN KELAS 12 IPAPOSTULAT EINSTEIN KELAS 12 IPA
POSTULAT EINSTEIN KELAS 12 IPA
 

Similar to MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx

08 bab7
08 bab708 bab7
08 bab7
Rahmat Iqbal
 
Fostulap einstein
Fostulap einsteinFostulap einstein
Fostulap einstein
panji andrian
 
TEORI RELATIVITAS KHUSUS.pptx
TEORI RELATIVITAS KHUSUS.pptxTEORI RELATIVITAS KHUSUS.pptx
TEORI RELATIVITAS KHUSUS.pptx
annisa804253
 
Ac fr ogdkyl7obzaat_k9dmpvfrbq8y1_vr57bjojniw3r7_n7ewugi43ya0zahrqox9e-gduudk...
Ac fr ogdkyl7obzaat_k9dmpvfrbq8y1_vr57bjojniw3r7_n7ewugi43ya0zahrqox9e-gduudk...Ac fr ogdkyl7obzaat_k9dmpvfrbq8y1_vr57bjojniw3r7_n7ewugi43ya0zahrqox9e-gduudk...
Ac fr ogdkyl7obzaat_k9dmpvfrbq8y1_vr57bjojniw3r7_n7ewugi43ya0zahrqox9e-gduudk...10DEKY
 
Kel 9 Gaya Sentral.pptx
Kel 9 Gaya Sentral.pptxKel 9 Gaya Sentral.pptx
Kel 9 Gaya Sentral.pptx
FourtwenoneTambunan
 
Momentum Sudut dan Benda Tegar
Momentum Sudut dan Benda TegarMomentum Sudut dan Benda Tegar
Momentum Sudut dan Benda Tegar
Rapiika
 
Relativitas umum
Relativitas umumRelativitas umum
Relativitas umumUIN
 
Presentation1.pptx
Presentation1.pptxPresentation1.pptx
Presentation1.pptx
ruth568265
 
Mekanika (lagrangian)
Mekanika (lagrangian)Mekanika (lagrangian)
Mekanika (lagrangian)
Junaidi Abdilah
 
Mekanika (lagrangian)
Mekanika (lagrangian)Mekanika (lagrangian)
Mekanika (lagrangian)
Ridwan Alharies
 
2_TEORI_RELATIVITAS_KHUSUS_pptx.pptx
2_TEORI_RELATIVITAS_KHUSUS_pptx.pptx2_TEORI_RELATIVITAS_KHUSUS_pptx.pptx
2_TEORI_RELATIVITAS_KHUSUS_pptx.pptx
HamHam33
 
BAB VII TEORI RELATIVITAS.pptx
BAB VII TEORI RELATIVITAS.pptxBAB VII TEORI RELATIVITAS.pptx
BAB VII TEORI RELATIVITAS.pptx
AnimeoMiru
 
Helwi & faridah xii-ipa-1
Helwi & faridah  xii-ipa-1Helwi & faridah  xii-ipa-1
Helwi & faridah xii-ipa-1Paarief Udin
 
Helwi & faridah xii-ipa-1
Helwi & faridah  xii-ipa-1Helwi & faridah  xii-ipa-1
Helwi & faridah xii-ipa-1
Paarief Udin
 
Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang Entropi
Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang EntropiStatistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang Entropi
Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang Entropi
Samantars17
 
Fisika Dasar
Fisika Dasar Fisika Dasar
Fisika Dasar
Actur Saktianto
 
Otto stern
Otto sternOtto stern
Otto stern
Fitri Althafunnisa
 
Fisika kuantum part 4
Fisika kuantum part 4Fisika kuantum part 4
Fisika kuantum part 4
radar radius
 
Teori Relativitas Khusus
Teori Relativitas KhususTeori Relativitas Khusus
Teori Relativitas Khusus
TaridaTarida1
 

Similar to MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx (20)

08 bab7
08 bab708 bab7
08 bab7
 
08 bab7
08 bab708 bab7
08 bab7
 
Fostulap einstein
Fostulap einsteinFostulap einstein
Fostulap einstein
 
TEORI RELATIVITAS KHUSUS.pptx
TEORI RELATIVITAS KHUSUS.pptxTEORI RELATIVITAS KHUSUS.pptx
TEORI RELATIVITAS KHUSUS.pptx
 
Ac fr ogdkyl7obzaat_k9dmpvfrbq8y1_vr57bjojniw3r7_n7ewugi43ya0zahrqox9e-gduudk...
Ac fr ogdkyl7obzaat_k9dmpvfrbq8y1_vr57bjojniw3r7_n7ewugi43ya0zahrqox9e-gduudk...Ac fr ogdkyl7obzaat_k9dmpvfrbq8y1_vr57bjojniw3r7_n7ewugi43ya0zahrqox9e-gduudk...
Ac fr ogdkyl7obzaat_k9dmpvfrbq8y1_vr57bjojniw3r7_n7ewugi43ya0zahrqox9e-gduudk...
 
