SlideShare a Scribd company logo
BAB III
ELEKTRON DALAM LOGAM
Pada Bab I telah disebutkan bahwa pada dasarnya Fisika Zat Padat mengkaji
kristal dan elektron-elektron. Dalam pembahasan mengenai Dinamika Kisi dalam
Bab II, telah diuraikan gerakan atom-atom dalam kristal sebagai akibat dari adanya
rambatan gelombang, mekanik maupun termal, serta berbagi sifat yang
ditimbulkannya. Pada Bab II ini, giliran elektron yang mendapat bagian untuk
dibahas secara khusus, mengingat gerakan elektron dalam zat padat sangat berbeda
dari gerakan atom-atom dalam kristal.
Secara umum setiap jenis bahan padat yang disusun oleh atom-atom selalu
mengandung elektron-elektron. Namun demikian, elektron-elektron tersebut ada yang
terikat erat pada ikatan atom-atom dan ada juga yang bebas. Elektron dikatakan bebas
bilamana elektron tersebut dapat bergerak oleh karena suatu hal (misalnya medan
listrik) secara bebas dari satu titik ke titik lain di seluruh kristal. Elektron yang
bersifat demikian disebut elektron bebas. Sedangkan elektron yang tidak dapat
bergerak bebas, yaitu elektron yang terikat dalam atom maupun ikatan antar atom,
disebut elektron terikat.
Struktur ikatan pada bahan loham memungkinkan zat padat jenis ini
mengandung elektron bebas. Sedangkan bahan bukan logam lainnya, yaitu bahan-
bahan yang mempunyai ikatan ionik atau kovalen, tidak memiliki elektron bebas.
Dengan adanya elektron bebas ini logam mempunyai sifat-sifat yang khas, antara lain
merupakan penghantar listrik dan penghantar panas yang baik serta permukaannya
mengkilat (sifat pantulnya baik).
3.1 ELEKTRON BEBAS KLASIK
Dalam pendekatan ini elektron-elektron dapat dipandang seperti partikel gas
ideal. Sebagai contoh, perhatikan logam natrium (11Na). Atom natrium memiliki
konfigurasi elektron : 1s2
-2s2
-2p6
-3s1
. Elektron-elektron pada orbitan 1s sampai
dengan 2p membentuk struktur kulit penuh. Elektron-elektron ini bersama dengan inti
atom membentuk teras atom.
Sedangkan elektron yang ke 11 pada orbitan 3s merupakan elektron valensi.
Elektron valensi inilah yang menjadi elektron bebas apabila atom-atom natrium
membentuk kristal logam. Lihat kembali “Ikatan logam” pada Bab I.
Secara umum bila suatu logam mempunyai rapat massa mρ tersusun oleh
atom-atom dengan elektron valensi Z, dan massa atom yang bersangkutan M, maka
konsentrasi elektron bebas pada logam tesebut adalah :
M
zN
n A
mρ=
NA adalah bilangan Avogadro. Konsentrasi elektron pada persamaan (3.1) tersebut
dinyatakan dalam satuan elektron/cm3
atau elektron/m3
dan biasanya hanya ditulis
cm-3
atau m-3
.
3.1.1 Hantaran Listrik
Perhatikan seutas kawat sepanjang L dengan penampang A, ujung-ujung
kawat (C dan D) diberi beda potensial VCD, dan nilai hambatan kawat adalah R.
Dalam kawat mengalir arus listrik I serta timbul medan listrik E, seperti pada gambar
3.1. menurut Hukum Ohm, kuat arus listrik dalam kawat :
R
V
I CD
=
Gambar 3.1 Arah arus listrik, medan listrik dan gerakan elektron dalam seutas
kawat yang diberi beda potensial.
Selanjutnya dapat ditulis rumus-rumus lainnya yang menyangkut :
(i). Rapat Arus :
A
I
J =
(ii). Kuat Medan :
L
V
E CD
=
(iii) Hambatan :
A
L
ρR =
dengan ρ menyatakan resistivitas listrik bahan kawat, dan dapat dituliskan dalam
hubungannya dengan konduktivitas listrik σ :
σ
ρ
1
=
Dari persamaan-persamaan di atas, hokum Ohm seperti pada persamaan (3.2) dapat
dituliskan kembali dalam bentuk :
EJ σ=
Semua besaran listrik di atas merupakan besaran makroskopik yang dapat diukur atau
ditentukan secara langsung. bagaimanakah mekanisme elektron menghantarkan listrik
sehingga persamaan-persamaan di atas dapat terpenuhi ?
Gambar 3.2. Elektron dalam kristal bergerak dipercepat oleh medan listrik dan
dihamburkan oleh atom-atom.
Pada gambar 3.2 elektron bergerak dipercepat ke arah kanan sebagai akibat
penerapan medan listrik ke arah kiri. Dalam gerakannya elektron menumbuk dan
dihamburkan oleh atom-atom. Tumbukan dengan atom-atom ini menimbulkan “daya
hambat” yang dialami elektron, yang akan mengimbangi gaya medan listrik pada
elektron. Keadaan demikian dapat diungkapkan melalui persamaan gerak sebagai
berikut :
τ
v
meE
dt
dv
m **
−−=
dengan m*
menyatakan massa efektif elektron, v kecepatan elektron, e muatan
elektron, t waktu dan τ waktu relaksasi tumbukan (waktu antara dua kali tumbukan
berurutan). suku kedua ruas kanan pada persamaan (3.6) merupakan gaya hambat
yang seperti “gaya gesek” stokes pada percobaan pengukuran Viskositas cairan.
Perimbangan antara gaya oleh medan dan gaya hambatan akan menghasilkan
keadaan tunak (stationer). Bila keadaan ini tercapai maka :
0=
dt
dv
Dengan demikian persamaan (3.6) menghasilkan :
E
m
e
v *
τ
−=
Yaitu kecepatan akhir elektron yang disebut juga kecepatan alir (drift velocity).
Tanda minus menyatakan bahwa arah gerak elektron berlawanan dengan arah medan
listrik E yang menyebabkannya. Kecapatan elektron ini berperan dalam hambatan
listrik. Untuk membedakannya dengan kecepatan rambang (akan dibahas kemudian),
kecepatan lain dituliskannya dengan notasi V jadi :d
E
m
e
vd *
τ
−=
selanjutnya, rapat arus listrik dapat didefinisikan sebagai J = (-ne)vd
dengan n menyatakan konsentrasi elektron. Dengan mengganti vd seperti pada
persamaaan (3.8a), diperoleh :
*
2
m
ne
J
τ
=
Bandingkan persamaan ini dengan hukum Ohm pada persamaan (3.5.), dihasilkan
ungkapan bagi konduktivitas listrik :
*
2
m
ne τ
σ =
persamaan terakhir menunjukkan hubungan antara besaran makroskopik ( )σ dan
besaran mikroskopik bagi elektron ( )*
mdanσ .
Di pihak lain, apabila diambil keadaan relaksasi, yaitu apabila medan listrik
dihilangkan (E=0), maka persamaan gerak elektron menjadi :
τ
v
m
dt
dv
m **
−=
yang memberikan solusi :
( ) ( ) τ
t
dd evtv
−
== 0
vd (0) menyatakan kecepatan akhir sesaat sebelum medan listrik dihilangkan. τ yang
merupakan waktu relaksasi dapat dinyatakan sebagai berikut :
rv
λ
τ =
λ adalah jarak antara dua tumbukan berurutan atau disebut juga lintasan bebas rata-
rata elektron. Sedangkan vr menyatakan kecepatan rambang elektron, yaitu kecepatan
elektron dalam gerakannya karena pengaruh termal (panas). Kecepatan rambang tidak
berpengaruh dalam hantaran listrik. Denagn hubungan (3.14), maka ungkapan
konduktivitas listrik (3.11) menjadi :
rvm
ne
*
2
λ
σ =
Beberapa nilai dari besaran-besaran bersangkutan diberikan pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Besaran listrik dari beberapa logam
Logam ( )11 −−
Ω mσ ( )3−
mn ( )detτ ( )Aλ ( )1−
msvr 0
*
/ mm
Na 1,07 x 107
4,6 x 1028
0,9 x 10-14
110 1,3 x 106
1,2
Cu 5,88 x 107
8,5 x 1028
2,79 x 10-14
420 1,6 x 106
1,0
Zn 1,69 x 107
13,1 x 1028
- - 1,82 x 106
0,85
Al 3,69 x 107
18,06 x 1028
- - 2,02 x 106
-
3.1.2. Resistivitas Listrik
Dari persamaan (3.4) dan (3.11) dapat diperoleh rumusan bagi resistivitas
listrik :
τσ
ρ 2
*
1
ne
m
==
Tumbukan elektron dengan penghambur dalam kristal dapat dibedakan atas dua
faktor, yaitu :
(i) Karena vibrasi kisi atau tumbukan dengan fonon
(ii) Tumbukan dengan atom-atom takmurnian (impuritas).
Apabila tumbukan dengan fonon menghasilkan waktu relaksasi dan tumbukan
dengan atom impuritas menghasilkan waktu relaksasi
fτ
iτ , maka dapat dituliskan :
if τττ
111
==
Dengan demikian, resistivitas listrik pada persamaan di atas berubah menjadi :
if ne
m
ne
m
ττ
ρ 2
*
2
*
+=
yang selanjutnya dapat ditulis :
if ρρρ +=
Pada suhu rendah (T<<) tidak ada fonon, jadi 0→fρ
sehingga iρρ =
fρρ =
. Sebaliknya pada suhu tinggi (T>>) konsentrasi fonon meningkat,
sehingga tumbukan dengan fonon menjadi dominan. Akibatnya dan dengan
demikian . Jadi jelas bahwa resistivitas listrik tergantung pada suhu (T),
terutama sebagai akibat tumbukan dengan fonon. Untuk menampung kebergantungan
pada T ini, maka lebih tepat dituliskan sebagai berikut :
if ρρ >>
( ) )(TT fi ρρρ +=
fρ (T) dapat diturunkan berdasarkan teeori kinetik gas dan memiliki bentuk :
T
Mk
T
D
f 2
'
)(
θ
πη
ρ =
Dengan M massa atom dalam kristal, k’ tetapan gaya antar atom dan suhu Debye.
Pesamaan (3.19) disebut hukum Matthiessen. Hukum ini menyimpang pada suhu
rendah (mendekati T=0, dan penyimpangan ini disebut efek Kondo. Lihat gambar 3.3
dan 3.4.
Dθ
Gambar 3.3. Kurva ( )Tρ menurut Hukum Matthiessen dan efek Kondo.
Gambar 3.4. Resistivitas listrik tembaga (Cu) dengan takmurnian Ni dalam
beberapa konsentrasi.
3.2 ELEKTRON BEBAS KUANTUM
Elektron sebagai partikel kuantum harus memenuhi :
(i) Prinsip eksklusi (larangan) Pauli, yaitu setiap keadaan elektron
dengan energi tertentu hanya dapat ditempati oleh dua buah
elektron dengan spin yang berlawanan. Lihat gambar 3.5a.
(ii) Probabilitas menempati suatu keadaan tertentu sesuai dengan
statistik Fermi-Dirac. Lihat gambar 3.5b.
Gambar 3.5 a. Keadaan elektron yang memenuhi prinsip eksklusi Pauli
b. Fungsi distribusi Fermi-Dirac.
Pada suhu T=0o
K, fungsi distribusi Fermi-dirac memiliki bentuk :



>
<
=
f
f
EuntukE
EuntukE
Ef
;0
;1
)(
3.21
Sedangkan pada suhu yang lebih tinggi (T>0) :
( ) ( ) 1
1
/
−
= − TkEE BF
e
Ef
3.22
kB tetapan Boltmann dan EF adalah energi Fermi
Berkaitan dengan tenaga Fermi tersebut dapat didefinisikan kecepatan
elektron pada tingkat Fermi (vF) sebagai berikut:
2
*
2
1
FF vmE =
3.23
(3.23.) Pada suhu T=0oK
, kecepatan elektron :
Fvv ≤
Bila digambarkan dalam ruang kecepatan ( )zyx vvv ,, akan diperoleh
permukaan Fermi yang berbentuk permukaan bola dan disebut bola
Fermi, seperti pada gambar 3.6. Pada suhu 0o
k tidak ada titik di luar bola,
artinya bahwa kecepatan elektron maksimum adalah vF.
Gambar 3.6. a. Bola Fermi dalam “ruang” kecepatan pada kuadran I
b. Proyeksi bola Fermi pada bidang vy-vz
Kecepatan elektron pada tingkat Fermi cukup besar. Untuk logam dengan
energi Fermi sebesar 5 eV, kecepatannya :
16
2
1
31
119
2
1
10
101,9
.106,152
*
2
−
−
−−
≈








=





=
ms
kgx
eVJxxx
m
E
V F
F
Jika konsentrasi elektron dalam logam adalah n, maka energi Fermi
logam yang bersangkutan :
( )3
2
2
2
3
*2
n
m
EF π
η
= 3.24
Konsep bola Fermi dapat digunakan untuk menjelaskan hantaran listrik
dalam logam. Perhatikan kembali gambar dalam ruang kecepatan dalam
gambar 3.6b. Gerakan elektron karena pengaruh termal (tanpa medan
listrik) tidak menghantarkan arus listrik, karena :
0v
i
i =∑
r
3.25
Setiap titik dalam bola Fermi, yang menggambarkan elektron dengan
kecepatan tertentu selalu memiliki titik pada posisi berlawanan, yang
melukiskan elektron dengan kecepatan yang sama tetapi berlawanan
arah. Dan bila ini dijumlahkan (secara vector) untuk seluruh populasi
elektron, seperti pada persamaan (3.25), akan memberikan nilai nol.
Dengan kata lain secera efektif tidak ada aliran elektron, sehingga tidak
ada hantaran (arus) listrik.
Kini perhatikan gambar 3.7a., dengan adanya medan listrik E ke
arah kanan, elektron memiliki kecepatan alir vd ke arah kiri dan ini
berarti bola Fermi bergeser ke kiri sejauh vd. Pergeseran ini
menghasilkan elektron konduksi yang diwakili oleh volume bola yang
diarsir. Perhitungan jumlah elektron konduksi dapat dilakukn dengan
menggunakan gambar 3.7b.Jumlah elektron “sisanya” (yang tidak
berkonduksi) dinyatakan oleh bagian volume bola yang tidak diarsir, dan
bentuknya mendekati bangun “elipsoida”.
Gambar 3.7 a. Pegeseran ke kiri bola Fermi akibat medan listrik E ke
kanan menghasilkan elektron konduksi (bagian terrasir)
b. Bagian bola Fermi “sisanya” yang mengandung elektron
tak berkonduksi berbentuk elipsoida (bagian tidak
terarsir).
Setengah sumbu panjang elipsoida :
Fva ≈ 3.26
karena sedangkan setengah sumbu pendek :Fd vv <<
( dF vvb −= 2
2
1
) 3.27
dan volume elipsoida :
2
3
4
abVelip π= 3.28
Selanjutnya, volume bagian bola yang berisi elektron konduksi (bagian
terarsir) ialah selisih antara volume bola Fermi dan volume elipsoida :
( )
2
3
12
3
4
2
3
42
3
13
3
43
3
4
2
2
1
3
43
3
4
dFdF
dFdFFF
dFFF
vvvv
vvvvvv
vvvvV
ππ
ππππ
ππ
−=
+−−=
−−=∆
Perbandingan antara jumlah elektron konduksi dan jumlah elektron total :
F
d
F
d
F
d
F
dFdF
v
v
v
v
v
v
V
vvvv
V
V
≈
−=
−
=
∆
2
2
4
1
33
4
2
3
12
3
4
π
ππ
Karena vd<<vF. Jumlah elektron yang menghantarkan arus apabila
jumlah elektron bebas total n adalah :
n
v
v
n
V
V
n
F
d