Kel 9 Gaya Sentral.pptx
Kel 9 Gaya Sentral.pptxKel 9 Gaya Sentral.pptx
Kel 9 Gaya Sentral.pptx
 
Momentum Sudut dan Benda Tegar
Momentum Sudut dan Benda TegarMomentum Sudut dan Benda Tegar
Momentum Sudut dan Benda Tegar
 
Relativitas umum
Relativitas umumRelativitas umum
Relativitas umum
 
Presentation1.pptx
Presentation1.pptxPresentation1.pptx
Presentation1.pptx
 
Mekanika (lagrangian)
Mekanika (lagrangian)Mekanika (lagrangian)
Mekanika (lagrangian)
 
Mekanika (lagrangian)
Mekanika (lagrangian)Mekanika (lagrangian)
Mekanika (lagrangian)
 
2_TEORI_RELATIVITAS_KHUSUS_pptx.pptx
2_TEORI_RELATIVITAS_KHUSUS_pptx.pptx2_TEORI_RELATIVITAS_KHUSUS_pptx.pptx
2_TEORI_RELATIVITAS_KHUSUS_pptx.pptx
 
BAB VII TEORI RELATIVITAS.pptx
BAB VII TEORI RELATIVITAS.pptxBAB VII TEORI RELATIVITAS.pptx
BAB VII TEORI RELATIVITAS.pptx
 
Helwi & faridah xii-ipa-1
Helwi & faridah  xii-ipa-1Helwi & faridah  xii-ipa-1
Helwi & faridah xii-ipa-1
 
Helwi & faridah xii-ipa-1
Helwi & faridah  xii-ipa-1Helwi & faridah  xii-ipa-1
Helwi & faridah xii-ipa-1
 
Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang Entropi
Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang EntropiStatistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang Entropi
Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang Entropi
 
Fisika Dasar
Fisika Dasar Fisika Dasar
Fisika Dasar
 
Otto stern
Otto sternOtto stern
Otto stern
 
Fisika kuantum part 4
Fisika kuantum part 4Fisika kuantum part 4
Fisika kuantum part 4
 
Teori Relativitas Khusus
Teori Relativitas KhususTeori Relativitas Khusus
Teori Relativitas Khusus
 

MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx

  • 1. MAKALAH RELATIVITAS KHUSUS (KD 3.7) Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Fisika Sekolah III Dosen: Prof. Dr. Parlindungan Sinaga, M.Si Disusun Oleh: Kelompok 2 Nanda Ivana Shinta 1700153 Ninda Amalia 1703782 Alifia Chairunnisa Bifani 1705202 DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2019
  • 2. KD 3.7 Menjelaskan fenomena perubahan panjang, waktu, dan massa dikaitkan dengan kerangka acuan dan kesetaraan massa dengan energi dalam teori relativitas khusus KD 4.7 Mempresentasikan konsep relativitas tentang panjang, waktu, massa, dan kesetaraan massa dengan energi A. Konsep Eseensial 1. Relativitas Umum 2. Relativitas Khusus 3. Kerangka acuan 4. Kerangka acuan inersial 5. Gerak benda 6. Ttransformasi Galilean 7. Eksperimen Michelson-Morley 8. Transformasi Lorentz 9. Konsekuensi Relativitas Khusus 10. Massa Relativistik 11. Momentum Relativistik 12. Keterkaitan Massa dan Energi Relativistik
  • 3. B. Peta Konsep RELATIVITAS Kerangka Acuan Gerak Benda Transformasi Lorentz Eks. Michelson- Morley Transformasi Galilean v<< c 0≤v< c Relativitas Umum Relativitas Khusus Kecepatan cahaya konstan Kerangka Acuan Inersia Konsekuensi Dilatasi Waktu Kontraksi Panjang Massa Relativistik Momentum Relativistik Keterkaitan massa dan energy relativistik
  • 4. C. Relativitas Umum dan Relativitas Khusus Relativitas mempelajari bagaimana sebuah gerakan dilihat dari sudut pandang yang berbeda-beda. Karena sesuatu dikatakan “bergerak” apabila kedudukannya berubah relativ terhadap sesuatu, maka sebuah gerakan yang dilihat dengan sudut pandang yang berbeda-beda akan menghasilkan data yang berbeda-beda sesuasi dengan sudut pandang masing-masing. Relativitas ini memberikan cara yang memungkinkan hasil dari pengamat sudut pandang yang satu diubah menjadi sudut pandang lain menggunakan perhitungan matematis yang disebut dengan transformasi. Dua orang Fisikawan bernama Albert A. Michelson dan Edward Morley mempublikasikan hasil eksperimen yang mereka lakukan pada tahun 1887. Eksperimen tersebut adalah eksperimen pengukuran gerak bumi melalui “eter”, seuatu medium hipotesis yang memenuhi alam semesta sehingga cahaya dapat merambat. Yang dilakukan Michelson-Morley pada eksperimennya itu membandingkan kelajuan cahaya sejajar dengan cahaya tegak lurus pada gerak bumi mengelilingi matahari. Dari eksperimen Michelson-Morley tidak mendapatkan gerak bumi terhadap eter. Artinya tidak adanya keberadaan eter dan tidak adanya “gerak absolut”. Setiap gerak adalah relatif terhadap kerangka acuan khusus, bukan kerangka acuan universal. Hasil eksperimen juga menunjukkan bahwa kelajuan cahaya sama bagi setiap pengamat dan suatu hal yang tidak benar bagi gelombang memerlukan medium material untuk merambat (seperti gelombang bunyi dan air). Albert Einstein, Seorang ilmuwan dibalik teori relativitas ini mempublikasikan bagian pertama dari teori ini yaitu Teori Relativitas Khusus pada tahun 1905. Kemudian pada 1916, Einstein mempublikasikan bagian keduanya yaitu Teori Relativitas Umum. 1) Teori Relativitas Khusus Teori relativitas khusus berlaku untuk kerangka acuan inersia (kerangka acuan yang dia atau yang bergerak dengan kecepatan konstan). Teori ini bersandar pada pada dua postulat. Dari postulat inilah Einstein menyimpulkan bahwa tidak ada kerangka absolut. Semua benda bergerak relative terhadap yang lain. Postulat relativitas:
  • 5. 1. Prinsip relativitas, yang menyatakan bahwa “hukum fisika dapat dinyatakan dalam persamaan yang berbentuk sama dalam semua kerangka acuan yang bergerak dengan kecepatan tetap satu dengan lainnya.” 2. “Kelajuan cahaya dalam ruang hampa sama besar untuk semua pengamat, tidak bergantung dari keadaan gerak pengamat itu.” 2) Teori Relativitas Umum Teori relativitas umum berlaku untuk semua kerangka acuan dengan percepatan relative terhadap kerangka lain. Dasar dari teori ini adalah Prinsip Keekivalenan. D. Prinsip Relativistik 1. Tranformasi Galilean Menurut principle of Newtonian Relativity bahwa hokum-hukum mekanika haruslah sama diseluruh kerangka referensi inersial. Lokasi dan waktu dari suatu kejadian dapat dinyatakan oleh koordinat (x,y,z,t). kita dapat mentransformasikan koordinat ruang dan waktu suatu kejadian dari suatu sistem inersial ke sistem lain yang bergerak dengan kecepatan konstan relatif terhadap sistem inersial pertama. Misalkan ada dua sistem inersial S dan S’, sistem inersial S dinyatakan oleh koordinat (x,y,z,t) dan sistem inersial S’ dinyatakan oleh koordinat (x’, y’, z’, t’), dimana pada keadaan awal kedua sistem kerangka referensi berimpit. Selanjutnya sistem inersial S’ bergerak ke kanan searah sumbu x dengan kecepatan konstan v relatif terhadap kerangka S. Medan gravitasi yang seragam benar-benar ekivalen dengan kerangka acuan yang dipercepat secara seragam
  • 6. Gambar 11. Kerangka referensi inersial Maka kedua sitem koordinat dihubungkan oleh persamaan 𝑥′ = 𝑥 − 𝑣𝑡 𝑦′ = 𝑦 𝑧′ = 𝑧 𝑡′ = 𝑡 Persamaan tersebut di atas dikenal sebagai transformasi koordinat Galilean. Keempat koordinat tersebut waktunya diasumsikan sama dikedua sistem inersial. Maka konsekuensinya ialah interval waktu antara dua kejadian yang berurutan haruslah sama diamati oleh kedua pengamat di kerangka S dan S’. Misalkan ada dua kejadian yang diamati oleh pengamat di S yang jaraknya dx dan interval waktunya dt, sedangkan menurut pengamat di kerangka S’ perpindahannya ialah dx’=dx-vdt, karena dt=dt’ maka 𝑑𝑥′ 𝑑𝑡′ = 𝑑𝑥 𝑑𝑡 − 𝑣 atau 𝑈′ 𝑥 = 𝑈𝑥 − 𝑣 Ux disini ialah kecepatan benda relatif tehadap kerangka S, U’x ialah kecepatan benda relatif terhadap kerangka S’. persamaan tersebut dinamakan Hukum penjumlahan kecepatan Galilean atau transformasi kecepatan Galilean. Nah sekarang pertanyaannya adalah apakah hokum penjumlahan kecepatan Galilean berlaku untuk seluruh rentang kecepatan benda? Misalnya ada dua orang pengamat A dan B yang sama-sama mengamati cepat rambat cahaya. A berada di dalam gerbong kereta, dimana kereta api bergerak dengan kecepatan konstan v relatif terhadap B yang sedang berada di pinggir rel kereta api. Di dalam gerbong kereta, A juga menyalakan senter dengan arrah rambat cahaya yang searah dengan arah gerak kereta. Menurut A, cepat rambat cahaya ialah c. Kemudian muncul pertanyaan, berdasarkan hukum penjumlahan kecepatan Galilean, berapakah cepat rambat cahaya menurut A? cepat rambat cahaya menurut A ialah: Ux=U’x + v= c + v Nah, berdasarkan perhitungan tersebut di atas, Ux lebih besar dari c. Hal ini bertentangan dengan fakta bahwa cepat rambat cahaya di ruang hampa adalah kecepatan objek terbesar. Ini menunjukkan bahwa hukum penjumlahan kecepatan
  • 7. Galilean memiliki keterbatasan keberlakuannya yaitu hanya berlaku untuk gerak benda yang kecepatannya jauh lebih kecil dari cepat rambat cahaya. Dan akan menjadi salah apabila diterapkan pada kasus gerak benda yang kecepatannya mendekati cepat rambat cahaya. 2. Transformasi Lorentz Persamaan transformasi yang sejenis denga transformasi Galilean namun diterapkan pada kecepatan yang sangat tinggi dinamakan transformasi Lorentz. Transformasi Lorentz dikembangkan oleh Hendrik A Lorentz pada tahun 1890. Transformasi Lorentz merupakan suatu set persamaan yang menghubungkan koordinat ruang dan waktu dari dua kerangka referensi inersial S (Kerangka diam) dan S’ (Kerangka yang bergerak) dengan kecepatan v relatif terhadap S. Anggap suatu peristiwa terjadi pada koordinat ruang waktu (x,y,z,t) menurut pengamat di S dan koordinat ruang dan waktu (x’,y’,z’,t’) menurut pengamat S’. Agar seluruh koordinat mempunyai dimensi yang sama maka kalikan koordinat waktu dengan c (kecepatan cahaya), sehingga dapat dituliskan S (x,y,z,ct) dan S’ (x’,y’,z’,ct) yang digambarkan sebagai berikut : Dari gambar tersebut koordinat y dan z tidak terpengaruh oleh gerakan, artinya y = y’ dan z = z’ . Sehingga yang dibahas ialah hubungan antara x dan x’ dan antara t dan t’. Ketika S dan S’ saling berhimpit dan diasumsikan t = t’ = 0, Perkiraan yang rasional tentang hubungan x’ dengan x dan t ialah x’= G(x – vt) dengan G ialah faktor tak berdimensi yang tidak bergantung pada x dan t tapi merupakan fungsi dari v/c. Seandainya rumusan tersebut benar maka persamaan invers nya ialah x = G(x’ + vt’) Menurut postulat relativitas khusus Einstein ke 2 , laju cahaya haruslah sama c menurut ke dua pengamat dikerangka S dan S’. Jarak ke titik cahaya pada front gelombang diukur oleh pengamat dikerangka S ialah r = ct , sedangkan menurut