=





∆
='
3.29
Rapat arus pada tingkat Fermi :
d
F
F
d
F
env
v
v
v
en
envJ
−=






−=
−=
Gantikan vd seperti pada persamaan (3.8), akan diperoleh :
E
*m
ne
J F
2
τ
=
3.30
Fτ adalah waktu tumbukan elektron pada tingkat Fermi. Sedangkan
selanjutnya bila persamaan (3.30) dibandingkan dengan hukum Ohm
(3.5) menghasilkan :
*
2
m
ne Fτ
σ = 3.31
dengan :
F
F
F
v
λ
τ =
3.32
Fλ adalah lintasan bebas elektron rata-rata pada tingkat Fermi. Tampak
bahwa persamaan (3.31) adalah sama dengan persamaan (3.11) Ini berarti
bahwa teori elektron bebas klasik dan teori elektron bebas kuantum dapat
menerangkan gejala hantaran listrik pada logam.
3.3 RAPAT KEADAAN (DENSITY OF STATE) ELEKTRON
Pada Bab II telah dipelajari jumlah keadaan fonon dalam selang
frekuensi ( )ω atau bilangan gelombang (q) yang dinyatakan dengan
rapat keadaan fonon g( )ω atau g (q). Sementara ini, ω dan q berhubungan
satu sama lain melalui hubungan dispersi ω (q). Ekuivalen dengan fonon,
jumlah elektron dalam selang energi (E) atau bilangan gelombang (k)
juga dinyatakan dengan rapat keadaan g(E) atau g (k). Besaran g dan k
berhubungan satu sama lain melalui ungkapan energi kinetik :
2
2
*2
k
m
E
η
=
untuk kasus 3-dimensi ungkapan energi dapat ditulis :
( )222
2
*2
zyx kkk
m
E ++=
η
dengan :
nz
L
kny
L
knx
L
k zyx
πππ 2
;
2
;
2
===
nx, ny, nz masing-masing bilangan kuantum dan L ukuran bahan logam
yang ditinjau. Dalam ruang-k dapat dilukiskan permukaan Fermi seperti
pada gambar 3.8.
Gambar 3.8 Permukaan Fermi dalam ruang –k
Dari gambar 3.8 dapat ditentukan jumlah elektron yang mempunyai bilangan
gelombang antara k dan k+dk adalah :
( )
dk
k
L
xx
L
dkk
volume
1
xSpintasMultiplisix
Satu selvol.
bolaVol.Kulit
dkkg
2
2
33
2
1
2
2
4
π
π
π
=






=
=
atau :
2
2
)(
π
k
kg =
Untuk menentukan ( )Eρ , gunakan hubungan :
g(k)dk = g(E)dE
dan persamaan (3.33). Dari sini akan didapat hubungan :
( ) ( )
dE
dk
kgEg =
Substitusikan persamaan (3.33) dan (3.35) ke dalam persamaan (3.37), yang memberi
hasil :
( ) 2
1
2
3
22
*2
2
1
E
m
Eg








=
ηπ
yaitu rapat keadaan elektron sebagai fungsi dari energinya.
3.4. KAPASITAS DAN KONDUKTIVITAS PANAS
Pada suhu yang lebih besar dari 0o
K, bahan logam selain mengandung
elektron juga terdapat fonon di dalamnya. Elektron dan fonon inilah yang berperan
dalam menentukan nilai baik kapasitas panas maupun konduktivitas panas.
3.4.1. Kapasitas Panas
Kapasitas panas logam dengan adanya elektron dan fonon dapat ditulis
sebagai berikut :
Clogam= Cfonon + Celektron
Dengan menggunakan model elektron bebas klasik, energi rata-rata elektron pada
suhu T, sebagaimana gas ideal adalah :
( ) RTTkNE BA 2
3
2
3
==
Sehingga kapasitas panas elektron :
R
T
E
Celektron
2
3
=
∂
∂
=
Sementara itu, seperti pada Bab II, kapasitas panas fonon :
RC fonon 3=
Dari persamaan (3.39), (3.41) dan (3.42) jelas bahwa kapasitas panas logam :
RRRC am 2
1
2
3
log 43 =+=
Sementara menurut hasil eksperimen untuk semua zat padat diperoleh nilai kapasitas
panas 3R. Jadi, model elektron bebas klasik tidak dapat menerangkan kapasitas
panas logam.
Di pihak lain, menurut model elektron bebas kuantum energi rata-rata elektron
pada suhu T :
( )
F
B
A
E
Tk
NE
2
=
Kapasitas panas elektron :
k
R
T
E
Celektron 2=
∂
∂
=
Definisikan suhu Fermi :
B
F
F
k
E
T =
Sehingga :
F
elektron
T
T
RC 2=
Dari perhitungan yang lebih eksak dihasilkan :
F
B
elektron
E
TRk
C
2
2
π
=
3.4.2. Konduktivitas Panas
Pada sebuah batang logam, bila ujung-ujung batang mempunyai suhu yang
berbeda, akan terjadi aliran panas dari ujung batang yang bersuhu lebih tinggi ke
ujung yang lebih rendah. Dalam gambar 3.9, aliran energi panas persatuan waktu dan
persatuan luas batang,
Gambar 3.9. Aliran energi panas batang yang ada ujung-ujungnya terdapat
perbedaan suhu.
dinyatakan oleh :
dx
dT
KQ −=
(dx
dT
)adalah gradien suhu, dan K menyatakan konduktivitas panas bahan logam. tanda
minus (-) diambil agar Q bernilai positif untuk K yang bernilai positif, oleh karena
gradien suhu <O.
Dalam bahan logam konduktivitas panas merupakan sumbangan oleh elektron
dan fonon sehingga dapat dituliskan :
K = Kfonon + Kelektron
dengan :
λvCK fonfonon 3
1
=
dan :
FF
F
B
FFelekelektron
v
E
Tnk
vCK
λ
π
λ








=
=
2
22
3
1
3
1
Karena umumnya : maka :,10,0 elektronfonon KK ≈
*3
22
m
Tnk
KK FB
elek
τπ
=≈
Dari persamaan (3.31) dan (3.51) dapat diambil perbandingan antara konduktivitas
panas dan konduktivitas listrik sebagai berikut :
L
k
T
K B
=





=
2
3
1
λ
π
σ
L disebut bilangan Lorenz. Nilai L untuk beberapa logam ditunjukkan pada tabel3.2 .
Tabel 3.2. Bilangan Lorenz (L) untuk beberapa logam
Logam L ( )11
... −−
Ω Kskal Logam L ( )11
... −−
Ω Kskal
Na 5,2 x 10-9
A1 4,7 x 10-9
Cu 5,4 x 10-9
Cd 6,3 x 10-9
Ag 5,6 x 10-9
Ni 3,7 x 10-9
Au 5,9 x 10-9
Fe 5,5 x 10-9
3.5 PITA ENERGI ZAT PADAT
Lihat kembali ilustrasi pada pasal 3.1 tentang logam natrium (Na). Pada
contoh tersebut diketahui bahwa elektron pada orbitan 3s merupakan elektron valensi.
Pada atom Na yang bebas elektron valensi terikat di dalam atom. Tetapi bila atom-
atom Na membentuk ikatan logam, elektron valensi menjadi elektron bebas. Lihat
ilustrasi pada gambar 3.10.
Gambar 3.10 Potensial pada atom Na bebas, elektron valensi dalam keadaan
terikat (atas). Potensial pada kristal Na, elektron valensi menjadi
bebas (bawah).
Dapat dibayangkan bahwa bila elektron bergerak disepanjang kristal yang
potensialnya periodic, elektron tidak sepenuhnya bebas tetapi berinteraksi dengan
medan kristal . Fungsi gelombang elektron untuk menggambarkan gerakannya dalam
pengaruh medan kristal merupakan gabungan dari fungsi gabungan untuk elektron
bebas dan fungsi yang periodic. Fungsi yang bersangkutan disebut fungsi Bloch
dengan eikx
adalah fungsi untuk elektron bebas sedangkan Uk(x) suatu fungsi uang
periodic, lihat gambar 3.11.
Gambar 3.11. Fungsi Bloch
Apabila fungsi Bloch seperti pada persamaan (3.53) digunakan untuk
menyelesaikan persamaan gerak elektron dalam potensial periodic :
( ) ( ) ( ) ( )xExxV
dx
xd
m
ψψ
ψη
=+− 2
22
*2
V(x) adalah potensial periodic seperti pada gambar 3.10 maka akan diperoleh solusi
yang berupa energi E sebagai fungsi K seperti ditunjukkan pada gambar 3.12.
Gambar 3.12. Kurva E vs. K yang merupakan solusi persamaan (3.54);
membentuk struktur pita.
Energi E sebagai fungsi K untuk elektron yang bergerak dalam medan kristal
periodic, dalam gambar 3.12, menghasilkan selang energi yang terlarang (celah
energi) dan selang yang diperbolehkan (pita energi). Keadaan energi elektron seperti
ini disebut struktur pita zat padat. Sebagai akibat dari interaksi elektron dengan
medan kristal, maka elektron mengalami perubahan massa karena pengaruh medan
tersebut. massa elektron menjadi lebih besar atau lebih kecil dari massa diamnya.
Massa yang demikian disebut massa efektif (m*) dan dirumuskan :








=
2
2
2
*
dk
Ed
m
η
dengan E adalah energi elektron sebagai fungsi bilangan gelombang k :E (k). Sebagai
contoh untuk elektron bebas energinya :
( ) 2
2
2
k
m
kE
o
η
=
dan turunan kedua terhadap K :
omdk
Ed 2
2
2
η
=
sehingga massa efektifnya :
o
o
m
mdk
Ed
m =








=








=
2
2
2
2
2
*
η
ηη
Massa efektif elektron bebas sama dengan massa diamnya.

More Related Content

What's hot

Fisika Inti
Fisika Inti Fisika Inti
Fisika Inti FKIP UHO
 
teori Bohr tentang Atom Hidrogen
teori Bohr tentang Atom Hidrogenteori Bohr tentang Atom Hidrogen
teori Bohr tentang Atom HidrogenKhotim U
 
Laporan Eksperimen Efek Fotolistrik
Laporan Eksperimen Efek FotolistrikLaporan Eksperimen Efek Fotolistrik
Laporan Eksperimen Efek FotolistrikNurfaizatul Jannah
 
Model inti atom (asti dewi n.)
Model inti atom (asti dewi n.)Model inti atom (asti dewi n.)
Model inti atom (asti dewi n.)kemenag
 
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi &amp; andi)
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi &amp; andi)Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi &amp; andi)
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi &amp; andi)SMP IT Putra Mataram
 
Laporan Resmi Percobaan Tetes Minyak Milikan
Laporan Resmi Percobaan Tetes Minyak MilikanLaporan Resmi Percobaan Tetes Minyak Milikan
Laporan Resmi Percobaan Tetes Minyak MilikanLatifatul Hidayah
 
PELURUHAN RADIOAKTIF BERANTAI
PELURUHAN RADIOAKTIF BERANTAIPELURUHAN RADIOAKTIF BERANTAI
PELURUHAN RADIOAKTIF BERANTAIEni Dahlia
 
Model-model Energi dalam Zat Padat
Model-model Energi dalam Zat PadatModel-model Energi dalam Zat Padat
Model-model Energi dalam Zat PadatRisdawati Hutabarat
 
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannyaContoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannyaAyuShaleha
 
Statistik Fermi dirac
Statistik Fermi diracStatistik Fermi dirac
Statistik Fermi diracAyuShaleha
 
Hamburan partikel alfa rutherford
Hamburan partikel alfa rutherfordHamburan partikel alfa rutherford
Hamburan partikel alfa rutherfordNurochmah Nurdin
 

What's hot (20)

Fisika Inti
Fisika Inti Fisika Inti
Fisika Inti
 
teori Bohr tentang Atom Hidrogen
teori Bohr tentang Atom Hidrogenteori Bohr tentang Atom Hidrogen
teori Bohr tentang Atom Hidrogen
 
Laporan Eksperimen Efek Fotolistrik
Laporan Eksperimen Efek FotolistrikLaporan Eksperimen Efek Fotolistrik
Laporan Eksperimen Efek Fotolistrik
 
Teori Pita Energi
Teori Pita EnergiTeori Pita Energi
Teori Pita Energi
 
Model inti atom (asti dewi n.)
Model inti atom (asti dewi n.)Model inti atom (asti dewi n.)
Model inti atom (asti dewi n.)
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika Inti
 
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi &amp; andi)
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi &amp; andi)Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi &amp; andi)
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi &amp; andi)
 
Peluruhan alfa
Peluruhan alfaPeluruhan alfa
Peluruhan alfa
 
Ringkasan zat padat
Ringkasan zat padatRingkasan zat padat
Ringkasan zat padat
 
9 semikonduktor
9 semikonduktor9 semikonduktor
9 semikonduktor
 
Laporan Resmi Percobaan Tetes Minyak Milikan
Laporan Resmi Percobaan Tetes Minyak MilikanLaporan Resmi Percobaan Tetes Minyak Milikan
Laporan Resmi Percobaan Tetes Minyak Milikan
 
PELURUHAN RADIOAKTIF BERANTAI
PELURUHAN RADIOAKTIF BERANTAIPELURUHAN RADIOAKTIF BERANTAI
PELURUHAN RADIOAKTIF BERANTAI
 
Model-model Energi dalam Zat Padat
Model-model Energi dalam Zat PadatModel-model Energi dalam Zat Padat
Model-model Energi dalam Zat Padat
 
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannyaContoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
 
Statistik Fermi dirac
Statistik Fermi diracStatistik Fermi dirac
Statistik Fermi dirac
 
Hamburan partikel alfa rutherford
Hamburan partikel alfa rutherfordHamburan partikel alfa rutherford
Hamburan partikel alfa rutherford
 
Efek zeeman
Efek zeemanEfek zeeman
Efek zeeman
 
Energetika Gelombang
Energetika GelombangEnergetika Gelombang
Energetika Gelombang
 
Termodinamika modul
Termodinamika modulTermodinamika modul
Termodinamika modul
 
Sifat gelombang de broglie
Sifat gelombang de broglieSifat gelombang de broglie
Sifat gelombang de broglie
 

Similar to Fisika Zat Padat

Kuliah ke 5_Struktur Atom.ppt
Kuliah ke 5_Struktur Atom.pptKuliah ke 5_Struktur Atom.ppt
Kuliah ke 5_Struktur Atom.pptHarrisSilitonga3
 
Struktur atom dan sistem periodik
Struktur atom dan sistem periodikStruktur atom dan sistem periodik
Struktur atom dan sistem periodikujangsupiandi
 
Pertemuan-5.-Struktur-Atom-1.ppt
Pertemuan-5.-Struktur-Atom-1.pptPertemuan-5.-Struktur-Atom-1.ppt
Pertemuan-5.-Struktur-Atom-1.pptAndreanSaputra13
 
Pertemuan-5.-Struktur-Atom-1.ppt12345678
Pertemuan-5.-Struktur-Atom-1.ppt12345678Pertemuan-5.-Struktur-Atom-1.ppt12345678
Pertemuan-5.-Struktur-Atom-1.ppt12345678nurislamiah449
 
Arus dan Resistansi
Arus dan ResistansiArus dan Resistansi
Arus dan ResistansiLa Ode Asmin
 
Fisika Material Buk. .pdf
Fisika Material Buk. .pdfFisika Material Buk. .pdf
Fisika Material Buk. .pdfuwPremium
 
Chapter 12. electrical properties , William D.Callister
Chapter 12. electrical properties , William D.CallisterChapter 12. electrical properties , William D.Callister
Chapter 12. electrical properties , William D.CallisterAgam Real
 
Pendahuluan dan teori atom
Pendahuluan dan teori atomPendahuluan dan teori atom
Pendahuluan dan teori atomMilla Andista
 