  • 8. pengamat di kerangka S’ ialah r’ = c t’. Karena kerangka S’ bergerak sepanjang sumbu xx’ maka x = ct dan x’ = c t’. Maka persamaan menjadi ct’ = G(ct – vt) ct = G(ct’ + vt’) eleminir t’ dari kedua persamaan tersebut maka akan diperoleh 𝑐𝑡 = 𝐺2 𝑐 (𝑐 + 𝑣)(𝑐 − 𝑣)𝑡 Atau 𝐺 ≡ 𝛾 = 1 √1−( 𝑣2 𝑐2) Sifat dari faktor gama ditunjukkan pada gambar berikut Grafik hubungan γ dengan ratio v terhadap c Dengan demikian 𝑥’ = 𝛾(𝑥 – 𝑣𝑡 ) dan inversnya 𝑥 = 𝛾 (𝑥’ + 𝑣𝑡’) maka persamaan Transformasi Lorentz : 𝑥′ = (𝛾 − 𝑣𝑡) 𝑦′ = 𝑦 𝑧′ = 𝑧 𝑡′ = 𝛾 (𝑡 − 𝑣𝑥 𝑐2) Transformasi Lorentz kebalikannya (invers) atau transformasi Lorentz dari S’ ke S ialah 𝑥 = 𝛾 (𝑥’ + 𝑣𝑡’ ) 𝑦 = 𝑦’ 𝑧 = 𝑧’ 𝑡 = 𝛾 ( 𝑡’ + 𝑣𝑥’ 𝑐2 ) Dengan
  • 9. 𝛾 = 1 √1−( 𝑣2 𝑐2) Pada persmaaan transformasi Lorentz ini, t tidak sama dengan t’ atau waktu tempuh sinar ke masing – masing pengamat di kerangka S dan S’ tidak sama, hal ini sesuai dengan dengan postulat relativitas khusus ke 2, dimana t’ bergantung pada kedua t dan x serta sebaliknya t bergantung pada kedua t’ dan x’, keterkaitan ini merupakan keterkaitan ruang dan waktu yang dijelaskan oleh Einstein. E. Konsekuensi Relativitas Khusus 1. Dilatasi Waktu (time dilation) Dua orang pengamat O dan O’ masing-masing mengamati waktu tempuh berkas sinar laser. Gambar 1. Kecepatan cahaya menurut pengamat di kerangka inersial Sinar laser yang dipancarkan menuju cermin, dipantulkan oleh cermin dan berkas sinar laser kembali lagi pada sumber laser. Nah, pertanyaannya berapakah waktu tempuh sinar laser menurut pengamat O’ (di kereta yang bergerak dengan kecepatan konstan v relatif terhadap pengamat O di pinggir rel kereta) dan menurut pengamat O? Menurut pengamat O’, interval waktu sinar laser dari mulai dipancarkan hingga tiba lagi di sumber laser ialah: ∆𝑇′ = 2𝑑 𝑐 ………………………..1 Waktu yang diukur oleh O’ ialah waktu sebenarnya (proper time). Menurut pengamat O interval waktu sinar laser adalah
  • 10. Gambar 2. Kecepatan cahaya menurut pengamat di kerangka O ( 𝑐∆𝑇 2 ) 2 = ( 𝑣∆𝑇 2 ) 2 + 𝑑2 ∆𝑇2(𝑐2 − 𝑣2) = (2𝑑)2 ∆𝑇 = 2𝑑 𝑐 1 √1− 𝑣2 𝑐2 = 𝛾∆𝑇′ …………………2 Karena 𝛾>1 maka berarti ∆𝑇 > ∆𝑇′inilah yang disebut dengan dilatasi waktu. Gambar 3. Dilatasi waktu Apa sesungguhnya dilatasi waktu itu? Dilatasi waktu memang ada dikehidupan sehari-hari. Dilatasi waktu merupakan fenomena nyata dan telah dibuktikan melalui berbagai eksperimen. Sebagai contoh, pengukuran waktu hidup partikel muon. Muon adalah partikel elementer yang tidak stabil. Muatan muon sama dengan muatan elektron dan massanya 2017 kali massa elektron. Waktu hidup muon 2,2 µs bila diukur dikerangka yang diam terhadap muon. Kita asumsikan 2,2 µs adalah rata-rata waktu hidup muon dan kelajuan muon hampir sama dengan cepat rambat cahaya, yaitu c. Maka partikel ini dapat menempuh jarak 650 m sebelum partikel ini meluruh menjadi partikel yang lain. Berdasarkan perhitungan ini, bila partikel masuk ke bumi tapi tidak akan sampai di bumi. Namun dari eksperimen membuktikan bahwa banyak partikel muon yang sampai di bumi. Fenomena ini dapat dijelaskan dengan time dilation sebagai berikut: waktu hidup muon relatif terhadap pengamat di bumi adalah 𝛾𝑇 dengan T=2,2 µs. Nilai ini merupakan waktu hidup dikerangka referensi yang bergerak bersama muon. Misalkan kecepatan muon 0,99c, maka 𝛾=7,1 dan 𝛾𝑇=16 µs. jarak tempuh