Elektronika Analog - Semikonduktor
Elektronika Analog - SemikonduktorElektronika Analog - Semikonduktor
Elektronika Analog - Semikonduktorfiernadr
 
Pertemua #2 Mata Kuliah Kimia Terapan 23.pdf
Pertemua #2 Mata Kuliah Kimia Terapan 23.pdfPertemua #2 Mata Kuliah Kimia Terapan 23.pdf
Pertemua #2 Mata Kuliah Kimia Terapan 23.pdftitiek deasy saptaryani
 
7.bab vii -pita_energi
7.bab vii -pita_energi7.bab vii -pita_energi
7.bab vii -pita_energiElika Bafadal
 
Senyawa berikatan ion
Senyawa berikatan ionSenyawa berikatan ion
Senyawa berikatan ionDwi Karyani
 
Struktur atom
Struktur atomStruktur atom
Struktur atompandji57
 
Kb 1 modul-5_fis_zat_padat
Kb 1 modul-5_fis_zat_padatKb 1 modul-5_fis_zat_padat
Kb 1 modul-5_fis_zat_padatIka Permata Sari
 
kumpulan soal UN fisika sma tentang fisika modern
kumpulan soal UN fisika sma tentang fisika modernkumpulan soal UN fisika sma tentang fisika modern
kumpulan soal UN fisika sma tentang fisika modernSMA PGRI 1 Bandung
 

Similar to Fisika Zat Padat (20)

Kuliah ke 5_Struktur Atom.ppt
Kuliah ke 5_Struktur Atom.pptKuliah ke 5_Struktur Atom.ppt
Kuliah ke 5_Struktur Atom.ppt
 
Struktur atom dan sistem periodik
Struktur atom dan sistem periodikStruktur atom dan sistem periodik
Struktur atom dan sistem periodik
 
Pertemuan-5.-Struktur-Atom-1.ppt
Pertemuan-5.-Struktur-Atom-1.pptPertemuan-5.-Struktur-Atom-1.ppt
Pertemuan-5.-Struktur-Atom-1.ppt
 
Pertemuan-5.-Struktur-Atom-1.ppt12345678
Pertemuan-5.-Struktur-Atom-1.ppt12345678Pertemuan-5.-Struktur-Atom-1.ppt12345678
Pertemuan-5.-Struktur-Atom-1.ppt12345678
 
Arus dan Resistansi
Arus dan ResistansiArus dan Resistansi
Arus dan Resistansi
 
Fisika Material Buk. .pdf
Fisika Material Buk. .pdfFisika Material Buk. .pdf
Fisika Material Buk. .pdf
 
Chapter 12. electrical properties , William D.Callister
Chapter 12. electrical properties , William D.CallisterChapter 12. electrical properties , William D.Callister
Chapter 12. electrical properties , William D.Callister
 
Pendahuluan dan teori atom
Pendahuluan dan teori atomPendahuluan dan teori atom
Pendahuluan dan teori atom
 
Tugas 1
Tugas 1Tugas 1
Tugas 1
 
Elektronika Analog - Semikonduktor
Elektronika Analog - SemikonduktorElektronika Analog - Semikonduktor
Elektronika Analog - Semikonduktor
 
Pertemua #2 Mata Kuliah Kimia Terapan 23.pdf
Pertemua #2 Mata Kuliah Kimia Terapan 23.pdfPertemua #2 Mata Kuliah Kimia Terapan 23.pdf
Pertemua #2 Mata Kuliah Kimia Terapan 23.pdf
 
7.bab vii -pita_energi
7.bab vii -pita_energi7.bab vii -pita_energi
7.bab vii -pita_energi
 
7.bab vii -pita_energi
7.bab vii -pita_energi7.bab vii -pita_energi
7.bab vii -pita_energi
 
Fisika atom
Fisika atomFisika atom
Fisika atom
 
Senyawa berikatan ion
Senyawa berikatan ionSenyawa berikatan ion
Senyawa berikatan ion
 
Struktur atom
Struktur atomStruktur atom
Struktur atom
 
Fsk atom lengkap
Fsk atom lengkapFsk atom lengkap
Fsk atom lengkap
 
semikonduktor
semikonduktorsemikonduktor
semikonduktor
 
Kb 1 modul-5_fis_zat_padat
Kb 1 modul-5_fis_zat_padatKb 1 modul-5_fis_zat_padat
Kb 1 modul-5_fis_zat_padat
 
kumpulan soal UN fisika sma tentang fisika modern
kumpulan soal UN fisika sma tentang fisika modernkumpulan soal UN fisika sma tentang fisika modern
kumpulan soal UN fisika sma tentang fisika modern
 

Recently uploaded

PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxmuhammadyudiyanto55
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfHernowo Subiantoro
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt xjohan199969
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024SABDA
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfTarkaTarka
 
Naufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Naufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfNaufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Naufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfNaufalKhawariz
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptDedi Dwitagama
 
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptxBUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptxDWIHANDOYOPUTRO2
 
Lidia_Lidia_2021B_Analisis Kritis Jurnal
Lidia_Lidia_2021B_Analisis Kritis JurnalLidia_Lidia_2021B_Analisis Kritis Jurnal
Lidia_Lidia_2021B_Analisis Kritis JurnalCloudybblz
 
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfNajwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfnaqarin2
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.comModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.comFathan Emran
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfgloriosaesy
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...
RENCANA + Link2 MATERI  Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...RENCANA + Link2 MATERI  Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...
RENCANA + Link2 MATERI Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...Kanaidi ken
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docxCONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docxAhmadBarkah2
 
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)LabibAqilFawaizElB
 
Bukti dukung E kinerja kepala sekolah.pdf
Bukti dukung E kinerja  kepala sekolah.pdfBukti dukung E kinerja  kepala sekolah.pdf
Bukti dukung E kinerja kepala sekolah.pdfZulkhaidirZulkhaidir
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Solusi Masalah Pendidikan Kelompok 9 Wawasan Pendidikan.pptx
Solusi Masalah Pendidikan Kelompok 9 Wawasan Pendidikan.pptxSolusi Masalah Pendidikan Kelompok 9 Wawasan Pendidikan.pptx
Solusi Masalah Pendidikan Kelompok 9 Wawasan Pendidikan.pptxaristasaputri46
 

Recently uploaded (20)

PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
 
Naufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Naufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfNaufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Naufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptxBUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
 
Lidia_Lidia_2021B_Analisis Kritis Jurnal
Lidia_Lidia_2021B_Analisis Kritis JurnalLidia_Lidia_2021B_Analisis Kritis Jurnal
Lidia_Lidia_2021B_Analisis Kritis Jurnal
 
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfNajwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.comModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...
RENCANA + Link2 MATERI  Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...RENCANA + Link2 MATERI  Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...
RENCANA + Link2 MATERI Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docxCONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
 
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
 
Bukti dukung E kinerja kepala sekolah.pdf
Bukti dukung E kinerja  kepala sekolah.pdfBukti dukung E kinerja  kepala sekolah.pdf
Bukti dukung E kinerja kepala sekolah.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Solusi Masalah Pendidikan Kelompok 9 Wawasan Pendidikan.pptx
Solusi Masalah Pendidikan Kelompok 9 Wawasan Pendidikan.pptxSolusi Masalah Pendidikan Kelompok 9 Wawasan Pendidikan.pptx
Solusi Masalah Pendidikan Kelompok 9 Wawasan Pendidikan.pptx
 