  • 11. rata-rata muon diukur oleh pengamat dibumi ialah 0,99𝑥3.108 𝑥16.10−6 = 4700 𝑚. Dengan demikian, muon yang bergerak dengan kelajuan mendekati kecepatan cahya memiliki waktu hidup lebih panjang daripada muon yang diam. Gambar 4. Pengukuran waktu hidup partikel muon ketika diam dan ketika bergerak dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya Bagaimana apabila fenomena ini diterapkan pada organisme, misalnya saja orang yang pergi ke luar angkasa dengan pesawat yang kecepatannya mendekati kecepatan cahaya, pertanyaannya apakah ketika orang tersebut kembali lagi ke bumi usianya menjadi lebih muda dari teman sebayanya yang berada di bumi? Fenomena tersebut disebut juga sebagai paradok anak kembar. Misalnya ada dua teman sebaya, A dan B. A ini pergi ke luar angkasa dengan pesawat luar angkasa. Sementara B tinggal di bumi. Ketika A kembali lagi ke bumi, B melihat bahwa A menjadi lebih muda dibandingkan dirinya. Apakah fenomena ini benar-benar terjadi? Tetapi, nyatanya belum bias dibuktikan karena manusia belum mampu membuat pesawat yang kecepatannya mendekati kecepatan cahaya. Gambar 5. Paradoks anak kembar
  • 12. Jumlah ketika interval waktu terukur (kecepatan benda mendekati cepat rambat cahaya) lebih besar daripada interval waktu sesungguhnya (kecepatan benda dibawah cepat rambat cahaya) yang bersesuaian disebut dilatasi waktu. (mendilatasi disini berarti memperluas dan meregangkan, dalam kasus ini waktu diperpanjang atau diregangkan). Seringkali rasio takberdimensi v/c dalam persamaan 2 dapat diganti dengan 𝛽, atau disebbut dengan parameter kecepatan. Dan kebalikan dari akar kuadrat takberdimensi dalam persamaan 2 tersebut sering diganti dengan 𝛾 yang disebut faktor Lorentz: 𝛾 = 1 √1−𝛽2 = 1 √1−( 𝑣 𝑐 ) 2 ……………………..3 Dengan pergantian ini, dapat menuliskan ulang persamaan 3 menjadi ∆𝑇 = 𝛾∆𝑇′…………………………..4 Parameter kecepatan 𝛽 selalu lebih kecil dari satu dan asalkan v tidak nol, 𝛾 selalu lebih besar dari satu. Semakin besar kecepatan relatif antara si A dan B, akan semakin besar interval waktu yang diukur oleh B, sampai pada kecepatan yang cukup besar, interval akan menjadi “selamanya”. 2. Kontraksi Panjang Kontraksi panjang merupakan konsekuensi langsung dari dilatasi waktu. Kita kembali lagi mempertimbangkan dua pengamat A dan B. Kali ini, baik A, yang duduk di dalam kereta yang bergerak melewati stasiun, maupun B yang menggunakan pita pengukur mendapati panjangnya adalah 𝐿𝑜, suatu panjang wajar (panjang sesungguhnya) karena peron ini diam terhadap B. B juga mencatat bahwa A yang di dalam kereta, bergerak melewati panjang ini dalam waktu ∆𝑡 = 𝐿𝑜/𝑣, di mana v adalah kecepatan kereta yaitu: 𝐿′ = 𝑣∆𝑇 (menurut B)……………5 Interval waktu ∆𝑡 ini bukan interval waktu wajar (waktu sesungguhnya) karena kedua peristiwa yang mendefinisikannya terjadi di dua tempat yang berbeda. Dan oleh karena itu, B harus menggunakan dua jam yang disinkronkan untuk mengukur interval waktu ∆𝑡. Namun bagi A, peron bergerak melewatinya. Ia mendapati bahwa kedua peristiwa yang diukur oleh B terjadi di tempat yang sama dalam kerangka acuannya. Ia dapat mengukur waktunya dengan jam stasioner tunggal sehingga interval ∆𝑡𝑜 yang diukur
  • 13. merupakan interval waktu wajar (interval waktu sesungguhnya). Bagi A, panjang peron L adalah 𝐿 = 𝑣∆𝑇′ (menurut A)……………6 Jika kita membagi persamaan 5 dengan persamaan 6 dan menerapkan persamaan 4, yaitu kita dapat memperoleh persamaan dilatasi waktu sebagai berikut: 𝐿 𝐿′ = 𝑣∆𝑇′ 𝑣∆𝑇 = 1 𝛾 , 𝐿 = 𝐿′ 𝛾 …………………….7 Persamaan 7 merupakan persamaan kontraksi panjang. Bagaimana waktu tempuh astronot hingga tiba di bintang menurut pengamat di bumi? Menurut pengamat di bumi, jarak bumi-bintang ialah 4,3 tahun cahaya dan pesawat bergerak dengan keceapan konstan 0,95c, maka waktu tempuh astronot tiba di bintang ialah 𝑡𝑏𝑢𝑚𝑖 = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 = 4,3 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑐𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎 0,95𝑐 = 4,5 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 Sedangkan waktu tempuh menurut astronot adalah 𝑡𝑎𝑠𝑡𝑟𝑜𝑛𝑜𝑡 = 𝑡𝑏𝑢𝑚𝑖 𝛾 = 4,5 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 3,2 = 1,4 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 Menurut pengamat di bumi, pesawat bergerak meninggalkan bumi dan jarak bumi-bintang itu tetap. Sedangkan pengamat di pesawat berpendapat bahwa dia diam tapi bumi dan bintanglah yang bergerak meninggalkannya. Mengapa hasil pengukuran mereka terhadap waktu tempuh mendapatkan hasil yang berbeda, padahal kedua pengamat setuju bahwa kecepatan pesawat ialah konstan 0,95c? hal ini menunjukkan bahwa jarak bumi-bintang yang diukur oleh pengamat di bumi berbeda dengan yang diukur oleh astronot. Jarak bumi-bintang yang diukur astronot lebih pendek dari yang diukur oleh pengamat di bumi. Inilah konsekuensi relativitas khusus yang disebut dengan kontraksi panjang. Gambar 6. Kontraksi panjang F. Dinamika Relativistik
  • 14. 1. Massa Relativistik Massa ketika diukur oleh pengamat yang diam terhadap benda disebut dengan massa diam. Ketika benda bergerak dengan kelajuan mendekati cahaya atau pengamat bergerak dengan kelajuan mendekati kelajuan cahaya kemudian mengukur massa suatu benda, maka massa benda dalam kedaan ini lebih besar dari massa diamnya. Massa ini disebut sebagai massa relativistik benda. Secara matematis dituliskan sebagai berikut: Keterangan untuk persamaan di atas, m menunjukkan massa relativistik, mo menunjukkan massa diam benda, v menunjukkan kelajuan benda atau kelajuat pengamat, dan c adalah kelajuan cahaya. Berdasarkan grafik tersebut, massa relativistik menjadi lebih besar jika benda tersebut bergerak mendekati cepat rambat cahaya. 2. Momentum Relativistik Dalam kerangka acuan inersia, untuk kelajuan yang jauh lebih kecil dari kelajuan cahaya. Momentum didefinisikan sebagai perkalian massa dengan kecepatan. Hal ini menunjukkan bahwa momentum juga akan bersifat relative karena faktor massa yang berubah ketika benda bergerak mendekati kelajuan cahaya. Momentum suatu benda akan terlihat bertambah besar ketika benda bergerak. Momentum ini disebut memontum relativistik benda. Secara matematis, persamaan momentum dituliskan sebagai berikut: Keterangan untuk persamaan di atas, p menunjukkan momentum relativistik suatu benda yang bergerak dengan kelajuan mendekati kelajuan cahaya.
  • 15. Grafik hubungan ratio v/c terhadap momentum relativistik Harga momentum klasik akan semakin membesar terus menerus sebanding dengan kecepatan bendanya seperti pada kurva berwarna hitam. Harga momentum relativistic harganya mula – mula meningkat dan ketika kecepatannya mendekatai cepat rambat cahaya maka harga momentumnya hamper konstan dan tidak membesar lagi. 3. Energi Relativistik Ketika sebuah partikel atau benda dalam keadaan diam, partikel tersebut memiliki energi diam yang ditunjukkan dengan perkalian massa diam dengan kuadrat kelajuan cahaya. Tentunya energi ini bukanlah energi potensial kimia yang tersimpan dalam benda. Jika benda bergerak dengan kalajuan mendekati kelajuan cahaya, energi total benda membesar sama halnya seperti massanya yang ikut membesar. Energi ini sering pula disebut sebagai energi relativistik benda. Selisih energi relativistik terhadap energi diamnya merupakan energi kinetik benda. Secara matematis energi relativistik dapat dituliskan sebagai berikut: Keterangan untuk persamaan di atas adalah, Eo merupakan energi diam, E menunjukkan energi relativistik atau energi total, dan Ek menunjukkan energi kinetik yang dimiliki partikel saat bergerak. 4. Energi Kinetik Relativistik
  • 16. Kita dapat menggunakan teorema usaha-energi untuk memperoleh bentuk relativistik energi kinetik. Berdasarkan definisi usaha yang dikerjakan oleh suatu gaya 𝑊 = ∫ 𝐹𝑑𝑥 = ∫ 𝑑𝑝 𝑑𝑡 𝑑𝑥 𝑥2 𝑥1 𝑥2 𝑥1 Pada persamaan tersebut di atas, kita asumsikan bahwa gaya dan gerak benda searah dengan sumbu x. p adalah momentum relativistik, maka 𝑑𝑝 𝑑𝑡 = 𝑑 𝑑𝑡 𝑚𝑣 √1 − ( 𝑣2 𝑐2 ) = 𝑚( 𝑑𝑣 𝑑𝑡 ) [1 − ( 𝑣2 𝑐2)] 3 2 Untuk usaha dengan asumsi partikel dipercepat dari keadaan diam hingga kecepatan v, pernyataannya menjadi 𝑊 = ∫ 𝑚 ( 𝑑𝑣 𝑑𝑡 )𝑣𝑑𝑡 [1 − ( 𝑣2 𝑐2 )] 3 2 = 𝑚 ∫ 𝑣𝑑𝑣 [1 − ( 𝑣2 𝑐2)] 3 2 𝑣 0 𝑥2 𝑥1 atau dapat ditulis 𝑊 = 𝑚𝑐2 √1 − ( 𝑣2 𝑐2) − 𝑚𝑐2 Pada teorema usaha energi, menyatakan bahwa usaha yang dilakukan oleh gaya yang bekerja pada benda adalah sama dengan perubahan energi kinetik benda tersebut. Karena energi kinetik awal sama dengan nol maka dapat disimpulkan bahwa usaha W ekuivalen dengan energi kinetik relativistik K 𝐾 = 𝑚𝑐2 √1 − ( 𝑣2 𝑐2) − 𝑚𝑐2 Atau dapat ditulis 𝐾 = 𝛾𝑚𝑜𝑐2 − 𝑚𝑜𝑐2 𝑚𝑜𝑐2 adalah energi partikel dalam keadaan diam, 𝐸𝑜 merupakan kesetaraan massa-energi dari Einstein, sedangkan 𝛾𝑚𝑐2 adalah energi total partikel E, E dapat ditulis 𝐸 = 𝛾𝐸𝑜. Dengan demikian pernyataan untuk energi kinetik relativistik dapat dituliskan 𝐾 = (𝛾 − 1)𝐸𝑜