Fisika Zat Padat

  • 1. BAB III ELEKTRON DALAM LOGAM Pada Bab I telah disebutkan bahwa pada dasarnya Fisika Zat Padat mengkaji kristal dan elektron-elektron. Dalam pembahasan mengenai Dinamika Kisi dalam Bab II, telah diuraikan gerakan atom-atom dalam kristal sebagai akibat dari adanya rambatan gelombang, mekanik maupun termal, serta berbagi sifat yang ditimbulkannya. Pada Bab II ini, giliran elektron yang mendapat bagian untuk dibahas secara khusus, mengingat gerakan elektron dalam zat padat sangat berbeda dari gerakan atom-atom dalam kristal. Secara umum setiap jenis bahan padat yang disusun oleh atom-atom selalu mengandung elektron-elektron. Namun demikian, elektron-elektron tersebut ada yang terikat erat pada ikatan atom-atom dan ada juga yang bebas. Elektron dikatakan bebas bilamana elektron tersebut dapat bergerak oleh karena suatu hal (misalnya medan listrik) secara bebas dari satu titik ke titik lain di seluruh kristal. Elektron yang bersifat demikian disebut elektron bebas. Sedangkan elektron yang tidak dapat bergerak bebas, yaitu elektron yang terikat dalam atom maupun ikatan antar atom, disebut elektron terikat. Struktur ikatan pada bahan loham memungkinkan zat padat jenis ini mengandung elektron bebas. Sedangkan bahan bukan logam lainnya, yaitu bahan- bahan yang mempunyai ikatan ionik atau kovalen, tidak memiliki elektron bebas. Dengan adanya elektron bebas ini logam mempunyai sifat-sifat yang khas, antara lain merupakan penghantar listrik dan penghantar panas yang baik serta permukaannya mengkilat (sifat pantulnya baik). 3.1 ELEKTRON BEBAS KLASIK Dalam pendekatan ini elektron-elektron dapat dipandang seperti partikel gas ideal. Sebagai contoh, perhatikan logam natrium (11Na). Atom natrium memiliki konfigurasi elektron : 1s2 -2s2 -2p6 -3s1 . Elektron-elektron pada orbitan 1s sampai dengan 2p membentuk struktur kulit penuh. Elektron-elektron ini bersama dengan inti atom membentuk teras atom. Sedangkan elektron yang ke 11 pada orbitan 3s merupakan elektron valensi. Elektron valensi inilah yang menjadi elektron bebas apabila atom-atom natrium membentuk kristal logam. Lihat kembali “Ikatan logam” pada Bab I.
  • 2. Secara umum bila suatu logam mempunyai rapat massa mρ tersusun oleh atom-atom dengan elektron valensi Z, dan massa atom yang bersangkutan M, maka konsentrasi elektron bebas pada logam tesebut adalah : M zN n A mρ= NA adalah bilangan Avogadro. Konsentrasi elektron pada persamaan (3.1) tersebut dinyatakan dalam satuan elektron/cm3 atau elektron/m3 dan biasanya hanya ditulis cm-3 atau m-3 . 3.1.1 Hantaran Listrik Perhatikan seutas kawat sepanjang L dengan penampang A, ujung-ujung kawat (C dan D) diberi beda potensial VCD, dan nilai hambatan kawat adalah R. Dalam kawat mengalir arus listrik I serta timbul medan listrik E, seperti pada gambar 3.1. menurut Hukum Ohm, kuat arus listrik dalam kawat : R V I CD = Gambar 3.1 Arah arus listrik, medan listrik dan gerakan elektron dalam seutas kawat yang diberi beda potensial. Selanjutnya dapat ditulis rumus-rumus lainnya yang menyangkut : (i). Rapat Arus : A I J = (ii). Kuat Medan : L V E CD = (iii) Hambatan : A L ρR =
  • 3. dengan ρ menyatakan resistivitas listrik bahan kawat, dan dapat dituliskan dalam hubungannya dengan konduktivitas listrik σ : σ ρ 1 = Dari persamaan-persamaan di atas, hokum Ohm seperti pada persamaan (3.2) dapat dituliskan kembali dalam bentuk : EJ σ= Semua besaran listrik di atas merupakan besaran makroskopik yang dapat diukur atau ditentukan secara langsung. bagaimanakah mekanisme elektron menghantarkan listrik sehingga persamaan-persamaan di atas dapat terpenuhi ? Gambar 3.2. Elektron dalam kristal bergerak dipercepat oleh medan listrik dan dihamburkan oleh atom-atom. Pada gambar 3.2 elektron bergerak dipercepat ke arah kanan sebagai akibat penerapan medan listrik ke arah kiri. Dalam gerakannya elektron menumbuk dan dihamburkan oleh atom-atom. Tumbukan dengan atom-atom ini menimbulkan “daya hambat” yang dialami elektron, yang akan mengimbangi gaya medan listrik pada elektron. Keadaan demikian dapat diungkapkan melalui persamaan gerak sebagai berikut : τ v meE dt dv m ** −−= dengan m* menyatakan massa efektif elektron, v kecepatan elektron, e muatan elektron, t waktu dan τ waktu relaksasi tumbukan (waktu antara dua kali tumbukan berurutan). suku kedua ruas kanan pada persamaan (3.6) merupakan gaya hambat yang seperti “gaya gesek” stokes pada percobaan pengukuran Viskositas cairan.
  • 4. Perimbangan antara gaya oleh medan dan gaya hambatan akan menghasilkan keadaan tunak (stationer). Bila keadaan ini tercapai maka : 0= dt dv Dengan demikian persamaan (3.6) menghasilkan : E m e v * τ −= Yaitu kecepatan akhir elektron yang disebut juga kecepatan alir (drift velocity). Tanda minus menyatakan bahwa arah gerak elektron berlawanan dengan arah medan listrik E yang menyebabkannya. Kecapatan elektron ini berperan dalam hambatan listrik. Untuk membedakannya dengan kecepatan rambang (akan dibahas kemudian), kecepatan lain dituliskannya dengan notasi V jadi :d E m e vd * τ −= selanjutnya, rapat arus listrik dapat didefinisikan sebagai J = (-ne)vd dengan n menyatakan konsentrasi elektron. Dengan mengganti vd seperti pada persamaaan (3.8a), diperoleh : * 2 m ne J τ = Bandingkan persamaan ini dengan hukum Ohm pada persamaan (3.5.), dihasilkan ungkapan bagi konduktivitas listrik : * 2 m ne τ σ = persamaan terakhir menunjukkan hubungan antara besaran makroskopik ( )σ dan besaran mikroskopik bagi elektron ( )* mdanσ . Di pihak lain, apabila diambil keadaan relaksasi, yaitu apabila medan listrik dihilangkan (E=0), maka persamaan gerak elektron menjadi : τ v m dt dv m ** −=
  • 5. yang memberikan solusi : ( ) ( ) τ t dd evtv − == 0 vd (0) menyatakan kecepatan akhir sesaat sebelum medan listrik dihilangkan. τ yang merupakan waktu relaksasi dapat dinyatakan sebagai berikut : rv λ τ = λ adalah jarak antara dua tumbukan berurutan atau disebut juga lintasan bebas rata- rata elektron. Sedangkan vr menyatakan kecepatan rambang elektron, yaitu kecepatan elektron dalam gerakannya karena pengaruh termal (panas). Kecepatan rambang tidak berpengaruh dalam hantaran listrik. Denagn hubungan (3.14), maka ungkapan konduktivitas listrik (3.11) menjadi : rvm ne * 2 λ σ = Beberapa nilai dari besaran-besaran bersangkutan diberikan pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Besaran listrik dari beberapa logam Logam ( )11 −− Ω mσ ( )3− mn ( )detτ ( )Aλ ( )1− msvr 0 * / mm Na 1,07 x 107 4,6 x 1028 0,9 x 10-14 110 1,3 x 106 1,2 Cu 5,88 x 107 8,5 x 1028 2,79 x 10-14 420 1,6 x 106 1,0 Zn 1,69 x 107 13,1 x 1028 - - 1,82 x 106 0,85 Al 3,69 x 107 18,06 x 1028 - - 2,02 x 106 - 3.1.2. Resistivitas Listrik Dari persamaan (3.4) dan (3.11) dapat diperoleh rumusan bagi resistivitas listrik : τσ ρ 2 * 1 ne m == Tumbukan elektron dengan penghambur dalam kristal dapat dibedakan atas dua faktor, yaitu : (i) Karena vibrasi kisi atau tumbukan dengan fonon (ii) Tumbukan dengan atom-atom takmurnian (impuritas).
  • 6. Apabila tumbukan dengan fonon menghasilkan waktu relaksasi dan tumbukan dengan atom impuritas menghasilkan waktu relaksasi fτ iτ , maka dapat dituliskan : if τττ 111 == Dengan demikian, resistivitas listrik pada persamaan di atas berubah menjadi : if ne m ne m ττ ρ 2 * 2 * += yang selanjutnya dapat ditulis : if ρρρ += Pada suhu rendah (T<<) tidak ada fonon, jadi 0→fρ sehingga iρρ = fρρ = . Sebaliknya pada suhu tinggi (T>>) konsentrasi fonon meningkat, sehingga tumbukan dengan fonon menjadi dominan. Akibatnya dan dengan demikian . Jadi jelas bahwa resistivitas listrik tergantung pada suhu (T), terutama sebagai akibat tumbukan dengan fonon. Untuk menampung kebergantungan pada T ini, maka lebih tepat dituliskan sebagai berikut : if ρρ >> ( ) )(TT fi ρρρ += fρ (T) dapat diturunkan berdasarkan teeori kinetik gas dan memiliki bentuk : T Mk T D f 2 ' )( θ πη ρ = Dengan M massa atom dalam kristal, k’ tetapan gaya antar atom dan suhu Debye. Pesamaan (3.19) disebut hukum Matthiessen. Hukum ini menyimpang pada suhu rendah (mendekati T=0, dan penyimpangan ini disebut efek Kondo. Lihat gambar 3.3 dan 3.4. Dθ
  • 7. Gambar 3.3. Kurva ( )Tρ menurut Hukum Matthiessen dan efek Kondo. Gambar 3.4. Resistivitas listrik tembaga (Cu) dengan takmurnian Ni dalam beberapa konsentrasi.
  • 8. 3.2 ELEKTRON BEBAS KUANTUM Elektron sebagai partikel kuantum harus memenuhi : (i) Prinsip eksklusi (larangan) Pauli, yaitu setiap keadaan elektron dengan energi tertentu hanya dapat ditempati oleh dua buah elektron dengan spin yang berlawanan. Lihat gambar 3.5a. (ii) Probabilitas menempati suatu keadaan tertentu sesuai dengan statistik Fermi-Dirac. Lihat gambar 3.5b. Gambar 3.5 a. Keadaan elektron yang memenuhi prinsip eksklusi Pauli b. Fungsi distribusi Fermi-Dirac. Pada suhu T=0o K, fungsi distribusi Fermi-dirac memiliki bentuk :    > < = f f EuntukE EuntukE Ef ;0 ;1 )( 3.21 Sedangkan pada suhu yang lebih tinggi (T>0) : ( ) ( ) 1 1 / − = − TkEE BF e Ef 3.22 kB tetapan Boltmann dan EF adalah energi Fermi
  • 9. Berkaitan dengan tenaga Fermi tersebut dapat didefinisikan kecepatan elektron pada tingkat Fermi (vF) sebagai berikut: 2 * 2 1 FF vmE = 3.23 (3.23.) Pada suhu T=0oK , kecepatan elektron : Fvv ≤ Bila digambarkan dalam ruang kecepatan ( )zyx vvv ,, akan diperoleh permukaan Fermi yang berbentuk permukaan bola dan disebut bola Fermi, seperti pada gambar 3.6. Pada suhu 0o k tidak ada titik di luar bola, artinya bahwa kecepatan elektron maksimum adalah vF. Gambar 3.6. a. Bola Fermi dalam “ruang” kecepatan pada kuadran I b. Proyeksi bola Fermi pada bidang vy-vz
  • 10. Kecepatan elektron pada tingkat Fermi cukup besar. Untuk logam dengan energi Fermi sebesar 5 eV, kecepatannya : 16 2 1 31 119 2 1 10 101,9 .106,152 * 2 − − −− ≈         =      = ms kgx eVJxxx m E V F F Jika konsentrasi elektron dalam logam adalah n, maka energi Fermi logam yang bersangkutan : ( )3 2 2 2 3 *2 n m EF π η = 3.24 Konsep bola Fermi dapat digunakan untuk menjelaskan hantaran listrik dalam logam. Perhatikan kembali gambar dalam ruang kecepatan dalam gambar 3.6b. Gerakan elektron karena pengaruh termal (tanpa medan listrik) tidak menghantarkan arus listrik, karena : 0v i i =∑ r 3.25 Setiap titik dalam bola Fermi, yang menggambarkan elektron dengan kecepatan tertentu selalu memiliki titik pada posisi berlawanan, yang melukiskan elektron dengan kecepatan yang sama tetapi berlawanan arah. Dan bila ini dijumlahkan (secara vector) untuk seluruh populasi elektron, seperti pada persamaan (3.25), akan memberikan nilai nol. Dengan kata lain secera efektif tidak ada aliran elektron, sehingga tidak ada hantaran (arus) listrik. Kini perhatikan gambar 3.7a., dengan adanya medan listrik E ke arah kanan, elektron memiliki kecepatan alir vd ke arah kiri dan ini berarti bola Fermi bergeser ke kiri sejauh vd. Pergeseran ini menghasilkan elektron konduksi yang diwakili oleh volume bola yang diarsir. Perhitungan jumlah elektron konduksi dapat dilakukn dengan
  • 11. menggunakan gambar 3.7b.Jumlah elektron “sisanya” (yang tidak berkonduksi) dinyatakan oleh bagian volume bola yang tidak diarsir, dan bentuknya mendekati bangun “elipsoida”. Gambar 3.7 a. Pegeseran ke kiri bola Fermi akibat medan listrik E ke kanan menghasilkan elektron konduksi (bagian terrasir) b. Bagian bola Fermi “sisanya” yang mengandung elektron tak berkonduksi berbentuk elipsoida (bagian tidak terarsir). Setengah sumbu panjang elipsoida : Fva ≈ 3.26 karena sedangkan setengah sumbu pendek :Fd vv << ( dF vvb −= 2 2 1 ) 3.27
  • 12. dan volume elipsoida : 2 3 4 abVelip π= 3.28 Selanjutnya, volume bagian bola yang berisi elektron konduksi (bagian terarsir) ialah selisih antara volume bola Fermi dan volume elipsoida : ( ) 2 3 12 3 4 2 3 42 3 13 3 43 3 4 2 2 1 3 43 3 4 dFdF dFdFFF dFFF vvvv vvvvvv vvvvV ππ ππππ ππ −= +−−= −−=∆ Perbandingan antara jumlah elektron konduksi dan jumlah elektron total : F d F d F d F dFdF v v v v v v V vvvv V V ≈ −= − = ∆ 2 2 4 1 33 4 2 3 12 3 4 π ππ Karena vd<<vF. Jumlah elektron yang menghantarkan arus apabila jumlah elektron bebas total n adalah : n v v n V V n F d       =      ∆ =' 3.29
  • 13. Rapat arus pada tingkat Fermi : d F F d F env v v v en envJ −=       −= −= Gantikan vd seperti pada persamaan (3.8), akan diperoleh : E *m ne J F 2 τ = 3.30 Fτ adalah waktu tumbukan elektron pada tingkat Fermi. Sedangkan selanjutnya bila persamaan (3.30) dibandingkan dengan hukum Ohm (3.5) menghasilkan : * 2 m ne Fτ σ = 3.31 dengan : F F F v λ τ = 3.32 Fλ adalah lintasan bebas elektron rata-rata pada tingkat Fermi. Tampak bahwa persamaan (3.31) adalah sama dengan persamaan (3.11) Ini berarti bahwa teori elektron bebas klasik dan teori elektron bebas kuantum dapat menerangkan gejala hantaran listrik pada logam.