  • 17. Grafik hubungan antara energy kinetic terhadap rasio v/c Grafik di atas memperlihatkan energi kinetik klasik dan energi kinetik relativistik sebagai fungsi dari kelajuan. Energi kinetik klasik akan semakin membesar seiring pertambahan kecepatan benda ditunjukkan oleh kurva biru. Sedangkan energi kinetik relativistik awalnya membesar namun ketika kelajuan benda mendekati cepat rambat cahaya, harganya hampir konstan (tidak bertambah lagi). Selain hubungan energi di atas, salah satu hubungan yang sering kali menguntungkan dalam menyelesaikan permasalahan fisika adalah hubungan energi dengan momentum. Hubungan kedua besaran tersebut dapat dituliskan sebagai berikut: Keterangan untuk persamaan di atas yaitu p menunjukkan momentum benda, c adalah kelajuan cahaya, dan E menunjukkan energi relativistik atau total partikel. G. Penerapan Relativitas Khusus Relativitas merupakan salah satu teori paling sukses yang pernah dijumpai Albert Einstein. Relativitas adalah sesuatu yang kita alami setiap hari. Berikut ini merupakan contoh relativitas dalam kehidupan sehari-hari: 1. GPS Meskipun satelit tidak bergerak mendekati kecepatan cahaya, namun mereka tetap berjalan cukup cepat. Satelit mengirimkan sinyal ke stasiun bumi di bumi. Stasiun ini dan unit GPS dimobil anda semuanya mengalami akselerasi lebih tinggi karena gravitasi daripada satelit di orbit. Satelit menggunakan jam yang tingkat keakuratannya sampai beberapa miliar detik (nanodetik) untuk memperoleh akurasi yang tepat.
  • 18. Gambar 7 Satelit mengelilingi bumi dengan kecepatan yang cukup cepat, sekitar 10.000 kilometer per jam ( sekitar 6213 mil per jam). Namun, kecepatan satelit hanya sekitar seperseribu kecepatan cahaya. Meskipun dengan kecepatan yang jauh lebih lambat daripada kecepatan cahaya, satelit masih mengalami dilatasi waktu, yaitu satelit masih “lebih tua” sekitar 4 mikrodetik setiap harinya. Selain itu, efek gravitasi menyebabkan dilatasi waktu dan angkanya mendekati sekitar 7 mikrodetik. Jika efek dilatasi waktu ini tidak diketahui, maka GPS akan membuat anda tersesat dengan sangat cepat. Dalam waktu hanya sehari, lokasi sesuai GPS bias menyimpang sampai 8 kilometer (sekitar 5 mil) dari lokasi yang sebenarnya. 2. Tabung Sinar Katoda Pada TV Pada televise lama dipasang instrument yang disebut tabung sinar katoda atau Cathode Rays Tube (CRT). Perangkat ini yang kemudian akan mempercepat elektron dan diarahkan ke layar. Pada bagian belakang layar dilapisi oleh lapisan yang akan mengeluarkan cahaya ketika elektron menumbuk belakang layar. Elektron bermuatan negatif ini akan diarahkan ke titik yang benar dan tepat pada layar menggunakan medan magnet sehingga penonton dapat menonton gambar yang sempurna seperti yang biasa di lihat di TV. Elektron ini bergerak kira-kira sepertiga kali kecepatan cahaya. Ini berarti elektron mengalami pengaruh dari relativitas dan para insinyur harus memperhitungkan kontraksi panjang saat merancang magnet yang mengarahkan elektron untuk membentuk gambar pada layar. Apabila efek ini tidak diperhitungkan, maka berkas elektron mungkin tidak akan sampai pada layar atau kemungkinan dapat sampai pada layar namun posisinya salah sehingga akan menciptakan gambar yang tidak dapat dipahami oleh penonton. H. Referensi
  • 19. Tipler. 2001. Fisika Dasar Jilid 2. Jakarta: Erlangga Walker, Halliday, Resnick. 2010. Fisika dasar Edisi ketujuh Jilid 3. Jakarta: Erlangga Krane, Kanneth. 2012. Modern Physics 3rd Edition. USA: John Wiley & Sons, Inc. Beiser, Arthur. 1987. Konsep Fisika Moderen Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.