  • 14. 3.3 RAPAT KEADAAN (DENSITY OF STATE) ELEKTRON Pada Bab II telah dipelajari jumlah keadaan fonon dalam selang frekuensi ( )ω atau bilangan gelombang (q) yang dinyatakan dengan rapat keadaan fonon g( )ω atau g (q). Sementara ini, ω dan q berhubungan satu sama lain melalui hubungan dispersi ω (q). Ekuivalen dengan fonon, jumlah elektron dalam selang energi (E) atau bilangan gelombang (k) juga dinyatakan dengan rapat keadaan g(E) atau g (k). Besaran g dan k berhubungan satu sama lain melalui ungkapan energi kinetik : 2 2 *2 k m E η = untuk kasus 3-dimensi ungkapan energi dapat ditulis : ( )222 2 *2 zyx kkk m E ++= η dengan : nz L kny L knx L k zyx πππ 2 ; 2 ; 2 === nx, ny, nz masing-masing bilangan kuantum dan L ukuran bahan logam yang ditinjau. Dalam ruang-k dapat dilukiskan permukaan Fermi seperti pada gambar 3.8.
  • 15. Gambar 3.8 Permukaan Fermi dalam ruang –k Dari gambar 3.8 dapat ditentukan jumlah elektron yang mempunyai bilangan gelombang antara k dan k+dk adalah : ( ) dk k L xx L dkk volume 1 xSpintasMultiplisix Satu selvol. bolaVol.Kulit dkkg 2 2 33 2 1 2 2 4 π π π =       = = atau : 2 2 )( π k kg = Untuk menentukan ( )Eρ , gunakan hubungan : g(k)dk = g(E)dE dan persamaan (3.33). Dari sini akan didapat hubungan : ( ) ( ) dE dk kgEg = Substitusikan persamaan (3.33) dan (3.35) ke dalam persamaan (3.37), yang memberi hasil : ( ) 2 1 2 3 22 *2 2 1 E m Eg         = ηπ
  • 16. yaitu rapat keadaan elektron sebagai fungsi dari energinya. 3.4. KAPASITAS DAN KONDUKTIVITAS PANAS Pada suhu yang lebih besar dari 0o K, bahan logam selain mengandung elektron juga terdapat fonon di dalamnya. Elektron dan fonon inilah yang berperan dalam menentukan nilai baik kapasitas panas maupun konduktivitas panas. 3.4.1. Kapasitas Panas Kapasitas panas logam dengan adanya elektron dan fonon dapat ditulis sebagai berikut : Clogam= Cfonon + Celektron Dengan menggunakan model elektron bebas klasik, energi rata-rata elektron pada suhu T, sebagaimana gas ideal adalah : ( ) RTTkNE BA 2 3 2 3 == Sehingga kapasitas panas elektron : R T E Celektron 2 3 = ∂ ∂ = Sementara itu, seperti pada Bab II, kapasitas panas fonon : RC fonon 3= Dari persamaan (3.39), (3.41) dan (3.42) jelas bahwa kapasitas panas logam : RRRC am 2 1 2 3 log 43 =+= Sementara menurut hasil eksperimen untuk semua zat padat diperoleh nilai kapasitas panas 3R. Jadi, model elektron bebas klasik tidak dapat menerangkan kapasitas panas logam. Di pihak lain, menurut model elektron bebas kuantum energi rata-rata elektron pada suhu T : ( ) F B A E Tk NE 2 =
  • 17. Kapasitas panas elektron : k R T E Celektron 2= ∂ ∂ = Definisikan suhu Fermi : B F F k E T = Sehingga : F elektron T T RC 2= Dari perhitungan yang lebih eksak dihasilkan : F B elektron E TRk C 2 2 π = 3.4.2. Konduktivitas Panas Pada sebuah batang logam, bila ujung-ujung batang mempunyai suhu yang berbeda, akan terjadi aliran panas dari ujung batang yang bersuhu lebih tinggi ke ujung yang lebih rendah. Dalam gambar 3.9, aliran energi panas persatuan waktu dan persatuan luas batang, Gambar 3.9. Aliran energi panas batang yang ada ujung-ujungnya terdapat perbedaan suhu. dinyatakan oleh : dx dT KQ −=
  • 18. (dx dT )adalah gradien suhu, dan K menyatakan konduktivitas panas bahan logam. tanda minus (-) diambil agar Q bernilai positif untuk K yang bernilai positif, oleh karena gradien suhu <O. Dalam bahan logam konduktivitas panas merupakan sumbangan oleh elektron dan fonon sehingga dapat dituliskan : K = Kfonon + Kelektron dengan : λvCK fonfonon 3 1 = dan : FF F B FFelekelektron v E Tnk vCK λ π λ         = = 2 22 3 1 3 1 Karena umumnya : maka :,10,0 elektronfonon KK ≈ *3 22 m Tnk KK FB elek τπ =≈ Dari persamaan (3.31) dan (3.51) dapat diambil perbandingan antara konduktivitas panas dan konduktivitas listrik sebagai berikut : L k T K B =      = 2 3 1 λ π σ L disebut bilangan Lorenz. Nilai L untuk beberapa logam ditunjukkan pada tabel3.2 . Tabel 3.2. Bilangan Lorenz (L) untuk beberapa logam Logam L ( )11 ... −− Ω Kskal Logam L ( )11 ... −− Ω Kskal Na 5,2 x 10-9 A1 4,7 x 10-9 Cu 5,4 x 10-9 Cd 6,3 x 10-9 Ag 5,6 x 10-9 Ni 3,7 x 10-9 Au 5,9 x 10-9 Fe 5,5 x 10-9 3.5 PITA ENERGI ZAT PADAT Lihat kembali ilustrasi pada pasal 3.1 tentang logam natrium (Na). Pada contoh tersebut diketahui bahwa elektron pada orbitan 3s merupakan elektron valensi. Pada atom Na yang bebas elektron valensi terikat di dalam atom. Tetapi bila atom-
  • 19. atom Na membentuk ikatan logam, elektron valensi menjadi elektron bebas. Lihat ilustrasi pada gambar 3.10. Gambar 3.10 Potensial pada atom Na bebas, elektron valensi dalam keadaan terikat (atas). Potensial pada kristal Na, elektron valensi menjadi bebas (bawah). Dapat dibayangkan bahwa bila elektron bergerak disepanjang kristal yang potensialnya periodic, elektron tidak sepenuhnya bebas tetapi berinteraksi dengan medan kristal . Fungsi gelombang elektron untuk menggambarkan gerakannya dalam pengaruh medan kristal merupakan gabungan dari fungsi gabungan untuk elektron bebas dan fungsi yang periodic. Fungsi yang bersangkutan disebut fungsi Bloch dengan eikx adalah fungsi untuk elektron bebas sedangkan Uk(x) suatu fungsi uang periodic, lihat gambar 3.11.
  • 20. Gambar 3.11. Fungsi Bloch Apabila fungsi Bloch seperti pada persamaan (3.53) digunakan untuk menyelesaikan persamaan gerak elektron dalam potensial periodic : ( ) ( ) ( ) ( )xExxV dx xd m ψψ ψη =+− 2 22 *2 V(x) adalah potensial periodic seperti pada gambar 3.10 maka akan diperoleh solusi yang berupa energi E sebagai fungsi K seperti ditunjukkan pada gambar 3.12.
  • 21. Gambar 3.12. Kurva E vs. K yang merupakan solusi persamaan (3.54); membentuk struktur pita. Energi E sebagai fungsi K untuk elektron yang bergerak dalam medan kristal periodic, dalam gambar 3.12, menghasilkan selang energi yang terlarang (celah energi) dan selang yang diperbolehkan (pita energi). Keadaan energi elektron seperti ini disebut struktur pita zat padat. Sebagai akibat dari interaksi elektron dengan medan kristal, maka elektron mengalami perubahan massa karena pengaruh medan tersebut. massa elektron menjadi lebih besar atau lebih kecil dari massa diamnya. Massa yang demikian disebut massa efektif (m*) dan dirumuskan :         = 2 2 2 * dk Ed m η dengan E adalah energi elektron sebagai fungsi bilangan gelombang k :E (k). Sebagai contoh untuk elektron bebas energinya : ( ) 2 2 2 k m kE o η = dan turunan kedua terhadap K : omdk Ed 2 2 2 η = sehingga massa efektifnya :